BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM...

32
4 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedung Dinegara-negara berkembang dimana penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang masih sngat terbatas, faktor kesalahan perencanaan masih sangat besar pengaruhnya dalam kegagalan bangunan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oyewande di Nigeria, kegagalan bangunan disebabkan kelasalahan perencanaan (50%), kesalahan pelaksanaan (40%), dan kegagalan akibat material yang jelek (10%) (Oyewande dalam Ayinoula dan Olalusi, 2004). Rehabilitasi bangunan gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemilik atau pengelola gedung untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pengguna gedung. Rehabilitasi bangunan gedung merupakan faktor yang penting guna menjaga kelanjutan gedung dikemudian hari. Dalam membuat aplikasi rehabilitasi bangunan gedung adalah hal penting untuk mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada gedung tersebut terlebih dahulu. Pekerjaan rehabilitasi bangunan gedung hampir selalu diabaikan walaupun sudah jelas dinyatakan dalam kontrak. Terkadang kerusakan bangunan gedung tidak segera mendapat penanganan yang sesuai. Hal tersebut berpengaruh pada kegagalan bangunan gedung dan menyebabkan masalah yang lebih serius dikemudian hari. Desain dan pemilihan material yang sesuai dengan fungsi gedung dan lingkungannya merupakan hal yang sangatlah penting. Langkah-langkah preventif perlu diambil dalam rangka meminimalkan terjadinya ketidak sesuaian dan hal tersebut akan mendukung dalam rehabilitasi bangunan gedung nantinya. Kebijakan pemeliharaan praktis merupakan sebuah peraturan yang penting dalam Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Transcript of BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM...

Page 1: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Bangunan Gedung

Dinegara-negara berkembang dimana penguasaan teknologi dan sumber

daya manusia yang masih sngat terbatas, faktor kesalahan perencanaan masih

sangat besar pengaruhnya dalam kegagalan bangunan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Oyewande di Nigeria, kegagalan bangunan disebabkan kelasalahan

perencanaan (50%), kesalahan pelaksanaan (40%), dan kegagalan akibat material

yang jelek (10%) (Oyewande dalam Ayinoula dan Olalusi, 2004).

Rehabilitasi bangunan gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh

pemilik atau pengelola gedung untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan

pengguna gedung. Rehabilitasi bangunan gedung merupakan faktor yang penting

guna menjaga kelanjutan gedung dikemudian hari. Dalam membuat aplikasi

rehabilitasi bangunan gedung adalah hal penting untuk mengidentifikasi kerusakan

yang terjadi pada gedung tersebut terlebih dahulu.

Pekerjaan rehabilitasi bangunan gedung hampir selalu diabaikan walaupun

sudah jelas dinyatakan dalam kontrak. Terkadang kerusakan bangunan gedung

tidak segera mendapat penanganan yang sesuai. Hal tersebut berpengaruh pada

kegagalan bangunan gedung dan menyebabkan masalah yang lebih serius

dikemudian hari. Desain dan pemilihan material yang sesuai dengan fungsi gedung

dan lingkungannya merupakan hal yang sangatlah penting. Langkah-langkah

preventif perlu diambil dalam rangka meminimalkan terjadinya ketidak sesuaian

dan hal tersebut akan mendukung dalam rehabilitasi bangunan gedung nantinya.

Kebijakan pemeliharaan praktis merupakan sebuah peraturan yang penting dalam

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 2: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

5

pemeliharaan bangunan gedung guna mempertahankan keandalan komponen-

komponen gedung.

Beberapa peneliti tentang penentuan prioritas pemeliharaan bangunan

gedung yang pernah dilakukan. Darmawan (2005) melakukan penelitian tentang

penentuan skala prioritas dalam pengelolaan sarana dan prasarana gedung

perkantoran pemerintahan Kabupaten Tenggamus. Metode Analytical Hierarchy

Process (AHP) digunakan untuk menghitung bobot fungsionalnya. Penentuan

prioritas berdasarkan kondisi bangunan. Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan

dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan

dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya (Composit Condition Index).

Hasil penelitian menunjukan prioritas prioritas penganan bangunan yaitu Dinas

Permukiman dan Prasaran Daerah 88.72%, Dinas Perhubungan 89.8%, Badan

Pendidikan dan Pelatihan 91.69%, Badan Perencanaan Daerah 95.29% dan Badan

Pengawasan Daerah 97.38%.

Sutikno (2009) telah mengembangkan sistem untuk penentuan skala

prioritas pemeliharaan bangunan SMKN 1 Singkawang. Metode yang digunakan

yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menghitung bobot fungsionalnya.

Sedangkan untuk menghitung biaya pemeliharaan dihitung sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) dan menilai kondisi bangunan digunakan metode CCI

(Composit Condition Index). Berdasarkan hasil penelitian tiga urutan pertama

prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang belajar dari 22 ruang yang ada yaitu

bengkel elektronik, bengkel bangunan, dan bengkel mesin. Prioritas pemeliharaan

pada kelompok ruang penunjang dari 14 ruang yang ada berturut-turut yaitu ruang

KM/WC, ruang gudang dan ruang selasar. Prioritas pemeliharaan pada kelompok

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 3: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

6

ruang kantor dari 4 ruang yang ada yaitu ruang dewan guru, ruang tata usaha dan

ruang kepala sekolah serta wakil kepala sekolah.

