BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Perencanaan ......Penentuan sumber belajar didasarkan pada...

45
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu usaha manusia yang bersifat kompleks yang merupakan seperangkat peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik sedemikian rupa,sehingga proses belajar dapat terjadi. Pengembangan perencanaan pembelajaran yang akan dibahas di sini adalah pengembangan silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). a. Pengembangan silabus 1). Pengertian Silabus Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran” (Salim, 1987;98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok- pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Perencanaan ......Penentuan sumber belajar didasarkan pada...

  • 12

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pengembangan Perencanaan Pembelajaran

    Pembelajaran adalah suatu usaha manusia

    yang bersifat kompleks yang merupakan seperangkat

    peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik

    sedemikian rupa,sehingga proses belajar dapat

    terjadi. Pengembangan perencanaan pembelajaran

    yang akan dibahas di sini adalah pengembangan

    silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP).

    a. Pengembangan silabus

    1). Pengertian Silabus

    Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis

    besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi

    atau materi pelajaran” (Salim, 1987;98).

    Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu

    produk pengembangan kurikulum berupa

    penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan

    kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-

    pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa

    dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan

    kompetensi dasar.

  • 13

    Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi

    dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

    kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

    kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan

    sumber belajar.

    Dalam implementasinya, silabus dijabarkan

    dalam rencana pelaksanaan pembelajaran,

    dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh

    masing-masing guru. Selain itu silabus harus dikaji

    dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan

    memperhatikan masukan hasil evaluasi, hasil

    belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran)

    dan evaluasi rencana pembelajaran.

    2). Manfaat Silabus

    Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam

    pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti

    pembuatan rencana pembelajaran ,pengelolaan

    kegiatan pembelajaran , dan pengembangan sistem

    penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam

    penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana

    pembelajaran untuk satu standar kompetensi

    maupun untuk satu kompetensi dasar. Silabuspun

    bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan

    pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya

  • 14

    kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil

    atau pembelajaran secara individual. Bahkan silabus

    sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem

    penilaian. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi,

    sebagai mana yang dianut KTSP, sistem penilaian

    selalu mengacu pada standar kompetensi,

    kompetensi dasar dan materi pokok yang terdapat

    dalam silabus.

    3). Landasan Pengembangan Silabus

    Landasan pengembangan silabus adalah

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

    Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

    yang berbunyi sebagai berikut (Depdiknas : 2007):

    Perencanaan proses pembelajaran

    meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

    memuat sekurang-kurangnya tujuan

    pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan

    penilaian hasil belajar.

    Dengan demikian dapat diambil kesimpulan

    bahwa yang mengembangkan silabus adalah:

    - Guru kelas/guru mata pelajaran

    - Kelompok guru kelas/mata pelajaran

    - Kelompok kerja guru/(KKG) atau

    - Dinas Pendidikan

  • 15

    Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-

    sama oleh guru kelas/mata pelajaran, atau kelompok

    kerja guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG)

    pada tingkat satuan pendidikan atau satu sekolah

    atau kelompok sekolah dengan tetap memperhatikan

    karakteristik masing-masing sekolah.

    4). Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus

    Silabus merupakan salah satu produk

    pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang

    berisikan garis-garis besar materi pembelajaran.

    Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan

    silabus antara lain: ilmiah, relevan, sistematis,

    konsisten, memadai, aktual dan kontekstual,

    fleksibel dan menyeluruh.

    Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip

    pengembangan silabus itu akan dijelaskan satu per

    satu di bawah ini, yaitu :

    a) Ilmiah, artinya dapat dipertanggungjawabkan

    secara keilmuan.

    Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar

    dan dapat dipertanggungjawabkan secara

    keilmuan. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus

    selayaknya dilibatkan para pakar di bidang

    keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal

  • 16

    ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang

    disajikan dalam silabus sahih (valid).

    b). Relevan artinya ada kesesuaian

    Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai

    atau ada keterkaitan dengan tingkat

    perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

    c). Sistematis, Komponen-komponen silabus

    saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

    d). Konsisten artinya ajeg

    Adanya hubungan yang konsisten (ajeg,taat azas) antara kompetensi dasar, indikator,

    materi pokok, pengalaman belajar, sumber

    belajar, dan sistem penilaian.

    e). Memadai Cakupan indikator, materi pokok,

    pengalaman belajar, sumber belajar, dan

    sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

    f.) Aktual dan kontekstual artinya nyata dalam

    kehidupan Cakupan indikator, materi pokok,

    pengalaman belajar, sumber belajar, dan

    sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni

    mutakhir dalam kehidupan nyata, dan

    peristiwa yang terjadi.

    g). Fleksibel artinya luwes Keseluruhan komponen silabus dapat

    mengakomodasi keragaman peserta didik,

    pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat,

  • 17

    h). Menyeluruh mencakup semua komponen

    Komponen silabus mencakup keseluruhan

    ranah komponen (kognitif,afektif dan

    psikomotor).

    5). Langkah-langkah Pengembangan Silabus dan

    Penentuan Alokasi Waktu

    Langkah-langkah pengembangan silabus

    secara teknis mengikuti tahap-tahap sebagai berikut

    (Masnur Muslich :2007):

    1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi

    Dasar

    Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi

    dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum

    pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal

    sebagai berikut:

    o Urutan berdasarkan hierarki konsep dasar

    ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;

    o Keterkaitan antarstandar kompetensi dan

    kompetensi dasar dalam mata pelajaran;

    o Keterkaitan standar kompetensi dan

    kompetensi dasar antar mata pelajaran.

