BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS …eprints.umm.ac.id/38147/3/BAB II.pdf · dasarnya...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS …eprints.umm.ac.id/38147/3/BAB II.pdf · dasarnya...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1. Harga Saham
Harga saham adalah harga yang ada pada pasar riil yang mudah ditentukan,
jika pasar sudah ditutup maka harga terakhir tersebut merupakan harga penutup
harga saham tersebut. Menurut Perdana et al. (2013) mengatakan bahwa pada
dasarnya harga saham merupakan nilai saham di pasar modal atau yang bisa
disebut juga dengan harga pasar yang penentuan harganya berfluktuasi tergantung
tingkat prospek perusahaan di masa yang akan datang
Menurut Putra dan Mugiono (2013) pada kenyataannya, penentuan harga
saham dilakukan oleh investor dan emiten pada pasar perdana yang bersangkutan
guna mencapai harga kesepakatan bersama sehingga fluktuasi saham tidak begitu
besar. Apabila pembukaan harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan harga
saham penutup nantinya akan rendah karena permintaan saham yang anjlok
bahkan bisa jadi saham tersebut tidak laku untuk dijual sehingga menimbulkan
subscried. Namun, apabila pembukaan harga saham terlalu rendah maka dapat
menimbulkan permintaan terhadap saham tersebut meninggi. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keuangan perusahaan dapat berasal dari internal maupun
eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan dapat berupa kinerja keuangan
perusahaan. Sedangkan faktor eksternal perusahaan dapat berupa kondisi social,
ekonomi, lingkungan, dan lain sebagainya.
9
Fluktuasi harga saham perusahaan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal perusahaan. Faktor internal
berupa kinerja keuangan perusahaan, sedangkan untuk faktor eksternal adalah
kondisi social, ekonomi, lingkungan, dan lain sebagainya. Pada faktor internal,
perusahaan masih bisa mengendalikan karena kinerja keuangan dapat diperbaiki
sedemikian rupa sehingga harga saham tidak begitu turun.
Fluktuasi harga saham juga dapat dipengaruhi oleh rasio pengukuran
kinerja keuangan. Menurut Subiyantoro dan Andreani (2003) yang didasarkan
pada pendekatan constant growth of dividend discount model maka faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi harga saham mencakup: return on asset, return on
equity, earning per share, book value equity per share, debt to equity ratio, return
saham, return bebas risiko, beta saham dan return market. Hasil perhitungan
DER dan ROE dinilai mempengaruhi faktor fluktuasi harga saham karena hasil
perhitungan rasio tersebut memberikan informasi kepada pihak ketiga untuk tetap
menanamkan sahamnya atau tidak. Ketika pihak ketiga menarik sahamnya, maka
perusahaan akan mengalami penurunan nilai saham karena dinilai tidak dapat
mengelola kinerja keuangan dengan baik. Begitu pula sebaliknya.
2.1.2. Debt Equity Ratio (DER)
Menurut Putra dan Mugiono (2013) yang menyatakan bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) adalah sebuah rasio yang digunakan oleh para investor untuk
membandingkan hutang jangka panjang dengan modal perusahaan. Melalui
perhitungan tersebut, investor cenderung lebih menghindari perusahaan yang
memiliki hasil rasio DER yang tinggi. Hal itu dikarenakan semakin tinggi resiko
10
yang ada pada perusahaan maka resiko yang diambil oleh investor juga semakin
tinggi sehingga saham perusahaan tersebut rendah dan harga saham akan ikut
rendah. Begitu pula ketika hasil dari perhitungan DER rendah, investor memilih
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena resiko
perusahaannya kecil sehingga saham yang ada menjadi tinggi dan harga saham
yang ada malah semakin tinggi.
2.1.3. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah rasio penting bagi perusahaan. Menurut
Hutami (2012) Return On Equity (ROE) adalah rasio penting bagi para pemilik
dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam mengelola modal dari pemegang saham untuk mendapatkan laba bersih.