Seputro (2008) meneliti tentang sistem untuk menentukan prioritas

rehabilitasi bangunan gedung sekolah SMPN 1 Pakem Yogyakarta. Sistem

pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas rehabilitasi menggunakan

metode AHP. Kriteria yang menjadi acuan yaitu indeks kondisi bangunan dan

besarnya biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan bangunan agar kembali ke

kondisi semula. Indeks kondisi bangunan menggambarkan kondisi bangunan pada

saat penelitian, angka 100 menunjukan bangunan dalam kondisi baik sekali dan

angka 0 menunjukan bangunan dalam keadaan runtuh. Hasil penelitian

menunjukan prioritas penanganan berdasarkan kerusakan yaitu ruang kelas VIII A,

ruang pantri, KM/WC, ruang kelas VII C, ruang kelas VII B. Prioritas penanganan

berdasarkan indeks kerusakan dan biaya pemeliharaan didapat dari prioritas

penanganan yaitu ruang kelas VIII A, ruang laboratorium IPA, ruang kelas III A,

ruang kelas III C, dan ruang kelas VIII B.

Dalam penelitian ini, beberapa kriteria yang akan dimasukkan diantaranya

tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

gedung.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang peraturan pelaksanaan UU RI

Nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung dijelaskan bahwa Bangunan

gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah

dan/atau air. Bangunan gedung berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 4: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

7

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan

sosial, kegiatan usaha, kegiatan belajar mengajar, maupun kegiatan khusus.

Struktur bangunan gedung bagian dari bangunan yang tersusun dari

komponen-komponen yang dapat bekerjasama secara satu kesatuan. Struktur

bangunan gedung harus mampu berfungsi menjamin kekuatan, stabilitas,

keselamatan, dan kenyamanan bangunan gedung terhadap segala macam beban.

Struktur harus dapat menahan beban terencana maupun beban tak terduga.

Struktur bangunan gedung juga harus mampu menahan bahaya lain dari kondisi

sekitarnya seperti tanah longsor, intrusi air laut, angin kencang, tsunami, dan lain

sebagainya.

Seiring dengan bertambahnya usia bangunan dan pengaruh lingkungan

disekitarnya, maka kinerja dari gedung tersebut akan semakin menurun. Selain

faktor umur bangunan, banyak faktor lain yang menyebabkan berkurangnya

kemampuan layan bangunan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas bangunan. Kerusakan yang terjadi

pada gedung dapat disebabkan oleh perencanaan yang salah, kesalahan pabrikasi,

kesalahan pada proses konstruksi dan sebagian kecil disebabkan oleh

ketidaktepatan pengoperasian dan kurangnya pemeliharaan.

Adapun faktor pelaksaan, yang menyebabkan berkurangnya mutu

bangunan dapat disebabkan oleh buruknya mutu SDM yang ada, rendahnya

kualitas meterial yang digunakan, rendahnya standar kualitas konstruksi, lokasi

proyek yang kurang tepat, pengawasan yang tidak cukup, kurangnya persiapa, tidak

tepatnya penyimpanan dan penanganan material, kekurangan tepatan metode

konstruksi yang dipakai, kurangnya perlindungan terhadap faktor matahari dan

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 5: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

8

hujan, adanya kelemahan koordinasi antara pihak pengawas, kontraktor dan sub

kontraktor (Watt, 1999).

Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung selain disebabkan oleh

faktor-faktor diatas, sering juga disebabkan oleh gempa dan faktor biologi. Sebagai

negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, Indonesia sangat cocok

untuk berkembang biaknya mahluk hidup yang dapat merusak gedung. Bahan

bangunan yang sering diserang terutama yang berbahan kayu. Mahluk hidup yang

sering merusak kayu adalah jamur pembusuk, rayap, serangga bubuk serta cacing

penggerek kayu (Suranto, 2002).

1. Perencanaan pemanfaatan bangunan gedung

Daur hidup bangunan merupakan suatu siklus hidup bangunan yang

dimulai dari proses prakonstruksi, proses konstruksi, hingga pasca konstruksi.

Proses Prakonstruksi terdiri dari: Pengumpulan data, Analisa, Rancangan

Skematik, Konsep Rancangan, Gambar Prarencana, Pengembangan Rancangan

dan Gambar Kerja, Dokumen Konstruksi. Sedangkan hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam Proses Prakonstruksi tersebut meliputi: Perencanaan

Ruang Mekanikal dan Elektrikal, Aksebilitas, Orientasi Bangunan, Pemilihan

Bahan, Analisa Resapan Air, Pemilihan Perlengkapan / Peralatan Bangunan,

Pengkodisian Udara, Pengolahan Limbah dan Air, Instalasi Listrik dan Air,

Analisa Dampak Lingkungan.

Proses Konsruksi terdiri dari; Perhitungan Volume dan Biaya Pekerjaan,

Analisa Waktu Pekerjaan, Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja dan Perlatan,

Mengajukan Penawaran Biaya Pelaksanaan Kegiatan, Pelaksaan Pekerjaan

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 6: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

9

Konstruksi, Melakukan Pemeliharaan Konstruksi Sampai Masa Serah Terima

Kedua. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Konstruksi

meliputi; Mutu, Waktu dan Biaya, Kesehatan Kerja, Gambar Bangunan,

Pemeriksaan Teknis, Konsep Manual Pemeliharaan.

Proses Pasca Konstruksi terdiri dari; Melakukan Pendataan,

Perencanaan dan Penjadwalan Rehabilitasi, Pelaksanaan Pekerjaan

Rehabilitasi, Membuat Laporan Rehabilitasi dan Pengoperasian Bangunan

Gedung. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Pasca

Konstruksi meliputi; Manual Pemeliharaan, Pembersihan Berkala, Pemeriksaan

Berkala, Pemeliharaan Berkala, Perawatan Berkala, Penggantian Suku Cadang,

Perbaikan Bangunan, Renovasi Bangunan, Latihan Penanggulangan Bahaya,

Latihan Evakuasi, Pelaporan, Peningkatan Mutu SDM.

Konsep rehabilitasi bangunan meliputi; Aktivitas Pengelolaan yang

terdiri dari pengelolaan harta benda dan pengelolaan lainnya. Pengelolaan

harta benda terdiri dari pengelolaan rehabilitasi dan pengeolaan properti.

Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung ditunjukan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Skema Rehabilitasi Bangunan Gedung

Dalam skema tersebut digambarkan bahwa dalam rehabilitasi

bangunan gedung terdiri dari 2 tindakan yaitu tindakan pencegahan dan

tindakan perbaikan. Dalam tindakan pencegahan dilaukan secara langsung dan

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 7: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

10

tidak langsung. Dalam tindakan perbaikan dilakukan dalam rangka peningkatan

kualitas maupun tindakan darurat yang bersifat sementara.

2. Sistem rehabilitasi bangunan gedung

Dalam sistem rehabilitasi bangunan gedung, sesuai dengan pelatihan

SLF tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Perawatan

Bangunan Indonesia meliputi:

1. Komponen Arsitektural

2. Komponen Struktural

3. Komponen Mekanikal, Elektrikal, dan Utilitas

4. Komponen Ruang Luar

5. Komponen Aksesibilitas

6. Sistem Manajemen Tata Graha

3. Kerusakan bangunan gedung

Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau

komponen bangunan akibat penyusutan atau berakhirnya umur bangunan,

atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang

berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.

Menurut UU No. 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, intensitas

kerusakan bangunan dapat digolongkan atas 3 tingkat kerusakan, diantaranya:

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 8: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

11

1. Kerusakan Ringan

Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-

struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding

pengisi dan lain-lain.

2. Kerusakan Sedang

Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian besar komponen

bangunan, baik struktural maupun non-struktural, seperti struktur atap,

lantai, dan lain-lain.

3. Kerusakan Berat

Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen

bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah

diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

a. Penyebab kerusakan bangunan gedung

Menurut Rahmadi (2010), kerusakan-kerusakan bangunan gedung

dapat disebabkan oleh:

a) Faktor umum bangunan, deteriorasi mutu bahan bangunan akibat

creep/shringkage, fatique, radiasi sinar matahari, dan korosi.

b) Faktor kondisi tanah dan air, differential settlement pada pondasi, up lift

pada landasan lantai basemen.

c) Faktor angin.

d) Faktor gempa bumi.

e) Faktor tanah longsor, akibat dari banjir, curah hujan tinggi, dan erosi

tanah.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 9: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

12

f) Faktor petir.

g) Faktor kualitas bahan bangunan.

h) Faktor kualitas perencanaan.

i) Faktor kualitas pelaksanaan.

j) Faktor alih fungsi bangunan.

k) Faktor kebakaran.

Pada kenyataannya kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung

biasanya tidak hanya terjadi disebabkan oleh satu sebab saja, melainkan

gabungan dari beberapa penyebab. Misalkan sering terjadi kerusakan pada

bangunan gedung terjadi akibat kesalahan pada perancanaan dan

pelaksanaan sekaligus.

b. Jenis dan tipe kerusakan bangunan gedung

Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung, secara umum

terbagi menjadi kerusakan pada komponen arsitektur, komponen struktur,

dan komponen mekanikal elektrikal (Utilitas). Jenis dan tipe kerusakan yang

terjadi pada bangunan gedung sangat dipengaruhi oleh penyebabnya.

Menurut Amri (2005), jenis kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung

berdasarkan pada komponen arsitekturnya bisa dilihat pada Tabel 1.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 10: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

13

Tabel 1. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Arsitekturnya (Amri, 2005)

NAMA

KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN

Atap Genteng Genteng keramik, genteng beton,

genteng logam, genteng kaca.

Retak, pecah, bocor,

rembesan, karat

Atap Lembaran Seng, aluminium, serat, logam

ringan

Retak, pecah, lapuk,

patah, karat

Bumbungan

Atap

Seng, asbes, genteng,

polycarbonate

Pecah, patah, lapuk,

sobek

Talang dan Jurai Seng lembaran, polimer Lapuk, karat, bocor,

sobek

Penutup Lantai Plesteran, beton tumbuk, ubin PC,

teraso, keramik, marmer, vynil,

parket, papan, plywood

Retak, terlepas, aus,

bocor, melendut,

serangan serangga

Penutup

Dinding

Plesteran, keramik, marmer,

granit, wallpaper

Retak, terlepas,

sobek, kotor

Penutup Plapon Bahan organik, asbes, plywood,

gypsum, GRC, lembar aluminium,

akustik

Terlepas, lendut,

retak, pecah, hancur,

gelombang, luntur

Kusen Kayu, aluminium, baja, PVC, beton Bubuk, sobek, lepas,

karat,retak, busuk

Jendela Kayu, aluminium, polimer, seng,

baja

Ukuran berkurang,

busuk, karat, lepas,

engsel macet/lepas

Kunci dan

Gantungan

Besi, baja, logam campuran,

kuningan

Karat, copot, pecah,

sulit dikunci

Kaca Kaca biasa, kaca warna, kaca es,

kaca seni

Pecah, retak, getar

Pengecatan Kapur padam, cat emulsi, cat acrylic, cat minyak

Retak , mengelupas, belang-belang

Rabat beton Semen, pasir, kerikil Amblas, retak, hancur

Jenis kerusakan yang sering terjadi pada bangunan gedung

berdasarkan pada komponen strukturnya bisa dilihat pada Tabel 2.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 11: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

14

Tabel 2. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Strukturnya (Amri, 2005)

NAMA

KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN

Pondasi Beton, pasangan batu, pasangan

bata

Pecah, penurunan,

tergerus, patah

Sloof Beton bertulang Retak, patah

Kuda-kuda kayu WF, baja siku, kanal, baja ringan,

baja pipa bulat

Lendutan, karat,

terpuntir, retak,

trekstang tak

sempurna

Rangka Langit-

langit

Kayu, baja, aluminium Patah, lapuk, terjatuh,

serangan serangga

Dinding Pemikul

Beban

Pasangan bata merah,

batako,beton ringan

Retak, melendut,

runtuh

Dinding Pengisi Pasangan bata, panel pracetak,

kayu, batako, gypsum, GRC,

teakwood

Retak, melendut

Lantai Kayu, beton, panel pracetak Retak, melendut,

spalling, karat tulang

Balok Beton bertulang Keropos,retak, lendut,

mengelupas, patah

Kolom Beton bertulang Retak, patah, keropos,

lapuk, patah joint,

runtuh

Jenis kerusakan yang sering terjadi pada bangunan gedung

berdasarkan pada komponen Utilitasnya bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Berdasarkan Komponen Utilitasnya (Amri, 2005)

NAMA

KOMPONEN BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN

Saluran air kotor

dan air hujan

Keramik, beton, logam, PVC Bau, pecah, bocor,

tersumbat, karat

Saluran Air Bersih Pipa PVC, keran air, pompa air,

bak air, tanki air

Pecah, bocor, pudar,

tersumbat, karat

Pekerjaan Listrik Kabel, pipa, armature Terkelupas, terbakar,

pecah

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 12: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

15

4. Survei kondisi bangunan gedung

Kegiatan survei atau pemeriksaan kondisi bangunan perlu dilakukan

dengan tujuan agar pemeliharaan terhadap bangunan gedung dapat berjalan

secara efisien dan efektif.

Pada prinsipnya pemeriksaan bangunan gedung bisa digolongkan

menjadi 3 macam, yaitu pemeriksaan untuk pendataan asset, pemeriksaan

rutin atau berkala, dan pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan pendataan asset dilakukan guna mendaftarkan gedung

baru untuk dilaporkan dalam rangka tertib administrasi asset bangunan

gedung negara.

Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh

atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan atau

prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan

kelaikan fungsi bangunan gedung.

Pemeriksaan rutin atau berkala yang dilakukan secara berkala

terhadap bangunan gedung dapat memberikan informasi tentang kerusakan

yang terjadi pada bangunan gedung sejak dini, sehingga dapat segera

dilakukan perbaikan. Dengan adanya penanganan kerusakan sejak dini, dapat

mencegah terjadinya peningkatan volume kerusakan, sehingga dapat

mengefisienkan biaya pemeliharaan.

Apabila ada hal khusus yang terjadi pada bangunan, seperti terjadi

kebakaran, gempa bumi dan lain sebagainya, dapat dilakukan pemeriksaan

khusus. Pada pemeriksaan khusus bangunan gedung, biasanya untuk

mendapatkan kondisi bangunan yang akurat. Pada pemeriksaan khusus

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 13: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

16

dilakukan penyelidikan disertai dengan penelitian mendetail dengan bantuan

alat-alat tertentu atau penelitian lanjut di laboratorium. Alur kegiatan survei

bangunan gedung ditunjukan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 14: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

17

Pemeriksaan bangunan gedung secara umum dapat dilakukan dengan

2 cara, antara lain:

1. Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test)

Pada pemeriksaan ini, alat bantu yang digunakan tidak sampai

merusak komponen bangunan yang ada. Jenis-jenis pemeriksaan non

destruktif dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Metode Non destruktif (Amri, 2005)

NO METODE PENGGUNAAN

1 Pemeriksaan Visual Pengamatan pola retak, pengelupasan, scalling, korosi, atau cacat pelaksanaan

2 Pemeriksaan dengan alat radiograpi

Mendeteksi kemungkinan timbulnya retakan atau mutu pengelasan apda bangunan baja

3 Pemeriksaan dengan dial gauge atau peralatan pengukur regangan khusus (electrical strain gauge)

Pemeriksaan regangan dan lendutan pada bangunan baja

4 Pemeriksaan dengan alat Portabel Corrosion meter

Pengukuran tingkat korosi pada baja tulangan didalam beton

5 Pengujian dengan palu beton (Schmid’s hammer test)

Pengukuran mutu kuat tekan beton

6 Pengujian dengan alat penetrasi Windsor probe

Pengukuran mutu kuat tekan beton

7 Pengujian dengan alat ultrasonic pulse velocity test

Mengetahui mutu beton dan prediksi adanya retakan dan kedalaman retakan

8 Pengujian dengan Impact echo

Menentukan berbagai kerusakan dalam elemen beton seperti retak, rongga

9 Pemeriksaan dengan R bar meter

Mengetahui kedalaman posisi tulangan dan jarak antar tulangan

10 Pemeriksaan dengan radioaktif

Mencari kebocoran pada beton

11 Pengukuran dengan theodolite dan water pass

Mengukur kemiringan atau penurunan bangunan eksisting

12 Pengukuran dengan covermeter

Menentukan tulangan tertanam, mengukur kedalaman selimut beton, dan memperkirakan diameter tulang

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 15: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

18

2. Pemeriksaan dengan cara merusak (Destructive test)

Pengujian destruktif dilakukan dengan mengambil ebagian

komponen bangunan, misalkan komponen beton atau baja tulangan.

Kemudian komponen ini diperiksa secara lebih teliti dengan bantuan alat di

laboratorium.Metode pengujian destruktif diantaranya dalam Tabel 5.

Tabel 5. Metode Destruktif (Amri, 2005)

NO METODE PENGGUNAAN

1 Pengujian tensile strenght test pada baja

Mengetahui kuat tarik baja

2 Pemeriksaan dengan alat radiograpi

Mengetahui mutu kuat tekan beton eksisting, modulus elastisitas

3 Pameriksaan dengan larutan phenol phetalin

Pemeriksaan laju karbonasi pada beton yang terbakar

5. Persyaratan bangunan gedung

a. Persyaratan Administratif

1. Status hak atas tanah, dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak

atas tanah.

2. Status kepemilikan bangunan gedung.

3. Izin mendirikan bangunan gedung.

b. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan gedung (UU RI NO. 28 tahun 2002

Tentang Bangunan Gedung).

1. Persyaratan tata bangunan diantaranya:

a. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung

b. Persyaratan arsitektur bangunan gedung

c. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 16: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

19

2. Persyaratan keandalan bangunan gedung diantaranya:

a. Persyaratan bangunan keselamatan bangunan gedung

b. Persyaratan kesehatan bangunan gedung

c. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung

d. Persyaratan kemudahan

6. Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan

Gedung, kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung

dikategorikan menjadi :

a. Pemeliharaan bangunan gedung

Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan

bangunan gedung beserta sarana dan prasarananya, agar bangunan gedung

selalu laik fungsi (preventive maintenance). Pekerjaan pemeliharaan

meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan,

dan/atau pergantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan

kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan

pemeliharaan bangunan gedung.

b. Perawatan bangunan gedung

Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau

mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan,

dan/atau sarana dan prasarana, agar bangunan gedung tetap laik fungsi

(currative maintenance). Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 17: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

20

penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau

sarana dan prsarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan

bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan

konstruksi. Pekerjaan bangunan gedung dikategorikan menjadi :

1. Rehabilitasi

Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud

menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur

maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula,

sedang utilitas dapat berubah.

2. Renovasi

Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud

menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah,

baik arsitektur, struktur, maupun utilitas bangunannya.

3. Restorasi

Memperbaiki bangunan yang telah rusakberat sebagian dengan maksud

menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah

dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan

struktur dn utilitas bangunannya dapat berubah.

B. Apliksi

Menurut Menurut Jogiyanto (2005), program aplikasi merupakan program

yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam aplikasi yang

tertentu yang sudah dibuat oleh pabrik pembuat perangkat lunak aplikasi.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 18: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

21

C. Database

Menurut Andi (2007), database adalah sekumpulan file data yang saling

berhubungan dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk

mendapat dan memproses data. Lingkungan system database menekankan data

yang tidak bergantung (independen data) pada aplikasi akan menggunakan data.

Data adalah kumpulan fakta dasar (mentah) yang terpisah.

D. Sistem Informasi Menejemen

Menurut George (2001) Sistem informasi manajemen adalah serangkaian

sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional

terpadu yang mampu mentrasformasi data sehingga menjadi informasi lewat

serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan

sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah di tetapkan.

E. UML (Unified Modeling Language)

UML adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk

menggambarkan dariman asal data atau kemana tujuan data yang keluar dari

sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan

interaksi antara data yang disimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut

(Kristanto, 2003).

F. Borland Delphi 7

Menurut Husni (2004), Delphi adalah sebuah bahasa pemrograman

(Development Language), aplikasi untuk membuat aplikasi. Delphi digunakan untuk

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 19: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

22

membangun aplikasi windows, Aplikasi grafis, aplikasi visual, bahkan aplikasi

jaringan (client/server) dan berbasis internet.

G. SQL Server

Menurut Hartama (2001), Microsoft SQL Server merupakan sebuah sistem

manajemen basis data relasional RDBMS (Relational DataBase Management

System) yang sangat popular dil lingkungan Linux, namun tersedia juga pada

Windows.

H. DSS (Decision Support Systems)

DSS adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,

pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk pengambilan

keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur,

dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat

(Kusrini, 2007).

Menurut Gorry dan Scott-Morton’s, DSS adalah sekumpulan model dari

prosedur untuk pemrosesan data dan penentuan (justifikasi) dalam membantu

mengambil keputusan.

1. Karakteristik dan kemampuan DSS

Adapun karakteriktik dan kemampuan dari pada DSS adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan keputusan memiliki kendali menyeluruh terhadap semua

langkah pengambilan keputusan pada mesin DSS.

b. Penggunaan yang berevolusi (dapat berubah sesuai dengan kebutuhan).

c. Mudah untuk dibuat atau dikembangkan.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 20: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

23

d. Mendayagunakan berbagai model (menyesuaikan strategi dan situasi

keputusan).

e. Dilengkapi dengan pengetahuan (Untuk DSS tingkat Advance digunakan

dalam menyelesaikan problematika yang sulit).

2. Komponen DSS

a. Manajemen Data

Basis data yang berisi data-data relevan untuk kondisi dan dikelola

menggunakan DBMS. Managemen data meliputi: basis data DSS, sistem

managemen basis data, direktori data, dan fasilitas query.

b. Managemen Model

Sepaket software yang menyediakan kemampuan analisis sistem

dan terkait dengan managemen perangkat lunak. Managemen model

meliputi: basis model, sistem managemen basis model, direktori model,

eksekusi model, integrasi, dan command.

c. Komunikasi / User Interface

Penguna dapat berkomunikasi dengan perintah / command dari sub

sistem, dalam hal ini menggunakan user interface (Graphics User Interface /

GUI). User interface memegang peranan penting sebagai pengguna

perangkat lunak dan hasil tampilan dari perangkat lunak. Pengguna sendiri

meliputi:

a. Berdasarkan DSS yang didesaign sesuai dengan keperluan pengguna dan

peran pengguna sebagai pengguna akhir, manager, pembuat keputusan.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 21: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

24

b. Berdasarkan Klasifikasi kelas pengguna DSS secara umum sebagai

kelompok spesialis (bidang / unit / pengetahuan tertentu) dan

manager.

d. Manajemen Pengetahuan

Blok opsional yang bisa ditambahkan apabila ada sesuatu hal yang

yang digunakan untuk mendukung sub sistem lainnya. Managemen

pengetahuan meliputi: perlu adanya sistem pakar dengan melibatkan pakar

pada bidang tertentu dan sistem pakar dikembangkan berdasarkan basis

pengetahuan.

3. Model konseptual DSS

Gambar 3. Model Konseptual DSS

4. Multi Atribute Decision Making (MADM)

Secara umum, model Multi-Attribute Decision Making (MADM) dapat

didefinisikan. Misalkan A = {ai | i = 1,...,n} adalah himpunan alternatif-alternatif

keputusan dan C = {cj | j = 1,..., m} adalah himpunan tujuan yang diharapkan,

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 22: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

25

maka akan ditentukan alternatif x0 yang memiliki derajat harapan tertinggi

terhadap tujuan–tujuan yang relevan cj (Zimermann, 1991).

Janko (2005) memberikan batasan tentang adanya beberapa fitur

umum yang akan digunakan dalam MADM, yaitu:

1. Alternatif, adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan

yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.

2. Atribut, sering juga disebut sebagai karakteristik, komponen, atau kriteria

keputusan. Meskipun pada kebanyakan kriteria bersifat satu level, namun

tidak menutup kemungkinan adanya sub kriteria yang berhubungan dengan

kriteria yang telah diberikan.

3. Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara

satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami

konflik dengan kriteria biaya.

4. Bobot keputusan, bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari

setiap kriteria, W = (w1, w2, ..., wn). Pada MADM akan dicari bobot

kepentingan dari setiap kriteria.

5. Matriks keputusan, suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi

elemen-elemen xij, yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai

(i=1,2,...,m) terhadap kriteria Cj (j=1,2,...,n).

Masalah MADM adalah mengevaluasi m alternatif Ai (i=1,2,...,m)

terhadap sekumpulan atribut atau kriteria Cj (j=1,2,...,n), dimana setiap

atribut saling tidak bergantung satu dengan yang lainnya.

Kriteria atau atribut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 23: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

26

1. Kriteria keuntungan adalah kriteria yang nilainya akan dimaksimumkan,

misalnya: keuntungan, IPK (untuk kasus pemilihan mahasiswa

berprestasi), dll.

2. Kriteria biaya adalah kriteria yang nilainya akan diminimumkan,

misalnya: harga produk yang akan dibeli, biaya produksi, dll.

Pada MADM, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut, X, diberikan

sebagai:

dengan xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut ke-j.

2. Nilai bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut,

diberikan sebagai, W:

W = {w1, w2, ..., wn}

3. Rating kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang

merepresentasikan preferensi absolut dari pengambil keputusan.

4. Masalah MADM diakhiri dengan proses perankingan untuk

mendapatkan alternatif terbaik yang diperoleh berdasarkan nilai

keseluruhan preferensi yang diberikan.

5. Pada MADM, umumnya akan dicari solusi ideal.

mnmm

n

n

xxx

xxx

xxx

X

21

22221

11211

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 24: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

27

Pada solusi ideal akan memaksimumkan semua kriteria keuntungan dan

meminimumkan semua kriteria biaya.

I. Metode Weighted Product

1. Definisi metode weighted product

Metode yang penulis gunakan dalam menyelesaikan Multi Attribute

Decision Making (MADM) adalah Metode Weighted Product (WP). Metode ini

mirip dengan Metode Weighted Sum (WS), hanya saja metode WP terdapat

perkalian dalam perhitungan matematikanya. Metode WP juga disebut sebagai

analisis berdimensi karena struktur matematikanya menghilangkan satuan

ukuran suatu objek data.

Metode Weighted Product (WP) adalah himpunan berhingga dari

alternatif keputusan yang dijelaskan dalam beberapa hal kriteria keputusan.

Jadi metode ini tidak perlu dinormalisasikan.

