BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...

114
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (2) fungsi alih kode dan campur kode dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (3) faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam cerbung Mulih Ndesa. A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Mulih Ndesa Karya Suryadi WS 1. Bentuk Alih Kode Alih kode merupakan peralihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain, dari varian satu ke varian lain atau beberapa gaya dari satu ragam bahasa. Berikut ini adalah alih kode yang ditemukan dalam cerbung Mulih Ndesa dari episode 1 sampai dengan 26. a. Alih Kode Bahasa Jawa Ragam Krama ke Bahasa Jawa Ragam Ngoko (1) Lamunane buyar jalaran hape-ne muni. Bareng diangkat jebul saka Bu Rusti. „Lamunannya buyar karena handphone-nya berbunyi. Setelah diangkat ternyata dari Bu Rusti.‟ Sekarwangi :“Inggih, Bu. Inggih... sedaya sampun rampung, dhaharan badhe kula tata samenika... inggih...” „Iya, Bu. Iya... semua sudah selesai, makanan akan segera saya tata... iya...‟ Dheweke menyang ruwang makan. „Dia pergi ke ruang makan.‟ Sekarwangi :“Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi,” tembunge marang kancane.” „Wisudanya sudah selesai, mbak Sarmi, ujarnya kepada temannya.‟ (MN/SWS/32/2015) Berdasarkan data di atas, terdapat alih kode intern (internal code switching), pada awalnya Sekarwangi (penutur) berbicara dengan Bu Rusti (mitra tutur) melalui telepon dengan menggunakan bahasa Jawa ragam Krama karena dalam cerbung ini 26

Transcript of BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...

Page 1: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

26

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (2) fungsi alih kode dan

campur kode dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (3) faktor

yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam cerbung Mulih Ndesa.

A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Mulih Ndesa

Karya Suryadi WS

1. Bentuk Alih Kode

Alih kode merupakan peralihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain, dari

varian satu ke varian lain atau beberapa gaya dari satu ragam bahasa. Berikut ini

adalah alih kode yang ditemukan dalam cerbung Mulih Ndesa dari episode 1 sampai

dengan 26.

a. Alih Kode Bahasa Jawa Ragam Krama ke Bahasa Jawa Ragam Ngoko

(1) Lamunane buyar jalaran hape-ne muni. Bareng diangkat jebul saka Bu Rusti.

„Lamunannya buyar karena handphone-nya berbunyi. Setelah diangkat ternyata dari

Bu Rusti.‟

Sekarwangi :“Inggih, Bu. Inggih... sedaya sampun rampung, dhaharan badhe

kula tata samenika... inggih...”

„Iya, Bu. Iya... semua sudah selesai, makanan akan segera saya tata...

iya...‟

Dheweke menyang ruwang makan.

„Dia pergi ke ruang makan.‟

Sekarwangi :“Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi,” tembunge marang kancane.”

„Wisudanya sudah selesai, mbak Sarmi, ujarnya kepada temannya.‟

(MN/SWS/32/2015)

Berdasarkan data di atas, terdapat alih kode intern (internal code switching),

pada awalnya Sekarwangi (penutur) berbicara dengan Bu Rusti (mitra tutur) melalui

telepon dengan menggunakan bahasa Jawa ragam Krama karena dalam cerbung ini

26

Page 2: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

27

Bu Rusti adalah majikannya. Lalu Sekarwangi beralih kode menggunakan bahasa

Jawa ragam Ngoko ketika ia berbicara dengan Yu Sarmi, yaitu teman Sekarwangi.

(2) Damarjati :“Supaya olehe jagongan kepenak, wiwit saiki kowe ora sah basa

krama. Ngoko wae.”

„Biar ngobrolnya nyaman, mulai sekarang kamu tidak usah pakai

bahasa Krama. Ngoko saja‟

Sekarwangi :“Ah mboten, saure Sekarwangi. Kula menika rak namung babu.

Babu menika batur.” „Ah tidak, jawab Sekarwangi. „Saya ini kan hanya babu. Babu itu

pembantu‟

Damarjati :“O iya aku lali. Kowe ki batur lan aku bendara. Ngono ya?”

„O iya aku lupa. Kamu ini kan pembantu dan saya majikan. Gitu ya?‟

Sekarwangi :“Inggih.”

„Iya‟

Damarjati :“Batur ki kudu ngajeni bendarane, ya”

„Pembantu itu harus menghormati majikannya, ya?‟

Sekarwangi :“Inggih.”

„Iya‟

Damarjati :“Didhawuhi apa-apa kudu manut, ya.”

„Disuruh apa-apa harus nurut, ya?‟

Sekarwangi :“Inggih ngaten.”

„Iya begitu‟

Damarjati :“Bener? Saiki bendaramu iki dhawuh: Sekar, wiwit saiki kowe ora

susah basa karo aku. Kudu manut.”

„Betul? Sekarang majikanmu ini menyuruh: Sekar, mulai sekarang

kamu tidak usah pakai bahasa Krama sama aku. Harus nurut.‟

Sekarwangi :“Wah, ketleyek aku.”

„Wah ketipu saya‟

Sekarwangi :“Ya wis aku manut Mas. Aku arep didhawuhi ngapa?”

„Ya sudah saya nurut Mas. Saya akan disuruh apa?‟

Damarjati :“Ora dakkon ngapa-ngapa, mung dak jak jagongan. Ning daktakon

dhisik, jane kowe ki mau arep nyang endi?”

„Tidak aku suruh ngapa-ngapain, cuma ingin aku ajak ngobrol. Tetapi

aku mau tanya dulu, sebenernya kamu tadi mau kemana?‟

(MN/SWS/33/2015)

Berdasarkan data di atas, tuturan di atas merupakan dialog yang menunjukkan

terjadinya peristiwa alih kode intern (internal code switching) antara bahasa Jawa

ragam Krama ke bahasa Jawa ragam Ngoko yang terjadi pada tuturan Sekarwangi.

Awalnya Sekarwangi (penutur) menggunakan bahasa Jawa ragam Krama ketika

berbicara dengan Damarjati (mitra tutur) karena Sekarwangi menghormati Damarjati

yang adalah majikannya. Lalu Damarjati meminta Sekarwangi untuk berbahasa Jawa

Page 3: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

28

Ngoko ketika berbicara dengannya. Karena menghormati majikannya, akhirnya

Sekarwangi pun menggunakan bahasa Jawa Ngoko ketika berbicara kepada

Damarjati.

(3) Bu rusti :“Ingkang damel prihatosing manah kula menika Damarjati, Pak.

Kadospundi nasibipun mangke. Kanthi kedadosan ingkang nempuh

kulawarga menika, sedaya margi ingkang sekawit menga kados-

kados sampun sami katutup.”

„Yang membuat khawatir hati saya itu Damarjati, Pak. Bagaimana

nasibnya nanti. Dengan kejadian yang dialami keluarga saat ini, semua

jalan yang dulu terbuka seperti sudah tertutup semua.‟

Mbah kardi :“Olehku teka mrene iki kajaba kepengin mbombong atimu lan

bojomu, uga arep ngrembug Damar. Yen kowe setuju, karepku Damar

arep dakjak menyang Klaten wae. Mengko golek gaweyan ana kana.”

„Kedatangan saya kesini ini selain ingin membesarkan hatimu dan

suamimu, juga ingin membahas Damar. Jika kamu setuju, Damar akan

saya ajak ke Klaten saja. Nanti cari pekerjaan di sana.

Bu Rusti :“Kula setuju, Pak.”

„Saya setuju, Pak.‟

Bu Rusti :“Piye Damar. Gandheng kahanan kaya ngene, kowe rak ya njur

rumangsa lingsem yen ketemu kanca-kancamu. Upama kowe

ndherek simbah ing klaten wae piye?”

„Bagaimana Damar. Karena keadaan seperti ini, kamu pasti juga

merasa malu jika bertemu teman-temanmu. Seandainya kamu ikut

Kakek ke Klaten saja bagaimana.‟

Damarjati :“Iya Bu. Nanging mengko Ibu niliki Bapak sing ndherekake sapa?”

„Ya Bu. Tetapi nanti Ibu menjenguk Bapak yang mengantarkan siapa?‟

Bu rusti :“Wis aja mikir kuwi. Iku perkara gampang. Mengko aku arep

langganan ojeg, saben dina methuk aku mrene. Andum gawe, nak.

Saiki kowe meleng mikir awakmu, golek dalaning rejeki apa wae sing

kok antebi amrih ing tembe uripmu bisa mulya. Aku yakin kowe bisa,

Nak. Dene Ibu, sajrone Bapakmu nglakoni ukuman, Ibu tetep ana kene.

Saben ndina niliki bapakmu supaya ayem atine. Dhuwit lan barang

sing isih disarbeki cukup dak enggo urip nganti Bapakmu bebas telung

taun maneh. Mobil pribadimu kuwi gawanen. Yen sawanci-wanci

butuh dhuwit rada akeh, mobil iku bisa kok dol.”

„Sudah jangan memikirkan itu. itu masalah gampang. Nanti aku akan

berlangganan ojek, setiap hari menjemput aku ke sini. Berbagi

pekerjaan, Nak. Sekarang kamu mikir dirimu sendiri, mencari jalan

rezeki apa saja yang kamu inginkan agar besok hidupmu bisa nyaman.

Aku yakin kamu bisa, Anakku. Sedangkan Ibu, selama Bapakmu

menjalani hukuman, Ibu akan tetap di sini. Setiap hari menjenguk

Bapakmu supaya tenang hatinya. Uang dan barang yang masih dimiliki

cukup untuk hidup sampai Bapakmu bebas tiga tahun lagi. Mobil

pribadimu itu bawalah. Jika sewaktu-waktu butuh uang yang agak

banyak, mobil itu bisa kamu jual.‟

(MN/SWS/44/2015)

Page 4: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

29

Berdasarkan data, tuturan di atas merupakan dialog yang menunjukkan

terjadinya peristiwa alih kode intern (internal code switching) antara bahasa Jawa

ragam Krama ke bahasa Jawa ragam Ngoko yang terdapat pada tuturan Bu Rusti.

Pada walanya bu Rusti menggunakan bahasa Jawa ragam Krama ketika berbicara

dengan Mbah Kardi, karena menghormati mitra tuturnya yang merupakan mertuanya.

Tetapi kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa ragam Ngoko karenan

hadirnya penutur ketiga yaitu anaknya sendiri, Damarjati.

b. Alih Kode Bahasa Jawa ragam Ngoko ke Bahasa Jawa Ragam Krama.

(4) Damarjati :“Oh, Dhik Sekar. Aku ki ya kudu ngulinakne mandhiri Dhik. Nek

sawanci-wanci ana paran, kudu bisa ngurus awake dhewe.”

„Oh, Dik Sekar. Saya ini ya harus terbiasa mandiri Dik. Kalau

sewaktu-waktu ada diperantauan, harus bisa mengurus diri-sendiri.‟

Sekarwangi :“Leres. Ning iki ora ana paran. Iki ana ndalem, babu loro siyap

kabeh. Gunane apa mbayar babu.”

„Benar. Tapi ini tidak di perantauan. Ini ada di rumah, babu dua siap

semua. Apa gunanya membayar babu.‟

Damarjati :“Mbok ora boba-babu wae ta.”

„Jangan boba-babu terus.‟

Sekarwangi :“Wong nyatane pancen babu kok, arep disebut apa. Babu ki ya

babu.”

„Kenyataannya memang babu kan, mau disebut apa. Babu itu ya babu.‟

Damarjati :“Ya wis, aku gawekna kopi, babuku.”

„Ya sudah, aku bikinkan kopi, babuku.‟

Sekarwangi :“Lha rak ngono.”

„Lha kan gitu.‟

Bu rusti :“Kok gembyeng iki ana apa ta iki?”

„Mengapa ramai sekali ini ada apa sih?‟

Sekarwangi :“Menika lho Bu. Den Damar uthek badhe damel kopi. Kula aturi

lenggah mawon, badhe kula damelaken.

„Ini lo Bu. Den Damar repot membuat kopi. Saya suruh duduk saja,

biar saya buatkan.‟

Bu rusti :“Oo, beneran aku gawekna teh pisan, kanggo nganget

gulu. Terna nyang kamar ya, Sekar.”

„Oo, kebetulan saya bikinkan teh juga, untuk menghangatkan

tenggorokan.‟

Sekarwangi :“Inggih Bu.”

„Ya Bu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Berdasarkan data, tuturan di atas merupakan dialog yang menunjukkan

terjadinya peristiwa alih kode intern (internal code switching) antara bahasa Jawa

Page 5: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

30

ragam Ngoko ke bahasa Jawa ragam Krama yang terjadi pada tuturan Sekarwangi.

Pada awalnya penutur (Sekarwangi) menggunakan bahasa Jawa ragam Ngoko ketika

berbicara dengan mitra tuturnya (Damarjati) tetapi kemudian beralih kode

menggunakan bahasa Jawa ragam Krama karena hadirnya penutur ketiga yaitu Bu

Rusti yang merupakan majikannya yang lebih tua.

(5) Lagi ketungkul nonton televisi, krungu hape-ne nyuwara. Enggal dibukak, jebul saka

ibune ing Jakarta

„Sedang asyik menonton televisi, terdengar handphonenya berbunyi. Langsung

dibuka, ternyata dari ibunya di Jakarta.‟

Damarjati :“Ana dhawuh apa Bu? Oh, aku kelingan...lha rencanane Ibu

piye...o, iya mengko dakpethuk nyang Jakarta Bu, aja nyepur...aku

wis tuku mobil anyar..Toyota Avanza kaya mobilku mbiyen...iya..iya

Bu...sungkemku Bu.” „Ada perintah apa Bu? Oh, saya ingat...rencananya Ibu bagaimana...o,

iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan naik kereta...saya sudah

beli mobil baru...Toyota Avanza seperti mobilku dulu...ya...ya

Bu...salamku Bu.‟

Weruh-weruh Mbah Kardi wis ana kono.

„Tahu-tahu Mbah Kardi sudah ada di situ.‟

Mbah kardi :“Saka ibumu Le? Ana kabar apa?”

„Dari ibu kamu cucuku? Ada kabar apa?‟

Damarjati :“Ibu ngemutaken bilih Bapak tanggal sedasa mangke sampun

bebas.” „Ibu memberitahukan kalau Bapak tanggal sepuluh besok sudah

bebas.‟

Mbah kardi :“Terus rencanane piye?”

„Lalu rencananya bagaimana?‟

Damarjati :“Badhe langsung wangsul mriki, Kek. Mila badhe kula pethuk mbekta

mobil Toyota.”

„Mau langsung pulang ke sini, Mbah. Maka dari itu akan saya jemput

menggunakan mobil Toyota.‟

(MN/SWS/49/2015)

Berdasarkan data, tuturan di atas merupakan dialog yang menunjukkan

terjadinya peristiwa alih kode intern (internal code switching) antara bahasa Jawa

ragam Ngoko ke bahasa Jawa ragam Krama yang terdapat pada tuturan Damarjati.

Pada awalnya Damarjati menggunakan bahasa Jawa ragam Ngoko ketika berbicara

dengan Bu Rusti, tetapi kemudian beralih kode menggunakan bahasa Jawa ragam

Krama karena hadirnya penutur ketiga yaitu kakeknya (Mbah Kardi).

Page 6: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

31

c. Alih Kode Bahasa Jawa ke Bahasa Arab

(6) Marsanti :“Mas. Sing kondhang katelah Bu Mawar iku Sekarwangi. Sing

saben-saben kongkonan mrene njupuk grameh iku Sekarwangi, Mas.”

„Mas. Yang terkenal dengan nama Bu Mawar itu Sekarwangi. Yang

sering menyuruh ke sini ambil gurameh itu Sekarwangi, Mas‟

Damarjati :“Astagfirullah.”

„Astagfirullah.‟

(MN/SWS/51/2015)

Berdasarkan data, tuturan di atas merupakan dialog yang menunjukkan

terjadinya peristiwa alih kode ekstern (external code switching) antara bahasa Jawa

ragam Ngoko ke bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab.

2. Bentuk Campur Kode

Campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan

unsur bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Peristiwa campur kode ini dapat terjadi

pada penutur yang menggunakan lebih dari dua bahasa.

Unsur-unsur kebahasaan yang terlibat dalam campur kode dapat dibedakan menjadi

macam yaitu (1) kata, (2) frasa, (3) baster, (4) perulangan kata (5) idiom. Berdasarkan unsur-

unsur kebahasaan itu peristiwa campur kode dalam cerbung Mulih Ndesa dapat dilihat lewat

wujud campur kodenya. Berikut ini campur kode yang ditemukan dalam cerbung Mulih

Ndesa dari episode 1 sampai dengan episode 26.

1) Campur Kode Berwujud Kata

Menurut ahli bahasa tradisional (dalam Abdul Chaer, 2003: 162) kata adalah

satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang

diapit oleh dua spasi, dan mempunyai satu arti. Peristiwa campur kode yang terdapat

dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS adalah campur kode kata dasar, dan

campur kode kata jadian. Hal ini dapat dilihat dalam data berikut.

Page 7: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

32

1.1 Campur Kode Kata Dasar

a. Campur Kode Penyisipan Kata Dasar Bahasa Indonesia di dalam

Bahasa Jawa

(7) Bu Rusti :“Kowe ngapa, Damar, kok melu ibut neng dhapur? Oh, iya ngerti.

Kowe mesthi ketarik merga sing dimasak iwak grameh. Kowe rak ahli

perikanan.”

„Kamu kenapa, Damar, kok ikut ribut di dapur? Oh, iya tahu. Kamu

pasti tertarik karena yang dimasak ikan gurameh. Kamu kan ahli

perikanan.‟

Damarjati :“Iya, Bu. Nalika praktek ing dhaerah perikanan, aku malah prektek

ngolah grameh dhewe, wiwit nyekel ing blumbang nganti akhire nyekel

ing piring sawise mateng.”

„Iya, Bu. Ketika saya praktek di daerah perikanan, saya malah praktek

mengolah gurameh sendiri, mulai dari menangkap di kolam sampai

akhirnya memakan dipiring setelah matang.‟

(MN/SWS/27/2015)

Pada data (7) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan Damarjati,

Damarjati menceritakan apa yang dilakukannya ketika praktek di daerah perikanan.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti yaitu pada kata

„dhapur‟. Kata „dhapur‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia yang

bisa dipadankan dengan kata „pawon‟ dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut

campur kode intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko.

(8) Damarjati :“Sekar, masakanmu enak lan iki kowe katon prigel motongi iwak

grameh. Apa kowe tau melu kerja ing restoran?”

„Sekar, masakanmu enak dan ini kamu kelihatan mahir memotong ikan

gurameh. Apa kamu pernah ikut bekerja di restoran?‟

Sekarwangi :“Mboten Den, sekolah riyin ing SMK jurusan tata boga.”

„Bukan Den, sekolah saya dulu di SMK jurusan tata boga.‟

(MN/SWS/27/2015)

Pada data (8) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Sekarwangi.

Damarjati mempertanyakan tentang keahlian Sekarwangi dalam memasak. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal.

Page 8: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

33

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati yaitu pada kata „restoran‟.

Kata „restoran‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini

disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(9) Marsanti :“Dadi aku kok kon dadi wanita panglipur, apa malah wantia

simpenan, ngono?”

„Jadi kamu menyuruh saya untuk menjadi wanita penghibur, atau

mungkin wanita simpanan, begitu?‟

Marta :“Sareh, Santi, sareh. Aku iki kancamu, padha-padha wong Cawas,

ora ana niyat arep nglorobake kowe marang jurang kanisthan.

Percayaa, Santi, aku mung kepengin mbantu supaya kowe sukses, bisa

sugih dhuwit. Aja adoh-adoh angenmu, aja neka-neka sing kok pikir.

Mung sekedar ngancani, Santi, aja kok gagas luwih adoh. Tak jelaske,

gelem ngrungokake ora.”

„Sabar, Santi, sabar. Saya ini temanmu sama-sama orang Cawas, tidak

ada niat akan menjerumuskan kamu ke jurang kenistaan. Percayalah,

Santi, aku hanya ingin membantu supaya kamu sukses, bisa kaya raya.

Jangan berpikir terlalu jauh, jangan berpikir yang aneh-aneh. Hanya

sekedar menemani, Santi, jangan berpikir lebih jauh. Saya jelaskan,

mau mendengarkan tidak?‟

(MN/SWS/29/2015)

Pada data (9) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan Marta.

Dalam dialog ini menceritakan bahwa Marta ingin menjadikan Marsanti

sebagai orang yang sukses.Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode

yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Marta yaitu pada kata „sukses‟. Kata „sukses‟ merupakan kata

yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam Ngoko.

(10) Marsanti :“Iya.”

„Iya.‟

Marta :“Mligi sing dak kandhakake mau, aku ki pancen diwelingi kon

nggolekake wong wadon sing gelem ngancani yen pinuju butuh

dikancani. Dheweke iku umur seketan taun, wis dhudha wiwit

limang taun kepungkur lan ora rabi nganti seprene merga

kepengen meleng ndadekake anak-anake. Saiki anake sing

tuwa, lanang wis dadi pegawe propinsi ing Semarang. Sing

Page 9: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

34

nom wadon, uga wis lulus STAN lan diangkat pegawe

dhinasperpajakan ing Cirebon. Ing kene iki masalahe, Santi.

Dheweke iku duwe penyakit tekanan darah tinggi. Wingi-wingi

nalika anake wadon isih kuliyah, nek mrana-mrana dikancani

anake. Bareng anake wis diangkat ing Cirebon, ora ana maneh

sing ngancani. Mulane dheweke butuh kanca, mung ngancani,

Santi, mung ngancani, ora arep diklethak.”

„Khusus yang saya katakan tadi, saya ini memang diingatkan

untuk mencarikan perempuan yang mau menemani jika

dibutuhkan untuk ditemani. Dia itu berumur 50an tahun, sudah

menjadi duda semenjak lima tahun yang lalu dan tidak menikah

lagi sampai sekarang karena ingin menjaga anak-anaknya.

Sekarang anaknya yang besar, laki-laki sudah menjadi pegawai

provinsi di Semarang. yang kecil perempuan, juga sudah lulus

STAN dan diangkat pegawai dinas perpajakan ing Cirebon. Di

sini ini permasalahannya, Santi. Dia itu mempunyai penyakit

tekanan darah tinggi. Kemarin-kemarin ketika anak

perempuannya masih kuliah, jika kemana-kemana ditemani

anaknya. Setelah anakanya suda diangkat di Cirebon, tidak ada

lagi yang menemani. Maka dari itu dia butuh teman, hanya

menemani, Santi, hanya menemani, tidak akan digigit.‟

(MN/SWS/29/2015)

Pada data (10) merupakan dialog antara Marsanti dan Marta. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta yaitu pada

kata „kuliyah‟. Kata „kuliyah‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(11) Bu Rusti :“Sekar, mengko arahen dhewe. Buwah apa sing pantes kanggo

paketan. Nek wis entuk njur ndhisikana nyang vila, paket-paket

iku gawenen ing kana. Aja lali magicjar-e dipanasi.

Sarampunge wisudha aku nusul.”

„Sekar, nanti aturlah sendiri. Buah apa yang pantas untuk

dikemas. Jika sudah dapat lalu ke vila lah dulu saja, paket-paket

itu bawalah ke sana. Jangan lupa magic jar-nya kamu panasi.

Selesai wisuda saya menyusul.‟

Sekarwangi :“Inggih beres, Bu.”

„Iya beres, Bu.‟

(MN/SWS/32/2015)

Pada data (11) merupakan dialog antara Bu Rusti dan Sekarwangi. Bu

Rusti menyuruh Sekarwangi untuk membeli paketan buah. Dalam tuturan ini

Page 10: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

35

terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal.

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti yaitu pada kata „vila‟.

Kata „vila‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode

ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia

ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(12) Sekarwangi :“Wah, jan ideal banget. Apa maneh, Mas?”

„Wah, ideal sekali. Apa lagi, Mas?‟

Damarjati :“Jenengmu, Dhik, Sekarwangi. Nitik jenengmu wae aku wis

nggrahita yen bapakmu dudu wong sembarangan. Mula coba,

critakna kabeh lelakonmu,sadurunge kowe dadi babu ana

ngomahku.”

„Namamu, Dik, Sekarwangi. Melihat namamu saja saya sudah

mengira kala bapakmu bukan orang yang sembarangan, maka

dari itu, coba kamu ceritakan semua pengalamanmu sebelum

kamu jadi pembantu di rumahku.‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (12) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Damarjati ingin mengetahui semua pengalaman hidup Sekarwangi.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu

pada kata „ideal‟. Kata „ideal‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(13) Damarjati :“Oh, maaf yen aku gawe sedhihe atimu. Lan yen kowe

rumangsa kabotan, ya wis aku ora sida takon.”

„Oh, maaf jika aku membuat sedihnya hatimu. Dan jika kamu

merasa keberatan, ya sudah aku tidak jadi bertanya.‟

Sekarwangi :“Ora Mas. Aku malah bakal rumangsa lega yen sliramu kersa

ngrungokake critane lelakonku. Nanging mengko dhisik, dak

gawekake unjukan kopi panas dhisik.”

„Tidak Mas. Saya malah akan merasa lega jika kamu mau

mendengarkan cerita hidupku. Tapi nanti dulu, saya buatkan

minuman kopi panas dulu.‟

(MN/SWS/33/2015)

Page 11: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

36

Pada data (13) merupakan dialog antara Damarjati dan Sekarwangi.

Damarjati meminta maaf kepada Sekarwangi jika dia telah membuat sedih

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Damarjati yaitu pada kata „maaf‟. Kata „maaf‟ merupakan kata yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern

karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko.

(14) Damarjati :“Kowe hebat, Dhik. Kowe ora mung pinter masak, nanging

pinter urip. Matur nuwun kowe gelem andum rasa karo aku.

Aja lali, wiwit saiki, nadyan tata gelar ora owah, nanging kowe

dudu babuku. Kowe kadangku, Dhik.”

„Kamu hebat, Dik. Kamu tidak hanya pintar memasak, tapi juga

pintar mengatur hidup. Terima kasih kamu mau berbagi rasa

dengan aku. Jangan lupa, mulai sekarang, walaupun gelar tidak

berubah, tapi kamu bukan pembantuku. Kamu saudaraku, Dik.‟

Sekarwangi :“Matur nuwun, Mas.”

