BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara...

32
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dalam pertanian dalam arti luas; yang dimaksud dengan pertanian dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 2003). Adjid (1998) juga mengemukakan bahwa agribisnis adalah kegiatan usaha dibidang pertanian yang berwatak bisnis, pelakunya secara konsisten berupaya untuk meraih nilai tambah komersial dan finansial yang berkesinambungan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar. Antara (2006) menyatakan bahwa agribisnis berasal dari kata agribusinees, dimana agri=agriculture artinya pertanian dan business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan. Jika didefiniskan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang agribisnis

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Agribisnis

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

hubungannya dalam pertanian dalam arti luas; yang dimaksud dengan pertanian

dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian

dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 2003).

Adjid (1998) juga mengemukakan bahwa agribisnis adalah kegiatan usaha

dibidang pertanian yang berwatak bisnis, pelakunya secara konsisten berupaya

untuk meraih nilai tambah komersial dan finansial yang berkesinambungan untuk

menghasilkan produk yang dibutuhkan pasar.

Antara (2006) menyatakan bahwa agribisnis berasal dari kata agribusinees,

dimana agri=agriculture artinya pertanian dan business artinya usaha atau

kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana agribisnis

(agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait

dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan. Jika didefiniskan secara

lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan

komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari

mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri),

pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.

Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem

agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang agribisnis

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

9

harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang meliputi

pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen,

prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007).

Menurut Suparta (2005) konsep sistem agribisnis yaitu keseluruhan aktivitas

bisnis dibidang pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain,

mulai dari : (1) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi;

(2) subsistem usahatani; (3) subsistem pengolahan dan penyimpanan hasil

(agroindustri); (4) subsistem pemasaran; dan (5) subsistem jasa penunjang; seperti

pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1

Konsep Sistem dan Usaha Agribisnis

Konsep dari sistem dan usaha agribisnis tersebut harus mampu mengatur

dirinya sendiri dan mampu menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan

maupun kondisi internal sistem secara otomatis (Amirin, 1996). Kelima subsistem

tersebut akan dapat menjalankan fungsi dan peranannya apabila berada dalam

lingkungan yang menyediakan berbagai sarana dan prasarana, yakni prasarana

Subsistem

perusahaan

pengadaan dan

penyaluran sarana

produksi :

a. Bibit

b. Pupuk c. Pakan

d. Obat-obatan

e. Alat dan mesin

Subsistem

perusahaan

produksi

usahatani:

a. Pangan

b. Hortikultura

c. Ternak

Subsistem

perusahaan

pengolahan hasil

(Agroindustri): a. Penanganan

pasca panen b. Pengolahan

lanjutan

Subsistem

perusahaan

pemasaran hasil:

a. Perdagangan

domestik b. Perdagangan

ekspor

Subsistem jasa penunjang:

Pengaturan, penelitian, penyuluhan, informasi, kredit modal,

transportasi, asuransi agribisnis dan pasar.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

10

jalan, transportasi, pengairan, pengendalian, pengamanan dan konservasi yang

menjadi syarat bagi lancarnya proses transpormasi produktif yang

diselenggarakan dunia usaha dan masyarakat perdesaan (Badan Agribisnis, 1995).

Mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas (unique) maka

manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Beberapa hal

yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya menurut

Downey dan Erickson (1992) adalah sebagai berikut: (1) keanekaragaman jenis

bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari para produsen dasar

ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan bisnis yang

pernah di kenal oleh peradaban; (2) besarnya pelaku agribisnis; (3) hampir semua

agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak

langsung; (4) keanekaragaman skala usaha di sektor agribisnis, dari yang berskala

usaha kecil sampai dengan perusahaan besar; (5) persaingan pasar yang ketat,

khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana penjualan berjumlah banyak,

sedangkan pembeli berjumlah sedikit; (6) falsafah cara hidup (the way of life)

tradisional yang dianut para pelaku agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih

tradisional daripada bisnis lainnya; (7) kenyataan menunjukkan bahwa badan

usaha agribisnis cenderung berorientasi dan dijalankan oleh petani dan keluarga;

(8) kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih banyak berhubungan dengan

masyarakat luas; (9) kenyataan bahwa produksi agribisnis sangat bersifat

musiman; (10) kenyataan bahwa agribisnis sangat tergantung dengan lingkungan

eksternal/gejala alam; dan (11) dampak dari adanya program dan kebijakan

pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

11

Keberhasilan agribisnis untuk mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh

faktor manajemen. Fungsi-fungsi manajemen terdapat dalam kegiatan ditiap

subsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan

yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen bisa berarti

fungsi, peranan maupun keterampilan. Untuk mencapai tujuan, manajer

menggunakan empat fungsi manajerial utama yaitu :

1. Perencanaan (planning)

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk

mencapai tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian (organizing)

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik

setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang

berhubungan dengan organisasi.

3. Pelaksanaan dan pengembangan (actuating)

Actuating merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian,

dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi

tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk

dapat mewujudkan tujuan.

4. Pengawasan (controling)

Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana.

Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah

ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang

diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

12

2.2 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi

Masing-masing komponen pelaku agribisnis membagi diri dalam fungsi dan

tugasnya namun tetap bersinergi dalam menghasilkan produk yang berkualitas.

Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi berfungsi untuk

menghasilkan dan menyediakan saranan produksi pertanian terbaik agar mampu

menghasilkan produk usaha tani yang berkualitas, melakukan pelayanan yang

bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan

bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses

pembelajaran atau pelatihan bagi petani, menyaring dan mensistesis informasi

agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis yang dapat

memberikan keuntungan bagi para pihak yang terkait (Suparta, 2005).

Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi juga sering disebut

sebagai agribisnis hulu (up-stream agribusiness); diartikan sebagai kegiatan yang

menginovasi, memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi pertanian,

baik industri alat mesin pertanian, pupuk, benih serta obat pengendalian hama dan

penyakit (Saragih, 1999). Selanjutnya, menurut Distan Provinsi Bali (2010)

bahwa agribisnis hulu mencakup industri yang memproduksi barang modal untuk

sektor pertanian seperti; industri benih, sayuran, ternak, ikan, industri

agrochemical dan industri mesin pertanian.