2. Langkah – langkah dalam metode weighted product

a. Menentukan tingkat prioritas bobot setiap kriteria ..., kemudian melakukan

perbaikan bobot (Wj) menggunakan rumus berikut:

n menyatakan banyaknya kriteria

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 25: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

28

b. Membuat tabel bobot kriteria yang akan dipilih.

c. Menghitung vektor Si, dimana setiap data (Xij) akan dikalikan. Tetapi

sebelumnya melakukan proses pemangkatan dengan bobot dari kriterianya.

Preferensi untuk alternative Si diberikan sebagai berikut :

dimana :

Si : Preferensi alternatif dianologikan sebagai vektor S

X : Nilai kriteria

W : Bobot kriteria/subkriteria

i : Alternatif

j : Kriteria

n : Banyaknya kriteria

dengan i=1,2,...,m

dimana wj = 1. W adalah pangkat bernilai positif untuk atribut keuntungan

dan bernilai negatif untuk atribut biaya.

d. Menghitung vektor Vi kemudian memilih nilai tertinggi sebagai alternatif

terbaik dalam pengambilan keputusan.

Preferensi relatif dari setiap alternatif diberikan sebagai :

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 26: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

29

dimana :

V : Preferensi alternatif dianalogikan sebagai vektor V

X : Nilai Kriteria

W : Bobot kriteria/subkriteria

i : Alternatif

j : Kriteria

n : Banyaknya kriteria

* : Banyaknya kriteria yang telah dinilai pada vektor S

J. Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

Pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Rehabilitasi Bangunan Gedung

Universitas Muhammadiyah Purwokerto dibuat menggunakan bahasa pemroraman

Delphi 7. Pengembangan untuk sistem pendukung keputusan yang digunakan

adalah Scrum.

1. Definisi Scrum

Scrum adalah iteratif dan pengembangan perangkat lunak kerangka

kerja tambahan tangkas untuk proyek-proyek perangkat lunak dan mengelola

produk atau pengembangan aplikasi. Fokusnya adalah pada "strategi,

pengembangan produk fleksibel holistik di mana tim pengembangan bekerja

sebagai sebuah unit untuk mencapai tujuan bersama" sebagai lawan dari

"pendekatan tradisional, berurutan" (Schwaber dan Sutherland, 2013).

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 27: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

30

2. Sejarah Scrum

Scrum pertama kali didefinisikan sebagai "strategi, pengembangan

produk fleksibel holistik di mana tim pengembangan bekerja sebagai sebuah

unit untuk mencapai tujuan bersama" sebagai lawan dari "pendekatan

tradisional, sekuensial" pada tahun 1986 oleh Hirotaka Takeuchi dan Ikujiro

Nonaka dalam "New New Produk Game Development ". kemudian

berpendapat bahwa itu adalah bentuk "penciptaan pengetahuan organisasi,

membawa hal yang baik tentang inovasi yang terus menerus, bertahap dan

spiral".

Para penulis menggambarkan pendekatan baru untuk pengembangan

produk komersial yang akan meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas,

berdasarkan studi kasus dari perusahaan-perusahaan manufaktur di industri

otomotif, mesin fotokopi dan printer. Mereka menyebut holistik atau

pendekatan rugby, karena seluruh proses dilakukan oleh satu tim lintas-

fungsional di fase tumpang tindih beberapa, di mana tim "mencoba untuk

pergi jarak sebagai satu unit, melewati bola bolak-balik".

Dalam rugby, sebuah scrum mengacu pada cara restart permainan

setelah pelanggaran kecil. Pada awal 1990-an, Ken Schwaber digunakan apa

yang akan menjadi Scrum di perusahaan itu, Metode Pengembangan Lanjutan,

dan Jeff Sutherland, dengan John Scumniotales dan Jeff McKenna,

mengembangkan pendekatan yang serupa di Perusahaan Easel, dan adalah

yang pertama untuk menyebutnya menggunakan single Kata Scrum.

Pada tahun 1995, Sutherland dan Schwaber bersama-sama

mempresentasikan sebuah makalah yang menjelaskan metodologi Scrum di

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 28: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

31

Desain Obyek Bisnis dan Lokakarya Implementasi diselenggarakan sebagai

bagian dari Berorientasi Objek Sistem Pemrograman,, Bahasa & Aplikasi '95

(OOPSLA '95) di Austin, Texas, pertama publik presentasi. Schwaber dan

Sutherland berkolaborasi selama tahun berikutnya untuk menggabungkan

tulisan-tulisan di atas, pengalaman mereka, dan industri praktek terbaik ke

dalam apa yang sekarang dikenal sebagai Scrum.

Pada tahun 2001, Schwaber bekerja dengan Mike Beedle untuk

menggambarkan metode dalam buku Pengembangan Perangkat Lunak Agile

dengan Scrum. Pendekatan untuk perencanaan dan pengelolaan proyek adalah

dengan membawa pengambilan keputusan wewenang kepada tingkat sifat

operasi dan kepastian.

3. Karakteristik Scrum

a. Ukuran tim yang kecil melancarkan komunikasi, mengurangi biaya, dan

memberdayakan satu sama lain.

b. Proses dapat beradaptasi terhadap perubahan teknis dan bisnis.

c. Proses menghasilkan beberapa software increment.

d. Pembangunan dan orang yang membangun dibagi dalam tim yang kecil.

e. Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah software

dibangun.

f. Proses scrum mampu menyatakan bahwa produk selesai kapanpun

diperlukan.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 29: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

32

4. Operasional Scrum

Gambar 4. Scrum Methodology Diagram (Schwaber dan Sutherland, 2013)

Tahapan pembuatan aplikasi menggunakan model Scrum, meliputi

fase–fase berikut:

a. Product Backlog

Product backlog pada dasarnya adalah daftar kebutuhan, story,

atau fitur-fitur yang ada. Product backlog berisi apa yang instansi

kehendaki, dan yang paling penting ditulis dengan bahasa yang di inginkan

instansi. Product backlog yang berisi list yang diprioritaskan dari fitur-fitur

atau perubahan yang akan ada pada produk.

b. Sprint Backlog

Sprint Backlog adalah bagian untuk memulai perencanaan apa

yang sudah ada pada Product Backlog. Sprint Backlog mempunyai rapat

awal yang penting yaitu Sprint Planning Meeting. Tujuan utama rapat

perencanaan sprint adalah memberikan informasi yang cukup untuk bisa

bekerja tanpa diganggu dalam beberapa minggu, juga untuk membuat

product owner percaya bahwa informasi yang didapatkan sudah cukup

untuk bekerja tanpa perlu diganggu selama sprint berlangsung.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 30: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

33

c. Sprint

Dalam tahap ini, dimulainya membuat modul – modul yang telah

direncanakan pada tahap Sprint Planning Meeting.

Adapun tahapan-tahapan diantaranya:

1. Daily Scrum meeting (Inspect and adapt cycle)

Meeting harian yang tidak lebih dari 15 menit dan membahas

tentang apa yang telah dicapai dalam satu hari, apa yang akan

dilakukan esok hari, dan hal apa yang dapat menghentikan pekerjaan

esok hari.

2. Sprint review meeting

Meeting yang diadakan setelah aktivitas selama 1 minggu atau 1

bulanan (Sprint) berakhir, yang kemudian diikuti oleh sprint planning

meeting untuk Sprint berikutnya. Meeting sebagai review atas Sprint

yang sudah dilaksanakan. Serta memperbarui (update) sprint backlog

yang merefleksikan berapa lama waktu yg dibutuhkan untuk

menyelesaikan pekerjaan (task).

d. Working Increment of the Software

Didalam tahap ini terdapat rapat yaitu Sprint retrospective

meeting. Meeting yang diadakan setelah Sprint review meeting. Meeting

ini diadakan untuk merevisi produk yang telah selesai dibangun dan

menambah atau mengurangi modul yang dibutuhkan.

Meeting yang diadakan setelah semua modul produk dan segala

fitur yang dituliskan pada saat product backlog telah selesai dan

dievaluasi. Meeting ini bertujuan sebagai demo terhadap product owner

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 31: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

34

bagaimana aplikasi bekerja. Dan memastikan tidak ada yang perlu

ditambah maupun dikurangi.

e. Kelebihan dan Kekurangan Scrum

1. Kelebihan

a. Keperluan berubah dengan cepat

b. Tim berukuran kecil sehingga melancarkan komunikasi, mengurangi

biaya dan memberdayakan satu sama lain

c. Pekerjaan terbagi-bagi sehingga dapat diselesaikan dengan cepat

d. Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah

software dibangun

e. Proses Scrum mampu menyatakan bahwa produk selesai kapanpun

diperlukan

2. Kekurangan

Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan akan

selalu diterima.

K. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian penelitian mengenai penentuan skala prioritas

penanganan pemeliharaan bangunan gedung yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebagaimana dalam Tabel 6.

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014

Page 32: BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bangunan Gedungrepository.ump.ac.id/6028/3/BAB II_ILHAM FIRMANSYAH_TI'15.pdf · tingkat kerusakan bangunan gedung, umur bangunan gedung dan lokasi bangunan

35

Tabel 6. Penelitian terdahulu

Nama Peneliti

Tahun Penelitian

Judul Penelitian

Metode yang

dipakai

Kriteria yang dipakai

Lokasi Penelitian

Budi Darmawan

2005 Penentuan Skala Prioritas Pengelolaan Sarana dan Prasarana Gedung

Perkantoran Pemerintahan

Kabupaten Tenggamus

Analytical Hierarchy Process

dan Composit Condition

Index

Tingkat kerusakan bangunan, Biaya

pemeliharaan

Gedung Perkantoran Pemerintahan Kabupaten Tenggamus

Seputro UGM 2008

Penentuan Prioritas

Rehabilitasi Bangunan

Sekolah SMPN 1 Pakem

Yogyakarta

Analytical Hierarchy Process

dan Composit Condition

Index

Tingkat kerusakan bangunan, Biaya

pemeliharaan

Sekolah SMPN 1 Pakem

Yogyakarta

Sutikno UNS 2009

Sistem penentuan

skala prioritas pemeliharaan

bangunan gedung

Analytical Hierarchy Process

dan Composit Condition

Index

Tingkat kerusakan bangunan, Biaya

pemeliharaan

SMKN 1 Kota Singkawang

Haris Fakhroji

ITS 2011

Penentuan Prioritas

Pemeliharaan Bangunan

Gedung SDN di Kabupaten

Tabalong

Analytical Hierarchy Process

Tingkat kerusakan bangunan, Jumlah

siswa, Umur bangunan, Lokasi

bangunan dan angka partisipasi

murni

Gedung SDN di Kecamatan

Murung Pudak,

Kabupaten Tabalong

Sistem Pendukung Keputusan…, Ilham Firmansyah, Fakultas Teknik UMP, 2014