BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu...
-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Maslichah Asy’ari (2006: 7) menyebutkan bahwa “ Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan
dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan”. IPA atau sains secara
umum dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh
dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung makna bahwa IPA
kecuali sebagai produk yaitu pengetahuan manusia juga sebagai prosesnya yaitu
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut.
Menurut Subiyanto (1998: 2), IPA adalah “body knowledge. IPA adalah
suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara
sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum”. IPA merupakan
pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat
diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan
klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi
dan hipotesis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaji bahwa IPA merupakan suatu ilmu
pengetahuan tentang alam ini atau ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam ini dimana di dalamnya terdapat teori sistematis
yang berhubungan dengan gejala-gejala alam yang lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti
sikap jujur, rasa ingin tahu, dan mempunyai sikap yang terbuka.
2.1.2 Pembelajaran IPA
IPA merupakan suatu ilmu yang mencakup pengetahuan berupa produk
yang berisi fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori tentang IPA serta
keterampilan dalam melakukan suatu penelitian tentang alam secara ilmiah dan
sistematis. Pada IPA bukan hanya itu saja, namun juga merupakan suatu proses
-
8
penemuan. Proses penemuan yang dimaksud yaitu dengan pemberian pengalaman
secara langsung kepada siswa. Melalui pemberian pengalaman langsung kepada
siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan agar memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Trianto (2010:136) menyebutkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan
teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
Berdasarkan dua penjelasan tentang IPA yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta, termasuk
gejala-gejala alam yang terjadi dan didasarkan oleh pengalaman.Pembelajaran
IPA akan lebih baik jika dilaksanakan secara inkuiri, sehingga dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir siswa secara aktif, bekerja keras dan bersikap
secara ilmiah dan sistematis.IPA yang diajarkan di SD hendaknya dapat membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal
tersebut akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan
mencari jawaban berdasarkan bukti yang diperoleh serta menngembangkan cara
berpikir yang dimiliki secara ilmiah. IPA bila diajarkan secara tepat, maka dapat
melatih siswa untuk berpikir kritis dan objektif.
Menurut Samatowa (2010:6-7), IPA dapat diaplikasikan dengan
menggunakan teori perkembangan kognitif sebagai berikut: (a) konsep IPA dapat
berkembang dengan baik, hanya bila pengalaman generalisasi-generalisasi abstrak
didahului dengan pengalaman langsung. Metode seperti ini berlawanan dengan
metode tradisional, dimana pada konsep IPA dikenalkan secara verbal saja, dan
(b) daur belajar yang dapat mendorong perkembangan konsep IPA sebagai
berikut:
1. Eksplorasi, merupakan tahap awal dari daur belajar. Pada tahap ini guru tidak
berperan secara langsung. Tapi siswa yang berperan aktif dengan mengalami
dan mengindra objek secara langsung.
2. Generalisasi, merupakan tahap menarik kesimpulan dari beberapa informasi
yang diperoleh siswa dengan guru hanya berperan secara tradisional. Guru
-
9
mengumpulkan informasi dari pengalaman yang dimiliki siswa dalam
eksplorasi.
3. Deduksi, merupakan tahap pengaplikasian konsep baru (generalisasi) itu pada
situasi dan kondisi yang baru. Pada tahap ini siswa juga terlibat secara aktif
dalam berbagai kegiatan.
Menurut Samatowa (2010:10), juga ada berbagai aspek penting yang dapat
diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA adalah:
(a) pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,
anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa
yang mereka pelajari. Pemahaman akan pengetahuan apa yang dibawa anak dalam
pembelajaran akan sangat berdaya guna untuk membantu anak meraih
pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. (b) aktivitas anak melalui berbagai
kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA.
Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat
bantuan belajar, atau bahkan di lingkungan sekolah. Malalui aktivitas nyata ini
anak akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, dengan
demikian barbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang
aktif. (c) pada setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanya menjadi bagian yang
penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran. Melalui
kegiatan bertanya, anak akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan
respon yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan. Bertanya
merupakan ciri utama dalam pembelajaran IPA, dengan berbagai pertanyaan yang
diajukan, IPA dapat dikembangkan, oleh karena itu bertanya memiliki peran
penting dalam upaya membangun pengetahuan selama pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaji bahwa pembelajaran IPA yang baik
harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Penggunaan media
dalam pembelajaran akan menambah pengalaman belajar yang dimiliki siswa,
membuat siswa menjadi tidak bosan, dan memberikan pengalaman belajar yang
menarik kepada siswa.
Sekolah Dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa
belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil kerja dan
-
10
prosedurnya.Tujuan utama pembelajaran IPA SD adalah membantu siswa
memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan esensial yang perlu dimiliki siswa
untu kmampu mengamati benda dan lingkungan sekitar, kemampuan
mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan
memecahkan masalah secara efektif.
2.1.3 Tujuan Mata Pelajaran IPA
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut(Permendiknas Nomor 22 tahun 2006): (a)
memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (d) mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan, (e) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (f) meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan, dan (g) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.4 Keaktifan Belajar
2.1.4.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Menurut Sardiman (2001: 98) proses pembelajaran pada hakekatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi
dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang
penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan.
Sedangkan menurut Sardiman (1986: 95) keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.
Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang
-
11
mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Segala pengetahuan harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,
dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri , baik secara
rohani maupun teknik.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala
kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi
kondusif. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik
aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis
(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak
berfungsi dalam rangka pembelajaran.
2.1.4.2 Klasifikasi Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim
terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Jenis – jenis aktivitas siswa dalam belajar
adalah sebagai berikut (Sardiman, 1988: 99) :
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi ,
musik,pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan,angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, bermain.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.
-
12
8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, tenang.
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004:
61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam
melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3)
Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah;(5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru;(6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; (7)
Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8) Kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas
atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat
dari berbagai hal seperti memperhatikan ( visual activities), mendengarkan,
berdiskusi, kesiapan siswa bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,
memecahkan soal (mental activities).
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk
berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem
pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Martinis (2007:84) menyebutkan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Memberikan motivasi atau
menarik perhatian siswa sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran, 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada
siswa), 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa, 4) Memberikan
stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari), 5) Memberikan
petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6) Memunculkan aktivitas,
-
13
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberi umpan balik (feed
back), 8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur, 9) Menyimpulkan setiap materi
yang disampaikan diakhir pembelajaran.
Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada
saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009:26-27) “
cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu yang
lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara
efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas
dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai”. Selain memperbaiki
keterliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan siswa atau
keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan
siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang kurang
terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-
kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan
keinginan siswa untuk berfikir secara aktif dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti menarik atau memberikan
motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara
meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang
terlibat dalam proses pembelajaran.
2.1.5 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa hasil adalah
kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”.
Sedangkan menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya hasil
belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di
dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya
keterampilan menggunakan alat.
-
14
2. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan
tentang apa yang dikerjakan.
3. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui
proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif
(sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Dari definisi hasil belajar yang dikemukakan beberapa tokoh diatas, dapat
disimpulkan, hasil belajar adalah keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari
mata pelajaran yang berupa skor atau nilai.
2.1.6 Quantum Teaching
2.1.6.1Pengertian Quantum Teaching
Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum
Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan
di sekitar momen belakar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk
-
15
belajar yang mempengaruhi kesuksesan siswa, De Porter, dkk ( 2003:5 ).
