BAB II Cadangan Pangan Regional dan Dinamika Bencana …
Transcript of BAB II Cadangan Pangan Regional dan Dinamika Bencana …
32
BAB II
Cadangan Pangan Regional dan Dinamika Bencana Alam di Myanmar dan
Filipina
Pada Bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai pembentukan cadangan
pangan di Kawasan Asia Tenggara. Kemudian penulis menjelaskan mengenai
gambaran umum bencana alam yang terjadi di Myanmar dan Filipina pada tahun
2015, beserta dengan penjelasan terkait dampak bencana dan respon negara
masing-masing. Yang nantinya penjelasan ini dikaitkan dengan tindakan
pemerintah untuk meminta bantuan beras dari APTERR.
2.1 Pembentukan Cadangan Pangan Regional
Gagasan pembentukan cadangan pangan pertamanya kalinya dipicu oleh
terjadinya krisis pangan pada tahun 1970-an yang memicu kelaparan di banyak
bagian dunia. Pada saat itu, ada dua negara besar yang mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan cadangan pangan, yaitu Amerika dan Kanada. Kedua negara
tertarik pada cadangan pangan publik dengan beberapa elemen koordinasi
internasional.28 Yang kemudian, tindakan tersebut diikuti oleh beberapa negara.
Gagasan pembentukan cadangan beras juga direspon baik oleh negara-
negara di Asia Tenggara. Menyadari kerentanan akan bahaya alam yang
kemungkinan kekurangan makanan dan didasari atas semangat kerja sama diantara
negara-negara anggota, ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang
28 Jonatan A. Lassa, Paul Teng, Mely Cabellero Anthony dan Maxim Shrestha, Op.Cit, hal 2
33
hanya terdiri dari lima negara yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan
Thailand, pada tahun 1979 telah ditandatangani Agreement on the ASEAN Food
Security Reserve (AFSR) di New York.29 Yang pada intinya, pembentukan
cadangan pangan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan darurat.30
Penandatanganan perjanjian AFSR oleh lima negara ASEAN pada saat itu
merupakan cikal bakal terbentuknya cadangan pangan darurat ASEAN yang
bernama ASEAN Emergency Rice Reserve (AERR). AERR menjadi pengikat antar
anggota secara hokum dan mulai berlaku pada 24 Juli 1980.31
Komponen utama dalam perjanjian AFSR mencakup sebagai berikut:
Persediaan beras AERR terdiri dari jumlah beras yang dialokasikan (Pasal IV.3)
yang dijanjikan oleh masing-masing negara anggota sebagai persediaan bagi negara
anggota yang sedang dalam situasi darurat. Jumlah awal beras yang disisihkan
adalah 50.000 matrik ton (Pasal IV.2). Seorang anggota dapat mengakses AERR
hanya setelah deklarasi keadaan darurat. Menurut Pasal IV.5 Perjanjian AFSR, ada
tiga syarat yang harus ada sebelum suatu negara dianggap dalam "kondisi darurat":
negara telah sangat menderita atau telah mengalami bencana yang tidak terduga
akibat bencana alam atau bencana akibat manusia. Terakhir, negara tidak dapat
mengatasi melalui cadangan pangan nasionalnya dan tidak dapat membeli pasokan
makanan melalui perdagangan normal.32
29 Hermanto, Op.Cit, hal 74-75 30 Jonatan A. Lassa, Paul Teng, Mely Cabellero Anthony dan Maxim Shrestha, Op.Cit, hal 2 31 Kunmin Kim, Paula P. Plaza, 2018, Asian Development Bank Institute, No. 2018-1 (Agustus),
diakses dalam https://www.adb.org/sites/default/files/publication/439876/adbi-pb2018-1.pdf pada tanggal 21 Mei, hal 2 32 ibid
34
Namun, selama 30 tahun berdiri, stok AERR tidak pernah digunakan dan
mekanisme penyelesaian perselisihan melalui prosedur ASEAN Protocol on
Enhanced Dispute Settlement Mech anism (EDSM) tidak pernah diuji. Kasus
Indonesia pada tahun 1997-1998 secara khusus menyoroti kelemahan dari AERR.
Indonesia pada saat itu mengalami masalah kekurangan pangan yang serius dan
secara dramatis meningkatkan impornya karena kekeringan dan kebakaran hutan
yang disebabkan oleh El-Nino. Secara teknis, hal ini memenuhi syarat sebagai
“kondisi darurat” berdasarkan perjanjian AFSR. Namun, dari pada memanfaatkan
AERR, Indonesia memperoleh pinjaman dari International Monetary Fund (IMF)
dan World Bank sebagai gantinya. Dari hal tersebut, para pembuat kebijakan
mencatat kelemahan AFSR dan mengerahkan upaya untuk merevolusi kebijakan
dan program mereka untuk meningkatkan keamanan pangan di wilayah tersebut.33
Kelemahan AERR ini di tanggapi oleh ASEAN dengan jalan membangun
kerjasama dengan negara tetangga Asia Timur. Dalam perspektif ASEAN, ASEAN
mengakui bahwa negara-negara akan mendapatkan banyak manfaat dari
memperkuat dan memperdalam hubungan dengan tetangga-tetangga mereka
termasuk Asia Timur. Melalui kerjasama dibawah nama ASEAN Plus Thee, APT
bersama-sama membentuk cadangan pangan regional yang ditujukan untuk
memperbaiki mekanisme cadangan pangan regional yang gagal sebelumnya.
Kolaborasi ASEAN dan tiga negara mitra ini awalnya dilembagakan
melalui Joint Statement tentang Kerjasama Asia Timur yang dikeluarkan pada 28
33 ibid
35
November 1999. Pada tanggal 11 Oktober 2002, ASEAN Plus Three
mengumumkan peluncuran proyek percontohan bernama East Asia Emergency
Rice Reserve (EAERR). Ini didasarkan pada prototipe cadangan regional
sebelumnya, yang diprakarsai dan didukung oleh Jepang.
Kemudian, proyek percontohan EAERR mulai dirubah menjadi mekanisme
permanen. Pada tanggal 7 Oktober 2011, Perjanjian ASEAN Plus Three Emergency
Rice Reserve (APTERR) ditandatangani. APTERR merupakan kerja sama regional
yang didirikan berdasarkan Perjanjian APTERR yang ditandatangani oleh ASEAN
Plus Three Ministers on Agriculture and Forestry pada pertemuan AMAF yang ke-
11 pada tahun 2011 di Jakarta, Indonesia.34 Perjanjian APTERR mulai berlaku pada
12 Juli 2012. Pada tanggal 28 Oktober 2012, para anggota sepakat melalui
konsensus untuk menempatkan kantor Sekretariat APTERR di Thailand
berdasarkan Pasal VIII Perjanjian APTERR. Tahun berikutnya, APTERR secara
resmi didirikan sebagai mekanisme permanen, dan Sekretariat APTERR memulai
operasinya.
APTERR didirikan dengan tujuan untuk memperkuat ketahanan pangan,
pengentasan kemiskinan, dan pemberantasan kekurangan gizi di antara para
anggotanya tanpa mendistorsi perdagangan normal.35 Agar dapat menjalankan
tugasnya, di internal APTERR terdapat Dewan APTERR (APTERR Council)
sebagai dewan eksekutif yang terdiri dari satu wakil dari setiap negara anggota.