„Terima kasih, Mas.‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (14) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Damarjati memuji Sekarwangi yang tabah menjalani kehidupan.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati yaitu

pada kata „hebat‟. Kata „hebat‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(15) Damarjati :“Nek mung ngono we rak gampang ta Bu. Sekar sesuk

pocoten olehe mbabu ing kene, terus dakpeke. Rak wis dudu

babu meneh ta?”

„Kalau haya begitu saja kan mudah Bu. Besok Sekar berhenti

jadi pembantu di sini, lalu saya jadikan istri. Kan sudah bukan

pembantu lagi?‟

Bu Rusti :“Kowe pancen kaya diplomat, Damar. Ya wis nek mung ngono

perkarane. Nek mung kok rengkuh kulawarga, utawa kanca,

Page 12: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

37

aku ora pa-pa. Nanging aku tetep ngelingke, kowe dudu bisa

ngreksa jenengmu. Aja banget-banget rumaket nganti kaya

wong pacaran. Mundhak kepencut tenan. Sekar iku ayu,

Damar.”

„Kamu memang seperti diplomat, Damar. Ya sudah kalau

memang hanya seperti itu permasalahannya. Kalau hanya kamu

anggap keluarga, atau teman, aku tidak apa-apa. Tapi aku tetap

mengingatkan, kamu harus bisa menjaga namamu. Jangan

begitu dekat sampai seperti orang pacaran. Nanti malah

beneran tertarik. Sekar itu cantik Damar.‟

(MN/SWS/34/2015)

Pada data (15) merupakan dialog antara Damarjati dan Bu Rusti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti yaitu

pada kata „diplomat‟. Kata „diplomat‟ merupakan kata yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(16) Sofi :“Selamat ya Mas, kowe wes lulus sarjana.”

„Selamat ya Mas, kamu sudah lulus sarjana.‟

Damarjati :“Matur nuwun, Dhik. La kowe piye?”

„Terima kasih, Dik. Kamu bagaimana?‟

(MN/SWS/34/2015)

Pada data (16) merupakan dialog yang melibatkan Sofi dan Damarjati.

Sofi mengucapkan selamat kepada Damarjati karena sudah lulus sarjana.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi yaitu pada

kata „selamat‟. Kata „selamat‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawaragam Ngoko.

(17) Sofi :“Wis rampung kok mas, kari nggarap skripsi. Dongakke cepet

rampung, ya.”

„Sudah selesai kok mas, tinggal mengerjakan skripsi. Doakan

cepat selesai, ya.‟

Page 13: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

38

Damarjati :“Mesthi, lan aku percaya mesthi cepet rampung.”

„Pasti, dan aku percaya pasti cepat selesai.‟

(MN/SWS/34/2015)

Pada data (17) merupakan dialog yang melibatkan Sofi dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi yaitu pada

kata „skripsi‟. Kata „skripsi‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(18) Sekarwangi :“Wah, jan ora mutu tenan. Pacar ayu-ayu kok diklelerake,

Ditinggal minum kopi. Njenengan ki nek karo jeng Sofi kae jan

harmonis tenan lho, Mas.”

„Wah, tidak mutu sama sekali. Pacar cantik kok diabaikan,

ditinggal minum kopi. Kamu itu kalau sama jeng Sofi harmonis

sekali lho, Mas.‟

Damarjati :“Kok bisa ngarani harmonis, dhasarmu ki apa?”

„Kenapa bisa mengatakan harmonis, atas dasar apa?‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (18) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „harmonis‟. Kata „harmonis‟ merupakan kata

yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam Ngoko.

(19) Bu Rusti :“Muga petunganmu bener, Damar, Sofi cemburu, terus

mbatalake niyate marang kowe. Bareng ngerti lageyane kaya

mengkono, aku ora rila kowe dadi karo dheweke.”

„Semoga perkiraanmu benar, Damar, Sofi cemburu, lalu

membatalkan niatnya kepada kamu. Setelah tahu tingkah

lakunya seperti itu, aku tidak rela kamu jadi dengan dia.‟

(MN/SWS/36/2015)

Page 14: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

39

Pada data (19) berwujud monolog yang dituturkan oleh Bu Rusti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti yaitu

pada kata „cemburu‟. Kata „cemburu‟ merupakan kata yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(20) Sekarwangi :“Aku wis mudeng karepe Mas. Pokoke beres. Ning nek aku

kebablasen, maaf sadurunge lho, aja didukani.”

„Saya sudah tahu maksudnya Mas. Pokoknya beres. Tapi kalau

aku terlalu jauh, maaf sebelumnya lho, jangan dimarahi.‟

Damarjati :“Kebablasen piye maksudmu?”

„Terlalu jauh bagaimana maksud kamu?‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (20) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „maaf‟ dan „beres‟. Kata „maaf‟ dan „beres‟

merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut

campur kode intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(21) Sofi :“Cah kae sapa?”

„Orang itu siapa?‟

Damarjati :“Sekarwangi.”

„Sekarwangi.‟

Sofi :“Maksudku, apamu?”

„Maksud saya, siapa kamu?”

Damarjati :“Kanca. Bocah tangga kampung.‟

Sofi :“Kanca? Kanca kok sajak mesra banget. Mlaku wae

gondhelan tangan terus.”

„Teman? Teman kok kelihatan mesra banget. Jalan saja

gandengan tangan terus.‟

(MN/SWS/36/2015)

Page 15: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

40

Pada data (21) merupakan dialog yang melibatkan Sofi dan Damarjati.

Sofi menanyakan siapa yang datang bersama Damarjati. Dalam tuturan ini

terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal.

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi yaitu pada kata „mesra‟. Kata

„mesra‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini

disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(22) Sekarwangi :“Apa kowe dilereni juraganmu?”

„Apa kamu diberhentikan majikanmu?‟

Tuminah :“Ora. Nanging juraganku sing bangkrut.”

„Bukan. Tetapi majikanku yang bangkrut.‟

Sekarwangi :“Bangkrut? Lha sababe?”

„Bangkrut? Sebabnya apa?‟

(MN/SWS/37/2015)

Pada data (22) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Tuminah. Tuminah menceritakan bahwa majikan ditempatnya bekerja sudah

bangkrut. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Tuminah

yaitu pada kata „bangkrut‟. Kata „bangkrut‟ merupakan kata yang berasal

dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(23) Sekarwangi :“Bangkrut? Lha sababe?”

„Bangkrut? Sebabnya apa?‟

Tuminah :“Juraganku ki jebule koruptor. Ditangkep petugas ka-pe-ka,

terus kabeh bandhane dirampas negara. Omah pirang-pirang

enggon, mobil mewah, simpenan dhuwit ing bank, kabeh entek

dirampas. Saiki sing wadon manggon ing omah kontrakan

cilik, karo anak-anake.”

„Majikanku itu ternyata koruptor. Ditangkap petugas KPK, lalu

semua hartanya dirampas negara. Rumah dibeberapa tempat,

mobil mewah, simpanan uang di bank, semua habis dirampas.

Sekarang istrinya menempati rumah kontrakan kecil dengan

anak-anaknya.‟

Page 16: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

41

(MN/SWS/37/2015)

Pada data (23) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Tuminah. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Tuminah

yaitu pada kata „koruptor‟. Kata „koruptor‟ merupakan kata yang berasal

dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(24) Damarjati :“Dhik, sing ora ngerti ki kowe, dudu Sofi”

„Dek, yang tidak tahu itu kamu, bukan Sofi.‟

Sekarwangi :“Aku? Aku sing ora ngerti? Maksudmu apa Mas. Aku rak wis

nindakake kabeh dhawuhmu. Diajak ethok-ethok pacaran

kanggo mancing emosine Sofi. Kabeh wis mlaku beres, lan

kebukten dheweke mbatalake.”

„Aku? Aku yang tidak tahu? Maksudmu apa Mas. Aku kan

sudah melakukan semua perintahmu. Diajak pura-pura pacaran

untuk mancing emosinya Sofi. Semua sudah berjalan beres, dan

terbukti dia membatalkan.‟

(MN/SWS/39/2015)

Pada data (24) merupakan dialog antara Damarjati dan Sekarwangi.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu

pada kata „pacaran‟. Kata „pacaran‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(25) Bu Rusti :“Ya wis. Ning apa kowe yakin bakal bisa entuk gaweyan dadi

guru?”

„Ya sudah. Tapi apa kamu yakin akan bisa mendapat pekerjaan

sebagai guru?

Damarjati :“Insya allah bisa Bu, waton mbudidaya. Sesuk iki, rong ndina

aku ana Bogor nekani temu karya para pamiyara iwak dharat.

Sesuk arep dakperlokake mampir nyang kampus IPB nemoni

dekan. Arep nglamar dadi asisten dhosen ing kana.

„Insya Allah bisa Bu, asalkan berusaha. Besok itu dua hari saya

ke Bogor menghadiri temu karya para pemelihara ikan darat.

Page 17: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

42

Besok saya sempatkan mampir ke kampus IPB menemui

dekan. Saya akan melamar jadi asisten dosen di sana.‟

(MN/SWS/40/2015)

Pada data (25) merupakan dialog antara Bu Rusti dan Damarjati.

Damarjati menjelaskan bahwa dia akan berusaha mencari pekerjaan sebagai

guru. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada

kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati

yaitu pada kata „dekan‟. Kata „dekan‟ merupakan kata yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(26) Marsanti :“Mangga Sekar, omahku iki tak bukak kanggo kowe nganti

beres kabeh urusanmu. Yen aku oleh ngerti, urusan apa wae

ta?

„Silahkan Sekar, rumah saya terbuka untuk kamu sampai

urusanmu semua beres. Kalu saya boleh tahu, urusan apa saja

sih?‟

Sekarwangi :“Alah mung urusan sepele kok Santi. Mung arep ngurusi

simpenan dhuwit ing bank, arep dak transfer nyang rekeninge

Ibu ing Klaten.”

„Alah cuma masalah sepele kok Santi. Cuma mau mengurus

simpanan uang di bank, mau aku trasfer ke rekeningnya Ibu di

Klaten.‟

(MN/SWS/40/2015)

Pada data (26) merupakan dialog yang Marsanti dan Sekarwangi.

Sekarwangi mengatakan bahwa dia akan menumpang dirumah Marsanti

sampai semua urusannya selesai. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur

kode yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada kata „bank‟ dan „transfer‟. Kata

„bank‟ dan „transfer‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari

bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

Page 18: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

43

(27) Sekarwangi :“Alah mung urusan sepele kok Santi. Mung arep ngurusi

simpenan dhuwit ing bank, arep dak transfer nyang rekeninge

Ibu ing Klaten.”

„Alah cuma masalah sepele kok Santi. Cuma mau mengurus

simpanan uang di bank, mau aku trasfer ke rekeningnya Ibu di

Klaten.‟

Marsanti :“O, iya, kanggo nyingkiri resiko ing dalan.”

„O, iya, untuk menghindari resiko di jalan.‟

(MN/SWS/40/2015)

Pada data (27) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Marsanti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada kata „resiko‟. Kata „resiko‟ merupakan kata yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(28) Tuminah :“Oh, iya. Maturnuwun Sekar. Olehmu nyang Jawa kapan?

„Oh, iya. Terimakasih Sekar. Kapan kamu akan ke Jawa?‟

Sekarwangi :“Mbok menawa sesuke sore aku mangkat numpak sepur

malam.”

„Barangkali besok sore aku berangkat naik kereta malam.‟

(MN/SWS/41/2015)

Pada data (28) merupakan dialog antara Tuminah dan Sekarwangi.

Sekarwangi mengatakan bahwa akan segera pulang ke Jawa. Dalam tuturan ini

terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal.

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada kata

„malam‟. Kata „malam‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari

bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(29) Damarjati :“Kathah sanget. Masarakatipun kula cocog. Sistem

penerangan, angkutan, sesambungan liwat telpun, sampun

mboten kathah bentenipun kalihan kitha. Lan ingkang paling

penting: kula menika lulusan perikanan. Dhaerah mriki menika

cocog sanget kangge usaha perikanan. Kula kepengin atur

Page 19: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

44

conto dhateng para petani ngriki perkawis miyara grameh.

Sinten ngertos mbenjing saged ningkatake tataran gesangipun

petani lumantar usaha menika.”

„Banyak sekali. Masyarakatnya saya cocok. Sistem penerangan,

angkutan, sambungan melalui telepon, sudah tidak banyak

bedanya dengan di kota. Dan yang paling penting: saya adalah

lulusan perikanan. Daerah ini cocok sekali untuk usaha

perikanan. Saya ingin memberi contoh kepada para petani di

sini tentang memelihara ikan gurameh. Siapa tahu besok bisa

meningkat kehidupan petani melalui usaha tersebut.‟

Mbah Kardi :“Wah, aku bungah banget Le. Biyen tau ana sing nyoba

ngingu. Ning njur wegah merga jare suwe ora gedhe-gedhe.

Lan kena ama jamur, padha mati. Nanging mesthine kowe

ngerti cara-cara ngatasi.

„Wah, saya senang sekali Nak. Dulu pernah ada yang mencoba

memelihara. Tapi tiba-tiba tidak mau katanya lama tidak

kunjung besar. Dan terkena hama jamur, pada mati. Tetapi

pastinya kamu tahu cara-cara mengatasinya.

(MN/SWS/45/2015)

Pada data (29) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Mbah

Kardi. Damarjati mengatakan bahwa sudah banyak kemajuan di desa yang dia

tinggali sekarang. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Damarjati yaitu pada kata „angkutan‟. Kata „angkutan‟ merupakan kata

yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam Krama.

(30) Damarjati :“Kepengin. Kula badhe nglamar guru ing es-em-ka negri.

Utawi nglamar dados dhosen, mboten ketang honorer

rumiyin.”

„Ingin. Saya akan melamar guru di SMK negri. Atau melamar

jadi dosen, walaupun honorer dulu.‟

Mbah Kardi :“O, ya. Ya wis sakarepmu, endi sing kok anggep becik tumrap

awakmu. Aku mung tansah njurungi lan nyuwun marang Allah

muga kasembadan.”

„O, ya. Ya sudah terserah kamu, mana yang kamu anggap baik

bagi dirimu. Saya hanya bisa mendukung dan meminta kepada

Allah semoga terkabulkan.

(MN/SWS/45/2015)

Page 20: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

45

Pada data (30) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Mbah

Kardi. Damarjati mengatakan akan melamar pekerjaan sebagai guru. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati yaitu

pada kata „dhosen‟ dan „honorer‟. Kata „dhosen‟ dan „honorer‟ merupakan

kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam Krama.

(31) Marta :“Ora mung santri cekek, ning aku ki pemangku mesjid.”

„Bukan hanya santri biasa, tapi saya ini pemangku masjid.‟

Marsanti :“Hebat kowe, Mas. Nanging kok bisa ngono, mau-maune

piye, Mas?”

„Hebat kamu, Mas. Tapi kenapa bisa begitu, sebelumya

bagaimana, Mas?‟

(MN/SWS/47/2015)

Pada data (31) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Marsanti memuji tentang perubahan sikap Marta. Dalam tuturan ini terdapat

peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata bercetak tebal. Peristiwa

campur kode yang dilakukan oleh Marsanti yaitu pada kata „hebat‟. Kata

„hebat‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini

disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(32) Damarjati :“Ana dhawuh apa Bu? Oh aku kelingan... La rencanane Ibu

piye... o, iya mengko dak pethuk nyang Jakarta Bu, aja

nyepur... aku wis tuku mobil anyar... Toyota Avanza kaya

mobilku biyen... iya... iya bu... sungkemku Bu.”

„Ada perintah apa Bu? Oh saya ingat...lantas rencana Ibu

bagaimana...oh, iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan

naik kereta...saya sudah membeli mobil baru...Toyota Avanza

seperti mobilku dulu...iya...iya Bu...salamku Bu.‟

Mbah Kardi :“Saka ibumu Le? Ana kabar apa?”

„Dari ibumu Nak? Ada kabar apa?”

(MN/SWS/49/2015)

Page 21: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

46

Pada data (32) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Mbah

Kardi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada kata „mobil‟. Kata „mobil‟ merupakan kata yang berasal

dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(33) Marta :“Aku lagi mikir carane, Dhik. Wong aku ora ngingu

blumbang dhewe. Ning sadurunge dakcekelake grameh, ayo

dakjak priksa kesehatan nyang puskesmas dhisik.”

„Saya sedang berpikir caranya, Dik. Kan saya tidak punya

kolam sendiri. Tetapi sebelum saya tangkapkan gurameh, ayo

saya ajak periksa kesehatan ke puskesmas dulu.‟

Marsanti :“Kok ndadak priksa kesehatan barang. Aku ki sehat ora apa-

apa, mung sok-sok krasa rada mungkug-mungkug arep

mukok.”

„Kenapa harus periksa segala. Aku iki sehat tidak kenapa-

kenapa, hanya kadang-kadang agak mual-mual mau muntah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (33) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Marta ingin mengajak Marsanti periksa kesehatan di puskesmas. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti yaitu

pada kata „sehat‟. Kata „sehat‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia yang bisa dipadankan dengan kata „waras‟ dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari

bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawaragam Ngoko.

(34) Damarjati :“Ealah, dadi tangga desa. Lha terus iki ana kersa apa, kok

padha mrene?”

„Ealah, jadi tetanggan desa. Lalu ini ada perlu apa kemari?‟

Marta :“Ngene Dhik. Dhik Santi iki rak lagi nyidham, kepengin

mangan iwak grameh goreng, nanging kudu nganggo

prosedhur tertamtu.”

Page 22: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

47

„Begini Dik. Dik Santi ini kan sedang mengidam, ingin makan

ikan gurameh goreng, tetapi harus pakai prosedur tertentu.‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (34) adalah dialog antara Damarjati dan Marta. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta yaitu pada

kata „prosedhur‟. Kata „prosedhur‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia yang bisa dipadankan dengan kata „tata cara‟ dalam bahasa Jawa.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata dari

bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(35) Marsanti :“Dadi papat kui rong kilo.”

„Jadi empat itu dua kilo.‟

Damarjati :“Kosik, Dhik Santi. Dhuwitmu kuwi lebokno dhisik, mengko

ndak kena angin kecemplung blumbang. Iki perlu penjelasan

cetha lan ilmiyah.”

„Sebentar, Dik Santi. Uangmu itu masukkanlah dulu, nanti

malah terkenan angin lalu tercebur ke kolam. Ini perlu

penjelasan yang jelas dan ilmiah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (35) adalah dialog yang melibatkan Marsanti dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati yaitu

pada kata „ilmiyah‟. Kata „ilmiyah‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(36) Marsanti :”Kok bisa ngono ta, Mas? Kok aneh? Gajege nalika arep

mulih nyang desa mbiyen Sekar ninggali alamat genah, lan

mesthine Mas Damar ya isih duwe nomer hape-ne Sekar.”

„Kok bisa begitu sih, Mas? Kok aneh? Sepertinya ketika akan

pulang ke desa dulu Sekar meninggalkan alamat yang jelas, dan

seharusnya Mas Damar juga masih punya nomer hapenya

Sekar.‟

Damarjati :“Alamat sing ditinggalake biyen pancen genah tulisane,

nanging bareng dakgoleki mrana tetela ora ana. Kae alamat

palsu. Cilakane maneh nomer hape-ne ya wis ora bisa

Page 23: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

48

daksambung, sajake wis ganti nomer liya. Gandheng jarene ing

desa arep bukak rumah makan, aku njur ampyak awur-awur,

pirang-pirang rumah makan dakleboni, daktakokake sapa sing

duwe. Tetep ora ketemu. Akhire aku mupus, bisa uga

sekarwangi pancen dudu jodhoku.”

„Alamat yang ditinggalkan dulu memang jelas tulisannya, tetapi

setelah saya cari ke sana ternyata tidak ada. Itu alamat palsu.

Celakanya lagi nomer hapenya juga sudah tidak bisa saya

hubungi, sepertinya sudah ganti nomer lain. Katanya setelah di

desa akan membuka rumah makan, lalu aku tidak tanggung-

tanggung, beberapa rumah makan aku masuki, aku tanyakan

siapa yang punya. Tetap tidak ketemu. Akhirnya aku menyerah,

bisa juga Sekarwangi memang bukan jodohku.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (36) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Damarjati. Damarjati bercerita bahwa dia tidak bisa menemukan Sekarwangi.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti yaitu

pada kata „aneh‟. Kata „aneh‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(37) Marsanti :“Ora waton grameh goreng kok, Sekar. Ana sarate, kudu Mas

Marta sing nyekel gramehe langsung saka blumbange asli.”

„Bukan sembarang gurameh goreng kok Sekar. Ada syaratnya,

harus Mas Marta yang menangkap guramehnya langsung dari

kolamnya yang asli.‟

Sekarwangi :“Oo, ngono kui rak ya gampang. Nyang perikanan kana

nemoni pak Minakerti, nembung arep tuku grameh ning nyekel

dhewe, rak beres.”

„Oo, seperti itu kan mudah. Ke perikanan sana menemui Pak

Minakerti, meminta izin akan membeli gurameh tetapi

menangkap sendiri, kan beres.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (37) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Sekarwangi. Marsanti bercerita bahwa dia sedang mengidam gurameh goreng.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu

Page 24: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

49

pada kata „beres‟. Kata „beres‟ merupakan kata yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(38) Marsanti :“Ya wis, aku wis lega saiki. Ma-af ya, aku pancen nesu iki

mau, merga aku mesakake banget marang Mas Damar.”

„Ya sudah, aku sudah lega sekarang. Maaf ya, aku memang

marah tadi, karena aku sangat kasihan kepada Mas Damar.‟

Sekarwangi :”Iya aku ngerti, Ibu Marsanti.”

„Iya, saya mengerti, Ibu Marsanti.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (38) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Sekarwangi. Marsanti meminta maaf kepada Sekarwangi karena telah

memarahinya. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan

oleh Marsanti yaitu pada kata „ma-af‟. Kata „ma-af‟ merupakan kata yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern

karena menyisipkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko.

(39) Sekarwangi :“Ah, mundhak ngrepoti kowe, aku daknumpak taksi wae.”

„Ah, nanti malah merepotkan kamu, aku naik taksi saja.‟

Marsanti :”Sekar! Kowe mitraku runtung-runtung mangkat ninggalake

desa menyang Jakarta. Saiki kowe nemu ribed, dadi aku wajib

mbantu. Cekake kowe menyang endi wae, nganti pungkasan

kowe nyang stasiun arep nyepur, ora kena numpak taksi.

Dakterke terus.

„Sekar! Kamu itu teman saya bersama-sama berangkat

meninggalkan desa ke Jakarta. Sekarang kamu ada masalah,

saya wajib membantu. Singkatnya kamu mau kemana saja,

sampai terakhir kamu ke stasiun naik kereta, tidak boleh naik

taksi. Saya antarkan terus.‟

(MN/SWS/41/2015)

Pada data (39) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Page 25: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

50

Sekarwangi yaitu pada kata„taksi‟yang merupakan kata drai bahasa Indonesia.

Campur kode tersebut merupakan campur kode intern karena menyisipkan

unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(40) Sofi :“Kula Sofi, Bu...nyuwun tulung, Mas Damar ngrencangi kula

dhateng mall saged mboten? Mangke bibar Maghrib... matur

nuwun, Bu.”

„Saya Sofi, Bu...minta tolong, Mas Damar menemanisaya ke

mall bisa tidak? Nanti habis maghrib...terima kasih, Bu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Tuturan pada data (40) terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sofi yaitu pada kata „mall‟ yang merupakan kata dari bahasa Indonesia.

Campur kode tersebut merupakan campur kode intern karena menyisipkan

unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

b. Campur Kode Penyisipan Kata Dasar Bahasa Jawa Ragam Krama ke

dalam Bahasa Jawa Ragam Ngoko.

(41) Sekarwangi :“Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi. Ayo tata dhahar.

Dhawuhe ibu iki mengko dha shalat dhuhur dhisik, terus

dhahar, njur ngaso sedhela. Jare mengko bar ashar budhal

bali nyang Jakarta.”

„Wisudanya sudah selesai, mbak Sarmi. Mari menata

makanan. Perintah Ibu ini nanti pada sholat dhuhur dahulu, lalu

makan, kemudian istirahat sebentar. Katanya nanti sehabis

ashar barangkat kembali ke Jakarta.‟

Yu Sarmi :“O, iya.”

„Oh, ya.‟

(MN/SWS/32/2015)

Pada data (41) adalah dialog antara Sekarwangi dan Yu Sarmi.

Sekarwangi mengajak Yu Sarmi untuk segera menata dan menyiapkan

makanan. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „dhahar‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Page 26: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

51

Jawa ragam Krama, yang bisa diganti dengan kata „mangan‟ dalam bahasa

Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(42) Damarjati :“Marsanti. Dudu babune, Dhik. Kae wanita simpenane.”

„Marsanti. Bukan pembantunya, Dik. Itu wanita simpanannya.‟

Sekarwangi :“Ha? Njenengan ngerti tenan, Mas?”

„Ha? Anda benar-benar tahu, Mas?‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (42) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Damarjati mengatakan bahwa Marsanti bekerja bukan sebagai

pembantu tetapi dia adalah wanita simpanan. Dalam tuturan ini terdapat

peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal.

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada kata

„njenengan‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama, hal ini

bisa dibuktikan ketika kata „njenengan‟ diganti dengan kata „kowe‟ dalam

bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode intern

karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam Ngoko Alus.

(43) Damarjati :“Oh, maaf yen aku gawe sedhihe atimu. Lan yen kowe

rumangsa kabotan, ya wis aku ora sida takon.”

„Oh, maaf jika aku membuat sedihnya hatimu. Dan jika kamu

merasa keberatan, ya sudah aku tidak jadi bertanya.‟

Sekarwangi :“Ora Mas. Aku malah bakal rumangsa lega yen sliramu kersa

ngrungokake critane lelakonku. Nanging mengko dhisik, dak

gawekake unjukan kopi panas dhisik.”