Pendapat diatas mempunyai arti bahwa mengubah tenaga, pikiran, dan bakat guru
serta siswa untuk menjadikan perubahan yang positif pada diri siswa sehingga
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
De Porter dkk ( 2003:6 ) menyatakan bahwa segala hal yang dilakukan
dalam kerangka Quantum Teaching setiap interaksi dengan siswa, setiap
rancangan kurikulum dan setiap metode intruksional di bangun diatas prinsip : “
Bawalah Dunia Mereka ke dalam Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dalam
Dunia Mereka “. Prinsip tersebut menuntut guru untuk memasuki dunia siswa
sebagai langkah pertama pembelajaran selain itu juga mengharuskan guru untuk
membangun jembatan auntetik memasuki kehidupan siswa. Pemanfaatan
pengalaman siswa salah satu cara yang tepat agar siswa berperan aktif dan dapat
sebagai pondasi guru untuk membelajarkan siswa untuk berfikir secara luas dan
menyeluruh atau comprehensive, teliti, kritis, dan berfikir maju. Hal-hal positif
tersebut dapat menimbulkan pemahaman-pemahaman baru yang positif.
Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran
merupakan lukisan yang indah. Warna, gambar, teknik lukis, lukisan memiliki
sketsa dasar. Sketsa dasar ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran. De
Porter dkk ( 2003:6-34 ) mengemukakan prinsip-prinsip dasar pembelajaran
menggunakan pembelajaran Quantum Teaching ada lima macam, sebagai berikut:
a. Ketahulah bahwa segalanya berbicara dalam pembelajaran Quantum
Teaching. Segalanya Segala sesuatu mulai dari lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh guru, penataan ruang guru
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh guru samapai
dengan rancangan pembelajaran semuanya mengirim pesan tentang
pembelajaran.
b. Ketahuilah segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam proses
pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada
kejadian yang tidak bertujuan, baik siswa maupun guru harus
menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
-
16
c. Sadarlah bahwa pengalaman mendahulu penanaman proses
pembelajaran paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami
informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka
pelajari. Dikatakan demikian otak manusia berkembang pesat dengan
adanya stimulun yang komplek yang selanjutnya akan menggerakkan
rasa ingin tahu siswa.
d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam embelajaran.
Pembelajaran atau belajar selalu mengandung resiko besar. Dikatakan
demikian karena pembelajaran berarti melangkah ke luar dari
kenyataan dan kemapanan di samping berarti membongkar
pengetahuan sebelumnya. Pada waktu siswamelakukan langkah keluar
ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan
keparcayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka bebruat kesalahan,
perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan. Pengakuan
disini harus bersifat positif, jika terdapat siswa yang salah dalam
mengerjakan dan bertindak, cara menegur seorang guru harus tetap
menggunakan kata-kata yang positif. Ungkapan yang baik atau positif
terhadap siswa akan membantu siswa berfokus pada tindakannya yang
baik, sehingga siswa akan mengulang tindakan yang baik mereka
untuk mendapatkan pengakuan.
e. Sadarlah bahwa sesuatu jika layak dipelajari, maka layak pula
dirayakan keberhasilannya, perayaan atas apa yang telah
dipelajaridapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran. Perayaan
dapat dilakukan dengan cara sederhana tetapi menyenangkan dengan
bertepuk tangan, memberikan pujian, ataupun lewat poster dan juga
melakukan hal yang lainnya.
2.1.6.2 Kegiatan Belajar Mengajar Quantum Teaching
Beberapa hal yang ditawarkan Quantum Teaching dalam kegiatan belajar
mengajar antara lain:
a. Suasana Belajar Mengajar
-
17
Suharsimi Arikunto (1993: 105), menjelaskan Kondisi belajar merupakan
sesuatu yang amat penting dan menentukan keberhasilan belajar anak. Keadaan
atau suasana di dalam kelas hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga
tidak membosankan dan cepat membuat siswa menjadi lelah. Keadaan dan
suasana yang menarik adalah yang mendukung terpenuhinya kebutuhan siswa
baik jasmani maupun rohani. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2002: 56),
kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Kondisi belajar juga merupakan suatu keadaan yang mana terjadi
aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan
mental.
Untuk menciptakan suasana yang dapat membantu siswa membangun dan
mempertahankan sikap positif lingkungan fisik perlu diatur dan ditata.
Diantaranya dengan pengaturan bangku, penggunaan warna, pemasangan poster
yang mendukung, penggunaan alat bantu mengajar dan bahkan pemutaran musik.
