BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar...BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar...BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian...
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel
dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, mata pelajaran IPA,
pendekatan inkuiri, dan media papan inkuiri.
2.1.1 Hasil Belajar
Menurut Driscoll (Uno, 2011: 195), menyatakan bahwa ada dua hal
yang perlu diperhatikan dalam hal belajar yaitu (1) belajar adalah suatu
perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, (2) hasil belajar yang
muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa
dengan lingkungannya. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa apabila siswa
belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan suatu
kegiatan yang bersifat menetap dari pada yang dilakukan sebelumnya sebagai
akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungannya.
Menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006:3) yang mengatakan
bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi. Menurut Agus Suprijono (2009: 5), mengatakan bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Sehingga hasil belajar merupakan suatu akibat
yang diperoleh seseorang dari perbuatan belajarnya. Hasil belajar merupakan
suatu puncak proses dari belajar. Hasil belajar dapat berupa dampak
pengajaran dan dampa pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi
guru dan siswa (Mudjiono dan Dimyati, 2006:20 ). Menurut Lapono (2008: 1-
12) hasil belajar diukur berdasarkan terjadi atau tidaknya perubahan tingkah
-
9
proses belajar. Menurut Rifa’i dan Anni (2011: 85) hasil belajar yaitu
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Hasil belajar hanya akan diperoleh seseorang setelah melaksanakan
aktivitas belajar. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan suatu akibat yang diperoleh seseorang dari perbuatan
belajarnya atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungannya. Apabila
siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan
suatu kegiatan yang bersifat menetap.
Menurut Bloom dalam Poerwanti (2008: 1-24) hasil belajar yang terjadi
pada diri seseorang meliputi tiga ranah, ketiga ranah tersebut yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ranah hasil belajar yang pertama adalah ranah
kognitif. Dalam kaitannya dengan pelajaran, ranah kognitif memegang
peranan utama dalam mencapai tujuan pembelajaran karena berhubungan
dengan pengetahuan siswa. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehensif), penerapan (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Ranah hasil belajar yang kedua adalah ranah afektif. Secara umum ranah
afektif diartikan sebagai perwujudan sikap yang dilakukan oleh individu
setelah menyadari nilai yang diterimanya, sehingga kemudian sikap tersebut
menjadi tingkah laku yang sesuai dengan nilai yang dipelajarinya. Ranah
afektif dalam belajar, mencakup kategori menerima (receiving), menjawab
(responding), menilai (valuing), dan organisasi (organization). Ranah hasil
belajar yang ketiga menurut Bloom adalah ranah psikomotor. Ranah ini
berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks.
-
10
2.1.2 Hubungan Antara Hasil Belajar (kognitif,afektif, dan psikomotor)
dengan pendekatan inkuiri
Menurut Nana Sudjana (Mahardiyanto: 2007) hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
a. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa,
sintesa,dan evaluasi.
b. Aspek sikap (afektif) meliputi menerima atau memperhatikan, merespon,
penghargaan, mengorganisasikan.
c. Aspwk psikomotorik meliputi menirukan, manipulasi, keseksamakan,
artikulasi dan naturalisasi.
Berdasarkan ketiga ranah hasil belajar yang telah disebutkan
pendekatan inkurii memfokuskan pada ketiga-tiganya. Pendekatan inkuiri
juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dalam ranah kognitif siswa mampu memahami
lalau menganalisis dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam
ranah afektif sikap siswa yang melaksanakan pendekatan inkuiri menjadi
lebih baik karena mereka mampu menilai, berorganisasi dalam kelompok,
menjawab pertanyaan atau penyajian masalah yang diberikan oleh guru,
penghargaan. Sedangkan pada ranah psikomotor kegiatan siswa pada
pendekatan inkuiri jelas lebih banyak dibandingkan kegiatan siswa yang
belajar dengan pembelajaran konvensional, misalnya dalam kegiatan
diskusi yang kegiatannya melakukan percobaan, dengan demikian siswa
mampu meningkatkan kemampuan psikomotornya. Semakin baik proses
pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
maka hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang baru yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
-
11
Tahapan pendekatan inkuiri juga senada dengan pembelajaran IPA
yaitu pada teori kontruktivisme. Pendekatan inkuiri pada pembelajaran
IPA dibutuhkan siswa kelas IV SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa
karena beberapa faktor, yaitu :
a) Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat membentuk siswa aktif.
Karena pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dapat membentuk
siswa aktif. Karena dapat berpikir dan bertindak melalui kegiatan yang
nyata dan dapat dilakukan oleh diri sendiri.
b) Dapat melatih siswa dalam berpikir kritis dan kreatif.
c) Membentuk daya ingat yang tahan lama karena tidak terpacu pada
hasil tapi lebih kepada proses penemuan.
d) Pembelajaran yang berpusat pada guru akan berganti pembelajaran
yang berpusat pada siswa.
2.1.3 Mata Pelajaran IPA
2.1.3.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
inggris yaitu natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu yang
berhubungan dengan alam dan bersangkut paut dengan alam. Menurut Samatowa
(2011: 1) “pada hakikatnya IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan
yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan menurut Laksmi Prihantoro (Trianto,
2010: 137) IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasinya.
Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan konsep, sebagai suatu proses IPA
merupakan proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan
dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasinya, teori-teori
IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam adalah Ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam. Menurut pendapat di atas peneliti mengkaji bahwa
pembelajaran IPA pada hakikatnya adalah sebuah proses, produk dan sikap dari
-
12
disiplin ilmu yang mempelajari atau mencari tahu cara mengerjakan dan
melakukan eksperimen untuk membantu siswa memahami alam sekitar secara
lebih nyata pada jenjang sekolah dasar dengan tujuan mengajak siswa ikut
berperan aktif dalam proses menggali suatu pengetahuan untuk mendorong
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya dan sifat ilmiah anak untuk
membuat suatu produk tersendiri.
Berdasarkan KTSP 2006 tujuan dari mata pelajaran IPA adalah agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan,keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat dietrapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Dari beberapa tujuan mata pelajaran IPA berdasarkan KTSP
2006 di atas , diharapkan dapat diterapkan di sekolah dasar.
2.1.3.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pada bagian latar belakang Standar Isi Mata Pelajaran IPA SD/MI allinea
3 diungkapkan bahwa pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) yaitu menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup
(BNSP 2006:143). Menurut Sukarno (dalam Wisudawati & Sulistyowati, 2015)
IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-
kejadian yang di alam ini. Menurut Sulistyorini (2007: 39) pembelajaran IPA di
SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
-
13
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajaran pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memahami secara mendalam tentang alam sekitar
(Depdiknas, 2006:484)
Berdasarkan pengertian di atas , penulis menarik kesimpulan bahwa
pembelajaran IPA di SD dilakukan dengan cara melibatkan langsung siswa dalam
setiap materi. Pembelajaran IPA menekankan aspek proses bagaimana siswa
belajar sehingga proses belajar menumbuhkan perkembangan siswa itu sendiri.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar melibatkan keaktifan siswa . Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui pengamatan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah
2.1.4 Pendekatan Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Inkuiri
berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau
penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan (Ahmadi, 1997:76). Siswa belajar
melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong agar
mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya.
-
14
Menurut Anam (2015: 7) pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan
yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalan proses kegiatan belajar mengajar.
Jadi kesimpulannya pendekatan inkuiri merupakan rangkaian pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis dengan menemukan dan
mencari tahu sendiri agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri
adalah menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis. Siswa juga mampu
meningkatkan rasa ingin tahu agar mempunyai pengalaman dan melakukan
percobaan sehingga menemukan pengetahuan bagi dirinya.
2.1.4.1 Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Berikut adalah prinsip-prinsip inkuiri menurut Anam (2015: 20) adalah
sebagai berikut :
a) Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan
kemampuan berpikir.
b) Prinsip Interaksi
Pembelajaran inkuiri adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa
dengan guru, maupun interaksi antar siswa dengan lingkungannya.
c) Prinsip Bertanya
Peran guru yang seharusnya dilakukan dalam menggunakan metode
pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai peranannya.
d) Prinsip Belajar Untuk Berpikir
Belajar merupakan proses untuk berpikir. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal yaitu berpikir secara
kritis, logis dan rasional.
e) Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Guru
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis secara terbuka.
-
15
2.1.4.2 Penerapan Pembelajaran Inkuiri di Dalam Proses Belajar
Proses pembelajaran dengan menitikberatkan pada penelitian siswa secara
langsung harus di ajak untuk praktik dalam segala hal. Tujuannya yaitu untuk
melatih siswa untuk berpikir, memecahkan masalah dan menemukan sesuatu
bukan merupakan tujuan pendidikan yang baru. Hal ini disebut juga strategi
pembelajaran penemuan. Inkuiri pada tingkat paling dasar yang dipandang
sebagai proses menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan berdasarkan
fakta dan pengamatan.
Siklus inkuiri meliputi kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki,
menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama
dengan teman lainnya, dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis. Prinsip
tujuan pengajaran inkuiri dapat membantu siswa bagaimana merumuskan
pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan
keingintahuannya. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mengembangkan tingkat
berpikir dan juga keterampilan berpikir kritis.
Dalam pengajaran dan pembelajaran semua mata pelajaran di kelas
haruslah berwujud proses inkuiri, sebuah proses yang ditempuh oleh para
ilmuwan yang terdiri dari siklus mengamati, mengajukan pertanyaan mengajukan
penjelasan-penjelasan dan hipotesis-hipotesis, merancang dan melakukan
eksperimen, menganalisis data eksperimen, menarik kesimpulan eksperimen, dan
membangun model atau teori. Proses inkuiri selama pengajaran berdampak
konstruktif yang memberi banyak peluang dan tenaga untuk meningkatkan
keefektifan pengajaran dan pembelajaran.
Selama proses inkuri, guru dapat mengajukan pertanyaan atau mendorong
siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka mereka sendiri, dapat bersifat
terbuka, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri
dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan
mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Inkuiri menyediakan siswa
pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan meberikan
ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam
-
16
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan
penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Inkuiri memungkinkan guru belajar tentang siapakah siswa mereka, apa
yang siswa ketahui, dan bagaimana pikiran siswa mereka bekerja, sehingga guru
dapat menjadi fasilitator yang dapat membantu mereka. Inkuiri menghendaki
siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri.
Menggunakan pendekatan inkuiri ini dapat membantu siswa menjadi mandiri,
percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat
secara aktif. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran. Bukan memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru
juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan
tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Setiap
pertanyan yang diajukan siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru,
namun siswa diarahkan untuk berpikir tentang jawaban dan pertanyaan tesebut.
Dalam mengemukakan pertanyaan dari siswa ada beberapa langkah atau sintaks
dalam pendekatan inkuiri yang akan di terapkan dalam proses pembelajarannya.
2.1.4.3 Sintaks Pendekatan Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri secara umum terbagi atas lima tahap, yaitu sebagai
berikut :
a. Penyajian Masalah
Dalam tahap ini pengajar menyajikan suatu masalah dan menerangkan
prosedur inkuiri pada siswa. Bentuk masalah perlu disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan siswa. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa
masalah itu berisi suatu kejadian / problema yang merangsang aktivitas
intelektual siswa.
b. Pengumpulan
Dalam tahap ini siswa didiorong untuk mau berusaha mengumpulkan
informasi mengenai kejadian yang mereka lihat atau alami.
-
17
c. Pengumpulan data Eksperimentasi
Dalam hal ini siswa melakukan eksperimen dengan memasukkan hal-
hal (variabel ) baru, untuk melihat apakah akan terjadi perubahan.
Dalam tahap ini siswa pun dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang hampir serupa dengan hipotesis. Dalam tahap verifikasi siswa
dapat bertanya mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan
kejadian yang mereka lihat / rasakan , yaitu
1) Objek : sifat atau identitas suatu objek;
2) Kejadian: sifat atau sebab terjadinya
3) Keadaan : keadaan suatu objek atau sistem pada saat tertentu
4) Sifat : sifat/ karakteristik suatu objek pada keadaan tertentu
untuk mendapatkan informasi baru yang membantu
pembentukan suatu teori
Tahap eksperimentasi mempunyai dua tugas: eksplorasi dan uji
langsung. Dalam eksplorasi siswa mengubah beberapa hal
untuk melihat apa yang akan terjadi, sedangkan dalam uji
langsung siswa melakukan pengujian.
d. Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
Dalam tahap ini siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data
untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang
telah disajikan.
e. Analisis Proses Inkuiri
Dalam tahap ini siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri yang
telah mereka jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang
paling produktif (menghasilkan data yang paling relevan ) atau tipe
informasi yang sebenarnya mereka butuhkan, tetapi tidak mereka
dapatkan. Tahap ini penting untuk memperbaiki proses inkuiri itu
sendiri.
-
18
Dari sintak pendekatan inkuiri di atas maka peneliti mencoba
mengembangkan sintak tersebut dengan keadaan dan latar belakang
siswa tetapi tidak jauh dari sintak di atas. Berdasarkan latar belakang
dari keadaan objek peneliti maka dari sintak pendekatan inkuiri dari
Joice and Weil (1986: 61) peneliti mencoba membuat langkah-langkah
sendiri tetapi tetap mengacu pada sintak tersebut.
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Inkuiri
No Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Penyajian Masalah Guru menyajikan
permasalahan melalui video
pembelajaran
Siswa memahami dan
mencermati permasalahan yang
disajikan oleh guru
Menjelaskan prosedur /
langkah-langkah inkuiri
Memahami prosedur / langkah -
langkah inkuiri
2. Pengumpulan data
verifikasi
Membimbing siswa untuk
mengumpulkan informasi
melalui tanya jawab maupun
membuka buku.
Melakukan pengumpulan
informasi/ data
Membimbing cara-cara
mentabulasi data
Melakukan tabulasi / penataan
data
Membimbing mengkalsifikasi
data
Mengklasifikasikan data sesuai
dengan kategorisasi
permasalahan.
3. Pengumpulan data
eksperimentasi
Membimbing siswa melakukan
eksperimen.
Guru membimbing dan
mengarahkan pertanyaan-
pertanyaan siswa.
Melakukan eksperimen.
Siswa menuliskan pertanyaan di
kartu yang telah diberikan oleh
guru , setelah selesai siswa dapat
menempelkannya di papan
inkuiri yang telah disediakan
-
19
oleh guru di depan kelas.
Membimbing siswa mengamati
perubahan yang terjadi
Mencatat dan menganalisis hasil
eksperimen
Menumbuhkan dan
meningkatkan interaksi antar
siswa
Berinteraksi dan bekerjasama
sesama anggota kelompok dalam
menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran
4. Organisasi data dan
formulasi kesimpulan
Membimbing siswa melakukan
pendataan data / hasil
eksperimen
Melakukan penataan/
interprestasi terhadap hasil
eksperimen/ uji coba.
Membimbing siswa untuk
membuat suatu kesimpulan
Membuat kesimpulan
5. Analisis proses inkuiri Guru membimbing siswa untuk
memahami pola-pola
penemuan yang telah
dilakukan dengan
menghubungkan percobaan
yang dilakukan dengan
pertanyaan yang mereka
ajukan di papan inkuiri.
Guru mengulang pertanyaan di
papan inkuiri, bagi siswa yang
bisa menjawab akan diberikan
apresiasi.
Siswa menganalisis percobaan
dengan menghubungkan
pertanyaan yang telah ditempel
sebelumnya di papan inkuiri.
Siswa dengan percaya diri
menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
-
20
2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inkuiri
Kelebihan pendekatan pembelajaran inkuiri menurut Wardoyo (2013: 344)
yaitu:
1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri
ini dianggap lebih bermakna.
2) Pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
3) Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata.
Kelemahan pendekatan pembelajaran inkuiri menurut Wardoyo (2013:
344) :
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa .
2) Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran, karena
terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Penerapannya memerlukan waktu yang panjang sehingga pendidik
sering sulit menyesuaikan waktu.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap pendidik.
Dari penjabaran di atas terlihat bahwa pendekatan inkuiri memiliki
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dia atas pendekatan
inkuiri membuat siswa berpikir kritis, inisiatif, dan situasi belajar
menjadi lebih merangsang. Beberapa kelemahan pendekatan inkuiri
yaitu sulit mengontrol keberhasilan dan kegiatan siswa, waktu yang
kurang panjang, dll. Dari beberapa kelemahan di atas maka peneliti
-
21
mencoba menggunakan pendekatan inkuiri berbantu papan inkuiri
pada kelas IV di SD Kristen Ngampin Kec. Ambarawa, karena dalam
hal ini menurut peneliti kelas IV di SD Kristen Ngampin Kec.
Ambarawa peneliti dapat langsung mengamati siswa ketika mereka
berdiskusi atau memperhatikan waktu pelajaran karena di kelas IV
jumlah murid 16 siswa akan mempermudah peneliti untuk mengamati
perkembangan. Berhubungan dengan waktu karena jumlah murid
sedikit ini pasti proses pembelajaran akan cepat.
2.1.5 Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2003:14) media adalah yang membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
tertentu. Media yaitu suatu perantara untuk menyampaikan pesan oleh si
penerima pesan dalam memberikan informasi ilmu pengetahuan. Menurut
Asnawir (2002), fungsi media dalam kegiatan belajar mengajar yaitu sebagai
sarana yang dapat memberikan visual kepada siswa dalam rangka mendorong
motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan
abstrak menjadi lebih sederhana, konkret, serta mudah dipahami. Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
untuk menyampaikan pesan, dan dapat mendorong motivasi belajar.
2.1.5.1 Media Papan Inkuiri
Media pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran, terlebih media tersebut dapat memotivasi peseta didik untuk bisa
fokus pada saat proses pembelajaran. Dengan begitu hasil belajar siswa dapat
meningkat. Peneliti menggunakan media pembelajaran yang disebut media
papan inkuiri. Media papan inkuiri adalah kumpulan dari beberapa kartu yang
berisikan kumpulan pertanyaan yang dibuat oleh siswa . Dari beberapa
pertanyaan tersebut guru dan siswa secara bersama-sama menganalisis
pertanyaan tersebut.
-
22
Alat yang digunakan dalam media papan inkuiri ini adalah kertas lipat yang
berwarna yang digunakan untuk menuliskan pertanyaan, sterofom yang
digunakan sebagai papan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan siswa . Dari
beberapa pertanyaan tersebut siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri
yang telah mereka jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang
paling produktif (menghasilkan data yang paling relevan) atau tipe informasi
sebenarnya yang mereka butuhkan, tetapi tidak mereka dapatkan. Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa mencari informasi melalui buku ,
sumber belajar yang lain maupun kegiatan praktik langsung secara
berkelompok.
Pembelajaran dengan menggunakan media papan inkuiri ini dapat
membuat siswa mampu berpikir kritis, lebih aktif dalam kegiatan belajar,
sebab siswa mampu berpikir kritis dan membuat mereka merasa ingin tahu
terhadap penyajian masalah yang diberikan oleh guru. Melatih siswa percaya
diri untuk maju kedepan menempelkan pertanyaan tersebut di papan inkuiri
yang ditempel di papan tulis. Pembelajaran inkuiri ini juga dapat melatih
siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya, dan menambah pengetahuan
atau wawasan mereka karena dalam kegiatan pembelajaran inkuiri ini siswa
mau tidak mau harus mencari informasi di sumber-sumber belajar, sehingga
melatih mereka untuk gemar membaca, menulis hal-hal atau informasi yang
mereka temukan, dan menuliskan pertanyaan sesuai dengan apa yang ingin
mereka tanyakan atau yang mereka butuhkan.
Dalam pembelajaran siklus I dengan menggunakan papan inkuiri siswa
dapat menuliskan pertanyaan tentang materi sifat dan perubahan wujud benda.
Untuk menjawab beberapa pertanyaan tadi maka siswa diberi kesempatan oleh
guru untuk mencari informasi di buku dan melakukan kegiatan praktek secara
berkelompok. Di akhir kegiatan guru mengambil satu pertanyaan di papan
inkuiri untuk dijawab bagi siswa yang tahu jawabannya. Dalam siklus II masih
dengan menggunakan papan inkuiri siswa dapat menuliskan pertanyaan
tentang materi sifat dan perubahan wujud benda. Untuk menjawab beberapa
pertanyaan tadi maka siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mencari
-
23
informasi di buku dan melakukan kegiatan praktek secara berkelompok. Di
akhir kegiatan guru mengambil satu pertanyaan di papan inkuiri untuk dijawab
bagi siswa yang tahu jawabannya. Pada siklus II ini bagi siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan baik dan benar maka akan mendapatkan reward
atau penghargaan karena telah menjawab dengan baik dan benar.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian dilakukan oleh Purwanto (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Pembelajaran
Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Ngembak Kec.
Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun ajaran 2011/2012. Dalam
hasil penelitiannya dapat dilihat bahwa dengan pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Terbukti dari hasil nilai yang diperoleh
siswa dari pre test yang semula mendapat nilai rata-rata 62 pada tes siklus 1
mendapat nilai rata-rata 66 dan yang terakhir paa test siklus 2 yang mendapat nilai
rata-rta kelas 80 . Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai rata-rata kelas menjadi
naik dengan mencapai nilai ketuntasan 100%.
Setyo Wahyuningsih (2012) melakukan penelitian dengan judul “ Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Energi Panas dan Energi Bunyi Melalui
Pendekatan Inkuiri Pada Siswa kelas IV di SD Negeri Balong Jepon Blora
Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan inkuiri. Hal
ini nampak pada perbandingan rata-rata skor siklus I dan siklus II yaitu 73,36 dan
90,94. Ketuntasan klasikal dari kondisi pra siklus sebesar 39,28%, siklus 1
sebesar 71,42%, dan siklus II 92,86%.
Himatul Wikaningrum (2010) melakukan penelitian dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inkuiri dan
Media Melalui Konsep Gaya Magnet untuk Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas
V Semester II SD Negeri Karanganyar Kec. Borobudur Kab. Magelang.
-
24
Menurutnya sebelum diterapkannya strategi pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri dan media hasil belajar yang diperoleh rata-rata 62,7. Pada
siklus 1 ada peningkatan hasil belajar rata-rata mencapai 76 dan pada siklus 2
nilai rata-rata yang diperoleh mencapai 83,3.
Dari beberapa penelitian di atas dapat dilihat bahwa dengan menerapkan
pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA dapat meningkatakan hasil belajar
siswa. Hasil dari penelitian juga memuaskan terbukti adanya peningkatan
ketuntasan yaitu naik menjadi lebih dari 80% yang nilai rata-rata dan ketuntasan
yang rendah. Berbeda dengan penelitian di atas peneliti lebih menekankan pada
proses pembelajaran yang menerapkan pendeketan inkuiri berbantu papan inkuiri
kelas IV SD Kristen Ngampin Kec Ambrawa dan hasil belajar yang terkait dengan
3 ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.3 Kerangka Pikir
Pembelajaran IPA di SD Kristen Ngampin Kecamatan Ambarawa masih
bersifat teacher- centered yang menjadikan siswa pasif karena guru lebih
mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang aktif, kurangnya
pendekatan atau model pembelajaran yang inovatif, lalu penggunaan media yang
masih kurang, dan hasil belajar IPA siswa yang masih rendah. Siswa juga kurang
aktif dalam melakukan kegiatan bertanya, mengeluarkan pendapat, dll. Hal ini
dapat dilihat dari observasi hasil belajar IPA siswa kelas IV masih rendah dari
KKM yang telah ditentukan oleh SD tersebut sehingga perlu adanya perbaikan
pembelajaran agar prestasi belajar siswa meningkat.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan papan
inkuiri merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk dapat menigkatkan hasil
belajar IPA. Pendekatan ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme.
Pendekatan ini menekankan agar siswa dipandang sebagai subyek belajar sejalan
dengan pembelajaran konstruktivistik yang membangunkan pengetahuan melalui
pengalaman, interaksi sosial dan dunia nyata (Yamin 2012:24).
-
25
Selain itu tahapan pelaksanaan ikuiri sejalan dengan karakteristik IPA,
sehingga pembelajaran IPA cocok diterapi pendekatan inkuiri. Pendekatan ini
dapat mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan
menghadapkan siswa pada permasalahan. Pendekatan ini dapat berjalan dengan
baik jika tersedi media yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Salah satu media
yang dapat digunakan untuk membelajarkan IPA adalah papan inkuiri. Papan
inkuiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dituliskan siswa lalu dikumpulkan
dan ditempelkan di papan inkuiri yang disediakan oleh guru .
Dengan menggunakan media ini bahwa pesan yang ditampilkan melalui
kartu-kartu pertanyaan yang diajukan siswa dapat mendorong aktivitas belajar
siswa dalam menemukan dan mempengaruhi hasil belajar. Papan inkuiri
digunakan setelah siswa mengamati video pembelajaran maupun slide power
point tentang energi dan perubahannya. Dari slide power point maupun video
pembelajaran guru memberikan suatu masalah, lalu siswa menuliskan pertanyaan
di kartu yang akan dibagikan oleh guru. Pertanyaan tersebut berupa hal yang
dirasa mereka aneh dan membuat mereka bertanya-tanya tentang hal itu. Ketika
siswa sudah menuliskan pertanyaan pertanyaan tersebut siswa menempelkan di
papan inkuiri yang sudah disediakan guru. Dari masalah tersebut proses inkuiri
dimulai dengan pengumpulan data, pengumpulan data ekperimentasi, kesimpulan,
analisis proses inkuri :
Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris maka dapat dibuat kerangka berpikir
sebagai berikut :
-
26
Gambar 2.3
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
yaitu:
1) Melalui penerapan pendekatan inkuiri berbantu papan inkuiri, hasil
belajar siswa dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor kelas IV SD
Kristen Ngampin Kec Ambarawa dapat meningkat.
Guru menggunakan
pendekatan inkuiri
berbantu papan
inkuiri
Guru ceramah
dan tanya
jawab
Kondisi
awal
Tindakan
Kondisi
akhir
Hasil
belajar
siswa
rendah
Siklus I
Hasil belajar siswa meningkat
Siklus II
Kognitif Afektif
Psikomotor