„Tidak Mas. Saya malah akan merasa lega jika kamu mau

mendengarkan cerita hidupku. Tapi nanti dulu, saya buatkan

minuman kopi panas dulu.‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (43) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

Page 27: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

52

ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada kata „kersa‟ yang merupakan kata

dalam bahasa Jawa ragam Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata „kersa‟

diganti dengan kata „gelem‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode

ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam

Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(44) Sekarwangi :“Mas Damar, bapakku biyen uga lulusan sarjana, dadi guru

ing SMA. Mula aku ya nduwe cita-cita kepengin kuliyah nganti

lulus sarjana. Nanging aku lagi ana kelas telu SMP lan adhiku

klas telu SD, bapak seda. Bisa kok penggalih, kaya ngapa

sedhihe atiku sakulawarga nalika semana. Mesthi wae uripku

sakulawarga dadi malih grembyang, sarwa kekurangan. Isih

begja dene ibu entuk pensiun jandha lan bapak uga ninggal

sawah sepathok, kena kanggo sumbering pangan

sakulawraga.”

„Mas, Damar, bapak saya dulu juga lulusan sarjana, menjadi

guru di SMA. Maka dari itu saya juga punya cita-cita ingin

kuliah sampai lulus sarjana. Tetapi saya masih kelas tiga SMP

dan adik saya kelas tiga SD, bapak meninggal dunia. Bisa kamu

bayangkan, bagaimana sedihnya hati saya sekeluarga ketika itu.

Pasti saja hidup saya sekeluarga jadi berubah drastis, serba

kekurangan. Masih untung ibu mendapatkan pensiun janda dan

bapak juga meninggalkan sawah sepetak, cukup untuk sumber

makanan sekeluarga.‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (44) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Sekarwangi menceritakan tentang pengalaman hidupnya sebelum

bekerja sebagai pembantu di rumah Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat

peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal.

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada kata „seda‟

dan „penggalih‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama, hal

ini bisa dibuktikan ketika kata „seda‟ dan „penggalih‟ diganti dengan kata

„mati‟ dan „pikir‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut

Page 28: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

53

campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(45) Sekarwangi :“Mas kok ndadak ribet gawe unjukan. Lenggah wae

dakgawekake.”

„Mas kok harus ribet bikin minum. Duduk saja saya buatkan.‟

Damarjati :“Oh, Dhik Sekar. Aku iki yo kudu ngulinakake mandhiri, Dhik.

Nek sawanci-wanci ana paran, kudu bisa ngurus awake

dhewe.”

„Oh, Dik Sekar. Saya ini juga harus membiasakan hidup

mandiri, Dik. Kalu sewaktu-waktu ada di perantauan, harus

bisa mengurus diri sendiri.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (45) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „lenggah‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Jawa ragam Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata dan „lenggah‟ diganti

dengan kata „lungguh‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini

disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam

Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(46) Sekarwangi :“Umpamane ora sengaja aku kebacut ngrangkul njenengan.

Aja duka lho ya.”

„Seumpama tidak sengaja aku terlanjur merangkul kamu.

Jangan marah ya.‟

Damarjati :“Wong mung dirangkul wong ayu we kok nesu.”

„Cuman dirangkul orang cantik saja kenapa marah.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (46) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „njenengan‟ dan „duka‟ yang merupakan kata

dalam bahasa Jawa ragam Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata

„njenengan‟ dan „duka‟ diganti dengan kata „kowe‟ dan „nesu‟ dalam bahasa

Page 29: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

54

Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(47) Damarjati :“Oh, iki ta. Rak malah. Rak malah ana sing mbantu

ngedumake bantuane mengko.”

„Oh, ini ya. Kan malah ada yang membantu membagikan

bantuannya nanti.‟

Sofi :“Kosik pinarak kene dhisik.”

„Sebentar, mampir ke sini sebentar.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (47) merupakan dialog antara Sofi dan Damarjati. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi yaitu pada

kata „pinarak‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama,.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(48) Damarjati :“Nek kersane Ibu ngono, aku ndherek. Nanging lilanana

milih calonku dhewe, Bu, sabab sing arep nglakoni ki aku.”

„Kalau Ibu maunya begitu, aku ikut. Tetapi izinkalah memilih

calonku sendiri, Bu, karena yang akan menjalani itu aku.‟

Bu Rusti :“Iya. Apa wis nduwe calon piye? Sapa?”

„Iya. Apa sudah mempunyai calon? Siapa?‟

(MN/SWS/38/2015)

Pada data (48) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Damarjati mengatakan bahwa dia akan memilih calon istrinya sendiri.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati

yaitu pada kata „ndherek‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam

Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata „ndherek‟ diganti dengan kata

„melu‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur

Page 30: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

55

kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam

tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(49) Bu Rusti :“Keluwihane nggon apa?”

„Kelebihannya dibagian mana?‟

Damarjati :“Siji, rupane ayu. Ibu pirsa dhewe.”

„Satu, wajahnya cantik. Ibu tahu sendiri.‟

(MN/SWS/38/2015)

Pada data (49) adalah dialog yang melibatkan Bu Rusti dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati

yaitu pada kata „pirsa‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam

Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata „pirsa‟ diganti dengan kata „weruh‟

dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko.

(50) Marta :“Sing kudu kok lakoni mung siji: muliha menyang omahku,

urip bebarengan karo aku minangka garwa sing sah.”

„Yang harus kamu lakukan hanya satu: pulanglah ke rumahku,

hidup bersama dengan aku sebagai istri yang sah.‟

Marsanti :“Ora, Mas. Liyane kuwi.”

„Tidak, Mas. Selain itu.‟

(MN/SWS/48/2015)

Pada data (50) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Marta ingin menjadikan Marsanti sebagai istrinya. Dalam tuturan ini terdapat

peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal.

Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta yaitu pada kata „garwa‟

yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama, hal ini bisa

dibuktikan ketika kata „garwa‟ diganti dengan kata „bojo‟ dalam bahasa Jawa

ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

Page 31: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

56

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(51) Damarjati :“Ana dhawuh apa Bu? Oh aku kelingan... La rencanane Ibu

piye... o, iya mengko dak pethuk nyang Jakarta Bu, aja

nyepur... aku wis tuku mobil anyar... Toyota Avanza kaya

mobilku biyen... iya... iya bu... sungkemku Bu.”

„Ada perintah apa Bu? Oh saya ingat...lantas rencana Ibu

bagaimana...oh, iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan

naik kereta...saya sudah membeli mobil baru...Toyota Avanza

seperti mobilku dulu...iya...iya Bu...salamku Bu.‟

(MN/SWS/49/2015)

Pada data (51) merupakan dialog antara Damarjati dan Bu Rusti

ditelepon. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada kata „dhawuh‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa

ragam Krama,. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(52) Marsanti :“Ora. Aku tetep durung percaya yen Sekar duwe niyat karo

wong liya. Malah aku duwe keyakinan yen dheweke isih

ngarep-arep ketemu sliramu. Mula lilanana aku melu nyampuri

perkara iki. Aku janji sesuk esuk sowan mrene wis gawa

katrangan sing genah.”

„Tidak. Aku tetap belum percaya kalau Sekar punya niat

dengan orang lain. Malah aku punya keyakinan kalau dia masih

mengharapkan bertemu denganmu. Maka relakanlah aku ikut

mencampuri masalah ini. Aku janji besok pagi datang ke sini

suda membawa keterangan yang jelas.‟

Damarjati :“Aku ora mung nglilani, nanging aku matur nuwun banget

kowe sakloron ngatonake kawigaten marang pribadiku. Apa

wae asile sesuk, aku matur nuwun banget.”

„Saya tidak hanya mengikhlaskan, tapi saya berterimakasi

sekali kepada kalian berdua telah pesuli kepada masalah saya.

Apa saja hasilnya besok, saya berterima kasih sekali.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (52) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Damarjati. Marsanti ingin membantu Damarjati menyelesaikan masalah

Page 32: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

57

pribadinya. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Marsanti yaitu pada kata „sowan‟ yang merupakan kata dalam

bahasa Jawa ragam Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata „sowan‟ diganti

dengan kata „teka‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut

campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

c. Campur Kode Penyisipan Kata Dasar Bahasa Asing ke dalam Bahasa

Jawa

(53) Bu Rusti :“Sekar, mengko arahen dhewe. Buwah apa sing pantes

kanggo paketan. Nek wis entuk njur ndhisikana nyang vila,

paket-paket iku gawenen ing kana. Aja lali magic jar-e

dipanasi. Sarampunge wisudha aku nusul.”

„Sekar, nanti aturlah sendiri. Buah apa yang pantas untuk

dikemas. Jika sudah dapat lalu ke vila lah dulu saja, paket-paket

itu bawalah ke sana. Jangan lupa magic jar-nya kamu panaskan.

Selesai wisuda saya menyusul.‟

Sekarwangi :”Inggih, beres Bu.”

„Iya, beres Bu.‟

(MN/SWS/32/2015)

Pada data (53) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Bu Rusti yaitu pada kata „magic jar‟ yang merupakan kata

dalam Inggris. Campur kode ini disebut campur kode ekstern karena

menyisipkan kata bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(54) Sofi :“Kula Sofi, Bu...nyuwun tulung, Mas Damar ngrencangi kula

dhateng mall saged mboten? Mangke bibar Maghrib... matur

nuwun, Bu.”

„Saya Sofi, Bu...minta tolong, Mas Damar menemanisaya ke

mall bisa tidak? Nanti habis maghrib...terima kasih, Bu.‟

Page 33: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

58

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (54) merupakan monolog yang dilakukan oleh Sofi. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi yaitu pada

kata „mall‟ yang merupakan kata dalam Inggris. Campur kode ini disebut

campur kode ekstern karena menyisipkan kata bahasa Indonesia yang berasal

dari Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(55) Sekarwangi :“Acting ya Mas? Kaya pemain sinetron?”

„Acting ya Mas? Seperti pemain sinetron?‟

Damarjati : “Iya”

„Iya.‟

Sekarwangi :“Aku mudeng karepe. Supaya Mbak Sofi cemburu, njur saya

subur tresnane marang...”

„Saya tahu maksudnya. Agar Mbak Sofi cemburu, lalu semakin

jatuh cinta sama...‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (55) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „acting‟ yang merupakan kata dalam Inggris.

Campur kode ini disebut campur kode ekstern karena menyisipkan kata bahasa

Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(56) Damarjati :“Wolu, agamane kuat. Kerep sholat wengi lan dzikir. Atine

cedhak karo Gusti Allah.”

„Kedelapan, agamanya kuat. Sering sholat malam dan dzikir.

Hatinya dekat dengan Tuhan.‟

Bu Rusti :“Iya aku kerep weruh dhewe. Apa maneh?”

„Iya saya sering melihat sendiri. Apa lagi?‟

(MN/SWS/39/2015)

Pada data (56) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu Rusti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati

Page 34: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

59

yaitu pada kata „dzikir‟ yang merupakan kata dalam Arab. Campur kode ini

disebut campur kode ekstern karena menyisipkan kata bahasa Indonesia yang

berasal dari bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(57) Marsanti :”Mas Marta. Maturnuwun sliramu kersa ziyarah ing kubure

ibuku.”

„Mas Marta. Terimakasih kamu bersedia siarah ke makam ibu

saya.‟

Marta :“Dhik Santi? Apa sing wis kelakon ing awakmu wiwit sedane

ibumu kae?”

„Dik Santi? Apa yang sudah terjadi pada dirimu setelah ibumu

meninggal?‟

(MN/SWS/48/2015)

Pada data (57) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan Marta.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada kata „ziyarah‟ yang merupakan kata dalam Arab. Campur kode ini

disebut campur kode ekstern karena menyisipkan kata bahasa Indonesia yang

berasal dari bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(58) Marsanti :“Hallo, iya piye...wis entuk..budhale jam pira...gawanen

mrene bisa ora..aku ana restoran karo sekarwangi..iya,

restoran adate kae.. ya.”

„Hallo, iya bagaimana...sudah dapat...berangkatnya jam

berapa...dibawa kesini bisa tidak...aku ada di restoran bersama

sekarwangi..iya, restoran yang biasanya itu...ya.‟

(MN/SWS/41/2015)

Pada data (58) merupakan tuturan yang dilakukan oleh Marsanti

melalui telepon. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Marsanti yaitu pada kata „hallo‟ yang merupakan kata dalam

Inggris. Campur kode ini disebut campur kode ekstern karena menyisipkan

kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Inggris ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko.

Page 35: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

60

(59) Sekarwangi :“Takon apa karo kowe?”

„Tanya apa sama kamu?‟

Sri Asih :“Taken asmane sing kagungan rumah makan niki. Nggih kula

wangsuli mawon: Bu Mawar. Malah kula nggih criyos yen Bu

Mawar sampun gadhah pacangan. Wong sajake sing takon

niku kados gadhah sir ngaten lho Bu. Mangka ibu rak sampun

gadhah pacangan. Lha nek ngesir kula ngaten nggih oke

mawon.”

„Bertanya namanya yang punya rumah makan ini. Ya saya

jawab saja: Bu Mawar. Malah saya juga cerita kalau Bu Mawar

sudah punya pasangan. Sepertinya yang bertanya itu

mempunyai maksud begitu lo Bu. Padahal ibu kan sudah

mempunyai pasangan. Kalau naksir saya gitu ya oke saja.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (59) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan Sri

Asih. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sri

Asih yaitu pada kata „oke‟ yang merupakan kata dalam Inggris. Campur kode

ini disebut campur kode ekstern karena menyisipkan kata bahasa Indonesia

yang berasal dari bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

1.2 Campur Kode Kata Jadian

(60) Sekarwangi :“Aku lagi ndhereake juraganku, Pak Pratama.”

„Aku sedang mengantar majikanku, Pak Pratama.‟

Marsanti :“Oh, kuwi kancane juraganku, Pak Jolang. Aku ya lagi

ndhereake juraganku. Lagi teka iki mau ta, Sekar? Dhek wingi

sore aku liwat kene kok isih tutupan.”

„Oh, itu temannya majikanku, Pak Jolang. Aku juga sedang

mengantarkan majikanku. Baru sampai di sini tadi ya, Sekar?

Kemarin sore aku lewat sini kok masih tutup.‟

(MN/SWS/32/2015)

Pada data (60) merupakan dialog antara Sekarwangi dan Marsanti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi

dan Marsanti yaitu pada kata „ndherekake‟ yang merupakan kata dalam

Page 36: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

61

bahasa Jawa ragam Krama. Campur kode ini disebut campur kode intern

karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa

Jawa ragam Ngoko Alus.

(61) Sekarwangi :“Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi. Ayo tata dhahar.

Dhawuhe ibu iki mengko dha shalat dhuhur dhisik, terus

dhahar, njur ngaso sedhela. Jare mengko bar ashar budhal

bali nyang Jakarta.”

„Wisudhanya sudah selesai, mbak Sarmi. Ayo menata

makanan. Perintah Ibu ini nanti pada sholat dhuhur dahulu, lalu

makan, kemudian istirahat sebentar. Katanya nanti sehabis

ashar barangkat kembali ke Jakarta.‟

Yu Sarmi :“O, iya.”

„O, iya.‟

(MN/SWS/32/2015)

Pada data (61) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan Yu

Sarmi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „dhawuhe‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Jawa ragam Krama. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(62) Sekarwangi :“Ya wis, aku manut Mas. Aku arep didhawuhi Ngapa?”

„Ya sudah, saya menurut Mas. Saya mau disuruh apa?‟

Damarjati :“Ora dakkon ngapa-ngapa, mung dakjak jagongan. Ning

daktakon dhisik, jane kowe ki mau arep nyang endi?”

„Tidak saya suruh ngapa-ngapain, hanya mau saya ajak

ngobrol. Tapi saya mau tanya dulu, sebenarnya kamu itu mau

kemana?‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (62) merupakan dialog antara Sekarwangi dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi

yaitu pada kata „didhawuhi‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam

Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata „didhawuhi‟ diganti dengan kata

Page 37: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

62

„dikongkon‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut

campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(63) Damarjati :“Rupamu ayu, ayu banget, pakulitanmu kuning resik, soroting

netramu bening tajem, pemikiran lan patrapmu katon yen

bocah pendhidhikan, basamu alus, tata kramamu ganep,

tandukmu marang sapa wae mantep lan percaya dhiri, ora

katon minggrang-minggring, klebu yen pinuju guneman karo

pak Pratama lan bu Rusti juraganmu.”

„Wajahmu cantik, cantik sekali, kulitmu kuning langsat, tatapan

matamu bening tajam, pola pikir dan tingkah lakumu seperti

orang berpendidikan, bahasamu lembut, mengerti tata krama,

perilakumu terhadap siapa saja mantap dan percaya diri, tidak

canggung, termasuk ketita berbisacara dengan pak Pratama dan

bu Rusti.‟

Sekarwangi :“Wah, jan ideal banget. Apa maneh, Mas?”

„Wah, ideal sekali. Apa lagi, Mas?‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (63) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Damarjati yaitu pada kata „netramu‟ yang merupakan kata

dalam bahasa Jawa ragam Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata

„netramu‟ diganti dengan kata „mripatmu‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(64) Damarjati :“Oh, maaf yen aku gawe sedhihe atimu. Lan yen kowe

rumangsa kabotan, ya wis aku ora sida takon.”

„Oh, maaf jika aku membuat sedihnya hatimu. Dan jika kamu

merasa keberatan, ya sudah aku tidak jadi bertanya.‟

Sekarwangi :“Ora Mas. Aku malah bakal rumangsa lega yen sliramu

kersangrungokake critane lelakonku. Nanging mengko dhisik,

dak gawekake unjukan kopi panas dhisik.”

„Tidak Mas. Saya malah akan merasa lega jika kamu mau

mendengarkan cerita hidupku. Tapi nanti dulu, saya buatkan

minuman kopi panas dulu.‟

(MN/SWS/33/2015)

Page 38: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

63

Pada data (64) adalah dialog antara Damrjati dan Sekarwangi. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu

pada kata „unjukan‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama,

hal ini bisa dibuktikan ketika kata „unjukan‟ diganti dengan kata „ombenan‟

dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(65) Damarjati :“Turah telung yuta, mangga dakbalekake ibu. Lan

daktandhesake, iki kang pungkasan, Bu. Sesuk maneh aku wis

ora saguh ndherekake ndara putri Sofiatun.”

„Sisa tiga juta, silakan saya kembalikan Ibu. Dan saya tegaskan,

ini yang terakhir, Bu. Besok lagi saya sudah tidak sanggup

mengantarkan tuan putri Sofiatun.‟

Bu Rusti :“Kapok, Le?”

„Kapok Nak?‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (63) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada kata „ndherekake‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Jawa ragam Krama. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(66) Sekarwangi :“Aku wis mudeng karepe Mas. Pokoke beres. Ning nek aku

kebablasen, maaf sadurunge lho, aja didukani.”

„Saya sudah tahu maksudnya Mas. Pokoknya beres. Tapi kalau

aku terlalu jauh, maaf sebelumnya lho, jangan dimarahi.‟

Damarjati :”Kebablasen piye maksudmu?”

„Terlalu jauh bagaimana maksud kamu?‟

(MN/SWS/36/2015)

Page 39: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

64

Pada data (66) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „didukani‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Jawa ragam Krama, hal ini bisa dibuktikan ketika kata „didukani‟ diganti

dengan kata „disengeni‟ dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini

disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam

Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(67) Sekarwangi :“Bangkrut? Lha sababe?”

„Bangkrut? Sebabnya apa?‟

Tuminah :“Juraganku ki jebule koruptor. Ditangkep petugas ka-pe-ka,

terus kabeh bandhane dirampas negara. Omah pirang-pirang

enggon, mobil mewah, simpenan dhuwit ing bank, kabeh entek

dirampas. Saiki sing wadon manggon ing omah kontrakan

cilik, karo anak-anake.”

„Majikanku itu ternyata koruptor. Ditangkap petugas KPK, lalu

semua hartanya dirampas negara. Rumah dibeberapa tempat,

mobil mewah, simpanan uang di bank, semua habis dirampas.

Sekarang istrinya menempati rumah kontrakan kecil dengan

anak-anaknya.‟

(MN/SWS/37/2015)

Pada data (67) adalah dialog antara Sekarwangi dan Tuminah.

Tuminah menceritakan bahwa majikan ditempatnya bekerja adalah koruptor.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Tuminah

yaitu pada kata „dirampas‟ yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(68) Damarjati :“Bu. Pasuryane Ibu ora perlu didhelikake, ben tetep ana kene

kaya adate. Sabab iki wes trep lan ayu. Perkara mbatalake

kuwi gampang, Bu.”

„Bu, wajah Ibu tidak perlu disembunyikan, biar tetap ada disitu

seperti biasanya. Karena itu sudah pantas dan cantik. Masalah

membatalkan itu gampang, Bu‟

Page 40: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

65

Bu Rusti :”Uh, risi. Wong dhapure elek ngono kok ngambung. Gampang

piye? Atiku ora tekan yen kudu mbatalake.”

„Uh, geli. Orang mukanya jelek gitu kok mencium. Mudah

bagaimana? Saya tidak sampai hati jika harus membatalkan.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (68) adalah dialog antara Damarjati dan Bu Rusti. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati yaitu

pada kata „pasuryane‟ yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia. Campur

kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(69) Damarjati :“Nek kersane Ibu ngono, aku ndherek. Nanging lilanana

milih calonku dhewe, Bu, sabab sing arep nglakoni ki aku.”

„Kalau Ibu maunya begitu, aku ikut. Tetapi izinkalah memilih

calonku sendiri, Bu, karena yang akan menjalani itu aku.‟

Bu Rusti :“Iya. Apa wis nduwe calon piye? Sapa?”

„Iya. Apa sudah mempunyai calon? Siapa?‟

(MN/SWS/38/2015)

Pada data (69) adalah dialog antara Damarjati dan Bu Rusti. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati yaitu

pada kata „kersane‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama,

hal ini bisa dibuktikan ketika kata „kersane‟ diganti dengan kata „karepe‟

dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(70) Bu Rusti :“Ngene wae, Damar. Bapakmu aturana mrene. Mbok

menawa bapak duwe wawasan sing luwih kepenak dilakoni.”

„Begini saja, Damar. Panggil bapakmu kesini. Siapa tahu bapak

mempunyai pendapat yang lebih baik untuk dilakukan.‟

Damarjati :”Oh, inggih, Bu.”

„Oh, iya Bu.‟

(MN/SWS/39/2015)

Page 41: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

66

Pada data (70) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu

Rusti yaitu pada kata „aturana‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa

ragam Krama. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(71) Damarjati :”Dhik, sing ora ngerti ki kowe, dudu Sofi.”

„Dik, yang tidak tahu itu kamu, bukan Sofi.‟

Sekarwangi :“Aku? Aku sing ora ngerti? Maksudmu apa Mas. Aku rak wis

nindakake kabeh dhawuhmu. Diajak ethok-ethok pacaran

kanggo mancing emosine Sofi. Kabeh wis mlaku beres, lan

kebukten dheweke mbatalake.”

„Aku? Aku yang tidak tahu? Maksudmu apa Mas. Aku kan

sudah melakukan semua perintahmu. Diajak pura-pura pacaran

untuk mancing emosinya Sofi. Semua sudah berjalan beres, dan

terbukti dia membatalkan.‟

(MN/SWS/39/2015)

Pada data (71) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada kata „emosine‟ yang merupakan kata

dalam bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam

Ngoko.

(72) Sekarwangi :“Alah mung urusan sepele kok Santi. Mung arep ngurusi

simpenan dhuwit ing bank, arep dak transfernyang rekeninge

Ibu ing Klaten.”

„Alah cuma masalah sepele kok Santi. Cuma mau mengurus

simpanan uang di bank, mau aku trasfer ke rekeningnya Ibu di

Klaten.‟

Marsanti :“O, iya, kanggo nyingkiri resiko ing dalan.”

„O, iya, untuk menghindari resiko di jalan.‟

(MN/SWS/40/2015)

Page 42: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

67

Pada data (72) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Marsanti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „rekeninge‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(73) Sekarwangi :“Tuminah, aku sida wis arep bali nyang ndesa. Sesuk apa

kapan kowe nemonana juraganku, layang iki aturna. Alamate

ana nggon amplop surat iku.”

„Tuminah, aku sudah jadi akan kembali ke desa. Besok atau

kapan temuilah majikanku, berikan surat ini. Alamatnya ada

diamplop itu.‟

Tuminah :”Oh, iya. Maturnuwun, Sekar. Olehmu nyang Jawa kapan?”

„Oh, iya. Terimakasih, Sekar. Kamu kapan pulang ke Jawa?‟

(MN/SWS/41/2015)

Pada data (73) adalah dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Tuminah. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada kata „aturna‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa

ragam Krama. Campur kode ini disebut campur kode intern karena

menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa

ragam Ngoko Alus.

(74) Kardi Waskito :“Kowe ora perlu nggrantes lan ora perlu nggetuni lelakonmu,

awit ora ana gunane. Anggepen iku pepeling saka Gusti Allah,

supaya kowe bali marang dalan sing lurus. Malah kapara

syukurana, awit iki ateges kowe isih diparingi kalodhangan

kanggo mertobat, sateruse nggayuh kamulyan kang sejati, dudu

kamulyan semu sing wis kok rasakake sasuwene iki. Mesthine

kowe isih kelingan piwulang lan piweling sing tau dak

wenehake biyen.”

„Kamu tidak perlu merasa sedih dan tidak perlu kecewa

atas......, karena tidak ada gunanya. Anggap saja ini adalah

peringatan dari Allah, agar kamu kembali kejalan yang lurus.

Malah syukurilah, karena ini artinya kamu masih diberi

kesempatan untuk bertobat, lalu meraih kemuliaan yang sejati,

bukan kemuliaan yang semu yang pernah kamu rasakan selama

Page 43: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

68

ini. Seharusnya kamu masih ingat pelajaran yang pernah aku

berikan dulu.‟

Bu Rusti :”Inggih, Pak. Nyuwun pangestu mugi saged nglampahi kanthi

sabar.”

„Iya, Pak. Minta doa restu semoga bisa melewati dengan sabar.‟

(MN/SWS/43/2015)

Pada data (74) merupakan dialog yang melibatkan Kardi Waskito dan

Bu Rusti. Kardi waskito adalah mertua dari Bu Rusti. Dia menyemangati agar

Bu Rusti tabah menhadapi cobaan yang sedang dialaminya. Dalam tuturan ini

terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak

tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Kardi Waskito yaitu pada

kata „diparingi‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(75) Marta :“Ngojek wae Dhik Santi, dakdherekake.

„Naik ojek saja dik Santi, saya antar.‟

Marsanti :”Kowe kok ngerti aku?”

„Kamu kenal dengan saya?‟

(MN/SWS/47/2015)

Pada data (75) adalah dialog antara Marta dan Marsanti. Dalam tuturan

ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak

tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta yaitu pada kata

„dakdherekake‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(76) Marta :“Menenga wae, aja ngelek-elek awakmu dhewe. Kae sega

tumpange wis digawa mrene, ayo gek didhahar.”

„Diamlah saja, jangan menjelek-jelekkan dirimu sendiri. Itu

nasi tumpangnya sudah dibawa ke sini, ayo dimakan.‟

Marsanti :”Mung sega kaya ngene, kok enak banget ta.”

„Hanya nasi seperti ini saja, kenapa enak sekali.‟

(MN/SWS/47/2015)

Page 44: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

69

Pada data (76) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta yaitu

pada kata „didhahar‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama,

hal ini bisa dibuktikan ketika kata „didhahar‟ diganti dengan kata „dipangan‟

dalam bahasa Jawa ragam Ngoko. Campur kode ini disebut campur kode

intern karena menyisipkan kata bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko.

(77) Damarjati :“Ana dhawuh apa Bu? Oh aku kelingan... La rencanane Ibu

piye... o, iya mengko dak pethuk nyang Jakarta Bu, aja

nyepur... aku wis tuku mobil anyar... Toyota Avanza kaya

mobilku biyen... iya... iya bu... sungkemku Bu.”

„Ada perintah apa Bu? Oh saya ingat...lantas rencana Ibu

bagaimana...oh, iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan

naik kereta...saya sudah membeli mobil baru...Toyota Avanza

seperti mobilku dulu...iya...iya Bu...salamku Bu.‟

Mbah Kardi :“Saka ibumu Le? Ana kabar apa?”

„Dari ibu kamu Nak? Ada kabar apa?‟

(MN/SWS/49/2015)

Pada data (77) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan Mbah

Kardi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada kata „mobilku‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(78) Marta :“Aku lagi mikir carane, Dhik. Wong aku ora ngingu

blumbang dhewe. Ning sadurunge dakcekelake grameh, ayo

dakjak priksa kesehatan nyang puskesmas dhisik.”

„Saya sedang berpikir caranya, Dik. Kan saya tidak punya

kolam sendiri. Tetapi sebelum saya tangkapkan gurameh, ayo

saya ajak periksa kesehatan ke puskesmas dulu.

Marsanti :“Kok ndadak priksa kesehatan barang. Aku ki sehat ora apa-

apa, mung sok-sok krasa rada mungkug-mungkug arep

mukok.”

Page 45: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

70

„Kenapa harus periksa segala. Aku iki sehat tidak kenapa-

kenapa, hanya kadang-kadang agak mual-mual mau muntah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (78) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada kata „kesehatan‟ yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(79) Marta :“Iya, Dhik Damar. Saiki Dhik Santi iki dadi batihku. Lan

bener ngendikamu mau, aku biyen wis tau kepethuk sliramu.

Biyen aku ngojeg ing Jatinegara. Saiki macul ing sawah.”

„Iya, Dik Damar. Sekarang Dik Santi ini jadi istriku. Dan benar

apa yang kamu katakan tadi, aku dulu sudah pernah bertemu

dengan mu. Dulu aku menjadi tukang ojeg di Jatinegara.

Sekarang mencangkul di sawah.‟

Damarjati :“Ealah, dadi tangga desa. Lha terus, iki ana kersaapa, kok

padha mrene?”

„Ealah, jadi tetangga desa. Lalu, ini ada mau apa, kok pada ke

sini?‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (79) adalah dialog antara Marta dan Damarjati. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta yaitu pada

kata „ngendikamu‟ yang merupakan kata dalam bahasa Jawa ragam Krama.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Jawa ragam Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko Alus.

(80) Marsanti :“Dadi papat kui rong kilo.”

„Jadi empat itu dua kilo.‟

Damarjati :“Kosik, Dhik Santi. Dhuwitmu kuwi lebokno dhisik, mengko

ndak kena angin kecemplung blumbang. Iki perlu penjelasan

cetha lan ilmiyah.”

„Sebentar, Dik Santi. Uangmu itu masukkanlah dulu, nanti

malah terkena angin lalu tercebur ke kolam. Ini perlu

penjelasan yang jelas dan ilmiah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Page 46: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

71

Pada data (80) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Damrjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada kata „penjelasan‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(81) Damarjati :”Yen bener Bu Mawar iku Sekarwangi. Iku tegese pancen wis

pinesthi Sekar dudu jodohku. Ya wis aku nrima”

„Kalau benar Bu mawar itu adalah Sekarwangi. Itu artinya

memang sudah ditakdirkan bukan jodohku. Ya sudah saya

terima.‟

Marsanti :“Kosik. Kok ngono Mas? Nalare piye?

„Sebentar. Kok seperti itu Mas? Logikanya bagaimana?‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (81) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan Marsanti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada kata „nalare‟ yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(82) Marsanti :“Kosik. Kok ngono Mas? Nalare piye?

„Sebentar. Kok seperti itu Mas? Logikanya bagaimana?‟

Damarjati :“Nalika aku mlebu rumah makan kono, Sri Asih pembantune

sing kulina dikongkon njupuk grameh mrene, iku uga kandha

yen Bu Mawar iku wis duwe pacangan, wis arep dadi

nganten.”

„Ketika aku masuk rumah makan itu, Sri Asih pembantunya

yang biasanya disuruh mengambil gurameh ke sini, itu juga

berkata kalau Bu mawar itu sudah punya pasangan, sudah akan

menikah.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (82) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Page 47: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

72

Damarjati yaitu pada kata „pembantune‟ yang merupakan kata dalam bahasa

Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan

kata bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(83) Marsanti :“Ora. Aku tetep durung percaya yen Sekar duwe niyat karo

wong liya. Malah aku duwe keyakinan yen dheweke isih

ngarep-arep ketemu sliramu. Mula lilanana aku melu nyampuri

perkara iki. Aku janji sesuk esuk sowan mrene wis gawa

katrangan sing genah.”

„Tidak. Aku tetap belum percaya kalau Sekar punya niat

dengan orang lain. Malah aku punya keyakinan kalau dia masih

mengharapkan bertemu denganmu. Maka relakanlah aku ikut

mencampuri masalah ini. Aku janji besok pagi datang ke sini

sudah membawa keterangan yang jelas.‟

Damarjati :“Aku ora mung nglilani, nanging aku matur nuwun banget

kowe sakloron ngatonake kawigaten marang pribadiku. Apa

wae asile sesuk, aku matur nuwun banget.”

„Saya tidak hanya mengikhlaskan, tapi saya berterimakasih

sekali kepada kalian berdua telah peduli kepada masalah saya.

Apa saja hasilnya besok, saya berterima kasih sekali.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (83) merupakan dialog antara Marsanti dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada kata „keyakinan‟ yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia.

Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(84) Marsanti :“Ora waton grameh goreng kok, Sekar. Ana sarate, kudu Mas

Marta sing nyekel gramehe langsung saka blumbange asli.”

„Bukan sembarang gurameh goreng kok Sekar. Ada syaratnya,

harus Mas Marta yang menangkap guramehnya langsung dari

kolamnya yang asli.‟

Sekarwangi :“Oo, ngono kui rak ya gampang. Nyang perikanan kana

nemoni pak Minakerti, nembung arep tuku grameh ning nyekel

dhewe, rak beres.”

„Oo, seperti itu kan mudah. Ke perikanan sana menemui Pak

Minakerti, meminta izin akan membeli gurameh tetapi

menangkap sendiri, kan beres.‟

(MN/SWS/51/2015)

Page 48: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

73

Pada data (84) adalah dialog antara Marsanti dan Sekarwangi. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi yaitu

pada kata „perikanan‟ yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia. Campur

kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan kata bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

2) Campur Kode Berwujud Frasa

Frasa merupakan gabungan atau kesatuan kata yang terbentuk dari dua

kelompok kata atau lebih yang memiliki satu makna gramatikal (makna yang

berubah-ubah menyesuaikan dengan konteksnya). Campur kode berwujud frasa

ditemukan dalam cerbung MulihNdesa karya Suryadi WS. Hal ini dapat dilihat dalam

data berikut.

2.1 Campur Kode Penyisipan Frasa bahasa Indonesia di dalam Bahasa Jawa

(85) Bu Rusti :“Kowe ngapa, Damar, kok melu ibut neng dhapur? Oh, iya

ngerti. Kowe mesthi ketarik merga sing dimasak iwak grameh.

Kowe rak ahli perikanan.”

„Kamu kenapa, Damar, kok ikut ribut di dapur? Oh, iya tahu.

Kamu pasti tertarik karena yang dimasak ikan gurameh. Kamu

kan ahli perikanan.‟

Damarjati :“Iya, Bu. Nalika praktek ing dhaerah perikanan, aku malah

praktek ngolah grameh dhewe, wiwit nyekel ing blumbang

nganti akhire nyekel ing piring sawise mateng.”

„Iya, Bu. Ketika saya praktek di daerah perikanan, saya malah

praktek mengolah gurameh sendiri, mulai dari menangkap di

kolam sampai akhirnya memakan dipiring setelah matang.‟

(MN/SWS/27/2015)

Pada data (85) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Bu Rusti yaitu pada frasa „ahli perikanan‟ yang merupakan frasa yang

Page 49: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

74

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(86) Marta :“Mengko dhisik, aja salah paham ya. Kowe lagi wae teka ing

Jakarta, durung ngerti cara-cara uripe wong kene, mligine

wong sugih-sugih sing wis sugih bandha.”

„Sebentar, jangan salah paham ya. Kamu baru saja datang ke

Jakarta, belum tahu cara-cara hidup orang sini, khususnya

orang-orang kayang yang sudah kaya raya.‟

Marsanti :”Maksudmu apa, terangna sing cetha.”

„Maksud kamu apa, jelaskan.‟

(MN/SWS/29/2015)

Pada data (86) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marta

yaitu pada frasa „salah paham‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(87) Marta :“Akeh wong sugih mblegedhu ing Jakarta iki, katone waras-

wiris nanging sejatine duwe penyakit, kaya dene penyakit gula

darah, tekanan darah tinggi, lemah jantung, jantung

koroner, vertigo, radang lambung lan sabangsane, sing sok

ora kenyana-nyana kumat saenggon-enggon....”

„Banyak orang kaya raya di Jakarta ini, kelihatanya sehat tapi

sebenarnya mempunyai penyakit, seperti penyakit gula darah,

tekanan darah tinggi, lemah jantung, jantung koroner, vertigo,

radang lambung dan lain sebagainya, yang terkadang tidak

disangka-sangka bisa kambuh dimana-mana....‟

(MN/SWS/29/2015)

Pada data (87) ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Marta yaitu pada frasa „gula darah‟, „tekanan darah tinggi, „lemah

jantung‟, „jantung koroner‟, dan „radang lambung‟ yang merupakan frasa

yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur

Page 50: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

75

kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan

bahasa Jawa.

(88) Marta :“Mligi sing dak kandhakake mau, aku ki pancen diwelingi kon

nggolekake wong wadon sing gelem ngancani yen pinuju butuh

dikancani. Dheweke iku umur seketan taun, wis dhudha wiwit

limang taun kepungkur lan ora rabi nganti seprene merga

kepengen meleng ndadekake anak-anake. Saiki anake sing

tuwa, lanang wis dadi pegawe propinsi ing Semarang. Sing

nom wadon, uga wis lulus STAN lan diangkat pegawe dhinas

perpajakan ing Cirebon. Ing kene iki masalahe, Santi.

Dheweke iku duwe penyakit tekanan darah tinggi. Wingi-wingi

nalika anake wadon isih kuliyah, nek mrana-mrana dikancani

anake. Bareng anake wis diangkat ing Cirebon, ora ana maneh

sing ngancani. Mulane dheweke butuh kanca, mung ngancani,

Santi, mung ngancani, ora arep diklethak.”

„Khusus yang saya katakan tadi, saya ini memang diingatkan

untuk mencarikan perempuan yang mau menemani jika

dibutuhkan untuk ditemani. Dia itu berumur 50an tahun, sudah

menjadi duda semenjak lima tahun yang lalu dan tidak menikah

lagi sampai sekarang karena ingin menjaga anak-anaknya.

Sekarang anaknya yang besar, laki-laki sudah menjadi pegawai

provinsi di Semarang. yang kecil perempuan, juga sudah lulus

STAN dan diangkat pegawai dinas perpajakan ing Cirebon. Di

sini ini permasalahannya, Santi. Dia itu mempunyai penyakit

tekanan darah tinggi. Kemarin-kemarin ketika anak

perempuannya masih kuliah, jika kemana-kemana ditemani

anaknya. Setelah anakanya suda diangkat di Cirebon, tidak ada

lagi yang menemani. Maka dari itu dia butuh teman, hanya

menemani, Santi, hanya menemani, tidak akan digigit.‟

(MN/SWS/29/2015)

Pada data (88) ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Marta yaitu pada frasa „pegawe dhinas perpajakan‟ yang merupakan frasa

yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur

kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan

bahasa Jawa.

(89) Pak Jolang :“Santi omah iki mentas wae daktuku kanggo awakmu. Wiwit

sesuk kowe manggona ing kene. Iku wis dakcepaki motor

Yamaha Mio, yen sawanci-wanci kowe butuh nyang endi-endi

lan yen sawanci-wanci dak tilpun, kowe bisa enggal teka.”

Page 51: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

76

„Santi rumah ini baru saja saya beli untuk kamu. Mulai besok

kamu tinggallah di sini. Itu sudah saya siapkan motor Yamaha

Mio, jika sewaktu-waktu kamu ada perlu kemana-mana dan

jika sewaktu-waktu saya telfon, kamu bisa langsung datang.‟

Marsanti :”Inggih pak.”

„Iya pak.‟

(MN/SWS/30/2015)

Pada data (89) merupakan dialog yang melibatkan Pak Jolang dan

Marsanti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Pak Jolang yaitu pada frasa „motor Yamaha Mio‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(90) Marsanti :”Wis kebacut nyemplung kali, pisan sing kebroh.”

„Sudah terlanjur tercebur ke sungai, sekalian yang basah

kuyup.‟

Marta :“Maksudmu apa Santi?”

„Maksudmu apa Santi?‟

Marsanti :“Njembarake lapangan kerja.”

„Melebarkan lapangan kerja.‟

(MN/SWS/31/2015)

Pada data (90) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan Marta.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada frasa „lapangan kerja‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(91) Marta :”Piye karepmu?”

„Bagaimana maksudmu?‟

Marsanti :“Pengin dadi tukang pijet panggilan. Golekna langganan, nek

ana sing butuh, aku pethuken mrene. Ning telpuna dhisik, dadi

yen Pak Jolang pas ana kene kowe ngerti.”

Page 52: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

77

„Ingin jadi tukang pijet panggilan. Carikan pelanggan, kalau

ada yang membutuhkan, jemput saya di sini. Tetapi telfon

dahulu, jadi kalau Pak Jolang ada di sini kamu tahu.‟

(MN/SWS/31/2015)

Pada data (91) adalah diaog yang melibatkan Marta dan Marsanti.

Marsanti mengatakan kepada Marta bahwa ia ingin menjadi tukang pijat

panggilan dan Marta disurtuh mencarikan pelanggan. Dalam tuturan ini

terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan kata yang bercetak

tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti yaitu pada frasa

„tukang pijet panggilan‟ yang merupakan frasa yang berasal dari bahasa

Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern karena

menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(92) Sekarwangi :”Ha? Njenengan ngerti tenan, Mas?”

„Ha? Kamu betul-betul tahu, Mas?‟

Damarjati :“Ngerti Dhik. Pak Jolang ki akrab banget karo bapak, padha

dene pegawe kantor perpajakan. Mung pangkate luwih

dhuwur. Cethane Pak Jolang ki ndhuwurane bapak. Ngertiku

merga bapak crita karo ibu.”

„Tahu Dhik. Pak Jolang itu akrab sekali dengan bapak, sama-

sama pegawai kantor perpajakan. Hanya saja pangkatnya lebih

tinggi. Lebih jelasnnya Pak Jolang itu atasannya bapak. Saya

tahu karena bapak bercerita kepada ibu.‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (92) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „pegawe kantor perpajakan‟ yang merupakan

frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan

campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa.

(93) Damarjati :“Lupute: dheweke ora ditundhung merga tumindak ala,

nanging pancen diniyati lunga saka ngomah. Dheweke mbabu

ora kanggo nyambung urip jalaran kepepet, nanging kanggo

Page 53: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

78

nggayuh panguripan sing luwih becik. Dene benere: dheweke

pancen bener asal saka kulawarga sing duwe martabat, ora

kalah karo awake dhewe iki. Bapakne biyen malah lulusan

sarjana, luwih dhuwur tinimbang bapakku sing mung ahli

madya. Bapakne biyen ngasta guru SMA. Upama bapakne isih

sugeng, dheweke mesthi ya bisa lulus sarjana kaya aku.”

„Salahnya: dia tidak disuruh pergi karena berlaku tidak baik,

tapi memang sudah berniat pergi dari rumah. Dia menjadi

pembantu bukan untuk menyambung hidup karena kekurangan,

tapi untuk menraih kehidupan yang lebih baik. Lalu benarnya:

dia memang benar berasal dari keluarga yang mempunyai

martabat, tidak berbeda dengan kita. Bapaknya dulu malah

lulusan sarjana, lebih tinggi daripada bapakku yang hanya

ahlimadya. Bapaknya dulu berkerja sebagai guru SMA.

Seandainya bapaknya masih sehat, dia pasti juga bisa lulus

sarjana seperti aku.‟

(MN/SWS/34/2015)

Pada data (93) terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „lulusan sarjana‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(94) Bu Rusti :“Dheweke pancen ayu lan wasis, Damar. Nanging kabeh

uwong wis ngerti yen dheweke iku babu. Piye bakal aloke

wong-wong mengko. Damarjati sarjana perikanan, nikah etuk

babu. Apa iku penak dirungu? Beda masalahe yen dheweke ora

mbabu. Upamane dheweke bakul ing kios pasar apa manager

toko, njur dadi bojomu. Damarjati sarjana perikanan, nikah

entuk manager toko. Rak penak dirungu, ora entuk babu.”

„Dia memang cantik dan pintar, Damar. Tetapi semua orang

sudah tahu kalau dia itu pembantu. Bagaimana kata orang-

orang nanti. Damarjati sarjana perikanan, menikah dengan

babu. Apa itu enak didengar? Berbeda masalahnya jika dia

tidak jadi pembantu. Seandainya dia penjual di kios pasar atau

manager toko, lalu menjadi istrimu. Damarjati sarjana

perikanan, menikah dengan manager toko. Kan enak didengar,

bukan dengan pembantu.‟

Damarjati :“Nek mung ngono we rak gampang ta Bu. Sekar sesuk

pocoten olehe mbabu ing kene, terus dakpeke. Rak wis dudu

babu meneh ta?”

Page 54: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

79

„Kalau haya begitu saja kan mudah Bu. Besok Sekar berhenti

jadi pembantu di sini, lalu saya jadikan istri. Kan sudah bukan

pembantu lagi?‟

(MN/SWS/34/2015)

Pada data (94) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Bu Rusti yaitu pada frasa „sarjana perikanan, „kios pasar‟, dan „manager

toko‟ yang merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode

tersebut merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa

Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(95) Damarjati :”Kowe kerep mrene ta, Dhik?”

„Kamu sering ke sini ya, Dik?‟

Sofi :“Iya, Mas. Meh saben malem Minggu aku mrene.”

„Iya, Mas. Hampir setiap malam Minggu aku ke sini.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (95) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Sofi.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi

yaitu pada frasa „malem Minggu‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(96) Damarjati :”Saben malem Minggu? Njur apa wae sing dituku?”

„Saben malem Minggu? Lalu apa saja yang kamu beli?‟

Sofi :“Ya apa sing daksenengi. Sok klambi, sok sepatu. Pokoke

saben ana modhel anyar aku tuku. Koleksi sepatuku lagi

rongatus pasang. Aku pengin duwe koleksi sepatu sewu

pasang.”

„Ya apa yang aku sukai. Kadang baju, kadang sepatu.

Pokoknya setia ada model baru aku beli. Koleksi sepatuku baru

dua ratus pasang. Aku ingin punya koleksi sepatu seribu

pasang.‟

(MN/SWS/35/2015)

Page 55: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

80

Pada data (96) merupakan dialog yang melibatkan Dmarjati dan Sofi.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi

yaitu pada frasa „koleksi sepatu‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(97) Sofi :”Apa kudu teka, Mas?”

„Apa harus datang, Mas?‟

Damarjati :“Aku kudu teka, dhik. Sabab aku iki konsultan perikanan ing

koperasi kono.”

„Aku harus datang, Dik. Karena aku ini konsultan perikanan di

koperasi itu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (97) merupakan dialog yang melibatkan Sofi dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „konsultan perikanan‟ yang merupakan frasa

yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur

kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan

bahasa Jawa.

(98) Sekarwangi :”Acara napa?”

„Acara apa?‟

Damarjati :“Lha iki, acara minum kopi.”

„Lha ini, acara minum kopi.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (98) adalah dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „acara minum kopi‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

Page 56: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

81

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(99) Damarjati :“Lha iki, acara minum kopi.”

„Lha ini, acara minum kopi.‟

Sekarwangi :“Wah, jan ora mutu tenan. Pacar ayu-ayu kok diklelerake,

ditinggal minum kopi. Njenenganki nek karo jeng Sofi kae jan

harmonis tenan lho, Mas.”

„Wah, tidak mutu sama sekali. Pacar cantik kok diabaikan,

ditinggal minum kopi. Kamu itu kalau sama jeng Sofi harmonis

sekali lho, Mas.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (99) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada frasa „ditinggal minum kopi yang

merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa.

(100) Sekarwangi :”Sing kakung gantheng, sing putri ayu. Dedeg setimbang.

Nyandhang nganggo padha dene rapih.”

„Yang lelaki tampan, yang perempuan cantik. Perawakan

seimbang. Pakaiannya sama-sama rapi.‟

Damarjati :“Aku yakin, kowe mesthi ngerti yen faktor harmonis ki ra

mung kuwi.”

„Aku yakin, kamu pasti tahu jika faktor harmonis tidak hanya

itu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (100) adalah dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „faktor harmonis‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

Page 57: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

82

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(101) Damarjati :”Dhik Sofi dakjak nyang Bogor, gelem?”

„Dik Sofi apakah mau saya ajak ke Bogor?‟

Sofi :“Gelem Mas, kapan? Nyang ngendi? Nyang villa? Apa

Taman Safari?”

„Mau Mas, kapan? Kemana? Ke villa? Apa Taman Safari?‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (101) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sofi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sofi yaitu pada frasa „Taman Safari‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(102) Damarjati :”Nyang cedhak Clawi. Nyang lokasi bencana tanah longsor

wingi iku lho, Dhik.”

„Ke dekat Clawi. Ke lokasi bencana tanah longsor kemarin itu

lo Dik.‟

Sofi :“Ha? Ngapa nyang tanah longsor barang? Arep golek

mala?”

„Ha? Ngapain ke tanah longsor? Mau cari bahaya?‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (102) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan Sofi.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi

yaitu pada frasa „tanah longsor‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(103) Damarjati :”Ora ketang sithik arep nyuimbang bantuwan kanggo para

kurban.”

„Walaupun sedikit mau menyumbang untuk para kurban.‟

Sofi :“Oh, my God. Kok kaya pegawai dinas sosial wae.”

„Oh, my God. Kok seperti pegawai dinas sosial saja.‟

(MN/SWS/36/2015)

Page 58: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

83

Pada data (103) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sofi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sofi yaitu pada frasa „pegawai dinas sosial‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(104) Sofi :“Petugas Sosial, LSM, TimSAR lan adate wis ana panitya

sing khusus ngurusi iku.”

„Petugas Sosial, LSM, Tim SAR dan biasanya sudah ada

panitia yang khusus menangani itu.‟

Damarjati :”Apa salah yen warga masyarakat kaya awake dhewe iki melu

cawe-cawe aweh bantuan.”

„Apa salah jika warga masyarakat seperti kita ini ikut memberi

bantuan.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (104) adalah dialog yang melibatkan Sofi Damarjati. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi yaitu pada

frasa „petugas sosial‟, dan „LSM‟ yang merupakan akronim dari „Lembaga

Swadaya Masyarakat‟ merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia.

Campur kode tersebut merupakan campur kode intern karena menyisipkan

unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(105) Damarjati :“Paket sembako wae, Bu. Kurban sing ngungsi ana seketan

kulawaraga.”

„Paket sembako saja, Bu. Korban yang mengungsi ada 50an

keluarga.‟

Bu Rusti :”Sesuk nggawa satus paket. Karo bantuwan dhuwit. Nek

ngono Sekar undangen mrene. Dheweke luwih pinter

ngrancang isine paket kuwi.”

„Besok membawa seratus paket. Sama bantuan berupa uang.

Kalau begitu panggillah Sekar kemari. Dia lebih pintar

merancang isi paket tersebut.‟

(MN/SWS/36/2015)

Page 59: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

84

Pada data (105) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „paket sembako‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(106) Sekarwangi :“Actingya Mas? Kaya pemain sinetron?”

„Acting ya Mas? Seperti pemain sinetron?‟

Damarjati :”Iya.”

„Iya.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (106) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada frasa „pemain sinetron‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(107) Sekarwangi :“Bangkrut? Lha sababe?”

„Bangkrut? Sebabnya apa?‟

Tuminah :“Juraganku ki jebule koruptor. Ditangkep petugas ka-pe-ka,

terus kabeh bandhane dirampas negara. Omah pirang-pirang

enggon, mobil mewah, simpenan dhuwit ing bank, kabeh entek

dirampas. Saiki sing wadon manggon ing omah kontrakan

cilik, karo anak-anake.”

„Majikanku itu ternyata koruptor. Ditangkap petugas KPK, lalu

semua hartanya dirampas negara. Rumah dibeberapa tempat,

mobil mewah, simpanan uang di bank, semua habis dirampas.

Sekarang istrinya menempati rumah kontrakan kecil dengan

anak-anaknya.‟

(MN/SWS/37/2015)

Page 60: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

85

Pada data (107) adalah dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Tuminah. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Tuminah yaitu pada frasa „mobil mewah‟ yang merupakan frasa yang berasal

dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(108) Damarjati :“Siji, rupane ayu. Ibu pirsa dhewe.”

