BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6621/3/BAB II_PINASTIKA...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Kolaboratif
Ruhcitra (2008) (http://ruhcitra.wordpress.com/2008/08/09/
pembelajaran-kolaboratif) mendefinisikan pembelajaran kolaboratif sebagai
filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling
membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Menurut
The Wood and Gray (1991) dalam Beyerlein (2006: 73) “definition of
collaboration takes on new meanings when practice replaces problem domain,
community replaces group, engagement replaces interaction, and
participation replaces act/decision”. Definisi dari kolaborasi berarti ketika
praktikan terlibat dalam masalah, para siswa terlibat dalam kelompok kecil,
dalam keterlibatan terjadi interaksi, dan partisipasi siswa untuk mengambil
suatu tindakan/keputusan.
Selain itu, Hayes (2010: 61) menyatakan :
“Collaboration in learning is the process by which pupils work
together to reach a specified and predetermined learning objective,
and is rooted in the theory of social constructivism advocated by
theorists such as Lev Vygotsky and Jerome Bruner”.
Pembelajaran kolaborasi adalah proses dimana siswa bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu dan telah ditentukan tujuan pembelajaran, dan
berakar pada teori konstruktivisme sosial yang dianjurkan oleh ahli teori
seperti Lev Vygotsky dan Jerome Bruner. Berdasarkan pernyataan mengenai
7
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
8
pembelajaran kolaboratif dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kolaboratif adalah proses pembelajaran yang menciptakan
adanya interaksi antar siswa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengambil suatu keputusan dalam mencapai
tujuan bersama.
Warsono dan Hariyanto (2012: 50) menyatakan bahwa yang termasuk
pembelajaran kolaboratif bila anggota kelompoknya tidak tertentu atau
ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa orang
atau dapat lebih dari 7 (tujuh) orang. Pembelajaran kolaboratif dapat terjadi
setiap saat, tidak harus dilaksanakan di sekolah, misalnya sekelompok siswa
saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan dapat
berlangsung antar siswa dari sekolah yang berbeda di luar sekolah. Inti
pelaksanaan pembelajaran kolaboratif tentu harus terjadi diskusi, kontak
langsung antara orang per orang, dan masing-masing individu diberikan
kesempatan yang sama untuk mengutarakan pendapat dan gagasannya, dan
pada akhirnya mereka diwajibkan untuk mengambil kesimpulan atau
memecahkan masalah sesuai dengan tugas yang diberikan.
Hasil riset membuktikan bahwa para siswa akan belajar dengan lebih
baik jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam suatu
kelompok-kelompok kecil seperti dalam pembelajaran kolaboratif (Warsono
dan Hariyanto, 2012: 66). Davis (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67)
mengemukakan hasil temuan risetnya yang menyatakan bahwa tanpa
memandang apa bahan ajarnya, para siswa yang bekerja dalam kelompok-
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
9
kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan
mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tersebut dihadirkan
dalam bentuk yang lain, misalnya berupa bentuk ceramah oleh guru.
Berdasarkan temuan risetnya, Davis juga menyatakan bahwa para siswa yang
bekerja dalam kelompok kolaboratif lebih merasa puas dibandingkan dengan
siswa kelas lain yang diajar dengan metode nonkolaboratif.
Terkait dengan peranan guru dalam pembelajaran kolaboratif ada
perubahan paradigma pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru
(Warsono dan Hariyanto, 2012: 133). Berikut dapat dilihat dalam tabel 2.1 di
bawah ini :
Tabel 2.1 Peranan Guru dalam Menciptakan Lingkungan Kelas
Kolaboratif
Dari Menuju
Kelas yang berpusat kepada guru Kelas yang berpusat pada
pembelajar
Pembelajaran berpusat kepada
produk
Pembelajaran yang berpusat kepada
proses
Guru sebagai pendistribusi
pengetahuan
Guru sebagai pengorganisasi
pengetahuan
Guru sebagai pelaku (doer) bagi
siswa
Guru sebagai pemberdaya, dan
memfasilitasi siswa dalam
pembelajarannya
Fokus kepada subjek-khusus Fokus kepada pembelajaran holistic
Peranan siswa pembelajar dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif
menurut Warsono dan Hariyanto (2012: 133) dapat dilihat dalam tabel 2.2 di
bawah ini :
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
10
Tabel 2.2 Peranan Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kolaboratif
Dari Menuju
Menjadi penerima pengetahuan
yang pasif
Pembelajar yang aktif dan
berpartisipasi
Fokus untuk menjawab pertanyaan Aktif bertanya kepada guru
Menjadi “sendok makan” Bertanggung jawab bagi
pembelajarannya sendiri, sebagai
pembelajar yang reflektif
Berkompetisi satu sama lain Berkolaborasi dalam pembelajaran
Menunggu gilirannya untuk
berbicara
Pendengar aktif terhadap opini dari
siswa yang lain
Pembelajar dari bahan ajar individu Mengaitkan bahan ajarnya
Pembelajaran kolaboratif memiliki lima prinsip yang berbasis
konstruktivisme sosial, seperti yang dikemukakan oleh Hari Srinivas
(Warsono dan Hariyanto 2012: 52), yaitu sebagai berikut :
a. Belajar adalah suatu proses aktif yang menuntut siswa untuk
mengasimilasikan informasi dan mengaitkan pengetahuan baru dalam
bingkai kerangka pengetahuan terdahulu yang dimilikinya.
b. Belajar memerlukan tantangan yang membuka pintu bagi peserta didik
agar terikat secara aktif dengan kelompoknya, serta memproses dan
melakukan sintesis berbagai informasi daripada sekedar mengingat dan
menelannya mentah-mentah.
c. Belajar akan berkembang baik dalam lingkungan sosial ketika terjadi
percakapan yang aktif antar para siswa.
d. Para siswa akan meraih manfaat yang besar dari pembelajaran karena
mendapatkan informasi yang luas dari berbagai sudut pandang yang
berbeda dengan pandangannya sendiri.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
11
e. Dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif setiap siswa akan merasa
tertantang, baik secara sosial maupun emosional karena mendengarkan
berbagai perspektif yang berbeda, yang kemudian mempersyaratkan
adanya pemberian artikulasi terhadap gagasannya, maupun berbagai upaya
untuk mempertahankan gagasannya.
Implementasi dari pembelajaran kolaboratif banyak sekali manfaatnya.
Berikut dijabarkan 44 manfaat yang dikemukakan oleh Hari Srinivas
(Warsono dan Hariyanto, 2012: 79) berdasarkan pengamatannya terhadap
praktik pembelajaran kolaboratif yang dilaksanakan di beberapa Negara :
1. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Meningkatkan interaksi yang lebih familiar antara guru dengan murid.
3. Meningkatkan daya ingat siswa.
4. Membangun rasa percaya diri siswa.
5. Meningkatkan tingkat kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman.
6. Meningkatkan sikap positif kepada materi pembelajaran.
7. Mengembangkan kecapakan oral, keterampilan berbicara.
8. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial.
9. Mengembangkan hubungan yang positif antar suku/ras.
10. Menciptakan suasana pembelajaran aktif yang penuh dengan keterlibatan
dan eksplorasi oleh siswa.
11. Menggunakan pendekatan tim dalam pemecahan masalah, sementara tiap
pribadi tetap bertanggung jawab secara mandiri.
12. Meningkatkan pemahaman tentang adanya berbagai perbedaan.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
12
13. Meningkatkan tanggung jawab belajar.
14. Melibatkan siswa dalam pengembangan kurikulum nyata dan berbagai
aturan/prosedurkelas.
15. Siswa dapat mengeksplorasikan pemecahan masalah alternatif dalam
lingkungan yang aman.
16. Merangsang cara berpikir kritis dan mengklarifikasikan gagasan melalui
diskusi dan debat.
17. Meningkatkan keterampilan manajemen pribadi (mengendalikan emosi
dan lain-lain).
