BAB II DASAR TEORI 2.1 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK …
Transcript of BAB II DASAR TEORI 2.1 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK …
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK [7]
2.1.1 Peraturan
Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesian harus
mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PUIL (Peraturan umum Instalasi Listrik)
yang diterbitkan tahun 1977, kemudian direvisi tahun 1987 dan terakhir tahun
2000. Tujuan dari Peraturan umum Instalasi Listrik di Indonesia adalah:
1. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.
2. Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
3. Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan
listrik.
4. Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.
Agar energi listrik dapat dimanfaatkan secara aman dan efisien, maka ada syarat-
syarat yang harus dipatuhi oleh pengguna energi listrik. Peraturan instalasi listrik
terdapat dalam buku Peraturan Umum Instalasi Listrik atau yang seing disingkat
dengan PUIL. Di mulai dari tahun 2000, kemudian direviri tahun 1987, dan
terakhir tahun 2000. Sistem instalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik
(tegangan, frekwensi), peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan
keamanan, sudah diataur dalam PUIL. Jadi setiap perencana instalasi listrik,
instalatir (pelaksana), Operator, pemeriksa dan pemakai jasa listrik wajib
mengetahui dan memahami Peraturan Umum Instalasi listrik (PUIL). PUIL tidak
berlaku bagi beberapa sistem intalasi listrik tertentu seperti :
7
a. Bagian instalasi tegangan rendah untuk menyalurkan berita atau isyarat.
b. Instalasi untuk keperluan telekomunikasi dan instalasi kereta rel listrik.
c. Instalasi dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan
yang digerakan secara mekanis.
d. Instalasi listrik pertambangan di bawah tanah.
e. Instalasi tegangan rendah tidak melebihi 25 V dan daya kurang dari 100
W.
f. Instalasi khusus yang diawasi oleh instansi yang berwenang (misalnya :
instalasi untuk telekomunikasi, pengawasan, pembangkitan, transmisi,
distribusi tenaga listrik untuk daerah wewenang instansi kelistrikan
tersebut).
Pada ayat 103 A1 dari PUIL merupakan peraturan lain yang berkaitan dengan
instalasi listrik, yakni :
a. Undang-Undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
b. Peraturan Bangunan Nasional.
c. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972, tentang Perusahaan Listrik Negara.
d. Peraturan lainnya mengenai kelistrikan yang tidak bertentangan dengan PUIL.
Suatu peralatan listrik boleh dipergunakan untuk instalasi apabila :
Memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 2000.
Telah mendapat pengesahan atau izin dari instansi yang berwenang (ayat 202
A2)
8
Berdasarkan ketentuan PUIL 2000 ayat 202 B1 : semua instalasi yang selesai
dipasang sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diuji lebih dahulu.
2.1.2 Pengujian Peralatan Listrik [11]
Di negara kita semua peralatan listrik sebelum digunakan oleh konsumen harus
melalaui uji kelayakan. Menurut ayat 202 A2 semua peralatan listrik yang akan
dipergunakan instalasi harus memenuhi ketentuan PUIL. Di Indonesia peralatan
listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum Listrik Negara, yaitu
Lembaga Masalah Kelistrikan disingkat LMK. Peralatan listrik yang mutunya
diawasi oleh LMK dan disetujui, diizinkan untuk memakai tanda LMK. Bahan
yang berselubung bahan termoplastik, misalnya berselubung PVC, tanda ini
dibuat timbul dan diletakan pada selubung luar kabel. Lambang persetujuan ini
dipasang pada kabel yang berselubung PVC, misalnya kabel NYM. Sedangkan
unruk kabel yang kcelil seperti NYA, lambang persetujuan dari LMK berupa
kartu. Di negara kita peralatan listrik yang telah diawasi mutu produksinya oleh
LMK baru kabel-kabel buatan dalam negeri.
2.1.3 Simbol-simbol Instalasi Listrik [7]
Selain menguasai peraturan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi,
seorang ahli listrik juga harus mahir membaca gambar instalasi. Denah ruangan
yang akan dilengkapi dengan instalasi pada umumnya digambar dengan skala 1 :
100 atau 1 : 50. Ukuran gambar menentukan ukuran lambang yang digunakan,
tetapi supaya hasilnya rapi maka perbandingan antara ukuran lambang haru
seragam. Jumlah lambang dibatasi sedapat mungkin hanya yang perlu digambar
saja dan sesederhana mungkin. Apabila ada alat yang lambangnya belum
9
dilakukan, maka dipilih suatu lambang dan artinya dijelaskan dalam gambar.
Lambang yang penting dapat digambar lebih tebal atau lebih besar sehingga lebih
menonjol.
2.1.4 Gambar Instalasi Listrik
Gambar instalasi listrik secara umum dibagi dua bagian yaitu : menurut tujuan
dan Cara menggambar. Pembagian gambar menurut tujuan meliputi :
a. Diagram yang sifatnya menjelaskan : diagram dasar, diagram lingkaran
arus, dan diagram instalasi.
b. Diagram Pelaksanaan, yaitu : diagram pengawatan dan dan diagram
saluran
c. Gambar Instalasi.
d. Gambar situasi.