34 Dokumen resmi BKP, Kementerian Pertanian RI, Progress on the implementation of APTERR,
the special SOM-39th AMAF dan special SOM-17th AMAF+3, 27-30 Agustus 2018 35 ibid
36
Tugas utama mereka yakni bertindak sebagai badan pengatur APTERR. Sementara
sekretariat APTERR dibentuk untuk bertindak sebagai unit fasilitator dan
koordinasi. Sekretariat dipimpin oleh General manager yang ditunjuk oleh dewan
APTERR. Ruang kantor Sekretariat adalah kontribusi dalam bentuk barang oleh
pemerintah Thailand yang berbasis di the Office of Agricultural Economics (OAE),
Ministry of Agriculture and Cooperatives di Bangkok. Kegiatan sekretariat
APTERR didukung oleh biaya operasional yang didanai oleh pihak-pihak
APTERR. Biaya operasional juga dilengkapi oleh dana abadi sebagai dukungan
keuangan jangka panjang. Perincian biaya operasional dan dana abadi diilutrasikan
dalam Tabel 2.1 dan 2.2.36
Tabel 2.1 Kontribusi Tahunan untuk Biaya Operasional 2012-201637
36 ADB, Op. CIt, hal 4 37 ibid
37
Tabel 2.2 Kontribusi Modal untuk Dana Abadi38
Sedangkan, terkait dengan bantuan pangan, APTERR memiliki dua jenis
cadangan pangan yang bernama cadangan pangan darurat yang disisihkan
(earmarked emergency rice reserve) dan cadangan pangan darurat yang ditimbun
(stockpiled emergency rice reserve). Cadangan pangan yang disisihkan dapat
berupa uang tunai dan beras, dan bentuk cadangan lainnya seperti kontrak atau
sumbangan di masa depan dalam bentuk uang atau barang (perjanjian APTERR
Pasal III.2).39 Sumbangan awal earmarked APTERR berjumlah 787,000 ton beras
yang berasal dari sumbangan negara-negara anggota seperti yang diilustrasikan
pada Tabel 2.3. Stok tersebut tetap dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah
masing-masing negara anggota untuk memenuhi kebutuhan dari negara yang
membutuhkan bantuan dalam keadaan darurat. Pemerintah juga bertanggung jawab
38 ibid
39 ibid
38
untuk mengatur biaya perawatan stok beras mereka untuk memastikan beras tetap
dalam keadaan baik. Bentuk lain dari stok beras APTERR adalah cadangan beras
yang ditimbun/ stockpiled emergency rice reserve yang bisa dalam bentuk uang
tunai atau beras, tetapi dimiliki secara kolektif oleh anggota negara APTERR dan
dikelola oleh sekretariat APTERR dibawah pengawasan dewan APTERR.40
Tabel 2.3 Jumlah Cadangan beras yang Disisihkan Setiap Negara
Pada perilisan bantuan pangan dari APTERR, terdapat tiga mekanisme yang
digunakan yang meliputi Tier 1, Tier 2 dan Tier 3. Tier 1 melibatkan pelepasan
earmarked stocks dibawah mekanisme yang telah di atur dalam suatu perjanjian
sebelum bencana tersebut terjadi. Skema ini dirancang untuk mengantisipasi
keadaan darurat ketika terjadinya bencana. Pelepasan cadangan beras yang berasal
dari Tier 1 diatur sebelumnya berdasarkan perjanjian secara formal sebagai kontrak
40 ibid
39
berjangka. Perjanjian memuat jumlah beras, kualitas beras tertentu, metode
penetapan harga, ketentuan pembayaran, pengiriman serta persyaratan lainnya yang
disepakati antara negara pemasok dengan negara penerima. Pengiriman beras dari
negara pemasok akan dilakukan jika terjadi keadaan darurat di negara penerima
beras tersebut, dengan pembayaran berdasarkan herga beras pasar internasional
yang berlaku. Jumlah beras ditentukan berdasarkan perkiraan kekurangan beras jika
terjadi keadaan darurat dalam jangka menengah. Singkatnya mekanisme Tier 1
berupa kontrak antara negara pemasok dan negara penerima atau penjualan
komersial khusus.
Tier 2 melibatkan pelepasan earmarked stocksi untuk keadaan darurat yang
bukan merupakan bagian dari Tier 1. Program ini dirancang untuk mengantisipasi
keadaan darurat. Pelepasan cadangan beras menurut Tier 2 tersedia untuk negara
anggota APTERR untuk memenuhi persyaratan darurat beras dibawah pengaturan
lain. Pengiriman bantuan beras mengikuti perjanjian di tempat antara negara
pemasok dan negara penerima. Mengenai kesepakatan harga, Tier 2 mengatur
serupa dengan Tier 1 yakni pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau melalui
pinjaman atau hibah jangka panjang, berdasarkan kesepatan bersama dari negara-
negara yang terlibat.
Tier 3 melibatkan pelepasan stockpiled emergency tice reserve yang
ditujukan untuk permasalahan akses pangan. Program ini dirancang untuk keadaan
genting dan sebagai bantuan kemanusiaan yang lainnya terhadap kerawanan
pangan. Pelepasan cadangan bers di bawah Tier 3 merupakan sumbangan beras
sebagai bantuan kemanusiaan kepada negara penerima yang terkena musibah atas
40
permintaan mereka dalam menanggapi keadaan darurat akut. Dalam kasus tertentu,
distribusi beras dapat lancak dengan cepat akibat ada pemicu otomatis. Selain itu
stok beras juga dapat dirilis untuk program pengentasan kemiskinan dan
pemberantasan kekurangan gizi untuk menangani tujuan kemanusiaan lainnya.41
Mekanisme perilisan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Mekanisme perilisan beras APTERR42
2.2 Gambaran Bencana Alam di Myanmar Tahun 2015
2.2.1 Latar Belakang Banjir di Myanmar
Myanmar merupakan salah satu negara yang terpapar akan berbagai bahaya
alam termasuk banjir, angin topan, gempa bumi, tanah longsor dan tsunami.
Myanmar terletak pada major earthquake belt dan menjadi sasaran dari gempa
berskala kecil yang terjadi secara terus menerus. Myanmar diprediksi akan terus
mengalami bencana yang berkaitan dengan air. terlebih hal tersebut diperburuk
41 APTERR secretary, diakses dalam https://www.apterr.org/faq, (24/07/2019)
42 APTERR Secreatary, APTERR Mechanism, diakses dalam https://www.apterr.org/what-is-
apterr, (24/07/2019)
41
dengan adanya perubahan iklim. bencana alam seperti banjir akan semakin intens.
suhu dan curah hujan cenderung meningkat, yang menyebabkan curah hujan yang
ektrem akan sering terjadi dan dampaknya ialah banjir yang menggenangi banyak
wilayah.43 salah satu banjir hampir di semua wilayah Myanmar ialah banjir pada
tahun 2015.
Menurut IFRC, sejak Juni 2015, Myanmar dan Bangladesh sudah menerima
hujan lebat dari badai monsun. Pada akhir Juli, zona bertekanan rendah di Samudra
Pasifik dekat Bangladesh mengintensifkan badai yang tumbuh menjadi topan tropis
Komen. Menurut Emergency Response Coordination Centre (ERCC), Komen
tumbuh dari depresi (tekanan rendah) menjadi depresi berat (ke tekanan yang lebih
rendah) pada 29 Juli, dan menjadi badai siklon pada 30 Juli. DACS
mengklasifikasikan Komen sebagai badai topan tropis dengan kecepatan angin
maksimum 74km / jam, pada 30 Juli 2015. Pendaratan Topan di Bangladesh terjadi
pada 30 Juli. Setelah memasuki Bangladesh, pada 31 Juli Komen kehilangan
kekuatan dan menjadi depresi berat, tetapi curah hujan di Myanmar berlanjut
hingga bulan Agustus dan September. Curah hujan lebih dari 500mm terjadi karena
badai, sehingga curah hujan lebih dari dua kali lipat rata-rata di banyak wilayah
Myanmar dan menyebabkan banjir.44
43Government of Union Myanmar, 2015, Myanmar post disasters need assessment of flood and
lineslides July-October 2015, diakse dalam
http://documents.worldbank.org/curated/en/646661467990966084/pdf/103631-WP-P157276-
PUBLIC-PFLNA-Report-2016.pdf)
44 Vitor Vasconcelos , Chusit Apirumanekul, Chayanis Krittasudthacheewa, Hurricanes and Floods:
a study case of Myanmar flood in 2015, 2016, Researchgate, diakses dalam
https://www.researchgate.net/publication/299582871_Hurricanes_and_Floods_a_study_case_of_
Myanmar_flood_in_2015/link/57008e2c08ae650a64f80f58/download, hal 3)
42
Banjir berdampak pada banjir di 12 dari 14 negara bagian/wilayah seperti
yang terlihat pada gambar 2.1. Daerah paling parah terkena dampak bencana
tersebut meliputi Ayeyarwady, Chin, Rakhine states, Sagaing, Bago, Yangon, dan
Magway. yang berada di zona pesisir dan delta, akibatnya wilayah-wilayah ini yang
paling terkena dampak banjir. Hujan lebat, selain menyebabkan banjir juga
menyebabkan tanah longsor di negara bagian Chin seperti yang diilustrasikan pada
gambar 2.2. bencana banjir dan tanah longsor menyebabkan kerusakan signifikan
pada perumahan, infastruktur, lahan pertanian, tanaman (panen) dan mata
pencaharian.
Gambar 2.2 Banjir berdampak pada kota-kota di Myanmar45
45 ibid
43
Gambar 2.3 Dampak banjir dan tanah longsor di Myanmar46
2.2.2 Dampak pada Perumahan dan Infrastruktur
Berdasarkan data dari The United Nations Office for the Coordination of
Humanitarian Affairs (UN OCHA), keseluruhan banjir telah mempengaruhi lebih
dari 34,6 juta orang (66% dari populasi di Myanmar), dan mengakibatkan lebih dari
1,6 juta orang terlantar dan mengakibatkan korban jiwa sedikitnya 100 orang.
