BAB II dan BAB III

download BAB II dan BAB III

of 27

Transcript of BAB II dan BAB III

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    1/27

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Tuberculosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah

    sangat dikenal lama pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat

    tinggal di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya

    penemuan kerusakan tulang vertebera yang khas TB dari kerangka yang digali di

    Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal

    dari mumi dan ukiran dinding piramid Mesir kuno padatahun 2000-4000 SM.

    Hipokrates telah memperkenalkan terminologi phitisis yang diangkat dari bahasa

    Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini.

    Bukti yang lain dari Mesir, pada mummi-mummi yang berasal dari tahun

    3500 SM, Jordania (300 SM), Scandinavia (200 SM), Nesperehan (1000 SM),

    Peru (700), United Kingdom (200-400 SM) masing-masing dengan fosil tulang

    manusia yang melukiskan adanyaPotts Disease atau abses paru yang berasal dari

    tuberkulosis, atau terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok tulang

    belakang karena sakit spondilitis TB.

    Literatur Arab: Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M)

    menyatakan adanya kavitas pada paru-paru dan hubungannya dengan lesi di kulit.

    Pencegahannya dengan makanan-makanan yang bergizi, menghirup udara yang

    bersih dan kemungkinan (prognosis) dapat sembuh dari penyakit ini. Disebutkan

    juga bahwa TB sering didapat pada usia muda (18-30 tahun) dengan tanda-tanda

    badan kurus dan dada yang kecil.

    Baru dalam tahun 1882, Robert Koch menemukan kuman penyebabnya

    semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis secara mikrobiologis

    dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun1896Rontgen

    menemukan sinar X sebagai alat bantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat.

    Penyakit ini kemudian dinamakan Tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh

    manusia dapat terserang olehnya tetapi yang paling banyak adalah organ paru.

    Pada permulaan abad 19, insiden penyakit tuberkulosis di Eropa dan

    Amerika sangat besar. Angka kematian cukup tinggi, yaitu 400 per 100.000

    penduduk, dan angka kematian berkisar 15-30% dari semua kematian. Diantara

    1

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    2/27

    orang-orang terkenal seperti: Voltare, Sir Walter-Scott, Edgar Allan Poe,

    Frederick Chopin, Laenec, Anton Chekov, dll. Usaha-usaha untuk mengurangi

    angka kematian dilakukan seperti menghirup udara segar di alam terbuka,

    makan/minum makanan yang bergizi, memberikan obat-obat anti tuberkulin

    (sebagai upaya terapi), digitalis, minyak ikan dan lain-lain, tetapi hasilnya masih

    kurang memuaskan. Tahun 1840 George Bodingto dari Sutton Inggris

    mengemukakan konsep sanatorium untuk pengobatan TB, tetapi ia tidak

    mendapat tanggapanpada waktu itu. Baru pada tahun 1859 Brehmen di Silesia

    Jerman, menderikan sanatorium dan berhasil menyembuhkan sebaian pasiennya.

    Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti di Denmark, Amerika

    Serikat dan kemudian terbanyak di Inggris, yakni Wales, England, Skotlandia.

    Setelah sukses dengan sanatorium, barulah akhirnya dipikirkan usaha pencegahan

    seperti memusnahkan sapi yang tercemar TB, memberikan pendidikan kesehatan

    dan perbaikan lingkungan hidup yang terlalu padat, mengurangi pekerjaan yang

    melelahkan.

    Sejak awal abad 19, angka kesakitan dan kematian, pertahun dapat

    diturunkan karena program perbaikain gizi dan kesehatan lingkungan yang baik

    serta adanya pengobatan lain/tindakan bedah seperti collapse therapy.

    Pada tahun 1892, Robert Koch mengidentifikasi basil tahan asam M.

    tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab TB ini. Ia

    mendemonstrasikan bahwa basil ini bisa dipindahkan kepada binatang yang

    rentan, yang akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan prinsip

    utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia menggambarkan suatu

    percobaan yang memakai guinea pig, untuk memastikan observasinya yang

    pertama yang menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti infeksi primersebagai suatu fenomena Koch. Konsep daripada imunitas yang didapat (acquired

    immunity) diperlihatkan dengan pengembangna vaksin TB, satu vaksin yang

    sangat sukses, yaitu vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG) dibuat dari strain

    Mikobakterium Bovis, vaksinini ditemukan oleh Albert Camette dan Camille

    Guerin di Institut Pasteur Perancis dan pertama kali ke manusia pada tahun 1921.

    Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai pada tahun 1944 ketika

    seorang perempuan umur 21 tahun dengan penyakit TB paru lanjut mendapat

    2

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    3/27

    injeksi pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh Selman Waksman.

    Segera disusul dengan penemuan asam para amino salisik (PAS). Kemudian

    dilanjutkan dengan Isoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Robitzek dan

    Selikoff (1952). Kemudian diikuti penemuan berturut-turut Pirazinamid (1954)

    dan Etambutol (1952), Rifampisin (1963) yang menjadi obat utama TB hingga

    saat ini.1

    3

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    4/27

    BAB II

    BATUK YANG BERLANGSUNG LAMA

    2.1 SKENARIO

    Andi 3 tahun, sudah 3 minggu batuk tidak kunjung sembuh kemudian

    dibawa ibunya ke Puskesmas terdekat untuk berobat. Di dalam keluarga Andi,

    nenek Andi juga mengalami batuk-batuk yang sudah berlangsung lama. Oleh

    karena dikira batuk biasa, neneknya hanya meminum obat batuk yang dibeli di

    warung, namun tidak kunjung sembuh. Dari hasil pemeriksaan dokter: BB Andi

    10 kg, TB: 100 cm, tampak sakit sedang dan lemah. Menurut ibunya nafsu makan

    Andi berkurang selama sakit.

    2.2 PEMERIKSAAN

    2.2.1 Anamnesis

    Anamnesis baik terhadap pasien maupun keluarganya.

    Identitas

    Keluhan utama

    Riwayat penyakit sekarang (RPS)

    Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

    Riwayat Keluarga

    Riwayat psychosocial (social)

    2.2.2 Pemeriksaan Fisik

    Inspeksi

    Perhatikanlah simetri atau asimetri; sela iga, ruang supraklavikula, dan

    tulang-tulang yang membentuk rongga dada. Dibagian posterior, tulang

    belakang yang menonjol adalah vertebra cervical ketujuh dan kemudian

    4

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    5/27

    ada lengkungan keluar yang halus (kifosis), yang bertemu dengan

    lengkung kedalam yang normal di daerah lumbal (lordosis). Lalu

    perhatikan dinamika pernapasan, inspirasi maksimum yang dilakukan oleh

    orang normal menggunakan otot tambahan di leher yang mengangkat iga

    pertama dan kedua dan sedikit mengangkat clavikula. Adanya penonjolan

    sternum yang jelas disebut pektus karinatum (dada burung merpati).

    Pektus ekskavatum adalah sternum yang cekung kedalam.

    Palpasi

    Dengan melakukan fremitus raba, pakailah sisi ulnar jari kelima atau

    telapak tangan pada tempat yang sama diatas tiap paru-paru dan mintalah

    pasien untuk mengucapkan Sembilan puluh Sembilan untuk mengetahui

    adanya suara tambahan bernada rendah. Palpasi pulalah trekea selama

    inspirasi dalam dan bila perlu, ukurlah pengembangan dada dengan pita

    pengukur.

    Perkusi

    Tujuan perkusi adalah memperlihatkan keadaan pekak pada tempat

    dimana seharusnya ada resonansi.

    Pada keadaan, efusi pleura : nada perkusi menjadi pekak jika

    ruang pleura berisi cairan.

    Paru-paru yang mengalami konsolidasi karena berisi cairan

    atau infiltrat seluler tidak mengandung udara dan memberikan

    nada pekak.

    Pada paru-paru normal dapat terdengar berbagai macam nada perkusi.

    Dibagian anterior, didaerah dada kiri bawah atau ruang traub, terdengarnada timpani yang disebabkan oleh gelembung gas pada lambung. Di

    bagian lateral dapat dijumpai daerahpekak limpa, pada garis midaksila iga

    ke-8 sampai ke-10. Dan pekak hati ditemukan kira-kira sela iga ke-6

    bagian kanan.

    Auskultasi

    Tiga bunyi pernapasan normal:

    Bunyi pernapasan vesikular :

    5

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    6/27

    Timbul karena berpusarnya udara di dalam alveolus dan

    merupakan bunyi pernapasan normal. Nada ini rendah, halus

    dan terdengar paling jelas di bagian perifer karena memang

    timbul didekatnya. Karena bunyi ini timbul saat udara masuk ke

    alveolus maka lebih terdengar saat inspirasi.

    Bunyi pernapasan bronkial :

    Timbul karena turbulensi udara di dalam bronkus

    kartilaginosa, nada ini lebih kasar dan tinggi dari bunyi nada

    vesikuler. Tidak dapat didengar pada bagian periver paru-paru

    normal karena hilang seluruhnya saat melewati alveolus.

    Bunyi pernapasan bronkovesikuler :

    Merupakan campuran kedua unsur diatas. Bunyi ini dapat di

    dengar pada tempat-tempat dimana, ada bronkeolus besar yang

    ditutupi oleh satu lapisan tipis alveolus. Contohnya bunyi dapat

    didengar di infraklavikuler kanan di dekat sternum.

    Ronki basah :

    Bunyi yang dihasilkan selalu menunjukan adanya cairan

    didalam ruang alveolus. Kalau pada seluruh apeks paru terdapat

    ronki basah merupakan pertanda penemuan fisik TBC.

    Ronki :

    Akibat turbulensi udara di sekitar mucus atau debris cairan

    lain didalam saluran pernapasan yang besar. Bunyi kasar terus

    menerus dan dapat bervariasi dari pernapasan satu ke

    pernapasan berikutnya kalau posisi bahan tersebut berubah.

    Contoh : Tumor.

    Stridor :

    Suara kasar melengking yang berasal dari saluran

    pernapasan bagian atas dapat di sebabkan tumor atau adenoid

    yang membesar dan dapat menyebabkan sumbatan paru.2

    6

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    7/27

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    8/27

    3. Kadar natrium darah menurun

    Pemeriksaan serologi yang pernah dipakai adalah reaksi Takahasi.

    Pemeriksaan ini dapat menunjukan proses tuberculosis aktif atau tidak namun

    tidak dipakai lagi karena banyak memberikan positif palsu dan negative

    palsu. Pemeriksaan serologi lainnya yang banyak dipakai Peroksidase Anti

    Peroksida (PAP-TB) yang memiliki nilai sensitive dan spesifik yang cukup

    tinggi. Prinsip dasar uji ini ialah dengan menentukan adanya antibody IgG

    yang spesifik pada antigen M. tuberculosis. Tetapi tes serologi ini kurang

    bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal untuk diagnosis TB.

    Uji serologi lain adalah uji Mycodot. Yang menggunakan antigen LAM

    (lipoarabinomannan) yang dilekatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik.

    Sisir dicelupkan ke dalam serum pasien. Antibody spesifik anti LAM dalam

    serum akan terdektesi sebagai peruban warna pada sisir yang intesitasnya

    sesuai dengan jumlah antibody.

    - Sputum

    Pemeriksaan sputum sangat penting karena akan ditemukan kuman BTA,

    diagnosis sudah pasti dan dapat sebagai evaluasi pengobatan. Cara kerjanya

    diharuskan pada pasien setu hari sebelum pemeriksaan minum sebanyak 2

    liter dan dianjurkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan

    tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan

    garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit dapat dilakukan

    dengan cara bronkoscopi diambil dengan brushing atau bronchial washing

    atau BAL (broncho alveolar lavage). BTA dari sputum dapat juga dengan

    menggunakan bilasan lambung yang biasanya dilakukan pada anak-anak

    karena anak-anak sangat sulit untuk mengeluarkan dahak.Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3

    batang kuman BTA pada sediaan atau 5000 kuman dalam 1 ml sputum.

    Untuk pewarnaan memakai Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi

    gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet. Cara pemeriksaan sputum yang

    dilakukan adalah :

    Pemeriksaan langsung dengan mikroskop biasa

    Pemeriksaan langsung dengan mikroskop flurosensi (pewarnaan khusus)

    8

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    9/27

    Pemeriksaan dengan biakan (kultur)

    Pemeriksaan terhadap resisten obat1

    - Uji Tuberkulin

    Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk

    menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering

    digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi

    TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.

    Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara

    mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya

    pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan

    (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah

    penyuntikan dan diukur diameter daripembengkakan (indurasi) yang terjadi.

    Anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin

    positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur

    612 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar

    usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

    Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

    Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,

    dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC

    dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan

    berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan

    tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau

    kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi

    9

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    10/27

    hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran

    pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian

    organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

    1. Pembengkakan

    (Indurasi)

    : 04mm,uji mantoux negatif.

    Arti klinis : tidak ada infeksi

    Mikobakterium tuberkulosa.

    2. Pembengkakan

    (Indurasi)

    : 39mm,uji mantoux meragukan.

    Hal ini bisa karena kesalahan

    teknik, reaksi silang dengan

    Mikobakterium atipikatau setelahvaksinasi BCG.

    3. Pembengkakan

    (Indurasi)

    : 10mm,uji mantoux positif.

    Arti klinis : sedang atau pernah

    terinfeksi Mikobakterium

    tuberkulosa.

    Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi

    primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan.

    Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan

    diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya.3

    2.3 DIAGNOSIS KERJA: TUBERCULOSIS

    Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

    Dilakukan diagnosis dengan :

    1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

    2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)

    3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang

    diagnosis TB, yaitu :

    Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segman apikal

    lobus bawah

    Bayangan berawan (patchy) atau bebercak (nodular)

    10

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    11/27

    Adanya kavitas, tunggal atau ganda

    Kelainan bilateral, terutama di lapangan atasparu

    Adanya kalsifikasi

    Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

    Bayangan milier

    4. Pemeriksaan sputum BTA

    Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun

    pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat

    didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

    5. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

    Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen

    imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

    terhadap basil TB.

    6. Tes Mantoux/ Tuberkulin

    7. TeknikPolymerase Chain Reaction

    Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai

    tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme

    dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

    8. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)

    Deteksigrowth index, berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme

    asam lemak oleh M. tuberculosis.

    9. Enzyme Linked Imunosorbent Assay

    Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.

    Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama

    sehingga menimbulkan masalah.

    10. MYCODOT

    Deteksi antibodi memakai sntigen lipoarabinomannan yang direkatkan

    pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam

    serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka

    warna sisir akan berubah.1

    Klasifikasi diagnostik TB pada anak adalah :4

    11

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    12/27

    Klasifikasi Kelas TB pada Anak

    Kelas Kontak Infeksi Sakit Tatalaksana

    0

    1

    2

    3

    -

    +

    +

    +

    -

    -

    +

    +

    -

    -

    -

    +

    -

    Profilaksis 1

    Profilaksis 2

    Terapi TB

    2.4 DIAGNOSIS BANDING :

    1. Pertusis

    a. Etiologi

    Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis.

    b. Manifestasi Klinik

    Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi. Infeksi

    berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:

    Stadium katalaris 1-2 minggu

    Gejala infeksi saluran nafas atas

    Demam ringan atau tidak demam

    Sangat infeksius

    Stadium paroksimal 1-6 minggu

    Batuk keras terus menerus

    Diawali batuk 5-10 kali selama ekspirasi diikuti inspirasi

    mendadak dan panjang (whoop) muntah

    Selama serangan muka tampak merah. Sianosis, lakrimasi, petechie

    terutama konjuntiva, Bayi: apnoe, sianosis, kejang

    Stadium konvalensens (1-2 minggu)

    Batuk berkurang secara bertahap

    Serangan paroksimal bias berulang oleh karena infeksi sekunder

    12

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    13/27

    2. Bronkopneumonia

    a. Etiologi

    Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

    Faktor Infeksi

    -Pada anak-anak :

    Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

    Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

    Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

    Faktor Non Infeksi

    Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus

    b. Manifestasi Klinik

    Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

    selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40 0C dan

    mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,

    dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan

    sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal

    penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada

    awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

    3. Bronkiolitis

    a. Etiologi

    Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV), 60

    90% dari kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Parainfluenzae tipe 1,2, dan

    3, Influenzae B, Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau Mycoplasma.

    b. Manifestasi KlinikMula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan

    bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam

    dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh

    batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel,

    muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis biasanya terjadi setelah

    kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran

    nafas atas yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama

    13

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    14/27

    sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi. Karakteristiknya: gambaran

    klinis & radiologis hilang timbul dalam beberapa minggu atau bulan dengan

    episode atelektasis, pneumonia dan wheezing yang berulang.

    4. Asma

    a. Etiologi

    Pencetusnya termasuk iritasi dalam ruangan, seperti bau yang menyengat dan

    iritasi asap (minyak wangi, asap rokok); polusi dari luar: udara dingin,

    olahraga, gangguan emosi ; infeksi pernafasan karena virus; dan berbagai

    macam zat yang mana si anak menjadi alergi, seperti bulu binatang, debu atau

    ruangan yang agak berdebu, jamur, dan serbuk diudara terbuka

    b. Manifestasi Klinik

    Sewaktu saluran udara menyempit pada saat serangan asma, si anak menjadi

    kesulitan bernafas, ciri khasnya disertai bunyi mengik. Kulit berkeringat dan

    pucat atau membiru. Anak dengan serangan akut yang sering kadangkala

    memiliki perkembangan yang lambat, namun pertumbuhan mereka biasanya

    mengejar anak yang lain pada waktu dewasa. Seorang dokter mencurigai asma

    pada anak yang memiliki peristiwa mengik berulang-ulang, terutama sekali

    ketika anggota keluarga diketahui memiliki asma atau alergi. Bentuk serangan

    akut asma mulai dari batuk yang terus-menerus, kesulitan menarik nafas atau

    mengeluarkan nafas sehingga perasaan dada seperti tertekan, serta nafas yang

    berbunyi. Umumnya serangan asma terjadi pada malam menjelang pagi hari.5

    2.5 ETIOLOGI

    Bakteri Mikobakterium tuberkulosa

    14

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    15/27

    Agen tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, dan

    Mycobacterium africanum, merupakan anggota ordo Actinomisetaies dan family

    Mikobakteriasiae. Basili tuberkel adalah batang lengkung, gram positif lemah,

    pleiomorfik, tidak bergerak, tidak membentuk spora, panjang sekitar 2,4 m.

    Mereka dapat tampak sendiri-sendiri atau dalam kelompok pada specimen klinis

    yang diwarnai atau media biakan. Mereka merupakan aerob wajib (obligat) yang

    tumbuh pada media sintetis yang mengandung gliseol sebagai sumber karbon dan

    garam ammonium sebagai sumber nitrogen. Mikobakteria ini tumbuh paling baik

    pada suhu 37 410C, menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi. Dinding sel

    kaya lipid menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan

    komplemen. Tanda semua mikobakteria adalah ketahanan asamnya kapasitas

    membentuk kompleks mikolat stabil dengan pewarnaan arilmetan seperti Kristal

    violet, karbolfukhsin, auramin, dan rodamin. Bila diwarnai, mereka melawan

    perubahan warna dengan etanol dan hidrokhlorida atau asam lain.

    Mikobakterium tumbuh lambat, waktu pembentukannya adalah 12 24 jam.

    Isolasi dari specimen klinis pada media sintetik padat biasanya memerlukan waktu

    3 6 minggu, dan uji kerentanan obat memerlukan 4 minggu tambahan. Namun

    pertumbuhan dapat dideteksi dalam pada medium cairan selektif dengan

    menggunakan nutrient radiolabel (sistem radiometric BACTEC), dan kerentanan

    obat dapat ditentukan dalam 3 5 hari tambahan. M. tuberculosis mempunyai

    morfologi koloni khas, menghasilkan niasin tetapi bukan pigmen, mampu

    mereduksi nitrat, dan menghasilkan katalase. Beberapa strain resisten isoniazid

    kehilangan kemampuan untuk membiat katalase. Adanya M. tuberculosis dalam

    spesiem klinik dapat dideteksi dalam beberapa jam dengan menggunakan reaksi

    rantai polymerase (RRP) yang menggunakan probe DNA yang merupakanpelengkap terhadap DNA atau RNA mikobakteria. Data dari anak terbatas, tetapi

    sensitivitas beberapa tehnik RRP serupa dengan sensitivitas untuk biakan.6

    2.6 EPIDEMIOLOGI

    Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika

    Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi

    jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan perpindahan tempat.

    15

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    16/27

    Genetika mungkin memainkan peran kecil, tetapi faktor-faktor lingkungan seperti

    status sosioekonomi jelas memainkan peran besar pada insidens.

    Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terajadi pada orang laki-laki, tetapi ada

    sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi tuberkulosis

    tertinggi pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat; individu-individu

    ini mendapat infeksi beberapa decade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit

    berwarna tuberkulosis paling sering pada orang dewasa muda dan anak-anak umur

    kurang dari 5 tahun.

    Di Amerika Serikat kebanyakan anak terinfeksi dengan M. tuberculosis di

    rumahnya oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah tuberkulosis anak

    juga terjadi pada sekolah-sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat

    perawatan anak, rumah, gereja, bus sekolah, dan tim olahraga/ Orang dewasa

    yang terinfeksi virus defisiensi imun manusia (HIV) dengan tuberkulosis dapat

    menularkan M. tuberculosis ke anak, dan beberapa darinya berkembang penyakit

    tuberkulosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah resiko berkembang

    tuberkulosis sesudah infeksi.

    Insiden tuberkulosis resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di

    Amerika Serikat, sekitar 14% isolate M. tuberculosis resisten terhadap sekurang-

    kurannya satu obat, sementara 3% resisten terhadap isoniazid maupun rifampisin.

    Faktor lingkungan terutama sirkulasi udara yang buruk, memperbesar penularan.6

    2.7 PATOGENESIS

    Tuberkulosis Primer

    Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

    dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikelinfeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada

    ada/tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam

    suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.

    Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran

    napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5

    mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru

    16

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    17/27

    oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini biakan mati atau dibersihkan makrofag

    keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.

    Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma

    makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang

    bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis primer kecil dan

    disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer

    ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura,

    maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran

    gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfodenopati regional

    kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ, seperti

    paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis, maka terjadi penjalaran

    ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

    Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju

    hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus

    (limfaenitis regional). Sarang primer limfadenitis lokal + limfadenitis regional +

    kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.

    Kompleks primer ini selanjutnya menjadi:

    Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

    Sembuh dengan menimbulkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

    kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat lesi pneumonia yang luasnya > 5

    mm dan 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman

    yang dormant

    Berkomplikasi dan menyebar secara:

    a. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya

    b. Secara bronkogen padaparu yang bersangkutan maupun paru yang

    disebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah

    sehingga menyebar ke usus

    c. Secara limfogen dan hematogen, ke organ lainnnya

    Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)

    Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

    tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

    17

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    18/27

    (tuberkulosispost primer= TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi

    mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti

    malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis

    pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru

    (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah

    parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

    Sarang dini ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam

    3-10 minggu, sarang ini menjadi tuberkel, yakni suatu granuloma yang terdiri dari

    sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang

    dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.

    TB pasca primer juaga dapat berasal dari reinfeksi eksogen dari usia muda

    menjadi TB usia tua (eldery tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,

    virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini dapat menjadi:

    Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

    Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan

    serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras,

    menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma

    berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian

    tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.

    Bila jaringan ekju dibatukkan keluar kan terjadilah kavitas. Kavitas ini

    mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena

    infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas

    sklerotik (kronik). Terjadinya perkijauan dan kaviatas adalah karena

    hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh

    makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk

    perkijauan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi

    pada imunodefisiensi dan usia lanjut.

    Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:

    a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi

    kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB

    milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk

    18

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    19/27

    lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya

    mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga

    terjadi ruptur ke pleura;

    b. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.

    Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat kembali

    menjadi dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah

    kolonisasi fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi

    mycetoma;

    c. Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga

    menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang

    berakhir sebagai kavitas yang terbungkus,menciut dan berbentuk

    seperti bintang disebut stellate shaped.

    Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang, yakni:

    1. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi

    2. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk iniperlu pengobatan yang lengkap

    dan sempurna

    3. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat

    sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

    kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna.1

    2.8 GEJALA-GEJALA KLINIS

    Gejala umum tuberculosis pada anak adalah:

    Berat badan turun tanpa sebab yang jelas lebih

    Anoreksia dan gagal tumbuh

    Demam lama dan berulang

    Pembesaran kelenjar limfe superfisialis

    Batuk lama lebih lama dari 30 hari

    Diare persisten7

    2.9 PENATALAKSANAAN

    1. Medikamentosa

    19

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    20/27

    Obat anti TB (OAT)

    OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat

    bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pengobatan OAT, antara

    lain :

    Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat

    mungkin melalui kegiatan bakterisid

    Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan

    dengan kegiatan sterilisasi

    Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan

    daya tahan imunologis

    Maka pengobatan TB dilakukan 2 fase, yaitu :

    a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan

    populasi kuman yang membelah dengan cepat.

    b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan

    jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan

    konvensional.

    OAT yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin (R),

    Pirazinamid (Z), dan Streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan

    Etambutol (E) yang bersifat bakterisid.

    Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan

    bakteriologi, radiologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan

    memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan radiologi, dan

    menghilangnya gejala.

    Tabel 1 Panduan OAT pada TB paru (WHO 1993) untuk Dewasa

    Panduan

    OAT

    Klasifikasi dan Tipe

    Penderita

    Fase Awal FaseLanjutan

    Kategori 1 BTA (+) baru

    Sakit berat : BTA (-)

    luar paru

    2HRZS(E)

    2RHZS(E)

    4RH

    4R3H3

    Kategori 2 Pengobatan ulang :

    Kambuh BTA (+)

    Gagal

    2RHZES/ 1RHZE

    2RHZES/ 1RHZE

    5RHE

    5R3H3E3

    Kategori 3 TB paru BTA (-)

    TB luar paru

    2RHZ

    2RHZ/ 2R3H3Z3

    4RH

    4R3H3

    20

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    21/27

    Keterangan 2HRZ = tiap hari selama 2 bulan

    4RH = tiap hari selama 4 bulan

    4H3R3 = 3 kali seminggu selama 4 bulan

    Tabel 2 Dosis Obat Antituberkulosis untuk Dewasa

    Obat DOSIS

    Setiap Hari Dua Kali/Minggu Tiga

    Kali/Minggu

    Isoniazid 5 mg/kg

    Maks. 300 mg

    15 mg/kg

    Maks. 900 mg

    15 mg/kg

    Maks. 900 mg

    Rifampisin 10 mg/kg

    Maks. 600 mg

    10 mg/kg

    Maks. 600 mg

    10 mg/kg

    Maks. 600 mgPirazinamid 15-30 mg/kg

    Maks. 2 g

    50-70 mg/kg

    Maks. 4 g

    50-70 mg/kg

    Maks. 3 g

    Streptomisin 15mg/kg

    Maks. 1 g

    25-30 mg/kg

    Maks. 1,5 g

    25-30 mg/kg

    Maks. 1 g

    *Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun karena gangguan penglihatan

    sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya menjadi resisten terhadap obat TB

    lainnya)

    Tabel 3 Antituberkulosis pada Anak

    Dosis Obat Antituberkulosis Lini Pertama

    Obat Dosis Harian

    (mg/kgBB/hari)

    Dosis

    Max

    (mg/hari)

    Efek Samping

    Isoniazid

    Rifampisin**

    Pirazinamid

    Etambutol

    5-15*

    10-20

    15-30

    15-20

    300

    600

    2000

    1250

    Hepatitis, neuritis perifer,

    hipersensitivitas

    Gastrointestinal, reaksi kulit,

    hepatitis, trombositopenia,

    peningkatan enzim hati, cairan

    tubuh berwarna orange

    kemerahan

    Toksisitas hepar, artralgia,

    gastrointestinal

    21

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    22/27

    Streptomisin

    15-40

    1000

    Neuritis optik, ketajaman mata

    berkurang, buta warna merah

    hijau, hipersensitivitas,

    gastrointestinal

    Ototoksik, nefrotoksik* Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari

    ** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu

    bioavailabitias rifampisin

    2. Non Medikamentosa

    Pembedahan pada TB paru

    Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang.

    Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi

    relatif.

    Indikasi mutlak pembedahan:

    a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap

    positifb. Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif

    c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat

    diatasi secara konservatif

    Indikasi relatif pembedahan adalah :

    a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk berulang

    b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan

    c. Sisa kavitas yang menetap8

    2.10 KOMPLIKASI

    Pada orang dewasa, penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan

    benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini

    dan komplikasi lanjut.

    Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,

    Poncets arthropathy

    22

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    23/27

    Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi

    Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT (Fibrosis

    Paru), cor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal

    napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.1

    Sedangkan pada anak dipakai komplikasi berdasarkan Walgren. 3 bentuk

    dasar TB paru pada anak:

    1. Penyebaran limfohematogen 0,5-3% menjadi TB milier atau meningitis

    TB (setelah 3-6 bulan)

    2. TB endobronkial lesi segmental karena pembesaran kelenjar regional

    3. TB paru kronik9

    2.11 PENCEGAHAN

    Anak dan orang dewasa yang berkontak dekat dengan orang dewasa yang

    dicurigai menderita tuberkulosis paru infeksius harus diuji kulit tuberculin dan

    diperiksa sesegera mungkin. Rata-rata, 30-50% kontak rumah tangga terhadap

    kasus infeksius uji kulit tuberculin akan menjadi positif, dan 1% kontak sudah

    menderita penyakit yang jelas. Anak terutama bayi muda, harus mendapat

    prioritas tinggi selama pengamatan kontak karena risiko infeksinya tinggi dan

    pada mereka lebih mungkin berkembang bentuk tuberkulosis yang berat.

    Uji massa kelompok besar anak untuk infeksi tuberkulosis merupakan proses

    yang tidak efisien. Bila kelompok besar anak berisiko tuberkulosis rendah diuji,

    23

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    24/27

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    25/27

    BAB III

    PENUTUP

    Batuk yang tidak kunjung sembuh merepakan salah satu gejala yang

    ada pada penyakit TB. Penyakit Tuberkulosis dapat mengenai orang dewasa atau

    anak-anak. Tuberkulosis pada anak-anak terjadi akibat Mycobacterium

    tuberculosis yang terjadi akibat adanya riwayat kontak pada penderita TB

    sebelumnya. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan obat anti Tuberkulosis

    yang dosisnya diberikan sesuai umur dan berat badan anak. Namun pencegahan

    pada anak-anak merupkan hal sangat baik agar tidak terinfeksi yaitu dengan

    pemberian imunisasi BCG.

    25

  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    26/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sudoyo W. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed ke-4.

    Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia, 2007; h. 988-93.

    2. Latief A, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak. Ed ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto,

    2003; h. 70-4.

    3. Thor WR Hansen. 4 Mei 2009. Jaundice, Neonatal: Follow-up. Disadur dari

    www.emedicine.com. 25 Juli 2009.

    4. Disadur www.TBCIndonesia.or.id. 27 Juli 2009.

    5. Sameer Wagle. Sep 2, 2008. Hemolytic Disease of Newborn. Disadur dari

    www.emedicine.com. 21 Juli 2009.

    6. Prashant G Deshpande . Oct 3, 2008. TBC. Disadur dari www.emedicine.com.

    21 Juli 2009.

    7. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed ke-3. Jilid II. Jakarta: Fakultas

    Kedokteran UI, 2000; h. 459-69.

    8. Rudolph M. Abraham, Hoffman E. I. Julian, Rudolph D. Colin. Buku Ajar

    Pediatri. Vol.2. Ed ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.

    9. Behrman E. Richard, Kliegman Robert, Arvin M. Ann. Ilmu Kesehatan Anak.

    Edisi ke-15 Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000

    26

    http://www.emedicine.com/http://www.medicastore.com/tbc/%20http:/update.tbcindonesia.or.id/index.phphttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.medicastore.com/tbc/%20http:/update.tbcindonesia.or.id/index.phphttp://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/
  • 8/6/2019 BAB II dan BAB III

    27/27

    10. Mubin Halim A. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi.

    Ed ke-2. Jakarta: EGC, 2007; h. 230-3.