Hasil dari perhitungan ROE dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
perhitungan rasio tersebut maka semakin baik pula perusahaan dalam melakukan
pengelolaan modal yang nantinya akan berdampak pada pembagian keuntungan
perusahaan. Sebaliknya, ketika hasil dari perhitungan ROE rendah, bahwa dapat
diindikasikan bahwa pengelolaan modal oleh perusahaan tergolong buruk begtu
pula dengan pembagian keuntungannya.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti menemukan lima penelitian terdahulu yang mendukung peneliti
melakukan penelitian mengenai pengaruh DER dan ROE terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Mugiasih (2012) yang berjudul Pengaruh ROA,
EPS, PER, dan DER terhadap Penetapan Harga Saham Setelah IPO dengan objek
perusahaan yang telah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2010
11
dengan menggunakan metode penelitian regresi linier berganda. Hasil penelitian
yang dilakukannya adalah secara parsial yang dilakukan ROA, EPS, dan PER
signifikan berpengaruh terhadap harga saham pada hari pertama, kedua dan ketiga
perdagangan. Sedangkan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham pada hari
pertama, kedua dan ketiga karena DER bukan merupakan pertimbangan utama
ketika investor akan membeli saham. Secara simultan ROA, EPS, PER dan DER
berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratih et al. (2014) yang berjudul Pengaruh
EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012
dengan objek penelitian pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2012. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier. Dari
penelitian tersebut memiliki hasil secara parsial yang dilakukan ROE, EPS, dan
PER signifikan berpengaruh terhadap harga saham pada hari pertama, kedua dan
ketiga perdagangan. Sedangkan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham
pada hari pertama, kedua dan ketiga karena DER bukan merupakan pertimbangan
utama ketika investor akan membeli saham. Secara simultan ROE, EPS, PER dan
DER berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Valintino dan Sularto (2013) yang berjudul
Pengaruh Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE),
Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga
Saham Perusahaan Maufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI dengan
memilih objek pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
12
terdaftar di BEI tahun 2009-2012 dengan teknik analisis data menggunakan
metode penelitian uji penyimpangan asumsi klasik dan metode regresi linear
berganda menggunakan SPSS versi 17. Pengujian berdasarkan uji koefisien
regresi secara simultan dapat disimpulkan bahwa ROA, CR, ROE, DER, dan EPS
secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan, secara
parsial dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara CR, ROE,
dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi. Dan tidak ada pengaruh secara parsial antara ROA dan DER
terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zulhiyanita (2014) dengan
objek penelitian perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI pada
tahun 2008-2011 dengan menggunakan metode penelitian autoregressive linier.
Hasil penelitian bahwa secara simultan, variabel debt to equity ratio, harga saham
12, 8, dan 4 periode sebelumnya, nilai return on assets 4 periode hingga periode
saat ini, memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian terakhir
yang dilakukan oleh Mussalamah dan Muzakar (2015) yang memilih objek pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011 dengan
metode penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
bahwa Earning Per Share (EPS) memiliki hasil positif dan memiliki efek yang
siginifikan, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hasil tidak signifikan,
sedangkan Return On Equity (ROE) memiliki hasil yang positif dan signifikan
terhadap harga saham.
13
2.3. Landasan Teori
Teori agensi (agency theory) adalah sebuah teori yang menghubungkan
sebuah kontrak antara principal (investor) dan agency (manajemen) (Kholmi,
2010). Sedangkan menurut Lewaru (2015) mengatakan bahwa teori agensi adalah
sebuah teori yang berusaha untuk menjelaskan mengenai penentuan kontrak yang
paling efisien untuk menyelesaikan konfilk mengenai keagenan. Dari beberapa
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori agensi adalah sebuah teori yang
digunakan oleh perusahaan dalam menentukan kontrak yang dilakukan antara
pihak pemilik dan pihak investor dalam menentukan sebuah kerjasama guna
keberlangsungan hidup perusahaan tanpa merugikan salah satu pihak.
Laporan keuangan perusahaan menjadi sangat penting bagi pihak ketiga
yang nantinya akan membeli saham perusahaan tersebut. Laporan keuangan
tahunan menjadi sangat penting karena pada laporan tersebut terdapat berbagai
informasi mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang maupun
kinerja keuangan perusahaan di masa lampau. Informasi yang ada pada laporan
keuangan tahunan yang nanti dapat pula dijelaskan oleh manajer perusahaan berisi
mengenai sinyal atau promosi mengenai perusahaan yang sahamnya akan dibeli
oleh investor ataupun pihak kreditur yang akan memberikan pinjaman bagi
perusahaan.
