Pengaruh Indikator-Indikator PENGARUH INDIKATOR-INDIKATOR ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN …€¦ · · 2017-04-01keluaran yang dihasilkan...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN …€¦ · · 2017-04-01keluaran yang dihasilkan...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah
perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan
pendapatan dari perusahaan juga pasti meningkat. Oleh karena itu, meningkatkan
kinerja karyawan bisa dilakukan dari berbagai sisi. Kinerja itu sendiri ialah
keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu
pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009:5). L.A.N
(dalam Sedarmayanti, 2009:50) kinerja berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja atau hasil/untuk kerja/penampilan kerja. Kinerja adalah hasil
kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, missal
standar, target/sasaran atau criteria yang telah disepakati bersama (Slamet, 2011).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan hasil kerja seseorang dalam mencapai tujuan perusahaan dalam waktu
yang sudah ditentukan seperti apa yang telah disepakati sebelumnya.
2.1.2 Standar Kinerja
Di dalam suatu perusahan sudah tentu ada yang dinamakan standar kinerja
yang digunakan oleh setiap karyawan sebagai pedoman dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan adanya standar kinerja, karyawan dapat mengetahui apa saja
yang harus di capainya dan lebih terarah dalam mencapai standar kinerja, baik
secara individu maupun tim. Karen et al. (2011) mengatakan melalui standar
kinerja yang ditetapkan perusahaan dapat menilai peringkat kinerja dari karyawan
dan karyawan juga dapat melihat sampai berapa persen ia dapat mencapai standar
kinerja dari perusahaan. Menurut Wirawan (2009:66) standar kinerja adalah tolak
ukur minimal kinerja yang dicapai karyawan secara individu atau kelompok pada
semua indikator kinerjanya. Adapun maksud dari definisi ini ialah dimana jika
prestasi yang dicapai karyawan berada dibawah dari standar kinerja maka kinerja
karyawan tersebut tidak dapat diterima atau gagal, sedangkan apabila kinerja
karyawan berada diposisi tengah atau di atas standar minimal kinerja maka
karyawan tersebut dinyatakan layak dan berhasil.
Menurut Wirawan (2009:68) standar kinerja perlu memenuhi beberapa
persyaratan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur kinerja,
yaitu:
1) Ada hubungan relevasinya dengan strategi perusahaan.
2) Mencerminkan keluhuran tanggung jawab karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
3) Memperhatikan pengaruh fakto-faktor di luar kontrol karyawan.
4) Memperhatikan teknologi dan proses produksi
5) Sensitive, mampu membedakan antara kinerja yang dapat diterima dan
tidak dapat diterima.
6) Memberikan tantangan kepada para karyawan.
7) Realistis.
8) Berhubungan dengan kerangka waktu pencapaian standar.
9) Dapat diukur dan ada alat ukur untuk mengukur standar.
10) Standar harus konsisten.
11) Standar harus adil.
12) Memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan.
2.1.3 Penilaian Kinerja
(Mudiartha, 2011: 142) menyebutkan bahwa penilaian kinerja adalah
proses melalui organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Subha et. al., (2008) menyatakan bahwa penilaian dan pengukuran kinerja
dilaksanakan agar dapat mengetahui prestasi yang diraih oleh karyawan yang
dilakukan secara berkala oleh pimpinan guna mengetahui prilaku dan hasil kinerja
yang dicapai karyawan.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan penilaian kinerja
menurut (Umar, 2007 : 195) adalah sebagai berikut.
1) Perbaikan kinerja
Penilaian kinerja akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui
umpan balik yang diberikan oleh organisasi.
2) Penyesuaian gaji
Penilaian kinerja dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi
karyawan secara layak sehingga dapat memotivasi kayawan. Keputusan untuk
penempatan,yaitu menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya.
3) Pendidikan dan pelatihan
Melalui penilaian kerja akan diketahui kelemahan-kelemahan dari karyawan
sehingga dapat dilakukan program pendidikan dan pelatihan.karyawan.
4) Perencanaan karir
Penilaian kinerja dapat dilakukan sebagai pedoman dalam perencanaan karir
karyawan.
5) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses.
Penilaian kinerja dapat memberikan gambaran bagi perusahaan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat dilakukan
perbaikan. Dapat mengidentifikasi adanya kekuatan dalam desain pekerjaan,
nilai kinerja yang kurang akan menunjukan adanya kekurangan dalam
peencanaan jabatan.
6) Perlakuan kesempatan yang sama kepada semua karyawan.
Penilaian kinerja yang obyektif menunjukan adanya perlakuan yang adil bagi
seluruh karyawan.
7) Dapat membantu karyawan dalam mengatasi masalah yang bersifat eksternal.
Penilaian kinerja akan memberikan informasi kepada atasannya tentang hal-
hal yang menyebabkan turunnya kinerja, sehingga manajemen dapat
membantu menyelesaikannya.
8) Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen Sumber Daya Manusia
penilaian kinerja secara keseluruhan akan memberikan gambaran sejauh mana
fungsi sumber daya manusia dapat berjalan baik atau tidak.
2.1.4 Aspek-aspek Penilaian Kinerja
Rivai (2006:135) aspek-aspek kinerja karyawan yang dinilai
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Kemampuan teknis
Yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan metode, teknik, dan peralatan
yang digunakan untuk pelaksanaan tugas serta pengalaman dan pelatihan.
2) Kemampuan konseptual
Yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian
bidang gerak di unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan
secara menyeluruh, pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi
serta tanggung jawab karyawan.
2.1.5 Penyebab Rendahnya Kinerja
Disamping mengukur dan mencatat kinerja setiap unit organisasi dan
kinerja setiap orang, evaluasi kerja juga harus menganalisis penyebab kinerja
rendah. Penyebabnya dapat bersifat internal dan eksternal, menyangkut orang atau
individu. Adapun faktor penyebab kinerja rendah adalah (Simanjuntak, 2007:172)
adalah sebagai berikut.
1) keterbatasan dana
2) peralatan dan teknologi
3) manajemen kurang efektif
4) kepemimpinan kurang efektif
5) supervisi dan pengawasan yang tidak efektif
6) lingkungan kerja
7) kebijakan pemegang saham
8) disiplin dan etos kerja
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Dalam kinerja ada banyak hal yang dapat mempengaruhi dan merupakan
suatu susunan dari berbagai macam yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Manullang (2004:20) terdapat lima faktor yang yang
dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:
1) Faktor personal/individual
Meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan
diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan
Meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan
dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3) Faktor tim
Meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan
dan keeratan anggota tim.
4) Faktor system
Meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh
organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Fakrot kontekstual (situasional)
Meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
Sedangkan Siagian (2007: 127) menyatakan faktor-faktor yang yang
mempengaruhi kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan, kepemimpinan,
tindakan-tindakan rekan kerja, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan
lingkungan sosial.
2.1.7 Kepemimpinan
Dubrin (2005:3) mengemukakan bahwa kepemimpinan itu adalah upaya
mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara
mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan
orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif,
kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi
dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri
dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai.
Timpe (2006) mengemukakan bahwa ada sembilan peranan kepemimpinan
seorang dalam organisasi yaitu pemimpin sebagai perencana, pemimpin sebagai
pembuat kebijakan, pemimpin sebagai ahli, pemimpin sebagai pelaksana,
pemimpin sebagai pengendali, pemimpin sebagai pemberi hadiah atau hukuman,
pemimpin sebagai teladan dan lambang atau simbol, pemimpin sebagai tempat
menimpakan segala kesalahan, dan pemimpin sebagai pengganti peran anggota
lain. (Wahyuddin, 2008) menyatakan pemimpin dapat mempengaruhi moral,
kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi
suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan
adalah faktor penting efektivitas manajer.
Definisi lain dari (Zhen et al. 2002) menyatakan sebagai faktor
pengembangan kepemimpinan dapat membuktikan efek sinergis dan
meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan. Menurut Tohardi (2007 :
222), terdapat sepuluh gaya kepemimpianan sebagai berikut.