Sedangkan pembagian menurut cara mengambar dibedakan berdasarkan kepada :
cara menggambar dengan garis tunggal dan cara mengambar dengan garis ganda.
a. Diagram Dasar
Diagram dasar dimaksudkan untuk menjelaskan cara kerja suatu instalasi secara
elementar gambar 2.1 a memperlihatkan diagram dasar suatu perlengkapan
hubung bagi (PHB) yang digambar dengan cara disederhanakan, gambar 2.1 b
memperlihatkan diagram yang sama diagram secara terperinci.
10
Gambar 2.1 Contoh gambar instalasi
b. Diagram Lingkaran Arus
Diagram lingkaran arus maksudnya untuk menjelaskan cara kerja suatu rangkaian,
merencanakan suatu rangkaian yang rumit dan untuk mengatasi kerusakan yang
terjadi pada rangkaian. Diagram lingkaran arus digambarkan dengan saklar selalu
bergerak dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas.
c. Diagram Pengawatan
Diagram Pengawatan memperlihatakan cara pelaksanaan pengawatan peralatan
instalasi listrik.
d. Diagram Saluran
Diagram saluran memperlihatkan hubungan antara bagian-bagian instalasi.
Diagram ini dapat digambarkan berupa diagram topografis yang menggambarkan
saluran sebenarnya.
e. Gambar Instalasi dan Diagram Instalasi
Gambar instalasi dapat berupa titik beban tanpa digambarkan saluran instalasinya,
bagi seorang instalatir dapat menentukan sendiri letak saluran instalasinya tetapi
dengan ketentuan harus aman dari bahaya kebakaran / hubung singkat. Untuk
11
instalasi pada bangunan yang luas dan melayani beban yang banyak saluran-
salurannya harus digambarkan secara jelas. Pada gambar instalasi harus disertai
dengan diagram instalasi. Diagram instalasi ini memberikan gambaran hubungan
dengan meter listrik, jumlah beban yang harus dilayani, jenis kabel, dan kapasitas
pengaman yang harus dipasang pada instalasi sebenarnya. Gambar instalasi sering
dilengkapi dengan diagram instalasi. Gambar 2.2 memperlihatkan diagram
instalasi sederhana. Dari keterangan yang tercantum dalam diagram instalasi dapat
ditentukan apakah instalasinya sesuai dengan peraturan atau tidak.
Gambar 2.2 Contoh gambar diagram instalasi
f. Gambar Situasi
Gambar situasi memberikan gambaran secara jelas letak gedung serta instalasi
yang akan dihubungkan dengan jaringan PLN. Keterngan ini diperlukan oleh PLN
untuk memudahkan menetukan kemungkinan penyambungan serta pembiayaanya.
g. Diagram Garis Ganda dan Diagram Tunggal
Diagarm garis tunggal biasanya disebut digram perencanaan instalasi listrik,
sedangkan diagram garis ganda disebut diagram pelaksanaan. Diagram garis
tunggal diterapkan pada instalasi rumah sederhana maupun instalasi gedung –
gedung sederhana hingga gedung besar / bertingkat dan juga pada diagram panel
12
bagi dan rekapitulasi beban. Contoh diagram garis tunggal dapat dilihat pada
gambar 2.3
Gambar 2.3 Diagram garis ganda dan garis tunggal
2.2 KOMPONEN-KOMPONEN INSTALASI LISTRIK [11]
2.2.1 Komponen Pokok Instalasi
Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam
suatu rangkaian instalasi listrik. Dalam pemasangan instalasi listrik banyak
macamnya, untuk memudahkan bagi instalatir komponen tersebut dikelompokan :
Bahan Penghantar
Kotak Kontak
Fiting
Saklar
Pengaman
Peralatan Pelindung
Komponen instalasi listrik yang akan dipasang pada instalasi listrik, harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Keandalan, menjamin kelangsungan kerja instalasi listrik pada kondisi normal.
13
b. Keamanan, komponen instalasi yang dipasang dapat menjamin keamanan
system instalasi listrik.
c. Kontinuitas, komponren dapat bekerja secara terus menerus pada kondisi
normal.
2.2.2 Bahan Penghantar
a. Jenis bahan penghantar
Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada umumnya digunakan bahan
tembaga dan alumunium. Untuk penghantar tembaga kemurniannya minimal 99,9
%. Tahanan jenis yang disyaratkan tidak melebihi 0,017241 ohm mm2/m pada
suhu 200⁰ C, atau sama dengan daya hantar 50 siemen =100% IACS (International
Annealid Copper Standard). Koefisien suhu pada suhu awal 200⁰ C adalah 0,04%
per derajat celcius. Bila terjadi kenaikan suhu 100⁰ C akan terjadi kenaikan
tahanan jenis 4%. Luas penamapang penghantar teambaga harus memenuhi
standar internasional.
b. Kabel instalasi berselubung
Penggunaan kabel instalasi berselubung jika dibandingkan dengan dalam pipa
diantaranya :
Lebih mudah dibengkokan.
Lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau gas tajam.
Sambungan dengan alat pemakai dapat ditiup lebih rapat.