„Satu, wajahnya cantik. Ibu tahu sendiri.‟

Bu Rusti :”Iya. Nek nggon rupa aku ora maido. Upama para bintang

sinetron sak Jakarta iki diklumpukake kabeh, ayake mung siji

loro sing ayune timbang karo Sekarwangi. Terus apa meneh?”

Iya. Kalau masalah wajah aku tidak protes. Seandainya para

bintang sinetron se-Jakarta ini dikumpulkan semua, mungkin

hanya satu dua yang kecantikannya seimbang dengan

Sekarwangi. Lalu apa lagi?

(MN/SWS/38/2015)

Pada data (108) adalah dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Bu Rusti yaitu pada frasa „bintang sinetron‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(109) Damarjati :“Papat, pinter ngurus rumah tangga. Meh telung taun ana

kene, urusan pangan sawutuhe kok pasrahake dheweke, lan Ibu

ora tau kuciwa.”

„Keempat, pandai mengatur rumah tangga. Hampir tiga tahun

ada di sini, mengurus makanan seutuhnya Ibu pasrahkan

padanya, dan Ibu tidak pernah kecewa.‟

Bu Rusti :”Bener, Damar.”

„Benar, Damar.‟

(MN/SWS/38/2015)

Pada data (109) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

Page 61: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

86

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „rumah tangga‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(110) Bu Rusti :“Lha iku bener. Terus kekurangane? Kekurangane mung siji

thil: dheweke iku babu. Jujur wae, Damar, sing kok

kandhakake iku mau kabeh bener lan ibu ngakoni tenan.

Nanging dheweke iku babu, kabeh warga pada ngerti iku.

Rasaku kaya ngganjel banget yen krungu wong ngomong :

Damarjati Sarjana Perikanan, anake Pak Pratama, entuk

babu. Apa kowe duwe cara kanggo ngatasi bab iku?”

„Iya itu benar. Lalu kekuranganya? Kekuranganya hanya satu:

dia itu pembantu. Jujur saja, Damar, yang kamu katakan tadi itu

semua benar dan ibu benar-benar mengakui. Tapi dia itu

pembantu, semua warga mengetahui itu. perasaanku seperti

mengganjal sekali jika mendengar orang berbicara: Damarjati

Sarjana Perikanan, putra Pak Pratama, sama pembantu. Apakah

kamu mempunyai cara untuk mengatasi hal itu?‟

Damarjati :”Wis dakpikirake, Bu, sabab aku ya wis ngerti perasaane

Ibu.”

„Sudah saya pikirkan, Bu, sebab saya juga sudah tahu perasaan

Ibu.‟

(MN/SWS/39/2015)

Pada data (110) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Bu Rusti yaitu pada frasa „sarjana perikanan‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(111) Bu Rusti :“Ya wis. Ning apa kowe yakin bakal bisa entuk gaweyan dadi

guru?”

„Ya sudah. Tapi apa kamu yakin akan bisa mendapat pekerjaan

sebagai guru?

Damarjati :“Insya allah bisa Bu, waton mbudidaya. Sesuk iki, rong ndina

Page 62: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

87

aku ana Bogor nekani temu karya para pamiyara iwak dharat.

Sesuk arep dakperlokake mampir nyang kampus IPB nemoni

dekan. Arep nglamar dadi asisten dhosen ing kana.

„Insya Allah bisa Bu, asalkan berusaha. Besok itu dua hari saya

ke Bogor menghadiri temu karya para pemelihara ikan darat.

Besok saya sempatkan mampir ke kampus IPB menemui

dekan. Saya akan melamar jadi asisten dosen di sana.‟

(MN/SWS/40/2015)

Pada data (111) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „temu karya‟ dan „asisten dhosen‟ yang

merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa.

(112) Kepala Sekolah :“Para sedulu kabeh, mligine para kanca-kanca guru

padha isih eling, almarhum Pak Wasita biyen guru

sing pinter, sregep, lan gedhe labuh labete marang

sekolahan lan masyarakat. Aku bungah banget dene

puta putrine sing dhek semana isih cilik, saiki wis

tuwuh dadi wanita diwasa sing ayu lan duwe jiwa

mandhiri, katitik bisa adeg rumah makan sing gedhe

lan apike kaya ngene. Mula ayo padha bebarengan

ndonga, muga almarhum tansah ayem tentrem ing alam

barzah lan rumah makan iki bisa mekar ngrembaka,

dadi kondhang sawewengkon kene lan sakiwa tengene.”

„Para saudara sekalian, khususnya para teman-teman

guru semua masih ingat, almarhum Pak Wasita dulu

guru yang pintar, rajin, dan berpengaruh besar terhadap

sekolahan dan masyarakat. Saya senang sekali kini

putra putrinya yang dulu masih kecil, sekarang sudah

tumbuh jadi wanita dewasa yang cantik dan mempunyai

jiwa mandiri, telihat bisa mendirikan rumah makan

yang besar dan bagus seperti ini. Maka dari itu mari

bersama-sama berdoa, semoga almarhum tenang di

alam Barzah dan rumah makan ini bisa berkembang jadi

terkenal di daerah ini.

(MN/SWS/43/2015)

Pada data (112) merupakan monolog yang dituturkan oleh kepala

sekolah. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

Page 63: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

88

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Kepala Sekolah yaitu pada frasa „jiwa mandhiri‟ dan „alam barzah‟ yang

merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa.

(113) Damarjati :”Iya Bu. Nanging yen mengko Ibu niliki Bapak sing dherekake

sapa?”

„Iya Bu. Tapi nanti kalau Ibu ingin menjengu Bapak siapa yang

mengantarkan?‟

Bu Rusti :“Wis aja mikir kuwi. Iku perkara gampang. Mengko aku arep

langganan ojeg, saben dina methuk aku mrene. Andum gawe,

Nak. Saiki kowe meleng mikir awakmu, golek dalaning rejeki

apa wae sing kok antebi amrih ing tembe uripmu bisa mulya.

Aku yakin kowe bisa, Nak. Dene Ibu, sajrone Bapakmu

nglakoni ukuman, Ibu tetep ana kene. Saben dina niliki

Bapakmu supaya ayem atine. Dhuwit lan barang sing isih

didarbeki cukup dakenggo urip nganti Bapakmu bebas telung

taun maneh. Mobil pribadimu kuwi gawanen. Yen sawanci-

wanci butuh dhuwit rada akeh, mobil iku bisa kok dol.”

„Sudah jangan memikirkan itu. itu masalah gampang. Nanti aku

akan berlangganan ojek, setiap hari menjemput aku ke sini.

Berbagi pekerjaan, Nak. Sekarang kamu mikir dirimu sendiri,

mencari jalan rezeki apa saja yang kamu inginkan agar besok

hidupmu bisa nyaman. Aku yakin kamu bisa, Nak. Sedangkan

Ibu, selama Bapakmu menjalani hukuman, Ibu akan tetap di

sini. Setiap hari menjenguk Bapakmu supaya tenang hatinya.

Uang dan barang yang masih dimiliki cukup untuk hidup

sampai Bapakmu bebas tiga tahun lagi. Mobil pribadimu itu

bawalah. Jika sewaktu-waktu butuh uang yang agak banyak,

mobil itu bisa kamu jual.‟

(MN/SWS/44/2015)

Pada data (113) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Bu Rusti yaitu pada frasa „mobil pribadimu‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

Page 64: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

89

(114) Damarjati :“Kathah sanget. Masarakatipun kula cocog. Sistem

penerangan, angkutan, sesambungan liwat telpun, sampun

mboten kathah bentenipun kalihan kitha. Lan ingkang paling

penting: kula menika lulusan perikanan. Dhaerah mriki

menika cocog sanget kangge usaha perikanan. Kula kepengin

atur conto dhateng para petani ngriki perkawis miyara

grameh. Sinten ngertos mbenjing saged ningkatake tataran

gesangipun petani lumantar usaha menika.”

„Banyak sekali. Masyarakatnya saya cocok. Sistem penerangan,

angkutan, sambungan melalui telepon, sudah tidak banyak

bedanya dengan di kota. Dan yang paling penting: saya adalah

lulusan perikanan. Daerah ini cocok sekali untuk usaha

perikanan. Saya ingin memberi contoh kepada para petani di

sini tentang memelihara ikan gurameh. Siapa tahu besok bisa

meningkat kehidupan petani melalui usaha tersebut.‟

Mbah Kardi :“Wah, aku bungah banget Le. Biyen tau ana sing nyoba

ngingu. Ning njur wegah merga jare suwe ora gedhe-gedhe.

Lan kena ama jamur, padha mati. Nanging mesthine kowe

ngerti cara-cara ngatasi.

„Wah, saya senang sekali Nak. Dulu pernah ada yang mencoba

memelihara. Tapi tiba-tiba tidak mau katanya lama tidak

kunjung besar. Dan terkena hama jamur, pada mati. Tetapi

pastinya kamu tahu cara-cara mengatasinya.

(MN/SWS/45/2015)

Pada data (114) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Mmbah Kardi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Damarjati yaitu pada frasa „sistem penerangan‟, „lulusan

perikanan‟, dan „usaha perikanan‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(115) Marsanti :”Kok ora munggah kaji pisan, Mas?”

„Kenapa tidak sekalian naik haji saja, Mas?‟

Marta :“Suk wae nek wis duwe bojo, arep dakjak bareng pisan nyang

tanah suci.”

„Besok saja kalau sudah mempunyai istri, akan saya ajak

bersama sekalian ke tanah suci.‟

(MN/SWS/47/2015)

Pada data (115) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Marta. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

Page 65: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

90

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Marta yaitu pada frasa „tanah suci‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(116) Damarjati :“Ana dhawuh apa Bu? Oh aku kelingan... La rencanane Ibu

piye... o, iya mengko dak pethuk nyang Jakarta Bu, aja

nyepur... aku wis tuku mobil anyar... Toyota Avanza kaya

mobilku biyen... iya... iya bu... sungkemku Bu.”

„Ada perintah apa Bu? Oh saya ingat...lantas rencana Ibu

bagaimana...oh, iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan

naik kereta...saya sudah membeli mobil baru...Toyota Avanza

seperti mobilku dulu...iya...iya Bu...salamku Bu.‟

(MN/SWS/49/2015)

Pada data (116) merupakan monolog yang dituturkan oleh Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „Toyota Avanza‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(117) Marta :“Aku lagi mikir carane, Dhik. Wong aku ora ngingu

blumbang dhewe. Ning sadurunge dakcekelake grameh, ayo

dakjak priksa kesehatan nyang puskesmas dhisik.”

„Saya sedang berpikir caranya, Dik. Kan saya tidak punya

kolam sendiri. Tetapi sebelum saya tangkapkan gurameh, ayo

saya ajak periksa kesehatan ke puskesmas dulu.

Marsanti :“Kok ndadak priksa kesehatan barang. Aku ki sehat ora apa-

apa, mung sok-sok krasa rada mungkug-mungkug arep

mukok.”

„Kenapa harus periksa segala. Aku iki sehat tidak kenapa-

kenapa, hanya kadang-kadang agak mual-mual mau muntah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (117) merupakan dialog yang melibatkan Marta dan

Marsanti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Page 66: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

91

Marta yaitu pada frasa „puskesmas‟ yang merupakan akronim dari „Pusat

Kesehatan Masyarakat‟ merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia.

Campur kode tersebut merupakan campur kode intern karena menyisipkan

unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(118) Marsanti :”Neng ndi le nyekel grameh?”

„Menangkap guramehnya dimana?‟

Marta :“Neng gone perikanan Minakerti ing Sabranglor.

Mengko aku dak kandha karo sing duwe yen aku pengin nyekel

dhewe.”

„Di tempat Perikanan Minakerti di Sabranglor. Nanti saya yang

bilang sama yang punya kalau saya ingin menangkap sendiri.‟

(MN/SWS/50/2015)

Pada data (118) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Marta. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Marta yaitu pada frasa „perikanan Minakerti‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa

Jawa.

(119) Marsanti :”Kok bisa ngono ta, Mas? Kok aneh? Gajege nalika arep

mulih nyang desa mbiyen Sekar ninggali alamat genah, lan

mesthine Mas Damar ya isih duwe nomer hape-ne Sekar.”

„Kok bisa begitu sih, Mas? Kok aneh? Sepertinya ketika akan

pulang ke desa dulu Sekar meninggalkan alamat yang jelas, dan

seharusnya Mas Damar juga masih punya nomer hapenya

Sekar.‟

Damarjati :“Alamat sing ditinggalake biyen pancen genah tulisane,

nanging bareng dakgoleki mrana tetela ora ana. Kae alamat

palsu. Cilakane maneh nomer hape-ne ya wis ora bisa

daksambung, sajake wis ganti nomer liya. Gandheng jarene ing

desa arep bukak rumah makan, aku njur ampyak awur-awur,

pirang-pirang rumah makan dakleboni, daktakokake sapa sing

duwe. Tetep ora ketemu. Akhire aku mupus, bisa uga

sekarwangi pancen dudu jodhoku.”

„Alamat yang ditinggalkan dulu memang jelas tulisannya, tetapi

setelah saya cari ke sana ternyata tidak ada. Itu alamat palsu.

Celakanya lagi nomer hapenya juga sudah tidak bisa saya

hubungi, sepertinya sudah ganti nomer lain. Katanya setelah di

Page 67: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

92

desa akan membuka rumah makan, lalu aku tidak tanggung-

tanggung, beberapa rumah makan aku masuki, aku tanyakan

siapa yang punya. Tetap tidak ketemu. Akhirnya aku menyerah,

bisa juga Sekarwangi memang bukan jodohku.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (119) merupakan dialog antara Marsanti dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „alamat palsu‟, dan „nomer hape‟ yang

merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa.

(120) Marsanti :“Sekar, aku ora niyat nyampuri urusan pribadimu. Upamane

kowe pancen wis duwe pacangan liya, iku urusanmu lan

hakmu, aku ora wenang elik-elik. Nanging aku biyen dadi seksi

janjimu marang Mas Damar, sing kok ucapke ana ngarepku,

ana ngomahku. Mula aku nggugat kowe: kudu nemoni Mas

Damar, njaluk ngapura luputmu patang prekara mau. Supaya

Mas Damar lega atine lan rumangsa wis genah nasibe, ora

terus-terusan sedhih lan bingung nggoleki kowe.”

„Sekar, aku tidak berniat mencampuri urusan pribadimu.

Seandainya kamu memang sudah punya pasangan lain, itu

urusan dan hakmu, aku tidak berhak menghalangi. Tetapi aku

dulu jadi saksi janjimu kepada Mas Damar, yang kamu ucapkan

di depanku, di rumahku. Maka dari itu aku menggugat kamu:

harus menemui Mas Damar, meminta maaf tentang empat

kesalahanmu tadi. Agar Mas Damar lega hatinya dan merasa

sudah jelas nasibnya, tidak terus-menerus bersedih dan bingung

mencari kamu.‟

(MN/SWS/51/2015)

Tuturan pada data (120) terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Marsanti yaitu pada frasa „urusan pribadimu‟ yang

merupakan frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa.

Page 68: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

93

(121) Damarjati :“Nyang cedhak Clawi. Nyang lokasi bencana tanah longsor

wingi iku lho, Dhik.”

„Ke dekat Clawi. Ke lokasi bencana tanah longsor kemarin itu

lho, Dhik.‟

Sofi :“Ha? Ngapa nyang tanah longsor barang? Arep golek

mala?”

„Ha? Ngapain ke tanah longsor? Mau cari bahaya?‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (121) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sofi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada klausa „lokasi bencana tanah longsor‟ yang merupakan

frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan

campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa.

(122) Sekarwangi :“Iya. Adhuh-dhuuh, gugatanmu keras banget. Iya, sesuk esuk

aku dak nemoni Mas Damar. Upama isih padhang, saiki uga

aku pengin nemoni. Nanging iki wis wengi, sesuk esuk wae aku

dak mruput esuk-esuk. Nanging aku aja kok srengeni terus.

Eling, wong ayu, kowe ki lagi nggembol anakmu. Nek nesu

terus, suk anakmu mundhak dadi cah gampang nesu.”

„Iya. Aduh duuh, gugatanmu keras sekali. Iya, besok pagi aku

akan menemui Mas Damar. Seandainya ini masih siang,

sekarang juga aku ingin menemui. Tetapi ini sudah malam,

besok pagi saja aku berangkat pagi-pagi. Tetapi aku jangan

kamu marahi terus. Ingat, cantik, kamu ini sedang hamil

anakmu. Kalau marah terus, besok anakmu akan menjadi anak

yang gampang marah‟

Marsanti : “Ya wis, aku wis lega saiki. Ma-af ya, aku pancen

nesu iki mau, merga aku mesakake banget marang Mas

Damar.”

„Ya sudah, aku sudah lega sekarang. Maaf ya, aku memang

marah tadi, karena aku sangat kasihan kepada Mas Damar.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (122) merupakan dialog yang melibatkan Sekarwangi dan

Marsanti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada klausa „gugatanmu keras banget‟ yang merupakan

Page 69: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

94

frasa yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan

campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa.

2.2 Campur Kode Penyisipan Frasa bahasa Jawa Krama di dalam bahasa Jawa

Ngoko

(123) Damarjati :”Lha, nggon faktor batin iku aku durung ngerti, nanging

sajake akeh ora runtute.”

„Ya, difaktor batin itu saya belum tahu, tapi sepertinya banyak

tidak cocoknya.‟

Sekarwangi :“Woo... embuh ah, aku kok melu-melu guneman bab kuwi ki

rak ora kena. Nyuwun ngapunten, Mas. Mung babu wae

kok... mmpp.”

„Woo...tidak tahu ah, saya kok ikut-ikut berbicara tentang itu

kan tidak boleh. Minta maaf, Mas. Saya kan cuma

babu...mmpp.‟

(MN/SWS/35/2015)

Pada data (123) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada frasa „nyuwun ngapunten‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Jawa ragam Krama. Campur kode tersebut merupakan

campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Jawa ragam Krama ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(124) Sofi :”Wis ana sing ngancani Mas, aku ora wae.”

„Sudah ada yang menemani Mas, saya tidak jadi saja‟

Damarjati :“Ya wis. Nyuwun pamit.”

„Ya sudah. Mohon pamit‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (124) adalah dialog yang melibatkan Sofi dan Damarjati.

Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai dengan kata

yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Damarjati

Page 70: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

95

yaitu pada frasa „nyuwun pamit‟ yang merupakan frasa yang berasal dari

bahasaJawa ragam Krama. Campur kode tersebut merupakan campur kode

intern karena menyisipkan unsur bahasa Jawa ragam Krama ke dalam tuturan

bahasa Jawa ragam Ngoko.

(125) Marsanti :“Matur nuwun, Mas. Aku nyuwun ngapura, wingi kae aku

kasar marang Mas Marta.”

„Terima kasih, Mas. Aku minta maaf, kemarin aku kasar sama

Mas Marta.‟

Marta :”Ora apa-apa Dhik, wis aja dipikir.”

„Tidak apa-apa Dik, sudah tidak usah dipikirkan.‟

(MN/SWS/48/2015)

Pada data (125) merupakan dialog yang melibatkan Marsanti dan

Marta. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Marsanti

yaitu pada frasa „matur nuwun‟ dan „nyuwun ngapura‟ yang merupakan

frasa yang berasal dari bahasaJawa ragam Krama. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Jawa ragam

Krama ke dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

(126) Damarjati :”Ora, wektu iku dheweke lagi nyang Jakarta.”

„Tidak, saat itu dia sedang ke Jakarta.‟

Marsanti :“Oh, ya ana kene iki sing njalari selip. Gusti, nyuwun

ngapura. Lelakon kok kaya ngene.”

„Oh, ya di sini ini yang menyebabkan kelewatan. Gusti, mohon

ampunan. Kehidupan kok seperti ini.‟

(MN/SWS/51/2015)

Pada data (126) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Marsanti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Marsanti yaitu pada frasa „nyuwun ngapura‟ yang merupakan frasa yang

berasal dari bahasa Jawa ragam Krama. Campur kode tersebut merupakan

Page 71: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

96

campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Jawa ragam Krama ke

dalam tuturan bahasa Jawa ragam Ngoko.

2.3 Campur Kode Penyisipan Frasa bahasa Asing di dalam bahasa Jawa

(127) Bu Rusti :”Ora gampang golek rewang kaya Sekar iku.”

„Tidak mudah mencari pembantu seperti Sekar itu.‟

Damarjati :“Insya Allah Ibu ora bakal gela. Dheweke wis janji,

sadurunge pamit mulih ndesa, dheweke arep nggolekake ganti

sing uga jujur lan pinter masak kaya dheweke.”

„Insya Allah Ibu tidak akan kecewa. Dia sudah berjanji,

sebelum pamit pulang ke desa, dia akan mencarikan pengganti

yang jujur dan pintar memasak seperti dirinya.‟

(MN/SWS/34/2015)

Pada data (127) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „insya allah‟ yang merupakan frasa yang berasal

dari bahasa Arab. Campur kode tersebut merupakan campur kode ekstern

karena menyisipkan unsur bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(128) Damarjati :”Ora ketang sithik aku arep nyumbang bantuwan kanggo para

kurban.”

„Walaupun hanya sedikit saya ingin menyumbang bantuan

untuk para korban.‟

Sofi :“Oh, my God. Kok kaya pegawai dinas sosial wae.”

„Oh, my God. Kok seperti pegawai dinas sosial saja.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (128) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sofi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Sofi

yaitu pada frasa „oh my God‟ yang merupakan frasa yang berasal dari bahasa

Inggris. Campur kode tersebut merupakan campur kode ekstern karena

menyisipkan unsur bahasa Inggris ke dalam tuturan bahasa Jawa.

Page 72: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

97

(129) Bu Rusti :”Ya wis. Ning apa kowe yakin bakal bisa entuk gaweyan dadi

guru?”

„Ya sudah. Tapi apakah kamu yakin akan bisa mendapatkan

pekerjaan sebagai guru?‟

Damarjati :“Insya allah bisa Bu, waton mbudidaya. Sesuk iki, rong ndina

aku ana Bogor nekani temu karya para pamiyara iwak dharat.

Sesuk arep dakperlokake mampir nyang kampus IPB nemoni

dekan. Arep nglamar dadi asisten dhosen ing kana.

„Insya Allah bisa Bu, asalkan berusaha. Besok itu dua hari saya

ke Bogor menghadiri temu karya para pemelihara ikan darat.

Besok saya sempatkan mampir ke kampus IPB menemui

dekan. Saya akan melamar jadi asisten dosen di sana.‟

(MN/SWS/40/2015)

Pada data (129) adalah dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Damarjati. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Damarjati yaitu pada frasa „insya allah‟ yang merupakan frasa yang berasal

dari bahasa Arab. Campur kode tersebut merupakan campur kode ekstern

karena menyisipkan unsur bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(130) Bu Rusti :“Subhanallah. Bocah iki pancen ayu tenan. Ayu gawan wiwit

lair.”

„Subhanallah. Anak ini memang cantik sekali. Cantik bawaan

sejak lahir.‟

(MN/SWS/36/2015)

Pada data (130) merupakan monolog yang dituturkan Bu Rusti. Dalam

tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan dengan kata yang

bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti yaitu

pada frasa „subhanallah‟ yang merupakan klausa yang berasal dari Arab yang

artinya „maha suci Allah‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode

ekstern karena menyisipkan unsur bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(131) Damarjati :”Dadi Marsanti ki kancamu?”

„Jadi Marsanti itu teman kamu?‟

Sekarwangi :“Iya Mas. Mangkatku saka desa biyen ya bareng Marsanti

kuwi. Ning njur ora tau kepethuk. Malah bocah-bocah liyane

sok kepethuk, ana pasar apa ana mesjid. Mau esuk Marsanti

rak liwat kene, kober jagongan sedhela ana ngarep lawang

Page 73: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

98

pager kono. Ning aku lali ora njaluk nomer hape-ne. Dakkira

nek ya mbabu kaya aku, jebul... astagfirullahaladhiim.

Marsanti kowe kok nyimpang dalan. Layak ora tau ketemu

aku”

„Iya Mas. Berangkatku dari desa dulu bersama Marsanti itu.

Lalu tidak pernah bertemu. Malah dengan anak-anak yang lain

kadang sering ketemu, di pasar atau di masjid. Tadi pagi

Marsanti lewat sini,sempat ngobrol sebentar di depan pinti

pagar situ. Tapi aku lupa tidak meminta nomer hapenya. Saya

kira kalau jadi pembantu seperti saya, ternyata...

astagfirullahaladhiim. Marsanti, kenapa kamu menyimpang

dari jalan. Pantas saja tidak pernah bertemu dengan saya.‟

(MN/SWS/33/2015)

Pada data (131) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada klausa „astagfirullahaladhiim.‟ yang

merupakan frasa yang berasal dari Arab yang artinya „Ya Allah ampunilah

dosaku‟. Campur kode tersebut merupakan campur kode ekstern karena

menyisipkan unsur bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa.

(132) Sekarwangi : “Ana perkara sing njalari aku enggal ninggalake Jakarta.

Liya wektu dakcritani. Lan maneh, sing penting kanggoku dudu

bab telung taun apa durung, ning dhuwit simpenanku wis

cukup kanggo pawitan apa durung.”

„Ada hal yang menyebabkan saya harus meninggalkan Jakarta.

Lain waktu saya ceritakan. Dan lagi, yang penting buat saya

bukan tentang tiga tahun atau belum, tetapi uang simpananku

sudah cukup untuk modal atau belum.‟

Tuminah :“Lan saiki wis cukup ya?”

„Dan sekarang sudah cukup ya?‟

Sekarwangi :“Alhamdulillah uwis.”

„Alhamdulillah sudah.‟

(MN/SWS/38/2015)

Dalam tuturan pada data (132) ini terdapat peristiwa campur kode yang

ditunjukkan dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang

dilakukan oleh Sekarwangi yaitu pada frasa „alhamdulillah‟ yang merupakan

klausa yang berasal dari Arab yang artinya „segala puji bagi Allah‟. Campur

Page 74: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

99

kode tersebut merupakan campur kode ekstern karena menyisipkan unsur

bahasa Arab ke dalam tuturan bahasa Jawa.