(1) Gaya persuasif, yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan
yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan
melakukan ajakan atau bujukan.
(2) Gaya represif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan
tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa
ketakutan.
(3) Gaya partisipatif, gaya kepemimpinan dimana memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual, fisik,
maupun materiil dalam kiprahnya di organisasi.
(4) Gaya inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk
mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik
politik, ekonomi, sosial, budaya, atau setiap produk terkait dengan
kebutuhan manusia.
(5) Gaya investigatif, yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian
yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya
sehingga menimbulkan yang menyebabkan kreativitas, inovasi, serta
inisiatif dari bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut
melakukan kesalahan.
(6) Gaya inspektif, yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang
sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut
penghormatan bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati.
(7) Gaya motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi
mengenai ide-idenya,program-programnya, dan kebijakan kepada
bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide,
program dan kebijakan dapat dipahami oleh bawahan sehingga bawahan
mau merealisasikan semua ide, program, kebijakan yang ditetapkan oleh
pemimpin.
(8) Gaya naratif, yaitu pemimpin yang banyak bicara namun tidak
disesuaikan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain
pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.
(9) Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan
bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada
bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman
yang lebih baik dari hari ke hari, sehingga seorang pemimpin yang
bergaya edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin
mengembangkan pendidikan dan keterampilan.
(10) Gaya retrogresif, yaitu pemimpin tidak suka melihat maju, apalagi
melebihi dirinya. Untuk itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu
menghalangi bawahannya untuk mengembangkan pengetahuannya dan
keterampilannya. Sehingga dengan kata lain, pemimpin yang bergaya
retrogresif sangat senang melihat bawahannya selalu terbelakang, bodoh,
dan sebagainya.
Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai
kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Bahkan
kiranya dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu
organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan
organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama
terlihat dalam kepuasan para karyawannya (Mohammad et al. 2010).
2.8 Gaya Kepemimpinan Transformasional
Wahjosumidjo (2003:172) kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat
dengan motivasi karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan
orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada
kewibawaan, selain itu bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap
karyawan, kolega maupun pimpinan itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi pengikutnya guna mencapai tujuan organisasi, oleh sebab itu
setiap pemimpin memiliki gaya (style) yang berbeda-beda dalam memimpin
perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional
yaitu pemimpin yang mencurahkan perhatiannya kepada persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh para pengikutnya dan kebutuhan pengembangan dari masing-
masing pengikutnya dengan cara memberikan semangat dan dorongan untuk
mencapai tujuannya (Stephen P.Robbin,2007:473).
2.1.9 Pengertian Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial ialah bentuk kompensasi yang dibayarkan kepada
karyawan dalam bentuk uang atas jasa yang mereka sumbangkan pada
pekerjaannya (Timpe, 2006:255). Kompensasi finansial dapat dibayarkan melalui
dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Kompensasi finansial dibayar
langsung biasanya berupa pembayaran dalam bentuk upah, gaji, insentif, bonus
atau komisi. Sedangkan kompensasi finansial dibayar tidak langsung biasanya
berupa liburan, asuransi, liburan yang dibiayai oleh perusahaan dan dana pension
(Riyadi, 2011). Penentuan kompensasi perlu dipertimbangkan dengan baik karean
kompensasi merupakan bagian dari biaya usaha yang mana semakin besar
kompensasi yang diberikan maka semakin tinggi biaya usaha yang dikeluarkan.
Sistem kompensasi yang baik sudah tentu akan membantu perusahaan dalam
mengatasi masalah dalam ketenagakerjaan.
2.1.10 Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi
Ada beberapa fungsi dan tujuan dari pemberian kompensasi yaitu (Ardana
dkk, 2012:154):
1) Ikatan kerja sama.
Pemberian kompensasi akan menjalin ikatan kerjasama formal antara
pimpinan dan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas dengan
sebaik-baiknya dan pemimpin wajib membayar dengan kesepakatan.