2.3 Subsistem Usahatani

Ilmu usahatani merupakan cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari

perihal internal usahatani yang meliputi organisasi, operasi, pembiayaan serta

penjualan; prihal usahatani itu sebagai unit atau satuan produksi dalam

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

13

keseluruhan organisasi (Hernanto, 1994). Usahatani juga merupakan himpunan

sumber-sumber alam yang terdapat pada sektor pertanian yang diperlukan untuk

produksi pertanian, tanah, air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas

tanah atau dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tanah untuk kebutuhan hidup

(Moebyarto, 1996). Hal ini didukung oleh pernyataan Mosher (1995) bahwa

usahatani merupakan bagian permukaan bumi dimana seorang petani dan

keluarganya atau badan hukum lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak.

Menurut Soekartawi (2003) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

afektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Bagi seorang petani, analisa pendapatan merupakan ukuran keberhasilan

dari suatu usahatani yang dikelola dan pendapatan ini digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat dijadikan sebagai modal untuk

memperluas usahataninya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Patong (1995)

bahwa jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan memberikan kepuasan kepada petani agar dapat

melanjutkan usahanya. Soekartawi (1984) menyatakan bahwa analisis pendapatan

usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan

keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani

berwujud tiga hal, yaitu: (1) hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak;

(2) produksi yang dikonsumsikan keluarga; (3) kenaikan nilai industri; sehingga

pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pada mulanya usahatani bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga petani, segala jenis tanaman dicoba,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

14

dibudidayakan. Segala jenis ternak dicoba, dipopulasikan, sehingga ditemukan

jenis yang cocok dengan kondisi alam setempat, kemudian disesuaikan dengan

prasarana yang harus disiapkan guna menunjang keberhasilan produk usahatani.

2.3.1 Pengertian produksi

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik

dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung;

biaya produksi yang digunakan terdiri atas sewa tanah, bunga modal, biaya sarana

produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja

(Soekartawi, 2013). Konsep produksi yang menujukan besarnya tingkat produksi

yang diperoleh petani, oleh karena itu konsep produksi dijelaskan untuk

memberikan definisi tentang produksi menurut para pakar ekonomi. Secara umum

produksi diartikan sebagai aktivitas untuk menciptakan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi adalah aktivitas yang menciptakan,

menambahkan utility suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Assauri (1993) mengemukakan bahwa produksi adalah kegiatan mencitakan

atau menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa dengan mengunakan

sumber–sumber (tenaga kerja, mesin,bahan-bahan, dan modal) yang ada.

Selanjutnya, Hermanto (1994) mengemukakan bahwa produksi adalah suatu

proses untuk memenuhi kebutuhan untuk penyelengaran jasa-jasa lain yang dapat

memenuhi kebutuhan manusia; oleh karena itu produksi merupakan tindakan

manusia untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang sesuai dengan yang

dikehendaki.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

15

Menurut Mubyarto (1996) menyatakan bahwa produksi petani adalah hasil

yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi tanah, modal,

tenaga kerja simultan. Melakukan usahatani, seorang pengusaha atau seorang

petani akan selalu baerfikir untuk mengalokasikan input seefisien mungkin untuk

memproduksi yang maksimal. Cara berfikir yang demikian adalah wajar,

mengingat petani melakukan konsep bagaimana memaksimumkan keuntungan.

Dalam ilmu ekonomi cara berfikir demikian sering disebut dengan pendekatan

maksimumkan keuntungan atau profit mazimition. Dalam kaitan itu

Kartasapoerta (1988) mengemukakan bahwa produksi merupakan hasil yang

diperoleh berkaitan dengan proses berlangsungnya proses produksi. Kuantitas

dan kualitas hasil (output ) tersebut tergantung pada keadaan input yang telah

diberikan. Jadi antara input dan output terdapat kaitan yang jelas.

Selanjutnya, Soekartawi dan Patong (1984) mengemukakan bahwa dalam

menghitung produksi usahatani biasanya dibedakan antara konsep produksi

per unit usahatani dengan kualitas hasil yang dipergunakan dalam suatu jenis

usahatani selama periode tertentu.

2.3.2 Budidaya tanaman tembakau

Tembakau rajangan merupakan bentuk produksi tembakau yang dapat berupa

rajangan (irisan). Menurut Disbun Propinsi Jatim (2012) mengemukakan untuk

berbudidaya tembakau rajang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya

berhasil dengan baik yaitu: (1) memilih benih yang akan disemaikan;

(2) lokasi pembibitan; (3) pengolahan tanah untuk bedengan; (4) pencabutan bibit;

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

16

(5) teknis pertanaman; (6) waktu dan cara pemberian pupuk;

(7) pengairan atau penyiraman; (8) pemangkasan; dan (9) pemanenan.

1. Memilih benih yang akan disemaikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah;

(1) Secara fisik; benih tua dan bernas, utuh, tidak cacat, dan tidak tercampur

bahan asing (pasir, biji, gulma).

(2) Secara fisiologi memiliki viabilitas yang tinggi, serta meiliki

daya berkecambah minimal 80%.

(3) Secara genetis; varietasnya murni, seragam, tidak tercampur varietas lain.

2. Lokasi pembibitan

Tempat harus terbuka, mendapat sinar matahari cukup terutama pada

pagi hari. Lapisan tanahnya cukup tebal, subur, daya menahan air dan drainase

baik. Tekstur tanah sedang sampai agak berat dengan pH 5,6 s/d 6,5; dekat dengan

sumber air untuk memudahkan penyiraman; agak jauh dari perkampungan untuk

menghindari gangguan hewan peliharaan, hama dan penyakit.