Sedangkan yang berkaitan dengan lingkungan emosional dan sosial dibutuhkan
kreatifitas guru untuk membangun suasana yang nyaman untuk belajar.
Diantaranya dengan menjalin rasa simpati dan saling memiliki antara guru dan
murid, mengakui setiap usaha siswa, menciptakan suasana yang riang, menjadi
pendengar yang baik, senyum dan usaha-usaha yang lainnya.
b. Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar
Kerangka rancangan Quantum Teaching, tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, rayakan, dapat disingkat dengan istilah “TANDUR”.
1) Tumbuhkan, menumbuhkan hasrat siswa untuk belajar. Minat adalah
suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu
proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, dia
akan cepat mengerti dan mengingatnya.
2) Alami, menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang
dapat dimengerti semua siswa.
3) Namai, memberi data tepat saat minat memuncak. Untuk ini
dibutuhkan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang bisa
menjadi masukan bagi siswa.
-
18
4) Demonstrasikan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengkaitkan pengalaman dengan nama baru, sehingga mereka
menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi, dengan menunjukkan kepada siswa mengenai caracara
mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang
tahu ini”.
6) Rayakan, jika layak untuk dipelajari maka layak juga untuk dirayakan.
Setiap usaha belajar memerlukan sebuah perjuangan, sehingga hasil
yang diperoleh perlu mendapatkan penghargaan, pengakuan sebagai
hasil dari jerih payah (biasa dengan pujian, tepuk tangan dan lain
sebagainya).
2.1.6.3 Faktor yang Mendukung KBM Quantum Teaching
Selain suasana dan kegiatan belajar mengajar, banyak faktor lain yang
ditawarkan dalam Quantum Teaching yang dapat mendukung
suksesnya belajar mengajar, diantaranya adalah:
a. Sifat-Sifat Guru
Sifat-sifat yang hendaknya dimiliki seorang guru adalah antusias,
berwibawa, positif, supel, humoris, luwes, menerima, fasih, tulus, spontan,
menarik dan tertarik, menganggap siswa mampu, menetapkan dan memelihara
tanggapan tinggi.
Dalam berinteraksi dengan siswa guru lebih banyaksenyum dengan
kelompok berkemampuan tinggi dan banyak ngobrol dengan akrab, gaya
berbicara lebih intelektual, penuh humor, menggunakan kosakata kompleks dan
bertindak lebih matang. Sedangkan dengan kelompok kemampuan rendah, guru-
guru yang sama cenderung berbicara lebih keras dan lambat, menggunakan
kosakata dasar dan kalimat mentah, jarang senyum dan berinteraksi pada tingkat
lebih instruksional dan otoriter. Sehingga dapat dikatakan guru-guru
memperlakukan siswa sesuai dengan bunyi cap mereka, sebagai pelaku akademis
tinggi atau rendah.
b. Komunikasi
-
19
Ada empat prinsip yang perlu diingat ketika berkomunikasi dengan siswa
ketika kegiatan belajar berlangsung dan memberi petunjuk ataupun memberikan
umpan balik, yaitu munculkan kesan, arahkan fokus, inklusif (bersifat mengajak),
dan spesifik (tepat sasaran). Selain itu perlu diperhatikan pula komunikasi secara
nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh dan nada suara.
c. Memanfaatkan Peta Pikiran
Quantum Teaching memanfaatkan teknik mencatat yang efektif yang
dinamakan peta pikiran. Peta pikiran adalah teknik mencatat yang didasarkan pada
riset tentang bagaimana cara kerja otak dengan menggunakan citra visual dan
perangkat grafis lainnya. Peta pikiran bermanfaat karena fleksibel, memusatkan
perhatian, meningkatkan pemahaman dan menyenangkan.