Hubungan antara teori agensi dengan DER dapat dilihat melalui hasil dari
perhitungan keduanya. Pada teori agensi dijelaskan bahwa teori ini memberikan
sebuah pandangan mengenai kontrak antara manajemen dan investor atau kreditur
14
mengenai penanaman modal pada peusahaan tersebut. Pada perhitungan DER
apabila hasil dari perhitungan tersebut tinggi, maka perusahaan dianggap tidak
mampu untuk membayar hutang jangka panjang pada pihak ketiga sehingga dapat
menyebabkan kinerja keuangan perusahaan buruk dan pengelolaan hutang jangka
panjang yang digunakan sebagai modal perusahaan tidak dimanfaatkan dengan
baik, begitu pula sebaliknya. Hasil perhitungan DER tersebut memberikan sinyal
atau informasi kepada pihak ketiga melalui manajer keuangan perusahaan bahwa
harga saham perusahaan tersebut tinggi atau rendah, sehingga pihak ketiga dapat
melakukan penentuan kontrak apa yang akan dilakukan terhadap saham mereka
yang ada pada perusahaan tersebut.
Pada perhitungan ROE kurang lebih sama dengan perhitungan DER. Tetapi,
pada perhitungan ROE, apabila hasil dari perhitungan tersebut tinggi, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengelola modal yang ada pada perusahaan
dengan baik. Sebaliknya, ketika hasil dari ROE cenderung rendah maka
perusahaan dianggap tidak baik dalam mengelola modal pihak ketiga yang
dipercayakan pada perusahaan. Informasi tersebut digunakan oleh pihak ketiga
sebagai penentuan kontrak antara agency dan principal untuk melanjutkan
berinvestasi atau tidak pada perusahaan tersebut sehingga perhitungan ROE juga
dapat mempengaruhi harga saham perusahaan yang bersangkutan.
15
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1. Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Pada teori agensi dijelaskan bahwa teori ini digunakan untuk menjelaskan
penentuan kontrak antara pihak agency dan pihak principal yang dinilai paling
efisien dalam menyelesaikan konflik guna keberlangsungan hidup perusahaan.
Pada perhitungan DER apabila hasil dari perhitungan tersebut tinggi, maka
perusahaan dianggap tidak mampu untuk membayar hutang jangka panjang pada
pihak ketiga, sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan buruk dan
pengelolaan hutang jangka panjang yang digunakan sebagai modal perusahaan
tidak dikelola dengan baik, begitu pula sebaliknya. Hasil perhitungan DER
tersebut memberikan sinyal atau informasi kepada pihak ketiga melalui manajer
keuangan perusahaan bahwa harga saham perusahaan tersebut tinggi atau rendah,
sehingga pihak ketiga dapat melakukan penentuan kontrak apa yang akan
dilakukan terhadap saham mereka yang ada pada perusahaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulhiyanita (2014) dengan objek penelitian
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2011
dengan hasil penelitian bahwa secara simultan, variabel debt to equity ratio, harga
saham 12, 8, dan 4 periode sebelumnya, nilai return on assets 4 periode hingga
periode saat ini, memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hubungan antara DER dengan harga saham adalah mengenai kinerja atau
nilai perusahaan. Pihak ketiga (investor dan kreditur) melihat kinerja keuangan
melalui laporan keuangan perusahaan. Ketika nilai perusahaan berada pada nilai
yang baik, maka pihak ketiga dapat memberikan modalnya pada perusahaan untuk
16
dikelola dengan baik. Selain itu, apabila nilai dari perhitungan DER tersebut
rendah maka akan berpengaruh pula pada saham perusahaan yang naik dan
nantinya juga akan berpengaruh pada harga saham yang naik, begitu pula
sebaliknya. Dari penjabaran di atas, dapat diperoleh hipotesa pertama (H1) adalah
H1: Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap harga saham.