3. Pengolahan tanah untuk bedengan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan tanah bedengan adalah :

(1) Pengolahan tanah bedengan

Tanah dibuka atau dibalik dengan cangkul atau dibajak, diolah sampai halus,

dalam, sehat, masak dan bersih; dibiarkan satu s/d dua minggu terkena sinar

matahari untuk mematikan bibit penyakit dan rerumputan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

17

(2) Ukuran bedengan

Tanah dihancurkan dan dihaluskan, kemudian dibuat bedengan dengan arah

bedengan membujur utara-selatan, dengan lebar 1 m, tinggi permukaan

± 25 cm, panjang 5 m atau disesuaikan dengan panjang lahan. Jaarak antar

bedengan dibuat selebar 1 s/d 1,5 m; dibuat selokan keliling.

(3) Desinfeksi bedengan

Untuk mencegah pathogen (penyebab penyakit) di pesemaian seperti jamur

dan bakteri, bedengan perlu didesinfeksi dengan larutan perusi (CuSO4)

konsentrasi dua persen (20 g perusi/ satu liter air); setiap satu m2 bedengan

disiram dengan 0,5 liter larutan perusi paling lambat dua hari

sebelum benih ditabur.

(4) Pemupukan bedengan

Bedengan diberi pupuk kompos yang sudah masak, sebanyak satu pikul setiap

1 m x 5 m2. Pupuk kompos dicampurkan merata dengan tanah permukaan

bedengan, dan dibiarkan satu minggu, kemudian bentuk bedengan dirapikan

dan permukaannya diratakan. Pupuk SP-36 sebanyak 35 s/d 70 g/m2

(SP-18 sebanyak 70 s/d 140 g/m2), diberikan empat s/d lima hari sebelum

benih ditabur, kemudian permukaan bedengan disiram air. Pupuk ZA

sebanyak 35 s/d 70 g/m2, dan ZK 25 s/d 35 g/m

2, diberikan tiga hari sebelum

benih ditabur, dengan cara menaburkannya dipermukaan bedengan, kemudian

diratakan dan disiram air secukupnya. Pupuk yang diberikan tidak boleh

berlebihan. Bila pH tanah rendah ditambahkan dolomit/kapur.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

18

(5) Penaburan benih

Benih yang daya kecambahnya lebih dari 90%, kebutuhan benih per m2

adalah 0,1 gram; benih disesuaikan dengan luas bedengan dicampur rata

dengan abu atau pasir halus, kemudian ditabur merata diatas bedengan;

selanjutnya bedengan ditutup dengan jerami; setelah itu disiram air dengan

menggunakan gembor sampai cukup basah; jerami dibuka 10 hari

setelah tabur benih.

(6) Atap bedengan

Atap bedengan dapat dibuat dari jerami, alang-alang atau plastik transparan.

Apabila pembibitan dilakukan pada musim hujan sebaiknya bedengan diberi

atap plastik. Untuk atap miring, tinggi atap yang menghadap ke timur antara

0,80 s/d 1 m, sedangkan yang menghadap kebarat 0,60 s/d 0,9 m; pada bagian

atap yang melengkung diatur agar tinggi bagian tengah antara 50 s/d 60 cm;

sedangkan tinggi bagian samping ± 5 cm dari permukaan bedengan.

(7) Penyiraman bedengan

Selama tujuh hari pertama setelah tabur benih, pesemaian harus disiram air

secara intensif, biasanya dilakukan sampai tiga kali sehari, yaitu pagi, siang

dan sore hari. Penyiraman menggunakan gembor. Setelah bibit berumur

30 hari jumlah air yang diberikan dikurangi agar pertumbuhan akar bagus;

akan tetapi harus dijaga agar tanah tidak terlalu kering.

(8) Penjarangan bedengan

Setelah bibit berumur 20 s/d 25 hari dilakukan penjarangan dan jarak antara

bibit diatur anatar 4 X 4 cm2 sampai 5 X 5 cm

2, sehingga tiap meter persegi

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

19

bedengan terdapat 400 s/d 625 bibit atau dapat pula dilakukan pencabutan

bibit dan dipindah kebedengan lain dengan jarak tanam 5 X 5 cm2.

Bedengan pataran biasanya didekat lahan yang akan ditanami tembakau; bibit

pataran ini dapat ditanam dilahan setelah 20 s/d 25 hari.

4. Pencabutan bibit

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

(1) Umur bibit

Umur antara 40 s/d 45 hari, pencabutan bibit sebaiknya dilakukan pagi hari;

cara mencabut bibit dilakukan dengan memegang dua daun terbesar,

kemudian ditarik; jangan sekali-kali menarik batangnya karena

masih sangat lunak.

(2) Syarat bibit

Bibit yang memenuhi syarat ukuran (tinggi) 10 s/d 12,5 cm, jumlah daun

lima lembar, tidak terlalu subur (sukulen) dan terlalu kurus, dan perakaran

baik, sehat serta bebas dari hama penyakit.

5. Teknis pertanaman

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam teknis pertanaman adalah :

(1) Pemilihan lahan dan pergiliran tanaman

Saat tanam yang baik adalah bulan april s/d mei hingga pertengahan bulan

juni, tergantung dengan cuaca yang berkembang pada musim tanam yang

bersangkutan. Lahan yang paling baik untuk ditanami tembakau adalah bekas

tanaman padi. Lahan bekas tanaman cabai, terung, tembakau dan tanaman

solanaceae lainnya harus dihindarkan karena tanah bekas tanaman keluarga

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

20

solanaceae menurut pengalaman petani tanahnya banyak menyimpan

penyakit; kalau dipaksakan pertumbuhan tanaman tembakau tidak sempurna,

bahkan akan banyak tanaman yang mati. Tanah mengandung khlor yang

umumnya dekat dengan pantai atau mendapat pengairan dari air payau

dihindari sebagai lahan penanaman tembakau. Untuk menghindari serangan

penyakit yang merugikan seperti Phytophthora nicotianae, penyakit lengger

akibat serangan bacterium solanacearum sebaiknya lahan terpilih jangan tiap

tahun ditanami tembakau.