Secara rinci dampak banjir di setiap wilayah seperti yang dapat dilihat pada gambar
2.4. Wilayah yang masyarakatnya paling banyak terdampak banjir ialah
Ayeyarwady, Yangon, Sagaing, Bago, Rakhine dan Chin. Secara total Banjir juga
merusak sejumlah 490.000 rumah, 21.200 diantaranya rusak.
46 Khin Wah Wah Win, Staff Officer DMH, 2018, Overview of existing Flood forecasting and
warning infrastructures in Myanmar Development and Implementation of the Myanmar stand-
alone Flash Flood Guidance System(FFGS), Initial Planning Meeting,
http://www.wmo.int/pages/prog/hwrp/flood/ffgs/myanmar/documents/planning/day1/d1_6_Overvi
ew_existingFloodforecastingWarningInfrastructures-Myanmar.pdf)
44
Gambar 2.4 Jumlah orang yang terkena dampak banjir di setiap
wilayah di Myanmar47
Selain berdampak pada banyaknya jumlah rumah, banjir juga berdampak
pada infrastruktur publik seperti listrik, transportasi, komunikas. pada sektor listrik,
kerusakan tercatata mencapai senilai 6,2 miliar kyat (sekitar 4,6 juta USD) dan
kerugian mencapai 0,6 miliar kyat.48 Kerusakan dan kerugian sebagian besar
disebabkan oleh hubungan arus pendek, tiang linstrik yang roboh dan kebel
penghubung dan pemadaman listrik di daerah banjir. Misalnya, 15 stasiun tenaga
air mini rusak di Negara Bagian Chin dengan total kapasitas 150 KW. Wilayah
47 ibid
48 Ms. Lwin Lwin Wai, Fellow from Myanmar, 2018, Assessing the Severity of the Impact of
Flood on Infrastructure in Myanmar, Parliamentary Institute of Cambodia, diakse dalam
https://www.pic.org.kh/images/2018Research/20180611_Assessing%20the%20Severity%20of%2
0the%20Impact%20of%20Flood%20on%20Infrastructure%20in%20Myanmar.pdf, hal 7
(30/11/2019)
45
yang menderita kerusakan terburuk menurut Kementerian Tenaga Listrik ialah
Chin, Rakhine, Magway dan Sagaing.
Pada sektor komunikasi, sektor ini meliputi infrastruktur yang dibutuhkan
untuk menyampaikan informasi termasuk pengiriman pos, system telepon, radio,
televisi dan internet. Sektor komunikasi Myanmar telah mengalami kerusakan yang
signifikan karena banjir dan tanah longsor khususnya yang berkaitan dengan
jaringan telekomunikasi, layanan pos dan kantor-kantor pemerintah di wilayah
yang terkena dampak. Selain itu, banjir juga menyebabkan rusaknya 608 sekolah,
247 fasilitas kesehatan dimana 195 diantaranya merupakan pusat kesehatan di 38
kota di 7 negara bagian.49
Pada sektor transportasi, banjir dan tanah longsor menyebabkan kerusakan
parah di seluruh negeri. Sebagian besar kerusakan transportasi terjadi di Chin,
Sagaing, Rakhine dan Magway. Dampak langsung pada sektor transportasi terdiri
dari rusaknya jalan dan jalur kereta api yang diblokir, terganggunya akses pasar,
dan kurangnya akses ke fasilitas sosial baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Untuk waktu yang lama, kerusakan jalan sebagai penghubung, membatasi kapasitas
untuk pengiriman pasokan darurat dan menghambat pemulihan bagi masyarakat
yang paling terkena dampak.
2.2.3 Dampak pada Pertanian (Padi)
Banjir telah menggenangi lebih dari 1,2 juta hektar lahan pertanian. Dampak
bencana banjir pada sector pertanian terutama ditanggung oleh wilayah Sagaing,
49 World Health Organization, diakses dalam http://www.searo.who.int/entity/emergencies/sitrep-
4-myanmar-2september.pdf?ua=1).
46
Chin, Ayeyarwady, Rakhine, Bago dan Magway. Lebih dari 527.000 hektar
tanaman terkena dampak terutama tanaman padi, dengan beberapa wilayah
kehilangan seluruh panen selama musim hujan.50
Pertanian adalah tulang punggung ekonomi Myanmar. Sektor ini
menyumbang sekitar 30% dari PDB, lebih dari 50% dari total lapangan kerja dan
sekitar 20% dari ekspor pada tahun sebelumnya.51 Produksi pertanian sekitar 11,87
juta hektar (ha), atau 17,5 persen dari total luas Myanmar sekitar 68 juta ha. Sekitar
3,64 juta ha ditanami oleh petani skala kecil. Rata-rata total kepemilikan lahan
untuk petani skala kecil adalah 2,21 ha.52 Di Myanmar, Beras merupakan tanaman
pangan utama dan makanan ekspor utama. Padi dapat ditanam di seluruh negeri
sepanjang tahun lebih dari 7,53 juta (ha), atau lebih dari setengah lahan yang subur
di negara itu. Padi ditanam selama musim hujan (80%) dan musim panas (20%) di
empat zona, delta, zona kering, zona pantai, dan daerah pegunungan yang disebut
Agro-Ecological Zonas (AESs).53
Wilayah-wilayah yang terkena dampak paling signifkan di sektor pertanian
tersebar di AEZs, Ayeyarwady dan Bago ditemukan di daerah delta, Chin di daerah
perbukitan dan pegunungan, Sagaing dan Magway di zona tengah dan kering dan
Rakhine di zona pantai. Ayeyarwardy merupakan wilayah paling banyak
50The World Bank, Myanmar Floods and Landslides: Post Disaster Needs Assessment, diakses
dalam https://www.worldbank.org/en/country/myanmar/publication/myanmar-floods-and-
landslides-post-disaster-needs-assessment)
51 https://www.rvo.nl/sites/default/files/2016/03/Agriculture%20Factsheet.pdf
52 the Ministry of Agriculture and Irrigation; Ministry of Livestock, Fisheries & Rural
Development; FAO and WFP under the framework of the Food Security Sector in partnership with
UN Women, World Vision, CESVI, CARE, JICA and LIFT, Agriculture and Livelihood Flood
Impact Assessment in Myanmar, diakses dalam
http://www.fao.org/fileadmin/user_upload/emergencies/docs/Final_Impact_Assessment_Report_fi
nal.pdf
53 The World Bank, Loc.Cit
47
kehilangan di sektor pertanian karena 101.814 hektar lahan pertanian hancur total
dan 13.732 hektar rusak. kemudian wilayah Bago merupakan wilayah kedua yang
kehilangan pertaniannya akibat bencana banjir tahun 2015. Ada sekitar 87.771
hektar lahan pertanian rusak dan 21,278 hancur. Selanjutnya, ada Sagaiang dengan
30.219 hektar lahan pertanian hancur dan 34,627 hektar rusak. Wilayah Rakhine
dengan 29,737 rusak dan 585 pertanian hancur. disusul Magway dengan 12,457
rusak dan 20,309 hancur serta Chin dengan 1,024 pertanian rusak dan 1,158
pertanian hancur.54
Dari segi kepadatan populasi, wilayah Mandalay, Rakhine dan Ayeyarwady
selama periode 1983 ke 2014, mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang
relative lebih besar dari pada wilayah lain, seperti yang diilustrasikan pada grafik
2.1.
Grafik 2.1 Population densitiy 1973,1983 dan 201455
54 ibid
55 ibid
48
Sektor pertanian dianggap mendukung sebagian besar populasi di wilayah-
wilayah yang terkena dampak paling parah ini seperti Ayeyarwady, Bago, Chin,
Magway, Rakhine dan Sagaing. Ayeyarwady mempunyai total rumah tangga
sebanyak 1,5 juta. Sekitar 700 rumah tangga atau setara dengan 47% terlibat dalam
pertanian. Bago mempunyai jumlah total sebanyak 800-an rumah tangga, dimana
500-an rumah tangga atau setara dengan 58% terlibat dalam pertanian. Chin
mempunyai total rumah tangga sebanyak 100-an, 94 rumah tangga atau setara
dengan 90% terlibat dalam pertanian. Magway mempunyai total rumah tangga 1
juta dengan 500-an rumah tangga atau setara dengan 56% terlibat dalam pertanian.