2.4.2. Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Perhitungan ROE dilakukan dengan membandingkan laba bersih perusahaan
dengan modal saham dimana perhitungan tersebut tidak dipengaruhi oleh
pembagian deviden atau capital gain. Hasil perhitungan ROE tersebut dapat
dihubungkan dengan teori agensi yang menyebutkan bahwa pihak manajer
keuangan yang ada pada perusahaan dan investor dapat melakukan sebuah
kontrak yang nantinya akan digunakan sebagai penyelesaian konflik guna
keberlangsungan hidup perusahaan. Manajer keuangan dapat memberikan
informasi yang baik ketika hasil perhitungan ROE tinggi. Namun, ketika hasil
perhitungan ROE rendah maka manajer keuangan perusahaan memberikan
informasi yang mengindikasikan bahwa kinerja keuangan sedang kurang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Mussalamah dan Muzakar (2015) yang
memilih objek pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2007-2011 dengan hasil penelitian bahwa Earning Per Share (EPS) memiliki
hasil positif dan memiliki efek yang siginifikan, Debt to Equity Ratio (DER)
memiliki hasil tidak signifikan, sedangkan Return On Equity (ROE) memiliki
hasil yang positif dan signifikan terhadap harga saham.
17
Hubungan ROE dengan harga saham adalah apabila hasil dari perhitungan
tersebut tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memutar modal
yang ada pada perusahaan dengan baik. Sebaliknya, ketika hasil dari ROE
cenderung rendah maka perusahaan dianggap tidak baik dalam mengelola modal
pihak ketiga yang dipercayakan pada perusahaan. Informasi tersebut digunakan
oleh pihak ketiga sebagai sinyal untuk melanjutkan berinvestasi atau tidak pada
perusahaan tersebut sehingga perhitungan ROE juga dapat mempengaruhi harga
saham perusahaan yang bersangkutan. Rasio ini digunakan untuk meramalkan
apakah investor akan menanamkan modal kembali pada perusahaan tersebut atau
tidak. Semakin tinggi hasil perhitungan rasio ROE, semakin tinggi pula tingkat
pengembalian keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan dan semakin tinggi
pula harga saham pada perusahaan. Begitu pula sebaliknya. Dari beberapa
penjabaran di atas dapat diperoleh hipotesa ke 2 (H2) adalah
H2: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap harga saham.
2.5. Kerangka Pemikiran
DER dan ROE adalah perhitungan yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk
mengetahui informasi mengenai kinerja perusahaan yang akan atau sudah
ditanamkan modal. DER digunakan sebagai penghitung rasio keuangan berupa
perbandingan antara hutang jangka panjang dan ekuitas yang di dalam ekuitas
tersebut terdapat informasi menganai saham. DER di sini berperan untuk
menghitung tingkat kemampuan perusahaan dalam mengembalikan modal jangka
panjang pada pihak ketiga yang nantinya modal tersebut dalam pengembaliannya
bisa berupa saham ataupun tunai. Informasi DER yang ada dapat digunakan oleh
18
pihak ketiga sebagai salah satu acuan untuk menambah kembali atau mengambil
modal yang telah dipinjamkan. Ketika hasil perhitungan tersebut tinggi maka
resiko keuangan pada perusahaan tersebut juga tinggi sehingga berpengaruh
terhadap saham yang rendah dan berimbas pada harga saham yang rendah pula,
begitupun sebaliknya.
ROE digunakan sebagai perhitungan rasio keuangan berupa perbandingan
laba bersih perusahaan terhadap modal saham yang ditanamkan oleh pihak ketiga
pada perusahaan. Perhitungan ROE tidak menganggap tentang pembagian
dividend ataupun capital gain. Perhitungan ROE berfokus pada return pihak
ketiga yang menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Hasil perhitungan
ROE yang tinggi mengindikasikan bahwa tingat kinerja keuangan pada
perusahaan tersebut baik dan return perusahaan juga baik. Hal ini dapat
digunakan sebagai acuan oleh pihak ketiga untuk menentukan kebijakan yang
diambil oleh pihak ketiga untuk tidak mengambil keuntungan disana sehingga
dapat diputar kembali oleh perusahaan dengan harapan return di masa yang akan
datang semakin tinggi atau diambil oleh pihak ketiga sebagai keuntungan.
Dari penjabaran singkat di atas, maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran yang dihasilkan sebagai berikut:
19
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Debt Equity Ratio (DER)
(X1)
Return On Equity (ROE)
(X2)
Harga Saham(Y)
H1(-)
H2(+)