2) Kepuasan kerja.
Pemberian kompensasi sebagai balas jasa terhadap karyawan dapat
memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan egoistiknya sehingga karyawan
merasakan kepuasan atas apa yang dihasilkannya.
3) Pengadaan efektif.
Apabila program dari pemberian kompensasi ditetapkan cukup besar maka
pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan itu akan lebih
mudah.
4) Motivasi.
Kompensasi yang cukup besar diberikan perusahaan akan membantu
atasan dalam memotivasi bawahannya.
5) Stabilitas karyawan.
Kompensasi yang adil dan layak akan membuat karyawan merasa
stabilitasnya lebih terjamin karena turn over relatif kecil.\
6) Disiplin.
Adanya kompensasi yang baik maka kedisiplinan para karyawan juga
terjaga karena para karyawan akan merasa menyadari akan kewajibannya.
7) Pengaruh serikat buruh.
Adanya kompensasi yang baik akan membuat para karyawan dapat
terfokus pada pekerjaannya dan akan terhindar dari pengaruh serikat
buruh.
8) Pengaruh pemerintah.
Apabila kompensasi yang diberikan sesuai dengan upah minimum yang
ditetapkan undang-undang perburuhan maka akan dapat menghindari
intervensi pemerintah.
2.1.11 Metode Pemberian Kompensasi
Menurut Ardana, dkk (2012:154) pemberian kompensasi terdiri atas dua
metode yaitu :
1) Metode Tunggal
Yaitu suatu metode yang dalam penetapan gaji pokok ahnya didasarkan
atas ijazah terakhir dari pendidikan formal yang dimiliki karyawan.
Tingkat golongan dan gaji pokok seseorang hanya ditetapkan atas ijazah
terakhir yang dijadikan standarnya. Contohnya karyawan negeri ijazah
formal S-1 maka golongannya ialah III-A dan gaji pokoknya adalah gaji
pokok III-A, untuk setiap departemen sama.
2) Metode Jamak
Yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, bahkan
hubungan keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang.
Biasanya ini terjadi di beberapa perusahaan swasta dimana masih adanya
diskriminasi dan tentunya tidak ada standar gaji pokoknya.
2.1.12 Komponen-Komponen Kompensasi
Pemberian kompensasi finansial secara langsung atau tidak langsung
terdiri atas beberapa komponen. Menurut Rivai (2011:774) komponen
kompensasi tersebut yaitu.
1) Gaji.
Gaji ialah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang
memberikan sumbangan tenaga dan pikiran dalam mencapai tujuan
perusahaan.
2) Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada
karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau
banyaknya pelayanan yang diberikan. Besarnya upah berubah-ubah sesuai
dengan keluaran yang dihasilkan.
3) Insentif
Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan
karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Insentif bentuk lain
dari upah langsung namun diluar upah dan gaji yang merupakan
kompensasi tetap.
4) Kompensasi finansial tidak langsung
Merupakan kompensasi finansial tamabahan yang diberikan perusahaan
terhadap semua karyawan. Misalnya berupa fasilitas seperti asuransi,
tunjangan, uang pensiun dan lainnya.
2.1.13 Pengertian Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007:21), lingkungan kerja fisik adalah semua
keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan yang
berhubungan langsung dengan para karyawan misalnya kursi, meja, dan
sebagainya. Dan lingkungan umum atau lingkungan kerja yang mempengaruhi
kondisi dari karyawan seperti cahaya, kebisingan, bau tidak sedap, warna, suhu
dan sebagainya. Sedarmayanti (2007:27) mengatakan bahwa, manusia akan
mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang
optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai.
2.1.14 Faktor-faktor Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (2007:28) faktor lingkungan kerja dalam
perusahaan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya antara lain:
1) Penerangan/cahaya di Tempat Kerja
Penerangan atau cahaya sangat besar manfaatnya bagi karyawan
guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya), yang terang tapi tidak
menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan
pengelihatan menjadi kurang jelas sehingga pekerjaan akan lambat,
banyak mengalami kesalahan dan pada akhirnya menyebabkan kurang
efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit
dicapai.
2) Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperature yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang
sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di luar tubuh. Temperatur udara dan suhu udara pada ruang kerja
para karyawan perusahaan akan dapat mempengaruhi kinerja karyawan
perusahaan yang bersangkutan. Suhu udara ini termasuk salah satu kondisi
kerja yang akan dapat dipersiapkan manajemen perusahaan dalam rangka
mendorong kinerja terhadap para karyawan yang akan bekerja di dalam
perusahaan bersangkutan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
pengaturan udara seperti yang dimaksudkan seperti: Ventilasi-ventilasi
yang cukup pada gedung, pemasangan kipas angin, dan pemasangan AC
(Air Conditioner).
3) Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yagn terkandung dalam udara,
biasanya dinyatakn dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperature udara, dan secara bersama-sama antara
temperature, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari
udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat
menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya.
4) Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolism. Udara di
sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah
berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya
tanaman di sekitar tempat kerja.
5) Kebising di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Bunyi ribut atau bising ini perlu dipertimbangkan, karena dapat
mengganggu ketenangan kerja, Merusak pendengaran pekerja dan
menimbulkan komunikasi yang salah. Dalam hal ini suara ribut atau bising
ini sering diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan.
6) Getaran Mekanisme di Tempat Kerja
Getaran mekanisme artinya getaran ditimbulkan oleh alat mekanis,
yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Besarnya getaran ditentukan
oleh intensitas(meter/detik) dan frekuensi getarnya (getaran/detik). Secara
umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal:
(1) Konsentrasi bekerja
(2) Datangnya kelelahan
(3) Timbulnya beberapa penyakit, di antaranya karena gangguan
terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang dan lain-lain.
7) Bau-bau di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-
bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan
penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang
mengganggu di sekitar tempat kerja. Selain itu perlunya kerja sama untuk
menjaga kebersihan misalnya menjaga kebersihan di kamar mandi.
8) Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat
dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena
warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh
warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain,
karena dalam sifat warna memang merangsang perasaan manusia.
9) Dekorasi di Tempat Kerja
Sunarcaya (2008) menyatakan dekorasi ada hubungannya dengan
tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan
hiasan ruang kerja saja tetapi berkaitan dengan cara mengatur tata letak,
warna, perlengkapan dan lainnya untuk bekerja. Agar karyawan
perusahaan yang bersangkutan ini dapat leluasa bergerak dengan baik,
maka ruang gerak dari para karyawan perusahaan tersebut ruang yang
memadai. Terlalu sempitnya ruang gerak mengakibatkan para karyawan
perusahaan ini tidak dapat bekerja dengan baik sehingga produktivitas dan
kinerja dari para karyawan akan menjadi rendah.
10) Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan
suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang
karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan
selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya music
yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11) Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam
keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja.
Oleh karena itu faktor kemanan perlu diwujudkan keberadaaannya. Salah
satu upaya yang dipergunakan adalah tenaga satpam (Satuan Pengaman).
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwasanya segala keadaan yang
terjadi di perusahaan baik berupa kompensasi finansial, hubungan kerja maupun
lingkungan kerja fisik dapat mempengaruhi kinerja dari karyawan.
2.1.15 Teori Pendukung
Adapun teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori
tentang kepuasan kerja yang disebut dengan Two factor theory (teori dua faktor)
dari Herzberg’s. Teori ini mengemukakan bahwa kepuasan kerja dan
ketidakpuasan kerja itu merupakan hal yang berbeda dan bukan variabel yang
kontinu. Menurut Rivai (2006:857) teori ini terdiri dari dua kelompok yaitu:
1) Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber
kepuasan kerja yang terdiri dari: pekerjaan yang menarik, penuh
tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh
penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor tersebut akan
menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini tidak selalu
mengakibatkan ketidakpuasan.