Rakhine mempunyai jumlah rumah tangga sebanyak 600-an, dengan 200-an atau
setara dnegan 47% terlibat dalam pertanian. Sagaing mempunyai total rumah
tangga sebanyak 1,2 juta dengan 748 rumah tangga atau setara dengan 61% terlibat
dalam pertanian.56 Padi adalah tanaman pokok yang dibudidayakan di seluruh
wilayah / negara bagian. Beras utamanya disimpan untuk konsumsi rumah tangga
dan setiap kelebihannya dijual sebagai pendapatan.57
Musim panen padi utama pada tahun 2015 diperkirakan 22,8 juta ton, dibawah
4 persen dari panen utama 2014. Menurunnya hasil panen diakibatkan oleh lahan
dan pemangkasan hasil panen setelah banjir pada bulan juli dan agustus. Namun
diperkirakan hasil panen musim kedua bulan April-Mei 2016 mengalami
56 Food And Agriculture Organization Of The United Nations World Food Programme, 2016,
Fao/Wfp Crop And Food Security Assessment Mission To Myanmar, Food and Agriculture
Organization of the United Nations, World Food Programme, diakses dalam
http://www.fao.org/3/a-i5460e.pdf, hal 15 (30/11/2019)
57 ibid
49
peningkatan sebesar 5 persen karena dianggap tidak akan dipengaruhi oleh efek
jangka panjang dari banjir. Secara agregat, produksi padi pada 2015 (termasuk
musim hujan 2015 dan musim panas sekunder 2015), diperkirakan sebesar 27,5 juta
ton. Hasil ini lebih rendah 3% dari produksi tahun sebelumnya dan 2% lebih rendah
dari rata-rata tiga tahun.58
2.2.4 Dampak Banjir pada Aksesibilitas Pangan
Ketahanan Pangan menurut Kerangka AIFS dan SPA-FS dengan mengadopsi
dari World Food Summit, 1996 yaitu “Food security exists when all people, at all
times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food that
meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy life”
definisi ini merujuk pada dimensi ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan
pangan, aksesibilitas pangan, pemanfaatan pangan dan stabilitas pangan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.59
a. Ketersediaan pangan: Ketersediaan jumlah makanan yang cukup dengan
kualitas yang sesuai, dipasok melalui produksi dalam negeri dan / atau
impor (termasuk bantuan makanan).
b. Aksesibilitas pangan: Akses oleh individu ke sumber daya yang memadai
(hak) untuk memperoleh makanan yang sesuai untuk kebutuhan gizi. Hak
didefinisikan sebagai kumpulan komoditas bersama dimana seseorang
58 Food And Agriculture Organization Of The United Nations World Food Programme, Op.Cit hal
9
59 ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework
And Strategic Plan Of Action On Food Security In The ASEAN Region (SPA-FS) 2015-2020,
diakses dalam https://www.asean-agrifood.org/?wpfb_dl=58, (30/22/2019)
50
dapat membangun kesamaan hukum, politik, ekonomi dan aturan sosial
masyarakat tempat tinggal (termasuk hak tradisional seperti akses ke
sumber daya Bersama).
c. Pemanfaatan: Pemanfaatan makanan melalui makanan yang cukup, air
bersih, sanitasi, dan perawatan kesehatan untuk mencapai keadaan
kesejahteraan gizi di mana semua kebutuhan fisiologis terpenuhi. Hal Ini
memunculkan pentingnya input non-pangan dalam ketahanan pangan.
d. Stabilitas: memberikan jaminan pangan, suatu populasi, rumah tangga atau
individu harus memiliki akses ke makanan yang memadai setiap saat.
Mereka tidak boleh mengambil risiko kehilangan akses ke makanan sebagai
konsekuensi dari goncangan tiba-tiba (mis. Krisis ekonomi atau iklim) atau
peristiwa siklus (mis. Kerawanan pangan musiman). Konsep stabilitas
karenanya dapat merujuk pada dimensi ketersediaan dan akses ketahanan
pangan.
Dari empat dimensi ketahanan pangan diatas, penulis mengidentifikasi bahwa
banjir yang terjadi di Myanmar menjadi tantangan pada tercapaianya aksesibilitas
pangan. Banjir telah menimbulkan hambatan pada masyarakat yang terdampak
untuk memiliki akses pangan.
Pada 2015, banjir berdampak negatif pada pendapatan pertanian dan non
pertanian di daerah-daerah yang dilanda banjir. Namun pendapatan keseluruhan di
Myanmar yang diukur dengan PDB per kapita terus meningkat seperti pada Grafik
2.2 karena itu bagi myanmar secara keseluruhan banjir tampaknya tidak memiliki
51
dampak yang signifikan terhadap pendapatan. Namun, banjir memiliki dampak
kenaikan harga beras.
Grafik 2.2 Produk Domestik Bruto (PDB) Myanmar60
Banjir dan tanah longsor telah menyebabkan kenaikan harga beras seperti dalam
grafik 2.3. kenaikan herga beras disebabkan oleh terganggunya pasar yang
diakibatkan oleh gangguan transportasi, kerusakan infrastruktur, kerusakan properti
dan hilangnya panen. Kondisi darurat sering dimanfaatkan oleh oknum tertentu
untuk menaikkan harga beras. Disisi lain, hal tersebut akan mempersulit masyarakat
yang terdampak untuk membeli beras akibat hilangnya harta benda mereka. apabila
kondisi tersebut tidak segera ditangani, akan menyebabkan banyak kerawanan
pangan terjadi akibat akses ke makanan yang sulit.61
60 Food And Agriculture Organization Of The United Nations, World Food Programme, Op.Cit hal
32
61 ibid
52
Untuk mengatasi lonjakan harga beras, diperlukan adanya intervensi berupa
bantuan beras agar harga beras dapat ditekan. Bantuan beras selain dapat menekan
harga beras, dalam waktu sementara, bantuan tersebut dapat memberikan akses
pangan pada masyarakat yang terdampak, dimana masyarakat yang terdampak
tidak dipusingkan untuk membeli beras dengan harga mahal karena adanya beras
bantuan.
Grafik 2.3 Myanmar (Yangon) - Beras (Emata, Manawthukha) harga grosir
(MMK/kg) 62
Selain mengandalkan bantuan kemanusiaan yang datang, untuk dapat bertahan
hidup ditengah bencana alam yang melanda, rumah tangga yang menghadapi
tantangan akan akses pangan akibat ketidakmampuan dalam menyediakan sumber
makanan dalam jumlah cukup bagi anggota keluarga, sering kali bergantung pada
serangkaian makanisme terkait makanan dan non makanan untuk mencukupi
62 Food And Agriculture Organization Of The United Nations World Food Programme, Op.Cit hal
32
53
kebutuhannya. Biasanya, masyarakat menggunakan produksi beras sendiri sebagai
sumber di antara rumah tangga petani, seperti contoh di Kachin dan Kayin.
Sedangkan Bantuan makanan adalah sumber beras yang penting bagi rumah tangga
non-pertanian seperti di Ayeyarwady dan Chin.63 Lebih rinci terkait dengan sumber
beras disetiap wilayah dapat dilihat pada Grafik 2.4
Grafik 2.4 Sumber utama beras berdasarkan rumah tangga64
Grafik 2.5 menyajikan temuan Angka Konsumsi Makanan atau the Food
Consumption Score (FCS) untuk rumah tangga yang disurvei selama A Crop and
Food Security Assessment Mission (CFSAM) Myanmar 2015. Wilayah yang
menyajikan makanan dengan kualitas terendah menurut FCS adalah Chin,
Rakhine, dan Magway.
63 Asian Development Bank, Poverty Analysis, Interim Country Partnership Strategy: Myanmar,
2012–2014, diakses dalam https://www.adb.org/sites/default/files/linked-documents/icps-mya-
2012-2014-pa.pdf, (1/12/2019)
64 FAO dan WFP, Op.Cit, hal 39
54
Grafik 2.5 Skor konsumsi makanan hasil dari setiap wilayah65
Grafik 2.6 menyajikan temuan dari FAO dan WFP dari FCS pada survei rumah
tangga terhadap data dua tahunan yang dikumpulkan oleh Sistem Pemantauan
Keamanan Pangan atau the Food Security Monitoring System (FSMS). Seperti yang
ditunjukkan, proporsi rumah tangga yang dilaporkan memiliki makanan yang tidak
memadai (misalkan miskin atau berada di garis batas FCS) di wilayah yang
berbeda.
65 FAO dan WFP, Op.Cit, hal 40
55
Grafik 2.6 Proporsi rumah tangga dengan makanan yang tidak
memadai66
Cara utama yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kekurangan
makanan atau uang untuk membeli makanan seperti yang disajikan pada Grafik 2.7.
Di antara rumah tangga yang dilaporkan mengalami kesenjangan makanan,
mekanisme yang paling umum digunakan adalah meminjam makanan dari tetangga
atau kerabat (56 persen) atau membeli makanan secara kredit (61 persen).
Grafik 2.7 Proporsi pada strategi rumah tangga pada kesenjangan
makanan67
66 ibid
67 FAO dan WFP, Op.Cit hal 41
56
Penggunaan pinjaman untuk menutupi kesenjangan jangka pendek dan
menengah dalam pendapatan dan ketersediaan makanan adalah mekanisme
penanggulangan yang signifikan yang digunakan oleh semua jenis rumah tangga di
Myanmar. Petani dan buruh harian yang tidak mampu membayar tunai mengambil
pinjaman (publik dan swasta) atau membeli secara kredit dari pasar. Beberapa
petani juga melakukan praktik penjualan sebagian dari hasil panen mereka di muka
(ke tetangga atau pabrik) dengan imbalan beras yang dapat dikonsumsi atau uang
tunai, tergantung pada kebutuhan utama mereka. Hampir 80 persen rumah tangga
memiliki setidaknya satu pinjaman dan sebagian besar rumah tangga dengan
pinjaman telah mengambil pinjaman baru (sejak Juli) khususnya karena banjir (71
persen). Grafik 2.8 menunjukkan distribusi relatif bagaimana rumah tangga
melaporkan membelanjakan uang pinjaman ini sesuai dengan mata pencaharian
Grafik 2.8 Penggunaan uang pinjaman sebagai hasil dari banjir pada rumah
tangga68
68 ibid
57
Jumlah pinjaman yang dipinjam juga berbeda berdasarkan mata
pencaharian. Jumlah rata-rata yang dilaporkan dipinjam oleh rumah tangga petani
adalah MMK 400.000 dibandingkan dengan rumah tangga non-pertanian MMK
200.000. Rumah tangga petani juga lebih mungkin menerima pinjaman mereka dari
bank dibandingkan dengan rumah tangga non-pertanian (21 persen vs 5 persen).
Meskipun demikian bantuan untuk para korban tetaplah dibutuhkan untuk
membantu mereka mendapatkan akses pangan pada sumber daya pangan.
Meskipun startegi untuk memperoleh makanan telah dilakukan oleh para
korban, kombinasi intervensi atau mekanisme respon harus tetap digunakan untuk
memenuhi kebutuhan populasi jangka pendek, menengah dan jangka Panjang
termasuk dukungan bentuk makanan. Dukungan hal tersebut pada dasarnya saling
berkaitan yang bertujuan untuk mendukung korban bencana memperoleh akses
makanan dan mengurangi kebutuhan akan menanggulangu mekanisme negatif
untuk mendapatkan makanan seperti meminjam uang.69
2.3 Respon Pemerintah Myanmar dan Mitigasi Ketahanan pangan Pasca
Bencana
Tanggap darurat saat bencana alam terjadi merupakan proses yang
kompleks yang membutuhkan koordinasi antara banyak kelompok penting.
pemerintah di tuntut untuk respon dan mobilisasi dengan cepat dan efisien. Respon
yang efektif membutuhkan diantaranya komando, operasi, logistic, keuangan jika
69 The Ministry of Agriculture and Irrigation; Ministry of Livestock, Fisheries & Rural
Development; FAO and WFP under the framework of the Food Security Sector in partnership with
UN Women, World Vision, CESVI, CARE, JICA and LIFT, Op.Cit hal 52
58
bantuan harus menjangkau mereka yang terkena dampak secara tepat waktu dan
terorganisir.70
Pada 31 Juli, Presiden U Thein Sein mendeklarasikan keadaan darurat
nasional di negara bagian Chin, Rakhine dan di wilayah Sagaing dan Magway yang
merujuk pada penunjukkan wilayah tersebut sebagai zona yang terkena dampak
bencana alam merujuk pada pasal 11 hukum menejemen bencana alam.71
Pada 4 Agustus, Myanmar menyerukan bantuan kemanusiaan internasional
untuk membantu dalam respon banjir yang efektif. Salah satu yang dibutuhkan
dalam bantuan kemanusiaan yaitu kebutuhan pangan bagi korban banjir.
Pemerintah Myanmar melalui Departemen Pertanian telah melakukan koordinasi
dengan organisasi atau lembaga internasional maupun negara lain yang akan
memberikan bantuan kemanusiaan kepada Myanmar.
Bantuan yang diberikan bermacam mulai dari bantuan tunai, kontribusi
bentuk barang atau kebutuhan pokok seperti beras yang diberikan kepada
masyarakat yang terdampak saat bencana terjadi. Pihak yang memberikan bantuan
darurat saat bencana alam terjadi yaitu ASEAN dengan bantuan berupa uang tunai
sebesar US$ 18,2 juta, AHA Centre dengan negara-negara anggota ASEAN
mengerahkan the ASEAN Emergency Response and Assessment Team (ASEAN
ERAT) dan dimobilisasi oleh Disaster Emergency Logistic System for ASEAN
70 UNV, 2019, Supporting disaster and emergency preparedness and response capacity in
Myanmar, diakses dalam https://www.unv.org/Our-stories/Supporting-disaster-and-emergency-
preparedness-and-response-capacity-Myanmar, (3/01/2020)
71Richard Davies, 2015, Myanmar Disasters Declared as Floods Affect 150,000, diakses dalam
(http://floodlist.com/asia/myanmar-disaster-declared-floods-affect-150000).
59
(DELSA) untuk mendukung pemerintah Myanmar selama krisis. dan APTERR
sebagai lembaga cadnagan pangan yang memberi bantuan pangan.
Terkait dengan kegiatan pemulihan pasca bencana, beberapa organisasi
internasional juga membantu dalam proses pemulihan dengan bekerjasama dengan
tim the Recovery Coordination Committee. Tim ini dibentuk pada tanggal 10
Agustus 2015 untuk memimpin pemulihan dengan mengembangkan strategi
pemulihan dan mendirikan Pusat Koordinasi Pemulihan untuk memberikan
dukungan operasional dan manajemen informasi kepada the National Natural
Disaster Management Committee (NNDMC). RCC terdiri dari 28 anggota dari
masing-masing kementerian yang dipimpin oleh Ministry of Construction (MOC).
Upaya pemulihan dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan khusus bagi
komunitas yang paling rentan, termasuk perempuan, pemuda, penyandang cacat,
dan orang tua. Organisasi internasional yang terlibat yaitu World Food Programme
(WFP) melalui bantuan kegiatan rehabilitasi aset masyarakat di Ayeyarwaddy,
Bago, Chin, Kachin, Kayin, Magway, Mon, Rakhine dan Negara Bagian serta
Wilayah Sagaing untuk mencegah dampak negatif lebih lanjut terhadap keamanan
pangan dan situasi gizi di Myanmar.72
Kegiatan pemulihan juga di bantu oleh FAO. FAO memberikan bantuan
pemulihan melalui kegiatan yang berfokus untuk mendukung mata pencaharian
sekitar 150.000 petani dan orang nelayan di daerah yang paling parah terkena
dampak di Rakhine, Chin, dan Sagaing. Fasilitas yang diberikan termasuk
72WFP, 2016, In Flood-Affected Rural Areas, Poorest People Face Highest Food Insecurity Risk And
Livestock And Fisheries Sectors Yet To Recover From Severe Damage,diakses dalam
https://www.wfp.org/news/myanmar-cyclone-struck-rural-areas-poorest-people-face-highest-food-
insecurity-ris
60
penyediaan input pertanian termasuk benih, pupuk dan alat-alat tangan dan
peternakan kembali (ayam, bebek, kambing dan babi). Selain itu, inisiatif
pembangunan ketahanan akan mencakup rehabilitasi dan / atau pembangunan
kembali aset rumah tangga dan masyarakat, pemetaan sistem pengurangan risiko
bencana dan pelatihan petani dalam keterampilan pengurangan risiko bencana
untuk memungkinkan mereka pulih lebih cepat dan memanfaatkan input pemulihan
darurat yang disediakan. Pada tahun yang sama.