    2. Mengidentifikasi Materi Pokok

    Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang

    pencapaian standar kompetensi dan kompetensi

    dasar dengan mempertimbangkan:

  • 18

    o Tingkat perkembangan fisik, intelektual,

    emosional, sosial dan spiritual peserta didik;

    o Kebermanfaatan bagi peserta didik;

    o Struktur keilmuan;

    o Kedalaman dan keluasan materi;

    o Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan

    tuntutan lingkungan;

    o Alokasi waktu.

    3. Mengembangkan Pengalaman Belajar

    Pengalaman belajar merupakan kegiatan

    mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam

    berinteraksi dengan sumber belajar melalui

    pendekatan pembelajaran yang bervariasa dan

    mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar

    memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai

    peserta didik. Rumusan pengalaman belajar juga

    mencerminkan pengelolaan pengalaman peserta

    didik.

    1. Merumuskan indikator Keberhasilan Belajar

    Indikator merupakan penjabaran dari

    kompetensi dasar yang menunjukkan

    tanda/tanda,perbuatan dan/atau respons yang

    dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik

    Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik

    satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik,

  • 19

    dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang

    terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator

    digunakan sebagai dasar untuk menyususn alat

    penilaian.

    2. Penentuan Jenis Penilaian

    Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta

    didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian

    dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes

    dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

    kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek

    atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian

    diri.

    3. Menentukan Alokasi Waktu

    Penentuan alokasi waktu pada setiap

    kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu

    efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu

    dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi

    dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,dan

    tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi yang

    dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan

    waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk

    menguasai kompetensi dasar.

    4. Menentukan Sumber Belajar

    Sumber belajar adalah rujukan, subjek

    dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan

  • 20

    pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media

    cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan

    fisik, alam, sosial dan budaya.

    Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar

    kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

    pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

    pencapaian kompetensi.

    Cara-cara pengalokasian waktu dalam silabus adalah

    sebagai berikut :

    a). Silabus mata pelajaran disusun

    berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan

    untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan

    pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

    b). Implementasi pembelajaran per semester

    menggunakan penggalan silabus sesuai dengan

    standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

    mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia

    pada struktur kurikulum.

    Komponen-komponen Silabus :

    Berdasarkan langkah-langkah pengembangan

    silabus, format silabus paling tidak memuat 9

    komponen, yaitu:

    (1). Komponen Identitas,

    (2). Komponen Standar Kompetensi,

    (3). Komponen Kompetensi Dasar

  • 21

    (4). Komponen Materi Pokok

    (5). Komponen Pengalaman Mengajar,

    (6). Komponen Indikator

    (7). Komponen Jenis Penilaian

    (8). Komponen Alokasi Waktu,

    (9). Komponen Sumber Belajar

    b. Pengembangan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP)

    Istilah perencanaan menurut pendapat (Willian

    G.Cuningham;1982) yang dikutip oleh

    Hamzah.B.Uno mengemukakan:

    Perencanaan adalah menyeleksi dan

    menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan

    asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan

    memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang

    diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan

    perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang

    akan digunakan dalam penyelesaian.

    Definisi kedua mengemukakan bahwa

    perencanaan adalah hubungan antara yang ada

    sekarang, dengan bagaimana seharusnya, yang

    bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan,

    prioritas, program dan alokasi sumber. Bagaimana

    seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan

    datang. Perencanaan di sini menekankan kepada

  • 22

    usaha mengisi kesenjangan antara keadaan

    sekarang dengan keadaan yang akan datang

    disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan yaitu

    menghilangkan jarak antara keadaan sekarang

    dengan keadaan mendatang yang diinginkan.

    Sementara definisi yang lain tentang

    perencanaan dirumuskan sangat pendek,

    perencanaan adalah suatu cara untuk

    mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.

    Dalam definisi ini ada asumsi bahwa perubahan

    selalu terjadi, dan perubahan ini selalu diantisipasi,

    dan hasil antisipasi ini dipakai agar perubahan itu

    seimbang. Artinya perubahan yang terjadi di luar

    organisasi pengajaran tidak jauh berbeda dengan

    perubahan yang terjadi pada organisasi itu dengan

    harapan agar organisasi tidak mengalami

    keguncangan. Jadi, makna perencanaan di sini

    adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan

    dengan perubahan lingkungannya.

    Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat

    dibuat rumusan baru tentang apa itu perencanaan.

    Perencanaan yaitu suatu cara yang memuaskan

    untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan

    baik, disertai dengan berbagai langkah yang

    antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang

  • 23

    terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan.

    Dalam pembelajaranpun perlu perencanaan

    yang matang sebagai upaya

    untuk perbaikan pembelajaran dengan asumsi

    sebagai berikut:

    a. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

    perlu diawali dengan perencanaan

    pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya

    desain pembelajaran.

    b. untuk merancang suatu pembelajaran perlu

    menggunakan pendekatan sistem.

    c. perencanaan desain pembelajaran diacukan

    pada bagaimana seseorang belajar.

    d. untuk merencanakan suatu desain

    pembelajaran diacukan pada siswa secara

    perorangan.

    e. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara

    pada ketercapaian tujuan pembelajaran,dalam

    hal ini akan ada tujuan langsung

    pembelajaran, dan tujuan pengiring dari

    pembelajaran.

    f. sasaran akhir dari perencanaan desain

    pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk

    belajar.

  • 24

    g. perencanaan pembelajaran harus melibatkan

    semua variabel pembelajaran.

    h. inti dari desain pembelajaran yang dibuat

    adalah penetapan metode pembelajaran yang

    optimal untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan.