3) Campur Kode Berwujud Perulangan Kata

Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.

Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun

sebagian. Campur kode perulangan kata ditemukan dalam cerbung Mulih Ndesa karya

Suryadi WS. Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut.

(133) Damarjati :”Loro, pinter masak.”

„Kedua, pintar memasak.‟

Bu Rusti :”Lha, nek kuwi bener banget. Bintang-bintang sinetron kae

kiraku malah ora jegos masak, bisane mung njajan neng

restoran.”

„Iya, kalau itu benar sekali. Bintang-bintang sinetron itu

menurut saya malah tidak mahir memasak, bisanya Cuma beli

makanan di restoran.‟

(MN/SWS/38/2015)

Pada data (133) merupakan dialog yang melibatkan Damarjati dan Bu

Rusti. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai dengan

kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti

yaitu pada perulangan kata „bintang-bintang‟ yang merupakan perulangan

kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan

campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam

tuturan bahasa Jawa.

(134) Bu Rusti :”Wis gek lunga kana ora sah kakean omong. Babu wae kok

ndongakake ndarane, ora bakal mandi,. Ora sah kok

dongakake aku mesthi bagas waras.

„Sudah cepat pergi sana tidak perlu banyak bicara. Pembantu

saja pakai mendoakan majikannya, tidak bakal manjur. Tidak

perlu kamu doakan saya pasti sehat terus.‟

Sekarwangi :“Bu Rusti. Kalih jam kepengker kula sampun dipun lereni.

Dados kula sampun sanes babu malih. Mila kula ndongakaken

Ibu. Insya Allah donga kula mandi, awit kula kulina sujud

Page 75: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

100

dhedhepe ing Ngarsanipun, lan kula ucapaken kanthi tulusing

manah mboten namung basa-basi. Mugi Bu Rusti tansah

pinaringan bagas waras.”

„Bu Rusti. Dua jam yang lalu saya sudah diistirahatkan. Jadi

saya sudah bukan pembantu lagi. Maka dari itu saya doakan

Ibu. Insya Allah doa saya manjur, karena saya terbiasa sujud di

hadapan-Nya., dan saya mengucapkannya dengan hati yang

tulus tidak hanya basa-basi. Semoga Bu Rusti diberikan

kesehatan.‟

(MN/SWS/40/2015)

Pada data (134) merupakan dialog yang melibatkan Bu Rusti dan

Sekarwangi. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh

Sekarwangi yaitu pada perulangan kata „basa-basi‟ yang merupakan

perulangan kata yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode tersebut

merupakan campur kode intern karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke

dalam tuturan bahasa Jawa.

(135) Tetangga :“Iya bener kandhamu. Mula koruptor-koruptor kae kudune

diukum sing sak abot-abote.”

„Iya benar yang kamu katakana. Maka dari itu koruptor-

koruptor itu seharusnya dihukum seberat-beratnya.‟

(MN/SWS/49/2015)

Tuturan pada data (135) terdapat peristiwa campur kode yang ditandai

dengan kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yaitu pada perulangan

kata „koruptor-koruptor‟ yang merupakan perulangan kata yang berasal dari

bahasa Indonesia. Campur kode tersebut merupakan campur kode intern

karena menyisipkan unsur bahasa Indonesia ke dalam tuturan bahasa Jawa.

Page 76: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

101

B. Fungsi Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Mulih Ndesa

Karya Suryadi WS

1. Fungsi Alih Kode

Alih kode merupakan pegantian kode yang dapat disadari oleh penuturnya. Hal ini

dapat terjadi dalam tuturan yang terkandung dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi

WS. Fungsi alih kode tersebut dapat dilihat dalam data berikut ini.

a. Untuk Menghormati Mitra Tutur

(136) Damarjati : “Oh, Dhik Sekar. Aku ki ya kudu ngulinakne mandhiri Dhik.

Nek sawanci-wanci ana paran, kudu bisa ngurus awake

dhewe.”

„Oh, Dik Sekar. Saya ini ya harus terbiasa mandiri Dik. Kalau

sewaktu-waktu ada diperantauan, harus bisa mengurus diri-

sendiri.‟

Sekarwangi : “Leres. Ning iki ora ana paran. Iki ana ndalem, babu loro

siyap kabeh. Gunane apa mbayar babu.”

„Benar. Tapi ini tidak di perantauan. Ini ada di rumah, babu dua

siap semua. Apa gunanya membayar babu.‟

Damarjati : “Mbok ora boba-babu wae ta.”

„Jangan boba-babu terus.‟

Sekarwangi : “Wong nyatane pancen babu kok, arep disebut apa. Babu ki

ya babu.”

„Kenyataannya memang babu kan, mau disebut apa. Babu itu

ya babu.‟

Damarjati : “Ya wis, aku gawekna kopi, babuku.”

„Ya sudah, aku bikinkan kopi, babuku.‟

Sekarwangi : “Lha rak ngono.”

„Lha kan gitu.‟

Bu rusti : “Kok gembyeng iki ana apa ta iki?”

„Mengapa ramai sekali ini ada apa sih?‟

Sekarwangi : “Menika lho Bu. Den Damar uthek badhe damel kopi. Kula

aturi lenggah mawon, badhe kula damelaken.”

„Ini lo Bu. Den Damar repot membuat kopi. Saya suruh duduk

saja, biar saya buatkan.‟

Bu rusti : “Oo, beneran aku gawekna teh pisan, kanggo nganget

gulu. Terna nyang kamar ya, Sekar.”

„Oo, kebetulan saya bikinkan teh juga, untuk menghangatkan

tenggorokan.‟

Sekarwangi : “Inggih Bu.”

„Ya Bu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Page 77: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

102

Fungsi alih kode yang dilakukan oleh penutur Sekarwangi pada data

(136) di atas dari bahasa Jawa ragam Ngoko “Wong nyatane pancen babu

kok arep disebut apa. Babu ki ya babu.” ke bahasa Jawa ragam Krama

“Menika lho Bu. Den Damar uthek badhe damel kopi. Kula aturi lenggah

mawon, badhe kula damelaken” adalah untuk menghormati mitra tutur. Pada

awalnya Sekarwangi berbicara dengan Damarjati menggunakan bahasa Jawa

Ngoko kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa Krama karena hadirnya

penutur ketiga yaitu Bu Rusti yang merupakan majikannya.

(137) Lagi ketungkul nonton televisi, krungu hape-ne nyuwara. Enggal dibukak,

jebul saka ibune ing Jakarta

„Sedang asyik menonton televisi, terdengar handphonenya berbunyi.

Langsung dibuka, ternyata dari ibunya di Jakarta.‟

Damarjati : “Ana dhawuh apa Bu? Oh, aku kelingan...lha rencanane

Ibu piye...o, iya mengko dakpethuk nyang Jakarta Bu, aja

nyepur...aku wis tuku mobil anyar..Toyota Avanza kaya

mobilku mbiyen...iya..iya Bu...sungkemku Bu.” „Ada perintah apa Bu? Oh, saya ingat...rencananya Ibu

bagaimana...o, iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan naik

kereta...saya sudah beli mobil baru...Toyota Avanza seperti

mobilku dulu...ya...ya Bu...salamku Bu.‟

Weruh-weruh Mbah Kardi wis ana kono.

„Tiba-tiba Mbah Kardi sudah ada di situ.‟

Mbah kardi : “Saka ibumu Le? Ana kabar apa?”

„Dari ibu kamu cucuku? Ada kabar apa?‟

Damarjati : “Ibu ngemutaken bilih Bapak tanggal sedasa mangke

sampun bebas.” „Ibu memberitahukan kalau Bapak tanggal sepuluh besok sudah

bebas.‟

Mbah kardi : “Terus rencanane piye?”

„Lalu rencananya bagaimana?‟

Damarjati : “Badhe langsung wangsul mriki, Kek. Mila badhe kula pethuk

mbekta mobil Toyota.”

„Mau langsung pulang ke sini, Mbah. Maka dari itu akan saya

jemput menggunakan mobil Toyota.‟

(MN/SWS/49/2015)

Fungsi alih kode yang dilakukan oleh penuturDamarjati pada data

(137) di atas dari bahasa Jawa ragam Ngoko “Ana dhawuh apa Bu? Oh, aku

kelingan...lha rencanane Ibu piye...o, iya mengko dakpethuk nyang Jakarta

Page 78: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

103

Bu, aja nyepur...aku wis tuku mobil anyar..Toyota Avanza kaya mobilku

mbiyen...iya..iya Bu...sungkemku Bu.” ke bahasa Jawa ragam Krama “Ibu

ngemutaken bilih Bapak tanggal sedasa mangke sampun bebas.” adalah

untuk menghormati mitra tutur. Pada awalnya Damarjati berbicara dengan

ibunya di telepon menggunakan bahasa Jawa Ngoko kemudian beralih

menggunakan bahasa Jawa Krama karena hadirnya penutur ketiga yaitu Mbah

Kardi yang merupakan majikannya.

b. Untuk Membangkitkan Rasa Humor

(138) Damarjati : “Supaya olehe jagongan kepenak, wiwit saiki kowe ora sah

basa krama. Ngoko wae.”

„Biar ngobrolnya nyaman, mulai sekarang kamu tidak usah

pakai bahasa Krama. Ngoko saja‟

Sekarwangi : “Ah mboten, saure Sekarwangi. Kula menika rak namung

babu. Babu menika batur.” „Ah tidak, jawab Sekarwangi. Saya ini kan hanya babu. Babu

itu pembantu‟

Damarjati : “O iya aku lali. Kowe ki batur lan aku bendara. Ngono ya?”

„O iya aku lupa. Kamu ini kan pembantu dan saya majikan.

Gitu ya?‟

Sekarwangi : “Inggih.”

„Iya‟

Damarjati : “Batur ki kudu ngajeni bendarane, ya””

„Pembantu itu harus menghormati majikannya, ya?‟

Sekarwangi : “Inggih.”

„Iya‟

Damarjati : Didhawuhi apa-apa kudu manut, ya.

„Disuruh apa-apa harus nurut, ya?‟

Sekarwangi : “Inggih ngaten.”

„Iya begitu‟

Damarjati : “Bener? ucape Damarjati karo ngguyu. Saiki bendaramu iki

dhawuh: Sekar, wiwit saiki kowe ora susah basa karo aku.

Kudu manut.”

„Betul? Sekarang majikanmu ini menyuruh: Sekar, mulai

sekarang kamu tidak usah pakai bahasa Krama sama aku. Harus

nurut.‟

Sekarwangi : “Wah, ketleyek aku.”

„Wah ketipu saya‟

Sekarwangi : “Ya wis aku manut Mas. Aku arep didhawuhi ngapa?”

„Ya sudah saya nurut Mas. Saya akan disuruh apa?‟

Page 79: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

104

Damarjati : “Ora dakkon ngapa-ngapa, mung dak jak jagongan. Ning

daktakon dhisik, jane kowe ki mau arep nyang endi?”

„Tidak aku suruh ngapa-ngapain, cuma ingin aku ajak ngobrol.

Tetapi aku mau tanya dulu, sebenernya kamu tadi mau

kemana?‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi alih kode yang dilakukan oleh penutur Sekarwangi pada data

(138) di atas yaitu dari bahasa Jawa ragam Kramake bahasa Jawa ragam

Ngoko pada tuturan “Wah, ketleyek aku.” adalah untuk membangkitkan rasa

humor. Pada awalnya Sekarwangi menggunakan bahasa Jawa Krama ketika

menanggapi tuturan Damarjati, kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa

Ngoko, selain untuk membangkitkan rasa humor Sekarwangi juga ingin

menjalin keakraban dengan Damarjati.

c. Mengubah Situasi Resmi Menjadi Tak Resmi

(139) Lamunane buyar jalaran hape-ne muni. Bareng diangkat jebul saka Bu Rusti.

„Lamunannya buyar karena handphone-nya berbunyi. Setelah diangkat

ternyata dari Bu Rusti.‟

Sekarwangi :”Inggih, Bu. Inggih... sedaya sampun rampung, dhaharan

badhe kula tata samenika... inggih...” „Iya, Bu. Iya... semua sudah selesai, makanan akan segera saya

tata... iya...‟

Dheweke menyang ruwang makan.

„Dia pergi ke ruang makan.‟

Sekarwangi :”Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi.”

„Wisudanya sudah selesai, mbak Sarmi, ujarnya kepada

temannya.‟

Yu Sarmi :”O, iya.”

„Oh, iya.‟

(MN/SWS/32/2015)

Fungsi alih kode yang dilakukan Sekarwangi pada data (139) di atas

dari bahasa Jawa ragam Krama ”Inggih, Bu. Inggih... sedaya sampun

rampung, dhaharan badhe kula tata samenika... inggih...” ke bahasa Jawa

ragam Ngoko ”Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi”. Adalah untuk

mengubah situasi resmi menjadi tak resmi. Pada awalnya Sekarwangi

Page 80: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

105

berbicara dengan Bu Rusti melalui telepon dengan menggunakan bahasa Jawa

ragam Krama, kemudian Sekarwangi beralih kode menggunakan bahasa Jawa

ragam Ngoko ketika berbicara dengan Yu Sarmi yang meupakan teman

Sekarwangi bekerja sebagai pembantu di rumah Bu Rusti.

(140) Bu rusti : “Ingkang damel prihatosing manah kula menika Damarjati,

Pak. Kados pundi nasibipun mangke. Kanthi kedadosan

ingkang nempuh kulawarga menika, sedaya margi ingkang

sekawit menga kados-kados sampun sami katutup.”

„Yang membuat khawatir hati saya itu Damarjati, Pak.

Bagaimana nasibnya nanti. Dengan kejadian yang dialami

keluarga ini, semua jalan yang dulu terbuka seperti sedah

tertutup semua.‟

Mbah kardi : “Olehku teka mrene iki kajaba kepengin mbombong atimu lan

bojomu, uga arep ngrembug Damar. Yen kowe setuju, karepku

Damar arep dakjak menyang Klaten wae. Mengko golek

gaweyan ana kana.”

„Kedatangan saya kesini ini selain ingin membesarkan hatimu

dan suamimu, juga ingin membahas Damar. Jika kamu setuju,

Damar akan saya ajak ke Klaten saja. Nanti cari pekerjaan di

sana.

Bu Rusti : “Kula setuju, Pak.”

„Saya setuju, Pak.‟

Bu Rusti : “Piye Damar. Gandheng kahanan kaya ngene, kowe rak ya

njur rumangsa lingsem yen ketemu kanca-kancamu. Upama

kowe ndherek simbah ing klaten wae piye?”

„Bagaimana Damar. Karena keadaan seperti ini, kamu pasti

juga merasa malu jika bertemu teman-temanmu. Seandainya

kamu ikut Kakek ke Klaten saja bagaimana.‟

Damarjati : “Iya Bu. Nanging mengko Ibu niliki Bapak sing ndherekake

sapa?”

„Ya Bu. Tetapi nanti Ibu menjenguk Bapak yang mengantarkan

siapa?‟

Bu rusti : “Wis aja mikir kuwi. Iku perkara gampang. Mengko aku arep

langganan ojeg, saben dina methuk aku mrene. Andum gawe,

nak. Saiki kowe meleng mikir awakmu, golek dalaning rejeki

apa wae sing kok antebi amrih ing tembe uripmu bisa mulya.

Aku yakin kowe bisa, Nak. Dene Ibu, sajrone Bapakmu

nglakoni ukuman, Ibu tetep ana kene. Saben ndina niliki

bapakmu supaya ayem atine. Dhuwit lan barang sing isih

disarbeki cukup dak enggo urip nganti Bapakmu bebas telung

taun maneh. Mobil pribadimu kuwi gawanen. Yen sawanci-

wanci butuh dhuwit rada akeh, mobil iku bisa kok dol.”

„Sudah jangan memikirkan itu. itu masalah gampang. Nanti aku

akan berlangganan ojek, setiap hari menjemput aku ke sini.

Berbagi pekerjaan, Nak. Sekarang kamu mikir dirimu sendiri,

mencari jalan rezeki apa saja yang kamu inginkan agar besok

Page 81: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

106

hidupmu bisa nyaman. Aku yakin kamu bisa, Anakku.

Sedangkan Ibu, selama Bapakmu menjalani hukuman, Ibu akan

tetap di sini. Setiap hari menjenguk Bapakmu supaya tenang

hatinya. Uang dan barang yang masih dimiliki cukup untuk

hidup sampai Bapakmu bebas tiga tahun lagi. Mobil pribadimu

itu bawalah. Jika sewaktu-waktu butuh uang yang agak banyak,

mobil itu bisa kamu jual.‟

(MN/SWS/44/2015)

Fungsi alih kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (140) di atas

dari bahasa Jawa ragam Krama “Ingkang damel prihatosing manah kula

menika Damarjati, Pak. Kadospundi nasibipun mangke. Kanthi kedadosan

ingkang nempuh kulawarga menika, sedaya margi ingkang sekawit menga

kados-kados sampun sami katutup.” ke bahasa Jawa ragam Ngoko “Piye

Damar. Gandheng kahanan kaya ngene, kowe rak ya njur rumangsa

lingsem yen ketemu kanca-kancamu. Upama kowe ndherek simbah ing

klaten wae piye?” adalah untuk mengubah situasi resmi menjadi tak resmi.

Pada awalnya Bu Rusti berbicara dengan Mbah Kardi yang merupakan

mertuanya dengan menggunakan bahasa Jawa ragam Krama, kemudian Bu

Rusti beralih kode menggunakan bahasa Jawa ragam Ngoko ketika berbicara

dengan Damarjati yang merupakan anaknya.

d. Menunjukkan Rasa Kaget

(141) Damarjati :”Wis kepethuk? Ana ngendi aku kepethuk?”

„Sudah bertemu? Dimana saya bertemu?‟

Marsanti : “Mas. Sing kondhang katelah Bu Mawar iku Sekarwangi.

Sing saben-saben kongkonan mrene njupuk grameh iku

Sekarwangi, Mas.”

„Mas. Yang terkenal dengan nama Bu Mawar itu Sekarwangi.

Yang sering menyuruh ke sini ambil gurameh itu Sekarwangi,

Mas‟

Damarjati : “Astagfirullah.”

„Astagfirullah.‟

Marsanti :”Lho, ana apa, Mas? Kudune kowe rak seneng. Sekarwangi

genah ketemu.”

„Loh, ada apa, Mas? Seharusnya kamu senang Sekarwangi

sudah pasti ketemu.‟

Page 82: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

107

Damarjati :”Apa bener tenan Bu Mawar sing duwe Rumah Makan

Mawar iku Sekarwangi?”

„Apa benar Bu Mawar pemilik Rumah Makan Mawar itu

Sekarwangi?”

(MN/SWS/51/2015)

Fungsi alih kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (141) di atas

dari bahasa Jawa ”Wis kepethuk? Ana ngendi aku kepethuk?” ke bahasa

Arab “Astagfirullah” adalah untuk menunjukkan bahwa penutur merasa

kaget. Karena penutur merupakan orang yang beragama Islam maka penutur

beralih kode menggunakan bahasa Arab.

2. Fungsi Campur Kode

Berikut analisis mengenai fungsi campur kode yang terdapat dalam cerbung Mulih

Ndesa karya Suryadi WS.

a. Menghormati Mitra Tutur atau Objek yang Dibicarakan

(142) Sekarwangi : “Aku lagi ndhereake juraganku, Pak Pratama.”

„Aku sedang mengantar majikanku, Pak Pratama.‟

Marsanti : “Oh, kuwi kancane juraganku, Pak Jolang. Aku ya lagi

ndhereake juraganku. Lagi teka iki mau ta, Sekar? Dhek wingi

sore aku liwat kene kok isih tutupan.”

„Oh, itu temannya majikanku, Pak Jolang. Aku juga sedang

mengantarkan majikanku. Baru sampai di sini tadi ya, Sekar?

Kemarin sore aku lewat sini kok masih tutup.‟

(MN/SWS/32/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi dan Marsanti

pada data (142) yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „ndherekake‟

adalah pengaruh tingkat tutur dalam bahasa Jawa, karena objek yang

dibicarakan adalah majikan dari penutur dan mitra tutur, maka digunakan

kosakata bahasa Jawa ragam Krama „ndherekake‟ untuk menunjukkan rasa

hormat.

(143) Sekarwangi : “Wisudhane wis rampung, Yu Sarmi. Ayo tata dhahar.

Page 83: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

108

Dhawuhe ibu iki mengko dha shalat dhuhur dhisik, terus

dhahar, njur ngaso sedhela. Jare mengko bar ashar budhal

bali nyang Jakarta.”

„Wisudanya sudah selesai, mbak Sarmi. Ayo menata makanan.

Perintah Ibu ini nanti pada sholat dhuhur dahulu, lalu makan,

kemudian istirahat sebentar. Katanya nanti sehabis ashar

barangkat kembali ke Jakarta.‟

(MN/SWS/32/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (143)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „dhawuhe‟ adalah pengaruh

tingkat tutur dalam bahasa Jawa, karena objek yang dibicarakan adalah

majikan dari penutur (Bu Rusti), maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam

Krama „dhawuhe‟ untuk menunjukkan rasa hormat.

(144) Sekarwangi : “Ya wis, aku manut Mas. Aku arep didhawuhi ngapa?”

„Ya sudah, saya menurut Mas. Saya mau disuruh apa?‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (144)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „didhawuhi‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur, maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam Krama

„didhawuhi‟ untuk menunjukkan rasa hormat karena mitra tutur adalah

majikannya.

(145) Sekarwangi : “Ha? Njenengan ngerti tenan, Mas?”

„Ha? Anda benar-benar tahu, Mas?‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (145)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „njenengan‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur, maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam Krama

„njenengan‟ untuk menunjukkan rasa hormat karena mitra tutur adalah

majikannya.

(146) Damarjati : “Rupamu ayu, ayu banget, pakulitanmu kuning resik, soroting

netramu bening tajem, pemikiran lan patrapmu katon yen

bocah pendhidhikan, basamu alus, tata kramamu ganep,

Page 84: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

109

tandukmu marang sapa wae mantep lan percaya dhiri, ora

katon minggrang-minggring, klebu yen pinuju guneman karo

pak Pratama lan bu Rusti juraganmu.”

„Wajahmu cantik, cantik sekali, kulitmu kuning langsat, tatapan

matamu bening tajam, pola pikir dan tingkah lakumu seperti

orang berpendidikan, bahasamu lembut, mengerti tata krama,

perilakumu terhadap siapa saja mantap dan percaya diri, tidak

canggung, termasuk ketita berbisacara dengan pak Pratama dan

bu Rusti.‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (146)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „netramu‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur walaupun penutur dan mitra tutur adalah teman,

maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam Krama „netramu‟ untuk

menunjukkan rasa hormat penutur kepada mitra tutur.

(147) Sekarwangi : “Ora Mas. Aku malah bakal rumangsa lega yen sliramu kersa

ngrungokake critane lelakonku. Nanging mengko dhisik, dak

gawekake unjukan kopi panas dhisik.”

„Tidak Mas. Saya malah akan merasa lega jika kamu mau

mendengarkan cerita hidupku. Tapi nanti dulu, saya buatkan

minuman kopi panas dulu.‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (147)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „kersa‟ dan „unjukan‟ adalah

untuk menghormati mitra tutur, maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam

Krama „kersa‟ dan „unjukan‟ untuk menunjukkan rasa hormat penutur kepada

mitra tutur.

(148) Sekarwangi : “Mas Damar, bapakku biyen uga lulusan sarjana, dadi guru

ing SMA. Mula aku ya nduwe cita-cita kepengin kuliyah nganti

lulus sarjana. Nanging aku lagi ana kelas telu SMP lan adhiku

klas telu SD, bapak seda. Bisa kok penggalih, kaya ngapa

sedhihe atiku sakulawarga nalika semana. Mesthi wae uripku

sakulawarga dadi malih grembyang, sarwa kekurangan. Isih

begja dene ibu entuk pensiun jandha lan bapak uga ninggal

sawah sepathok, kena kanggo sumbering pangan

sakulawraga.”

„Mas, Damar, bapak saya dulu juga lulusan sarjana, menjadi

guru di SMA. Maka dari itu saya juga punya cita-cita ingin

Page 85: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

110

kuliah sampai lulus sarjana. Tetapi saya masih kelas tiga SMP

dan adik saya kelas tiga SD, bapak meninggal dunia. Bisa kamu

bayangkan, bagaimana sedihnya hati saya sekeluarga ketika itu.

Pasti saja hidup saya sekeluarga jadi berubah drastis, serba

kekurangan. Masih untung ibu mendapatkan pensiun janda dan

bapak juga meninggalkan sawah sepetak, cukup untuk sumber

makanan sekeluarga.‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (148)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „seda‟ dan „penggalih‟ adalah

pengaruh tingkat tutur dalam bahasa Jawa, karena pada penggunaan kata

„seda‟ objek yang dibicarakan adalah ayah dari penutur (Sekarwangi),.

Sedangkan pada penggunaan kata „penggalih‟ fungsinya untuk menghormati

mitra tutur (Damarjati).

(149) Sekarwangi : “Mas kok ndadak ribet gawe unjukan. Lenggah wae

dakgawekake.”

„Mas kok harus ribet bikin minum. Duduk saja saya buatkan.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (149)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „unjukan‟ dan „lenggah‟

adalah untuk menghormati mitra tutur, maka digunakan kosakata bahasa Jawa

ragam Krama „unjukan‟ dan „lenggah‟ untuk menunjukkan rasa hormat

penutur kepada mitra tutur.

(150) Sekarwangi : “Woo... embuh ah, aku kok melu-melu guneman bab kuwi ki

rak ora kena. Nyuwun ngapunten, Mas. Mung babu wae

kok... mmpp.”

„Woo...tidak tahu ah, saya kok ikut-ikut berbicara tentang itu

kan tidak boleh. Minta maaf, Mas. Saya kan cuma

babu...mmpp.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (150)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „nyuwun ngapunten‟ adalah untuk

Page 86: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

111

menghormati mitra tutur, maka digunakan frasa dalam bahasa Jawa Krama

„nyuwun ngapunten‟ untuk menunjukkan rasa hormat.

(151) Damarjati : “Bu. Pasuryane Ibu ora perlu didhelikake, ben tetep ana kene

kaya adate. Sabab iki wes trep lan ayu. Perkara mbatalake

kuwi gampang, Bu.”

