BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 jar -...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Slameto (2003) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian
hasil pengamatannya sendiri dalam intreraksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut Darsono (2001) adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap.
Djamarah (2002) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti
kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir.
2.1.1.1 Unsur-unsur dalam belajar
Menurut Gagne dalam Eveline Siregar (2010) unsur-unsur yang saling berkaitan
sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:
a. Pembelajar
Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta
pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap
rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil penginderaannya
ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk
menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
5
6
b. Rangsangan / Stimulus
Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus.
Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman,
gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka harus
memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
c. Memori
Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
d. Respon
Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya
kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
2.1.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Baharuddin (2007) menyatakan secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua katagori yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor tersebut meliputi faktor fisiologis
dan psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor ini dibedakan dalam dua macam. Pertama keadaan jasmaniah.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang bugar akan berpengaruh positif terhadap hasil
kegatan individu. Kedua adalah keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar
berlangsung peran fungsi jasmani pada tubuh manisia sangat mempengaruhi hasil
7
belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi baik akan memudahkan
aktivitas belajar dengan baik pula.
2. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan
bakat
1. Kecerdasan intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian , kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otakmerupakan organ yang penting
dibandingkan dengan organ yang lain. Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena menentukan
kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi seorang individu, semakin sulit
individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
2. Motivasi
Motivasi adalah suatu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar individu. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses
didalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin,1994). Di dalam sumbernya motivasi dibagi
menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti siswa yang gemar membaca,
maka tanpa disuruh untuk membaca, dengan sendirinya akan membaca karena
ada dorongan dari dalam diri siswa tersebut.
8
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
member pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, orang tua dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan secara
positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
3. Minat
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memberikan pengaruh
terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk
belajar, maka ia akan tidak bersemangat atau tidak mau belajar.
4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala interal untuk mereaksi dengan cara
yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa atau yang lain baik secara
positif ataupun negatif.
5. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian bakat
adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dala proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
b. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi
belajar antara lain faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi proses belajar. Lingkungan sosial masyarakat seperti kondisi
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Lingkungan sosial keluarga juga mempengaruhi kegiatan belajar,
9
seperti hubungan antara anggota keluarga yang harmonis maka akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan nonsosial
Lingkungan alamiah, seperti udara yang segar, tidak panas, suasana yang sejuk
dan tenang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Selain itu faktor instrumental yaitu perangkat perangkat yang mendukung untuk
belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, peraturan sekolah, kurikulum sekolah
juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Tidak lupa faktor materi pelajaran, faktor
ini hendaknya di sesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga metode
mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Sedangkan menurut Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Intern
1.1 Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/
bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/
kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
1.2 Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat
menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
10
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau
bakatnya.
1.3 Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus
yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian
sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan
perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari
situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap
belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang
berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita
serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
1.4 Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan
perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang
yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancer
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidangnya. Dari
uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
2. Faktor Ekstern
2.1 Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya
karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga
guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
11
atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasa mengajar dengan
metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat
saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar
harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.
2.2 Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa
untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan maju.
2.3 Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,
waktu itu dapat pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi
belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti
keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa
masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya
siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan
itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan
yang lemah tadi.
2.1.2 Minat Belajar
Slameto (2003) mengatakan, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
di luar diri. Makin kuat atau dekat hubungan tersebut, makin besar minat. Minat tidak
12
dibawa sejak lahir, tetapi diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dapat
diekspresiakan melalui parsitipasi dalam suatu aktivitas.
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995), seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa
senang. Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari
kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap
paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif
(emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat
unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk
mencapai suatu obyek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan
dengan diri pribadi (Buchori, 1985)
Minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan
informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.
Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik atau terlihat sepenuhnya dengan
suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat
belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan
pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan
mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang
mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan-
kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya
daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal
pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi
muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bahwa minat
adalah alat motivasi.
Proses belajar berjalan lancar bila di sertai minat. Oleh karena itu, guru perlu
membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti
(Hasnawiyah, 1994). Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik
tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian
13
psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan
kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan
sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).
Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi
untuk waktu yang lama, dengan demikian, minat merupakan landasan bagi
konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya
dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak
mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie,
1995).
Hilgard dalam Slameto (2003) memberikan rumusan tentang minat adalah
sebagai berikut: “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some
activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat merupakan alat motivasi
pokok dalam belajar.
Minat merupakan suatu kemauan yang timbul dalam diri sendiri dan mau untuk
sibuk, dan rasa yang terikat pada aktivitas serta mau untuk berpartisipasi,
memperhatikan secara konsisten. Khusunya minat dalam pembelajaran adalah suatu
rasa yang mampu untuk mendapatkan hasil dalam pembelajaran tanpa ada yang
menyuruh sehingga mampu untuk menyadari bahwa dengan timbulnya rasa senang
atau minat dapat memperoleh kesenangan dalam pembelajaran dan secara tidak
langsung dapat mendapatkan prestasi yang baik dalam belajar.
Dari pengertian di atas dapat dikaji bahwa minat adalah suatu rasa yang lebih
suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh yang
dapat menumbuhkan konsentrasi untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.
Dalam penelitian ini minat dapat diukur dari aktivitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Yang meliputi keaktifan siswa dalam pembelajaran, mendengarkan
penjelasan guru, mencatat, mau mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi
yang kurang jelas dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang meliputi senang dalam
pembelajaran, dapat berdiskusi dengan teman, dan rajin membaca buku. Jadi
pengumpulan data yang akan dibuat penelitian dengan menggunakan angket minat.
14
Dimana angket ini berisi tentang penilaian yang mempunyai aspek tentang aktifitas
siswa dalam pembelajaran untuk mengetahui minat siswa.
2.1.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar yaitu „‟Hasil yang dicapai dalam usaha belajar yang dapat
dinyatakan dalam suatu evaluasi. tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan
hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Menurut
Poerwanto (1986) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai
oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Winkel (1996) Winkel berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu
bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan
proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang berhasil diraihnya. Winkel lebih
menekankan prestasi belajar itu pada kemampuan siswa secara umum S. Nasution
(1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta
didik dalam berpikir, merasa dan berbuat Menurut Nasution prestasi belajar seorang
peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif
adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat
dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Sejak dahulu
aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal
itu dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah-sekolah di negeri kita dewasa ini
sangat mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif. (2) Aspek afektif adalah
aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat
pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek
afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik. (3) Aspek
psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi
sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta
didik setelah menerima sebuah pengetahuan.
15
Pretasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh seseorang yang telah
mengikuti proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang diraihnya, prestasi juga usaha
yang dapat dinyatakan dalam suatu evaluasi pada akhir pembelajaran. Prestasi
merupakan hasil bagi seseorang yang telah mendapatkan suatu pembelajaran untuk
menentukan berhasil tidaknya orang tersebut dalam mengikuti pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikaji bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang telah diperoleh karena adanya aktivitas belajar. Dan untuk mengetahui berhasil
tidaknya seseorang dalam belajar maka diperlukan evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung. Jadi prestasi belajar sangat berkaitan erat dengan seluruh kegiatan siswa
dalam pembelajaran, prestasi belajar merupakan suatu prestasi dari proses
pembelajaran, dimana prestasi merupakan ukuran dan landasan bagi peneliti untuk
mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses pembelajaran.
2.1.4 Penggunaan Alat Peraga KIT IPA
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar
untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa
dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Banyak para ahli mendefinisikan
alat peraga. E.T.Ruseffendi (Sulianto, 2001), Alat peraga, yaitu alat untuk
menerangkan atau mewujudkan konsep IPA. Benda-benda itu misalnya batu-batuan
dan kacang-kacangan untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk
menjelaskan konsep titik, ruas garis, daerah bujur sangkar, dan wujud dari kubus itu
sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan konsep pecahan; benda-
benda seperti cincin, gelang, permukaan gelas, dan sebagainya untuk menerangkan
konsep lingkaran dan sebagainya. Aristo Rohadi (Sulianto, 2001), Alat peraga adalah
alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkret. Menurut Estiningsih (1994)
alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan
ciri-ciri konsep yang dipelajari. Menurut Anitah (2008) Alat peraga matematika
adalah alat yang dibuat untuk mempermudah siswa memahami pelajaran
matematika.Berdasarkan uraian pendapat ahli hampir semua menjelaskan bahwa alat
16
peraga adalah alat bantu yang digunakan guru dalam penyampaian materi
pembelajaran,. dan penggunaan alat peraga dimaksudkan untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi, konsep yang disampaikan oleh guru pada saat
pembelajaran, karena mudah dalam memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleg guru maka hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal. Jadi
dengan menggunakan alat peraga, dapat membantu dalam penyampaian materi
sehingga materi/ konsep tampak lebih konkret atau nyata dan siswa akan lebih mudah
dalam memahami materi/ konsep tersebut.
Dengan demikian dapat dikaji bahwa alat peraga adalah benda-benda yang
digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran sehingga materi pelajaran
tampak lebih konkret dan mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat membantu atau
mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Penggunaan Alat Peraga
Menurut Anitah (2008), penggunaan utama dari alat peraga adalah untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa
mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut, dengan melihat, meraba dan
memanipulasi obyek alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman
nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Sedangkan menurut Sukayati
(2001) penggunaan alat peraga untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak
mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari.Berdasarkan uraian
tentang penggunaan alat peraga, pada dasarnya penggunaan alat peraga menjembatani
antara konsep yang abstrak seperti pada mata pelajaran ipa dan siswa SD yang baru
mencapai tahap pemikiran operasional konkret, karena dengan menggunakan alat
peraga, siswa lebih aktif dalam pembelajaran yaitu mengutak atik, memegang alat
peraga, siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dan dapat diartikan
pembelajarannya lebih bermakna, sehingga siswa SD mudah dalam memahami
materi, konsep yang disampaikan oleh guru, sebagai contoh materi operasi hitung
campuran bilangan bulat yang biasanya sulit dipahami oleh siswa terutama siswa
yang masih berada di bangku Sekolah Dasar dan siswa yang baru mencapai tahap
operasional konkret yang hanya dapat memfokuskan pada kegiatan-kegiatan,
peristiwa yang konkret atau nyata. Dengan adanya alat peraga siswa dapat memahami
konsep yang abstrak dengan lebih mudah dengan peragaan karena siswa dapat
17
mengutak-atik ,memegang, bagaimana penggunaannya sehingga siswa memperoleh
pengalaman yang nyata sehingga tidak mudah untuk dilupakan.
Jadi dapat dikaji bahwa penggunaan alat peraga adalah membantu menurunkan
keabstrakan dari konsep yang dipelajari sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami konsep yang dipelajari, dimana penggunaan alat peraga ini akan mampu
untuk mempengaruhi minat siswa dan prestasi belajar siswa.
c. Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) bahwa “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis,sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain
itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta
gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya
verbal tetapi juga faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan
melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk
sains ditemukan. Poedijati (2005) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam
pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan
membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses
dalam pembelajran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan
terintergrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk- produk IPA yaitu
fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.
Dari pengertian diatas dapat dikaji bahwa pembelajaran IPA adalah suatu proses
yang didalamnya terkandung tahap-tahap atau langkah-langkah suatu pembelajaran
secara sistematis atau terperinci dengan tujuan menyelesaikan suatu permasalahan
dalam pembelajaran secara ilmiah untuk menghasilkan gambaran-gambaran yang
lebih nyata.
d. Penggunaan Alat Peraga KIT IPA
Dalam pengajaran IPA, Kit Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai kedudukan
yang sangat penting, yaitu: (1) Membantu pengembangan konsep-konsep Ilmu
18
Pengetahuan Alam; (2) Media dapat memberi dasar yang konkrit untuk berpikir
sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme; (3) Memberikan pengalaman
yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan sendiri; dan (4) Menimbulkan
pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
Menurut Budiningsih dalam Jurnal Teknologi Pendidikan (1996)
mengemukakan bahwa “media yang diproduksi dan dikemas dalam bentuk kotak
unit pengajaran (KIT), yang dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaannya
adalah untuk menanamkan konsep atau pemahaman siswa terhadap suatu objek
atau peristiwa-peristiwa pembelajaran secara utuh”.
Menurut Ditjen Dikdasmen pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang baik
memang tidak cukup hanya bersumber pada buku. Pengajaran itu harus dilengkapi
dengan alat praktik serta dihubungkan dengan lingkungan alam, sehingga dapat
mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Kit Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar yang dilengkapi
dengan pedoman penggunaannya untuk guru ini akan sangat membantu dalam
proses belajar dan mengajar serta dapat dijadikan media atau alat bantu dalam
mencapai tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan kurikulum.
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan memanfaatkan alat peraga
atau media Kit Ilmu Pengetahuan Alam,bermuara pada keterampilan proses.
Pemakaian atau penggunaan alat peraga Komponen Instrumen Terpadu Ilmu
Pengetahuan Alam dalam pembelajaran IPA tersebut disesuaikan dengan jenis
percobaan yang akan diajarkan guru di Sekolah. Agar dalam menggunakan alat-
alat pengajaran dalam suatu pengajaran dapat mencapai keberhasilan dan daya
guna yang tinggi maka guru harus dapat memilih alat-alat pengajaran yang tepat.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau menentukan alat-alat
pengajaran dari Kit IPA yang akan digunakan pada waktu mengajar, diantaranya
adalah: (1) materi yang akan diajarkan, (2) tujuan pembelajaran (3) spesifikasi alat
yang akan digunakan, (4) proses urutan mendemonstrasikan alat, serta (5)
validitas alat.
Proses belajar dan mengajar yang menggunakan alat peraga KIT Ilmu
Pengetahuan Alam, diupayakan menuju keberhasilan. Supaya siswa lebih
19
memahami proses dari semua peristiwa yang terjadi mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: (1) Guru harus meyakinkan diri bahwa para siswa mengetahui
nama yang benar dari bagian-bagian peralatan; (2) Guru harus memberikan
petunjuk yang jelas bagaimana cara menggunakannya; (3) Guru meminta siswa
untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan akhirnya menunjukkan kepada
mereka bagaimana mengamati suatu percobaan serta fokus perhatian; (4) Guru
harus selalu memperhatikan bahwa para siswa hanya mencatat hasil pengamatan
dari apa yang benar-benar mereka lihat dan perhatikan. Para siswa dan guru harus
menghindari tercampurnya interpretasi dan pengamatan; (5) Siswa menulis
pengamatan masing-masing dengan menggunakan buku catatan Ilmu Pengetahuan
Alam. Jika perlu guru menyediakan suatu format tertentu untuk mencatat
pengamatan siswa; (6) Guru berkeliling untuk melihat bagaimana hasil kerja para
siswa. Jika perlu guru memberikan bantuan kepada siswa tersebut; (7) Guru perlu
mengetahui kapan kegiatan pengamatan berakhir dan menjaga agar semua siswa
memperhatikan kegiatan belajar dan mengajar yang sedang berlangsung; dan (8)
Guru harus memutuskan kapan mengumpulkan peralatan dan harus selalu
menjaga agar peralatan tidak rusak (Depdikbud, 2000).
e. Penerapan Alat Peraga KIT IPA dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasar
prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3
tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan
inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah
awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No 41,
2007).
20
(1) Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Permendiknas
No 41, 2007).
(2) Kegiatan inti
Sesuai Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
(3) Kegiatan Akhir
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (Permendiknas No 41,
2007).
Sebelum guru melaksanakan pembelajaran menggunakan KIT IPA guru wajib
membuat:
1) Rencana Pembelajaran (Persiapan), meliputi :
a. Merumuskan indikator yang akan dicapai.
b. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran dengan KIT IPA
dalam pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.
c. Menyiapkan alat peraga KIT IPA dan bahan yang diperlukan.
d. Membuat lembar observasi guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat
tindakan berlangsung.
e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk melihat prestasi siswa dalam
pembelajaran.
f. Membuat angket minat siswa untuk melihat berapa besar minat siswa.
2) Pelaksanaan, meliputi :
1) Kegiatan awal
(1) Membuka pelajaran dengan salam
21
(2) Melakukan absensi siswa
(3) Melakukan apersepsi dan motivasi
2) Kegiatan inti
a. Eksplorasi:
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/ tema materi IPA tentang struktur bumi
2. Menyampaikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA tentang struktur
bumi
3. Guru harus meyakinkan bahwa para siswa mengetahui nama yang benar
dari bagian-bagian KIT IPA
4. Guru harus memberikan petunjuk yang jelas bagaimana cara
menggunakannya.
5. Guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dengan teliti dan focus
perhatian.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
6. Siswa menulis pengamatan masing-masing dengan menggunakan buku
catatan Ilmu Pengetahuan Alam.
7. Guru berkeliling untuk melihat bagaimana hasil kerja para siswa.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
8. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti.
9. Meminta siswa menulis rangkuman tentang struktur bumi
10. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka
kerjakan
11. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpatisipasi aktif.
d. Kegiatan akhir
(1) Menyimpulkan hasil pelajaran
(2) Melakukan evaluasi akhir pertemuan
(3) Melakukan refleksi
22
Dengan demikian dalam proses belajar dan mengajar Ilmu Pengetahuan
Alam di Sekolah Dasar sebaiknya banyak mengaktifkan anak didik dengan
kegiatan atau percobaan-percobaan untuk mengembangkan ketrampilan proses
dan mengembangkan sikap serta kreatifitas siswa sehingga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengalami perubahan-perubahan melalui proses
mentalnya. Siswa juga dapat mengembangkan daya imajinasinya sehingga siswa
mampu menuangkan hasil kreatifitasnya. Hal yang perlu dilakukan siswa yaitu:
(a) masing-masing siswa harus mempunyai buku catatan Ilmu Pengetahuan Alam
untuk menulis atau catatan dan konsep-konsep yang diperoleh selama proses
belajar dan mengajar khusunya dalam penggunaan media KIT Ilmu Pengetahuan
Alam, (b) guru perlu mengembangkan teks dan format untuk pengamatan atau
kesimpulan di papan tulis agar siswa belajar melakukan percobaan dengan cara
yang benar dan terstruktur, dan (c) di akhir proses belajar dan mengajar, siswa
menyalin catatan dari papan tulis ke dalam buku catatan sendiri, termasuk
pengamatan individual mereka sendiri dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat
bersama-sama guru (Depdikbud 2000). Ciri-ciri keberhasilan siswa dalam
penggunaan KIT IPA adalah siswa menyadari arah yang dituju dalam proses
belajar mengajar, siswa merasa mendapat tanggung jawab pada beban yang
diberikan, siswa merasa tidak bosan, mengantuk, dan berkonsentrasi terhadap
materi yang diberikan guru, minat siswa banyak tumbuh dari dalam diri siswa, dan
berkembang dengan baik.
Penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA sangatlah penting, karena
didalam mental dan pemikiran anak usia SD masih dalam tahap operational
concret, yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran anak usia SD harus lebih
mengkonkretkan benda yang abstrak, sehingga anak SD mampu untuk lebih
menangkap dari suatu konsep pembelajaran, dan dapat menuntun anak SD untuk
lebih masuk ke dalam pembelajaran sehingga anak juga lebih dapat berimajinasi
dan menggambarkan pembelajaran yang lebih nyata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga KIT
IPA dalam pembelajaran IPA sangat penting, karena dengan KIT IPA dalam
pembelajaran, dapat mengembangkan imajinasi siswa, seolah-olah siswa melihat
23
kejadian yang nyata, sehingga siswa tidak merasakan cepat jenuh ataupun bosan
disaat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dalam penggunaan alat peraga KIT IPA, akan dilihat perbedaan yang
mendasar dimana penggunaan alat peraga KIT IPA ini akan digunakan dalam
pembelajaran pada saat kegiatan inti, yaitu pada saat elaborasi, dari sinilah
pengukuran minat dan prestasi belajar siswa dapat terlihat, seberapa besar
pengaruh minat dan prestasi belajar siswa dengan adanya alat peraga KIT IPA.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Nanik Tisnoherawati yang berjudul
“penggunaan peralatan KIT IPA dalam pembelajaran IPA terhadap minat dan
prestasi belajar siswa.”.Hasil penelitian menunjukan rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 64,11 dan presentase ketuntasan belajar sebesar 68,4%, aktifitas siswa 45,5%
pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua 56,8%, presentase kemampuan
guru 67% pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua 70,8%. Hasil penelitian
pada siklus kedua rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,62 dan presentase ketuntasan
belajar sebesar 77,5%, aktivitas siswa pada pertemuan pertama 70% pada pertemuan
kedua 88,6%, presentase kemampuan guru pada pertemuan pertama 75% dan pada
pertemuan kedua 94,2%.
Dari penelitian ini dapat dikaji bahwa Penggunaan alat peraga KIT IPA dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Malang pada pokok pembahasan fotosintesis Tahun Ajaran 2005/2006 dan
dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat siswa dan prestasi belajar
siswa yang didasarkan pada tingkat kemampuan siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangatlah penting
karena terdapat beberapa faktor yang mengharuskan untuk menggunakan alat peraga,
faktor yang dimaksud adalah pertama karakteristik pembelajaran IPA adalah
mempunyai kajian yang abstrak jadi seorang guru harus mengurangi keabstrakan pada
pembelajaran IPA. Kedua karakteristik siswa Sekolah Dasar berada pada tahap
24
operasional konkret oleh karena itu seharusnya siswa SD dihadapkan pada benda
yang nyata atau situasi konkret. Ketiga fungsi alat peraga adalah untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu
menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba dan
memanipulasi obyek/ alat peraga maka siswa mengalami pengalaman-pengalaman
nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep, Oleh karena itu pemikiran
peneliti bahwa pembelajaran yang menggunakan alat peraga, siswa akan lebih mudah
memahami konsep, materi yang disampaikan guru dapat berpengaruh terhadap minat
siswa dan prestasi belajar, sehingga minat dan prestasi belajar siswa dapat tercapai
secara maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar
antara pembelajaran yang dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar dan
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga KIT IPA. Dalam
penelitian ini diharapkan dapat membuat perubahan yang signifikan terhadap minat
dan prestasi belajar siswa sehingga sebagian besar siswa nilainya mencapai KKM.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan,dapat diajukan
hipotesis tindakan:
1. diduga Penggunaan Alat peraga KIT IPA dapat meningkatkan Minat belajar
siswa pada materi struktur bumi pada kelas V SD Negeri 2 Kembaran.
2. diduga Penggunaan Alat peraga KIT IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar
siswa pada materi struktur bumi pada kelas V SD Negeri 2 Kembaran.