BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM...
Transcript of BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM...
4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Bangunan Gedung
Dinegara-negara berkembang dimana penguasaan teknologi dan sumber
daya manusia yang masih sngat terbatas, faktor kesalahan perencanaan masih
sangat besar pengaruhnya dalam kegagalan bangunan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Oyewande di Nigeria, kegagalan bangunan disebabkan kelasalahan
perencanaan (50%), kesalahan pelaksanaan (40%), dan kegagalan akibat material
yang jelek (10%) (Oyewande dalam Ayinoula dan Olalusi, 2004).
Rehabilitasi bangunan gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh
pemilik atau pengelola gedung untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan
pengguna gedung. Rehabilitasi bangunan gedung merupakan faktor yang penting
guna menjaga kelanjutan gedung dikemudian hari. Dalam membuat aplikasi
rehabilitasi bangunan gedung adalah hal penting untuk mengidentifikasi kerusakan
yang terjadi pada gedung tersebut terlebih dahulu.
Pekerjaan rehabilitasi bangunan gedung hampir selalu diabaikan walaupun
sudah jelas dinyatakan dalam kontrak. Terkadang kerusakan bangunan gedung
tidak segera mendapat penanganan yang sesuai. Hal tersebut berpengaruh pada
kegagalan bangunan gedung dan menyebabkan masalah yang lebih serius
dikemudian hari. Desain dan pemilihan material yang sesuai dengan fungsi gedung
dan lingkungannya merupakan hal yang sangatlah penting. Langkah-langkah
preventif perlu diambil dalam rangka meminimalkan terjadinya ketidak sesuaian
dan hal tersebut akan mendukung dalam rehabilitasi bangunan gedung nantinya.
Kebijakan pemeliharaan praktis merupakan sebuah peraturan yang penting dalam
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
5
pemeliharaan bangunan gedung guna mempertahankan keandalan komponen-
komponen gedung.
Beberapa peneliti tentang penentuan prioritas pemeliharaan bangunan
gedung yang pernah dilakukan. Darmawan (2005) melakukan penelitian tentang
penentuan skala prioritas dalam pengelolaan sarana dan prasarana gedung
perkantoran pemerintahan Kabupaten Tenggamus. Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) digunakan untuk menghitung bobot fungsionalnya. Penentuan
prioritas berdasarkan kondisi bangunan. Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan
dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan
dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya (Composit Condition Index).
Hasil penelitian menunjukan prioritas prioritas penganan bangunan yaitu Dinas
Permukiman dan Prasaran Daerah 88.72%, Dinas Perhubungan 89.8%, Badan
Pendidikan dan Pelatihan 91.69%, Badan Perencanaan Daerah 95.29% dan Badan
Pengawasan Daerah 97.38%.
Sutikno (2009) telah mengembangkan sistem untuk penentuan skala
prioritas pemeliharaan bangunan SMKN 1 Singkawang. Metode yang digunakan
yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menghitung bobot fungsionalnya.
Sedangkan untuk menghitung biaya pemeliharaan dihitung sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan menilai kondisi bangunan digunakan metode CCI
(Composit Condition Index). Berdasarkan hasil penelitian tiga urutan pertama
prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang belajar dari 22 ruang yang ada yaitu
bengkel elektronik, bengkel bangunan, dan bengkel mesin. Prioritas pemeliharaan
pada kelompok ruang penunjang dari 14 ruang yang ada berturut-turut yaitu ruang
KM/WC, ruang gudang dan ruang selasar. Prioritas pemeliharaan pada kelompok
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
6
ruang kantor dari 4 ruang yang ada yaitu ruang dewan guru, ruang tata usaha dan
ruang kepala sekolah serta wakil kepala sekolah.
Seputro (2008) meneliti tentang sistem untuk menentukan prioritas
rehabilitasi bangunan gedung sekolah SMPN 1 Pakem Yogyakarta. Sistem
pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas rehabilitasi menggunakan
metode AHP. Kriteria yang menjadi acuan yaitu indeks kondisi bangunan dan
besarnya biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan bangunan agar kembali ke
kondisi semula. Indeks kondisi bangunan menggambarkan kondisi bangunan pada
saat penelitian, angka 100 menunjukan bangunan dalam kondisi baik sekali dan
angka 0 menunjukan bangunan dalam keadaan runtuh. Hasil penelitian
menunjukan prioritas penanganan berdasarkan kerusakan yaitu ruang kelas VIII A,
ruang pantri, KM/WC, ruang kelas VII C, ruang kelas VII B. Prioritas penanganan
berdasarkan indeks kerusakan dan biaya pemeliharaan didapat dari prioritas
penanganan yaitu ruang kelas VIII A, ruang laboratorium IPA, ruang kelas III A,
ruang kelas III C, dan ruang kelas VIII B.
Dalam penelitian ini, beberapa kriteria yang akan dimasukkan diantaranya
tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan
gedung.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang peraturan pelaksanaan UU RI
Nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung dijelaskan bahwa Bangunan
gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah
dan/atau air. Bangunan gedung berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
7
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
sosial, kegiatan usaha, kegiatan belajar mengajar, maupun kegiatan khusus.