„Bu, wajah Ibu tidak perlu disembunyikan, biar tetap ada disitu

seperti biasanya. Karena itu sudah pantas dan cantik. Masalah

membatalkan itu gampang, Bu‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (151)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „pasuryane‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur. Karena mitra tutur merupakan ibu dari penutur serta

adanya pengaruh tingkat tutur dalam bahasa Jawa, maka digunakan kata dalam

bahasa Jawa Krama „pasuryane‟ untuk menunjukkan rasa hormat.

(152) Sekarwangi : “Umpamane ora sengaja aku kebacut ngrangkul njenengan.

Aja duka lho ya.”

„Seumpama tidak sengaja aku terlanjur merangkul kamu.

Jangan marah ya.‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (152)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „njenengan‟ dan „duka‟ adalah

untuk menghormati mitra tutur, maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam

Krama „unjukan‟ dan „lenggah‟ untuk menunjukkan rasa hormat penutur

kepada mitra tutur.

(153) Damarjati : “Nek kersane Ibu ngono, aku ndherek. Nanging lilanana

milih calonku dhewe, Bu, sabab sing arep nglakoni ki aku.”

„Kalau Ibu maunya begitu, aku ikut. Tetapi izinkalah memilih

calonku sendiri, Bu, karena yang akan menjalani itu aku.‟

(MN/SWS/38/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (153)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „kersane‟ dan „ndherek‟ adalah

untuk menghormati mitra tutur yang adalah ibu dari penutur, karena adanya

Page 87: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

112

pengaruh tingkat tutur dalam bahasa Jawa. maka digunakan kata dalam bahasa

Jawa Krama „kersane‟ dan „ndherek‟ untuk menunjukkan rasa hormat.

(154) Kardi Waskito : “Kowe ora perlu nggrantes lan ora perlu nggetuni lelakonmu,

awit ora ana gunane. Anggepen iku pepeling saka Gusti Allah,

supaya kowe bali marang dalan sing lurus. Malah kapara

syukurana, awit iki ateges kowe isih diparingi kalodhangan

kanggo mertobat, sateruse nggayuh kamulyan kang sejati, dudu

kamulyan semu sing wis kok rasakake sasuwene iki. Mesthine

kowe isih kelingan piwulang lan piweling sing tau dak

wenehake biyen.”

„Kamu tidak perlu merasa sedih dan tidak perlu kecewa

atas......, karena tidak ada gunanya. Anggap saja ini adalah

peringatan dari Allah, agar kamu kembali kejalan yang lurus.

Malah syukurilah, karena ini artinya kamu masih diberi

kesempatan untuk bertobat, lalu meraih kemuliaan yang sejati,

bukan kemuliaan yang semu yang pernah kamu rasakan selama

ini. Seharusnya kamu masih ingat pelajaran yang pernah aku

berikan dulu.‟

(MN/SWS/43/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Kardi Waskito pada data

(154) ditandai dengan kata yang bercetak tebal „diparingi‟ adalah untuk

penghormatan, karena pada penggunaan kata „diparingi‟ merujuk kepada

Tuhan maka digunakan kata dalam bahasa Jawa Krama „diparingi‟ untuk

menunjukkan rasa hormat.

(155) Marta : “Ngojek wae Dhik Santi, dakdherekake.

„Naik ojek saja dik Santi, saya antar.‟

(MN/SWS/47/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marta pada data (155) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „dakdherekake‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur walaupun penutur dan mitra tutur adalah teman,

maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam Krama „dakdherekake‟ untuk

menunjukkan rasa hormat penutur kepada mitra tutur

(156) Marta : “Menenga wae, aja ngelek-elek awakmu dhewe. Kae sega

tumpange wis digawa mrene, ayo gek didhahar.”

„Diamlah saja, jangan menjelek-jelekkan dirimu sendiri. Itu

nasi tumpangnya sudah dibawa ke sini, ayo dimakan.‟

Page 88: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

113

(MN/SWS/47/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marta pada data (156) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „didhahar‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur walaupun penutur dan mitra tutur adalah teman,

maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam Krama „didhahar‟ untuk

menunjukkan rasa hormat penutur kepada mitra tutur.

(157) Marta : “Iya, Dhik Damar. Saiki Dhik Santi iki dadi batihku. Lan

bener ngendikamu mau, aku biyen wis tau kepethuk sliramu.

Biyen aku ngojeg ing Jatinegara. Saiki macul ing sawah.”

„Iya, Dik Damar. Sekarang Dik Santi ini jadi istriku. Dan benar

apa yang kamu katakan tadi, aku dulu sudah pernah bertemu

dengan mu. Dulu aku menjadi tukang ojeg di Jatinegara.

Sekarang mencangkul di sawah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marta pada data (157) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „ngendikamu‟ adalah untuk

menghormati mitra tutur walaupun penutur dan mitra tutur adalah teman,

maka digunakan kosakata bahasa Jawa ragam Krama „ngendikamu‟ untuk

menunjukkan rasa hormat penutur kepada mitra tutur.

b. Untuk Mempermudah Komunikasi

(158) Sekarwangi : “Ibu, aku ora bakal selawase ana Jakarta. Yen wis cukup

akeh dhuwit celenganku, aku bakal mulih menyang ndesa,

adeg rumah makan ing omah tinggalane bapak, dakkemonah

miturut cara-cara sing tau daksinau ing sekolahanku. Insya

allah bakal dadi kondang satlatah padesane dhewe. Donga

pengestumu tansah ngancani lakuku, Ibu.”

„Ibu, saya tidak akan selamanya di Jakarta. Kalau sudah cukup

banyak uang tabunganku, aku akan pulang ke desa, mendirikan

rumah makan di rumah peninggalan bapak, saya kelola

menurut cara-cara yang pernah saya pelajari di sekolahanku.

Insya allah akan menjadi terkenal sewilayah pedesaan kita. Doa

restumu selalu menemani langkahku, Ibu.‟

(MN/SWS/27/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (158)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „rumah makan‟ adalah untuk

Page 89: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

114

mempermudah jalannya komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Karena

jika menggunakan padanan frasa „warung mangan‟ dalam bahasa Jawa akan

kurang cocok dan frasa „rumah makan‟ sudah sering digunakan.

(159) Damarjati : “Sekar, masakanmu enak lan iki kowe katon prigel motongi

iwak grameh. Apa kowe tau melu kerja ing restoran?”

„Sekar, masakanmu enak dan ini kamu kelihatan mahir

memotong ikan gurameh. Apa kamu pernah ikut bekerja di

restoran?‟

(MN/SWS/27/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (159)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „restoran‟ adalah untuk

memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur dapat

tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

(160) Sekarwangi :”Mboten Den, sekolah kula riyin ing SMK jurusan tata boga.”

„Tidak Den, sekolah saya dulu di SMK jurusan tata boga.‟

(MN/SWS/27/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (160)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „tata boga‟ adalah untuk

mempermudah komunikasi antara penutur dan mitra tutur, karena jika

menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa maka akan sulit mencari kata

yang tepat atau bahkan tidak ada.

(161) Marta : “Mengko dhisik, aja salah paham ya. Kowe lagi wae teka ing

Jakarta, durung ngerti cara-cara uripe wong kene, mligine

wong sugih-sugih sing wis sugih bandha.”

„Sebentar, jangan salah paham ya. Kamu baru saja datang ke

Jakarta, belum tahu cara-cara hidup orang sini, khususnya

orang-orang kaya yang sudah kaya raya.‟

(MN/SWS/29/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marta pada data (161) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „salah paham‟ adalah untuk

Page 90: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

115

memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur dapat

tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

(162) Marta : “Akeh wong sugih mblegedhu ing Jakarta iki, katone waras-

wiris nanging sejatine duwe penyakit, kaya dene penyakit gula

darah, tekanan darah tinggi, lemah jantung, jantung

koroner, vertigo, radang lambung lan sabangsane, sing sok

ora kenyana-nyana kumat saenggon-enggon....”

„Banyak orang kaya raya di Jakarta ini, kelihatanya sehat tapi

sebenarnya mempunyai penyakit, seperti penyakit gula darah,

tekanan darah tinggi, lemah jantung, jantung koroner, vertigo,

radang lambung dan lain sebagainya, yang terkadang tidak

disangka-sangka bisa kambuh dimana-mana....‟

(MN/SWS/29/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marta pada data (162) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „gula darah‟, „tekanan darah

tinggi‟, „lemah jantung‟, „jantung koroner‟, dan „radang lambung‟ adalah

untuk mempermudah komunikasi antara penutur dan mitra tutur, karena jika

menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa maka akan sulit mencari kata

yang tepat atau bahkan tidak ada.

(163) Marta : “Mligi sing dak kandhakake mau, aku ki pancen diwelingi kon

nggolekake wong wadon sing gelem ngancani yen pinuju butuh

dikancani. Dheweke iku umur seketan taun, wis dhudha wiwit

limang taun kepungkur lan ora rabi nganti seprene merga

kepengen meleng ndadekake anak-anake. Saiki anake sing

tuwa, lanang wis dadi pegawe propinsi ing Semarang. Sing

nom wadon, uga wis lulus STAN lan diangkat pegawe dhinas

perpajakan ing Cirebon. Ing kene iki masalahe, Santi.

Dheweke iku duwe penyakit tekanan darah tinggi. Wingi-wingi

nalika anake wadon isih kuliyah, nek mrana-mrana dikancani

anake. Bareng anake wis diangkat ing Cirebon, ora ana maneh

sing ngancani. Mulane dheweke butuh kanca, mung ngancani,

Santi, mung ngancani, ora arep diklethak.”

„Khusus yang saya katakan tadi, saya ini memang diingatkan

untuk mencarikan perempuan yang mau menemani jika

dibutuhkan untuk ditemani. Dia itu berumur 50an tahun, sudah

menjadi duda semenjak lima tahun yang lalu dan tidak menikah

lagi sampai sekarang karena ingin menjaga anak-anaknya.

Sekarang anaknya yang besar, laki-laki sudah menjadi pegawai

provinsi di Semarang. yang kecil perempuan, juga sudah lulus

STAN dan diangkat pegawai dinas perpajakan ing Cirebon. Di

sini ini permasalahannya, Santi. Dia itu mempunyai penyakit

Page 91: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

116

tekanan darah tinggi. Kemarin-kemarin ketika anak

perempuannya masih kuliah, jika kemana-kemana ditemani

anaknya. Setelah anakanya suda diangkat di Cirebon, tidak ada

lagi yang menemani. Maka dari itu dia butuh teman, hanya

menemani, Santi, hanya menemani, tidak akan digigit.‟

(MN/SWS/29/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marta pada data (163) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „pegawe dhinas perpajakan‟ dan

„kuliyah‟ adalah untuk mempermudah komunikasi antara penutur dan mitra

tutur, karena jika menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa maka akan

sulit mencari kata yang tepat atau bahkan tidak ada.

(164) Marta : “Maksudmu apa Santi?”

„Maksudmu apa Santi?‟

Marsanti : “Njembarake lapangan kerja.”

„Melebarkan lapangan kerja.‟

(MN/SWS/31/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marsanti pada data (164)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „lapangan kera‟ adalah untuk

memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur dapat

tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

(165) Marsanti : “Pengin dadi tukang pijet panggilan. Golekna langganan,

nek ana sing butuh, aku pethuken mrene. Ning telpuna dhisik,

dadi yen Pak Jolang pas ana kene kowe ngerti.”

„Ingin jadi tukang pijet panggilan. Carikan pelanggan, kalau

ada yang membutuhkan, jemput saya di sini. Tetapi telfon

dahulu, jadi kalau Pak Jolang ada di sini kamu tahu.‟

(MN/SWS/31/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marsanti pada data (165)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „tukang pijet panggilan‟

adalah untuk memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud

penutur dapat tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

(166) Damarjati : “Ngerti Dhik. Pak Jolang ki akrab banget karo bapak, padha

Page 92: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

117

dene pegawe kantor perpajakan. Mung pangkate luwih

dhuwur. Cethane Pak Jolang ki ndhuwurane bapak. Ngertiku

merga bapak crita karo ibu.”

„Tahu Dhik. Pak Jolang itu akrab sekali dengan bapak, sama-

sama pegawai kantor perpajakan. Hanya saja pangkatnya lebih

tinggi. Lebih jelasnnya Pak Jolang itu atasannya bapak. Saya

tahu karena bapak bercerita kepada ibu.‟

(MN/SWS/33/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (166)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „pegawe kantor perpajakan‟

adalah untuk mempermudah komunikasi antara penutur dan mitra tutur,

karena jika menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa maka akan sulit

mencari kata yang tepat atau bahkan tidak ada.

(167) Damarjati : “Lupute: dheweke ora ditundhung merga tumindak ala,

nanging pancen diniyati lunga saka ngomah. Dheweke mbabu

ora kanggo nyambung urip jalaran kepepet, nanging kanggo

nggayuh panguripan sing luwih becik. Dene benere: dheweke

pancen bener asal saka kulawarga sing duwe martabat, ora

kalah karo awake dhewe iki. Bapakne biyen malah lulusan

sarjana, luwih dhuwur tinimbang bapakku sing mung ahli

madya. Bapakne biyen ngasta guru SMA. Upama bapakne isih

sugeng, dheweke mesthi ya bisa lulus sarjana kaya aku.”

„Salahnya: dia tidak disuruh pergi karena berlaku tidak baik,

tapi memang sudah berniat pergi dari rumah. Dia menjadi

pembantu bukan untuk menyambung hidup karena kekurangan,

tapi untuk menraih kehidupan yang lebih baik. Lalu benarnya:

dia memang benar berasal dari keluarga yang mempunyai

martabat, tidak berbeda dengan kita. Bapaknya dulu malah

lulusan sarjana, lebih tinggi daripada bapakku yang hanya

ahlimadya. Bapaknya dulu berkerja sebagai guru SMA.

Seandainya bapaknya masih sehat, dia pasti juga bisa lulus

sarjana seperti aku.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (167)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „martabat‟ dan „lulusan

sarjana‟ adalah untuk mempermudah komunikasi antara penutur dan mitra

tutur, karena jika menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa maka akan

sulit mencari kata yang tepat atau bahkan tidak ada.

Page 93: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

118

(168) Bu Rusti : “Dheweke pancen ayu lan wasis, Damar. Nanging kabeh

uwong wis ngerti yen dheweke iku babu. Piye bakal aloke

wong-wong mengko. Damarjati sarjana perikanan, nikah etuk

babu. Apa iku penak dirungu? Beda masalahe yen dheweke ora

mbabu. Upamane dheweke bakul ing kios pasar apa manager

toko, njur dadi bojomu. Damarjati sarjana perikanan, nikah

entuk manager toko. Rak penak dirungu, ora entuk babu.”

„Dia memang cantik dan pintar, Damar. Tetapi semua orang

sudah tahu kalau dia itu pembantu. Bagaimana kata orang-

orang nanti. Damarjati sarjana perikanan, menikah dengan

babu. Apa itu enak didengar? Berbeda masalahnya jika dia

tidak jadi pembantu. Seandainya dia penjual di kios pasar atau

manager toko, lalu menjadi istrimu. Damarjati sarjana

perikanan, menikah dengan manager toko. Kan enak didengar,

bukan dengan pembantu.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (168)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „sarjana perikanan‟, kios

pasar‟ dan „manager toko‟ adalah untuk mempermudah komunikasi antara

penutur dan mitra tutur, karena jika menggunakan padanan kata dalam bahasa

Jawa maka akan sulit mencari kata yang tepat atau bahkan tidak ada.

(169) Sofi : “Iya, Mas. Meh saben malem Minggu aku mrene.”

„Iya, Mas. Hampir setiap malam Minggu aku ke sini.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (169) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „malem Minggu‟ adalah untuk

memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur dapat

tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

(170) Damarjati : “Lha iki, acara minum kopi.”

„Lha ini, acara minum kopi.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (170)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „acara minum kopi‟ adalah

untuk memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur

dapat tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

Page 94: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

119

(171) Damarjati : “Aku yakin, kowe mesthi ngerti yen faktor harmonis ki ra

mung kuwi.”

„Aku yakin, kamu pasti tahu jika faktor harmonis tidak hanya

itu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (171)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „faktor harmonis‟ adalah

untuk mempermudah komunikasi antara penutur dan mitra tutur, karena jika

menggunakan padanan kata dalam bahasa Jawa maka akan sulit mencari kata

yang tepat atau bahkan tidak ada.

(172) Damarjati : “Nyang cedhak Clawi. Nyang lokasi bencana tanah longsor

wingi iku lho, Dhik.”

„Ke dekat Clawi. Ke lokasi bencana tanah longsor kemarin itu

lho, Dhik.‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (172)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „lokasi bencana tanah

longsor‟ adalah untuk memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar

pikiran/maksud penutur dapat tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur.

Dengan demikian kontak antara penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik.

(173) Sofi : “Oh, my God. Kok kaya pegawai dinas sosial wae.”

„Oh, my God. Kok seperti pegawai dinas sosial saja.‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (173) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „pegawai dinas sosial‟ adalah untuk

memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur dapat

tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur. Dengan demikian kontak

antara penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik. Karena jika menggunakan

padan kata dalam bahasa Jawa akan sulit mencari kata yang tepat.

(174) Sofi : “Petugas Sosial, LSM, Tim SAR lan adate wis ana panitya

sing khusus ngurusi iku.”

Page 95: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

120

„Petugas Sosial, LSM, Tim SAR dan biasanya sudah ada

panitia yang khusus menangani itu.‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (174) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal „pegawai dinas sosial‟ dan „LSM

(Lembaga Swadaya Masyarakat)‟ adalah untuk memberi kemudahan dalam

berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur dapat tersampaikan dengan

mudah kepada mitra tutur. Dengan demikian kontak antara penutur dan mitra

tutur berjalan dengan baik. Karena jika menggunakan padan kata dalam

bahasa Jawa akan sulit mencari kata yang tepat.

(175) Sekarwangi : “Actingya Mas? Kaya pemain sinetron?”

„Acting ya Mas? Seperti pemain sinetron?‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (175)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „pemain sinetron‟ adalah

untuk memberi kemudahan dalam berkomunikasi agar pikiran/maksud penutur

dapat tersampaikan dengan mudah kepada mitra tutur. Dengan demikian

kontak antara penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik.

(176) Damarjati : “Insya allah bisa Bu, waton mbudidaya. Sesuk iki, rong ndina

aku ana Bogor nekani temu karya para pamiyara iwak dharat.

Sesuk arep dakperlokake mampir nyang kampus IPB nemoni

dekan. Arep nglamar dadi asisten dhosen ing kana.

„Insya Allah bisa Bu, asalkan berusaha. Besok itu dua hari saya

ke Bogor menghadiri temu karya para pemelihara ikan darat.

Besok saya sempatkan mampir ke kampus IPB menemui

dekan. Saya akan melamar jadi asisten dosen di sana.‟

(MN/SWS/40/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (176)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „temu karya‟, „dekan‟ dan

„asisten dhosen‟ adalah untuk memberi kemudahan dalam berkomunikasi

agar pikiran/maksud penutur dapat tersampaikan dengan mudah kepada mitra

Page 96: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

121

tutur. Dengan demikian kontak antara penutur dan mitra tutur berjalan dengan

baik.

(177) Damarjati : “Kathah sanget. Masarakatipun kula cocog. Sistem

penerangan, angkutan, sesambungan liwat telpun, sampun

mboten kathah bentenipun kalihan kitha. Lan ingkang paling

penting: kula menika lulusan perikanan. Dhaerah mriki

menika cocog sanget kangge usaha perikanan. Kula kepengin

atur conto dhateng para petani ngriki perkawis miyara

grameh. Sinten ngertos mbenjing saged ningkatake tataran

gesangipun petani lumantar usaha menika.”

„Banyak sekali. Masyarakatnya saya cocok. Sistem penerangan,

angkutan, sambungan melalui telepon, sudah tidak banyak

bedanya dengan di kota. Dan yang paling penting: saya adalah

lulusan perikanan. Daerah ini cocok sekali untuk usaha

perikanan. Saya ingin memberi contoh kepada para petani di

sini tentang memelihara ikan gurameh. Siapa tahu besok bisa

meningkat kehidupan petani melalui usaha tersebut.‟

(MN/SWS/45/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (177)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal „sistem penerangan‟, „lulusan

perikanan‟ dan usaha perikanan‟ adalah untuk mempermudah komunikasi

antara penutur dan mitra tutur, karena jika menggunakan padanan kata dalam

bahasa Jawa maka akan sulit mencari kata yang tepat atau bahkan tidak ada.

c. Lebih Prestis

(178) Pak Jolang : “Santi omah iki mentas wae daktuku kanggo awakmu. Wiwit

sesuk kowe manggona ing kene. Iku wis dakcepaki motor

Yamaha Mio, yen sawanci-wanci kowe butuh nyang endi-endi

lan yen sawanci-wanci dak tilpun, kowe bisa enggal teka.”

„Santi rumah ini baru saja saya beli untuk kamu. Mulai besok

kamu tinggallah di sini. Itu sudah saya siapkan motor Yamaha

Mio, jika sewaktu-waktu kamu ada perlu kemana-mana dan

jika sewaktu-waktu saya telfon, kamu bisa langsung datang.‟

(MN/SWS/30/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Pak Jolang pada data (178)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „motor Yamaha Mio‟

adalah untuk lebih prestis atau hanya sekedar bergengsi karena segi sosio-

situasional tidak ada kata dalam bahasa Jawa untuk menggantikan kata

Page 97: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

122

tersebut. „Motor Yamaha Mio‟ merupakan salah satu merk kendaraan

bermotor.

(179) Bu Rusti : “Sekar, mengko arahen dhewe. Buwah apa sing pantes

kanggo paketan. Nek wis entuk njur ndhisikana nyang vila,

paket-paket iku gawenen ing kana. Aja lali magic jar-e

dipanasi. Sarampunge wisudha aku nusul.”

„Sekar, nanti aturlah sendiri. Buah apa yang pantas untuk

dikemas. Jika sudah dapat lalu ke vila lah dulu saja, paket-paket

itu bawalah ke sana. Jangan lupa magic jar-nya kamu panasi.

Selesai wisuda saya menyusul.‟

(MN/SWS/32/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (179)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „magic jar‟ adalah untuk

lebih prestis atau hanya sekedar bergengsi karena segi sosio-situasional tidak

ada kata dalam bahasa Jawa untuk menggantikan kata tersebut. Apabila kata

jadian „magic jar‟ disesuaikan dengan bahasa yang saat ini digunakan

misalnya alat untuk menanak nasi atau piranti kanggo ngliwet maka akan

lebih panjang kalimat yang digunakan serta tidak tepat.

(180) Sofi : “Wis rampung kok mas, kari nggarap skripsi. Dongakke cepet

rampung, ya.”

„Sudah selesai kok mas, tinggal mengerjakan skripsi. Doakan

cepat selesai, ya.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (180) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „skripsi‟ adalah untuk lebih

prestis atau hanya sekedar bergengsi karena segi sosio-situasional tidak ada

kata dalam bahasa Jawa untuk menggantikan kata tersebut. Apabila kata

„skripsi‟ disesuaikan dengan bahasa yang saat ini digunakan misalnya tugas

akhir dalam perkuliahan untuk mendapatkan gelar sarjana atau tugas kaping

pungkasan ingpawiyatan luhurmaka akan lebih panjang kalimat yang

digunakan serta tidak tepat.

Page 98: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

123

(181) Sofi : “Kula Sofi, Bu...nyuwun tulung, Mas Damar ngrencangi kula

dhateng mall saged mboten? Mangke bibar Maghrib... matur

nuwun, Bu.”

„Saya Sofi, Bu...minta tolong, Mas Damar menemani saya ke

mall bisa tidak? Nanti habis maghrib...terima kasih, Bu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (181) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „mall‟ adalah untuk lebih

prestis atau hanya sekedar bergengsi karena segi sosio-situasional tidak ada

kata dalam bahasa Jawa untuk menggantikan kata tersebut. Apabila kata

„mall‟ disesuaikan dengan bahasa yang saat ini digunkan misalnya pusat

perbelanjaan atau papan kanggo blanja maka akan lebih panjang kalimat

yang digunakan serta tidak tepat.

(182) Bu Rusti : “Kowe ngapa, Damar, kok melu ibut neng dhapur? Oh, iya

ngerti. Kowe mesthi ketarik merga sing dimasak iwak grameh.

Kowe rak ahli perikanan.”

„Kamu kenapa, Damar, kok ikut ribut di dapur? Oh, iya tahu.

Kamu pasti tertarik karena yang dimasak ikan gurameh. Kamu

kan ahli perikanan.‟

(MN/SWS/27/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (182)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „dhapur‟ adalah untuk

lebih prestis, selain itu mitra tutur juga ingin menunjukkan kalau dia adalah

orang yang modern.

(183) Sofi : “Oh, my God. Kok kaya pegawai dinas sosial wae.”

„Oh, my God. Kok seperti pegawai dinas sosial saja.‟

(MN/SWS/36/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (183) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „oh, my God‟ adalah untuk

lebih prestis, selain itu mitra tutur juga ingin menunjukkan kalau dia adalah

orang yang modern (masa kini), yang mampu menggunakan istilah dalam

bahasa Inggris.

Page 99: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

124

(184) Marsanti : “Hallo, iya piye...wis entuk..budhale jam pira...gawanen

mrene bisa ora..aku ana restoran karo sekarwangi..iya,

restoran adate kae.. ya.”

„Hallo, iya bagaimana...sudah dapat...berangkatnya jam

berapa...dibawa ke sini bisa tidak...aku ada di restoran bersama

Sekarwangi..iya, restoran yang biasanya itu...ya.‟

(MN/SWS/41/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Marsanti pada data (184)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „hallo‟ adalah untuk lebih

prestis, selain itu mitra tutur juga ingin menunjukkan kalau dia adalah orang

yang modern (masa kini), yang mampu menggunakan istilah dalam bahasa

Inggris.

(185) Damarjati : “Ana dhawuh apa Bu? Oh aku kelingan... La rencanane Ibu

piye... o, iya mengko dak pethuk nyang Jakarta Bu, aja

nyepur... aku wis tuku mobil anyar... Toyota Avanza kaya

mobilku biyen... iya... iya bu... sungkemku Bu.”

