BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/5112/3/BAB II.pdfmenjadikan seseorang...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/5112/3/BAB II.pdfmenjadikan seseorang...
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sikap Rasa Ingin Tahu
Sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari
menunjukkan karakter dirinya. Samani (2012: 43) mendefinisikan karakter
adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter digunakan sebagai pijakan seseorang dalam berpikir,
bertindak, dan bersikap. Pikiran dan tindakan yang ditunjukkan seseorang
merupakan wujud sebuah karakter dalam diri. Kemendiknas (2010: 3)
menyebutkan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Karakter disusun oleh beberapa komponen kebaikan diantaranya
kejujuran, keberanian, rasa rohmat, dll. Hubungan dengan manusia lain,
karakter menjadikan seseorang bersikap sesuai dengan norma yang
berlaku seperti yang dinyatakan Yaumi (2014: 7) karakter adalah
moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap sesorang yang
ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. Kebaikan terdiri atas
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
10
sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan
serangkaian sikap dan sifat manusia yang dapat dilihat melalui tindakan
seseorang kepada orang lain. Sikap dan sifat tersebut terbentuk karena
hereditas pengaruh lingkungan yang membedakan dengan manusia lain.
Pembentukan karakter melalui pendidikan bukan hanya dilakukan
oleh pihak sekolah tetapi peran serta orang tua dan lingkungan juga
membentuk karakter anak didik. William & Schnaps dalam Zubaedi
(2011: 15) menjelaskan character education is any delibate approach by
which school personnel, often in conjunction with parents and community
members, help children adn youth become caring, principle and
responsible. Penjelasannya mengenai pendapat tersebut adalah pendidikan
karakter didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan oleh para pengelola
sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan
anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi
atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.
Pendidikan karakter dimaknai sebuah proses pembentukan watak
dan moral yang baik, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa
agar dapat diterima di masyarakat. Pendidikan karakter merupakan proses
pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, rasa, dan karsa sesuai dengan
pendapat Samani (2012: 45) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
11
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
merupakan upaya mewujudkan siswa untuk dapat menjadi manusia
seutuhnya. Penanaman watak yang baik ditunjukkan dengan melakukan
kebaikan sehari-hari yang ditanamkan oleh pihak sekolah, orang tua, dan
masyarakat.
Nilai pendidikan karakter bangsa terdiri dari religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu nilai pendidikan karakter
yang diangkat dalam penelitian ini adalah sikap rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu diartikan sebagai sikap untuk selalu mengetahui
yang belum dipahami, didengar atau dilihatnya, sikap tersebut dapat
menjadikan seseorang lebih tahu dan memahami suatu hal secara
mendalam. Karakter ini menjadi modal penting dalam hidup
bermasyarakat. Orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi adalah
orang yang senang mengeksplorasi, belajar, dan menemukan hal-hal baru
yang belum pernah ditemukan sebelumnya, sesuai pernyataan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
12
(Surakhmad, 2012: 6) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Sikap rasa ingin tahu mendorong untuk selalu mencari informasi
yang belum dipahami, sikap tersebut akan selalu timbul jika sudah
mengetahui jawaban atas infromasi lain. Aly (201: 3) menyebutkan rasa
ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan kegiatan yang bertujuan
untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam
pikirannya, rasa ingin tahu tidak dapat dipuaskan, jika salah satu soal dapat
dipecahkan, maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal
budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya, selalu timbul keinginan untuk menambah pengetahuan itu.
Ciri-ciri orang yang memiliki sikap rasa ingin tahu yang tinggi
adalah :
a. Senang mengajukan pertanyaan.
b. Selalu timbul rasa penasaran.
c. Menggali, menjejaki dan menyelidiki.
d. Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya.
e. Mengintai, mengintip dan membongkar berbagai hal yang masih
kabur.
Pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu
merupakan sikap dan tindakan manusia yang berupaya untuk selalu
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
13
mengetahui apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu
akan terus muncul ketika sudah menemukan jawabannya karena sifat
alamiah manusia yang tidak puas dengan apa yang sudah diketahuinya.
Sikap rasa ingin tahu ditunjukkan dengan berusaha menemukan sesuatu
yang belum diketahuinya, senang mengajukan pertanyaan, dan tertarik
untuk mempelajari hal-hal yang belum diketahuinya.
Rasa ingin tahu di sekolah dapat diketahui dengan indikator.
Daryanto (2013: 138) menjelaskan indikator rasa ingin tahu di sekolah dan
di kelas yaitu :
a. Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau
media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
b. Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
c. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.
d. Eksplorasi lingkungan secara terprogram.
e. Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media
elektronik).
Nilai dan indikator di sekolah dasar memiliki keterkaitan, karena
didalam indikator mengandung nilai-nilai yang harus dikembangkan di
sekolah. Kemendiknas (2010: 36) menyebutkan yaitu adanya keterkaitan
nilai dan indikator untuk sekolah dasar, khususnya sikap rasa ingin tahu.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
14
Tabel 2.1 indikator rasa ingin tahu di sekolah dasar
Nilai Indikator Indikator
Rasa ingin tahu:
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya
untuk mengetahui
lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu
yang dipelajari,
dilihat, dan
didengar.
Kelas 1-3 Kelas 4-6
Bertanya kepada guru
dan teman tentang
materi pelajaran.
Bertanya atau
membaca sumber di
luar buku teks tentang
materi yang terkait
dengan pelajaran.
Bertanya kepada
sesuatu tentang gejala
alam yang baru terjadi.
Membaca atau
mendiskusikan gejala
alam yang baru terjadi.
Bertanya kepada guru
tentang sesuatu yang
didengar dari radio
atau televisi.
