BAB II FIX

20
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah tergantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan (Winarno,1991). Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Secara kimiawi, molekul air tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, dengan rumus kimia H 2 O. Dalam keadaan cair, molekul-molekul air saling berikatan membentuk polimer melalui ikatan hidrogen. Air merupakan pelarut kuat dan bersifat sangat polar (Suripin, 2001). Air merupakan komponen terbesar dalam minuman ringan yaitu sekitar 86-92 %. Karena itu air yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik. Air PDAM meskipun dapat diminum, tapi kadang-kadang mengandung mineral dan tumbuhan-tumbuhan kecil yang dapat menyebabkan air tidak memenuhi syarat sebagai bahan dasar minuman ringan. Air yang baik untuk pembotolan harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, bebas dari mikroorganisme, dan memenuhi syarat-syarat tertentu. Disamping itu, air yang 4

Transcript of BAB II FIX

Page 1: BAB II FIX

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan

fungsinya tidak pernah tergantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen

penting dalam bahan makanan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,

serta cita rasa makanan (Winarno,1991).

Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet

bumi ini yang tidak membutuhkan air. Secara kimiawi, molekul air tersusun atas dua

atom hidrogen dan satu atom oksigen, dengan rumus kimia H2O. Dalam keadaan cair,

molekul-molekul air saling berikatan membentuk polimer melalui ikatan hidrogen.

Air merupakan pelarut kuat dan bersifat sangat polar (Suripin, 2001).

Air merupakan komponen terbesar dalam minuman ringan yaitu sekitar 86-92

%. Karena itu air yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik. Air PDAM

meskipun dapat diminum, tapi kadang-kadang mengandung mineral dan tumbuhan-

tumbuhan kecil yang dapat menyebabkan air tidak memenuhi syarat sebagai bahan

dasar minuman ringan. Air yang baik untuk pembotolan harus jernih, tidak berwarna,

tidak berbau, bebas dari mikroorganisme, dan memenuhi syarat-syarat tertentu.

Disamping itu, air yang diperlukan juga tidak memiliki alkalinitas 50-60 ppm CaCO3.

Air yang telah memenuhi persyaratan air minum belum cukup memenuhi standart

mutu yang dibutuhkan untuk industri minuman ringan. Air yang mengandung bahan-

bahan tersuspensi tidak mudah dikarbonasi dan minuman yang dibuat dari jenis air

tersebut menjadi flat (Winarno, 1986).

Teknologi pengolahan air yang berkembang sangat cepat, telah mengubah

paradigma hidup masyarakat di era moderen. Penggunaan air minum tanpa dimasak,

bukan merupakan hal baru lagi. Trend hidup instant disemua lini merangsang para

ilmuwan dari berbagai belahan dunia, untuk menciptakan teknologi yang serba

4

Page 2: BAB II FIX

5

praktis, baik dalam proses maupun dalam kegunaan akhir dari produk, tentu

dengan jaminan standar mutu dan kesehatan yang prima (Idral, 2007).

Pengendalian mutu air sangat penting terutama untuk pembuatan minuman

berkarbonasi, karena kesadahan karbonat yang tinggi (alkalinitas) dapat

menyebabkan minuman asam menjadi tidak lezat dan rasanya menjadi tawar.

Karena minuman ini pada hakekatnya adalah air maka rasa atau bau apapun yang

kurang menyenangkan yang ada di dalam air akan mempengaruhi rasa produk

akhir. Kejernihan yang tinggi dari sebagian besar minuman ringan merupakan

faktor penting dari segi pemasaran ( Buckle et al., 1987),

Menurut Zeofil (2008) air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air

Minum Dalam Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara

langsung tanpa harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air minum

dalam kemasan merupakan air yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 ltr

atau 5 galon , 1500 ml / 600 ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup).

Menurut Idral (2007) dari definisi air sehat, yang terbebas dari segala

jangkitan kuman, baik yang terlihat maupun yang tidak kelihatan dengan mata

biasa karena ukurannya yang sangat kecil, dibuatlah standar air sehat yang

dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) yang disertifikasi oleh

International Water Association (IWA) yang berpusat di United Kingdom. Pada

tabel 2.1 merupakan standart air minum dalam kemasan menurut Standart

Nasional Indonesia.