(2) Pengolahan tanah

Pengolahan tanah untuk tembakau rajangan pada umumnya lebih sederhana.

Pembersihan bekas tanaman sebelumnya sangat diperlukan; pada lahan

di dataran tinggi, sisi tegak galengan mencapai tinggi (0,5 s/d 1,5 m2);

pada sisi galengan tersebut rumput dibersihkan agar kelak tidak menjadi

serangan hama. kemudian dibersihkan jerami dari petakan. Setelah jerami

dibersihkan, tanah dibajak pertama dan dilanjutkan dengan garu untuk

meratakan tanah. Selanjutnya, didiamkan satu s/d dua minggu dan kemudian

diairi serta dibuatkan saluran-saluran drainase keliling. Pekerjaan ini

dimaksudkan agar bingkahan tanah yang masih cukup besar bisa hancur.

Bekas tanaman padi biasanya akan menyebabkan bongkahan tanah yang

besar. Selanjutnya, dilakukan pembajakan kedua dan ketiga yang dilakukan

dengan arah memotong bajak pertama, kemudian digaru hingga rata.;

kemudian didiamkan satu s/d dua minggu. Dibuatkan guludan sesuai dengan

jarak tanam. Dibuat lubang tanam dengan digejik. Lahan yang sudah selesai

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

21

diolah dilengkapi dengan tempat penampungan air yang diberi alas plastik.

Jarak tanaman rapat yaitu dua baris tanaman dalam satu gulud. Jarak tanam

yang umum digunakan 50 x 50 x 90 cm atau 40 x 40 x 90 cm; dengan jarak

tanam ini populasi tanaman dapat mencpai 20.000 s/d 25.000 tanaman

per hektar; cara penanaman kedua baris dapat sejajar atau selang-seling.

(3) Penanaman

Waktu penanaman yang tepat pada pertengahan bulan mei sampai dengan

pertengahan bulan juni. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari,

setelah jam 14.00. Sebelum menanam, lubang tanam disiram air dengan cara

dikocor; kebutuhan air tergantung cuaca, kira-kira satu s/d dua liter

per lubang tanam.

(4) Teknik menanam bibit

Bibit dipegang pada pangkal batang, kemudian dimasukan kedalam lubang

tanam; lubang tanam ditimbun lagi dengan tanah dan ditekan hati-hati supaya

akar bibit menempel pada tanah. Penimbunan ini dilakukan sampai leher

bibit jangan sampai tertimbun, setelah itu bibit bisa dikrodong dengan daun

jati atau lainnya sampai umur satu minggu; lubang tanam

dikocor secukupnya.

(5) Penyulaman

Tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang bagus secepatnya disulam;

penyulaman terakhir selambat-lambatnya umur 10 hari; tanaman sulaman

diambil dari tanaman cadangan yang sudah dipersiapkan lebih dahulu.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

22

6. Waktu dan cara pemberian pupuk

Pada dasarnya pupuk yang digunakan untuk tanaman tembakau dikehendaki

yang tidak mengandung chlor (CL); seperti ZA, ZK, NPK Kebo Mas, SP-18, dan

PN (Chilien Nitrat); sedangkan jenis pupuk yang mengandung Chlor adalah

seperti KCL dan Ponskha.

Rekomendasi pupuk untuk tembakau rajangan dengan populasi

20.000 tanaman/ha, dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan Tembakau Rajangan

Umur HST Jenis gr/tanaman Jumlah

tanaman kg/ha

-1 Superphos 10 20.000 200

5 - 8 Urea 5 20.000 100

15 - 18 Urea 5 20.000 100

25 - 28 ZA 15 20.000 300

25 - 28 ZK 5 20.000 100

Jumlah 800 Sumber: Disbun Provinsi Jatim ( 2012)

Keterangan :

HST : Hari setelah tanam

ZA : Zwavelzure Ammonium

ZK : Zwavelzure Kalium

Cara pemberian pupuk urea sebagai starter umur 5 s/d 8 hari setelah tanam;

waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan jenis pupuk dan kebutuhan tanaman

sesuai dengan rekomendasi. Pupuk superphos diberikan pada lubang tanam sehari

sebelum tanam, pupuk urea susulan pertama pada umur 15 s/d 18 hari setelah

tanam ditugal sekeliling batang tanaman dengan jarak 10 s/d 15 cm, kemudian

ditutup tanah; pupuk N (ZA) dan K (ZK) susulan kedua diberikan pada umur

tanaman 25 s/d 28 hari, ditugal disekiling batang tanaman dengan jarak

20 s/d 25 cm kemudian ditutup tanah.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

23

7. Pengairan/penyiraman

Penyiraman sebaiknya dilakukan pada sore hari; air irigasi harus memenuhi

syarat tidak melewati lahan yang terkena serangan hama penyakit lanas

(phytophthora nicotianea); karena spora jamur ini dapat terikut air irigasi,

selain itu kandungan klornya harus sangat rendah, dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Jadwal dan Volume Penyiraman Tembakau Rajangan

Umur tanaman

(HST)

Frekwensi

pemberian

Jenis lahan

Tegal (lt) Sawah (lt)

1-20 Tiap hari 0,5 0,5

21-40 Tiap dua hari 2,0 0,5

41-50 Tiap hari 2,0 0,5

51-54 Tiap dua hari 2,0 0,5

55-60 Tiap tiga hari 2,0 0,5 Sumber: Disbun Provinsi Jatim ( 2012 ).

Keterangan :

HST : Hari setelah tanam

Lt : Liter

8. Pemangkasan

Pemangkasan tembakau rajangan dilakukan setelah 10% dari bunga

pertamanya mekar; pemangkasan bunga disertai dua daun bendera.

Pembuangan sirung dilakukan lima hari sekali.

9. Pemanenan

Tembakau umur 65 hari siap untuk dipanen; untuk tembakau dilahan tegal

panen dilakukan serentak setelah daun-daun tengah cukup masak. Daun-daun

bawah ± 6 lembar tidak ikut dipetik dan dibiarkan menjadi krosok dilapangan;

daun tengah dan daun pucuk 12 s/d 14 lembar dipetik serentak. Daun-daun yang

dipetik kemudian diproses menjadi rajangan, sedangkan daun bawah setelah

kering dipetik untuk dijual dalam bentuk krosok. Untuk tembakau dilahan sawah

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

24

yang tanamannya cukup besar karena cukup air, panen dapat dilakukan dengan

pemetikan secara bertahap dua sampai tiga kali pada saat daun sudah masak.

Pada lahan tegal tembakau dipetik serentak 3 s/d 5 lembar, daun bawah tidak ikut

dipetik dibiarkan sampai kering dan dijual dalam bentuk krosok.

2.3.3 Budidaya cabai

Cabai rawit adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum.

Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung

bagaimana digunakan. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili

terong-terongan yang memiliki nama ilmiah capsicum sp.; berasal dari benua

Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika,

Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Adapun cara budidaya cabai rawit

menurut Tim Bina Karya Tani (2013) adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan

Tanaman cabai diperbanyak dengan biji (generatife). Biji buah yang akan

diperbanyak diambil dari buah yang sudah tua atau matang dipohon. Buah cabai

yang akan diambil bijinya untuk benih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(1) buah berasal dari tanaman yang sehat dan pertumbuhannya subur;

(2) buah dipilih dan disortir sejak dipohonnya; (3) biji diambil dari buah yang

sudah masak dipohon, sehat dan tidak rusak; dan (4) sebaiknya buah dari

dompolan buah yang kedua.

2. Pesemaian

Persemaian hendaknya dilakukan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu,

polibag, pot bunga untuk memudahkan perawatan. Biji disebar merata di atas

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

25

pesemaian berupa tanah yang bersih dan dicampur dengan pasir bersih serta

pupuk kandang (perbandingan 1 k : 1 kg : 1 kg). Pesemaian ditaruh ditempat yang

terlindung dari gangguan ternak dan dinaungi agar tidak terkena sinar matahari

langsung dan derasnya curah hujan. Pesemaian untuk menjaga kelembaban tanah

perlu penyiraman satu kali sehari yaitu pada pagi atau sore hari.

3. Penanaman bibit

Segera setelah tanaman yang berkecambah dari biji itu mempunyai lima daun

(umur satu bulan), calon bibit dipindahkan ketempat penyapihan berupa pot kecil

atau polibag; pada waktu penyapihan dipilih calon bibit yang benar-benar kuat.

Maksud penyapihan ini adalah untuk melatih tanaman terlebih dahulu sebelum

dipindahkan ke lahan pertanian yang telah ditetapkan. Setiap pagi takir atau

polibag penyapihan dijemur disinar matahari sampai pukul 09.00.

4. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi

tanah. Faktor fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, konsistensi, tata air,

tata udara, temperatur dan warna tanah. Faktor kimia tanah adalah pengaruh ion

terhadap tumbuhnya tanaman, keasaman tanah atau pH nya. Sedangkan, faktor

biologi tanah adalah tentang jasad-jasad hidup dalam tanah atau jasad renik.

Pengolahan tanah biasanya dilakukan dua kali agar benar-benar gembur;

tanah dibersihkan dari rumput atau kotoran lain kemudian dibajak atau dicangkul

dengan kedalaman sekitar 20 s/d 35 cm. Pengolahan tanah harus disesuaikan

dengan lapisan atas dan tidak dipaksakan terlalu dalam sampai mencapai lapisan

tanah dibawahnya. Pencangkulan tanah yang terlalu dalam dapat mengakibatkan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

26

tanah yang kurang subur bercampur dengan tanah yang subur sehingga akan dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pengolahan tanah yang kedua kalinya setelah tanah dibiarkan selama 2 s/d 3

minggu sejak pengolahan pertama; hal ini penting agar gas-gas beracun menguap,

bibit penyakit dan hama akan mati disinari matahari. Tanah yang sudah remah

dan gembur kemudian dibuatkan bedengan membujur kearah timur-barat agar

penyebaran matahari dapat merata keseluruh tanaman.

Bedengan dibuat dengan lebar antara 110 s/d 120 cm2, tinggi 30 s/d 45 cm

2

dan jarak antar bedengan 50 s/d 60 cm2. Khusus pada musim penghujan

didaerah-daerah yang air tanahnya dangkal perlu dibuatkan parit keliling dengan

lebar 20 s/d 30 dan dalamnya 30 cm untuk pembuangan air yang berlebihan.

Pengolahan tanah yang ketiga selain mencangkul tipis-tipis untuk

menggemburkan tanah, juga dilakukan pemupukan dasar dengan memberikan

pupuk kandang atau pupuk organik. Tanah yang terlalu asam dan tidak sesuai

dengan syarat tumbuh tanaman cabai perlu melakukan pengapuran. Setelah tanah

cukup gembur, bedengan-bedengan dan parit-parit sudah terbentuk,

tanah dibiarkan dulu selama seminggu sebelum ditanami bibit agar reaksi pupuk

organik dan pengapuran tidak mengganggu pertumbuhan bibit tanaman.

5. Persiapan lubang tanaman

Pembuatan lubang tanam dilakukan tiga hari sebelum penanaman bibit,

jarak tanam harus diatur dengan baik jangan terlalu rapat dan terlalu renggang.

Jarak tanam yang ideal untuk bertanam tanaman cabai adalah 70 x 60 cm2 artinya

70 cm jarak antar barisan dan 60 cm jarak tanam dalam barisan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

27

6. Seleksi bibit

Bibit seharusnya sudah diseleksi pada tempat pembibitan sebelum diangkut

ke lahan pertanaman; bibit cabai dapat dipindah ke lahan pertanaman apabila telah

berumur 30 s/d 45 hari di pesemaian dengan tinggi berkisar antara 10 s/d 15 cm2.

Bibit yang dipilih sebaiknya yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak,

serta daunnya tidak ada yang rusak.

7. Waktu tanam

Saat yang terbaik untuk menanam sayuran cabai adalah tiga hari sesudah

lubang tanam dipersiapkan. Menanam bibit cabai pada lubang tanam dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

(1) Bagian dasar kantong polibag disayat dan dilepaskan, bagian samping

kiri-kanan disayat tegak lurus.

(2) Bibit ditempat pada lubang secara berdiri tegak; plastik pada bagian sisi kiri

kanan dilepas dengan hati-hati supaya tanah disekitar akar

bibit tidak berhamburan.

(3) Sewaktu menanam; leher akar harus tertutup dan pada akhir penanaman

permukaan tanah sekitar bibit dalam keadaan rata atau sedikit cembung.

8. Pemberian mulsa plastik hitam perak

Penggunaan mulsa plastik dipandang lebih praktis karena mudah didapat,

mudah penggunaannya dan dapat digunakan lebih daripada satu kali.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mulsa plastik:

(1) bedeng-bedeng diari terlebih dahulu sebelum pemasangan mulsa plastik

sehingga kondisi tanah agak lembab; (2) mulsa plastik dipasang pada saat udara

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

28

panas dan plastik sedang memuai; dan (3) warna hitam pada plastik merupakan

bagian yang menghadap ketanah, sedangkan bagian plastik yang berwarna perak

menghadap keatas.

9. Pengairan

Pengairan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam sehari tergantung

pada keadaan tanah atau semusim. Waktu pengairan sebaiknya dilakukan pada

pagi atau sore hari saat suhu udara tidak terlalu panas; hal yang sangat penting

diperhatikan adalah menjaga agar tidak terlalu kering atau sebaliknya air jangan

sampai tergenang dalam waktu yang lama.

10. Pemberantasan gulma

Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma yaitu: (1) secara mekanis

(manual) adalah pemberantasan dengan menggunakan tenaga atau alat secara

langsung seperti sabit, cangkul dan garpu; (2) secara kimiawi dilakukan dengan

menggunakan herbisida; dan (3) secara biologi dengan menggunakan

tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi

pengaruh buruk dari gulma.

11. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau

pertumbuhannya tidak normal; dilakukan satu minggu setelah tanam. Bibit yang

digunakan penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh

pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

29

12. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam

tanah supaya tanaman dapat meyerapnya sesuai dengan kebutuhannya.

Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala

yang tampak pada tanaman.

Pemupukan dilakukan terus-menerus dan takaran pupuk disesuaikan dengan

usia tanaman cabai. Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu dibuat selokan

sedalam 5 s/d 10 cm yang melinkari tanaman itu dengan batang tanaman sebagai

pusat lingkaran; sesudah pupuk ditabur merata didalam selokan selanjutnya

ditutup kembali dengan tanah.

Dosis pupuk yang diberikan adalah 200 kg urea, 500 kg ZA, 167 kg KCL,

dan 196 kg TSP per hektar. Pupuk berimbang ini diberikan dua kali yaitu pada

umur tujuh hari dan 30 hari setelah tanam; kecuali pada pupuk TSP yang

diberikan satu kali pada tujuh hari sebelum tanam.

13. Hama dan penyakit

Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena

aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk mendapatkan makanan yang terdiri

dari hewan mamalia, serangga dan burung. Untuk membrantas serangan hama

harus diketahui terlebih dahulu siklus hidupnya, sehingga dapat ditentukan pada

stadium apa serangga tersebut menyerang tanaman, sehingga tepat dalam

mengambil tindakan pemberantasan.

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh

mikroorganisme seperti; virus, bakteri, protozoa, jamur dan cacing nematode;

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

30

yang dapat menyerang organ tumbuhan pada akar, batang, daun atau buah.

Penyebaran penyakit pada tanaman melalui angin, air, serangga.

14. Panen

Panen cabai dilakukan secara manual; umur panen berkisar 3 s/d 4 bulan

setelah tanam. Biasanya panen dapat dilakukan 16 s/d 18 kali pada keadaan

musim yang menguntungkan yaitu musim kemarau. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan pemanenan adalah warna buah berwarna merah

atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna oranye, jingga atau

merah; warna hijau berangsur hanya sekilas.

2.4 Subsistem Pasca Panen dan Pengolahan Lanjutan

Subsistem pasca panen dan pengolahan lanjutan dapat berfungsi untuk

mengadakan pengolahan lanjut baik tingkat primer, sekunder dan tersier untuk

mengurangi susut nilai atau meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi

kebutuhan dan selera konsumen, serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil

melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik (Suparta, 2005).

Saragih (1999) mengemukakan agribisnis hilir (down- stream agribusiness)

merupakan aktivitas penanganan pasca panen dan pengolahan berbagai hasil

usahatani menjadi berbagai produk olahan dan produk turunan (agroindustri).

Manajemen agribisnis hilir dapat dihubungkan dengan industri yang

memproses komoditas pertanian utama seperti makanan atau minuman, pakan

ternak, serabut alami, industry farmasi dan industri bio-energi

(Distan Provinsi Bali, 2010).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

31

2.5 Subsistem Pemasaran

Aspek pemasaran hasil pertanian sangat penting keberadaannya;

bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yeng terlibat akan

diuntungkan. Oleh karena itu, peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri

dari produsen, tengkulak, pedagang pengepul, broker, eksportir, importir menjadi

amat penting (Soekartawi, 2013). Menurut Khotler (1996) mengemukakan

bahwa”Marketing is a social and managerial process by which individuals and

groups obtain what they med and want throught creating offering and

exacahnging produtcts of value which other”. Pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manejerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertahankan

produk yang bernilai dengan produk yang lain. Definisi pemasaran ini

berdasarkan pada konsep inti yaitu kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan

permintaan (demands), produk (barang, jasa dan gagasan) nilai biaya, kepuasan,

petukaran dan transaksi, jaringan pasar, serta pemasaran dan prospek.