2.4 Gambaran Bencana Alam di Filipina tahun 2015
2.4.1 Latar Belakang Banjir di Filipina
Filipina merupakan negara yang rentan terhadap berbagai jenis bahaya alam
karena letak geografisnya dan lingkungan fisiknya. Filipina terletak di “pacific ring
of fire”, diantara dua lempeng tektonik (Eurasia dan pasifik), suatu wilayah yang
letaknya mengelilingi samudra pasifik dimana sering terjadi gempa bumi dengan
rata-rata 20 perhari (bertekanan lemah) dan aktivitas vulkanik akibat pergerakan
lempeng tektonik.73
Dari banyaknya bencana alam yang terjadi, peristiwa hidrometeorologis
seperti topan dan banjir menyumbang lebih dari 80% dari bencana alam di negara
itu. Berdasarkan the Philippine Atmospheric, Geophysical and Astronomical
Services Administration (PAGASA), Filipina merupakan negara yang rentan
terhadap sikolon tropis karena letak geografisnya yang umumnya dapat
menghasilkan hujan lebat, banjir di banyak wilayah dan juga angin kencang yang
73 Philippines’ Country Profile, diakses dalam
https://www.adrc.asia/countryreport/PHL/2009/PHL2009.pdf, hal 1).
61
mengakibatkan banyak korban jiwa serta dampak pada kerusakan tanaman dan
properti. Badai tropis di Filipina rata-rata mencapai 20 kali setiap tahunnya. Antara
rentan 2006-2016 lebih dari setengah (65%) dari siklon tropis memasuki Philippine
Area of Responsibility (PAR). Sekitar 10 topan yang diidentifiaksi memastikan dan
membuat kerusakan serta korban. Salah satunya yaitu topan melor yang terjadi pada
2015.74
Pada 2015, topan Melor (yang secara lokal dikenal dengan nama Nona)
memasuki Philippine Area of Responsibility (PAR) pada 12 Desember 2015 pagi
hari dengan maksimum kecepatan angina yang terus menerus 65 km/jam dekat
pusat dan kecepatan naik pada 80 km/jam. Pada 13 desember pukul 4 pagi intensitas
badai meningkat pada Severe Tropical Strom (STS) dan semakin intensif pada level
Topan di siang harinya. Tanggal 14 desember topan membuat tiga pendaratan.
Pertama di Pulau Batag, Laoang, Samar Utara pukul 11 siang. Pendaratan kedua di
Bulusan, Sorsogan pukul 4 sore dan pendaratan ketiga di Pulau Burias, Masbate
pukul 9.45 malam. Pada 15 desember topan membuat pendaratan ke empat di Pulau
Banton, Romblon pukul 5.30 pagi dan pendaratan ke lima pada pukul 10.30 pagi.
Terakhir topan membuat pendaratan di Pinamalayan, Oriental Mindoro. Pada hari
yang sama, pada siang hari mendarat di Mindoro Utara. Pada 16 desember topan
melor sedikit melemah dan pindah ke barat laut Filipina dengan kecepatan angin
maksimum 130 km/jam dan 160 km/jam. Topan melor telah melemah menjadi
badai tropis dan pindah ke utara Luzon. Pada 17 desember topan melor melemah
74 OCHA, Philippines: Destructive Tropical Cyclone from 2006 to 2016, diakses dalam
https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/ocha_phl_destructive_typhoons_2006_to_20
16.pdf).
62
menjadi Tropical Depression (TD) dan berlokasi di 60 km barat daya, Zambales.
Melor terus melemah menjadi Low Pressure Area (LPA).75 Ilustrasi jalur
pergerakan topan melor dalam seperti pada gambar 2.476
Gambar 2.5 Proyeksi Jalur Topan Melor
Topan melor menyebabkan insiden lain seperti tanah longsor di beberapa
daerah. Pada 16 desember, tanah longsor terjadi di Pantabangan-jalan Aurora
disekitar barangay Cadaclan dan barangay Marikit. Di Pantabangan dilaporkan total
4 rumah rusak, dan jalan tidak dapat di lewati. Pada tanggal yang sama, longsor
juga melanda barangay Magsaysay menyebabkan 1 orang meninggal dan 1 orang
terluka. Pada 19 desember, longsor melanda Gabaldon Nueva Ecija, yang
75 National Disaster Risk Reduction and Management Council, Republic of Philippine, diakses
dalam
http://ndrrmc.gov.ph/attachments/article/2663/ASitRep_No_19_re_Preparedness_Measures_and_
Effects_of_Typhoon_NONA_24DEC2015_0600H.pdf
76 VOA News, 2015, over 700,000 people evacuated as typhoon.hits Philippine, East Asia Pasific,
diakses dalam https://www.voanews.com/east-asia-pacific/over-700000-people-evacuated-
typhoon-hits-philippines (25 /12/2019)
63
menyebabkan jalan tidak dapat di lewati di sekitar Pinamalisan, Gabaldon, Nueva
Ecija.
Secara total, topan melor melanda 4 kota, 71 kotamadya di 14 provinsi di
wilayah II (Cagayan Villey), III (Sentral Luzon), IV-A (Calabarzon), IV-B
(Mimapora), V (Visayas Barat), VII (Sentral Visayas) dan VIII (Visayas Timur).
Topan melor telah menyebabkan lebih dari 800,000 orang dievaluasi dan 42 orang
meninggal.
2.4.2 Dampak pada Perumahan dan Infrastruktur
Akibat Topan melor, diestimasikan sebanyak 165.554 rumah rusak (43.818
total, 122.734 parsial). Dampak topan pada infrastruktur diidentifikasi ada total 22
jalan dan 14 jembatan yang rusak yang tersebar di wilayah II, III, IV-A, IV-B, V,
VII dan CAR serta menyebabkan pemadaamn listrik di 15 kota dan 201 kotamadya
di wilayah II, III, IV-A, IV-B, V dan VII sejak tanggal 14 desember 2015.77
Sejumlah kerusakan juga terjadi pada bandara. Total ada 132 penerbangan
domestik telah ditunda dari 14 hingga 18 desember 2015. Bangunan terminal
bandara di Catarman, samar utara tidak dapat beroperasi karena atapnya runtuh.
Listrik komersial padam dapat beroperasi dengan sumber daya cadangan, landasan
pesawat masih dapat digunakan dan layanan penerbangan masih beroperasi.
Namun, di Pelabuhan dilaporkan tidak ada penumpang yang terlantar, kapal, kargo
77 NASSA/Caritas Philippines(Philippines / Typhoon Melor (Local Name “Nona”), diakses dalam
https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/sitrep_4_-_typhoon_melor_nona_-
_nassa_caritas_philippines_003.pdf, (25/11/2019)
64
akibat topan melor. Untuk jumlah kerusakan infrastruktur di wilayah II, III, IV-A,
IV-B, V dan VIII diestimasikan sebanyak 4,327,343,886.92 peso.78
Pada kerusakan di wilayah yang terkena dampak topan melor, di Oriental
Mindoro, ada total 94.695 keluarga yang terkena dampak atau 423.400 individu di
350 barangay di seluruh provinsi. Kerusakan rumah paling parah berada di
Pinamalayan 7,839 houses rumah and Naujan 6,918 rumah. Di Diocese of
Catarman, samar utara, wilayah yang paling di landa topan melor yaitu pesisir
timur laut Mondragon (Barangays Roxas, Doña Lucia, dan San Agustin), Pambujan
(Barangay Doña Anecita), dan Laoag (Barangays Napotiocan, Cabadiangan,
Candawid, dan Pandan ). Ada 1.919 rumah tangga atau 90% dari total 2.129 rumah
tangga di delapan barangay terkena dampaknya. 1.422 rumah rusak total, sementara
676 rumah rusak sebagian.79
Di Diocese of Sorsogon, di Kotamadya Bulan (San Francisco, SitioUyango
dan Layuan, Imelda Aquino, Bgy. Roxas), dan di Kotamadya Matnog (Bonot Small
dan Bon-otDaco) ada 1.471 keluarga yang terkena dampak, dan dilaporkan ada 586
rumah rusak total dan 377 rumah rusak sebagian. Provinsi Sorsogon
memperkirakan 270.670.547,12 peso kerusakan infrastruktur dan pertanian. Di
Masbate, di laporkan ada total 2.247 rumah yang rusak total dan 4.142 rumah yang
rusak sebagian di seluruh provinsi. Biaya kerusakan infrastruktur dan pertanian
diperkirakan sebesar 52 juta peso. Di Romblon, di Kotamadya San Agustin
78 National Disaster Risk Reduction and Management Council (NDRRMC) Update No.19
Preparedness Measure and Effects of Typhoon “NONA” (I.N.MELOR), diakses dalam
http://ndrrmc.gov.ph/attachments/article/2663/ASitRep_No_19_re_Preparedness_Measures_and_
Effects_of_Typhoon_NONA_24DEC2015_0600H.pdf, hal 5 (25/11/2019)
79 ibid
65
diidentifikasi ada 417 individu yang terkena dampak. Ada 17 rumah yang benar-
benar rusak dan 102 rumah yang rusak sebagian. Di Kota Corcuera, ada 1.660
individu yang terkena dampak dan 415 rumah yang rusak total. Data tentang kota-
kota lain yang sebelumnya dilaporkan tetap sama.80
2.4.3 Dampak pada pertanian (Padi)
Di Filipina, pertanian tetap menjadi sektor sangat penting dalam
perekonomian Filipina, walaupun kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) relatif menurun selama bertahun-tahun salah satunya akibat ancaman
perubahan iklim dan bencana alam.81 Beras utamanya, merupakan makanan pokok
dan tanaman di Filipina yang paling berharga. Tanaman budidaya ini menyediakan
sumber mata pencaharian bagi banyak orang, terutama mereka yang tinggal di
daerah pedesaan.
Dari Laporan Departemen Pertanian Filipina kerusakan pada sektro
pertanian diestimasikan mencapai 2,127,839,992.88 peso di wilayah II, III, IV-A,
IV-B, V, dan VIII. Dari wilayah tersebut, dilaporkan ada tiga wilayah yang paling
terkena dampak di sektor pertanian yang meliputi wilayah IIII (Luzon tengah)
sebesar 41,8 juta USD, wilayah, wilayah V (wilayah Bicol) sebesar 17,1 juta USD
dan wilayah II (Lembah Cahayan) sebesar 12,2 juta USD. Provinsi yang paling
parah di Luzon tengah yaitu Nueva Ecija sebesar 13,7 juta USD, Tarlac sebesar
80 ibid 81 Ernesto O. Brown, Reynaldo V. Ebora and Fezoil Luz C. Decena
The Current State, Challenges
and Plans for Philippine Agriculture, Philippine Council for Agriculture, Aquatic and Natural
Resources Research and Development (PCAARRD), Department of Science and Technology
(DOST), diakses dalam http://ap.fftc.agnet.org/files/ap_policy/941/941_1.pdf, hal 1 (25/11/2019)
66
14,7 juta USD dan Pampanga sebesar 9,2 juta USD.82 Dampak dari Topan melor
diperparah dengan hilangnya stok benih (padi) untuk musim tanam mendatang.
diperkirakan di Luzon tengah saja ada sekitar 852.629 MT tanaman yang hilang
termasuk beras, jagung, dan tanaman bernilai tinggi lainnya. hal ini menimbulkan
kekhawatiran serius terkait dengan kerawanan pangan, malnutrisi dan dampak
kesehatan pada populasi yang rentan.83 Meskipun beberapa wilayah mengalami
kerusakan dan hilangnya stok benih padi yang menyebabkan penurunan produksi
padi menjadi -7,60 persen dari tahun sebelumnya 0,47 persen. Namun, pada 2016,
kenaikan padi diestimasikan menjadi 6,16%. Secara total produksi padi Filipina
terus mengalami pertumbuhan.84
Pertanian terutama beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat
Filipina dan tanaman padi merupak sumber penghasilan utama bagi sebagaian besar
penduduk Filipina. dengan rusaknya lahan pertanian, masyarakat tidak lagi
mempunyai akses ke makanan karena ketiadaan stok cadangan makanan rumah
tangga. Hal tersebut diperparah dengan hilangnya penghasilan sebagai penduduk
Filipina akibat kerusakan pertanian.
2.4.4 Dampak pada Aksesibilitas Pangan
Ketahanan Pangan menurut Kerangka AIFS dan SPA-FS dengan mengadopsi
dari World Food Summit, 1996 yaitu “Food security exists when all people, at all
times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food that
82 Food and Agriculture Organization of United Nations, Typhoon Koppu and Typhon Melor,
Final Brief August 2016, diakses dalam http://www.fao.org/3/a-i6797e.pdf
83 ibid
84 Index Mundi, Philippines milled rice production by year, diakses dalam
https://www.indexmundi.com/agriculture/?country=ph&commodity=milled-
rice&graph=production, (28/11/2019)
67
meets their dietary needs and food preferences for an active and healthy life”
definisi ini merujuk pada dimensi ketahanan pangan yang meliputi ketersediaan
pangan, aksesibilitas pangan, pemanfaatan pangan dan stabilitas pangan.85
e. Ketersediaan pangan: Ketersediaan jumlah makanan yang cukup dengan
kualitas yang sesuai, dipasok melalui produksi dalam negeri dan / atau
impor (termasuk bantuan makanan).
f. Aksesibilitas pangan: Akses oleh individu ke sumber daya yang memadai
(hak) untuk memperoleh makanan yang sesuai untuk kebutuhan gizi. Hak
didefinisikan sebagai kumpulan komoditas bersama dimana seseorang
dapat membangun kesamaan hukum, politik, ekonomi dan aturan sosial
dengan masyarakat tempat tinggal mereka (termasuk hak tradisional seperti
akses ke sumber daya bersama).
g. Pemanfaatan: Pemanfaatan makanan melalui makanan yang cukup, air
bersih, sanitasi, dan perawatan kesehatan untuk mencapai keadaan
kesejahteraan gizi di mana semua kebutuhan fisiologis terpenuhi. Hal Ini
memunculkan pentingnya input non-pangan dalam ketahanan pangan.
h. Stabilitas: memberikan jaminan pangan, suatu populasi, rumah tangga atau
individu harus memiliki akses ke makanan yang memadai setiap saat.
Mereka tidak boleh mengambil risiko kehilangan akses ke makanan sebagai
konsekuensi dari goncangan tiba-tiba (mis. Krisis ekonomi atau iklim) atau
peristiwa siklus (mis. Kerawanan pangan musiman). Konsep stabilitas
85 ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework
And Strategic Plan Of Action On Food Security In The ASEAN Region (SPA-FS) 2015-2020,
diakses dalam https://www.asean-agrifood.org/?wpfb_dl=58, (30/22/2019)
68
karenanya dapat merujuk pada dimensi ketersediaan dan akses ketahanan
pangan.
Dari empat dimensi ketahanan pangan, penulis mengidentifikasi bahwa
bencana topan melor yang melanda Filipina memberikan ancaman pada
aksesibilitas pangan. Topan melor telah menyebabkan kenaikan pada herga beras,
seperti yang dapat dilihat pada grafik 2.9.
Grafik 2.9 Harga beras RMS dan Harga WMR tahun 2007-201886
86 ibid
69
Topan melor yang melanda Filipina telah mempengaruhi aktivitas ekonomi
melalui sejumlah hal. Topan melor telah menciptakan gangguan besar pada pasar
lokal yang dipengaruhi kerusakan atau kehancuran properti, transportasi,
penderitaan bagi korban dan kekurangan sementara bahan-bahan utama seperti
beras.87 hal tersebut berkontrubusi pada kenaikan harga biaya produksi untuk
barang-barang tertentu. Pada saat keadaan darurat, kondisi tersebut sering
dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk menaikkan harga beras.
Lonjakan harga beras yang terjadi sementara saat keadaan darurat, akan turun
kembali begitu persediaan beras dibawa ke daerah yang terkena dampak. Untuk
menyediakan persediaan beras yang ditujukan sebagai stabilisasi harga pangan,
Filipina membutuhkan bantuan beras luar. Manfaat dari stabilisasi harga beras yaitu
dapat membantu konsumen miskin atau dalam konteks penelitian ini adalah
masyarakat yang terdampak bencana yang telah kehilagan harta benda mereka.
Konsumen miskin di Filipina menghabiskan lebih dari setengah dari pendapatan
mereka untuk makanan. Lonjakan harga beras dapat menyebakan kerawanan
pangan dan nutrisi untuk konsumen yang tidak dapat mempertahankan stabilitas
konsumsi mereka. mengurangi asupan makanan dan nutrisi, bahkan walau hanya
sementara, dapat mempunyai dampak jangka pendek dan jangka Panjang. Menjaga
stabilisasi harga sebagai program pencegahan dari pada suatu program untuk
merespon keadaan darurat. Kebijakan ini dapat membantu konsumen lebih baik
87 Mark J. Perry, 2017, An economic analysis of market prices v price controls post-natural
disasters reveals superiority of market prices, diakses dalam https://www.aei.org/carpe-diem/an-
economic-analysis-of-price-controls-v-market-prices-post-natural-disasters-reveals-superiority-of-
market-prices/ , (01/01/2020)
70
dalam megelola harapan mereka pada harga pangan dan dapat mengelola asupan
makanan dan nutrisi mereka denagn lebih baik.88
Dengan cara mencukupi persediaan beras yang disuplai ke daerah-daerah
yang terkena bencana, lonjakan harga beras akan dapat diminimalisir. disisi lain,
beras bantuan yang diberikan secara hibah juga dapat menjamin masyarakat yang
terdampak tetap dapat menggunakan beras tersebut dalam mencukupi makanan
mereka tanpa diresahkan oleh kekurangan makanan.