Air kemasan diproses dalam beberapa tahap baik menggunakan proses

pemurnian air (Reverse Osmosis / Tanpa Mineral) maupun proses biasa Water

treatment processing (Mineral), dimana sumber air yang digunakan untuk Air

kemasan mineral berasal dari mata air pengunungan, Untuk Air kemasan Non

mineral biasanya dapat juga digunakan dengan sumber mata air tanah / mata air

pengunungan. Proses Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) harus melalui proses

tahapan baik secara klinis maupun secara hukum, secara higines klinis biasanya

disahkan menurut peraturan pemerintah memalui Departemen Badan Balai

Pengawasan Obat Dan Makanan (Badan POM RI) baik dari segi kimia, fisika,

microbiologi, dll. Tahapan secara hukum biasanya melalui proses pengukuhan

merek dagang, hak paten, sertifikasi dan asosiasi yang mana keseluruhannya

Page 3: BAB II FIX

6

mengacu pada peraturan pemerintah melalui DEPERINDAG, Untuk SNI (Standar

Nasional Indonesia), Merek Dagang dll ( Zeofil, 2008).

Tabel 2.1. Standart Air Minum Menurut Standart Nasional Indonesia

NO KRITERIA UJI SATUAN PERSYARATAN 1.1.11.21.3

KeadaanBauRasaWarna

--

Unit PtCo

Tidak berbauNormalMaks 5

2 PH - 6.5 – 8.53 Kekeruhan NTU Maks 54 Kesadahan, sebagai

CaCO3

Mg/I Maks 150

5 Zat yang larut Mg/I Maks 5006 Zat Organik (angka

KMnO4)Mg/I Maks 1.0

7 Nitrat dihitung sebagai (NO3)

Mg/I Maks 4.5

8 Nitrit dihitung sebagai (NO2)

Mg/I Maks 0.005

9 Amonium (NH4) Mg/I Maks 0.1510 Sulfat (SO4) Mg/I Maks 20011 Klorida (Cl) Mg/I Maks 25012 Fluorida (F) Mg/I Maks 113 Sianida (CN) Mg/I Maks 0.0514 Besi (Fe) Mg/I Maks 0.315 Mangan (Mn) Mg/I Maks 0.0516 Klor bebas Mg/I Maks 0.31717.117.217.317.4

Cemaran logam :Timbal (Pb)Tembaga (Cu)Kadmium (Cd) Raksa (Hg)

Mg/IMg/IMg/IMg/I

Maks 0.005Maks 0.5Maks 0.005Maks 0.001

18 Cemaran Arsen (As) Mg/I Maks 0.051919.119.219.3

19.419.5

Cemaran mikroba :Angka lempeng total awalAngka lempengan totalBakteri bentuk coli

C. perfringensSalmonella

Koloni/mlKoloni/ml

APM/100 mlKoloni/100 ml

--

Maks 1.0 x 102

Maks 1.0 x 105

< 2NolNegatif/100 mlNegatif/100 ml

Sumber : www.dprin.co.id (1994)

Adapun proses Pengolahan air untuk menjadikan air siap dikemas dan

dipasarkan secara umum, ada beberapa proses yang harus dilalui antara lain

( Zeofil, 2008) :

Page 4: BAB II FIX

7

Proses Water Treatment System

Proses Water Sterlisasi

Proses Quality Control System

Proses Pengemasan ( Gallon, Bottle, Cup, dll)

Proses Pengepakan

Proses Distribusi

2.2. Gula

Gula merupakan sumber energi yang dapat segera diasimilasi. Tanaman

itu sendiri memberikan hasil energi yang sangat tinggi per luas areal penanaman.

Oleh karenanya gula mempunyai fungsi gizi yang penting sebagai sumber kalori

bagi tubuh manusia (Tranggono dan Widaryanto, 1986).