2.1.6.4 Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching
Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Tabel berikut adalah sintaks pembelajaran Quantum Teaching menurut De Porter
dkk ( 2003:34-42). Sintaks pembelajaran quantum teaching adalah tumbuhkan,
alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR). Adapun
maksudnya adalah:
a. T (Tumbuhkan). Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase
menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya
BAgiKu” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka dengan
proses yang semenarik mungkin.
b. A (Alami) dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar
langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat
mencakup segenap gaya belajar siswa, baik itu yang memiliki gaya
belajar Auditory, Visual ataupun Kinestetik. Ketika siswa diberi
pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat
mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat masuk ke
dalam sistem Long Term Memori mereka.
c. N (Namai) disini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci, konsep,
model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang, ketika siswa
-
20
hanya diberikan penjelasan materi tanpa dijelaskan dan diterangkan
materi apa yang mereka dapat, mereka menjadi bingung dan merasa
tidak belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari kejadian
tersebut.
d. D (Demonstrasikan) adalah menyediakan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktekkan apa
yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang dominan dan
penting dalam pembelajaran. Semakin banyak kita memberikan
kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada siswa, semakin paham
pula mereka terhadap materi yang kita berikan.
e. U (Ulangi) dilakukan dengan dengan cara me-review secara umum
terhadap proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi
secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan karena, bisa jadi,
ada beberapa hal dari materi kita yang tidak atau masih belum dipahami
oleh siswa. Setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk
mempraktekkan materi, tiba gilirannya bagi kita untuk menutup
pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa
semua siswa bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan
melakukan review materi. Kita bisa melakukannya dengan
memunculkan pertanyaan.
f. R (Rayakan) adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas
dalam hal perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan dapat
dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau tepuk tangan.
Pujian sangat penting keberadaannya dalam proses belajar mengajar.
Dari 6 langkah yang dijabarkan dalam pembelajaran Quantum Teaching
tersebut, kemudian disusun menjadi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Pengaplikasian
langkah-langkah pembelajaran Quantum Teaching ke dalam Permendiknas No.
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disajikan pada tabel 2.1.
-
21
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum Teaching Sesuai dengan
Standar Proses
Aspek
Sub Aspek Indikator
1. Kegiatan
Pendahuluan
T=Tumbuhkan - Guru mengatur tempat duduk siswa
membentuk huruf U ketika siswa
memasuki kelas.
- Guru membuka pelajaran dengan
mengucap salam dan berdoa.
- Guru mengabsensi siswa.
- Guru memeriksa kesiapan siswa dalam
memulai pembelajaran.
- Guru memberikan apersepsi untuk
menumbuhkan minat siswa dalam
pembelajaran sesuai kerangka
Tumbuhkan.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
- Guru menyampaikan tentang manfaat
dari materi yang akan dipelajari
2. Kegiatan
Inti
(Eksplorasi,
Elaborasi,
Konfirmasi)
A=Alami
- Guru menyajikan materi/ informasi
secara umum kepada siswa dengan
penggunaan media dan alat peraga
sebagai pengantar pembelajaran
Quantum Teaching sesuai dengan
kerangka Alami
- Guru menunjukkan secara langsung
media dan alat peraga kepada siswa
sebagai pemberian pengalaman dalam
-
22
N=Namai
D=Demonstrasi
U=Ulangi
R=Rayakan
menyampaikan materi pembelajaran
sesuai dengan kerangka Alami.
- Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasan
yang dimilikinya
- Guru memberikan identitas dan konsep
mengenai materi yang sudah di ajarkan
kepada siswa agar siswa mudah dalam
mengingat dan memahami materi
pembelajaran sesuai dengan kerangka
Namai.
- Guru membagi kelas menjadi 5-6
kelompok untuk mengerjakan LKS (
Lembar Kerja Siswa ) sesuai dengan
kelompoknya.
- Guru memberikan LKS ( Lembar Kerja
Siswa ) kepada siswa untuk melakukan
pembuktian melalui percobaan sesuai
dengan tugas yang ada di dalam LKS.
- Siswa mengerjakan LKS ( Lembar
Kerja Siswa ) dengan kelompoknya
masing-masing dengan di bimbing oleh
guru.
- Siswa diminta untuk mengumpulkan
LKS ( Lembar Kerja Siswa ) kepada
guru dan perwakilan kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil jawaban
kelompok mereka di depan kelas
dengan bimbingan dari guru sesuai
kerangka Demonstrasi.
- Guru memanggil setiap perwakilan
-
23
kelompok untuk maju ke deapan kelas
mempresentasikan hasil diskusi yang
telah dikerjakan bersama teman satu
kelompoknya.
- Guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi hasil
diskusi yang telah dipresentasikan
kelompok lain agar siswa dapat lebih
berpikir kritis.
- Siswa bersama guru menyimpulkan
hasil presentasi tiap kelompok sesuai
kerangka Ulangi.
- Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum mereka mengerti sesuai
kerangka Ulangi.
- Guru bersama siswa melakukan tanya
jawab untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dalam memahami
materi pembelajaran sesuai kerangka
Ulangi.
- Guru memberikan reward atau
penghargaan kepada siswa yang dapat
menjawab pertanyaan dari guru dengan
baik sesuai kerangka Rayakan.
- Guru bersama siswa bernyanyi bersama
untuk merayakan keberhasilan mereka
karena telah melaksanakan
pembelajaran dengan baik sesuai
kerangka Rayakan.
3. Kegiatan - Guru dan siswa bersama-sama
-
24
Penutup menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
- Guru bersama siswa membuat
rangkuman atau ringkasan tentang
materi yang telah dipelajari.
- Guru menyampaikan kegiatan
pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
- Siswa mengerjakan soal evaluasi secara
mandiri. (pada pertemuan terakhir).
2.1.6.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Quantum Teaching
Pembelajaran Quantum Teaching memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dan kelemahan dari Quantum Teaching akan memberikan pengaruh
positif dan negatif untuk siswa dan gurunya, yaitu :
A. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum :
1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam
satu saluran pikiran yang sama
2. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat
proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-
hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu
dapat diamati secara teliti
3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak
4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan
5. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri
6. Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan
kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan
siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa
untuk berfikir kreatif setiap harinya.
-
25
7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti
oleh siswa.
B. Kelemahan Model Pembelajaran Quantum :
1. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
3. Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha
seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian
dll. Maka dapat mengganggu kelas lain.
4. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan
5. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif
6. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang
baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang
ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang
diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.
2.1.7 Penelitian yang Relevan
Keyakinan dalam penelitian ini didukung dengan penelitian-penelitian yang
relevan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Sukarman dalam skripsinya yang berjudul Noviana Sari ( 2012 )
yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model
Pembelajaran Quantum Teaching Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Pingit
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dan
juga penelitian tindakan yang dilakukan oleh Erna Yuniasih yang berjudul “
Penerapan Model Quantum Teaching dalam Peningkatan Keterampilan Proses
IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Kedawung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Noviana Sari, penggunaan model
pembelajaran Quantum Teaching menyebutkan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Sebelum diterapakan pembelajaran Quantum Teaching
-
26
ketuntasan hasil belajar hanya 38,58% dengan rata-rata kelas 55. Setelah
dilakukan tindakan pada siklus1 ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 72,22%
dengan nilai rata-rata 64,45. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa menjadi
82,78% dengan nilai rata-rata kelas 70,52. Pada penelitian tersebut, mengalami
peningkatan hasil belajar yang bertahap. Hal ini ditunjukkan dengan presentase
ketuntasan dan nilai rata-rata kelas dari sebelum penelitian dan setelah siklus 1
serta siklus 2. Dengan penerapan pembelajaran Quantum Teaching secara tepat
dan sesuai standar proses, sehingga keberhasilan tersebut tercapai.
Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Erna Yuniasih juga
menunjukkan peningkatan pada motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut rata-rata tes IPA siklus I sebesar 61,2 dengan ketuntasan
belajar 62,25%. Dan pada siklus II rata-rata 90 dengan ketuntasan belajar 89,75
%. Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan hasil belajar mengalami kenaikan yang
signifikan dari siklus I ke siklus II, yaitu peningkatan nilai sebesar 28 atau sebesar
47%. Simpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran IPA menggunakan
metode Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
kelas VI SDN 4 kedawung tahun ajaran 2012/2013.
Berdasarkan analisis dari penelitian yang dilakukan oleh Noviana Sari dan
Erna Yuniasih telah menunjukkan keberhasilannya dalam penggunaan
pembelajaran Quantum Teaching. Penulis memilih dua penelitian tersebut karena
sangat relevan untuk penelitian berikutnya di lingungan yang berbeda. Oleh
karena itu, penulis juga optimis dan yakin bahwa pada penelitian ini juga akan
berhasil meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Padaan
02 melalui pembelajaran Quantum Teaching pada semester 2 tahun pelajaran
2013/2014.
2.1.8 Kerangka Berpikir
Berdasarkan standar dan kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan
Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi dan kompetensi
dasar IPA untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-
masalah yang dapat diidentifikasikan. Pendidkan IPA diharapkan dapat menjadi
-
27
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi
guru terutama dalam pembelajaran IPA. Permasalahan tersebut diantaranya siswa
kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA karena materi pelajarannya dirasa
kurang menarik perhatian siswamenyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa
dalam pelajaran IPA karena siswa tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik.
Hal tersebut dipengaruhi juga oleh pembelajaran IPA yang dirasa membosankan
karena dalam pembelajaran IPA guru hanya menyampaikan pembelajarannya
dengan berceramah serta guru tidak menggunakan model pembelajaran yang
mengaktifkan siswa karena guru malas untuk melakukan perubahan atau
monoton.
Pembelajaran Quantum Teaching dilaksanakan dengan langkah-langkah:
Kerangka rancangan Quantum Teaching, tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi, rayakan, dapat disingkat dengan istilah “TANDUR”.
Melalui pembelajaran Quantum Teaching, siswa akan lebih tertarik mengikuti
pelajaran karena siswa dihadapkan pendekatan kehidupan sehari-hari, dan
perayaan di akhir pembelajarannya, sehingga mereka tertarik dalam proses
pembelajaran. Dengan pembelajaran ini, Ketahulah bahwa segalanya berbicara
dalam pembelajaran Quantum Teaching. Segalanya Segala sesuatu mulai dari
lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh guru, penataan ruang guru
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh guru samapai dengan
rancangan pembelajaran semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
Ketahuilah segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam proses pengubahan
energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak
bertujuan, baik siswa maupun guru harus menyadari bahwa kejadian yang
dibuatnya selalu bertujuan. Sadarlah bahwa pengalaman mendahulu penanaman
proses pembelajaran paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
-
28
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan
demikian otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulun yang komplek
yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu siswa. Akuilah setiap usaha
yang dilakukan dalam embelajaran. Pembelajaran atau belajar selalu mengandung
resiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah ke luar
dari kenyataan dan kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan
sebelumnya. Pada waktu siswamelakukan langkah keluar ini, mereka patut
memperoleh pengakuan atas kecakapan dan keparcayaan diri mereka. Bahkan
sekalipun mereka bebruat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang
mereka lakukan. Pengakuan disini harus bersifat positif, jika terdapat siswa yang
salah dalam mengerjakan dan bertindak, cara menegur seorang guru harus tetap
menggunakan kata-kata yang positif. Ungkapan yang baik atau positif terhadap
siswa akan membantu siswa berfokus pada tindakannya yang baik, sehingga siswa
akan mengulang tindakan yang baik mereka untuk mendapatkan pengakuan.
Sadarlah bahwa sesuatu jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
keberhasilannya, perayaan atas apa yang telah dipelajaridapat memberikan umpan
balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
pembelajaran. Perayaan dapat dilakukan dengan cara sederhana tetapi
menyenangkan dengan bertepuk tangan, memberikan pujian, ataupun lewat poster
dan juga melakukan hal yang lainnya.
Dengan penerapan pembelajaran tersebut, diharapkan pembelajaran
Quantum Teaching dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau sebuah
tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA.
2.1.9 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan keaktifan
belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padaan 02 Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang.
-
29
2. Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil
belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padaan 02 Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang.