BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Era global semakin maju dan kurikulum pendidikan juga semakin
ditingkatkan untuk menuju tahapan yang lebih baik. Perkembangan jaman
menuntut para pendidik untuk memperbaiki pendidikan supaya tidak tertinggal
dengan negara lain. Guru harus mampu menyesuaikan hal tersebut dengan
memperbaiki dan memperbaharui model pembelajaran yang dilakukan saat
kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran diperbaiki dan diperbaharui untuk menuju kegiatan
pembelajaran yang aktif, kreatif, melibatkan siswa dan menciptakan suasana
belajar yang baru pada setiap proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, model pembelajaran memegang peran yang
penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini, teori yang akan
dikaji adalah pembelajaran tematik serta muatan PPKn, hasil belajar dan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) serta model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013. Hasil kajian yang
relevan, kerangka pikir, hipotesis juga akan dibahas dalam bab ini.
1.1.1 Hakikat Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik integratif disebut sebagai model pembelajaran
yang efektif. Tematik integratif dianggap sebagai model pembelajaran yang
efektif karena mampu menampung dan menyentuh secara terpadu dilihat dari
emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan
sekolah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:15)). Pembelajaran
tematik integratif adalah pembelajaran yang tidak memakai “nama-nama disiplin
ilmu” pada nama mata pelajaran tetapi menggunakan tema-tema tertentu (Yani,
2014: 114). Tema mengikat beberapa pokok bahasan dari sejumlah mata pelajaran
yang berbeda.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik
salah satunya yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran PPKn dalam kurikulum 2013 dilaksanakan dalam tematik integratif.
Muatan PPKn diintegrasikan dengan muatan pelajaran lain yaitu IPS, IPA, SBdP,
dan juga bahasa Indonesia. penulis dalam penelitian ini akan melakukan
penelitian terhadap muatan PPKn Tema 7 Subtema 3 pada siswa kelas 4. Adapun
kompetensi dasar PPKn pada Tema 7 Subtema 3 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar PPKn Kelas 4 Tema 7 Subtema 3
No. Kompetensi Dasar
1. 3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
2. 4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
2.1.2 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang dilakukan secara aktif oleh siswa itu sendiri
untuk membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang selalu menerima
ceramah dari guru tentang segala pengetahuan yang diberikan (Suprijono, 2009:
3). Pengetahuan bukan hanya bersumber dari guru tetapi lingkungan sekitar juga
akan berpengaruh pada proses belajar, proses belajar yang dihasilkan akan lebih
bermakna dibandingkan hanya ceramah dari guru. Proses belajar akan
menghasilkan perubahan tingkah laku yang terlihat dari keseharian siswa dalam
mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran. Sedangkan (Hamalik, 2009: 27)
menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku dilihat melalui pengalaman siswa itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan sudut pandang Abdurrahman dan Mulyono (2009:
207), belajar yaitu wujud pertumbuhan atau perubahan dari diri seseorang yang
dilihat dari cara bertingkah laku sesuai pengalaman yang baru dilakukan.
Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang telah dijelaskan dapat
dilakukan kajian analisis secara komprehensif pada semua definisi tersebut.
Analisis mencakup kata kunci yang tercatat dalam pengertian di atas.
Tabel 2.2 Kajian Analisis Pengertian Belajar
Kata Kunci Suprijono Hamalik Mulyono
Proses aktif √ - -
Perubahan
tingkah laku
- √ √
Pengalaman - √ √
Berdasarkan Tabel 2.2 tampak setiap ahli memiliki kata kunci masing-
masing dalam membangun pengertian belajar, selain menggabungkan kata-kata
kunci tersebut, perlu adanya penambahan kata-kata kunci yang belum ada pada
tiga pengertian tersebut. Beberapa kata kunci yang dapat ditambahkan yaitu:
1. Interaksi dengan lingkungan
Interaksi dengan lingkungan maksudnya murid dapat memberikan dampak
negatif dan positif. Dampak negatif yang diberikan apabila siswa tidak bisa fokus
pada pembelajaran dan dampak positif yang diberikan akan membuat pikiran
mereka menjadi segar sehingga akan memunculkan ide/gagasan yang baru.
2. Belajar secara kelompok
Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tidak hanya belajar secara
individu tetapi juga belajar bersama kelompok. Belajar bersama kelompok juga
akan memberikan pengalaman belajar serta penambahan wawasan yang sangat
luas dikarenakan setiap siswa di dalam kelompok akan memberikan pemikiran
yang berbeda sehingga ilmu mereka akan bertambah ketika saling bertukar
pikiran.
3. Belajar sangat berguna untuk waktu yang akan datang
Maksudnya belajar akan sangat beruna bagi kehidupan siswa itu sendiri
ketika mereka sudah dewasa, siswa akan merasa sangat terbantu dari belajar yang
dia lakukan pada saat ini untuk mencari pekerjaan atau hal lainnya.
2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
dilakukan dari awal sampai akhir secara khas oleh guru. Model pembelajaran
merupakan upaya yang diciptakan agar keadaan menjadi menarik. Guru harus
pintar mencari model – model pembelajaran lainnya supaya siswa mendapatkan
model pembelajaran yang baru dan tidak merasakan kejenuhan serta mau
mengikuti pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran dapat dijadikan acuan
oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran didalam kelas. Sardiman
(2011: 101) mengemukakan dalam melakukan rangkaian pembelajaran, siswa
tidak hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan guru seperti yang
dilakukan kebanyakan siswa di sekolah – sekolah yang masih tradisional.
Model pembelajaran yang baru akan memberikan pengalaman yang
mengesankan bagi siswa itu sendiri. Siswa diharapkan ikut berperan aktif jika
setiap melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang
berbeda setiap harinya, untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang
tepat. Mengingat jaman yang semakin maju dan berkembangnya pendidikan di
Indoneisa, guru diharuskan mampu membuat model pembelajaran dengan
mengintegrasikan PPK ke dalam kegatan pembelajaran sesuai kompetensi guru
dan siswa itu sendiri.
2.1.4 Pengertian Pembelajaran Kooperatif(Cooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif diartikan sebagai sekelompok kecil pembelajar
yang saling bekerja sama menyelesaikan suatu permasalahan, menyelesaikan
tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan secara bersama (Hartanti, T., 2013).
Model pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang
memprioritaskan adanya kerjasama, yaitu kerjasama antara siswa di dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dan diberi petunjuk untuk mempelajari materi pelajaran yang sudah
ditetapkan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terjadinya hubungan yang erat diantara siswa dengan latar belakang ras berbeda
(Slavin, 2008). Pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan kerjasama di dalam
kelompok yang bertujuan mempersatukan siswa dari berbagai latar belakang
berbeda.
a. Kebaikan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai kebaikan – kebaikan sebagai berikut:
1) Kegiatan melalui pengelompokkan peserta didik yang dilakukan secara
tepat, akan memberikan dampak yang baik bagi kualitas peserta didik dalam
bekerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berfikir
kritis, disiplin dan masih banyak hal lainnya.
2) Menumbuhkan rasa semangat persaingan yang positif, karena di dalam
kelompok masing – masing peserta didik akan lebih giat dan sungguh –
sungguh dalam bekerja (Imansyah, 2007).
b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1) Metode ini memerlukan persiapan yang sedikit rumit jika dibandingkan
dengan metode lain.
2) Jika terjadi persaingan yang negatif baik antara individu dalam kelompok
atau diantara kelompok lainnya maka hal yang dihasilkan akan menjadi
buruk.
3) Jika ada peserta didik yang malas atau peserta didik yang mempunyai kuasa
dalam kelompoknya, hal ini akan mempengaruhi peranan kelompok
sehingga tugas didalam kelompok tidak bisa terlaksana dengan baik
(Imansyah dalam Sri Mantalia S., 2007: 24).
2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah
satu bentuk model yang menekankan pada pemahaman dan identitas siswa untuk
menjawab pertanyaan atau tugas dari guru secara bersama di dalam kelompok.
Model pembelajaran ini melatih siswa untuk bertanggungjawab mengerjakan
tugas dari guru secara bersama bukan secara individu, model pembelajaran ini
digunakan dalam proses pembelajaran dengan melihat karakter siswa saat
kegiatan pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan hasil belajarnya. Siswa
diberi identitas dengan memberikan penomoran untuk melibatkan semua siswa
dalam mengecek pemahaman yang diterima pada suatu pelajaran (Trianto, 2011).
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada akhirnya membuat
siswa menjadi lebih mandiri dalam menemukan jawaban dari masalah yang
diberikan guru dan melatih kerjasama diantara siswa.
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) didasarkan pada
karakteristik penunjukkan siswa secara acak untuk mewakili kelompokknya (Nur,
2011). Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah model
dimana siswa dalam proses belajar dibuat siap kapan saja saat guru akan memulai
menunjuk siswa secara acak untuk menguji kesiapan dan sudah sejauh mana
materi yang didapatkan.
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah model
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga akan memperoleh
pengetahuan dan jawaban yang sebelumnya belum diketahui itu tidak melalui
pemberitahuan melainkan diperoleh dari hasilnya sendiri kemudian teman
kelompok yang belum memahami materi dan mengetahui jawaban akan
diberitahu dan diajari dengan benar melalui diskusi kelompok. Adapun kelebihan
dan kelemahan dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
sebagai berikut:
a. Kelebihan
Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah
model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagi dan menukar pikiran untuk menentukan jawaban yang dianggap paling
tepat atau benar, dapat meningkatkan semangat dalam bekerja sama antar siswa,
model pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua
tingkatan kelas (Huda, 2011: 138).
Dalam pembelajaran menggunakan model ini, pemahaman siswa terhadap
penguasaan materi menjadi salah satu faktor penting dalam menumbuhkan
pengetahuannya. Model pembelajaran ini menggunakan penugasan di dalam
kelompok dan identitas sebagai penentu penunjukkan siswa untuk mengetahui
pemahaman dalam menerima materi dan tugas yang diberikan. Setiap siswa dalam
model pembelajaran ini menjadi siap belajar semua, siswa dapat melakukan
aktivitas diskusi dengan serius, siswa yang pintar dapat mengajari siswa yang
kurang pintar di dalam kelompok mereka (Chotimah, 2009).
b. Kelemahan
Kelemahan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah
beberapa situasi dari kegiatan pembelajaran tidak cocok dengan model ini. Di
samping itu, kemungkinan nomor identitas yang sudah dipanggil guru dapat di
panggil lagi untuk maju mewakili kelompoknya dan tidak semua anggota di
dalam kelompok mempunyai nomor identitas yang sama terpanggil oleh guru
untuk maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya (Chotimah,
2009).
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) juga tidak cocok
digunakan untuk kelas besar (> 60 peserta didik) karena disini guru dituntut
mempunyai keterampilan yang luar biasa hebat dalam pengelolaan kelas karena
seorang guru yang belum mampu mengelola kelas secara baik maka kelas akan
menjadi ramai dan tidak bisa dikendalikan, model pembelajaran ini tidak dapat
menilai secara individu karena penilaiannya berdasarkan kelompok.
Berdasarkan kekurangan – kekurangan tersebut peneliti dalam penelitiannya
memberikan solusi yaitu memodifikasi model pembelajarannya. Model
pembelajaran yang akan digunakan sesuai kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.
Untuk itu, peneliti akan memperbaiki kekurangan – kekurangan diatas dengan
cara menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis
kurikulum 2013.
c. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Langkah – langkah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
diantaranya:
1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan
nomor sebagai identitas.
2) Guru memberikan tugas kepada masing – masing kelompok.
3) Kelompok berdiskusi dan memilih jawaban yang dianggap paling benar atau
tepat dan memastikan setiap anggota kelompoknya mengetahui jawaban
yang dipilih.
4) Guru memanggil salah satu siswa melalui nomor yang dipanggil untuk
melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Teman yang tidak maju kedepan memberikan tanggapan, kemudian guru
menunjuk nomor lain.
6) Guru dan siswa menyimpulkan
7) Guru memberikan evaluasi (Chotimah, 2009).
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mempunyai langkah
– langkah yang hampir sama yaitu mempunyai ciri khas menggunakan identitas
nomor. Arends (2007) mengemukakan seperti berikut:
1) Penomoran (numbering), disini guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dan setiap anggota kelompok mendapatkan nomor yang berbeda
2) Pertanyaan (questioning), guru memberikan pertanyaan kepada siswa.
3) Berpikir bersama (head together), disini setiap anggota kelompok berfikir
bersama dan memastikan setiap anggota kelompoknya mengetahui
jawabannya.
4) Pemberian jawaban (answering), guru memanggil satu nomor dan siswa
dengan nomor tersebut pada setiap kelompok mengangkat tangannya dan
bersiap untuk memberikan jawaban yang paling benar.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) dari kedua pakar memiliki banyak kesamaan yaitu pertama,
siswa diberikan nomor sebagai tanda pengenal. Hal ini bertujuan untuk
membentuk kesiapan siswa saat di panggil guru. Kedua, siswa diberikan tugas
yang akan dikerjakan bersama kelompok. Ketiga, semua kelompok mencari
jawaban dan berdiskusi jawaban mana yang di anggap paling benar. Siswa yang
belum tau jawaban dan belum mengerti akan dibantu teman kelompoknya
sehingga semua anggota di dalam kelompok mengetahui jawabannya. Keempat,
guru memanggil salah satu siswa secara acak. Guru dalam hal ini ingin membuat
semua kelompok siap untuk maju dan memahami apa yang sudah di diskusikan.
Kelima, siswa lain yang tidak maju mengamati dan guru menunjuk siswa lainnya
sesuai nomor yang diberikan. Kesiapan yang dilakukan siswa disini harus sangat
kuat, jika tidak maka siswa tersebut tidak akan bisa memberikan jawaban dengan
benar. Keenam, guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran. hal ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana mereka memahami materi yang diajarkan. Ketujuh,
melakukan evaluasi. Evaluasi disini untuk melihat apakah siswa benar-benar
memahami materi pembelajaran yang sudah diajarkan.
Perbedaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing pakar. Pertama,
penamaan langkah-langkah yang berbeda. Kedua, bergantian menunjuk siswa
secara acak. Menurut Arend pada langkah yang diberikan tidak dilihatkan setelah
siswa maju kedepan apa langkah lainnya yang harus dilakukan. Penulis memilih
menggabungkan langkah-langkah menurut kedua pakar tersebut. Selain itu,
penulis mengembangkan sendiri langkah-langkah model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dengan melakukan beberapa perubahan dan penambahan
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.
2.1.6 PPK (Penguatan Pendidikan Karakter)
Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan harus mempunyai karakter yang
kuat dalam kegiatan pembelajarannya. Diharapkan dengan adanya pendidikan
karakter akan menghasilkan manusia yang berkarakter sesuai dengan tujuan dan
cita-cita pendidikan di Indonesia (Khusniati, 2012). Pendidikan karakter itu
sendiri mempunyai segala aktivitas yang menggambarkan serangkaian kegiatan
manusia dalam melakukan segala perbuatan ketika bertindak. Secara sederhana,
pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi karakter siswa (Sudrajat, A., 2011). Hal tersebut dapat dilihat
dengan keberhasilan seorang guru dalam menerapkan pendidikan karakter terlihat
dari mampunya siswa yang dididiknya menghubungkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata/ saat kegiatan pembelajaran berlangsung
(Julaiha, 2014). Kepribadian terlihat ketika aktivitas yang dilakukan benar – benar
terjadi secara nyata bukan direkayasa yang semua itu terlihat dari rasa dan karsa
manusia dalam berkehidupan.
Pendidikan karakter mempunyai suatu sistem penanaman nilai – niai
karakter kepada masyarakat sekolah diantaranya komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dari diri siswa itu sendiri, dan tindakan yang dilakukan
dalam melaksanakan nilai – nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri,
sesamanya, lingkungan sekitar dan rumah, maupun dalam bangsa dan negara
untuk menjadikan manusia yang seutuhnya dilihat dari karakter pribadi masing –
masing siswa (Sudrajat, 2010).
Pendidikan karakter disini lebih ditekankan pada pendidikan karakter
berbasis kecerdasan moral. Kecerdasan moral (moral intelligence) adalah
kemampuan memahami hal yang benar dan salah melalui keyakinan etika yang
kuat dan bertindak melalui keyakinan itu sendiri dilihat dari sikap yang benar
serta tingkah laku yang terhormat (Borba, 2008: 4). Pendidikan karakter berbasis
kecerdasan moral menjadi sesuatu hal yang sangat penting, hal ini disebabkan
kecerdasan moral tersusun dari beberapa kebajikan utama yang akan membantu
siswa dalam menyikapi dan menghadapi tantangan hidup yang lebih bertentangan
dari apa yang diharapkan. Ada tujuh kebajikan yang perlu dimiliki siswa dalam
mengembangkan kecerdasan moral, yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa
hormat, kebaikan hati, toleransi dan keadilan.
Desain pendidikan karakter berbasis moral yang disebutkan tadi, siswa
akan memiliki sejumlah kebajikan utama yang berguna bagi dirinya sendiri saat
menghadapi segala macam rintangan untuk berhasil secara akademis. Pendidikan
karakter berbasis moral merupakan wujud pengembangan kemampuan siswa yang
berfokus pada pemilikan kompetensi kecerdasan ditambahi dengan karakter.
Desain di atas, pendidikan karakter di sekolah dapat diaktualisasikan melalui
empat tahapan:
1) Kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan menerapkan pendidikan karakter
yang menggunakan pendekatan terintegrasi pada semua mata pelajaran
(embeded approach)
2) Kegiatan yang dilakukan sehari – hari dalam bentuk kebiasaan budaya
sekolah (school culture)
3) Kegiatan tambahan (ekstrakurikuler)
4) Kegiatan sehari – hari yang dilakukan dirumah dan dilingkungan masyarakat
(Katresna, 2010: 9).
2.1.7 Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Berbasis
Kurikulum 2013
Kurikulum saat ini sedang hangat dibicarakan melihat upaya pemerintah
dalam mengganti kurikulum yang ada di Indoneisa yang disesuaikan dengan
keadaan jaman sekarang ini. Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran juga semakin pesat dilakukan, sekarang ini model pembelajaran
berbasis kurikulum 2013 semakin dikembangkan salah satunya yaitu model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013.
Kurikulum ini menuntut siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
yang dilakukan, guru bukan sebagai sumber ilmu satu – satunya melainkan guru
hanya sebagai fasilitator. Model pembelajaran berbasis kurikulum 2013
menggunakan pembelajaran langsung melalui proses mengamati, mencoba,
menalar, mengkomunikasikan, menanya dan mengumpulkan informasi. Berikut
ini langkah – langkah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
berbasis kurikulum 2013, yaitu:
1) Siswa dibagi dalam kelompok.
2) Tiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
Dengan cara merangkum dan mencatat hal-hal penting (Mengamati).
4) Kelompok mendiskusikan jawabannya yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya. Siswa
didalam kelompok mendiskusikan materi dan diminta memberikan contoh
lain (Mencoba, menalar).
5) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil kerjasama mereka. Kelompok yang lain
memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi siswa yang maju.
Mempresentasikan secara lisan/ berbantu dengan PPT (Mencoba).
6) Guru menunjuk nomor yang lain. Untuk membandingkan antara jawaban
siswa satu dengan siswa yang lain (Mengkomunikasikan).
7) Siswa bertanya kepada guru materi apa yang belum dimengerti (Menanya).
8) Kesimpulan.
2.1.8 Kajian Tentang Pembelajaran PPKn
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
Pendidikan di Indonesia harus dikembangkan dan diperbaiki dengan sangat
hati – hati dan teliti untuk menghasilkan generasi emas yang berkarakter bangsa.
Pendidikan yang baik harus melibatkan siswa. Guru dan siswa harus menjalin
keterlibatan dalam proses pembelajaran supaya menjadikan siswa aktif, kreatif,
dan mempunyai semangat tinggi. Pendidikan kewarganegaraan menjadi salah satu
mata pelajaran yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki kuwalitas setiap siswa
yang dibentuk saat proses kegiatan pembelajaran. Siswa ikut aktif dalam proses
pembelajaran dimaksudkan untuk membentuk karakter percaya diri, tetapi tetap
mengarah pada pembentukan kuwalitas yaitu dengan cara menanamkan nilai,
moral dan norma. Pendidikan kewarganegaraan (PPKn) merupakan pendidikan
yang wajib supaya kita lebih memahami dan dapat melaksanakan kehidupan
bernegara dan berbangsa (Perwitasari, 2014). Materi pendidikan kewarganegaraan
di semua tingkatan sama yaitu mempunyai kandungan konsep nilai, moral dan
norma (Ruminiati, 2007). Pendidikan kewarganegaraan jika dilihat lebih luas
bukan program pengajaran yang hanya meningkatkan pengetahuan
kewarganegaraan, tetapi mengemban nilai/karakter serta keterampilan–
keterampilan lainnya sehingga siswa mampu berpartisipasi secara efektif (Darma,
2015). Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya dapat memenuhi
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai sikap, pengetahuan
serta keterampilan siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar
bermanfaat dan berguna bagi siswa (Kemendikbud, 2013).
Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) dilaksanakan di sekolah dasar, kita
perlu mengkaji beberapa permasalahan pembelajaran PPKn yang ada dalam
proses pembelajaran berlangsung di kelas, diantaranya:
1) Guru pada saat menyampaikan materi masih bersifat teoritis. Melihat
kemajuan jaman seperti saat ini, proses pembelajaran secara teoritis harus
dihentikan dan diperbaharui menjadi pembelajaran yang aktif.
2) Monoton pada bacaan buku. Melihat situasi seperti ini, pembelajaran tidak
harus bersumber pada buku saja tetapi harus belajar secara luas misalnya
saja belajar berbasis lingkungan, internet dan masih banyak lagi sebagai
sumber referensi belajar.
3) Siswa pasif saat mengikuti pembelajaran. Hal ini jika terus dibiarkan akan
berdampak pada diri siswa itu sendiri karena hanya mendengarkan ceramah
yang disampaikan guru sehingga siswa tidak mengalami aktifitas dalam
proses pembelajaran.
4) Merasa jenuh dan bosan. Melihat situasi ini, keterlibatan siswa dan guru
sangat diperlukan supaya siswa dalam proses pembelajaran merasa
diikutsertakan dan tidak hanya diam mendengarkan guru ceramah didepan
kelas.
Jadi uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di dalam kelas atau saat proses pembelajaran berlangsung
masih bersifat ceramah dan tidak ada kegiatan yang melibatkan siswa menjadi
aktif dan hanya mengandalkan buku.
Jika hal ini terus dibiarkan maka siswa pada saat mengikuti kegiatan
pembelajaran akan menjadi ramai sendiri dan menjadikan pembelajaran tidak
efektif. Jadi disini harus ada keterlibatansiswadalamproses pembelajaransupaya
menjadikan pembelajaran menjadi terarah dan solusinya menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 karena
model ini cocok digunakan dalam proses pembelajaran dengan melihat karakter
siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan hasil
belajarnya.
Karakter siswa bisa dilihat dari kegiatan pembelajaran berlangsung
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis
kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dengan melihat karakter siswa
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa disini akan belajar
dengan semangat tinggi, aktif, kreatif, mampu bekerjasama, memberikan
tantangan tersendiri dalam proses belajar, menjadikan suasana belajar yang lebih
interaktif serta dapat membuat hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai sarana untuk mengembangkan
pendidikan demokrasi dan mengembangkan tiga fungsi pokok, yaitu:
mengembangkan kecerdasan masyarakat Indonesia, membangun rasa tanggung
jawab sebagai masyarakat Indonesia, dan berperan serta sebagai masyarakat
Indonesia (Udin S Winataputra, 2008).
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
mempunyai tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk berfikir
kritis dan bertindak demokrasi melalui kegiatan yang menanamkan kesadaran
untuk generasi penerus bangsa (Zamroni, 2010).
Uraian pendapat di atas Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata
pelajaran yang mempunyai peran penting bagi siswa dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam kehidupan sehari – hari. Pendidikan kewarganegaraan
diharapkan mampu membentuk karakter siswa dalam proses pembelajaran di
kelas melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar dilihat dari karakter siswa
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut dilihat dari
perkembangan jaman yang semakin pesat maka karakter juga harus ditanamkan
untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Jadi Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelajaran yang menekankan
siswa untuk terus aktif, kreatif, mempunyai pikiran positif dan memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain serta
mempunyai pandangan yang luas terhadap sistem demokrasi yang ada di
Indonesia terutama sebagai pelajar. Materi yang diajarkan pada Pendidikan
kewarganegaraan ditekankan dengan melihat karakter siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung sehingga akan menghasilkan peningkatan hasil belajar
sesuai yang diharapkan.
b. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat
penting untuk diajarkan kepada masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu program pendidikan yang
membekali peserta didik dengan serangkaian pengetahuan guna mendukung peran
aktif mereka dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di waktu yang akan
datang. Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan termasuk mata pelajaran yang
berfokus pada pembentukan masyarakat Indonesia yang memahami dan mampu
melaksanakan hak – hak dan kewajiban untuk menjadi masyarakat Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang di amanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945 Depdiknas (2006 : 271). Pendidikan kewarganegaraan mempunyai beberapa
aspek, yaitu:
1) Program pendidikan berdasarkan nilai – nilai Pancasila sebagai sarana untuk
perkembangan dan pelestarian nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa yang dimaksudkan untuk mengetahui jati diri yang
diwujudkan dalam perilaku sehari – hari.
2) Mata pelajaran yang berfokus pada pembentukan diri yang bermacam –
macam, sosio-kultural, bahasa, umur, dan suku bangsa untuk menjadi
masyarakat Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi
oleh Pancasila dan UUD 1945.
c. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1) Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
Visi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ini yaitu pendidikan sebagai
pendidikan demokrasi yang mempunyai berbagai dimensi (Winataputra,
2009).
2) Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
Membantu siswa memantapkan kepribadiannya agar tetap konsisten dalam
mewujudkan nilai – nilai dasar Pancasila, rasa kebanggaan terhadap tanah
air, dan selalu cinta terhadap tanah air ini dalam menguasai, menerapkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
3) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran sosial yang
mempunyai tujuan untuk membentuk atau membina masyarakat Indonesia yang
baik yaitu masyarakat yang tahu, mau dan mampu berbuat baik (Ruminiati, 2008:
5).
2.1.9 Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang didapatkan seseorang dengan kata lain hasil
perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu (Haryoko, 2009). Hasil belajar
adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa berdasarkan serangkaian tes
atau ujian akhir yang diberikan guru sesudah mengikuti serangkaian pembelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk angka (Wasti, 2013). Hasil belajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa saat belajar
dengan melihat sistem yang diberikan guru sudah dapat dikatakan behasil atau
belum. Proses belajar mengajar dikatakan berhasil ketika semua kompetensi
belajar yang diinginkan tercapai (Rohmawati, 2012). Hal ini menekankan pada
penerapan rencana pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
materi pelajaran, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Halim, 2012).
“Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar
merupakan indikator ada terdapatnya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik,
2007: 159)”. Pengertian ini menunjukkan hasil belajar terjadi pada perubahan
tingkah laku pada peserta didik. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian
Berdasarkan berbagai definisi hasil belajar di atas dapat dilakukan kajian
analisis secara komprehensif pada semua definisi tersebut. Analisis mencakup
kata kunci yang tercatat dalam defini di atas.
Tabel 2.3 Kajian Analisis Hasil Belajar
Kata kunci Haryoko Wasti Rohmawat
i
Halim Hamalik
Hasil
perubahan
√ Penilaian - - Tingkah
laku
Waktu √ - - - -
Proses dari
suatu
kemampuan
- √ Kompeten
si
- -
Tes - Angka - - Terdapat
indikator
Kompetensi - Serangkaian
kegiatan
Sistem - -
Karakteristi
k
- - - √ -
Prestasi
belajar
- Kemampua
n siswa
- - √
Berdasarkan Tabel 2.3 tampak bahwa setiap ahli memiliki kata kunci
masing-masing dalam membangun definisi hasil belajar. oleh karena itu, selain
menggabungkan kata-kata kunci tersebut, perlu adanya penambahan kata-kata
kunci yang belum ada pada empat pengertian tersebut. Beberapa kata kunci yang
dapat ditambahkan yaitu:
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah patokan yang diberikan kepada
nilai siswa dan nilai tersebut biasanya sudah ditetapkan pemerintah atau dari guru
sekolah tersebut menyesuaiakan kondisi sekolah. Sekolah pada dasarnya
mempunyai batas sarana prasarana atau kemampuan berfikir siswa yang berbeda
sehingga bisa jadi setiap sekolah mempunyai kriteria KKM yang berbeda.
2. Penambahan Pengutan Pendidikan Karakter (PPK)
Pendidikan karakter yang diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran
akan menjadikan siswa semakin kuat dalam mendidik dan merubah karakter siswa
menjadi lebih baik sehingga akan terlihat hasil belajar yang semakin meningkat.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan dalam hal meningkatkan hasil belajar dengan
menggunakan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian tentang model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) telah dilakukan peneliti lain.
Penelitiannya berbentuk jurnal ilmiah dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) di atas, terdapat kesamaan yang digaris bawahi
No. Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Jamalong
, Ahmad. 2012
Meningkatkan
hasil belajar siswa melalui
model
kooperatif Numbered Head
Together (NHT)
di kelas X SMA Negeri 1 Beduai
Kabupaten
Sanggau.
Hasil belajar siswa kelas XA sesudah dilaksanakan tindakan dengan Model
Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai Post Test siswa setelah dilaksanakan
siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 2
indikator keberhasilan yang ditentukan dapat tercapai, sebanyak 20 siswa (54,82%) sudah mencapai ketuntasan dalam belajar, nilai minimal yang
diperoleh siswa 64, dan nilai maksimal yang diperoleh siswa 90 dari KKM
yang ditetapkan, yaitu 70
2. Suandewi
, K., &
Wibawa, I. M. C.
(2017)
Penerapan
model
pembelajaran Numbered Head
Together
meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas
IV SD NO. 3 Kapal.
Rata-rata persentase hasil belajar pada pra siklus sebesar 62,57% berada pada
kategori rendah dan meningkat pada siklus I menjadi 72,70% berada pada
kategori sedang. Terjadi peningkatan dari hasil refleksi awal ke siklus I sebesar 10,13%. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada siklus II rata-
rata persentase hasil belajar menjadi 85,13% berada pada kategori tinggi.
Terjadi peningkatan rata-rata persentase hasil belajar IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 12,43%.
3. Adnyana,
K. S.,
Sumantri, M., &
Suwatra,
I. I. W. (2014)
Penerapan
model
pembelajaran Numbered
Heads Together
untuk meningkatkan
aktivitas dan
hasil belajar IPA pada siswa
kelas V SD NO.
7 Kampung
Baru
Kecamatan Buleleng tahun
pelajaan
2013/2014.
Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa
dari 65,80% atau berada pada kategori cukup dengan ketuntasan belajar
sebesar 58,06% pada siklus I menjadi 73,50% atau berada pada kategori baik pada siklus II dengan ketuntasan belajar sebesar 83,87%. Adapun persentase
peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 8,02%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
mata pelajaran IPA SD No. 7 Kampung Barutahun
4. NILUH WIDYA
SARI.
2013.
Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar
PKn Melalui Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
(NUMBERED
HEAD TOGETHER)
Pada Siswa
Kelas XI IPA 3 SMA NEGERI
3 SINGARAJA
TAHUN
AJARAN
2012/2013..
Hal ini dapat dilihat berdasarkan skor rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar 69,4% daya serap 75,3% dengan ketuntasan belajar klasikal
69,44% sedanngkan skor rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus II yaitu
sebesar 81,25% dan daya serap 81,3% dengan ketuntasan belajar klasikal 94,44%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar PKn siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA mata pelajaran PKN Kelas XI IPA 3 SMA NEGERI 3 SINGARAJA.
yaitu peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT). Hasil penelitian ini untuk menjadi rujukan
bagi peneliti selanjutnya, penulis memiliki gagasan baru yang belum diteliti
mengenai model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis
kurikulum 2013 untuk meningkatkan hasil belajar pada muatan PPKn. Model
yang dikembangkan oleh penulis, terdapat beberapa perubahan yaitu dalam
langkah-langkah Numbered Heads Together (NHT) mengandung 6m dan karakter
(PPK). Karena sejatinya proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa.
Meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya yaitu dengan mengintegrasikan PPK didalam kegiatan pembelajaran.
Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu religius, nasionalis, mandiri,
gotong royong, dan integritas. PPK perlu mengintegrasi, memperdalam,
memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai kegiatan pendidikan karakter
yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Pendidikan karakter lebih ditekankan
pada kecerdasan moral yang dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi
manusia yang lebih memiliki sikap yang baik didalam kehidupan sehari–hari.
Inilah yang sesungguhnya kita inginkan untuk keberhasilan kurikulum 2013.
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan
melalui pengenalan nilai–nilai, pengeintegrasian nilai–nilai kedalam perbuatan
siswa dalam kehidupan sehari–hari melalui proses pembelajaran baik yang
dilakukan di kelas atau diluar kelas pada semua mata pelajaran dan disini
digunakan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PPKn). Kegiatan
pembelajaran akan menjadikan siswa lebih menguasai materi yang ditargetkan,
hal ini dilakukan supaya siswa lebih mengenal, menyadari/peduli, dan
mengintegrasikan nilai–nilai.
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada tahap awal yaitu pendahuluan
dan penutup, hal ini dipilih dan dilakukan supaya siswa mempraktikkan nilai–nilai
karakter yang ditargetkan. Guru pada proses kegiatan pembelajaran juga harus
melakukannya dengan menggunakan model pembelajaran yang menanamkan
nilai–nilai bagi siswa itu sendiri. Guru melakukannya menggunakan model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), langkah–langkah penerapan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berbasis
kurikulum 2013 dilihat melalui karakter siswa, yaitu:
a. Kegiatan Pendahuluan/Pembuka
Berdasarkan standar proses, kegiatan pendahuluan dalam proses kegiatan
belajar mengajar seperti berikut:
1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik pada saat mengkuti proses
kegiatan pembelajaran.
2) Memberikan pertanyaan–pertanyaan yang berhubungan dengan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
3) Memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai siswa.
4) Memberikan penjelasan tentang cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus yang ada.
Disini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai,
membangun rasa peduli terhadap nilai, karakter dilihat dari kecerdasan moral
siswa itu sendiri, dan membantu menyeimbangkan nilai karakter terhadap mata
pelajaran yang digunakan. Contoh nilai–nilai yang diterapkan pada kegiatan ini
adalah pada saat guru datang tepat waktu maka nilai yang ditanamkan adalah
disiplin, berdoa sebelum pembelajaran berlangsung termasuk nilai karakter
religius, melihat sampul buku dan memberikan pertanyaan termasuk nilai karakter
kecerdasan moral siswa, dll.
b. Kegiatan Inti
Didalam kegiatan ini ditanamkan nilai karakter kecerdasan moral dilihat
melalui tingkah laku siswa selama mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.
c. Kegiatan Penutup
Untuk kegiatan penutup ini, tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu guru
bersama siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran dari tahapan awal hingga
akhir. Melalui tahapan ini maka nilai yang ditanamkan adalah mandiri, kerjasama,
kritis, kecerdasan moral, dan logis. Guru melakukan evaluasi, dalam hal ini guru
menanamkan nilai karakter jujur, mengetahui seberapa mampu siswa menguasai
materi yang diajarkan dan kekurangan kelebihan siswa itu sendiri selama
mengikuti proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru memberikan balikan
terhadap proses dan hasil belajar siswa, siswa yang nilainya belum mencapai
target KKM akan diberikan remidial dan pengayaan.
Dari seluruh tahapan kegiatan pembelajaran dari pendahuluan/pembukaan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dapat disimpulkan bahwa nilai – nilai
karakter yang ditanamkan pada proses kegiatan pembelajaran berlangsung antara
lain disiplin, santun, peduli, religus/moral, mandiri, berfikir logis, kreatif,
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan, percaya diri mempunyai rasa
tanggung jawab yang tinggi, kritis dan jujur. Hal ini diharapkan siswa mampu
mendapatkan hasil belajar yang meningkat dilihat dari karakter siswa, karena
dengan karakter yang baik maka proses kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih
terstruktur dan peningkatan hasil belajar juga terlihat.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaaan model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) tidak hanya diterapkan pada tingkatan SD tetapi pada
jenjang yang lebih tinggi sehingga model ini dapat digunakan pada materi atau
mata pelajaran apa saja. Namun dalam pembahasan penelitian ini, peneliti lebih
menekankan pada muatan PPKn. Dengan penggunaan model pembelajaran yang
baru siswa juga akan lebih termotivasi lagi untuk belajar lebih giat sehingga
mendapatkan nilai yang memuaskan dan maksimal. Melalui model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 ini siswa dapat
bertanggung jawab, menanamkan nilai moral, serta bekerjasama dalam kelompok
karena di dalam kelompok siswa bertanggung jawab untuk mencari jawaban
secara bersama tentang tugas yang diberikan oleh guru. Dengan model
pembelajaran ini siswa dapat bekerjasama dengan baik antar siswa di kelas dan
kelompok. Adanya model pembelajaran yang baru ini siswa juga dapat
mengeksplorasi materi yang ada untuk dipelajari bersama-sama dengan teman
kelompoknya. Dengan penggunaan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) berbasis kurikulum 2013 dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran PPKn kelas VI SD.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka kerangka berpikir dalam
pembelajaran ini adalah:
Bagan 2.1 Kerangka Pikir Perencanaan Model Numbered Heads Together
(NHT) Berbasis Kurikulum 2013
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Model
pembelajaran
Numbered
Heads Together
(NHT) berbasis
kurikulum 2013
Guru:
Belum menggunakan model
pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT)
berbasis kurikulum 2013
Model pembelajaran
Numbered Heads Together
(NHT) berbasis kurikulum
2013 meningkatkan hasil
belajar siswa kelas 4 SD
Negeri Tingkir Tengah 02
Guru menggunakan model
pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT)
berbasis kurikulum 2013
Hasil belajar yang diperoleh
siswa rendah
2.4 Hipotesis Tindakan
1) Dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PPKn) siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02
semester II tahun pelajaran 2017/2018.
2) Dengan penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
berbasis kurikulum 2013 dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
siswa kelas 4 SD Negeri Tingkir Tengah 02 semester II tahun pelajaran
2017/2018.