Bahan pemanis yang digunakan dalam industri minuman ringan

merupakan gula berkualitas tinggi. Pada umumnya digunakan gula dalam bentuk

sirup tidak berwarna. Gula dengan kualitas rendah akan berpengaruh terhadap

rasa, bau, penampakan, dan stabilitas minuman yang dihasilkan. Dalam

penggunaannya, bahan pemanis ini banyak disuplementasikan dengan cita rasa

asam, zat warna, pengawet, dan lain-lain yang dipadukan dalam perbandingan

yang tepat, tergantung flavour yang diinginkan. Cita rasa sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu produk minuman ringan (Otmer dan Kirk, 1978).

Kualitas gula juga dapat dipengaruhi oleh proses pemurniannya, terutama

berkaitan dengan bahan pemurni yang digunakan dalam proses pembuatan gula.

Dalam Soejardi (1975), dinyatakan bahwa ada 3 jenis proses pemurnian dalam

proses pembuatan gula, yaitu defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi. Defekasi

merupakan proses pengolahan gula yang paling sederhana, dimana hanya

digunakan kapur sebagai bahan pemurni. Sementara pada sulfitasi digunakan

bahan pemurni kapur dan CO2. Gula yang didapat dari proses ini berwarna putih.

Bahan pemurni yang digunakan dalam proses karbonatasi juga kapur dan CO2,

hanya saja jumlah kapur yang digunakan pada proses ini hampir 10 kali

banyaknya dibandingkan untuk proses sulfitasi.

Page 5: BAB II FIX

8

2.3 Karbondioksida

Karbondioksida juga sangat penting sebagai bahan pengawet di minuman

ringan. Walaupun sebenarnya masa simpan yang dapat dicapai relatif rendah,

namun secara umum cukup memadai untuk diterapkan pada tujuan-tujuan praktis.

Dari hasil penelitian juga telah diketahui bahwa minuman yang mengandung CO2

memiliki ketahanan terhadap kerusakan microbial yang lebih baik daripada

minuman biasa (Jager, 1996).

Efek karbondioksida dalam suatu produk tergantung pada beberapa faktor.

Pertama, karbondioksida dapat menggantikan oksigen yang merupakan materi

potensial bagi beberapa mikroorganisme. Kedua, karbondioksida memiliki fungsi

sebagai antimicrobial yang dapat menghambat metabolisme beberapa

mikroorganisme. Pada akhirnya, jika ditambahkan dalam jumlah besar CO2 dapat

mengubah pH pada makanan dan hal tersebut dapat mengurangi faktor pendukung

kehidupan mikroorganisme (Jager, 1996).

Karbondioksida (CO2) dapat membunuh, menstimulasi, menghambat, atau

bahkan tidak memiliki efek tertentu dari pertumbuhan mikroorganisme. Hal itu

tergantung dari jenis organisme, konsentrasi CO2, suhu inkubasi, usia sel saat CO2

digunakan, dan Aw medium. Biasanya pada sebagian besar yeast, jamur, dan

bakteri dihambat oleh CO2 pada konsentrasi 5-5 % (v/v fase gas). Penghambatan

meningkat secara linier dengan penambahan konsentrasi, tetapi hal tersebut tidak

100% bisa mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Karbondioksida adalah

penghambat utama dari mikroorganisme pembusuk psikotropik yang tumbuh pada

produk daging seperti daging sapi, babi, unggas, dan ikan, serta telur, buah, dan

sayuran. Pada konsentrasi CO2 yang lebih rendah cenderung untuk tidak memiliki

efek yang nyata. Walaupun mekanisme penghambatan tersebut masih menjadi

bahan perdebatan, namun tetap saja pada hasil akhir memperlihatkan bahwa

memang terjadi perlambatan fase lag dan generation time yang secara keseluruhan

menghambat populasi mikroba (Robertson, 1993).