Kemudian Swastha (1999) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem

keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

menawarkan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Soekartawi (1988) mengemukakan manajemen pemasaran yang modern

mendahulukan kepentingan konsumen dalam artian bahwa perubahan konsumen

akan menentukan jumlah barang yang diminta; selanjutnya agar harga tidak

melonjak tinggi karena perubahan tersebut maka produksi harus dinaikan;

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

32

sehingga pengertian di atas dapat simpulkan bahwa pemasaran merupakan

keseluruhan sistem dari kegiatan-kegiatan bisnis yang dinamis dan terintegrasi

yang di tunjukan untuk merencanakan, menentukan harga merupakan sistem dan

mendistribusikan produk-produk yang dapat memuaskan keinginan pasar dalam

langkah mencapai tujuan organisasi.

Pemasaran hasil pertanian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pemasaran suatu produk, kita harus

mempertimbangkan saluran pemasaran yang dapat dipakai untuk menyalurkan

produk dari produsen ke konsumen. Menurut Khotler, dkk., (1992)

mengemukakan bahwa untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga

jenis saluran pemasaran yaitu: (1) saluran komonikasi yaitu menyampaikan dan

menerima pesan dari pemberi saran; saluran ini mencakup surat kabar, majalah,

radio, televisi, surat, telepon, internet dan papan iklan; (2) saluran distribusi untuk

menggelar, menjual atau menyampaikan produk fisik atau jasa kepada pelanggan

atau pengguna; dan (3) saluran layanan untuk meelakukan transaksi dengan calon

pembeli; saluran ini mencakup gudang, perusahaan transportasi, bank dan

perusahaan asuransi yang membantu transaksi.

Menurut Swastha (1999) menyatakan bahwa saluran pemasaran adalah

saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari

produsen sampai kekonsumen atau pemakai industri; dengan kata lain merupakan

serangkaian organisasi yang saling tergantung dalam rangka proses penyaluran

barang dari produsen kepada konsumen. suatu barang dapat berpindah melalui

beberapa tangan sejak dari produsen sampai kepada konsumen.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

33

Menurut Kotler (1996) ada beberapa saluran distribusi yang dapat digunakan

untuk menyalurkan barang-barang yang ada. Jenis saluran distribusi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Saluran distribusi langsung, saluran ini merupakan saluran distribusi yang

paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen

ke konsumen tanpa menggunakan perantara. Disni produsen dapat menjual

barangnya melalui pos atau mendatangi langsung rumah konsumen, saluran

ini bisa juga diberi istilah saluran nol tingkat (zero stage chanel).

(2) Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan

produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang

kepada produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen.

Saluran ini biasa disebut dengan saluran satu tingkat (one stage chanel).

(3) Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan

pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh

produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar

kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh

pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya

dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga

saluran distribusi dua tingkat (two stage chanel).

(4) Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini

produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya

kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada took-toko kecil.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

34

Saluran distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi

tiga tingkat (three stage chanel).

2.6 Subsistem Jasa Penunjang

Subsistem Jasa Penunjang yang meliputi : (1) penyuluhan; (2) penelitian;

(3) informasi agribisnis; (4) pengaturan; (5) kredit modal dan (6) transportasi

secara aktif maupun pasif berfungsi untuk menyediakan layanan bagi kebutuhan

pelaku sistem agribisnis untuk melancarkan aktifitas perusahaan dan sistem

agribisnis (Suparta, 2005). Subsistem jasa penunjang juga merupakan penunjang

kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi: (1) sarana tata niaga;

(2) perbankan/perkreditan; (3) penyuluhan agribisnis; (4) kelompok tani;

(5) infrastruktur agribisnis; (6) koperasi agribisnis; (7) BUMN; (8) swasta;

(9) penelitian dan pengembangan; (10) pendidikan dan pelatihan; (11) transportasi

dan kebijakan pemerintah (Hermawan, 2008).

2.7 Sistem Pertanian Tumpangsari

Tumpangsari adalah penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan atau

dengan satu interval waktu yang singkat, pada sebidang tanah yang sama.

Tumpang sari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara

tanaman semusim dengan tanaman tahuanan. Tumpangsari ditunjukan untuk

memanfaatkan lingkungan sebaik-baiknya agar diperoleh produksi yang

maksimum. Menurut Thahir (1985) mengemukakan sitem tumpangsari dapat

di atur berdasarkan;

(1) Sifat-sifat perakaran, pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk

menghidarkan persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

35

Sistem perakaran yang dalam dapat di tumpang sarikan dengan tanaman yang

berakar dangkal. Tanaman monocotyl yang bisanya memiliki perakaran yang

dangkal karena berasal dari akar seminal dan akar buku; sedangkan tanaman

dikotil pada umumnya memiliki perakaran yang dalam karena memiliki

akar tunggang; seperti pada tanaman jagung di tumpang sarikan dengan jeruk

manis, karena jagung termasuk jenis tanaman yang memiliki perakaran yang

dangkal sedangkan jeruk manis termasuk tanaman jenis perakaran dalam;

maka keduanya tidak akan mengalami gangguan dalam penyerapan

unsur-unsur hara yang terdapat didalam tanah. Sistem pertanian tumpangsari

selalu terdapat persaingan di atas (oksigen, CO2, suhu, kelembaban dan

cahaya matahari) dan persaingan di bawah (unsur hara dan air); sehingga perlu

di atur sedemikian rupa agar tidak terlalu menggangu perkembangan tanaman

yang dilakukukan tumpangsari.

(2) Pengaturan pola tanam; tumpangsari juga dapat di lakukan antara tanaman

semusim dengan tanaman semusim lainya, misalnya antara tembakau dengan

cabai. Tembakau menghendaki nitrogen yang tinggi sedangkan cabai tidak

terlalu terganggu pertumbuhanya karena sedikit terlindung oleh tembakau.