Struktur bangunan gedung bagian dari bangunan yang tersusun dari
komponen-komponen yang dapat bekerjasama secara satu kesatuan. Struktur
bangunan gedung harus mampu berfungsi menjamin kekuatan, stabilitas,
keselamatan, dan kenyamanan bangunan gedung terhadap segala macam beban.
Struktur harus dapat menahan beban terencana maupun beban tak terduga.
Struktur bangunan gedung juga harus mampu menahan bahaya lain dari kondisi
sekitarnya seperti tanah longsor, intrusi air laut, angin kencang, tsunami, dan lain
sebagainya.
Seiring dengan bertambahnya usia bangunan dan pengaruh lingkungan
disekitarnya, maka kinerja dari gedung tersebut akan semakin menurun. Selain
faktor umur bangunan, banyak faktor lain yang menyebabkan berkurangnya
kemampuan layan bangunan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas bangunan. Kerusakan yang terjadi
pada gedung dapat disebabkan oleh perencanaan yang salah, kesalahan pabrikasi,
kesalahan pada proses konstruksi dan sebagian kecil disebabkan oleh
ketidaktepatan pengoperasian dan kurangnya pemeliharaan.
Adapun faktor pelaksaan, yang menyebabkan berkurangnya mutu
bangunan dapat disebabkan oleh buruknya mutu SDM yang ada, rendahnya
kualitas meterial yang digunakan, rendahnya standar kualitas konstruksi, lokasi
proyek yang kurang tepat, pengawasan yang tidak cukup, kurangnya persiapa, tidak
tepatnya penyimpanan dan penanganan material, kekurangan tepatan metode
konstruksi yang dipakai, kurangnya perlindungan terhadap faktor matahari dan
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
8
hujan, adanya kelemahan koordinasi antara pihak pengawas, kontraktor dan sub
kontraktor (Watt, 1999).
Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung selain disebabkan oleh
faktor-faktor diatas, sering juga disebabkan oleh gempa dan faktor biologi. Sebagai
negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, Indonesia sangat cocok
untuk berkembang biaknya mahluk hidup yang dapat merusak gedung. Bahan
bangunan yang sering diserang terutama yang berbahan kayu. Mahluk hidup yang
sering merusak kayu adalah jamur pembusuk, rayap, serangga bubuk serta cacing
penggerek kayu (Suranto, 2002).
1. Perencanaan pemanfaatan bangunan gedung
Daur hidup bangunan merupakan suatu siklus hidup bangunan yang
dimulai dari proses prakonstruksi, proses konstruksi, hingga pasca konstruksi.
Proses Prakonstruksi terdiri dari: Pengumpulan data, Analisa, Rancangan
Skematik, Konsep Rancangan, Gambar Prarencana, Pengembangan Rancangan
dan Gambar Kerja, Dokumen Konstruksi. Sedangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam Proses Prakonstruksi tersebut meliputi: Perencanaan
Ruang Mekanikal dan Elektrikal, Aksebilitas, Orientasi Bangunan, Pemilihan
Bahan, Analisa Resapan Air, Pemilihan Perlengkapan / Peralatan Bangunan,
Pengkodisian Udara, Pengolahan Limbah dan Air, Instalasi Listrik dan Air,
Analisa Dampak Lingkungan.
Proses Konsruksi terdiri dari; Perhitungan Volume dan Biaya Pekerjaan,
Analisa Waktu Pekerjaan, Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja dan Perlatan,
Mengajukan Penawaran Biaya Pelaksanaan Kegiatan, Pelaksaan Pekerjaan
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
9
Konstruksi, Melakukan Pemeliharaan Konstruksi Sampai Masa Serah Terima
Kedua. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Konstruksi
meliputi; Mutu, Waktu dan Biaya, Kesehatan Kerja, Gambar Bangunan,
Pemeriksaan Teknis, Konsep Manual Pemeliharaan.
Proses Pasca Konstruksi terdiri dari; Melakukan Pendataan,
Perencanaan dan Penjadwalan Rehabilitasi, Pelaksanaan Pekerjaan
Rehabilitasi, Membuat Laporan Rehabilitasi dan Pengoperasian Bangunan
Gedung. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Pasca
Konstruksi meliputi; Manual Pemeliharaan, Pembersihan Berkala, Pemeriksaan
Berkala, Pemeliharaan Berkala, Perawatan Berkala, Penggantian Suku Cadang,
Perbaikan Bangunan, Renovasi Bangunan, Latihan Penanggulangan Bahaya,
Latihan Evakuasi, Pelaporan, Peningkatan Mutu SDM.
Konsep rehabilitasi bangunan meliputi; Aktivitas Pengelolaan yang
terdiri dari pengelolaan harta benda dan pengelolaan lainnya. Pengelolaan
harta benda terdiri dari pengelolaan rehabilitasi dan pengeolaan properti.
Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung ditunjukan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung
Dalam skema tersebut digambarkan bahwa dalam rehabilitasi
bangunan gedung terdiri dari 2 tindakan yaitu tindakan pencegahan dan
tindakan perbaikan. Dalam tindakan pencegahan dilaukan secara langsung dan
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
10
tidak langsung. Dalam tindakan perbaikan dilakukan dalam rangka peningkatan
kualitas maupun tindakan darurat yang bersifat sementara.
2. Sistem rehabilitasi bangunan gedung
Dalam sistem rehabilitasi bangunan gedung, sesuai dengan pelatihan
SLF tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Perawatan
Bangunan Indonesia meliputi:
1. Komponen Arsitektural
2. Komponen Struktural
3. Komponen Mekanikal, Elektrikal, dan Utilitas
4. Komponen Ruang Luar
5. Komponen Aksesibilitas
6. Sistem Manajemen Tata Graha
3. Kerusakan bangunan gedung
Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau
komponen bangunan akibat penyusutan atau berakhirnya umur bangunan,
atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang
berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.
Menurut UU No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, intensitas
kerusakan bangunan dapat digolongkan atas 3 tingkat kerusakan, diantaranya:
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
11
1. Kerusakan Ringan
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-
struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding
pengisi dan lain-lain.
2. Kerusakan Sedang
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural, seperti struktur atap,
lantai, dan lain-lain.
3. Kerusakan Berat
Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen
bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah
diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
a. Penyebab kerusakan bangunan gedung
Menurut Rahmadi (2010), kerusakan-kerusakan bangunan gedung
dapat disebabkan oleh:
a) Faktor umum bangunan, deteriorasi mutu bahan bangunan akibat
creep/shringkage, fatique, radiasi sinar matahari, dan korosi.
b) Faktor kondisi tanah dan air, differential settlement pada pondasi, up lift
pada landasan lantai basemen.
c) Faktor angin.
d) Faktor gempa bumi.
e) Faktor tanah longsor, akibat dari banjir, curah hujan tinggi, dan erosi
tanah.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
12
f) Faktor petir.
g) Faktor kualitas bahan bangunan.
h) Faktor kualitas perencanaan.
i) Faktor kualitas pelaksanaan.
j) Faktor alih fungsi bangunan.
k) Faktor kebakaran.
Pada kenyataannya kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung
biasanya tidak hanya terjadi disebabkan oleh satu sebab saja, melainkan
gabungan dari beberapa penyebab. Misalkan sering terjadi kerusakan pada
bangunan gedung terjadi akibat kesalahan pada perancanaan dan
pelaksanaan sekaligus.
b. Jenis dan tipe kerusakan bangunan gedung
Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung, secara umum
terbagi menjadi kerusakan pada komponen arsitektur, komponen struktur,
dan komponen mekanikal elektrikal (Utilitas). Jenis dan tipe kerusakan yang
terjadi pada bangunan gedung sangat dipengaruhi oleh penyebabnya.
Menurut Amri (2005), jenis kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung
berdasarkan pada komponen arsitekturnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
13
Tabel 1. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Arsitekturnya (Amri, 2005)
NAMA
KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN
Atap Genteng Genteng keramik, genteng beton,
genteng logam, genteng kaca.
Retak, pecah, bocor,
rembesan, karat
Atap Lembaran Seng, aluminium, serat, logam
ringan
Retak, pecah, lapuk,
patah, karat
Bumbungan
Atap
Seng, asbes, genteng,
polycarbonate
Pecah, patah, lapuk,
sobek
Talang dan Jurai Seng lembaran, polimer Lapuk, karat, bocor,
sobek
Penutup Lantai Plesteran, beton tumbuk, ubin PC,
teraso, keramik, marmer, vynil,
parket, papan, plywood
Retak, terlepas, aus,
bocor, melendut,
serangan serangga
Penutup
Dinding
Plesteran, keramik, marmer,
granit, wallpaper
Retak, terlepas,
sobek, kotor
Penutup Plapon Bahan organik, asbes, plywood,
gypsum, GRC, lembar aluminium,
akustik
Terlepas, lendut,
retak, pecah, hancur,
gelombang, luntur
Kusen Kayu, aluminium, baja, PVC, beton Bubuk, sobek, lepas,
karat,retak, busuk
Jendela Kayu, aluminium, polimer, seng,
baja
Ukuran berkurang,
busuk, karat, lepas,
engsel macet/lepas
Kunci dan
Gantungan
Besi, baja, logam campuran,
kuningan
Karat, copot, pecah,
sulit dikunci
Kaca Kaca biasa, kaca warna, kaca es,
kaca seni
Pecah, retak, getar
Pengecatan Kapur padam, cat emulsi, cat acrylic, cat minyak
Retak , mengelupas, belang-belang
Rabat beton Semen, pasir, kerikil Amblas, retak, hancur
Jenis kerusakan yang sering terjadi pada bangunan gedung
berdasarkan pada komponen strukturnya bisa dilihat pada Tabel 2.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
14
Tabel 2. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Strukturnya (Amri, 2005)