    Dengan disusunnya rencana pembelajaran,

    guru yang mengajar menjadi lebih siap dan lebih

    profesional. Menurut Oemar Hamalik 2001:135

    rencana pembelajaran memiliki fungsi sebagai

    berikut:

    a. memberi guru pemahaman yang lebih jelas

    tentang tujuan pendidikan sekolah dan

    hubungan dengan pembelajaran yang

    dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu.

    b. membantu guru memperjelas pemikiran

    tentang sumbangan pembelajarannya terhadap

    tujuan pencapaian pendidikan.

    c. menambah keyakinan guru atas nilai-nilai

    pembelajaran yang diberikan dan prosedur

    yang dipergunakan.

    d. membantu guru dalam rangka mengenal

    kebutuhan-kebutuhan murid, minat-minat

    murid dan mendorong motivasi belajar.

  • 25

    e. mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan

    error dalam mengajar dengan adanya

    organisasi kurikuler yang lebih baik, metode

    yang tepat dan menghemat waktu.

    Dalam implementasinya, silabus dijabarkan

    dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

    dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh

    masing-masing guru.

    1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP)

    Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah

    rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit

    yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di

    kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru baik

    yang menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran[

    RPP] itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan

    bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram.

    Oleh karena itu RPP harus mempunyai daya terap

    (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP

    pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam

    menjalankan profesinya.

    Dalam menyusun rencana pembelajaran ada

    beberapa anggapan dasar yang harus diperhatikan

    (Depdiknas;2007)

  • 26

    a.) Rencana pembelajaran harus diarahkan

    atau ditujukan untuk membantu siswa

    belajar individual.

    b.) Rencana pembelajaran memiliki dua tahap

    yaitu tahap jangka pendek yang merupakan

    tahap dimana rencana pembelajaran segera

    dibuat karena segera akan dilaksanakan,

    dan tahap jangka panjang merupakan

    rencana yang dibuat untuk satu semester

    ataupun untuk satu program.

    c.) Rencana pembelajaran yang sistematis akan

    berpengaruh besar terhadap pengembangan

    manusia secara individual. Alasan yang

    paling mendasar adalah untuk meyakinkan

    bahwa pendidikan tidak ada hal-hal yang

    merugikan dan setiap siswa memiliki

    kesempatan yang sama untuk

    mengembangkan bakatnya secara individual

    sampai pada tingkat yang maksimum

    d.) Rencana pembelajaran dibuat dengan

    menggunakan pendekatan sistem yaitu

    melalui beberapa tahap dimulai dari

    analisis tujuan dan diakhiri dengan

    evaluasi. Penetapan pada setiap tahap

    didasarkan pada kenyataan yang bersifat

  • 27

    empiris dan setiap tahap akan masuk ke

    tahap berikutnya.

    e.) Rencana pembelajaran didasarkan pada

    pengetahuan bagaimana manusia itu

    belajar. Anggapan tersebut dengan

    pengertian bagaimana kemampuan individu

    itu dapat dikembangkan dan tidak cukup

    dengan pernyataan “apa yang seharusnya

    bagi mereka”.

    2).Langkah-langkah Penyusunan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Langkah

    yang patut dilakukan guru dalam penyusunan

    RPP adalah sebagai berikut :

    o Ambillah satu unit pembelajaran yang

    akan diterapkan dalam pembelajaran.

    o Tulis standar kompetensi dan

    kompetensi dasar dalam unit tersebut.

    o Tentukan indikator untuk mencapai

    kompetensi dasar tersebut.

    o Tentukan alokasi waktu yang diperlukan

    untuk mencapai indikator tersebut.

    o Rumuskan tujuan pembelajaran yang

    ingin dicapai dalam pembelajaran

    tersebut.

  • 28

    o Tentukan materi pembelajaran yang

    akan diberikan/dikenakan kepada siswa

    untuk mencapai tujuan pembelajaran

    yang telah dirumuskan.

    o Pilihlah metode pembelajaran yang dapat

    mendukung sifat materi dan tujuan

    pembelajaran.

    o Susunlah langkah-langkah kegiatan

    pembelajaran pada setiap satuan

    rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa

    dikelompokkan menjadi kegiatan awal,

    kegiatan inti dan kegiatan penutup.

    (Depdiknas; 2007)

    o Jika alokasi waktu untuk mencapai satu

    kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam

    pelajaran, bagilah langkah-langkah

    pembelajaran menjadi lebih dari satu

    pertemuan. Pembagian setiap jam

    pertemuan bisa didasarkan pada satuan

    tujuan pembelajan atau sifat/tipe/jenis

    materi pembelajaran.

    o Sebutkan sumber/media belajar yang

    akan digunakan dalam pembelajaran

    secara konkret dan untuk setiap

    bagian/unit pertemuan.

  • 29

    o Tentukan teknik penilaian, bentuk dan

    contoh instrumen penilaian yang akan

    digunakan untuk mengukur

    ketercapaian kompetensi dasar atau

    tujuan pembelajaran yang telah

    dirumuskan. Jika instrumen penilaian

    berbentuk tugas, rumus kan tugas

    tersebut secara jelas dan bagaimana

    rambu-rambu penilaiannya. Jika

    instrumen penilaian berbentuk soal,

    cantumkan soal-soal tersebut dan

    tentukan rambu-rambu penilaiannya

    dan/atau kunci jawabannya. Jika

    penilaiannya berbentuk proses, susunlah

    rubriknya dan indikator masing-masing.

    3. Pelaksanaan Pembelajaran

    Pelaksanaan pembelajaran merupakan

    implementasi dari Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan kegiatan

    pembelajaran meliputi: kegiatan pendahuluan,

    kegiatan inti dan kegiatan penutup.

    a). Kegiatan Pendahuluan, kegiatan yang

    dilakukan guru adalah (Depdiknas ;2007)

  • 30

    (1) Menyiapkan peserta didik secara psikis

    dan fisik untuk mengikuti proses

    pembelajaran.

    (2) mengajukan pertanyaan-pertanyan

    yang mengaitkan pengetahuan

    sebelumnya dengan materi yang akan

    dipelajari.

    (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau

    kompetensi dasar yang akan dicapai.

    (4) menyampaikan cakupan materi dan

    penjelasan uraian kegiatan sesuai

    silabus.

    b). Kegiatan Inti

    Pelaksanaan kegiatan inti merupakan

    proses pembelajaran untuk mencapai

    kompetensi dasar yang dilakukan secara

    interaktif, inspiratif, menyenangkan,

    menantang, memotivasi peserta didik untuk

    berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

    yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

    kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta

    didik. (Standar Proses;2007).

    Kegiatan inti menggunakan metode yang

    disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

  • 31

    dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses

    eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi:

    (1). Eksplorasi

    Dalam kegiatan eksporasi, guru:

    (a.) Melibatkan peserta didik mencari informasi

    yang luas dan dalam tentang topik/tema

    materi yang akan dipelajari dengan

    menerapkan prinsip alam takambang jadi

    guru dan belajar dari aneka sumber;

    (b.) menggunakan beragam pendekatan

    pembelajaran, media pembelajaran, dan

    sumber belajar lain;

    (c.) memfasilitasi terjadinya interaksi

    antarpeserta didik serta antara peserta

    didik dengan guru,lingkungan dan sumber

    belajar lainnya;

    (d.) melibatkan peserta didik secara aktif dalam

    setiap kegiatan pembelajaran; dan

    (e.) memfasilitasi peserta didik melakukan

    percobaan di laboratorium, studio, atau

    lapangan.

    (2). Elaborasi

    Dalam kegiatan elaborasi, guru:

  • 32

    (a.) Membiasakan peserta didik membaca dan

    menulis yang beragam melalui tugas-

    tugas tertentu yang bermakna.

    (b.) memfasilitasi peserta didik melalui

    pemberian tugas, diskusi dan lain-lain

    untuk memunculkan gagasan baru baik

    secara lisan maupun tertulis.

    (c.) memberi kesempatan untuk berfikir,

    menganalisis, menyelesaikan masalah,

    dan bertindak tanpa rasa takut.

    (d.) memfasilitasi peserta didik dalam

    pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

    (e.) memfasilitasi peserta didik berkompetisi

    secara sehat untuk meningkatkan prestasi

    belajar: memfasilitasi peserta didik

    membuat laporan eksplorasi yang

    dilakukan baik lisan maupun tertulis,

    secara individual maupun kelompok.

    (f.) memfasilitasi peserta didik untuk

    menyajikan hasil kerja individual

    maupun kelompok.

    (g.) memfasilitasi peserta didik melakukan

    pameran, turnamen, festival, serta

    produk yang dihasilkan;.

  • 33

    (h.) memfasilitasi peserta didik melakukan

    kegiatan yang menumbuhkan

    kebanggaan dan rasa percaya diri peserta

    didik.

    (3). Konfirmasi

    Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

    (a.) memberikan umpan balik positif dan

    penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

    isyarat, maupun hadiah terhadap

    keberhasilan peserta didik.

    (b.) memberikan konfirmasi terhadap hasil

    eksplorasi dan elaborasi peserta didik

    melalui berbgai sumber.

    (c.) memfasilitasi peserta didik melakukan

    refleksi untuk memperoleh pengalaman

    belajar yang telah dilakukan.

    (d.) memfasilitasi peserta didik untuk

    memperoleh pengalaman yang bermakna

    dalam mencapai kompetensi dasar:

    o berfungsi sebagai narasumber dan

    fasilitator dalam menjawab pertanyaan

    peserta didik yang menghadapi

    kesulitan, dengan menggunakan bahasa

    yang baku dan benar.

  • 34

    o membantu menyelesaikan masalah.

    o memberi acuan agar peserta didik dapat

    melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

    o memberi informasi untuk bereksplorasi

    lebih jauh.

    o memberikan motivasi kepada peserta

    didik yang kurang/belum berpartisipasi

    aktif.

    c). Kegiatan Penutup

    Dalam kegiatan penutup, guru:

    (1) bersama-sama dengan peserta didik

    dan/atau sendiri membuat

    rangkuman/simpulan pelajaran.

    (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi

    terhadap kegiatan yang sudah

    dilaksanakan secara konsisten dan

    terprogram.

    (3) memberikan umpan balik terhadap

    proses dan hasil pembelajaran.

    (4) merencanakan kegiatan tindak lanjut

    dalam bentuk pembelajaran remidi,

    program pengayaan, layanan konseling

    dan/atau memberikan tugas balik

    tugas individual maupun kelompok

  • 35

    sesuai dengan hasil belajar peserta

    didik.

    (5) menyampaikan rencana pembelajaran

    pada pertemuan berikutnya.

    2.2 Konsep Pembinaan Guru

    Guru adalah suatu profesi. Oleh karena

    merupakan profesi, maka sebelum seseorang menjadi

    guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang

    pendidikan keguruan. Untuk Sekolah Lanjutan

    jenjang pendidikan keguruan yang menghasilkan

    guru adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    (IKIP). Sungguhpun para guru telah dipersiapkan

    sedemikian melalui lembaga pendidikan, realitas

    menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia

    yang terdidik penuh termasuk guru. Perkembangan

    IPTEK yang demikian pesat mengharuskan guru

    untuk belajar terus. Kalau tidak, ia akan ketinggalan

    dengan laju perkembangan.

    Jika pendidikan telah pernah disinyalir akan

    terbirit-birit mengejar IPTEK, maka guru sebagai

    faktor kunci pendidikan di sekolahpun, tidak ada

    yang menjamin kalau mampu mengejar IPTEK. Yang

    mungkin dapat dilakukan adalah berusaha

    menjadikan mereka tidak terlalu jauh tertinggal

  • 36

    dengan serangkaian upaya Pembinaan guru

    (Depdikbud,1986). Istilah Pembinaan guru sendiri

    sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP dan

    SMA tentang Pembinaan Guru (Depdikbud,1984;

    1986). Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia

    maupun asing, sering diistilahkan supervisi.

    Meskipun haruslah disadari, bahwa ada juga yang

    menempatkan Pembinaan guru atau supervisi ini

    dalam kerangka staff development, staff

    improvement, profesional growth dan career

    development.

    Secara terminologis, Pembinaan guru sering

    diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan

    kepada guru,terutama bantuan yang berwujud

    layanan profesional yang dilakukan oleh Pengawas

    Sekolah, Penilik Sekolah untuk meningkatkan

    proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksud

    Pembinaan guru adalah supervisi,maka banyak

    pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan

    inti yang sama. Kurikulum 1975 memberikan

    batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk

    mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih

    baik (Depdibbud;1975).

  • 37

    Berdasarkan pengertian tersebut, nyatalah

    bahwa Pembinaan guru atau supervisi adalah

    sebagai berikut:

    1). Serangkaian bantuan yang berwujud layanan

    profesional.

    2). Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang

    yang lebih ahli (Kepala Sekolah, Penilik Sekolah,

    Pengawas dan ahli lainnya) kepada guru .

    3). Maksud layanan profesional tersebut adalah agar

    dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

    belajar, sehingga tujuan pendidikan yang

    direncanakan dapat tercapai.

    Pembinaan guru atau supervisi dengan model

    lama (inspeksi) bisa menjadikan penyebab guru

    menjadi takut,tidak bebas dalam melaksanakan

    tugas dan merasa terancam keamanannya bila

    bertemu dengan supervisor, tidak memberikan

    dorongan bagi kemajuan guru. Oleh karena itu,

    semua kegiatan pembaharuan pendidikan, termasuk

    pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan dengan

    pengerahan waktu, biaya dan tenaga akan sia-sia.

    Conny Semiawan (1985) mengemukakan

    bahwa penghalang bagi pembaharuan, termasuk

    dalam supervisi adalah sebagai berikut:

  • 38

    1. Sistem Pembinaan yang kurang memadai. Hal ini

    disebabkan oleh:

    a) Pembinaan yang masih menekankan aspek

    administratif dan mengabaikan aspek

    professional,

    b) Tatap muka antara Pengawas dan guru sangat

    sedikit,

    c) Pengawas banyak yang sudah lama tidak

    mengajar,sehingga banyak dibutuhkan bekal

    tambahan agar dapat mengikuti

    perkembangan baru,

    d) Pada dasarnya masih menggunakan jalur

    searah, dari atas ke bawah,

    e) Potensi guru sebagai Pengawas kurang

    dimanfaatkan.

    2. Sikap mental yang kurang sehat dari Pengawas.

    Hal ini disebabkan oleh:

    a) Hubungan profesional yang kaku dan kurang

    akrab akibat sikap otoriter Pengawas, sehingga

    guru takut bersikap terbuka kepada Pengawas,

    b) Banyak Pengawas dan guru sudah merasa

    berpengalaman, sehingga tidak merasa perlu

    lagi belajar,

    c) Pengawas dan guru merasa cepat puas dengan

    hasil belajar siswa.

  • 39

    a. Tujuan Pembinaan Guru

    Tujuan Pembinaan guru adalah untuk

    meningkatkan kemampuan profesional guru dalam

    meningkatkan proses dan hasil belajar melalui

    pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan

    profesional kepada guru. Jika proses belajar

    meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga

    meningkat. Dengan demikian,rangkaian usaha

    Pembinaan profesional guru akan memperlancar

    pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar

    (Depdikbud,1986).

    Secara umum, Pembinaan guru atau supervisi

    bertujuan untuk memberikan bantuan dalam

    mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih

    baik melalui usaha peningkatan profesional mengajar

    (Depdikbud,1975), menilai kemampuan guru sebagai

    pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing

    guna membantu mereka melakukan perbaikan dan

    bila mana diperlukan dengan menunjukkan

    kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri

    (Nawawi, 1983).

    Joesoef Djajadisastra (1975) mengemukakan

    tujuan Pembinaan guru atau supervisi, sebagai

    berikut:

  • 40

    a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru

    dan belajar siswa

    b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan

    belajar mengajar

    c. Memperbaiki metode, yaitu cara

    mengorganisasi kegiatan belajar mengajar

    d. Memperbaiki penilaian atas media

    e. Memperbaiki proses belajar mengajar dan

    hasilnya

    f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas

    kesulitan belajarnya

    g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.

    Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah

    jelas, bahwa supervisi atau Pembinaan guru

    bertujuan sebagai berikut:

    a. Memperbaiki proses belajar mengajar

    b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui

    Pembinaan profesional

    c. Yang melakukan Pembinaan adalah Pengawas

    d. Sasaran Pembinaan tersebut adalah guru, atau

    orang lain yang ada kaitannya

    e. Secara jangka panjang, Pembinaan tersebut

    adalah memberikan kontribusi bagi

    pencapaian tujuan pendidikan.

  • 41

    b. Fungsi Pembinaan Guru

    Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut,

    kemudian dapat diidentifikasi fungsi-fungsi

    Pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi

    :memelihara program pengajaran sebaik-baiknya,

    menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang

    mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi

    belajar anak-anak.

    Supervisi juga berfungsi untuk

    mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan

    pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua

    usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan

    sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,

    menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi

    fasilitas dan penilaian yang terus menerus,

    menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan

    pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf,

    mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu

    meningkatkan kemampuan guru.

    Nyatalah, bahwa fungsi Pembinaan guru

    adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses

    dan hasil belajar melalui serangkaian upaya

    pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud

    layanan profesional.

  • 42

    c. Prinsip-prinsip Pembinaan Guru

    Agar Pembinaan guru tersebut dapat

    dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-

    prinsip Pembinaan guru. Yang dimaksud dengan

    prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani

    dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi

    prinsip-prinsip Pembinaan guru sesuai dengan sudut

    tinjau mereka. Depdikbud (1986) mengemukakan

    prinsip-prinsip Pembinaan guru sebagai berikut:

    a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru

    b. Hubungan antara guru dengan Pengawas

    didasarkan atas kerabat kerja

    c. Pengawas ditunjang sifat keteladanan dan

    terbuka

    d. Dilakukan secara terus menerus

    e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada

    f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi

    dan sinkronisasi horizontal dan vertikal baik di

    tingkat pusat maupun daerah.

    Dalam penggolongan yang lebih rinci lagi,

    Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip

    Pembinaan guru menjadi prinsip fundamental dan

    prinsip praktis. Yang dimaksud dengan prinsip

    fundamental adalah Pembinaan guru atau supervisi

    dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses

  • 43

    pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar

    pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila.

    Supervisi pendidikan haruslah menggunakan

    prinsip-prinsip sila pertama sampai kelima

    Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai

    kegiatan supervisi.

    Yang dimaksud dengan prinsip praktis adalah

    kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman

    praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis

    oleh Djajadisastra dibagi lagi menjadi prinsip positif

    dan negatif. Tahalele (1979) juga mengemukakan

    bahwa prinsip praktis Pembinaan guru dapat

    digolongkan prinsip positif dan negatif. Prinsip positif

    berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik

    dalam pelaksanaan supervisi,sementara prinsip

    negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu

    yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya

    pencapainya tujuan pendidikan.

    Adapun prinsip-prinsip positif tersebut

    meliputi hal-hal (Djajadisastra, 1976; Tahalele,1979)

    sebagai berikut:

    a. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara

    sistematis,obyektif dan menggunakan

    instrumen. Sistematis maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah

    berikutnya secara runtut. Obyektif

    maksudnya apa adanya,tidak mencari-

  • 44

    cari atau mengarang-ngarang.

    Menggunakan instrumen maksudnya,

    dalam melaksanakan Pembinaan guru

    harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.

    b. Kooperatif, artinya terdapat kerjasama

    yang baik antara guru dengan Pengawas. c. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan

    Pembinaan, hendaknya mengarah kepada

    perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun perbaikannya.

    d. Realistik, sesuai dengan keadaan,tidak

    terlalu idealistik. e. Progresif, artinya dilaksanakan maju

    selangkah demi selangkah namun tetap

    mantap.

    f. Inovatif, yang berarti mengihtiarkan pembaharuan dan berusaha menemukan

    hal-hal baru dalam Pembinaan.

    g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.

    h. Memberi kesempatan kepada guru dan

    Pengawas untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan

    pemecahan atas kekurangannya.

    Adapun prinsip-prinsip negatif Pembinaan

    guru adalah sebagai berikut:

    a. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan

    dengan otoriter.

    b. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari

    kesalahan guru.

    c. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan

    berdasarkan tingginya pangkat.

  • 45

    d. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat

    mengharapkan hasil.

    e. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari

    tujuan pendidikan dan pengajaran.

    f. Pengawas tidak boleh merasa dirinya lebih

    tahu dibandingkan dengan guru.

    g. Pembinaan guru tidak boleh terlalu

    memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil

    dalam mengajar sehingga membelokkan

    maksud Pembinaan.

    h. Pengawas tidak boleh lekas kecewa jika

    mengalami kegagalan.

    d. Standar Kompetensi Guru

    Standar kompetensi guru dikembangan secara

    utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi

    pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

    Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam

    kinerja guru, yang dikembangkan menjadi

    kompetensi guru mata pelajaran. Untuk lebih

    jelasnya keempat standar kompetensi tersebut akan

    diuraikan satu-persatu, yaitu:

    1). Kompetensi Pedagogik, meliputi:

    a) Menguasai karakteristik peserta didik dari

    aspek fisik, moral, sosial, kultural,

    emosional dan intelektual.

  • 46

    b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

    pembelajaran yang mendidik.

    c) Mengembangkan kurikulum yang terkait

    dengan bidang pengembangan yang

    diampu.

    d) Menyelenggarakan pembelajaran yang

    mendidik.

    e) Memanfaatkan teknologi informasi dan

    komunikasi untuk kepentingan

    pembelajaran.

    f) Memfasilitasi pengembangan potensi

    peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimiliki.

    g) Berkomunikasi secara efektif,empatik dan

    santun dengan peserta didik.

    h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi

    proses dan hasil belajar.

    i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi

    untuk kepentingan pembelajaran.

    j) Melakukan tindakan reflektif untuk

    peningkatan kualitas pembelajaran.

    2). Kompetensi Kepribadian, meliputi:

    a) Bertindak sesuai dengan norma agama,

    hukum, sosial dan kebudayaan nasional

    Indonesia

  • 47

    b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang

    jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

    peserta didik dan masyarakat.

    c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang

    mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

    d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab

    yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan

    rasa percaya diri.

    e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

    3). Kompetensi Sosial, meliputi:

    a. Bersikap inklusif, bertindak subjektif, serta

    tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis

    kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar

    belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

    b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan

    santun dengan sesama pendidik, tenaga

    kependidikan, orang tua dan masyarakat.

    c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh

    wilayah Republik Indonesia yang memiliki

    keragaman sosial budaya.

    d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi

    sendiri dan profesi lain secara lisan dan

    tulisan atau bentuk lain.

    4). Kompetensi profesional, meliputi:

  • 48

    a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola

    pikir keilmuan yang mendukung mata

    pelajaran yang diampu.

    b. Menguasai standar kompetensi dan

    kompetensi dasar mata pelajaran yang

    diampu.

    c. Mengembangkan materi pembelajaran yang

    diampu secara kreatif.

    d. Mengembangkan keprofesionalan secara

    berkelanjutan dengan melakukan tindakan

    reflektif.

    e. Memanfaatkan teknologi informasi dan

    komunikasi untuk mengembangkan diri.

    2.3 Pandangan Kolaborativ Pembinaan Guru

    Menurut pendapat Ali Imron (2007, hal 74-75)

    menyatakan bahwa pandangan Kolaborativ

    Pembinaan guru mendasarkan asumsi-asumsi yang

    digunakan dalam psikologi kognitif. Belajar siswa

    dalam pandangan psikologi kognitif adalah

    merupakan konvergensi antara pandangan

    behavioristik dan pandangan humanistik. Jika

    pandangan behavioristik lebih menekankan kontrol

    instrumen lingkungan,maka pandangan humanistik

    memandang belajar sebagai usaha penemuan sendiri

  • 49

    atas sesuatu. Dengan demikian, dalam pandangan

    psikologi kognitif, belajar sesungguhnya merupakan

    konvergensi antara kontrol instrumental lingkungan

    dan usaha penemuan oleh diri sendiri.

    Jika dalam pandangan psikologi kognitif,

    tanggung jawab guru dan siswa sama-sama sedang

    dan seimbang, maka pandangan Kolaborativ dalam

    Pembinaan guru juga ada kedaulatan yang seimbang

    antara Pengawas dan guru. Tanggung jawab mereka

    masing-masing, yaitu sebagai guru dan sebagai

    Pengawas, sama-sama sedang.

    Dalam pandangan Kolaborativ, perilaku pokok

    Pengawas mencakup:mendengar, mempresentasikan,

    memecahkan masalah dan negosiasi. Target

    Pembinaan guru dalam pandangan Kolaborativ

    adalah terdapatnya kontrak antara Pengawas dan

    guru.

    Kondisi guru yang dihadapi berbeda, sesuai

    dengan pendapat Glickman (1981) yang dikutip Ali

    Imron (1990, hal.77) mengemukakan karakteristik

    guru berdasarkan atas tingkatan komitmen dan

    tingkat abstraksinya. Tingkatan komitmen

    menunjukkan kepada usaha dan penyediaan waktu

    dalam melaksanakan tugasnya. Ia lebih dari sekedar

    concern. Sementara itu tingkatan abstraksi

  • 50

    menunjuk kepada kemampuan kognitif, pemikiran

    abstrak dan simbolik yang dapat dilakukannya, dan

    bahkan kemampuan imajinatifnya.

    Untuk tingkatan karakteristik guru tersebut

    dapat di lihat di bawah ini:

    Tabel.2.2. Kontinum Komitmen Guru

    (Sumber Glickman,C.D,1981. Developmental

    Supervision. Alexandria. ASCD. Hal.13).

    Sedangkan tingkatan abstraksi guru dapat

    dituliskan dalam satu garis kontinum yang bergerak

    dari rendah, sedang dan tinggi, secara jelas

    digambarkan dalam Tabel di bawah ini:

    Rendah Tinggi

    Sedikit perhatian

    terhadap siswanya

    Sedikit waktu dan

    tenaga yang dikeluarkan

    Perhatian utama adalah

    memperhatikan jabatan

    Tinggi perhatian

    terhadap siswanya

    Banyak waktu dan

    tenaga yang

    dikeluarkan

    Bekerja sebanyak

    mungkin untuk orang

    lain

  • 51

    (Sumber : Glickman, C.D.,1981. Developmental Supervision. Alexandria; ASCD, hal.46)

    Tabel.2.3 . Kontinum Tingkatan Abstraksi Guru

    Tabel 2.4 Paradigma Guru Abad 21

    Paradigma Guru Tradisional Paradigma Guru Abad 21

    1. Berperan sebagai teknisi dan

    implementator kurikulum, buku

    dan program pengajaran. Berarti

    seperti mesin, rutin, tidak

    mendorong siswa berpikir.

    Pendekatan terhadap kurikulum

    dogmatis

    2. Guru memiliki otoritas tunggal,

    tidak dapat ditentang,

    hubungan siswa dengan guru

    otoritas

    1. Berperan profesional, proaktif,

    memiliki kemampuan diagnostik,

    modus mengajarnya bervariasi dan

    student oriented, mendorong inisiatif

    dan bersikap fleksibel.

    2. Guru memandang siswa sebagai

    patner dalam mencari pengetahuan

    (search for knowledge). Guru

    bersama-sama murid menentukan

    kepuasan

    RENDAH SEDANG TINGGI

    Bingung bila

    menghadapi

    masalah

    Dapat memecahkan

    suatu masalah

    Dalam menghadapi

    masalah selalu dapat

    mencari alternatif

    pemecahan masalah

    Tidak mengetahui

    cara bertindak bila

    menghadapi

    masalah

    Dapat menafsirkan

    satu atau dua

    kemunginan

    pemecahan

    masalah

    Dapat

    menggeneralisasikan

    berbagai alternatif

    pemecahan masalah

    Suka minta

    petunjuk.