18. Cocok dengan pendekatan konstruktivistik.
19. Membangun atmosfer kerja sama.
20. Menciptakan hubungan antar komponen heterogen yang lebih positif.
21. Mengembangkan tanggung jawab siswa satu sama lain.
22. Mendorong guru untuk melakukan teknik penilaian alternatif terhadap
siswa.
23. Mengembangkan dan menguatkan hubungan antar pribadi
24. Mengembangkan model teknik pemecahan masalah melalui kerja sama
rekan sebaya.
25. Siswa diajari bagaimana mengkritik gagasan dan bukan mengkritik orang.
26. Menjangkau harapan hasil pembelajaran yang tinggi baik bagi guru
maupun siswa.
27. Meningkatkan kinerja siswa dan jumlah kehadiran mereka dalam kelas.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
13
28. Para siswa tetap dalam tugas-tugas mereka dan kurang bersikap
mengganggu.
29. Mengembangkan empati siswa, meningkatkan kecakapan siswa untuk
memandang situasi berlandaskan panadangan/perspektif orang lain.
30. Meningkatkan sistem dukungan sosial.
31. Meningkatkan sikap yang positif terhadap guru, kepala sekolah dan warga
sekolah yang lain, dan pada gilirannya meningkatkan sikap positif guru
terhadap murid.
32. Mengakomodasi berbagai gaya belajar yang berbeda antar siswa.
33. Meningkatakan inovasi dalam pengajaran dan teknik-teknik pengelolaan
kelas.
34. Menurunkan rasa cemas yang mungkin timbul dalam kelas.
35. Hasil tes terhadap adanya rasa cemas siswa dalam belajar terbukti
menurun.
36. Situasi kelas mempresentasikan kehidupan sosial yang nyata, bahkan
situasi dunia kerja.
37. Siswa berkesempatan menjadi model peran dalam hubungan sosial dan
dunia kerja.
38. Pembelajaran kolaboratif dapat bersinergi dengan konten kurikulum.
39. Pembelajaran kolaboratif dapat diterapkan dalam kelas personal yang
jumlah siswanya besar.
40. Peningkatan kecakapan dan kebiasaan praktik dapat dilaksanakan baik di
dalam maupun luar sekolah.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
14
41. Pembelajaran kolaboratif meningkatkan hubungan sosial dan hubungan
akademik di luar sekolah dan antar siswa dari berbagai kelas dan sekolah.
42. Pembelajaran kolaboratif menciptakan suasana kelas tempat para siswa
dapat mengembangkan keterampilan kepimpinannya.
43. Pembelajaran kolaboratif terbukti meningkatkan keterampilan
kepemimpinan dari para siswa perempuan.
44. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang baik
dari para siswa dalam kelasnya. (Warsono dan Hariyanto, 2012: 78-81)
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kolaboratif dapat menciptakan
adanya interaksi antar siswa di dalam kelompok-kelompok kecil sehingga di
dalam proses pembelajaran siswa terlibat secara aktif. Hal tersebut menjadikan
kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik. Kegiatan belajar siswa dikatakan
lebih baik karena dalam proses pembelajaran kolaboratif diharuskan adanya
diskusi, dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya sehingga siswa terbiasa untuk berpikir secara kritis dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui diskusi di dalam kelompok-
kelompok kecil siswa akan merasakan suasana pembelajaran yang lebih
bermakna sehingga siswa akan lebih mengingat materi ajar lebih lama.
Munculnya model pembelajaran kolaboratif ini mengakibatkan adanya
perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan peranan guru dan siswa.
Perubahan yang terjadi tentunya mengarah pada hal-hal yang bernilai positif.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
15
Berbagai manfaat dalam praktik pembelajaran didapatkan dari diterapkannya
model pembelajaran kolaboratif seperti yang telah dijelaskan di atas.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan model pembelajaran
kolaboratif pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran kolaboratif
sekiranya cocok diterapkan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan
ilmu sosial. Hal tersebut dikarenakan IPS merupakan mata pelajaran yang
mengkaji berbagai peristiwa dan fakta yang berkaitan dengan isu sosial.
Melalui pembelajaran kolaboratif ini, siswa diharapkan dapat memperoleh
informasi mengenai berbagai hal yang terjadi di lingkungan masyarakat dan
membahas permasalahan yang ada dengan jalan diskusi kelompok-kelompok
kecil sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan bersama-sama.
Pengetahuan siswa pun akan lebih luas karena mendapatkan informasi dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan pandangannya sendiri.
2. Teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group)
Teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group)
merupakan suatu teknik pembelajaran dalam pembelajaran kolaboratif yang
memberikan kesempatan kepada setiap anggota belajar bersama dan saling
belajar dari anggota yang lain. (Warsono dan Hariyanto, 2012: 70).
Implementasi dari teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat
(syndicate group) yaitu dengan membagi suatu kelompok besar yaitu kelas
menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 3-6 orang.
Masing-masing kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
16
berbeda-beda antar kelompok kecil. Guru menjelaskan tema umum tentang
masalah, menggambarkan aspek-aspek pokok masalah yang akan dibahas.
Setiap kelompok membahas hanya satu aspek. Guru menyediakan referensi
atau sumber-sumber informasi lain. Setiap kelompok sindikat berdiskusi
sendiri-sendiri, dan pada akhir diskusi disampaikan laporan setiap sindikat
yang selanjutnya dibawa ke pleno (sidang umum) untuk dibahas lebih lanjut,
sehingga seluruh aspek dari tema masalah selesai dibahas. (Warsono dan
Hariyanto, 2012: 82).
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pembelajaran
sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) dalam menerapkan model
pembelajaran kolaboratif pada mata pelajaran IPS yaitu materi permasalahan
sosial dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-
masing terdiri dari 3-6 orang.
2. Guru menjelaskan tema umum tentang masalah yaitu permasalahan sosial
dan menggambarkan aspek-aspek pokok masalah yang akan dibahas
dengan bantuan media gambar.
3. Setiap kelompok diminta untuk membahas satu aspek pokok masalah
Antara lain mengenai pengangguran, kependudukan, kemiskinan, putus
sekolah, kejahatan, dan lain sebagainya.
4. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi yang akan
digunakan yaitu tentang permasalahan sosial.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
17
5. Setiap kelompok sindikat berdiskusi sendiri-sendiri sesuai aspek pokok
masalah yang menjadi tanggung jawab kelompoknya. Masing-masing
kelompok sindikat mendapatkan aspek/tugas yang berbeda.
6. Pada akhir diskusi setiap sindikat menyampaikan laporan sesuai aspek
yang dibahas.
7. Selanjutnya dibawa ke pleno (sidang umum) untuk dibahas lebih lanjut,
sehingga seluruh aspek dari tema masalah yaitu permasalahan sosial
selesai dibahas.
3. Hasil Belajar
a. Belajar
Belajar menurut Slameto (2010: 2) ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Baharuddin dan Wahyuni (2010: 12) mengemukakan
belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman.
Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik
perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Senada dengan kedua pendapat di atas, Hilgrad dan Bower
(Baharuddin dan Wahyuni, 2010: 13) mengartikan belajar (to learn) : “1) to
gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study 2)
to fix in the mind or memory; memorize 3) to acquire trough experience 4) to
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
18
become in forme of to find out”. Belajar memiliki pengertian memperoleh
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,
menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa
pakar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan tingkah
laku secara keseluruhan, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan yang didapatkan dari pengalaman, pelatihan, maupun informasi.
Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang banyak sekali macamnya.
Tidak semua perubahan dalam diri seseorang dapat dikatakan sebagai
perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam
pengertian belajar antara lain :
1. Perubahan terjadi secara sadar
Perubahan secara sadar berarti bahwa seseorang yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya
bertambah.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
19
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah
dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Artinya, tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah
laku yang benar-benar disadari.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Seseorang yang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
(Slameto, 2010: 3-5)
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan mengenai belajar
dan perubahan yang diakibatkan oleh proses belajar. Belajar merupakan suatu
proses kegiatan yang dijalani oleh seseorang untuk memperoleh perubahan
tingkah laku melalui pengalamannya sendiri. Perubahan tingkah laku tersebut
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
20
merupakan perubahan yang dihasilkan dari proses belajar berupa perubahan
yang terjadi secara sadar, perubahan yang bersifat kontinu atau fungsional,
perubahan yang bersifat positif dan aktif, perubahan yang bukan bersifat
sementara, perubahan yang bertujuan atau terarah, dan perubahan yang
mencakup seluruh aspek tingkah laku.
b. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 3) hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sudjana (2010: 3)
mengemukakan hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut mengenai hasil belajar, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil ataupun kemampuan
berupa perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotor yang diperoleh dari pengalaman belajar yaitu dari interaksi tindak
belajar dari sisi siswa dan tindak mengajar dari sisi guru.
Hasil belajar yang dicapai siswa tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari
luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Selain faktor kemampuan
yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
21
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan psikis (Sudjana, 2008: 39).
Faktor lain selain dari dalam diri siswa adalah faktor yang berasal dari
luar diri siswa yang juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang
dicapai siswa, yaitu berkenaan dengan lingkungan. Salah satu faktor yang
paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah, ialah kualitas
pengajaran. Maksud dari kualitas pengajaran disini ialah tinggi rendahnya atau
efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran
(Sudjana, 2008: 40). Kaitannya dengan kualitas pengajaran erat hubungannya
dengan guru. Guru memiliki pengaruh yang paling dominan dalam
menciptakan kualitas pengajaran yang baik. Guru harus mampu menciptakan
proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa sangat
bergantung pada kemampuan siswa dan kualitas pengajaran yang
dilaksanakan di sekolah. Semakin tinggi kemampuan siswa dan kualitas
pengajaran akan semakin tinggi pula hasil yang dicapai oleh siswa.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran terdiri atas
tiga unsur yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik atau hasil belajar dalam
bentuk tingkah laku yang menyeluruh. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri
sendiri, namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Howard
Kingsley (Sudjana, 2008: 45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
22
ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Bloom (Sudjana, 2008: 50) juga
menggolongkan hasil belajar menjadi tiga tipe yaitu sebagai berikut :
1) Tipe hasil belajar bidang kognitif
Ranah kognitif menurut Sudijono (2009: 49) adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif.
Tipe hasil belajar bidang kognitif terdiri atas :
a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge), tipe hasil belajar ini
termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe
hasil belajar lainnya. Tipe hasil belajar pengetahuan merupakan
kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar
lainnya.
b) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention), merupakan tipe hasil
belajar yang lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan.
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari
sesuatu konsep.
c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi), adalah kesanggupan menerapkan,
dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang
baru.
d) Tipe hasil belajar analisis, merupakan tipe hasil belajar yang kompleks,
yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
23
e) Tipe hasil belajar sintesis, merupakan kesanggupan menyatukan unsur atau
bagian menjadi satu integritas. Sistesis memerlukan kemampuan hafalan,
pemahaman, aplikasi, dan analisis.
f) Tipe hasil belajar evaluasi, merupakan tipe hasil belajar yang paling tinggi
dan memerlukan kemampuan yang mendahuluinya yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. (Sudjana, 2008: 50-53)
2) Tipe hasil belajar bidang afektif
Menurut Sudijono (2009: 54) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, mengahargai guru dan teman sekelas, dan lain sebagainya.