NAMA
KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN
Pondasi Beton, pasangan batu, pasangan
bata
Pecah, penurunan,
tergerus, patah
Sloof Beton bertulang Retak, patah
Kuda-kuda kayu WF, baja siku, kanal, baja ringan,
baja pipa bulat
Lendutan, karat,
terpuntir, retak,
trekstang tak
sempurna
Rangka Langit-
langit
Kayu, baja, aluminium Patah, lapuk, terjatuh,
serangan serangga
Dinding Pemikul
Beban
Pasangan bata merah,
batako,beton ringan
Retak, melendut,
runtuh
Dinding Pengisi Pasangan bata, panel pracetak,
kayu, batako, gypsum, GRC,
teakwood
Retak, melendut
Lantai Kayu, beton, panel pracetak Retak, melendut,
spalling, karat tulang
Balok Beton bertulang Keropos,retak, lendut,
mengelupas, patah
Kolom Beton bertulang Retak, patah, keropos,
lapuk, patah joint,
runtuh
Jenis kerusakan yang sering terjadi pada bangunan gedung
berdasarkan pada komponen Utilitasnya bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Utilitasnya (Amri, 2005)
NAMA
KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN
Saluran air kotor
dan air hujan
Keramik, beton, logam, PVC Bau, pecah, bocor,
tersumbat, karat
Saluran Air Bersih Pipa PVC, keran air, pompa air,
bak air, tanki air
Pecah, bocor, pudar,
tersumbat, karat
Pekerjaan Listrik Kabel, pipa, armature Terkelupas, terbakar,
pecah
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
15
4. Survei kondisi bangunan gedung
Kegiatan survei atau pemeriksaan kondisi bangunan perlu dilakukan
dengan tujuan agar pemeliharaan terhadap bangunan gedung dapat berjalan
secara efisien dan efektif.
Pada prinsipnya pemeriksaan bangunan gedung bisa digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu pemeriksaan untuk pendataan asset, pemeriksaan
rutin atau berkala, dan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan pendataan asset dilakukan guna mendaftarkan gedung
baru untuk dilaporkan dalam rangka tertib administrasi asset bangunan
gedung negara.
Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh
atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan atau
prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan
kelaikan fungsi bangunan gedung.
Pemeriksaan rutin atau berkala yang dilakukan secara berkala
terhadap bangunan gedung dapat memberikan informasi tentang kerusakan
yang terjadi pada bangunan gedung sejak dini, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan. Dengan adanya penanganan kerusakan sejak dini, dapat
mencegah terjadinya peningkatan volume kerusakan, sehingga dapat
mengefisienkan biaya pemeliharaan.
Apabila ada hal khusus yang terjadi pada bangunan, seperti terjadi
kebakaran, gempa bumi dan lain sebagainya, dapat dilakukan pemeriksaan
khusus. Pada pemeriksaan khusus bangunan gedung, biasanya untuk
mendapatkan kondisi bangunan yang akurat. Pada pemeriksaan khusus
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
16
dilakukan penyelidikan disertai dengan penelitian mendetail dengan bantuan
alat-alat tertentu atau penelitian lanjut di laboratorium. Alur kegiatan survei
bangunan gedung ditunjukan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
17
Pemeriksaan bangunan gedung secara umum dapat dilakukan dengan
2 cara, antara lain:
1. Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test)
Pada pemeriksaan ini, alat bantu yang digunakan tidak sampai
merusak komponen bangunan yang ada. Jenis-jenis pemeriksaan non
destruktif dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Metode Non destruktif (Amri, 2005)
NO METODE PENGGUNAAN
1 Pemeriksaan Visual Pengamatan pola retak, pengelupasan, scalling, korosi, atau cacat pelaksanaan
2 Pemeriksaan dengan alat radiograpi
Mendeteksi kemungkinan timbulnya retakan atau mutu pengelasan apda bangunan baja
3 Pemeriksaan dengan dial gauge atau peralatan pengukur regangan khusus (electrical strain gauge)
Pemeriksaan regangan dan lendutan pada bangunan baja
4 Pemeriksaan dengan alat Portabel Corrosion meter
Pengukuran tingkat korosi pada baja tulangan didalam beton
5 Pengujian dengan palu beton (Schmid’s hammer test)
Pengukuran mutu kuat tekan beton
6 Pengujian dengan alat penetrasi Windsor probe
Pengukuran mutu kuat tekan beton
7 Pengujian dengan alat ultrasonic pulse velocity test
Mengetahui mutu beton dan prediksi adanya retakan dan kedalaman retakan
8 Pengujian dengan Impact echo
Menentukan berbagai kerusakan dalam elemen beton seperti retak, rongga
9 Pemeriksaan dengan R bar meter
Mengetahui kedalaman posisi tulangan dan jarak antar tulangan
10 Pemeriksaan dengan radioaktif
Mencari kebocoran pada beton
11 Pengukuran dengan theodolite dan water pass
Mengukur kemiringan atau penurunan bangunan eksisting
12 Pengukuran dengan covermeter
Menentukan tulangan tertanam, mengukur kedalaman selimut beton, dan memperkirakan diameter tulang
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
18
2. Pemeriksaan dengan cara merusak (Destructive test)
Pengujian destruktif dilakukan dengan mengambil ebagian
komponen bangunan, misalkan komponen beton atau baja tulangan.