    Responsinya

    terhadap masalah

    biasa saja

    Sulit

    merencanakan

    pemecahan

    masalah secara

    komprehensif

    Bisa membuat

    perencanaan dan

    memikirkan langkah-

    langkah pemecahan

  • 52

    3. Guru merupakan satu-satunya

    sumber pengetahuan selain

    buku, siswa hanya obyek

    dengan nilai minus

    4. Guru menjadi pengajar

    individual yang terisolasi tanpa

    kerja sama dengan guru lain

    5. Guru sebagai “dependent

    learner” yang berdampak pada

    siswa tergantung pada guru dan

    tidak punya inisiatif

    6. Guru selalu dinilai atasan/

    pihak luar (eksternal evaluation)

    tidak dilatih mengkritik diri

    sendiri

    7. Guru puas menggunakan

    teknologi pengajaran tradisional

    dan monoton

    8. Guru mempunyai wawasan

    pengetahuan terbatas pada

    dunia pendidikan dan teknologi

    karena tidak mengembangkan

    diri

    9. Guru kurang menyadari

    pentingnya prinsip “life long

    education” belajar berhenti pada

    terminal tertentu pengetahuan

    menjadi tetap dan usang

    10. Guru menganggap bahwa

    mengajar adalah rutinitas yang

    dianggapnya biasa dan tidak

    perlu dipersoalkan lagi

    3. Guru hanya merupakan salah satu

    sumber pengetahuan. Ada multi

    sumber lain di luar guru. Siswa

    menjadi subyek dan obyek belajar

    4. Guru berlaku sebagai anggota tim,

    baik dengan guru lain maupun

    dengan siswa. Mampu membentuk

    team work

    5. Guru sebagai “otonomous learner”

    yang berdampak pada siswa dapat

    belajar mandiri, punya inisiatif dan

    kreatif

    6. Guru mahir mengkritik diri sendiri

    (self evaluation). Selalu auto critic

    untuk memperbaiki diri.

    7. Guru terbuka terhadap teknologi

    pendidikan baru dan berusaha

    menerapkannya secara holistik,

    interdisipliner, multidisipliner dan

    tradisipliner

    8. Guru memiliki wawasan

    pengetahuan yang luas tentang

    pendidikan, teknologi dan

    pengetahuan lainnya

    9. Guru menjadikan prinsip “life long

    education” sebagai pegangan profesi

    dan pengembangan dirinya dengan

    mengikuti latihan, seminar,

    konferensi secara berkala.

    10. Guru memandang bahwa mengajar

    adalah pekerjaan profesional yang

    harus selalu dikembangkan

  • 53

    2.4 Langkah-Langkah Pembinaan Kolaborativ

    Supervisi akademik dengan pendekatan

    kolaborativ yang dilakukan oleh pengawas adalah:

    1. Terlebih dahulu menginventarisir beberapa

    permasalahan yang dihadapi dan diambil

    prioritas permasalahan yang paling penting dari

    hasil supervisi akademik

    2. Pengawas memberikan angket kepada semua

    guru tentang administrasi pembelajaran yang

    telah dibuatnya (angket terlampir).

    3. Mengadakan Pembinaan penyusunan perangkat

    pembelajaran dengan mengundang nara sumber

    yang berkompeten.

    4. Pengawas mempresentasikan persepsi mengenai

    rencana pembelajaran yang akan dijadikan

    sasaran Pembinaan.

    5. Pengawas mendengarkan penuturan guru

    tentang apa yang sudah dilakukannya selama

    ini.

    6. Setelah diperoleh permasalahan, Pengawas

    mengajukan alternatif pemecahan yaitu dengan

    diadakan Pembinaan Kolaborativ

    Setelah diadakan Pembinaan terhadap guru-

    guru selama beberapa kali diharapkan sebelum

    mengajar administrasi pembelajaran sudah disusun

  • 54

    dengan baik, terutama dalam pembuatan silabus dan

    rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sehingga

    dalam mengajar sesuai dengan rencana yang telah

    dibuat dan kompetensi yang ingin dicapai terlaksana

    dengan baik. Maka peneliti kemukakan hipotesis

    tindakan sebagai berikut:

    1. Dengan adanya upaya Pembinaan yang

    dilakukan oleh Pengawas Sekolah terhadap guru

    dalam membuat penyusunan perencanaan

    pembelajaran, sebelum mengajar guru-guru

    membuat perencanaan pembelajaran dengan

    lengkap.

    2. Dengan adanya Pembinaan secara Kolaborativ

    yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah terhadap

    guru-guru dalam membuat perencanaan

    pembelajaran, guru- guru antusias membuat

    perencanaan pembelajaran sesuai dengan

    kompetensi yang akan diajarkan.

    3. Dengan adanya Pembinaan secara Kolaborativ

    oleh Pengawas Sekolah terhadap guru tentang

    perencanaan pembelajaran, terdapat

    peningkatan kemampuan guru dalam membuat

    perencanaan pembelajaran

  • 55

    2.5 Penelitian yang relevan

    1. Tri Martiningsih, Pengaruh Supervisi Akademik

    dan Partisipasi Guru dalam KKG terhadap

    Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan

    Pekalongan Utara Kota Pekalongan.

    UNNES 2008, Jurnal Pendidikan.

    2. Solihatun Asiah, Pelaksanaan Supervisi

    Akademik berdasarkan persepsi Pengawas dan

    Guru di SMP Negeri se Kota Yogyakarta. UNY,

    2012, Jurnal Pendidikan.

    3. Indrawati, Pengaruh Supervisi Akademik

    Kepala Sekolah dan Motivasi Kinerja Guru di

    SMA Negeri 1 Kota Salatiga. UKSW, 2012.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

    1. Supervisi akademik dapat berpengaruh pada

    partisipasi guru dalam KKG terhadap

    kompetensi profesional guru SD.

    2. Supervisi akademik kepala sekolah dapat

    meningkatkan motivasi kinerja guru di SMA.

    3. Supervisi akademik oleh pengawas sekolah

    juga berdampak positif pada kinerja guru SMP.

  • 56