2) Dissatisfies (hygiene factors) ialah faktor-faktor yang menjadi sumber
ketidakpuasan, yang terdiri dari: gaji/upah, pengawasan pimpinan,
hubungan antarpribadi, kondisi kerja dan status.
Berdasarkan kedua kelompok teori diatas yang akan digunakan dalam
penelitian ini ialah Dissatisfies (hygiene factors) dimana terdapat gaji/upah,
pengawasan pimpinan dan lingkungan kerja fisik sebagai sumber ketidakpuasan
yang akan mempengaruhi kinerja.
2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Skema kerangka pemikiran ini menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional, kompensasi finansial dan lingkungan kerja fisik dengan kinerja
yang pantas diterima dari yang telah karyawan lakukan untuk perusahaan. Untuk
lebih jelasnya kerangka pemikiran dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ket :
: Pengaruh secara parsial
: Pengaruh secara simultan
Berdasarkan pada gambar kerangka pemikiran diatas maka pada penelitian
ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional, kompensasi finansial dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja
karyawan. kepemimpinan transformasional akan diukur dengan indikator
kepercayaan bawahan terhadap atasan, keyakinan bawahan terhadap atasan, rasa
hormat bawahan, wewenang pimpinan dan kejelasan tugas. Kompensasi finansial
akan diukur dengan indikator seperti gaji, tunjangan-tunjangan, dana pensiun,
uang duka dan insentif. Lingkungan kerja fisik diukur dengan indikator dekorasi
ruangan, kebersihan, ketenangan, keamanan dan suhu udara. Variabel kinerja
diukur melalui indikator kemampuan, kesunguhan bekerja, inisiatif, bekerja sesuai
prosedur dan rasa kepedulian terhadap perusahaan.
Gaya Kepemimpinan
transformasional (X1)
Kinerja Karyawan (Y)
Kompensasi finansial (X2)
Lingkungan kerja fisik (X3)
2.3 Rumusan Hipotesis
2.3.1 Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja karyawan
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa kinerja dapat
dipengaruhi berbagai faktor dimana diantaranya termasuk gaya kepemimpinan
transformasional, Achmad (2009). Salah satunya Umer et al. (2012) membuktikan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Mohammad et al. (2010) mengatakan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dan mampu
menunjang kinerja karyawan. Wahyuddin (2008) menemukan dalam
penelitiannya bahwa gaya kepemimpinan merupakan sebagian dari yang
mempengaruhi kinerja karyawan secara positif.
Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, landasan teori dan
penelitian sebelumnya yang telah disampaikan maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
H1 : Gaya kepemimpinan transformasional mempengaruhi kinerja karyawan
Amana villa.
2.3.2 Kompensasi finansial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan
Penelitian Muhammad (2009) membuktikan bawah kompensasi finansial
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja karyawan. Begitupun
dengan Slamet (2011) membuktikan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh
penerapan kompensasi finansial yang efektif di dalam perusahaan. Ika (2009)
mengatakan hal yang sama kompensasi finansial memberikan dampak positif bagi
peningkatan kinerja karyawan sebagai faktor motivasi.
Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, landasan teori dan
penelitian sebelumnya yang telah disampaikan maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
H1 : kompensasi finansial mempengaruhi kinerja karyawan Amana villa.
2.3.1 Lingkungan kerja fisik berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja karyawan
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa kinerja dapat
dipengaruhi lingkungan kerja fisik, yang dibuktikan oleh Ernawati dan Ambarini
(2010). Salah satunya Hafizurrachman et al. (2011) mendukung pernyataan ini
dimana lingkungan kerja fisik memberikan peran positif dalam meningkatkan
kinerja karyawan. Sunarcaya (2008) membuktikan bahwa semakin baiknya
lingkungan kerja pada perusahaan akan memberikan pengaruh positif dalam
menunjang kinerja karyawan.
Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, landasan teori dan
penelitian sebelumnya yang telah disampaikan maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut.
H2 : lingkungan kerja fisik mempengaruhi kinerja karyawan Amana villa.