14
2.2.3 Kontak Listrik
a. Kotak-kontak (stop kontak)
Kotak kontak merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan listrik yang
diperlukan untuk pesawat atau alat listrik. Tegangan Sunber listrik ini diperoleh
dari hantaran fasa dan netaral yang berasal dari PLN. Simbol dan jenis kotak
kontak dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Jenis Kotak Kontak
b. Kontak hubung bagi
Kotak PHB harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan
kukuh (ayat 610 A1). Pada setiap hantaran fasa keluar suatu perlengkapan hubung
bagi harus dipasang pengaman arus (ayat 602 D1). Pada hantaran netral tidak
boleh dipasang pengaman arus, kecuali bila potensial hantaran netralnya tidak
selalu mendekati potensial tanah. Setiap peralatan listrik, kecuali kotak -kontak
dengan kemampuan hantar arus nominal 16 A atau lebih, harus merupakan
rangkaian akhir tersendiri kecuali jika peralatan tersebut bagian yang tidak
15
terpisahkan dari suatu unit instalasi (ayat 602 N1). Gambar 2.5 a memperlihatkan
diagram rangkaian akhir sederhana untuk satu fasa, dan gambar 2.5 b
menunjukkan bentuknya.
Gambar 2.5 Perlengkapan hubung bagi dan diagramnya
Kontak hubung bagi juga harus memenuhi persyaratan antara lain :
Kontak hubung bagi harus kokoh, terbuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tahan lembab.
Pada kontak hubung bagi yang berdiri sendiri sekurang-kurangnya harus
mempunyai satu saklar dengan kemampuan sakelar sekurang-kurangnya
sama dengan kemampuan arus nominal pengaman tetapi tidak kurang dari
10A.
Sakelar masuk boleh ditiadakan kalau kontak hubung bagi merupakan
suplai dari hubung bagi lainnya
Setiap hantaran fasa keluar harus dipasang pengaman arus.
Komponen-komponen penting dari kontak hubung bagi adalah :
a. Kontak rel, (panel) berfungsi sebagai terminal untuk menyambungkan pada
beberapa saluran ke beban.
b. Kotak pengaman.
16
c. Kotak Sakelar yang merupakan satu kesatuan dari kontak hubung bagi.
2.2.4 Fiting
Fiting adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut penggunaannya
dapat dibagi menjadi tiga jenis : fiting langit-langit, fiting gantung, dan fiting
kedap air.
a. Fiting langit-langit
Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit (eternit) dan
dilengkapi dengan roset. Roset diperlukan untuk meletakan / penyekerupan fiting
supaya kokoh kedudukannya pada langit-langit.
b. Fiting gantung
Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi sebagai penahan
beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk menahan konduktor dari tarikan
beban tersebut.
c. Fiting kedap air
Fiting kedap air merupakan fiting yang tahan terhadap resapan/rembesan air.
Fiting jenis ini dipasang di tempat lembab atau tempat yang mungkin bisa terkena
air misalnya fiting untuk di kamar mandi. Konstruksi fiting ini terbuat dari
porselin, dimana bagian kontaknya terbuat dari logam kuningan atau tenbaga dan
bagian ulirnya dilengkapi dengan karet yang berbentuk cincin sebagai penahan
air.
17
2.2.5 Sakelar
Sakelar berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik.
Sakelar dan pemisah harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
a. Dapat dilayani secara aman tanpa harus memerlukan alat bantu
b. Jumlahnya harus sesuai hingga semua pekerjaan pelayanan, pemeliharaan, dan
perbaikan instalasi dapat dilakukan dengan aman.
c. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar atau pemisah bergerak harus tidak
bertegangan (ayat 206 B1).
d. Harus tidak dapat terhubungkan sendiri karena pengaruh gaya berat (ayat 206
B1).
e. Kemampuan sakelar minimal sesuai dengan gaya daya alat yang
dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A (ayat 840 C6).
Menurut konstruksinya sakelar dikelompokkan menjadi : sakelar kontak, sakelar
tumpuk atau sakelar paket, sakelar sandung, sakelar tuas, dan sakelar giling.
Sedangkan ditinjau dari cara kerjanya (jenis alat penghubungnya), dapat
dikelompokkan menjadi : sakelar putar, sakelar balik, sakelar tarik, sakelar
jungkit, dan sakelar tombol tekan. Jika ditinjau dari hubungan dan jenis alat
penghubung, sakelar dibedakan menjadi : sakelar tunggal, sakelar dwi-kutub
(kutub ganda), sakelar tri-kutub, sakelar seri, sakelar tukar dan sakelar silang.
Penggolongan sakelar berdasarkan penyambungannya dapat dijelaskan pada
gambar 2.6.
18
Gambar 2.6 Simbol sakelar berdasarkan prinsip hubungan sakelar
2.2.6 Pengaman
Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi sistem instalasi
dari beban arus yang melebihi kemampuannya. Biasanya arus yang mengalir pada
suatu penghantar akan menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun
pada alat listriknya sendiri. Untuk mencegahnya digunakan pengaman lebur dan
pengaman otomat. Alat ini digunakan untuk :
Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan listrik dan
alat / pesawat yang menggunakan listrik).
Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh pemakaian beban
yang berlebihan dan akibat hubung singkat antara fasa dengan fasa, fasa
dengan netral atau fasa dengan badan (body).
Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau perlengkapan
lainnya.
19
Pengaman lebur harus memutuskan rangkaian yang diamankan kalau arusnya
menjadi terlalu besar. Bagian pengaman yang memutuskan rangkaian disebut
patron lebur. Untuk aus nominal sampai dengan 25 A, menurut ayat 630 B15
harus digunakan patron lebur jenis D, yaitu berupa patron ulir dan biasanya
digunakan maksimum 63 A.
2.2.7 Peralatan Pelindung dan Hantaran Listrik [11]
a. Pipa Instalasi
Pipa instalasi digunakan untuk pemasangan kabel listrik yang dihubungkan
dengan sakelar, kotak-kontak, kotak hubung bagi dan sambungan listrik lainya,
serta untuk melindungi bahaya listrik terhadap sentuhan langsung dengan
manusia. Pipa ini terbuat dari pelat dan PVC (pipa union). Pipa ini dibuat
beberapa macam ukuran agar lebih ekonomis pemakaiannya berdasarkan garis
tengah (inchi), sedangkan panjang pila pada umumnya sama yaitu 400 cm. Besar
dan jumlah kawat yang boleh dimasukkan dalam pipa diatur oleh peraturan. Jenis
kabel yang dimasukan dalam pipa adalah NYA atau NGA, tetapi untuk jenis kabel
NYM tidak perlu dimasukkan dalam pipa, karena sudah aman terhadap bahaya
sentuhan langsung dengan manusia.
b. Sengkang (klem)
Sengkang atau klem adalah suatu bahan yang dipakai untuk menahan pipa agar
dapat dipasang pada dinding atau langit-langit. Sengkang dibuat dari pelat besi,
serupa dengan bahan pipa. Besar atau ukurannya disesuaikan dengan ukuran
pipanya. Sengkang dipasang dengan disekerupkan pada tempat menggunakan
sekrup kayu. Sengkang dipasang sebagai penahan kotak penyambung atau
20
pencabangan, potongan penyambung, sakelar, kotak-kontak, dan sebagainya
dengan jarak maksimum 10 cm dar benda tersebut. Untuk meninggikan
pemasangan pipa dipakai pelana, misalnya dekat kotak sekering, terkadang pada
kotak penyambungan atau pencabangan dan tempat lain yang diperlukan. Bentuk
sengkang ada beberapa macam, yaitu : sengkang setengah, sengkang ganda,
sengkang majemuk, dan sebagainya. Pembuatan berbagai macam sengkang
disesuaikan dengan keperluan pemakaiannya, seperti :
Sengkang setengah, dipakai pada tempat yang sempit.
Sengkang ganda , untuk dua pipa sejajar.
Sengkang majemuk, untuk pemasangan beberapa pipa yang sejajar.
c. Kotak sambung
Penyambungan kabel atau kawat dalam instalasi listrik harus dilakukan dalam
kotak sambung dan tidak boleh dilakukan dalam pipa, sebab dikhawatirkan akan
mengalami putus akibat penarikan, selain itu sambungan listrik dalam pipa pelat
akan memudahkan terjadi kontak listrik dengan pipa sehingga berbahaya bagi
manusia. Tujuan penyambungan kawat ada beberapa macam, seperti sambungan
lurus, pencabangan atau penyekatan. Banyaknya pencabanganpun bermacam-
macam sehingga perlu disediakan beberapa jenis kotak sambung. Kotak sambung
listrik dapat dilihat dari cabangnya, seperti : kotak sambung cabang satu, cabang
dua, cabang tiga dan cabang empat. Contoh kotak sambung listrik dan
penggunaanya dapat dilihat pada gambar 2.7. Pada dasarnya bentuk kotak
sambung tersebut ada dua macam, yaitu persegi dan bundar.
21
Gambar 2.7 Jenis-jenis kotak sambung
2.3 Resistans Insulasi Instalasi Listrik [12]
Resistans insulasi harus diukur antara konduktor aktif dan konduktor proteksi
yang dihubungkan ke susunan pembumian. Untuk keperluan pengujian ini,
konduktor aktif dapat dihubungkan bersama.
Tabel 2.1 Nilai minimum Resistans Insulasi
Resistans insulasi, yang diukur dengan voltase uji yang tercantum dalam Tabel
2.1 adalah memenuhi bila setiap sirkit, dengan peranti didiskoneksi, mempunyai
resistans insulasi tidak kurang dari nilai yang sesuai yang tercantum dalam Tabel
2.1
22
2.4 Sistem Pentanahan Instalasi Milik Langganan (IML) [13]
• Berbagai sistem pentanahan dalam PUIL SNI (04‐0225‐2000/Amd1‐2006)
• Ada lima macam skema pentanahan netral sistem, yaitu:
1. TN (Terra Neutral) System PNP (Pembumian Netral Pengaman), terdiri dari 3
jenis skema, yaitu:
a. TN‐C : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di seluruh sistem dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Sistem TN-C Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di seluruh sistem
b. TN‐C‐S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di sebagian sistem dapat dilihat pada Gambar 2.9.
23
Gambar 2.9 Sistem TN-C-S Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di sebagian sistem
c. TN‐S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di seluruh sistem dapat
dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Sistem TN-S
2. TT (Terra Terra), PP (Pembumi Pengaman)
Sistem tenaga listrik TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung.
BKT instalasi dihubungkan ke elektrode bumi yang secara listrik terpisah dari
elektrode bumi sistem tenaga listrik dapat dilihat pada Gambar 2.11.
24
Gambar 2.11 Sistem TT
3. IT (Impedance Terra)
Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari
bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi
listrik dibumikan secara independen atau secara kolektif atau ke pembumian
sistem dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Keterangan
1) sistem dapat diisolasi dari bumi.
Netral boleh didistribusikan atau tidak didistribusikan.
Gambar 2.12 Sistem IT
25
2. 5 Perhitungan Energi Listrik [8]
Daya listrik adalah besaran listrik yang menyatakan besarnya energi yang
digunakan untuk mengaktifkan komponen atau peralatan listrik / elektronik.
Dengan kata lain, daya listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical
Power adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit /
rangkaian. Sumber energi seperti tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik,
Sedangkan beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut.
Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah
sirkuit atau rangkaian listrik.
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit
listrik. Satuan International Daya Listrik adalah Watt yang menyatakan
banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (Joule / detik).
Dirumuskan sebagai berikut:
P = V . I 2.1
Dimana:
P = Daya (watt atau W)
I = Arus (ampere atau A)
V = Tegangan (volt atau V).
26
Energi listrik atau daya listrik yang hilang pada penghatar dihitung dengan
persamaan energi dan daya listrik sebagai berikut:
𝑤 = 𝐼2𝑥 𝑅 𝑥 𝑡 2.2
𝑃 = 𝐼2𝑥 𝑅 2.3
Dimana :
W = Energi listrik (joule)
I = Arus (ampere)
R = Hambatan (ohm)
t = Waktu
P = Daya listrik (watt)
Menghitung Energi Listrik yang dikonsumsi, maka dihitung dengan persamaan :
𝐸 = 𝑃 𝑥 𝑡 2.4
Dimana :
E = Energi (kWh)
P = Daya nyata (Watt)
T = Waktu / jam nyala (jam)
Menghitung selisih pemakaian kWh selama 21 hari dari awal pemasangan
Eterpakai = Jumlah kWh awal − Jumlah kWh pengukuran 2.5
Eterpakai : Energi yang digunakan (kWh)
27
Jumlah kWh awal : 447.10 kWh
Jumlah kWh pengukuran : Jumlah pemakaian token selama 21 hari
Faktor penyebab jatuh tegangan dipengaruhi beberapa faktor
a. Panjang penghantar
Semakina panjang kabel penghantar yang digunakan, maka semakin besar
kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi.
b. Besar arus
Semakin besar arus listrik yang mengalir pada penghantar, maka semakin
besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi.
c. Tahanan jenis
Semakin besar tahanan jenis dari bahan penghantar yang digunakan, maka
semakin besar kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi. Besar
kecilnya tahanan jenis penghantar tergantung pada bahan penghantar yang
digunakan.
d. Luas penampang penghantar
Semain besar ukuran luas penampang penghantar yang digunakan, maka
semakin kecil kerugian tegangan atau tegangan jatuh yang terjadi.
2.6 Karakteristik Listrik Dari Saluran [14]
Karakteristik listrik dari saluran ialah konstanta – konstanta saluran, yaitu :
tahanan R, induktansi L, konduktansi G, dan kapasitansi C. Pada saluran udara
konduktansi G sangat kecil sehingga dengan mengabaikan konduktansi G itu
perhitungan – perhitungan akan jauh lebih mudah dan pengaruhnya pun masih
dalam batas – batas yang dapat diabaikan.
28
Tabel 2.2 Resistivitas dari bahan – bahan Konduktor standar untuk berbagai
Temperatur
Material
Mikro – Ohm - cm
ρ0 ρ20 ρ25 ρ50 ρ75 ρ80 ρ100
Cu 100 % 1,58 1,72 1,75 1,92 2,09 2,12 2,26
Cu 97,5 % 1,63 1,77 1,80 1,97 2,14 2,18 2,31
Al 61 % 2,60 2,83 2,89 3,17 3,46 3,51 3,74
Rumus mencari resistivitas penghantar
𝑅 = 𝜌𝑙
𝐴 2.6
Dimana :
Ρ = Resistivitas bahan konduktor pada suhu
l = Panjang penghantar (cm)
A = luas penampang konduktor (𝑐𝑚2)
2.7 SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH (SLTR) [1]
Sambungan tenaga listrik tegangan rendah (SLTR) adalah sambungan listrik
dengan tegangan pelayanan sebesar 220 / 380 Volt dan dengan daya sebesar-
besarnya 197 kVA. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah
dimulai dari titik sambung di Jaringan Tegangan Rendah sampai dengan Alat
Pembatas dan Pengukur (APP) pada bangunan pelanggan baik melalui Saluran
Udara maupun Bawah Tanah. Batas tingkat mutu pelayanan adalah + 5 % sampai
29
± 10 % dari tegangan pelayanan secara keseluruhan. Jatuh tegangan pada
Sambungan Tenaga Listrik dibatasi 1 % dan untuk listrik pedesaan 2% .
2.8 Meter Prabayar [10]
Meter energi untuk sistem prabayar adalah meter statik fase tunggal
terkoneksi langsung (direct connected meter) dengan cara pengawatan dua kawat.
Meter harus mempunyai kemampuan mendeteksi dan mengukur energi dan daya
listrik secara total sampai harmonisa ke 15 dari dua arah (forward dan reverse).
Acuan untuk perhitungan pemakaian kWh menggunakan nilai arus terbesar dari
hasil pengukuran sensor arus pada fase dan netral.
Tabel 2.3 Nilai pengenal dan spesifikasi
2.8.1 Kelas Komponen
Komponen utama pada meter energi, yaitu: mikro-prosesor, layar tampilan
(display), kapasitor untuk catu daya, komponen untuk sistem pengukuran,
rele/kontaktor, varistor, super kapasitor, sistem konverter (ADC / DAC), dan
kristal, harus memiliki kualitas kelas industri dan dibuktikan dengan sertifikat
keaslian produk (certificate of origin) atau data pendukung dari pabrikan
30
komponen. Super kapasitor harus mampu mencapai kapasitas penuhnya bila
dienerjais maksimal 60 menit dan harus mampu mencatu daya layar tampilan
serta sistem meter selama minimum 48 jam menyala terus menerus.
2.8.2 Fitur
Fitur minimum dari meter prabayar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Fitur minimum
2.9 Persyaratan Pengamanan Terhadap Penyalahgunaan
Meter harus dapat memberikan pengamanan terhadap upaya-upaya
penyalahgunaan (tampering), meliputi:
a) Pengawatan terbalik.
b) Sirkit arus dihubung-langsung (by-pass).
c) Kawat netral diputus pada kabel saluran masuk pelayanan (SMP).
d) Kawat netral diputus pada kabel SMP dan dipasang alat pengatur tegangan
pada instalasi pelanggan.
e) Injeksi arus pada kawat fase dan atau netral.
31
f) Induksi medan magnet dari luar minimal 400 mT (4000 Gauss).
g) Pembukaan tutup terminal (termasuk dalam keadaan tidak bertegangan).
Bila terjadi penyalahgunaan selain pembukaan tutup terminal, meter harus tetap
mengukur secara normal serta menambah kWh pakai (mengurangi kredit token)
dan meter tidak dapat diisi token kredit baru (kecuali engineering token). Pada
saat kredit mencapai nol, rele harus membuka untuk memutus pasokan daya ke
konsumen. Untuk semua jenis penyalahgunaan, sebelum dilakukan perbaikan,
meter harus dapat merekam kejadian dan atau memberikan indikasi terus menerus
sesuai kemampuannya dalam mengaktifkan tampilan. Pada saat tampilan meter
dapat aktif kembali dan penyalahgunaan belum diperbaiki, maka meter harus
mampu menampilkan indikasi penyalahgunaan tersebut. Meter harus mampu
menyimpan status terakhir keadaan rele, dan mengkondisikan sesuai keadaan
tersebut pada saat supply normal kembali.
2.9.1 Segel Pengaman
Meter harus mempunyai fasilitas untuk segel pengaman terdiri dari:
a. Segel metrologi dua buah terpasang pada tutup kotak meter
b. Segel PLN satu buah, terpasang pada tutup terminal.
2.10 Persyaratan Mekanikal
Persyaratan mengikuti butir 5 IEC 62055-31 untuk meter pasangan dalam,
dengan tambahan ketentuan, yaitu: PCB, Rele, komponen bantu harus dipasang
secara kuat dan tidak terpengaruh oleh goncangan.
32
2.10.1 Kotak Meter
Konstruksi kotak meter sedemikian sehingga tidak dapat dibuka tanpa
merusak segel. Kotak meter dapat dikonstruksi secara terpadu dengan MCB,
bentuk tidak ditetapkan secara khusus, tetapi meter harus dilengkapi dengan pelat
dasar (base plate) dari bahan logam dan tahan karat. Ketentuan segel pada kotak
meter jenis ini mengikuti SPLN D3.003 : 2008.
2.10.2 Terminal
Terminal harus dari jenis press screw system (baut pengencang konduktor
kabel dilengkapi dengan pelat penekan) dan mampu menerima kabel masukan
ukuran 6 s/d 16 mm² dari jenis aluminium atau tembaga. Terminal pembumian
harus tersambung secara listrik dengan terminal netral dan bagian meter berbadan
logam yang dapat diakses. Konfigurasi dan susunan terminal dapat dilihat pada
gambar 2.13.
Gambar 2.13 Konfigurasi dan susunan terminal
33
CATATAN Pada penginstalasian, terminal ‘G’ harus dihubungkan dengan sistem
pembumian instalasi konsumen.
2.10.3 Tutup Terminal
Tutup terminal harus dapat menutup semua terminal, baut pengencang
konduktor kabel dan sebagian dari insulasi kabel.
2.10.4 LED Indikator
Meter harus dilengkapi minimal tiga buah lampu LED indikator menyala
terang, dengan ketentuan warna dan fungsi sebagai berikut :
merah : Imp / kWh (keluaran pulsa)
kuning : penyalahgunaan (tamper)
hijau : catu daya dan informasi jumlah pulsa token rendah. Untuk jumlah
pulsa token rendah, warna LED indikator berubah menjadi merah dan
berkedip.
Setiap LED harus dituliskan fungsinya.
2.10.5 Papan Tombol
Papan tombol (keypad) terbuat dari bahan polimer dengan tombol angka 5
ada tanda timbul (noktah) dan harus terlindung dari kemungkinan tirisan cairan.
Masing-masing tombol harus dapat beroperasi minimum 20.000 kali. Konstruksi
papan tombol dapat menjadi satu dengan meter atau terpisah (remote). Jika
terpisah papan tombol harus dilengkapi layar tampilan berbentuk electronic
display. Konfigurasi angka mengikuti standar telefoni 12 digit (3 kolom – 4 baris)
seperti pada gambar 2.14.
34
Gambar 2.14 Papan tombol (keypad)
2.10.6 Layar Tampilan dan Indikator
Layar dari LCD dan menggunakan latar cahaya (back-light) atau
menggunakan sistem lain yang lebih baik dan effisien, seperti LED atau teknologi
lain yang lebih maju. Layar tampilan harus didukung oleh memori tak-terhapus
(non-volatile), minimum 4 kbyte, dilengkapi super kapasitor untuk pemberi catu
daya jika listrik padam. Super kapasitor harus mempunyai kemampuan mencatu
daya layar tampilan minimum 48 jam menyala terus menerus. Layar tampilan
mempunyai dua baris informasi:
a. Baris pertama untuk Simbol dan Kode, dengan tinggi karakter minimum
4,5 mm.
b. Baris kedua untuk Teks dalam Bahasa Indonesia, dengan ukuran karakter
minimum: lebar 4 mm dan tinggi 8 mm.
35
Gambar 2.15 Informasi pada layar tampilan
Kode pada baris pertama menampilkan informasi mengenai:
b. Nomor kode singkat (short-code).
c. Jumlah digit dari token yang sudah dimasukkan pada Teks baris kedua.
Teks pada baris kedua, mempunyai sekurang-kurangnya 8 digit dalam satu
kesatuan waktu dan berjalan dari kanan ke kiri, menampilkan:
a. Angka token yang telah dimasukkan melalui papan tombol
Sebagai contoh adalah Gambar 2.15, yang memperlihatkan tampilan
setelah token 2341-2453-2318-1346-6750 telah berhasil dimasukkan. 346-
6750 adalah 7 angka terakhir yang ditampilkan pada layar. Jumlah dari
digit yang dimasukkan ditampilkan pada Kode yaitu 20.
36
CATATAN
Proses Enter dalam pengisian token setelah 20 digit token dimasukan,
dapat menggunakan metode delay waktu persetujuan, atau menekan
tombol
b. Informasi mengenai respon pemasukkan token, seperti tercantum pada
Tabel 2.3.
Jika token diterima akan ditampilkan nilai kWh beli dan kemudian jumlah
total sisa kWh. Perubahan tampilan nilai kWh beli dan total kWh
berselang 1 detik dengan nyala tampilan informasi 2 detik, diikuti dengan
simbol ’kWh’. Contoh: 12345678901234567890 (nomer token yang
dimasukkan) – (informasi dari meter) – 156 (nilai kWh beli) – 245 (nilai
total kWh).
c. Informasi nilai dari parameter yang diukur.
d. Informasi dari kode singkat yang tampil pada Kode baris pertama.
e. Indikasi dan peringatan beban-lebih.
f. Informasi terkait penyalahgunaan.
g. Informasi lain yang terkait dengan operasi meter
37
Tabel 2.5. Tampilan informasi teks
CATATAN: *) Untuk tampilan teks yang menggunakan sistem 7-LED. Bila
tampilan menggunakan sistem yang lebih baik maka tulisan tersebut dapat
disesuaikan.
2.11 Informasi Parameter yang Diukur
Informasi parameter yang harus ditampilkan secara terus menerus adalah
nilai sisa/saldo kredit dan simbol kWh.
2.11.1 Informasi kode singkat
Tampilan kode-singkat dengan masukan manual melalui papan tombol,
sekurang-kurangnya menampilkan informasi:
Sisa kredit (kWh)
Energi kumulatif (kWh)
Tegangan rms (V)
Arus rms (A)
Daya sesaat (W)
Batas daya (W)
ID meter
Indeks tarif
Jumlah trip karena beban
lebih
38
Jumlah sumber listrik
padam
Durasi alarm
Batas-rendah kredit
alarm
Kodifikasi yang digunakan tercantum pada Lampiran A. Untuk keperluan
evaluasi, data / event / history ditempatkan pada memori tak-terhapus dan
sekurang-kurangnya mampu merekam 50 kejadian terakhir, meliputi : gabungan
informasi dari: meter off, beban lebih, penyalahgunaan, pembukaan tutup atau
terminal, credit run out, reset meter, kredit token. Transfer data (download)
menggunakan komputer dengan standar acuan IEC 62056-21: 2002-05, meter
kontinyu kirim data dengan sinkronisasi setiap 30 detik dengan kecepatan kirim
baud rate: 4800 bps atau 9600 bps.
2.11.2 Respon Terhadap Beban Lebih
Beban yang melebihi daya terpasang, harus direspon dengan bunyi buzzer dan
tampilan pada teks ” ” dan bila:
Beban-lebih berlangsung kontinyu selama 45 detik, rele harus membuka
dan menutup kembali secara otomatis setelah 150 detik.
Selama 30 menit terjadi beban-lebih tidak kontinyu beberapa kali dengan
akumulasi waktu 45 detik, rele harus membuka dan menutup kembali
secara otomatis setelah 150 detik.
Bila akumulasi waktu tersebut kurang dari 45 detik, data akumulasi waktu di-reset
kembali ke nol.
39
Selama 30 menit terjadi pembukaan rele akibat beban-lebih 5 kali berturut-
turut, rele harus membuka dan menutup kembali secara otomatis setelah
45 menit.
2.11.3 Respon Terhadap Batas Kredit
Pada saat nilai kredit mencapai batas-rendah, LED indikasi warna hijau
berubah menjadi merah-berkedip dan buzzer berbunyi. Bunyi dapat dihentikan
dengan menekan sembarang tombol pada papan tombol. Jika dalam xxx menit
kemudian, tidak ada kredit token yang dimasukkan, buzzer berbunyi lagi.
Semakin rendah nilai kredit token, semakin cepat durasi bunyi . Batas-rendah
harus dapat diatur secara mudah melalui papan tombol yang berinteraksi dengan
kode singkat pada layar tampilan.
CATATAN:
- Waktu tunda dapat diatur melalui papan tombol dengan kode 123xxx,
dengan xxx = waktu dalam menit.
- Peringatan batas-rendah kredit dapat diatur melalui papan tombol dengan
kode 456xx, dengan xx = energi dalam kWh, minimum 05 kWh.
Bila kredit mencapai nol, rele harus membuka secara otomatis dan hanya dapat
menutup kembali setelah dimasukkan kredit token baru.
2.11.4 Respon Terhadap Penyalahgunaan
Meter harus mampu merespon terhadap upaya penyalahgunaan seperti
tercantum pada Tabel 2.6.
40
Tabel 2.6 Reaksi meter terhadap penyalahgunaan
2.11.5 Respon Terhadap Kegagalan Proses Internal
Meter harus dapat mendeteksi kegagalan proses internalnya dan mampu
memberikan perintah membuka rele untuk memutus pasokan daya. Pada kondisi
ini meter tidak dapat digunakan lagi, semua LED padam, buzzer berbunyi
kontinyu tiap detik dan meter harus diganti.
2.11.6 Diagram Rangkaian
Diagram rangkaian harus dipasang pada bagian sekitar terminal. Setiap
terminal harus diberi label identifikasi. Jumlah sensor dan rele serta notasi
terminal pada label identifikasi tersebut harus tergambar pada diagram rangkaian.
41
2.12 Persyaratan Klimatik
Persyaratan mengikuti Butir 6 IEC 62055-31 untuk meter pasangan dalam,
dengan tambahan ketentuan bahwa batas atas suhu uji untuk pengujian-pengujian
pengaruh klimatik mengikuti batas atas dari julat penyimpanan dan transportasi.
Setiap setelah pengujian, meter harus tidak memperlihatkan tanda kerusakan dan
perubahan informasi dan dapat beroperasi normal.
2.12.1 Julat Suhu
Julat suhu meter adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Julat suhu
2.13 Persyaratan Elektrikal
Persyaratan mengikuti Butir 7 IEC 62055-31 untuk meter pasangan dalam,
dengan tambahan ketentuan berikut.
2.13.1 Proteksi Tegangan Surja dan Tegangan Lebih Injeksi
Meter harus dilengkapi dengan varistor atau surge absorber untuk dapat
memotong tegangan lebih dan surja. Meter harus tetap terlindungi dari kerusakan
bila terjadi tegangan dan arus-lebih secara kontinyu dari kedua sisi (sumber dan
beban) yang melebihi julat operasi pada IEC 62055-31 butir 7.2. Hal ini
42
dimaksudkan untuk melindungi meter dari kerusakan dan kesalahan dalam
pengukuran.
2.13.2 Perubahan Akurasi Akibat Pengaruh Arus Lebih dan Pemanasan
Sendiri
Batas perubahan prosentase kesalahan akibat pengaruh arus lebih waktu-
singkat dan pemanasan sendiri tercantum pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Batas kesalahan akibat arus lebih dan pemanasan sendiri
2.14 Persyaratan Ketelitian
Persyaratan mengikuti butir 8 IEC 62055-31, kecuali disebutkan secara
khusus pada ketentuan berikut.
2.14.1 Kondisi Acuan Untuk Pengukuran Ketelitian
Persyaratan kondisi uji untuk pengukuran ketelitian adalah sebagai
berikut:
a) Meter harus diuji dengan selungkup terpasang dan tutup berada pada
posisinya; semua bagian yang dimaksudkan untuk dihubungbumikan harus
terhubung dengan pembumian.
b) Kondisi acuan tercantum pada Tabel 2.9.
43
Tabel 2.9. Kondisi acuan
CATATAN
Bila pengujian dilakukan tidak pada julat suhu acuan, hasil uji harus
dikoreksi menggunakan koefisien suhu yang sesuai untuk meter yang
diuji.
Pengujian dilakukan pertama-tama dengan meter terhubung normal dan
setelah itu koneksi dari sirkit tegangan dan sirkit arus dibalik. Setengah
dari perbedaan antara kedua kesalahan (error) adalah variasi kesalahan.
Karena fase medan eksternal tidak diketahui, pengujian dilakukan pada
0,05 In pada faktor daya 1 dan 0,1 In pada faktor daya 0,5.
2.14.2 Batas Kesalahan Akibat Variasi Arus
Prosentase kesalahan meter untuk setiap arah pengukuran pada semua
sensor harus tidak melebihi batas yang ditetapkan pada Tabel 2.10.
44
Tabel 2.10. Batas kesalahan akibat variasi arus
Pengujian dua arah pengukuran pada semua sensor hanya dilakukan untuk faktor
daya 1.
2.14.3 Batas Kesalahan Akibat Besaran-besaran Berpengaruh
Pertambahan prosentase kesalahan akibat besaran-besaran berpengaruh
terhadap kondisi acuannya, tidak boleh melampaui batas-batas sebagaimana
ditetapkan pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Batas kesalahan akibat pengaruh besaran