Ditingkat rumah tangga, kerentanan akan kerugian ekonomi yang lebih
besar akibat bencana alam pada lokasi-lokasi seperti daerah pantai, dataran rendah
dan bantaran sungai. Bencana alam yang melanda daerah-daerah tersebut dapat
meningkatkan presentase penduduk miskin yang tinggi. Kehilangan aset dan
pendapatan akibat bencana penduduk miskin lebih tinggi dibanding rumah tangga
“mampu”. Rumah tangga miskin juga lebih rentan karena kurangnya tabungan,
cadangan makanan rumah tangga dan asuransi. Selain itu, rumah tangga miskin
memiliki sedikit aset yang tersedia untuk mengatasi guncangan-guncangan bencana
alam, akibatnya mereka menggunakan cara-cara negatif seperti mengambil hutang
(baik uang tunai maupun beras), mengurangi pengeluaran untuk kesehatan demi
membeli makanan, mengurangi biaya Pendidikan dan kebutuhan lainnya.89 Cara
88 Matthias Kalkuhl, Joachim von Braun, Food Price Volatility and Its Iplications for Food
Security and Policy, diakses dalam
https://books.google.co.id/books?id=xNhCDwAAQBAJ&pg=PA414&lpg=PA414&dq=price+vol
atility+following+typhoon+in+philippine&source=bl&ots=AB0GaGxVPw&sig=ACfU3U3Va7Ce
LeRaAvLpnysEDkAvuHgXqg&hl=ban&sa=X&ved=2ahUKEwjx07qEhYLnAhVPVH0KHVMw
D_4Q6AEwBXoECAoQAQ#v=onepage&q=price%20volatility%20following%20typhoon%20in
%20philippine&f=false, (14/01/2020), hal 421
89 Gabrielle Smith, Zoe Scott, Emmanuel Luna and Tanya Lone, 2017, Shock-Responsive Social
Protection Systems Research Case study—Post-Haiyan Cash Transfers in the Philippines, diakses
dalam https://www.opml.co.uk/files/Publications/a0408-shock-responsive-social-protection-
systems/opm-case-study-2017-srsp-philippines.pdf?noredirect=1 (8/12/2019)
71
tersebut di tempuh agar mereka terus dapat mencukupi kebutuhan makanan dan
kebutuhan dasar lainnya.90
Meskipun masyarakat mempunyai startegi untuk mendapatkan makanan
ketika dalam keadaan darurat, mekanisme respon harus tetap digunakan untuk
membantu masyakata yang terdampak dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek,
menegah dan jangka panjang termasuk dukungan berupa bantuan makanan agar
tetap dapat menjamin korban bencana memperoleh akses ke makanan. Atau
bantuan lain berupa uang tunai untuk menjamin korban bencana memperoleh akses
ke pasar. tujuan lain adanya mekanisme respon adalah untuk mengurangi
kebutuhan akan menanggulangu mekanisme negatif untuk mendapatkan makanan
seperti meminjam uang.91
2.5 Respon Pemerintah Filipina dan Mitigasi Ketahanan Pangan Pasca
Bencana
Tanggap darurat dalam merespon bencana alam dengan skala besar
membutuhkan koordinasi dari berbagai kelompok kepentingan termasuk antara
pemerintah Filipina dengan lembaga eksternal. Ketika terjadi bencana alam
terutama skala besar, pemerintah di tuntut untuk respon dan mobilisasi dengan
cepat dan efisien dengan membutuhkan diantaranya komando, operasi, logistik,
90 International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, Emergency Plan of Action,
Philippines Typhoon and Floods, diakses
dalam http://adore.ifrc.org/Download.aspx?FileId=118614, (9/12/2019)
91 The Ministry of Agriculture and Irrigation; Ministry of Livestock, Fisheries & Rural
Development; FAO and WFP under the framework of the Food Security Sector in partnership with
UN Women, World Vision, CESVI, CARE, JICA and LIFT, Op.Cit hal 52
72
keuangan jika bantuan harus menjangkau mereka yang terkena dampak secara tepat
waktu dan terorganisir.92
Pada hari Jumat 18 Desember 2015, Presiden Benigno Aquino III
mendeklarasikan “a State of National Calamity” di provinsi Albay, Samar Utara,
Oriental Mindoro, Romblon, dan Sorsogon setelah kehancuran yang disebabkan
oleh Topan Melor. Presiden mengeluarkan Proklamasi No. 1186 "menyatakan
keadaan bencana nasional untuk mempercepat upaya penyelamatan, pemulihan,
bantuan dan rehabilitasi setelah Topan Melor.93 Deklarasi tersebut
mempertimbangkan adanya kehancuran yang meluas, kerusakan substansial, dan
kematian di beberapa daerah, termasuk provinsi Albay, Samar Utara, Oriental
Mindoro, Romblon dan Sorsogon. Topan Melor juga menyebabkan kerusakan di
provinsi Aurora, Nueva Ecija, Pampanga, dan Bulacan.94
Langkah awal, Pemerintah Filipine dbantu oleh International Federation
melakukan upaya pemulihan di sejumlah wilayah yaitu samar utara, Sorsogon dan
oriental Mindoro. bantuan diberikan dalam bentuk penurunan personel untuk
evakuasi.95
92 UNV, Loc.Cit
93Chatolic Bishops’ Conference of the Philippine (Philippines / Typhoon Melor (Local Name
“Nona”), diakses dalam https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/sitrep_4_-
_typhoon_melor_nona_-_nassa_caritas_philippines_003.pdf, (25/11/2019)
94 Natiowide Operational Assessment of Hazards, 2015, Nona and Onyok (2015) Flood and Debris
Flows in Nueva Ecija, Pampanga and Bulacan, diakses dalam
https://center.noah.up.edu.ph/nona-and-onyok-2015-flood-and-debris-flows-in-nueva-ecija-
pampanga-and-bulacan/
95 International Federation, 2015, Red Cross Extends assistance to people affected by typhoon
melor, diakses dalam https://www.ifrc.org/fr/nouvelles/communiques-de-presse/asia-
pacific/philippines/red-cross-extends-assistance-to-people-affected-by-typhoon-melor/,
(26/11/2019)
73
Selain bantuan untuk upaya evakuasi, Pemerintah Filipina juga memerlukan
bantuan kebutuhan dasar seperti makanan untuk diberikan pada korban bencana
terutama untuk daerah dengan kerusakan parah dan sulit untuk mendapat akses
pangan. pemerintah Filipina mendapat bantuan dari Amerika berupa beras, dan air
mineral. Bantuan tersebut di turunkan melalui helicopter di daerah pegunuangan
yang terkena longsor akibat jalan tertutup dan puluhan rumah terendam longsor.96
selain mendapat bantuan dari Amerika, Pemerintah Myanmar melalui National
Food Authority mengajukan permintaan bantuan pangan kepada APTERR untuk
masyarakat yang terdampak dan sulit untuk mendapat akses pangan.
Terkait dengan bantuan pemulihan, Department of Agriculture (DA)
Filipina bekerjasama dengan FAO untuk memobilisasi bantuan pemulihan mata
pencaharian pada bulan desember 2015 untuk melengkapi input pertanian yang
didistibusikan oleh pemerintah kepada petani yang terkena dampak.97 FAO juga
mendistibusikan pupuk urea ke 13.490 rumah tangga yang terkena dampak topan
melor. Adapun RRC juga memberikan dukungan mata pencaharian kepada rumah
tangga yang paling rentan untuk bangkit kembali. Mengingat bahwa pasar harus
dibuka kembali dengan cepat, dukungan tersebut akan diberikan melalui transfer
tunai. Penerima kemudian dapat menggunakan hibah tunai mereka untuk
mengganti ternak, menanam kembali, atau memulai kembali usaha kecil.
96 Associated press, U.S Copters bring aid to sticken Philippine City, diakses dalam
http://www.nbcnews.com/id/33264864/ns/weather/t/us-copters-bring-aid-stricken-philippine-
city/#.Xdx-7y-B1PM, (26/11/2019)
97 diakses dalam http://www.fao.org/3/a-c0033e.pdf