Bertanya tentang
beberapa peristiwa
alam, sosial, budaya,
ekonomi, politik,
teknologi yang baru
didengar.
Bertanya tentang
berbagai peristiwa
yang dibaca dari
media cetak.
Bertanya tentang
sesuatu yang terkait
dengan materi
pelajaran tetapi di luar
yang dibahas di kelas.
Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa sikap rasa ingin tahu siswa
sekolah dasar untuk kelas 4 yaitu:
a. Siswa mampu bertanya dan membaca sumber belajar selain buku teks
tentang materi tersebut, mereka mengupayakan untuk dapat memahami
materi dari sumber yang berbeda misalnya internet dan artikel.
b. Siswa dapat melihat dan menafsirkan gejala alam baik sosial, ekomomi,
budaya maupun teknologi yang ada dan berkembang di lingkungan
masing-masing, selain itu siswa juga dapat mendiskusikan gejala alam
yang ada lingkungan sekitar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
15
c. Siswa bertanya mengenai sosial, ekomomi, budaya, dan teknologi yang
baru mereka dengar sehingga mereka dapat menemukan jawaban dari
pertanyaan yang mereka tanyakan.
d. Siswa bertanya mengenai apa yang mereka lihat dan dengar di
lingkungan, hal tersebut tidak berkaitan dengan materi yang
disampaikan guru di kelas.
Indikator sikap rasa ingin tahu kelas IV di sekolah dasar yaitu
siswa mampu bertanya dan mencari pengetahuan diluar buku teks,
bertanya tentang apa yang dilihat di masyarakat sekitar, dapat memahami
peristiwa yang terjadi di lingkungan hidupnya serta dapat bertanya tentang
materi yang telah diajarkan tetapi di luar kelas dan jam pelajaran. Sikap
rasa ingin tahu diambil sebagai salah satu permasalahan dalam penelitian
ini karena sikap tersebut dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
pembelajaran melalui penerapan strategi Inquiring Minds Want To Know
yang menuntut siswa untuk dapat memikirkan tentang sebuah topik atau
pertanyaan yang belum pernah dibahas sebelumnya sehingga dapat
menciptakan pembelajaran aktif di kelas.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses yang
berkaitan dengan aspek pengetahuan yang telah dicapai oleh seseorang
dalam hidupnya. Arifin (2009: 12) berpendapat kata prestasi berasal
dari bahasa Belanda yaitu prestatie. kemudian dalam bahasa Indonesia
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
16
menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar
(achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome).
Prestasi merupakan hasil pengetahuan, prestasi belajar pada umumnya
berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi
aspek pembentukan watak siswa. Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan/dikerjakan.
Prestasi dapat juga diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan. Hamdani (2011: 137) mengemukakan prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individual maupun perubahan kemampuan bereaksi yang relatif
langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan serangkaian usaha
baik secara individu maupun perubahan kemampuan seseorang yang
bersifat relatif tetap. Prestasi dapat diwujudkan baik secara individual
maupun kelompok.
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku
sebagai pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan sendiri.
Slameto (2010: 2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
17
Belajar diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal tersebut diperoleh bukan
hanya dalam pendidikan melainkan dari lingkungannya. Aunurrahman
(2009: 38) menyatakan belajar adalah aktivitas untuk memperoleh
pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan sikap.
Belajar dapat merubah tingkah laku seseorang di
lingkungannya. Hamalik (2006: 28) menyatakan belajar merupakan
suatu proses, suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.
Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu tindakan dan perubahan yang terjadi dalam diri sendiri mengenai
tentang tingkah laku. Belajar tidak hanya suatu tindakan untuk
mendapat pengetahuan dari sesuatu yang terjadi di lingkungan tetapi
belajar dapat dilihat dari tingkah laku yang dilakukan seseorang
melalui pengalaman yang didapat saat di lingkungan keluarga maupun
lingkungan sekitar.
Manusia selalu mengejar prestasi dalam hidupnya, prestasi
disesuaikan dengan bidang yang ditekuninya. Arifin (2011: 12)
menyatakan prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat
perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing.
Prestasi belajar manusia dari sebuah aktivitas akan
mengakibatkan perubahan dalam diri manusia. Perubahan tersebut
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
18
dapat berupa kemampuan, keahlian, dll sesuai pernyataan Hamdani
(2011: 138) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-
kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
dari aktivitas dalam belajar.
Pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar yang dilakukan
sepanjang kehidupan manusia yang mengakibatkan adanya perubahan
tingkah laku dan kemampuan seseorang. Prestasi belajar hanya dapat
diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Jenis prestasi dapat diukur dari sebuah indikator. Muhibbin