Tipe hasil belajar bidang afektif terdiri dari beberapa tingkatan seperti :
a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk
masalah, situasi, atau gejala.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus.
d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan
kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
24
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah laku. (Sudjana, 2008: 53)
Telah dijelaskan di atas bahwa ranah afektif berkenaan dengan sikap
dan nilai. Terkait dengan sikap dan nilai yang ada pada diri seseorang, maka
erat hubungannya dengan karakter. Karakter adalah pola tingkah laku dan
perbuatan pada cara seseorang dalam merespon situasi yang menunjukkan
konsistensi tertentu (Mu’in, 2011: 162). Menurut Kementerian Pendidikan
Nasional (2010: 3) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Sedangkan menurut Samani dan Hariyanto (2012:
43) karakter didefinisikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat beberapa pengertian yang dikatakan oleh para pakar di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa karakter adalah watak, sikap, akhlak, perilaku,
atau kepribadian seseorang yang memiliki ciri khas tertentu yang terbentuk
karena pengaruh keturunan maupun pengaruh lingkungan. Membina karakter
anak sebaiknya dilakukan sejak dini dan salah satu cara untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter adalah melalui penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
25
Dalam penelitian ini, hasil belajar aspek afektif difokuskan pada sikap
kerja keras siswa. Peneliti ingin mengetahui apakah dengan menerapkan
model pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok
sindikat (syndicate group) berpengaruh terhadap sikap kerja keras siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Kemendiknas, 2010: 9),
sedangkan menurut Kesuma, Triatna, dan Permana (2012: 17) kerja keras
adalah suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam
menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Elfindri
(2012: 102) juga mengemukakan bahwa kerja keras ialah upaya seseorang
yang tidak mudah berputus asa yang disertai dengan kemauan keras dalam
berusaha dalam tujuan dan cita-citanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
seseorang dengan sungguh-sungguh dan disertai kemauan yang keras dalam
menyelesainkan tugas atau pekerjaannya dan dalam mencapai tujuan atau cita-
citanya.
Indikator keberhasilan Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan
budaya dan karakter bangsa menurut Kemendiknas (2010: 26) adalah sebagai
berikut :
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
26
Tabel 2.3 Indikator sekolah karakter kerja keras
No Nilai Indikator
1. Kerja keras 1. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
2. Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan
memacu untuk bekerja keras.
3. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto
tentang kerja.
Sedangkan keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar menurut
Kemendiknas (2010: 33) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Keterkaitan Nilai dan Indikator Sekolah Dasar
No Nilai Indikator
1-3 4-6
1. Kerja keras:
Perilaku yang
menunjukkan
upaya
sungguh-
sungguh
dalam
mengatasi
berbagai
hambatan
belajar, tugas,
dan
menyelesaika
n tugas
dengan
sebaik-
baiknya.
1. Mengerjakan semua
tugas kelas dengan
sungguh-sungguh.
2. Mencari informasi
dari sumber di luar
buku pelajaran.
3. Menyelesaikan PR
pada waktunya.
4. Menggunakan
sebagian besar waktu
di kelas untuk belajar.
5. Mencatat dengan
sungguh-sungguh
sesuatu yang
ditugaskan guru.
1. Mengerjakaan tugas
dengan teliti dan rapi.
2. Mencari informasi
dari sumber-sumber
di luar sekolah.
3. Mengerjakan tugas-
tugas dari guru pada
waktunya.
4. Fokus pada tugas-
tugas yang diberikan
guru di kelas.
5. Mencatat dengan
sungguh-sungguh
sesuatu yang dibaca,
diamati, dan didengar
untuk kegiatan kelas.
3) Tipe hasil belajar bidang psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar pada ranah psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
27
merupakan kelanjutan dari hasil kognitif dan hasil belajar afektif. Hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila
siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan
makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya (Sudijono,
2009: 57-58).
Tipe hasil belajar bidang psikomotor terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif, interpretatif. (Sudjana, 2008: 54)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses kegiatan yang dijalani seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah
laku melalui pengalamannya sendiri. Artinya, Proses belajar akan
menimbulkan perubahan pada seseorang yaitu berupa perubahan tingkah laku.
Untuk mengetahui perubahan tingkah laku dari proses belajar tersebut, maka
diperlukan adanya pengukuran yaitu berupa hasil belajar. Hasil belajar
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar diri
siswa. faktor dari luar diri siswa atau lingkungan, salah satunya adalah
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
28
lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang berpengaruh paling dominan
terhadap hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran
erat hubungannya dengan guru. Guru diharapkan dapat mengelola
pembelajaran dengan efektif. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
dan cocok diterapkan dalam pembelajaran tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti salah satu variasi model
pembelajaran yaitu model pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran
sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) pada pembelajaran IPS.
Diharapkan model pembelajaran tersebut dapat memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap hasil belajar IPS, baik pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini mencakup aspek
kognitif, aspek afektif yang difokuskan pada penilaian sikap kerja keras siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan psikomotor ditekankan pada
keterampilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan
menyampaikan pendapatnya.
4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang ada dalam kurikulum sekolah. Menurut Trianto (2010: 171) IPS
merupakan integrasi dari berbagai macam ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
29
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Menurut Sapriya,
Susilawati, dan Nurdin (2006: 3) istilah IPS merupakan nama mata pelajaran
di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik
dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain,
khususnya di Negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah salah
satu mata pelajaran yang ada di dalam kurikulum sekolah, termasuk kurikulum
di sekolah dasar. IPS di perguruan tinggi lebih dikenal dengan istilah “social
studies”. Mata pelaran IPS ini merupakan integrasi dari berbagai macam ilmu-
ilmu sosial. IPS dalam penelitian ini sebagai bahan penelitian.
b. Tujuan IPS
Menurut Kemendiknas (2007: 575) mata pelajaran IPS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
30
Menurut Sapriya, Susilawati, dan Nurdin (2006: 5) tujuan IPS adalah
untuk membantu para siswa dalam mengembangkan potensinya agar menjadi
warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat demokratis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPS
memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya dan membekali siswa pengetahuan yang luas agar siswa dapat
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan,
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki kesadaran terhadap nilai-
nilai sosial, dan memiliki kemampuan berkomunikasi serta bekerjasama
dengan orang lain.
c. Pembelajaran IPS
IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar
membahas hubungan antara manusia dengan lingkungan. Lingkungan disini
maksudnya ialah lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat. Siswa akan dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi sehingga akan menjadikan mereka semakin mengerti dan
memahami lingkungan sosial masyarakat. (Trianto, 2010: 173).
Melihat pentingnya Pendidikan IPS di dalam kehidupan, maka
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya
tujuan pendidikan IPS tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
31
memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan setrategi
pembelajaran tentunya harus ditingkatkan agar pembelajaran Pendidikan IPS
benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan
keterampilan dasar bagi para siswa untuk menjadi manusia dan warga Negara
yang baik (Kosasih dalam Trianto, 2010: 174). Menurut Azis Wahab (Trianto,
2010: 174) hal tersebut dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan
aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan.
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan
dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan hanya
sekedar upaya untuk menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat
hafalan belaka, namun terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan
sesuatu yang dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta
dalam melakoni kehidupan masyarakat di lingkungannya, serta sebagai bekal
bagi dirinya sendiri untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan
sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran
yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa. (Trianto,
2010: 174)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan
salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal tersebut
dikarenakan IPS membahas berbagai hal yang berhubungan dengan manusia
dan lingkungan. Pendidikan IPS tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa
karena akan membekali mereka pengetahuan yang luas mengenai kehidupan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
32
masyarakat di lingkungannya, dengan demikian dibutuhkan suatu rancangan
pembelajaran IPS yang mengarahkan pada kondisi dan perkembangan
kemampuan yang dimiliki siswa agar pembelajaran benar-benar bermanfaat
bagi mereka. Salah satunya dengan merancang pembelajaran yang dapat
membantu siswa dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya
dengan menggunakan variasi model pembelajaran seperti model pembelajaran
kolaboratif. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan
menggunakan berbagai model, metode, dan setrategi pembelajaran sangat
diperlukan agar pembelajaran IPS benar-benar fokus kepada upaya membekali
siswa kemampuan dan keterampilan dasar dalam menghadapi kehidupan
bermasyarakat.
d. Materi IPS
Peneliti mengambil materi permasalahan sosial dalam penelitian ini.
Materi tersebut diajarkan di kelas IV semester II. Adapun Standar Kompetensi
dan Kompetensi dasar yang akan dijadikan bahan penelitian dijabarkan pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi.
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
Sumber : KTSP
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, maka
dapat diketahui Standar Kompetensi yang akan dijadikan bahan penelitian
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
33
yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi
di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar yang akan
dijadikan bahan penelitian adalah Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, maka
dapat diketahui materi yang akan dijadikan bahan dalam penelitian yaitu
materi permasalahan sosial. Materi permasalahan sosial di kelas 4
mempelajari berbagai permasalahan sosial yang ada di daerah dan upaya
untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang sama persis dengan Penelitian yang akan diteliti
tidak ditemukan oleh peneliti. Hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Singgih Santoso (2013)
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Dan Motivasi
Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri
1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar yang diberi perlakuan model pembelajaran kolaboratif lebih
tinggi dibanding pada metode ceramah. Rata-rata hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kolaboratif lebih baik yaitu 12,949
dibandingkan dengan metode ceramah yaitu 10,949.
Penelitian yang dilakukan oleh Singgih Santoso dan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaaan dan persamaan. Perbedaan
tersebut terletak pada teknik yang digunakan dalam model pembelajaran
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
34
kolaboratif. Singgih Santoso melakukan penelitian untuk melihat pengaruh
dari model pembelajaran kolaboratif secara umum dan dikaitkan dengan
motivasi belajar terhadap hasil belajar fisika, sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian untuk melihat pengaruh model pembelajaran kolaboratif
dengan lebih spesifik yaitu dengan menggunakan salah satu teknik dalam
pembelajaran kolaboratif yakni pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat
(syndicate group) terhadap hasil belajar IPS. Persamaan penelitian yang
dilakukan oleh Singgih Santoso dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah sama-sama melakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari model
pembelajaran kolaboratif terhadap hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam
pencapaian hasil belajar. Guru sebagai ujung tombak di dalam kegiatan
pembelajaran di kelas diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan, serta melibatkan siswa secara aktif sehingga
hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hasil belajar
siswa tidak hanya diukur dari aspek kognitifnya saja, namun diukur secara
keseluruhan yaitu dengan mengikut sertakan pengukuran pada aspek afektif
dan aspek psikomotor.
Agar tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
serta pencapaian hasil belajar yang optimal, maka guru memerlukan variasi
model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Salah satunya
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
35
dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran
sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) pada pembelajaran IPS.
Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS materi permasalahan sosial.
Berikut ini skema kerangka berpikir tentang penerapan model
pembelajaran kolaboratif teknik pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat
(syndicate group) terhadap hasil belajar IPS materi permasalahan sosial:
Gambar 2.1 kerangka berpikir penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti dapat
merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Adanya pengaruh yang lebih baik model pembelajaran kolaboratif teknik
pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) terhadap
hasil belajar IPS aspek kognitif permasalahan sosial siswa kelas IV di SD
Negeri Karangdadap.
2. Adanya pengaruh yang lebih baik model pembelajaran kolaboratif teknik
pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) terhadap
Model pembelajaran
Kolaboratif teknik
pembelajaran sebaya tipe
kelompok sindikat (syndicate
group)
(X)
Berpengaruh terhadap
hasil belajar IPS (kognitif,
afektif, psikomotor)
(Y)
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014
36
hasil belajar IPS aspek afektif materi permasalahan sosial siswa kelas IV
di SD Negeri Karangdadap.
3. Adanya pengaruh yang lebih baik model pembelajaran kolaboratif teknik
pembelajaran sebaya tipe kelompok sindikat (syndicate group) terhadap
hasil belajar IPS aspek psikomotor materi permasalahan sosial siswa kelas
IV di SD Negeri Karangdadap.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Pinastika Dwi Melina, FKIP UMP, 2014