Kemudian komponen ini diperiksa secara lebih teliti dengan bantuan alat di
laboratorium.Metode pengujian destruktif diantaranya dalam Tabel 5.
Tabel 5. Metode Destruktif (Amri, 2005)
NO METODE PENGGUNAAN
1 Pengujian tensile strenght test pada baja
Mengetahui kuat tarik baja
2 Pemeriksaan dengan alat radiograpi
Mengetahui mutu kuat tekan beton eksisting, modulus elastisitas
3 Pameriksaan dengan larutan phenol phetalin
Pemeriksaan laju karbonasi pada beton yang terbakar
5. Persyaratan bangunan gedung
a. Persyaratan Administratif
1. Status hak atas tanah, dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak
atas tanah.
2. Status kepemilikan bangunan gedung.
3. Izin mendirikan bangunan gedung.
b. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan gedung (UU RI NO. 28 tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung).
1. Persyaratan tata bangunan diantaranya:
a. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung
b. Persyaratan arsitektur bangunan gedung
c. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
19
2. Persyaratan keandalan bangunan gedung diantaranya:
a. Persyaratan bangunan keselamatan bangunan gedung
b. Persyaratan kesehatan bangunan gedung
c. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung
d. Persyaratan kemudahan
6. Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung, kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
dikategorikan menjadi :
a. Pemeliharaan bangunan gedung
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta sarana dan prasarananya, agar bangunan gedung
selalu laik fungsi (preventive maintenance). Pekerjaan pemeliharaan
meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan,
dan/atau pergantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan
kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan
pemeliharaan bangunan gedung.
b. Perawatan bangunan gedung
Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan,
dan/atau sarana dan prasarana, agar bangunan gedung tetap laik fungsi
(currative maintenance). Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
20
penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau
sarana dan prsarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan
bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan
konstruksi. Pekerjaan bangunan gedung dikategorikan menjadi :
1. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur
maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula,
sedang utilitas dapat berubah.
2. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah,
baik arsitektur, struktur, maupun utilitas bangunannya.
3. Restorasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusakberat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah
dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan
struktur dn utilitas bangunannya dapat berubah.
B. Apliksi
Menurut Menurut Jogiyanto (2005), program aplikasi merupakan program
yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam aplikasi yang
tertentu yang sudah dibuat oleh pabrik pembuat perangkat lunak aplikasi.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
21
C. Database
Menurut Andi (2007), database adalah sekumpulan file data yang saling
berhubungan dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk
mendapat dan memproses data. Lingkungan system database menekankan data
yang tidak bergantung (independen data) pada aplikasi akan menggunakan data.
Data adalah kumpulan fakta dasar (mentah) yang terpisah.
D. Sistem Informasi Menejemen
Menurut George (2001) Sistem informasi manajemen adalah serangkaian
sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional
terpadu yang mampu mentrasformasi data sehingga menjadi informasi lewat
serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan
sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah di tetapkan.
E. UML (Unified Modeling Language)
UML adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk
menggambarkan dariman asal data atau kemana tujuan data yang keluar dari
sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan
interaksi antara data yang disimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut
(Kristanto, 2003).
F. Borland Delphi 7
Menurut Husni (2004), Delphi adalah sebuah bahasa pemrograman
(Development Language), aplikasi untuk membuat aplikasi. Delphi digunakan untuk
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
22
membangun aplikasi windows, Aplikasi grafis, aplikasi visual, bahkan aplikasi
jaringan (client/server) dan berbasis internet.
G. SQL Server
Menurut Hartama (2001), Microsoft SQL Server merupakan sebuah sistem
manajemen basis data relasional RDBMS (Relational DataBase Management
System) yang sangat popular dil lingkungan Linux, namun tersedia juga pada
Windows.
H. DSS (Decision Support Systems)
DSS adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,
pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur,
dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat
(Kusrini, 2007).
Menurut Gorry dan Scott-Morton’s, DSS adalah sekumpulan model dari
prosedur untuk pemrosesan data dan penentuan (justifikasi) dalam membantu
mengambil keputusan.
1. Karakteristik dan kemampuan DSS
Adapun karakteriktik dan kemampuan dari pada DSS adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan memiliki kendali menyeluruh terhadap semua
langkah pengambilan keputusan pada mesin DSS.
b. Penggunaan yang berevolusi (dapat berubah sesuai dengan kebutuhan).
c. Mudah untuk dibuat atau dikembangkan.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
23
d. Mendayagunakan berbagai model (menyesuaikan strategi dan situasi
keputusan).
e. Dilengkapi dengan pengetahuan (Untuk DSS tingkat Advance digunakan
dalam menyelesaikan problematika yang sulit).
2. Komponen DSS
a. Manajemen Data
Basis data yang berisi data-data relevan untuk kondisi dan dikelola
menggunakan DBMS. Managemen data meliputi: basis data DSS, sistem
managemen basis data, direktori data, dan fasilitas query.
b. Managemen Model
Sepaket software yang menyediakan kemampuan analisis sistem
dan terkait dengan managemen perangkat lunak. Managemen model
meliputi: basis model, sistem managemen basis model, direktori model,
eksekusi model, integrasi, dan command.
c. Komunikasi / User Interface
Penguna dapat berkomunikasi dengan perintah / command dari sub
sistem, dalam hal ini menggunakan user interface (Graphics User Interface /
GUI). User interface memegang peranan penting sebagai pengguna
perangkat lunak dan hasil tampilan dari perangkat lunak. Pengguna sendiri
meliputi:
a. Berdasarkan DSS yang didesaign sesuai dengan keperluan pengguna dan
peran pengguna sebagai pengguna akhir, manager, pembuat keputusan.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
24
b. Berdasarkan Klasifikasi kelas pengguna DSS secara umum sebagai
kelompok spesialis (bidang / unit / pengetahuan tertentu) dan
manager.
d. Manajemen Pengetahuan
Blok opsional yang bisa ditambahkan apabila ada sesuatu hal yang
yang digunakan untuk mendukung sub sistem lainnya. Managemen
pengetahuan meliputi: perlu adanya sistem pakar dengan melibatkan pakar
pada bidang tertentu dan sistem pakar dikembangkan berdasarkan basis
pengetahuan.
3. Model konseptual DSS
Gambar 3. Model Konseptual DSS
4. Multi Atribute Decision Making (MADM)
Secara umum, model Multi-Attribute Decision Making (MADM) dapat
didefinisikan. Misalkan A = {ai | i = 1,...,n} adalah himpunan alternatif-alternatif
keputusan dan C = {cj | j = 1,..., m} adalah himpunan tujuan yang diharapkan,
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
25
maka akan ditentukan alternatif x0 yang memiliki derajat harapan tertinggi
terhadap tujuan–tujuan yang relevan cj (Zimermann, 1991).
Janko (2005) memberikan batasan tentang adanya beberapa fitur
umum yang akan digunakan dalam MADM, yaitu:
1. Alternatif, adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.
2. Atribut, sering juga disebut sebagai karakteristik, komponen, atau kriteria
keputusan. Meskipun pada kebanyakan kriteria bersifat satu level, namun
tidak menutup kemungkinan adanya sub kriteria yang berhubungan dengan
kriteria yang telah diberikan.
3. Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara
satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami
konflik dengan kriteria biaya.
4. Bobot keputusan, bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari
setiap kriteria, W = (w1, w2, ..., wn). Pada MADM akan dicari bobot
kepentingan dari setiap kriteria.
5. Matriks keputusan, suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi
elemen-elemen xij, yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai
(i=1,2,...,m) terhadap kriteria Cj (j=1,2,...,n).
Masalah MADM adalah mengevaluasi m alternatif Ai (i=1,2,...,m)
terhadap sekumpulan atribut atau kriteria Cj (j=1,2,...,n), dimana setiap
atribut saling tidak bergantung satu dengan yang lainnya.
Kriteria atau atribut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
26
1. Kriteria keuntungan adalah kriteria yang nilainya akan dimaksimumkan,
misalnya: keuntungan, IPK (untuk kasus pemilihan mahasiswa
berprestasi), dll.
2. Kriteria biaya adalah kriteria yang nilainya akan diminimumkan,
misalnya: harga produk yang akan dibeli, biaya produksi, dll.
Pada MADM, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut, X, diberikan
sebagai:
dengan xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut ke-j.
2. Nilai bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut,
diberikan sebagai, W:
W = {w1, w2, ..., wn}
3. Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang
merepresentasikan preferensi absolut dari pengambil keputusan.
4. Masalah MADM diakhiri dengan proses perankingan untuk
mendapatkan alternatif terbaik yang diperoleh berdasarkan nilai
keseluruhan preferensi yang diberikan.
5. Pada MADM, umumnya akan dicari solusi ideal.
mnmm
n
n
xxx
xxx
xxx
X
21
22221
11211
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
27
Pada solusi ideal akan memaksimumkan semua kriteria keuntungan dan
meminimumkan semua kriteria biaya.
I. Metode Weighted Product
1. Definisi metode weighted product
Metode yang penulis gunakan dalam menyelesaikan Multi Attribute
Decision Making (MADM) adalah Metode Weighted Product (WP). Metode ini
mirip dengan Metode Weighted Sum (WS), hanya saja metode WP terdapat
perkalian dalam perhitungan matematikanya. Metode WP juga disebut sebagai
analisis berdimensi karena struktur matematikanya menghilangkan satuan
ukuran suatu objek data.
Metode Weighted Product (WP) adalah himpunan berhingga dari
alternatif keputusan yang dijelaskan dalam beberapa hal kriteria keputusan.
Jadi metode ini tidak perlu dinormalisasikan.
2. Langkah – langkah dalam metode weighted product
a. Menentukan tingkat prioritas bobot setiap kriteria ..., kemudian melakukan
perbaikan bobot (Wj) menggunakan rumus berikut:
n menyatakan banyaknya kriteria
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
28
b. Membuat tabel bobot kriteria yang akan dipilih.
c. Menghitung vektor Si, dimana setiap data (Xij) akan dikalikan. Tetapi
sebelumnya melakukan proses pemangkatan dengan bobot dari kriterianya.
Preferensi untuk alternative Si diberikan sebagai berikut :
dimana :
Si : Preferensi alternatif dianologikan sebagai vektor S
X : Nilai kriteria
W : Bobot kriteria/subkriteria
i : Alternatif
j : Kriteria
n : Banyaknya kriteria
dengan i=1,2,...,m
dimana wj = 1. W adalah pangkat bernilai positif untuk atribut keuntungan
dan bernilai negatif untuk atribut biaya.
d. Menghitung vektor Vi kemudian memilih nilai tertinggi sebagai alternatif
terbaik dalam pengambilan keputusan.
Preferensi relatif dari setiap alternatif diberikan sebagai :
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
29
dimana :
V : Preferensi alternatif dianalogikan sebagai vektor V
X : Nilai Kriteria
W : Bobot kriteria/subkriteria
i : Alternatif
j : Kriteria
n : Banyaknya kriteria
* : Banyaknya kriteria yang telah dinilai pada vektor S
J. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan
Pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Rehabilitasi Bangunan Gedung
Universitas Muhammadiyah Purwokerto dibuat menggunakan bahasa pemroraman
Delphi 7. Pengembangan untuk sistem pendukung keputusan yang digunakan
adalah Scrum.
1. Definisi Scrum
Scrum adalah iteratif dan pengembangan perangkat lunak kerangka
kerja tambahan tangkas untuk proyek-proyek perangkat lunak dan mengelola
produk atau pengembangan aplikasi. Fokusnya adalah pada "strategi,
pengembangan produk fleksibel holistik di mana tim pengembangan bekerja
sebagai sebuah unit untuk mencapai tujuan bersama" sebagai lawan dari
"pendekatan tradisional, berurutan" (Schwaber dan Sutherland, 2013).
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
30
2. Sejarah Scrum
Scrum pertama kali didefinisikan sebagai "strategi, pengembangan
produk fleksibel holistik di mana tim pengembangan bekerja sebagai sebuah
unit untuk mencapai tujuan bersama" sebagai lawan dari "pendekatan
tradisional, sekuensial" pada tahun 1986 oleh Hirotaka Takeuchi dan Ikujiro
Nonaka dalam "New New Produk Game Development ". kemudian
berpendapat bahwa itu adalah bentuk "penciptaan pengetahuan organisasi,
membawa hal yang baik tentang inovasi yang terus menerus, bertahap dan
spiral".
Para penulis menggambarkan pendekatan baru untuk pengembangan
produk komersial yang akan meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas,
berdasarkan studi kasus dari perusahaan-perusahaan manufaktur di industri
otomotif, mesin fotokopi dan printer. Mereka menyebut holistik atau
pendekatan rugby, karena seluruh proses dilakukan oleh satu tim lintas-
fungsional di fase tumpang tindih beberapa, di mana tim "mencoba untuk
pergi jarak sebagai satu unit, melewati bola bolak-balik".
Dalam rugby, sebuah scrum mengacu pada cara restart permainan
setelah pelanggaran kecil. Pada awal 1990-an, Ken Schwaber digunakan apa
yang akan menjadi Scrum di perusahaan itu, Metode Pengembangan Lanjutan,
dan Jeff Sutherland, dengan John Scumniotales dan Jeff McKenna,
mengembangkan pendekatan yang serupa di Perusahaan Easel, dan adalah
yang pertama untuk menyebutnya menggunakan single Kata Scrum.
Pada tahun 1995, Sutherland dan Schwaber bersama-sama
mempresentasikan sebuah makalah yang menjelaskan metodologi Scrum di
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
31
Desain Obyek Bisnis dan Lokakarya Implementasi diselenggarakan sebagai
bagian dari Berorientasi Objek Sistem Pemrograman,, Bahasa & Aplikasi '95
(OOPSLA '95) di Austin, Texas, pertama publik presentasi. Schwaber dan
Sutherland berkolaborasi selama tahun berikutnya untuk menggabungkan
tulisan-tulisan di atas, pengalaman mereka, dan industri praktek terbaik ke
dalam apa yang sekarang dikenal sebagai Scrum.
Pada tahun 2001, Schwaber bekerja dengan Mike Beedle untuk
menggambarkan metode dalam buku Pengembangan Perangkat Lunak Agile
dengan Scrum. Pendekatan untuk perencanaan dan pengelolaan proyek adalah
dengan membawa pengambilan keputusan wewenang kepada tingkat sifat
operasi dan kepastian.
3. Karakteristik Scrum
a. Ukuran tim yang kecil melancarkan komunikasi, mengurangi biaya, dan
memberdayakan satu sama lain.
b. Proses dapat beradaptasi terhadap perubahan teknis dan bisnis.
c. Proses menghasilkan beberapa software increment.
d. Pembangunan dan orang yang membangun dibagi dalam tim yang kecil.
e. Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah software
dibangun.
f. Proses scrum mampu menyatakan bahwa produk selesai kapanpun
diperlukan.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
32
4. Operasional Scrum
Gambar 4. Scrum Methodology Diagram (Schwaber dan Sutherland, 2013)
Tahapan pembuatan aplikasi menggunakan model Scrum, meliputi
fase–fase berikut:
a. Product Backlog
Product backlog pada dasarnya adalah daftar kebutuhan, story,
atau fitur-fitur yang ada. Product backlog berisi apa yang instansi
kehendaki, dan yang paling penting ditulis dengan bahasa yang di inginkan
instansi. Product backlog yang berisi list yang diprioritaskan dari fitur-fitur
atau perubahan yang akan ada pada produk.
b. Sprint Backlog
Sprint Backlog adalah bagian untuk memulai perencanaan apa
yang sudah ada pada Product Backlog. Sprint Backlog mempunyai rapat
awal yang penting yaitu Sprint Planning Meeting. Tujuan utama rapat
perencanaan sprint adalah memberikan informasi yang cukup untuk bisa
bekerja tanpa diganggu dalam beberapa minggu, juga untuk membuat
product owner percaya bahwa informasi yang didapatkan sudah cukup
untuk bekerja tanpa perlu diganggu selama sprint berlangsung.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
33
c. Sprint
Dalam tahap ini, dimulainya membuat modul – modul yang telah
direncanakan pada tahap Sprint Planning Meeting.
Adapun tahapan-tahapan diantaranya:
1. Daily Scrum meeting (Inspect and adapt cycle)
Meeting harian yang tidak lebih dari 15 menit dan membahas
tentang apa yang telah dicapai dalam satu hari, apa yang akan
dilakukan esok hari, dan hal apa yang dapat menghentikan pekerjaan
esok hari.
2. Sprint review meeting
Meeting yang diadakan setelah aktivitas selama 1 minggu atau 1
bulanan (Sprint) berakhir, yang kemudian diikuti oleh sprint planning
meeting untuk Sprint berikutnya. Meeting sebagai review atas Sprint
yang sudah dilaksanakan. Serta memperbarui (update) sprint backlog
yang merefleksikan berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan (task).
d. Working Increment of the Software
Didalam tahap ini terdapat rapat yaitu Sprint retrospective
meeting. Meeting yang diadakan setelah Sprint review meeting. Meeting
ini diadakan untuk merevisi produk yang telah selesai dibangun dan
menambah atau mengurangi modul yang dibutuhkan.
Meeting yang diadakan setelah semua modul produk dan segala
fitur yang dituliskan pada saat product backlog telah selesai dan
dievaluasi. Meeting ini bertujuan sebagai demo terhadap product owner
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
34
bagaimana aplikasi bekerja. Dan memastikan tidak ada yang perlu
ditambah maupun dikurangi.
e. Kelebihan dan Kekurangan Scrum
1. Kelebihan
a. Keperluan berubah dengan cepat
b. Tim berukuran kecil sehingga melancarkan komunikasi, mengurangi
biaya dan memberdayakan satu sama lain
c. Pekerjaan terbagi-bagi sehingga dapat diselesaikan dengan cepat
d. Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah
software dibangun
e. Proses Scrum mampu menyatakan bahwa produk selesai kapanpun
diperlukan
2. Kekurangan
Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan akan
selalu diterima.
K. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian penelitian mengenai penentuan skala prioritas
penanganan pemeliharaan bangunan gedung yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebagaimana dalam Tabel 6.
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014
35
Tabel 6. Penelitian terdahulu
Nama Peneliti
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Metode yang
dipakai
Kriteria yang dipakai
Lokasi Penelitian
Budi Darmawan
2005 Penentuan Skala Prioritas Pengelolaan Sarana dan Prasarana Gedung
Perkantoran Pemerintahan
Kabupaten Tenggamus
Analytical Hierarchy Process
dan Composit Condition
Index
Tingkat kerusakan bangunan, Biaya
pemeliharaan
Gedung Perkantoran Pemerintahan Kabupaten Tenggamus
Seputro UGM 2008
Penentuan Prioritas
Rehabilitasi Bangunan
Sekolah SMPN 1 Pakem
Yogyakarta
Analytical Hierarchy Process
dan Composit Condition
Index
Tingkat kerusakan bangunan, Biaya
pemeliharaan
Sekolah SMPN 1 Pakem
Yogyakarta
Sutikno UNS 2009
Sistem penentuan
skala prioritas pemeliharaan
bangunan gedung
Analytical Hierarchy Process
dan Composit Condition
Index
Tingkat kerusakan bangunan, Biaya
pemeliharaan
SMKN 1 Kota Singkawang
Haris Fakhroji
ITS 2011
Penentuan Prioritas
Pemeliharaan Bangunan
Gedung SDN di Kabupaten
Tabalong
Analytical Hierarchy Process
Tingkat kerusakan bangunan, Jumlah
siswa, Umur bangunan, Lokasi
bangunan dan angka partisipasi
murni
Gedung SDN di Kecamatan
Murung Pudak,
Kabupaten Tabalong
Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014