(2013: 217) menyatakan indikator prestasi belajar yaitu sebagai berikut
Tabel 2.2 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
A. Ranah Cipta
(Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
1. Dapat menunjukkan;
2. Dapat membandingkan:
3. Dapat menghubungkan.
1. Dapat menyebutkan:
2. Dapat menunjukkankembali
1. Dapat menjelaskan;
2. Dapat mendifinisikan
dengan lisan sendiri
1. Dapat memberikan contoh;
2. Dapat menggunakan secara
tepat
1. Tes lisan
2. Tes tertulis;
3. Observasi
1. Tes lisan
2. Tes tertulis;
3. Observasi
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
1. Tes tertulis;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
19
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
4. Aplikasi/penerap
an
5. Analisis
(Pemeriksaan
dan pemilahan
secara teliti)
6. Sintesis
(Membuat
paduan baru dan
utuh)
1. Dapat menguraikan;
2. Dapat
mengklafisikan/memilah-
milah
1. Dapat menghubungkan
materi-materi sehingga
menjadi kesatuan baru;
2. Dapat menyimpulkan;
3. Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
1. Tes tertulis;
2. Pemberian
tugas;
1. Tes tertulis;
2. Pemberian
tugas;
B. Ranah Rasa
(Afektif)
1. Penerimaan
2. Sambutan
3. Apresiasi
(Sikap
menghargai)
1. Menunjukkan sikap
menerima;
2. Menunjukkan sikap menolak
1. Kesediaan
berpartisipasi/terlibat;
2. Kesediaan memanfaatkan
1. Menganggap penting dan
bermanfaat;
2. Menganggap indah dan
harmonis;
3. Mengagumi
1. Mengakui dan menyakini;
1. Tes tertulis;
2. Tes skala sikap;
3. Observasi
1. Tes skala sikap;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi
1. Tes skala sikap;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
20
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
4. Internalisasi
(Pendalaman)
5. Karakterisasi
(Penghayatan)
2. Mengingkari
1. Melembagakan atau
meniadakan
2. Menjelmakan dalam pribadi
dan perilaku sehari-hari
1. Tes skala sikap;
2. Pemberian
tugas ekspresi
(yang
menyatakan
sikap dan tugas
proyektif(yang
menyatakan
perkiraan atau
ramalan)
1. Pemberian
tugas ekspresif
dan proyektif;
2. Observasi
C. Ranah Karsa
(Psikomotor)
1. Keterampilan
bergerak dan
bertindak
2. Kecakapan
eskpresi verbal
Kecakapan mengkoordiasikan
gerak mata, tangan , kaki dan
anggota tubuh lainnya
1. Kefasihan
melafalkan/mengucapkan
2. Kecakapan membuat mimik
dan gerakan jasmani
1. Observasi
2. Tes
tindakan
1. Tes tertulis;
2. Observasi
Tabel 2.2 dapat disimpulkan bahwa jenis prestasi dibagi
menjadi 3 yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenis prestasi
kognitif berupa pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis. Jenis prestasi tersebut memiliki indikator yang harus dicapai
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
21
Jenis prestasi afektif lebih menekankan pada sikap dalam
proses pembelajaran dan dapat diukur dengan tes tertulis, obervasi, dan
skala sikap. Jenis prestasi psikomotor, lebih menekankan pada
kecakapan mengoordinasikan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh
lainnya. Prestasi dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran
yang sesuai dengan indikator-indikator dan pemilihan cara evaluasi
secara tepat.
Belajar yang dilakukan oleh seseorang memiliki tahap-tahap
dalam proses belajar agar tercapainya hasil belajar. Muhibbin (2011:
109-113) mengutip beberapa pendapat ahli tentang tahapan-tahapan
dalam proses belajar, yaitu:
1) Jerome S. Bruner
Belajar merupakan aktifitas yang berproses didalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Proses belajar siswa
menempuh tiga tahap yaitu:
a) Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara
informasi yang memperoleh itu ada yang sama sekali baru dan
berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah,
memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang
sebelumnya yang telah dimiliki.
b) Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
Tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh
dianalisis, diubah, dan ditransformasikan menjadi bentuk yang
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
22
abstrak atau konseptual supaya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal
yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung
sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan.
c) Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.
2) Arno F. Wittig
Setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
a) Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)
Siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan
melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Tahap ini terjadi asimilasi
antara pemahaman dan perilaku baru dalam keseluruhan
perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan
tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan
mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
b) Storage (tahap penyimpanan informasi)
Siswa secara otomatis akan mengalami proses
penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh
ketika menjalani proses acquisition.
c) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
Siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem
memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
23
memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah
upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan
memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori
berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu
sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
3) Albert Bandura
Setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama belajar sosial
dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan
peristiwa yang meliputi:
a) Tahap perhatian (attentional phase)
Para siswa/siswi pada umumnya memusatkan perhatian
pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik
terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau
perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Guru
dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika
menyajikan pokok meteri atau bergaya dengan mimik
tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu agar
dapat menarik perhatian siswa.
b) Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
Siswa lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan
menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku
yang dicontohkan apabila disertai dengan penyebutan atau
penulisan nama, istilah dan label yang jelas serta contoh
perbuatan yang akurat.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
24
c) Tahap reproduksi (reproduction phase)
Simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku
yang telah tersimpan dalam memori para siswa itu diproduksi
kembali, untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para
siswa, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan
lagi apa-apa yang telah mereka, misalnya dengan menggunakan
saran post-test.
d) Tahap motivasi (motivation phase)
Guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah atau nilai
tertentu kepada siswa yang kinerja memuaskan. Sementara itu,
kepada mereka yang belum menunjukan kineija yang
memuaskan perlu diyakinkan arti penting penguasaan materi
atau perilaku yang disajikan guru dalam kehidupan mereka.
Penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar
diawali dengan tahap penerimaan, tahap penerimaan merupakan
tahap awal, pada tahap ini seorang siswa mulai menerima
informasi baru yang dijadikan rangsangan dan melakukan
tanggapan terhadapnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru,
selanjutnya tahap penyimpanan materi. Siswa memproses dan
menyimpan pengetahuan serta perilaku yang dicontohkan dalam
memori, selanjutnya tahap penilaian materi, dalam tahap ini siswa
dapat menilai sendiri sejauh mana informasi dan pengetahuan yang
telah diterima dan disimpan dalam memori dapat dimanfaatkan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
25
untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi
siswa.
Proses belajar dilakukan dengan baik agar dapat
mengembangkan potensi siswa. Trianto (2011:10) menjelaskan
tentang proses belajar sebagai berikut:
a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus
mengontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
b) Anak belajar dari mengalami. Anak mcncatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja
oleh guru.
c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang sesuatu persoalan.
d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan
yang dapat diterapkan.
e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi
situasi baru.
f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-
ide.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
26
g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan
struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan
organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Penjelasan dari beberapa ahli di atas mengenai proses
belajar yang dilakukan oleh siswa maka dapat disimpulkan bahwa
belajar bukan hanya menghafal, tetapi hal yang dialami siswa
merupakan awal belajar, sehingga hal yang dialami peseta didik
dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, pengetahuan yang dimiliki
peseta didik merupakan cermin pemahaman yang mendalam
tentang suatu masalah sehingga siswa dapat belajar dari hal-hal
yang dilakukan dan dijumpai setiap harinya, sehingga dapat lebih
memudahkan dan mengembangkan potensi siswa.
Belajar yang efektif dapat diciptakan dari lingkungan belajar
yang mendukung prosesnya. Trianto (2011: 12) menjelaskan
pentingnya lingkungan belajar yang dimaksud adalah:
a) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa.
b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka.
c) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses
penilaian yang benar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
27
d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
Penjelasan di atas membahas pentingnya lingkungan belajar
bagi siswa. Belajar yang paling afektif dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat pada siswa karena siswa akan cenderung
lebih aktif dalam menerima pelajaran. Belajar akan lebih bermakna
jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang hanya memusatkan pada
hafalan akan menciptakan siswa yang mudah mengingat tetapi
gagal dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya kelak.
Guru harus mengutamakan proses pembelajarannya
dibanding dengan hasilnya karena dengan proses pembelajaran
yang baik maka akan mendatangkan hasil yang baik pula, hasil
tersebut dapat dilihat dari 3 aspek yang mulai berkembang melalui
proses pembelajaran. Penilaian yang baik akan memberikan
dampak terhadap kepada siswa, sehingga guru dalam menciptakan
lingkungan belajar haruslah disesuaikan dengan karakter masing-
masing anak sehingga lingkungan belajar sangat berperan terhadap
hasil belajar. Diadakannya komunitas atau kelompok belajar maka
siswa terorientasi dalam komunitas kerja yang berguna untuk masa
depan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
28
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor baik faktor
dalam dan faktor luar. Mulyasa (2013: 190) berpendapat faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
a) Faktor internal
(1) Fisiologis
Kondisi jasmani atau fisik seseorang yang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya
dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani
tertentu terutama panca indera.
(2) Psikologis
Intelegensi adalah dasar potensial bagi pencapaian hasil
belajar asrtinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung
pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai
tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu, minat dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu. Sikap adalah gejala internal atau
berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif
tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
29
b) Faktor Eksternal
(1) Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang
terjadi dalam berbagai situasi sosial. Faktor ini termasuk
lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada
umumnya. Peran keluarga dan guru atau fasilitator dalam
keberhasilan prestasi belajar sangat berpengaruh karena
efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan dan
instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi
proses dan prestasi belajar, hampir seluruhnya bergantung
pada guru.
(2) Faktor nonsosial adalah faktor-faktor lingkungan yang
bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya
keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku
sumber, dan sebagainya.
Penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa terdapat
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal
dan faktor ekternal. Faktor internal terdiri faktor fisiologi (fisik
berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca
indera) dan psikologi (berkaitan dengan intelegensi, minat dan
sikap). Faktor eksternal terdiri dari sosial (hubungan manusia
dengan keluarga dan masyarakat) dan non sosial (faktor
lingkungan yaitu keadaan rumah, fasilitas buku, dan sumber
buku).
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
30
b. Fungsi utama prestasi
Prestasi belajar memiliki fungsi utama. Arifin (2011:12) menyebutkan
fungsi prestasi adalah sebagai berikut:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan.
3) Hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut sebagai
"tendensi keingintahuan (couriosty) merupakan kebutuhan umum
manusia".
4) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong siswa
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan.
6) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama
yang harus diperhatikan, karena siswalah yang diharapkan dapat
menyerap seluruh materi pelajaran.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
31
Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi utama
prestasi adalah sebagai indikator yang muncul dari dalam dan luar dari
suatu pendidikan. Prestasi belajar juga sebagai indikator daya serap
atau kecerdasan yang dimiliki siswa proses belajar siswa menjadi
fokus utama dan pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan
pembelajaran, selain itu pretasi merupakan informasi dalam melakukan
inovasi pendidikan, dengan adanya prestasi maka guru dapat
mengukur dan mempertimbangkan dalam memutuskan untuk
melakukan perubahan pendidikan di sekolah.
c. Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang disebut dengan
tes prestasi belajar. Azwar (2010: 18-21) beberapa prinsip dasar dalam
pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:
1) Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi
secarajelas sesuai dengan tujuan instruksional.
Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam menyusun tes
prestasi belajar, yaitu langkah pembatasan tujuan ukur. Identifikasi
dan pembatasan tujuan ukur harus bersumber dan mengacu pada
tujuan instruksional yang telah digariskan bagi suatu program.
2) Tes Prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari
hasil belajar dan materi yang dicakup oleh program instruksional
atau pengajaran.
3) Maksud sampel hasil belajar dalam hal ini adalah perwujudan soal
tes dalam bentuk butir-butir yang mewakili kesemua pertanyaan
mengenai materi pelajaran yang secara teoritik mungkin ditulis.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
32
Untuk dapat dikatakan mengukur hasil belajar materi pelajaran
secara keseluruhan, sampel pertanyaan yang termuat dalam tes
harus representatif yakni harus menanyakan semua bagian materi
yang dicakup oleh suatu program secara proporsional.
4) Tes Prestasi harus berisi butir-butir dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe
perilaku yang harus diterima sebagai bukti tercapainya tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan pengukuran prestasi
belajar adalah pengungkapkan proses mental atau kompetensi
tingkat tinggi guna pemecahan masalah maka dapat dipilih tipe
butir esai, atau tipe pilihan ganda.
5) Tes Prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaan hasilnya.
Perhatian harus lebih ditunjukan pada respon atau jawaban
yang diberikan siswa pada butir-butir tertentu sedangkan skor
keseluruhan menjadi kurang penting peranannya. Pusat perhatian
akan tertuju pada kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan oleh
siswa dan bukan pada usaha guna mengukur efektivitas program
pengajaran, karena tes seperti ini tujuan utamanya adalah untuk
mendeteksi masalah-masalah kesukaran belajar maka taraf
kesukaran butir-butirnya pun dibuat rendah.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
33
6) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan
hasil ukurannya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Informasi mengenai reliabilitas suatu tes haruslah menjadi
salah satu pertimbangan penting dalam melakukan interprestasi
hasil ukur tes yang bersangkutan. Untuk itulah, biasanya selain
adanya laporan mengenai koefisien relibilitas setiap tes perlu juga
dilengkapi dengan laporan besarnya eror standar dalam
pengukuran.
7) Tes Prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
pada anak didik.
Tujuan utama pengukuran prestasi belajar, baik formatif
maupun sumatif, adalah membantu mereka dalam belajar haruslah
dapat dikomunikasikan kepada para siswa. Bila para siswa telah
dapat memandang tes sebagai sarana yang menolong mereka, di
samping sebagai dasar pemberian angka atau nilai rapot, maka
fiingsi tes sebagai motivator dan pengarah dalam belajar telah
tercapai.
Pernyataan dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa tes prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
pada anak. Tes prestasi memiliki syarat yaitu harus dirancang
sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya
selain itu tes prestasi diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurannya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
34
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
1) Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial memberi wawasan mengenai displin
ilmu sosial yang dikaji dan dikemas sesuai dengan kebutuhan
siswa. Susanto (2013: 137) menjelaskan IPS adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara
ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang
mendalam kepada siswa, khususnya ditingkat dasar dan menengah.
Pengetahuan sosial disajikan dengan ilmu yang beragam. IPS
merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran
sejarah,geografi dan ekonomi serta ilmu sosial lainnya (Sapriya,
2008: 6).
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai ilmu
sosial berupa sejarah, geografi, dan ekonomi serta lainnya yang
memberikan wawasan dan pengetahuan untuk pendidikan dasar
dan menengah. IPS dikemas untuk memberikan pemahaman
mengenai pengetahuan sosial.
Tujuan pendidikan dapat terwujud dengan penerapan
pendidikan IPS didalamnya. Somantri (2001: 92) dalam Sapriya
(2008: 6) menyatakan bahwa pendidikan ilmu pengetahuan sosial
merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
35
sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan IPS mempelajari kehidupan yang disesuaikan
dengan pemahaman siswa. Pendidikan IPS di sekolah dasar
merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua
aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat (Susanto,
2013: 137).
Uraian para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS
merupakan adaptasi dari ilmu sosial yang mempelajari manusia
dalam aspek seluruh kehidupannya yang disajikan secara ilmiah
untuk mencai tujuan pendidikan. Pendidikan IPS diterapkan dalam
pendidikan formal di Indonesia dari sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan
potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat terutama dalam sekolah dasar tujuan pembelajaran IPS
menekankan pada pengembangan sikap siswa. Tujuan pendidikan IPS
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
36
di sekolah dasar dikelompokkan menjadi 4 komponen, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Chapin & Messick (1992) yaitu:
1) Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman
manusia dalam kehidupan bemasyarakat pada masa lalu, sekarang
dan masa yang akan datang.
2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk
mencari dan mengolah atau memproses informasi.
3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat.
4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta
dalam kehidupan sosial.
Proses pembelajaran yang dilakukan pasti memiiki tujuan yang
ingin dicapai. Hal ini juga berlaku dalam pembelajaran IPS seperti
yang dikemukakan Trianto (2010: 176-177) tujuan utama IPS ialah
untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Tujuan tersebut
dapat tercapai apabila program-program pembelajaran IPS di sekolah
diorganisasikan secara baik. Rumusan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
37
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah
dan kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan strategi yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun masyarakat.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak
bersifat menghakimi.
8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya "to prepare students to be well-Junctioning citizens
in a democratic society" dan mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap
persoalan yang dihadapinya.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
38
9) Menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau
penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
IPS di SD adalah membekali siswa sebagai persiapan menjadi warga
masyarakat yang mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang
dihadapinya dan menyerasikan kehidupannya, IPS juga bertujuan
untuk menjadikan peseta didik berpikir kritis sehingga siswa dapat
memikirkan sebelum bertindak serta menjunjung kepedulian terhadap
sesama.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup IPS mencakup beberapa aspek. Badan Standar
Nasional Pendidikan (2010: 102) menyebutkan ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Manusia, tempat dan lingkungan.
2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan.
3) Sistem sosial dan budaya.
4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
4. Materi Pokok
Materi perkembangan teknologi produksi komunikasi dan
transportasi yang akan digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam
penelitian yaitu standar kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten / kota
dan provinsi.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
39
Penelitian ini dilakukan pada kompetensi dasar perkembangan
teknologi produksi komunikasi dan transportasi sebagai materi yang akan
digunakan di dalam penelitian ini. Materi tersebut akan diambil dari BSE
IPS Kelas IV SD Sadiman.
5. Strategi Inquiring Minds Want To Know
Strategi Inquiring Minds Want To Know merupakan strategi kelas
penuh yang melibatkan siswa hingga akhir pembelajaran, dalam strategi
ini terdapat langkah-langkah dan variasi pembelajaran. Sesuai yang
dikemukakan Mell Silberman (2005:112-113) menyatakan strategi
Inquiring Minds Want To Know melibatkan siswa secara penuh dalam
kegiatan belajar mengajar karena strategi tersebut memusatkan pada
pikiran tentang sebuah pertanyaan yang ditimbul sebelum mengetahui
jawaban sebenarnya. Strategi ini menstimulus rasa ingin tahu siswa
dengan mendorong siswa untuk memikirikan tentang sebuah topik atau
pertanyaan. Siswa lebih cenderung mengingat suatu pengetahuan tentang
materi pelajaran yang belum pernah dibahas sebelumnya jika mereka
dilibatkan semenak awal dalam pengalaman kegiatan belajar satu kelas
penuh.
6. Tahap-tahap strategi Inquiring Minds Want To Know
Strategi Inquiring Minds Want To Know harus disampaikan sesuai dengan
tahap-tahap pembelajaran. Zaini (2008: 28-29) menyebutkan tahap-tahap
strategi Inquiring Minds Want To Know:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
40
a. Buat satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk mengetahui lebih lanjut
atau mau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan tersebut harus
dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil siswa.
1) Pengetahuan sehari-hari (―Mengapa padi dapat menjadi beras?‘)
2) Bagaimana (―bagaimana jika teknologi tidak mengalami
perkembangan?‖)
3) Definisi (―Apakah tujuan pembelajaran itu?‖)
4) Ide pokok (― Menurut kalian,apa yang yang harus dibahas dalam
pembelajaran ini?‖)
5) Cara kerja sesuatu (―Bagimana cara menggunakan handphone?‖)
6) Produk/hasil (―Apa yang dihasilkan dari mesin perontok padi?‖)
7) Solusi (―Bagaimana jika ban sepeda kalian bocor ketika berangkat
sekolah?‖)
b. Anjurkan siswa untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan
mereka. Gunakan kata-kata; coba pikirkan, apa kira-kira? Dan lain-lain
c. Jangan memberikan jawaban secara langsung. Tampung semua
dugaan-dugaan. Biarkan siswa bertanya-tanya tentang jawaban yang
benar.
d. Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengerjakan apa
yang akan Anda kerjakan pada siswa. Jangan lupa beri jawaban yang
benar ditengah-tengah anda menyampaikan pelajaran.
Variasi dalam pembelajaran menggunakan strategi Inquiring Minds
Want To Know adalah :
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
41
a. Pasangkan siswa dan perintahkan mereka untuk secara kolektif
membuat dugaan.
b. Sebagai ganti pertanyaan, katakan kepada siswa apa yang hendak
Anda ajarkan dan mengapa hak itu menarik. Cobalah untuk
menghangatkan tahap pengenalan sebelum pembelajaran dengan cara
seperti mengiklankan sebuah film yang akan ditayangkan.
c. Cobalah membumbui pengantar ini dengan cara membuat atraksi
terhadap sebuah film/bioskop.
Uraian di atas dapat disimpulkan strategi Inquiring Minds Want To
Know memiliki kelebihan yaitu dapat mengembangkan kemampuan
berpikir logis, kritis dan dinamis selian itu dalam strategi ini juga dapat
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berpikir
kritis, logis dan dinamis dihasilkan dari setiap dugaan siswa sebelum
mengetahui jawaban yang tepat atas pertanyaan dari guru namun
strategi ini juga memiliki kekurangan yaitu dalam membuat
perencanaan pembelajaran mengalami hambatan karena kebiasaan
belajar siswa selain itu strategi ini juga memerlukan waktu yang
panjang agar dapat mencapai tujuan pembelajaran, tidak jarang guru
sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
42
7. Media Video
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah,
perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal (Arsyad, 2007: 3).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat
yang murah dan efisien dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan. Guru dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan
membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media
tersebut belum tersedia untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, berikut
merupakan pengetahuan dan pemahaman media pembelajaran.
1) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
43
2) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3) Seluk-beluk proses belajar.
4) Hubungan antara strategi mengajar dan media pendidikan.
5) Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran.
6) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
7) Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
8) Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.
9) Usaha inofasi dalam media pendidikan.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pendidikan pada umunya dan tujuan pembelajaran di sekolah
pada khususnya. Media dapat dijadikan sebagai alat komunikasi agar
pembelajaran sesuai dengan tujuan.
b. Penggunaan Media
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-
perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara
pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Arsyad (2007: 6-7)
menyatakan ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman
langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan
pengalaman abstrak (symbolic).
Tingkatan pengalaman pemerolehan keterampilan belajar
digambarkan oleh Arsyad (2007: 8) sebagai suatu proses komunikasi.
Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat
menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan
menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
44
siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga
dipahami sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan pesan oleh guru
dan murid digambarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media
Pesan diproduksi dengan: Pesan dicema dan
diinterpretasidengan:
Berbicara, menyanyi, memainkan <—> Mendengaikan alat music
Menvisualisasikan melalui film,
gambar, model, patung, grafik,
kartun, gerakan nonverbal<—> Mengamati foto, lukisan,
Menulis atau mengarang <—> membaca
Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk
memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk
menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan
menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang
disajikan.
c. Pengertian Media audio dan media visual
1) Media Audio
Media audio adalah media yang hanya mengandalkan
keterampilan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan
hitam (Djamarah, 2010: 124).
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
45
2) Media Visual
Adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan.
Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film
strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau
lukisan, dan cetakan. Adapula media visual yang menampilkan
gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun
(Djamarah, 2006: 141).
Uraian di atas disimpulkan bahwa media audio visual
merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar.Jenis media ini mempunyai keterampilan yang lebih baik.
3) Manfaat media audio visual
Media audo visual mempunyai manfaat dalam pembelajaran.
Sadiman (2010: 17) menyatakan secara umum media audio visual
mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti
misalnya:
(2) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film, atau model.
(3) Objek yang terlalu kecil dibantu dengan proyektor mikro,
film bingkai, film, atau gambar.
(4) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timeplase atau high speed photography.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
46
(5) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai,
foto maupun secara verbal.
(6) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin)
dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
(7) Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk
film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
c) Penggunaan media audio visual secara tepat dapat mengatasi
sikap pasif siswa. Dalam hal ini media audio visual berguna
untuk:
(1) Menimbulkan kegairahan belajar.
(2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa
dengan lingkungan dan kenyataan.
(3) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
Uraian di atas disimpulkan bahwa sifat yang unik pada
setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman
yang berbeda, serta dengan banyaknya materi yang harus diajarkan
kepada siswa, sungguh akan membuat guru mengalami banyak
kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan
lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga
berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan media yang
sesuai. Media yang digunakan untuk penelitian ini adalah media
video.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
47
Video dapat memudahkan proses pembelajaran sehingga
dapat mencapai tujuannya. Isjoni dan Ismail (2008: 46)
menyatakan bahwa penggunaan video dapat membantu
memudahkan pemahaman pelajar berkaitan dengan isi pelajaran
yang dipelajari dan dapat membantu guru mencapai tujuan
pembelajaran.
Media video memiliki manfaat yang dijabarkan oleh
beberapa ahli. Prastowo (2012: 302) menjelaskan manfaat media
video, antara lain:
a) Memberikan pengalaman yang tak terduga pada siswa.
b) Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak
mungkin bisa dilihat.
c) Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan
sebenarnya yang dapat memicu diskusi siswa.
d) Menunjukkan cara menggunakan alat atau perkakas.
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
video adalah media yang dapat menampilkan keadaan nyata dari
suatu objek tertentu atau suatu peristiwa yang pernah terjadi di
suatu tempat yang tidak mungkin untuk dilihat secara langsung
oleh sebagian besar orang.Video dapat digunakan sebagai sumber
informasi berharga karena dapat memberikan pengalaman yang
sama dengan pengalaman yang diperoleh setelah melihat sesuatu
secara langsung.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
48
Media video dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan sesuai pernyataan Prastowo (2015: 303) kelebihan
media video dalam pembelajaran yaitu:
a) Dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang
ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau
berupa respon yang diharapkan dari siswa.
b) Penampilan siswa dapat segera dilihat untuk dikritik atau
dievaluasi.
c) Dapat memperkokoh efek tertentu, dapat memperkokoh belajar
maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut.
d) Mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi
pelajaran atau latihan yang dapat digunakan secara interaktif
dengan buku kerja atau benda lain yang biasa digunakan di
lapangan.
e) Informasi yang disajikan secara serentak pada waktu yang
sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah peserta
yang tidak terbatas.
f) Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan
pembelajaran mandiri, di mana siswa belajar sesuai dengan
kecepatan masing-masing dapat dirancang.
Kekurangan media video dalam pembelajaran yaitu:
a) Peralatan harus sudah tersedia di tempat penggunaan serta
harus cocok ukuran dan formatnya dengan piringan yang akan
digunakan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
49
b) Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan
yang mudah, disamping menyita banyak waktu.
c) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang
yang mampu mengerjakannya.
d) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film, hasilnya
tidak bagus.
e) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton,
kecuali jaringan monitor dan sistem proyeksi video
diperbanyak.
f) Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas, yakni separuh
dari jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam.
g) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan
keterbatasan sistem video menjadi masalah yang
berkesinambungan.
Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bhawa dalam
penggunaan video sebagai media pembelajaran terdapat kelebihan,
yaitu video dapat membantu guru dalam menyampaikan informasi
secara baik dan menarik, karena siswa dapat memperhatikannya
dengan mudah dan dapat diulang ketika siswa belum dapat
memahaminya secara baik. Siswa dilatih untuk belajar mandiri
tetapi video juga memiliki kekurangan diantaranya sebeum
pembelajaran berlangsung harus menyiapkan terlebih dahulu dan
menyita banyak waktu, selain itu jika layar monitor kecil maka
akan membatasi siswa serta dalam perubahan teknologi yang
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
50
semakin pesat maka video memiliki keterbatasan dan menjadi
masalah yang berkelanjutan.
Kekurangan media video, guru dapat mengatasinya yaitu
dengan mempersiapkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan
dalam menampilkan video sehingga tidak menyita waktu pelajaran,
selain itu pihak sekolah yang mengharapkan penggunaaan video
digunakan secara rutin dalam pembelajaran sehingga pihak sekolah
mengupayakan alat yang digunakan dalam penggunaan media
video dapat dioperasikan dengan mudah sehingga menjadikan
pembelajaran aktif dan menarik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sayip Eko widodo (2014: 7) dengan
judul skripsi ―Pengaruh Srategi Inquiring Minds Want To Know
dengan Media Video terhadap Kemampuan Mendeskripsikan Daur
Hidup Hewan pada Kelas IV SD N Tertek Pare Kabupaten Kediri
Tahun Ajaran 2013/2014‖ menyatakan srategi Inquiring Minds Want
to Know dengan media video mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan mendeskripsikan daur hidup hewan siswa kelas IV SD N
Tertek IV Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun Ajaran
2013/2014. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas eksperimen
lebih tinggi yaitu 76.8 dibanding dengan kelas kontrol yang
menerapkan pembelajaran langsung yaitu 70,72.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
51
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari Widiyaningrum (2013: 15)
dengan judul skripsi ―Penerapan Model Pembelajaran Inquiring Minds
Want To Know dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Tiyaran 01 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013‖.
Hasil penelitian ini ialah adanya peningkatan hasil belajar IPA melalui
penerapan model pembelajaran Inquiring Mind Want to Know, hal ini
dapat dilihat dari nilai siswa yang di atas KKM ≥ 65 dari sebelum
tindakan sampai sesudah tindakan. Pada siklus I nilai siswa meningkat
33,33% dari pra siklus, dan nilai siklus II meningkat 50% dari siklus I.
Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini.. Persamaannya terdapat pada strategi yang di
gunakan yaitu strategi Inquiring Minds Want To Know dan
penggunaan media audio visual, perbedaan penelitian di atas dengan
penelitian ini terdapat pada mata pelajaran dan materi yang digunakan.
Mata pelajaran penelitian di atas merupakan mata pelajaran IPA,
sedangkan penelitian ini menggunakan mata pelajaran IPS. Hasil
kedua penelitian tersebut adalah strategi Inquiring Minds Want To
Know dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar
terbukti dari setiap siklus mengalami peningkatan.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan menggunakan strategi Inquiring Minds Want To
Know sangat bermanfaat untuk merangsang rasa ingin tahu siswa dan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
52
memunculkan ide atau dugaan positif terhadap hal yang dijumpai siswa. Guru
merupakan kendali utama dari meningkatkan mutu, memiliki pengaruh yang
sangat besar sebab itu guru dituntut untuk dapat mencari dan menerapkan
strategi pembelajaran yang tepat agar siswa dapat aktif dalam proses
pembelajaran. Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan
potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Penguasaan materi oleh siswa terhadap materi yang disampaikan guru
merupakan syarat dalam mengetahui keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran. Permasalahan yang ada bahwa siswa kelas IV di SD Negeri 1
Lesmana dalam mata pelajaran IPS yaitu siswa kurang menguasai materi yang
disampaikan guru dikarenakan dalam menyampaikan materi masih bersifat
abstrak, oleh karena itu guru perlu menggunakan suatu strategi pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Siswa belum menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh.
Selain itu rasa ingin tahu siswa yang dirasa kurang saat pembelajaran
berlangsung, oleh karena itu, penelitian ini menerapkan strategi Inquiring
Minds Want To Know dengan harapan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan
prestasi belajar IPS siswa. Apabila strategi dan media yang digunakan guru
selalu monoton, maka siswa akan bosan dan prestasi belajar siswa rendah.
Sebaliknya apabila strategi dan media yang dipilih guru bervariasi maka
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
53
prestasi belajar siswa lebih baik pula. Untuk memberikan penjelasan dapat
digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Skema di atas dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir yang ada
pada penelitian tindakan kelas ini yaitu kondisi awal yang ada pada kelas IV
SD N 1 Lesmana menunjukan bahwa rasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar
IPS masih rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi wawancara kepada
guru kelas yang menyatakan bahwa rasa ingin tahu siswa pada saat
pembelajaran masih kurang hal ini dapat dilihat dari siswa kurang tertarik
dengan materi yang disampaikan guru, siswa belum membaca sumber buku di
luar buku teks mata pelajaran IPS, selain itu siswa sangat jarang bertanya
mengenai materi yang telah disampaikan guru baik di dalam maupun di luar
jam pelajaran, selain itu, rendahnya prestasi belajar siswa juga dibuktikan dari
nilai ulangan harian siswa selama 3 tahun materi perkembangan teknologi
Kondisi Awal
Rasa ingin tahu
dan prestasi
belajar IPS
siswa kelas IV
SD N 1
Lesmana masih
Tindakan Hasil yang diharapkan
Menerapkan
pembelajaran inovatif
dengan menerapkan
pembelajaran
inquiring minds want
to know dan media
Peningkatan rasa ingin
tahu dan prestasi belajar IPS siswa kelas
IV SD N 1 Lesmana
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016
54
produksi komunikasi dan transportasi tergolong masih rendah dan belum
mencapai KKM.
Permasalahan yang ada di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana
membutuhkan solusi untuk dapat mengatasi permasalahan siswa mengenai
rendahnya rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPS yang masih rendah. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan pembelajaran kelas utuh dengan
menerapkan strategi Inquiring Minds Want To Know. Pada pembelajaran
Inquiring Minds Want To Know, siswa diarahkan membuat dugaan atas apa
yang disampaikan dan ditayangkan melalui video dan dilakukan secara
berpasangan untuk memperebutkan bintang penghargaan yang disediakan
guru.
Penggunaan pembelajaran kelas utuh melalui penerapan strategi
Inquiring Minds Want To Know pada penelitian tindakan kelas ini diharapkan
juga dapat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran IPS yang
memperhatikan tujuan pembelajaran IPS, maka pembelajaran IPS akan
semakin bermakna dan siswa akan terbantu dalam memahami materi yang
diajarkan sehingga prestasi belajar IPS siswa akan meningkat dan memuaskan.
D. Hipotesis Tindakan
Kajian teori dan kerangka berpikir di atas menjelaskan hipotesis
tindakan pada penelitian ini yaitu melalui penerapan strategi Inquiring Minds
Want To Know dan pengunaan media audio visual dapat meningkatkan rasa
ingin tahu dan prestasi belajar IPS materi perkembangan teknologi produksi
komunikasi dan transportasi di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Siska Pravita Sari, FKIP, UMP, 2016