2.4 Karbonasi

Pada proses karbonasi produk harus didinginkan mencapai 1-3 °C sebelum

tiba di filter untuk meminimalkan kehilangan gas CO2. Tingkat karbonasi

Page 6: BAB II FIX

9

minuman ringan ditekan secara khusus pada volume g/l CO2. Satu volume sama

dengan kira-kira 2 g/l pada suhu ruang. Setiap volume menghasilkan tekanan

dalam sekitar 1 atm (100 kPa). Suhu memiliki efek yang signifikan dengan

tekanan dalam. Untuk minuman yang bervolume, contohnya cola, mencapai

tekanan 7 atm pada suhu 38°C dan mencapai 10 atm pada kondisi penyimpanan

maksimum atau suhu pasteurisasi. Level karbonasi minuman ringan rata-rata dan

volume 1,5 untuk minuman ringan dari buah, mencapai volume 4 untuk minuman

cola dan 5 untuk club soda atau ginger ale (AWWA and ASCE, 1998).

Penambahan CO2 dengan jumlah besar ke dalam larutan pada tekanan

atmosfer akan menyebabkan adsorbsi permukaan oleh koloid dan terjadi ikatan

kimia.. Ini menunjukkan bahwa komponen karbarnino dibentuk dalam beberapa

produk dengan sangat cepat karena reaksi reversibel antara CO2 dengan amino

bebas dari asam amino dan protein (Fennema, 1996).

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi karbonasi (Desrosier,

1988):

a. Tekanan dalam sistem

CO2 akan mudah larut pada kondisi tekanan yang tinggi.

b. Suhu cairan

Pengikatan CO2 pada air memerlukan kondisi pada suhu rendah. Oleh

karena itu, dalam tangki karbonator dilakukan proses pendinginan

(refrigerasi) dengan menggunakan amoniak (NH3) sebagai media

pendinginnya.

c. Waktu kontak antara cairan dengan CO2

Waktu kontak yang lebih lama akan mempermudah pelarutan CO2

dalam air.

d. Luas permukaan kontak antara cairan dan CO2

Semakin besar luas permukaan kontak antara cairan dan CO2, maka

CO2 akan semakin mudah larut.

e. Afinitas atau daya tarik-menarik antara cairan dengan CO2 (afinitas

menurun dengan meningkatnya kandungan gula)

Daya tarik-menarik antara air dengan gula lebih besar daripada daya

tarik-menarik antara air dengan CO2. Konsentrasi gula yang tinggi

Page 7: BAB II FIX

10

akan mempersulit pelarutan CO2 dalam air, karena CO2 dalam air akan

didesak keluar oleh gula. Sehingga konsentrasi gula harus diatur

sedemikian rupa agar pelarutan CO2 dapat maksimal dan pelepasan

CO2 terjadi seperti yang diinginkan.

f. Adanya gas lain

Air mengandung berbagai macam gas terlarut, salah satu contohnya

adalah gas O2. Jika air mempunyai kandungan gas O2 yang tinggi,

maka air akan sulit untuk melarutkan gas CO2. Oleh sebab itu, perlu

adanya proses deaerasi, yaitu proses penghilangan sebagian gas terlarut

(O2) dalam air menggunakan pompa vakum.

2.5 Minuman Ringan Berkarbonasi

Akhir-akhir ini di pasaran banyak beredar beberapa minuman, baik dalam

kemasan botol, kaleng, maupun plastic. Industri minuman secara umum

dibedakan menjadi 3 jenis industri, yaitu industri minuman beralkohol, industri

minuman teh, kopi, dan coklat, serta industri minuman ringan / soft drink

(Norman, 1978).

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alcohol, baik

yang berkarbonat maupun yang tidak berkarbonat. Dilihat dari kepekatan gulanya

minuman ringan dapat dibagi lagi menjadi minuman yang siap diminum (limun)

dan minuman yang harus diencerkan sebelum diminum (sirup). Komponen utama

penyusun minuman ringan adalah air dan gula sedangkan komponen lainnya

hanya sedikit (Norman, 1978).

Minuman ringan berkarbonasi adalah minuman yang dikarbonasi, diberi

perasa, non-alkoholik, dan biasa diminum dalam keadaan dingin. Minuman ringan

biasa dikemas dalam botol atau kaleng. Minuman ringan pada umumnya

mengandung air yang telah dimurnikan (hingga standar tertentu), high fructose

syrup, gula, karbondioksida (yang membentuk gelembung-gelembung dan

meningkatkan rasa), senyawa natrium, dan perasa (Cabbalero, 2005).

Tahap penting dalam pembuatan minuman ringan berkarbonasi adalah

pada tahap proses karbonasi itu sendiri. Dalam proses karbonasi, mutlak

diperlukan tekanan tinggi supaya gas CO2 dapat mengisi rongga-rongga di dalam

Page 8: BAB II FIX

11

struktur cairan. Tekanan tinggi tersebutlah yang menyebabkan timbulnya suara

berdesis, ketika minuman berkarbonasi dibuka dari kaleng ataupun botol. Suara

desis tersebut berasal dari tekanan pada permukaan air soda yang turun dengan

sangat cepat, sehingga gas karbondioksida dalam minuman berusaha lepas. Gas

karbondioksida tidak lepas sendiri-sendiri, namun membentuk molekul yang

disebut nukleus sehingga mereka mempunyai tenaga untuk melawan cairan,

melepaskan diri ke permukaan (Anonim, 2007).

Tabel 2.2 Komposisi Minuman Ringan Berkarbonasi

FLAVOR GULA( BRIKS) KARBONASI ASAM(%) PH

Cola flavors 10.5 3.4 0.09 2.6

Root beer 9.9 3.3 0.04 4.0

Lemon dan lime 12.6 2.4 0.1 3.0

Orange 13.4 2.3 0.19 3.4

Grape 13.2 2.2 0.10 3.0

Rasberry 12.3 3.0 0.13 3.0

Cherry 12.0 2.4 0.09 3.7

Ginger Ales 9.5 3.8 0.1 -

Sumber : Norman (1978).

Penambahan karbondioksida (karbonasi) ke produk cair seperti minuman

ringan berkarbonasi, bir, wine (anggur), dan beberapa jus buah akan menyebabkan

berbuih, memiliki rasa tajam dan sedikit asam. Kandungan CO2 dan metode

penambahannya dalam minuman sangat bervariasi, tergantung pada jenis produk.

Proses karbonasi seringkali dilakukan pada temperature rendah (4 C) dan tekanan

tinggi untuk meningkatkan kelarutan CO2 (Fennema, 1988).

2.6 Pengemasan

Pengemasan merupakan proses terakhir dari seluruh rentetan proses

produksi suatu bahan pangan dengan tujuan untuk menjamin keamanan produk

yang dihasilkan sampai kepada tangan konsumen. Bagi konsumen, kemasan tidak

lain hanyalah sebagai wadah atau tempat yang sekaligus berfungsi untuk

melindungi produk dari kemungkinan adanya pencemaran yang dapat merusak

produk, dan terlebih lagi untuk diketahui tujuan dari konsumen membeli suatu

Page 9: BAB II FIX

12

produk adalah untuk mendapatkan isi atau produk yang ditawarkan dan bukan

kemasannya (Susanto, 1994).

Dalam industri makanan dan minuman, pengemasan merupakan proses

akhir yang sangat menentukan kelancaran proses distribusi atau pemasaran

produk. Karena pada bahan pengemas atau kemasan terdapat label berisi

informasi atau gambar-gambar, dimana hal ini merupakan daya tarik pertama bagi

konsumen untuk membeli produk tersebut. Kemasan dapat berupa botol, kaleng,

maupun kertas (Susanto, 1993).

Persyaratan bahan pengemas antara lain harus mampu menghindari

kerusakan mikrobiologis, fisik, mekanis, khemis, dan biologis. Serta tidak

menyebabkan perubahan warna, cita rasa, maupun perubahan lainnya terhadap

produk, dan juga tidak beracun (Susanto, 1993).

Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang

tepat bagi bahan makanan. Pengemasan juga bertujuan membatasi antara bahan

pangan dengan keadaan normal sekeliling dan untuk menunda proses kerusakan

dalam jangka waktu tertentu (Robertson, 1993).

Minuman berkarbonat umumnya dikemas dalam botol (gelas/plastik) atau

kaleng. Menurut Susanto dan Saneto (1994), masing-masing pengemas

mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain:

a. Botol gelas, dapat digunakan ulang (reuse) tanpa mengalami

pengolahan atau perubahan bentuk, akan tetapi harus melalui proses

pencucian dan sterilisasi dengan menggunakan detergen dan soda

kaustik.

b. Botol plastik, dapat didaur ulang (recycle) dengan pengolahan fisik atau

kimiawi untuk menghasilkan produk sama atau produk yang lain.

c. Kaleng, dapat melindungi produk dari cahaya, mencegah kandungan

produk yang mudah teroksidasi karena cahaya maupun udara dalam

kaleng, akan tetapi relatif lebih mini karena terbuat dari plat baja

dengan lapisan timah atau dari alumunium.

2.6.1 Botol Gelas (Returnable Glass Bottle/RGB)

Botol gelas dibuat dengan mencampur pasir dengan soda abu, kapur atau

campuran alkali yang lain. Beberapa keuntungan pemakaian bahan pengemas dari

Page 10: BAB II FIX

13

botol gelas adalah dapat dibentuk dengan berbagai macam desain, dapat diwarnai

dengan berbagai macam warna, bersifat transparan, tidak mempengaruhi produk

yang dikemas, kedap terhadap gas, uap air dan bau, memberi keawetan aroma,

rasa dan warna produk yang dikemas, dapat disterilisasi dan divakum, serta tahan

terhadap penambahan suhu yang tinggi dan rendah. Sedangkan kekurangan dan

bahan pengemas botol kaca adalah bersifat rapuh serta mudah pecah jika

permukaannnya tergores dan kena benturan (Susanto dan Sucipta, 1994).

Pengemas gelas / bahan kaca masih termasuk dalam golongan wadah yang

masih banyak digunakan sebagai pengemas untuk makanan dan minuman seperti

susu, selai, minuman ber CO2, sari buah, juga kemasan ukuran kecil bagi

komoditas pangan lain seperti daging, pasta ikan atau jamu, sekitar 80 %, susu

90%, jam 60% dan minuman ringan yang dikemas dengan wadah gelas atau kaca.

Kemasan gelas umunya terbuat dari gelas yang mengandung silikat antara 70-75

% dan sejumlah oksida-oksida organik.

Beberapa keuntungan pemakaian kemasan yang terbuat dari gelas

diantaranya

1. Gelas mempunyai sifat transparan sehingga produk yang dikemas dapat

dilihat dengan jelas oleh konsumen

2. Kemasan yang terbuat dari bahan gelas tidak akan mempengaruhi

produk yang dikemas

3. Gelas merupakan bahan pengemas yang kedap terhadap gas, uap air,

dan bau

4. Kemasan gelas dapat memberikan keawetan aroma, rasa, dan warna

produk yang dikemas

5. Kemasan gelas dapat diproduksi dan dibentuk dengan berbagai macam

design

6. Gelas dapat pula diwarnai dengan berbagai macam warna sesuai

dengan kebutuhan produk yang akan dikemas

7. Kemasan yang terbuat dari bahan gelas dapat disterilisasi dan

divakumkan

Page 11: BAB II FIX

14

8. Kemasan yang terbuat dari gelas biasanya tahan terhadap perubahan

suhu rendah dan tinggi dengan catatan suhu tersebut tidak berubah

secara cepat.

Di samping kemasan yang terbuat dari gelas mempunyai keuntungan-

keuntungan tersebut di atas, kemasan ini juga memiliki beberapa kelemahan

diantaranya adalah :

1. Kemasan yang terbuat dari gelas mempunyai sifat yang rapuh

2. Gelas mudah sekali mengalami pecah apabila permukaannya tergores

atau bila terkena benturan (Susanto dan Sucipta, 1994).

Kemasan gelas dalam bentuk botol mempunyai bagian leher berbentuk

bulat dan jauh lebih sempit daripada bagian badannya. Ukuran leher yang sempit

ini akan mempermudah pengeluaran isinya juga dapat digunakan untuk

mengurangi ukuran tutup. Pada umumnya botol dipakai untuk mengemas produk

dalam bentuk cair atau bahan padat yang lembut misalnya juice, sirup, minuman,

kecap, dan akhir-akhir ini banyak juga dipakai sebagai pengemas bibit jamur

merang, bibit anggrek, dan sebagainya (Susanto dan Sucipta, 1994).

Kemasan gelas ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari

kaleng atau aluminium. Penutupan ialah mengeratkan suatu tutup dengan botol

baik di atas leher, sisi leher, maupun pada bahu leher botol (Desrosier, 1988).

Kegagalan penutupan dapat disebabkan oleh kesalahan gelas kemas (retak

pada bibir botol), kesalahan penggunaan tutup, pemanasan yang tidak cukup,

reaksi-reaksi bahan pangan dengan tutup, menggunakan suatu senyawa penutup

yang kurang memadai, salah pakai gelas kemas dan tutup sebelum dan sesudah

proses pemanasan, kelemahan fisis, dan kimia tutup (Desrosier, 1988).

2.6.2 Botol Plastik (Polyethylene Terephthalate/PET)

PET (Polyethylene Terephthalate), nama IUPAC-nya adalah

polyoxyethilene-oxiterephthaloyl, dikenal sebagai serat film. PET dapat dibuat

dengan mereaksikan ethylene glycol dengan terephtalic acid, dimana dimethyl

ester dari terephtalic acid digunakan untuk mengontrol reaksi. PET mempunyai

Page 12: BAB II FIX

15

suhu leleh kristal (Tm) sampai 267oC dan suhu transisi gelas (Tg) antara 67-80 oC

sehingga bersifat tahan panas (Robertson, 1993).

Pada akhir tahun 1970, dikembangkan PET dalam bentuk lembaran

menjadi botol (stretch-bowl molded). Pelemasan ditujukan untuk mendapatkan

daya renggang yang maksimal untuk membentuk barrier gas, hal ini akan

menyebabkan botol menjadi ringan sehingga lebih ekonomis. Botol PET ini

banyak digunakan untuk minuman berkarbonasi (Robertson, 1993).

Dibandingkan dengan botol gelas, kehilangan CO2 melalui dinding botol

lebih tinggi pada botol PET. Meningkatkan ketebalan dinding botol akan

menurunkan rata-rata kehilangan CO2, tetapi hal ini akan meningkatkan biaya.

PET (seperti kebanyakan termoplastik) akan menggembung dalam beberapa hari

setelah pengisian. Pengembangan ini akan hilang jika botol dibuka dan tekanan

dalam dibebaskan. Pengembangan akan meningkatkan 2,5% volume botol selama

3-4 hari pertama setelah pengisian pada kondisi penyimpanan normal (Robertson,

1993).

Perkembangan dunia kemasan saat ini juga telah menempatkan plastik

sebagai bagian yang sangat penting dalam industri pengemasan. Hal ini

dikarenakan plastik memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan-

bahan pengemas lainnya, diantaranya harganya relatif lebih murah, dapat dibentuk

berbagai rupa, warna, serta bentuknya lebih disukai oleh konsumen (Susanto dan

Sucipta, 1994).

2.7 Pengisian

Penggunaan jenis mesin pengisian tergantung dari kondisi produk dan

jumlah produk yang akan dikemas. Mesinnya bekerja berdasarkan gravitasi,

tekanan dan vacuum. Filler volumetri misalnya filler piston, pada umumnya

digunakan untuk makanan berbentuk cairan, pasta, bubuk dan partikel. Filling

head dari botol harus masuk range. Kontainer glass seharusnya memiliki head

space 6-10 % dari volume kontainer pada kondisi penutupan normal (Fellows,

1990).

Page 13: BAB II FIX

16

2.8 Penutupan

Cara-cara penutupan botol ada tiga cara yaitu (Fellows, 1990):

Pressure seal, biasanya digunakan pada minuman beverage berkarbonasi.

Seal yang termasuk disini adalah cork, crown atau aluminium roll-on

sgrew caps. Hasilnya, tekanan di dalam botol biasanya lebih tinggi

daripada di dalam botol.

Normal seal, digunakan untuk minuman seperti susu pasteurisasi atau

wine. Seal yang termasuk disini adalah cork dan aluminium foil caps.

Vacuum seals, biasanya digunakan untuk pembotolan pasta. Botol dalam

keadaan vakum untuk mengurangi O2 dalam wadah agar tidak terjadi

reaksi yang tidak diinginkan).