2.8 Kajian Penelitian Sebelumnya

Pembahasan hasil penelitian terdahulu dimaksudkan agar dapat memberikan

gambaran untuk memperjelas kerangka berpikir penelitian ini. Di samping itu,

juga merupakan referensi yang akan digunakan dalam melakukan evaluasi

terhadap pengaruh masing-masing konsep.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

36

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2011) yang berjudul

“Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan, Penerapan Manajemen Agribisnis dan

Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)

di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kadar jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis

pengurus Gapoktan dan tingkat keberhasilan PUAP, serta hubungan dan pengaruh

antara jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis dengan

keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penerapan manajemen agribisnis

yang diterapkan pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan,

Kabupaten Klungkung, termasuk dalam kategori baik; (2) tingkat keberhasilan

program PUAP di Kecamatan Banjarangkan tergolong dalam kategori cukup

berhasil; (3) jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan PUAP ada hubungan nyata;

karena sifat-sifat kewirausahaan tersebut menjadi pendorong bagi kemauan dan

kemampuan para pengurus Gapoktan untuk berhasil; (4) terdapat pengaruh sangat

nyata dari penerapan manajeman agribisnis oleh pengurus Gapoktan

terhadap keberhasilan PUAP.

Tesis Udayani (2010) yang berjudul “Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan

dengan Keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus Pada Usaha Peternakan Ayam Ras

Pedaging di Bali)”. Dalam penelitian ini dibahas mengenai bagaimana kadar jiwa

kewirausahaan peternak ayam ras pedaging di Bali, bagaimana hubungan antara

jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis dan karakteristik

peternak, terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging,

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

37

serta bagaimana pengaruh jiwa kewirusahaan, kemampuan penerapan usaha

agribisnis dan karakteristik peternak terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam

ras pedaging. Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan kemampuan penerapan usaha agribisnis adalah sangat

nyata, hubungan antara kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan

karakteristik peternak, jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan usaha agribisnis,

dan kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan keberhasilan usaha agribisnis

adalah sangat nyata. Sedangkan hubungan antara karakteristik peternak dengan

keberhasilan agribisnis diperoleh berhubungan nyata. Secara simultan semua

variabel bebas memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap keberhasilan usaha

agribisnis, sedangkan kemampuan penerapan usaha agribisnis berpengaruh nyata.

Tesis Endang (2009) yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Sistem Agribisnis

Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Sayuran di Kabupaten Boyolali”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme sistem pendampingan

tenaga ahli terhadap pengembangan agribisnis sayuran di kabupaten Boyolali,

mengetahui penerapan sistem agribisnis pada petani sayuran

(program pendampingan maupun mandiri), menghitung besarnya tingkat

pendapatan agribisnis sayuran pada tingkat petani dan menganalisa pengaruh

penerapan sistem agribisnis terhadap pendapatan petani sayuran. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mekanisme sistem pendampingan tenaga ahli dengan

pemberdayaan petani melalui kelompok tani asparagus, kucai, dan sayuran

(ASPAKUSA) telah dilaksanakan dengan baik; penerapan sistem agribisnis pada

program pendampingan telah dilaksanakan dengan baik dan tanpa pendampingan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

38

belum dilaksanakan dengan baik; pendapatan rata-rata per hektar per musim

tanam pada petani program pendampingan sebesar Rp. 49.057.344,- dan tanpa

pendampingan sebesar Rp 20.384.120,-; penerapan subsistem agribisnis hulu,

budidaya, pengolahan, pemasaran dan model usahatani secara serempak

berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Secara parsial agribisnis hulu, budidaya,

pengolahan dan model usahatani pendampingan berpengaruh nyata terhadap

pendapatan, sedangkan subsistem pemasaran tidak berpengaruh nyata.

Penenelitian yang dilakukan oleh Durma (2010) dengan judul “Pengaruh Jarak

Tanam Jagung (zea mays L.) dan Varietas Kacang Tanah (arachis hypogeal L.)

terhadap Hasil Jagung dan Kacang Tanah dalam Sistem Tumpangsari pada Lahan

Kering di Nusa Penida”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui interaksi

antara perlakuan jarak tanam jagung dan varietas kacang tanah, dan interaksi

tersebut berpengaruh terhadap hasil jagung dan kacang tanah dalam sistem

tumpangsari; (2) untuk mengetahui jarak tanam jagung yang memberikan hasil

jagung dan kacang tanah yang paling tinggi pada sistem tumpangsari;

(3) untuk mengetahui efisiensi penggunaan lahan dan keuntungan yang lebih

tinggi pada sistem tumpangsari dengan monokultur; (4) untuk mengetahui hasil

paling tinggi pada varietas kacang tanah. Hasil penelitian menunjukan;

(1) interaksi antara jarak tanam jagung dengan varietas kacang tanah dalam sistem

tumpangsari berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil jagung dan

kacang tanah; (2) berat biji kering panen jagung tertinggi (4,29 t/ha) dihasilkan

oleh jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm2 dalam tumpangsari dengan kacang

tanah varietas kelinci yang tidak berbeda nyata dengan hasil varietas lokal.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Agribisnis II.pdfsubsistem dan merupakan penghubung antara seorang manajer dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Reksohadiprodjo (1992) manajemen

39

Berat biji kering panen kacang tanah tertinggi (2,10 t/ha) juga dihasilkan oleh

jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm2 dalam tumpangsari dengan varietas kelinci;

(3) sistem tumpangsari memberikan efisiensi penggunaan lahan dan keuntungan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur. Tumpangsari memberikan

nilai kesetaraan tanah (NKT) nyata lebih tinggi (1,92) dibandingkan sistem

monokultur; (4) Keuntungan tertinggi Rp. 12.965.479,- dan B/C ratio tertinggi

7,13; diberikan oleh jarak tanam jagung 100 cm x 60 cm2 dalam tumpangsari

dengan kacang tanah varietas kelinci.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya memiliki beberapa

kesamaan, namun tetap memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis

lakukan pada faktor-faktor yang mempengaruhi, obyek dan lokasi penelitian.

Penelitian yang penulis lakukan adalah Peranan Sistem Agribisnis Terhadap

Keberhasilan Tumpangsari cabai-tembakau (kasus subak di Desa Sukawati,

Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar).