BAB II fito
Transcript of BAB II fito
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori umum
Farmakognosi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan bidang farmasi yang
secara teoritis dan praktis membahas tentang bahan alam yang dapat digunakan sebagai
obat. Praktikum farmakognosi secara praktis mengutamakan keterampilan pengolahan
sumber bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat bahan alam. Sumber bahan alam
dapat berasal dari bahan alam nabati yaitu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, bahan
alam hewani yaitu bahan alam yang berasal dari hewan dan bahan alam mineral. Diantara
ketiga sumber bahan alam tersebut, maka bahan alam nabati paling banyak dgunakan dan
sediaan bahan alam dapat berbentuk simplisia.
Simplisia merupakan bahan alami yang dapat digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, simplisia berrupa bahan yang telah
dikeringkan. Proses pembuatan simplisia terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengumpulan
bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan,
penyimpanan dan pemeriksaan mutu atau metode standarisasi.
Pada praktikum farmakognosi ini dilakukan ekstraksi pada simplisia. Ekstraksi
merupakan proses yang dilakukan untuk menarik atau mengeluarkan zat aktif dari bahan
alam dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut organik yang sesuai.
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan denganadanya pendingin
balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residupertama sampai 3-5 kali sehingga
proses ekstraksi sempurna (Voight, 1971).
Refluks adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks
dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut di dalam labu bundar. Dengan
pemanasan, proses ekstraksi lebih cepat, adanya kondensor akan mendestilasi . pelarut
sehingga seolah-olah ditambahkan pelarut baru ke dalam system sehingga dapat menarik
lebih banyak zat aktif.
Refluks Merupakan teknik laboratorium dengan cara mendidihkan cairan dalam
wadah yang disambungkan dengan kondensor sehingga cairan terus menerus kembali
kedalam wadah. Teknik ini digunakan untuk melaksanakan reaksi dalam waktu lama,
semisal sintesis organik.(Freiser, 1957)
Refluks adalah mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji, dan herba. Sampel atau
bahan yang akan diekstraksi ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
diisi dengan cairan penyari yang sesuai misalnya metanol sampai serbuk simplisia
terendam kurang lebih 2 cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3 volume labu kemudian
labu alas bulat dipasang kuat pada statif dan ditempatkan diatas water bath atau heating
mantel lalu dipasang kondensor pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada
statif. Aliran air dan pemanas dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan.
Setelah 4 jam dilakukan penyaringan, filtrat ditampung dalam wadah penampung dan
ampasnya ditambah laju dengan pelarut dan dikerjakan seperti semula. Ekstraksi dilakukan
selama 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan alat rotavapor
(Makhmud, 2001).
Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode berkesinambungan, cairan
penyari secara kontinyu menyari zay aktif dalam simplisia. Penarikan komponen kimia
yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bila menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3 – 4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan. Wiro Alex, 2009, ekstraksi, 10 Oktober 2011, www.wiropharmacyblog.com)
Pemanasan dimaksudkan untuk mempermudah cairan penyari menembus dinding
sel simplisia, karena dengan pemanasan sel simplisia mengalami pengembangan sehingga
rongga-rongga selnya terbuka dengan demikian pelarut mudah mencapai zat aktif di dalam
sel dan melarutkannya sehingga keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel
cepat tercapai dan menyebabkan proses ekstraksi cepat pula tercapai. Selain itu pemanasan
dapat memurnikan cairan penyari kembali melalui proses kondensasi. Pada penguapan
terjadi perubahan wujud dari fase cair menjadi fase gas atau uap dan selanjutnya setelah
mencapai kondensor berubah menjadi fase cair kembali. Pada fase uap zat aktif tidak ikut
menguap karena titik didihnya belum tercapai kecuali minyak menguap ikut pula menguap,
sedangkan fase uap tersebut akan mengembun karena adanya pengaruh ekstern dengan
suhu yna rendah sehingga terjadi perubahan wujud dari uap menjadi cair. (Tim Dosen UIT,
2011).
Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap
pemanasan
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode
ini adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.
Keuntungan dari metode refluks adalah Digunakan untuk mengekstraksi sampel-
sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan Tahan pemanasan langsung.
Kerugian dari metode refluks adalah Membutuhkan volume total pelarut yang
besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator (http://www.catatankimia.com/metoda-
ekstraksi.html).
Keuntungan :
Digunakan untuk mengekstraksi sampel2 yang memiliki tekstur kasar
Kerugian :
Butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi operator
Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan
kedalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
.