„Ada perintah apa Bu? Oh saya ingat...lantas rencana Ibu

bagaimana...oh, iya nanti saya jemput ke Jakarta Bu, jangan

naik kereta...saya sudah membeli mobil baru...Toyota Avanza

seperti mobilku dulu...iya...iya Bu...salamku Bu.‟

(MN/SWS/49/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (185)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „Toyota Avanza‟ adalah

untuk lebih prestis atau hanya sekedar bergengsi karena segi sosio-situasional

tidak ada kata dalam bahasa Jawa untuk menggantikan kata tersebut. „Toyota

Avanza‟ merupakan salah satu merk kendaraan mobil.

(186) Damarjati : “Kosik, Dhik Santi. Dhuwitmu kuwi lebokno dhisik, mengko

ndak kena angin kecemplung blumbang. Iki perlu penjelasan

cetha lan ilmiyah.”

„Sebentar, Dik Santi. Uangmu itu masukkanlah dulu, nanti

malah terkenan angin lalu tercebur ke kolam. Ini perlu

penjelasan yang jelas dan ilmiah.‟

(MN/SWS/50/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (186)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „penjelasan‟ dan

Page 100: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

125

„ilmiyah‟ adalah untuk lebih prestis, selain itu mitra tutur juga ingin

menunjukkan kalau dia adalah orang yang modern (masa kini) dan

berpendidikan tinggi.

(187) Sri Asih : “Taken asmane sing kagungan rumah makan niki. Nggih kula

wangsuli mawon: Bu Mawar. Malah kula nggih criyos yen Bu

Mawar sampun gadhah pacangan. Wong sajake sing takon

niku kados gadhah sir ngaten lho Bu. Mangka ibu rak sampun

gadhah pacangan. Lha nek ngesir kula ngaten nggih oke

mawon.”

„Bertanya namanya yang punya rumah makan ini. Ya saya

jawab saja: Bu Mawar. Malah saya juga cerita kalau Bu Mawar

sudah punya pasangan. Sepertinya yang bertanya itu

mempunyai maksud begitu lo Bu. Padahal ibu kan sudah

mempunyai pasangan. Kalau naksir saya gitu ya oke saja.‟

(MN/SWS/51/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sri Asih pada data (187)

yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „oke‟ adalah untuk lebih

prestis, selain itu mitra tutur juga ingin menunjukkan kalau dia adalah orang

yang modern (masa kini), yang mampu menggunakan istilah dalam bahasa

Inggris.

(188) Sofi : “Selamat ya Mas, kowe wes lulus sarjana.”

„Selamat ya Mas, kamu sudah lulus sarjana.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sofi pada data (188) yang

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „selamat‟ adalah untuk lebih

prestis, selain itu mitra tutur juga ingin menunjukkan kalau dia adalah orang

yang modern.

d. Menunjukkan Identitas Diri

(189) Bu Rusti : “Kowe ngapa, Damar, kok melu ibut neng dhapur? Oh, iya

ngerti. Kowe mesthi ketarik merga sing dimasak iwak grameh.

Kowe rak ahli perikanan.”

„Kamu kenapa, Damar, kok ikut ribut di dapur? Oh, iya tahu.

Kamu pasti tertarik karena yang dimasak ikan gurameh. Kamu

kan ahli perikanan.‟

(MN/SWS/27/2015)

Page 101: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

126

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (189)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „ahli perikanan‟ adalah untuk

menunjukkan identitas mitra tutur yang merupakan seorang ahli perikanan.

(190) Bu Rusti : “Kowe pancen kaya diplomat, Damar. Ya wis nek mung

ngono perkarane. Nek mung kok rengkuh kulawarga, utawa

kanca, aku ora pa-pa. Nanging aku tetep ngelingke, kowe dudu

bisa ngreksa jenengmu. Aja banget-banget rumaket nganti kaya

wong pacaran. Mundhak kepencut tenan. Sekar iku ayu,

Damar.”

„Kamu memang seperti diplomat, Damar. Ya sudah kalau

memang hanya seperti itu permasalahannya. Kalau hanya kamu

anggap keluarga, atau teman, aku tidak apa-apa. Tapi aku tetap

mengingatkan, kamu harus bisa menjaga namamu. Jangan

begitu dekat sampai seperti orang pacaran. Nanti malah

beneran tertarik. Sekar itu cantik Damar.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (190)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „diplomat‟ adalah untuk

menunjukkan identitas mitra tutur yang merupakan seorang yang

berpendidikan tinggi.

(191) Damarjati : “Aku kudu teka, dhik. Sabab aku iki konsultan perikanan ing

koperasi kono.”

„Aku harus datang, Dik. Karena aku ini konsultan perikanan di

koperasi itu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (191)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „konsultan perikanan‟ adalah

untuk menunjukkan identitas diri penutur yang merupakan seorang konsultan

perikana yang berpendidikan tinggi.

(192) Bu Rusti : “Dheweke pancen ayu lan wasis, Damar. Nanging kabeh

uwong wis ngerti yen dheweke iku babu. Piye bakal aloke

wong-wong mengko. Damarjati sarjana perikanan, nikah etuk

babu. Apa iku penak dirungu? Beda masalahe yen dheweke ora

mbabu. Upamane dheweke bakul ing kios pasar apa manager

toko, njur dadi bojomu. Damarjati sarjana perikanan, nikah

entuk manager toko. Rak penak dirungu, ora entuk babu.”

Page 102: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

127

„Dia memang cantik dan pintar, Damar. Tetapi semua orang

sudah tahu kalau dia itu pembantu. Bagaimana kata orang-

orang nanti. Damarjati sarjana perikanan, menikah dengan

babu. Apa itu enak didengar? Berbeda masalahnya jika dia

tidak jadi pembantu. Seandainya dia penjual di kios pasar atau

manager toko, lalu menjadi istrimu. Damarjati sarjana

perikanan, menikah dengan manager toko. Kan enak didengar,

bukan dengan pembantu.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Bu Rusti pada data (192)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „sarjana perikanan‟ adalah

untuk menunjukkan identitas diri mitra tutur yang merupakan seorang sarjana

perikanan dan berpendidikan tinggi.

e. Untuk Meyakinkan Mitra Tutur

(193) Sekarwangi : “Ibu, aku ora bakal selawase ana Jakarta. Yen wis cukup

akeh dhuwit celenganku, aku bakal mulih menyang ndesa,

adeg rumah makan ing omah tinggalane bapak, dakkemonah

miturut cara-cara sing tau daksinau ing sekolahanku. Insya

allah bakal dadi kondang satlatah padesane dhewe. Donga

pengestumu tansah ngancani lakuku, Ibu.”

„Ibu, saya tidak akan selamanya di Jakarta. Kalau sudah cukup

banyak uang tabunganku, aku akan pulang ke desa, mendirikan

rumah makan di rumah peninggalan bapak, saya kelola

menurut cara-cara yang pernah saya pelajari di sekolahanku.

Insya allah akan menjadi terkenal sewilayah pedesaan kita. Doa

restumu selalu menemani langkahku, Ibu.‟

(MN/SWS/27/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (193)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „insya allah‟ adalah untuk

meyakinkan atau menegaskan kepada mitra tutur bahwa maksud yang

dituturkan oleh penutur bersifat penting dan penutur akan menepati janji yang

diucapkannya.

(194) Sekarwangi : “Aku? Aku sing ora ngerti? Maksudmu apa Mas. Aku rak wis

nindakake kabeh dhawuhmu. Diajak ethok-ethok pacaran

kanggo mancing emosine Sofi. Kabeh wis mlaku beres, lan

kebukten dheweke mbatalake.”

„Aku? Aku yang tidak tahu? Maksudmu apa Mas. Aku kan

sudah melakukan semua perintahmu. Diajak pura-pura pacaran

Page 103: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

128

untuk mancing emosinya Sofi. Semua sudah berjalan beres, dan

terbukti dia membatalkan.‟

(MN/SWS/39/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Sekarwangi pada data (194)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „beres‟ adalah untuk

meyakinkan kepada mitra tutur bahwa penutur sudah melakukan tugasnya

dengan baik.

(195) Damarjati : “Insya Allah Ibu ora bakal gela. Dheweke wis janji,

sadurunge pamit mulih ndesa, dheweke arep nggolekake ganti

sing uga jujur lan pinter masak kaya dheweke.”

„Insya Allah Ibu tidak akan kecewa. Dia sudah berjanji,

sebelum pamit pulang ke desa, dia akan mencarikan pengganti

yang jujur dan pintar memasak seperti dirinya.‟

(MN/SWS/34/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (195)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „insya allah‟ adalah untuk

meyakinkan atau menegaskan kepada mitra tutur bahwa maksud yang

dituturkan oleh penutur bersifat penting dan penutur akan menepati janji yang

diucapkannya.

(196) Damarjati : “Insya allah bisa Bu, waton mbudidaya. Sesuk iki, rong ndina

aku ana Bogor nekani temu karya para pamiyara iwak dharat.

Sesuk arep dakperlokake mampir nyang kampus IPB nemoni

dekan. Arep nglamar dadi asisten dhosen ing kana.

„Insya Allah bisa Bu, asalkan berusaha. Besok itu dua hari saya

ke Bogor menghadiri temu karya para pemelihara ikan darat.

Besok saya sempatkan mampir ke kampus IPB menemui

dekan. Saya akan melamar jadi asisten dosen di sana.‟

(MN/SWS/40/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (196)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „insya allah‟ adalah untuk

meyakinkan atau menegaskan kepada mitra tutur bahwa maksud yang

dituturkan oleh penutur bersifat penting dan penutur akan berusaha untuk

menepati janji yang diucapkannya.

Page 104: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

129

(197) Damarjati : “Janjimu iku wis cukup gawe lega atiku, Dhik, lan bakal

dakugemi. Aku tinggalana alamatmu ing desa kana. Sadurunge

kentekan wektu sing kok cawisake, Insya Allah aku wis bakal

tekan kana.”

„Janjimu ini sudah cukup membuat hatiku lega, Dik, dan akan

aku tepati. Berikan aku alamatmu di desa sana. Sebelum waktu

yang kamu berikan sudah habis, Insya Allah aku sudah sampai

di sana.‟

(MN/SWS/42/2015)

Fungsi campur kode yang dilakukan oleh Damarjati pada data (197)

ditandai dengan kata yang bercetak tebal yaitu „insya allah‟ adalah untuk

meyakinkan atau menegaskan kepada mitra tutur bahwa maksud yang

dituturkan oleh penutur bersifat penting dan penutur akan berusaha untuk

menepati janji yang diucapkannya.

C. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode dan Campur Kode

dalam Cerbung Mulih Ndesa Karya Suryadi WS

Pada analisis mengenai faktor yang melatarbelakangi alih kode dan

campur kode dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS dipengaruhi oleh

faktor non-lingual, adapun faktor non-lingual tersebut dapat dijelaskan melalui

komponen tutur. Adapun komponen tutur yang dipakai untuk menganalisis latar

belakang penggunaan alih kode dan campur kode adalah: (1) Penutur, (2) Mitra

tutur, (3) Situasi tutur, (4) Tujuan tutur, dan (5) Hal yang dituturkan. Hal tersebut

dapat dilihat pada analisis data sebagai berikut.

1. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Alih Kode

(198) Damarjati : “Oh, Dhik Sekar. Aku ki ya kudu ngulinakne mandhiri Dhik.

Nek sawanci-wanci ana paran, kudu bisa ngurus awake

dhewe.”

Page 105: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

130

„Oh, Dik Sekar. Saya ini ya harus terbiasa mandiri Dik. Kalau

sewaktu-waktu ada di perantauan, harus bisa mengurus diri-

sendiri.‟

Sekarwangi : “Leres. Ning iki ora ana paran. Iki ana ndalem, babu loro

siyap kabeh. Gunane apa mbayar babu.”

„Benar. Tapi ini tidak di perantauan. Ini ada di rumah, babu dua

siap semua. Apa gunanya membayar babu.‟

Damarjati : “Mbok ora boba-babu wae ta.”

„Jangan boba-babu terus.‟

Sekarwangi : “Wong nyatane pancen babu kok, arep disebut apa. Babu ki

ya babu.”

„Kenyataannya memang babu kan, mau disebut apa. Babu itu

ya babu.‟

Damarjati : “Ya wis, aku gawekna kopi, babuku.”

„Ya sudah, aku bikinkan kopi, babuku.‟

Sekarwangi : “Lha rak ngono.”

„Lha kan gitu.‟

Bu rusti : “Kok gembyeng iki ana apa ta iki?”

„Mengapa ramai sekali ini ada apa sih?‟

Sekarwangi : “Menika lho Bu. Den Damar uthek badhe damel kopi. Kula

aturi lenggah mawon, badhe kula damelaken.

„Ini lo Bu. Den Damar repot membuat kopi. Saya suruh duduk

saja, biar saya buatkan.‟

Bu rusti : “Oo, beneran aku gawekna teh pisan, kanggo nganget

gulu. Terna nyang kamar ya, Sekar.”

„Oo, kebetulan saya bikinkan teh juga, untuk menghangatkan

tenggorokan.‟

Sekarwangi : “Inggih Bu.”

„Ya Bu.‟

(MN/SWS/35/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (198) adalah penutur (Damarjati),

mitra tutur (Sekarwangi), dan penutur ketiga (Bu Rusti). Hal yang dituturkan

adalah Damarjati ingin membuat minuman sendiri tapi Sekarwangi

mengatakan bahwa dia yang akan membuatkan minumannya, karena dia

adalah pembantu di rumah Damarjati. Situasi tutur yang tergambar pada data

di atas adalah percakapan terjadi di ruang dapur, terlihat dari percakapan

diantara penutur dan mitra tutur yang terjalin akrab. Faktor penyebab

terjadinya alih kode adalah karena hadirnya orang ketiga dan adanya

perubahan bahasa yang dilakukan oleh mitra tutur (Sekarwangi) yaitu dari

bahasa Jawa Ngoko ke bahasa Jawa Krama. Tujuan dari percakapan pada data

Page 106: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

131

di atas adalah mengajarkan kepada pembaca untuk menghormati orang yang

lebih tua.

(199) Damarjati : “Supaya olehe jagongan kepenak, wiwit saiki kowe ora sah

basa krama. Ngoko wae.”

„Biar ngobrolnya nyaman, mulai sekarang kamu tidak usah

pakai bahasa Krama. Ngoko saja‟

Sekarwangi : “Ah mboten, saure Sekarwangi. Kula menika rak namung

babu. Babu menika batur.” „Ah tidak, jawab Sekarwangi. „Saya ini kan hanya babu. Babu

itu pembantu‟

Damarjati : “O iya aku lali. Kowe ki batur lan aku bendara. Ngono ya?”

„O iya aku lupa. Kamu ini kan pembantu dan saya majikan.

Gitu ya?‟

Sekarwangi : “Inggih.”

„Iya‟

Damarjati : “Batur ki kudu ngajeni bendarane, ya”

„Pembantu itu harus menghormati majikannya, ya?‟

Sekarwangi : “Inggih.”

„Iya‟

Damarjati : “Didhawuhi apa-apa kudu manut, ya.”

„Disuruh apa-apa harus nurut, ya?‟

Sekarwangi : “Inggih ngaten.”

„Iya begitu‟

Damarjati : “Bener? Saiki bendaramu iki dhawuh: Sekar, wiwit saiki kowe

ora susah basa karo aku. Kudu manut.”

„Betul? Sekarang majikanmu ini menyuruh: Sekar, mulai

sekarang kamu tidak usah pakai bahasa Krama sama aku. Harus

nurut.‟

Sekarwangi : “Wah, ketleyek aku.”

„Wah ketipu saya‟

Sekarwangi : “Ya wis aku manut Mas. Aku arep didhawuhi ngapa?”

„Ya sudah saya nurut Mas. Saya akan disuruh apa?‟

Damarjati : “Ora dakkon ngapa-ngapa, mung dak jak jagongan. Ning

daktakon dhisik, jane kowe ki mau arep nyang endi?”

„Tidak aku suruh ngapa-ngapain, cuma ingin aku ajak ngobrol.

Tetapi aku mau tanya dulu, sebenernya kamu tadi mau

kemana?‟

(MN/SWS/33/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (199) adalah penutur (Damarjati)

seorang pemuda yang merupakan majikan dan mitra tutur (Sekarwangi) adalah

seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu di rumah Damarjati. Hal yang

dituturkan adalah Damarjati ingin lebih akrab dengan Sekarwangi. Situasi

tutur yang tergambar pada data di atas adalah percakapan terjadi di rumah,

Page 107: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

132

terlihat dari percakapan yang digunakan antara penutur dan mitra tutur yang

terjalin dengan akrab. Faktor penyebab alih kode yang dilakukan oleh mitra

tutur (Sekarwangi) adalah penutur yang merupakan majikannya meminta mita

tutur untuk menggunakan bahasa Jawa Krama ketika berbicara agar lebih

nyaman. Tujuan dari percakapan di atas adalah kita harus menghormati orang

lain dan tidak membeda-bedakan status sosial orang lain walaupun orang itu

hanya bekerja sebagai pembantu.

(200) Bu rusti : “Ingkang damel prihatosing manah kula menika Damarjati,

Pak. Kadospundi nasibipun mangke. Kanthi kedadosan

ingkang nempuh kulawarga menika, sedaya margi ingkang

sekawit menga kados-kados sampun sami katutup.”

„Yang membuat khawatir hati saya itu Damrajati, Pak.

Bagaimana nasibnya nanti. Dengan kejadian yang dialami

keluarga saat ini, semua jalan yang dulu terbuka seperti sedah

tertutup semua.‟

Mbah kardi : “Olehku teka mrene iki kajaba kepengin mbombong atimu lan

bojomu, uga arep ngrembug Damar. Yen kowe setuju, karepku

Damar arep dakjak menyang Klaten wae. Mengko golek

gaweyan ana kana.”

„Kedatangan saya kesini ini selain ingin membesarkan hatimu

dan suamimu, juga ingin membahas Damar. Jika kamu setuju,

Damar akan saya ajak ke Klaten saja. Nanti cari pekerjaan di

sana.‟

Bu Rusti : “Kula setuju, Pak.”

„Saya setuju, Pak.‟

Bu Rusti : “Piye Damar. Gandheng kahanan kaya ngene, kowe rak ya

njur rumangsa lingsem yen ketemu kanca-kancamu. Upama

kowe ndherek simbah ing klaten wae piye?”

„Bagaimana Damar. Karena keadaan seperti ini, kamu pasti

juga merasa malu jika bertemu teman-temanmu. Seandainya

kamu ikut Kakek ke Klaten saja bagaimana.‟

Damarjati : “Iya Bu. Nanging mengko Ibu niliki Bapak sing ndherekake

sapa?”

„Ya Bu. Tetapi nanti Ibu menjenguk Bapak yang mengantarkan

siapa?‟

Bu rusti : “Wis aja mikir kuwi. Iku perkara gampang. Mengko aku arep

langganan ojeg, saben dina methuk aku mrene. Andum gawe,

nak. Saiki kowe meleng mikir awakmu, golek dalaning rejeki

apa wae sing kok antebi amrih ing tembe uripmu bisa mulya.

Aku yakin kowe bisa, Nak. Dene Ibu, sajrone Bapakmu

nglakoni ukuman, Ibu tetep ana kene. Saben ndina niliki

bapakmu supaya ayem atine. Dhuwit lan barang sing isih

disarbeki cukup dak enggo urip nganti Bapakmu bebas telung

Page 108: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

133

taun maneh. Mobil pribadimu kuwi gawanen. Yen sawanci-

wanci butuh dhuwit rada akeh, mobil iku bisa kok dol.”

„Sudah jangan memikirkan itu. Itu masalah gampang. Nanti aku

akan berlangganan ojek, setiap hari menjemput aku ke sini.

Berbagi pekerjaan, Nak. Sekarang kamu mikir dirimu sendiri,

mencari jalan rezeki apa saja yang kamu inginkan agar besok

hidupmu bisa nyaman. Aku yakin kamu bisa, Anakku.

Sedangkan Ibu, selama Bapakmu menjalani hukuman, Ibu akan

tetap di sini. Setiap hari menjenguk Bapakmu supaya tenang

hatinya. Uang dan barang yang masih dimiliki cukup untuk

hidup sampai Bapakmu bebas tiga tahun lagi. Mobil pribadimu

itu bawalah. Jika sewaktu-waktu butuh uang yang agak banyak,

mobil itu bisa kamu jual.‟

(MN/SWS/44/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (200) adalah penutur (Bu Rusti), mitra

tutur (Mbah Kardi) yang merupakan mertua Bu Rusti, dan penutur ketiga

(Damarjati) yang merupakan anak Bu Rusti. Hal yang dituturkan adalah

kekhawatiran Bu Rusti akan masa depan Damarjati. Situsi tutur yang tergambar

pada data di atas adalah dalam keadaan yang sedang sedih, terlihat dari

percakapan yang terjadi di antara penutur dan mitra tutur yang sedang

kebingungan dan sedih. Faktor penyebab terjadinya alih kode adalah hadirnya

orang ketiga dan adanya perubahan bahasa yang dilakukan oleh penutur (Bu

Rusti) yaitu dari bahasa Jawa Krama ke bahasa Jawa Ngoko. Tujuan dari

percakapan pada data di atas adalah untuk memberitahukan kepada pembaca

bahwa semua masalah ada jalan keluarnya dan kita harus selalu tabah dan sabar

dalam menghadapi cobaan tersebut.

2. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Campur Kode

(201) Marsanti :”Wis kebacut nyemplung kali, pisan sing kebroh.”

‟Sudah terlanjur tercebur ke sungai, sekalian yang basah

kuyup.‟

Marta : “Maksudmu apa Santi?”

„Maksudmu apa Santi?‟

Marsanti : “Njembarake lapangan kerja.”

„Melebarkan lapangan kerja.‟

Page 109: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

134

Marsanti : “Pengin dadi tukang pijet panggilan. Golekna langganan,

nek ana sing butuh, aku pethuken mrene. Ning telpuna dhisik,

dadi yen Pak Jolang pas ana kene kowe ngerti.”

„Ingin jadi tukang pijet panggilan. Carikan pelanggan, kalau

ada yang membutuhkan, jemput saya di sini. Tetapi telfon

dahulu, jadi kalau Pak Jolang ada di sini kamu tahu.‟

(MN/SWS/31/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog pada data (201) adalah penutur

(Marsanti) adalah teman dekat dari mitra tutur (Marta). Hal yang dituturkan

dalam dialog tersebut adalah Marsanti ingin menjadi tukang pijat panggilan

dan dia meminta tolong kepada Marta untuk membantunya mencari

langganan. Situasi tutur yang tergambar pada tuturan di atas suasananya

serius, terlihat dari percakapan yang terjadi diantara penutur dan mitra tutur.

Faktor penyebab terjadinya campur kode yang dilakukan oleh penutur

(Marsanti) adalah karena untuk mempermudah menyampaikan

maksud/pikirannya kepada mitra tutur (Marta). Tujuan dari tuturan pada data

di atas adalah mengajarkan kepada pembaca untuk mencari pekerjaan yang

halal, bukan dengan cara yang tidak baik.

(202) Sekarwangi :”Ana masalah apa Tum, kok kepengin ketemu lan bisa

rembugan langsung karo aku?”

„Ada masalah apa Tum, kenapa ingin bertemu dan bisa

berbicara langsung dengan saya?‟

Tuminah :”Aku saiki nganggur, Sekar.

„Saya sekarang menganggur, Sekar.‟

Sekarwangi :”Apa kowe dilereni juraganmu?”

„Apa kamu diberhentikan majikanmu?‟

Tuminah :”Ora. Nanging juraganku sing bangkrut.”

„Bukan. Tapi majikanku bangkrut.‟

Sekarwangi : “Bangkrut? Lha sababe?”

„Bangkrut? Sebabnya apa?‟

Tuminah : “Juraganku ki jebule koruptor. Ditangkep petugas

ka-pe-ka, terus kabeh bandhane dirampas negara. Omah

pirang-pirang enggon, mobil mewah, simpenan dhuwit ing

bank, kabeh entek dirampas. Saiki sing wadon manggon ing

omah kontrakan cilik, karo anak-anake.”

„Majikanku itu ternyata koruptor. Ditangkap petugas KPK, lalu

semua hartanya dirampas negara. Rumah dibeberapa tempat,

mobil mewah, simpanan uang di bank, semua habis dirampas.

Page 110: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

135

Sekarang istrinya menempati rumah kontrakan kecil dengan

anak-anaknya.‟

Sekarwangi :”Lha terus kowe saiki ana ngendi?”

„Lalu sekarang kamu ada di mana?‟

Tuminah :”Sauntara iki aku isih melu ana kontrakane kono, sanadyan

wis ora dibayar, aku ora mentala ninggal semprung ngono

wae. Anake sing cilik dhewe ki kemelu banget karo aku. Ning

wis dakputusake, seminggu maneh aku arep pamit. Witikna

piye, aku ya butuh golek sndhang pangan.”

„Sementara ini saya masih ikut di kontrakannya, walaupun

sudah tidak dibayar, saya tidak tega meninggalkan begitu saja.

Anaknya yang paling kecil itu senang sekali kepada saya. Tapi

sudah saya putuskan, seminggu lagi saya akan pamit. Mau

bagaimana lagi, saya juga butuh mencari rejeki,‟

Sekarwangi :”Oalah, melas temen lelakone juraganmu.”

„Oalah, kasihan sekali keadaan majikanmu.‟

Tuminah :”Ya pancen melas. Nanging jane, minangka warga

masyarakat, aku ya seneng nek koruptor iku dicekeli kabeh, gek

bandha negara sing padha di korupsi iku dibalekake. Cobo

pikiren, Sekar, kanca-kanca ing desa kae, uripe kecingkrangan,

direwangi kedhungsangan buruh macul lan nyorok tandur,

sedina entuk dhuwit selawe ewu. Iku wae isih kober infak ing

mesjid, lan isih kober urun-urun kanggo ndandani dalan rusak.

Sing ana ndhuwur blanjane puluhan yuta isih kober nggaruki

bandhane rakyat kanggo mblendhukake wetenge dhewe. Apa

ora kebangeten ta , kuwi?”

„Iya memang kasihan. Tapi sebenarnya, sebagai warga

masyarakat, saya juga senang jika koruptor itu ditangkap

semua, lalu uang negara yang dikorupsi itu dikembalikan. Coba

pikirkan, Sekar, teman-teman di desa itu, hidupnya kesusahan,

sampai bekerja jadi buruh di sawah, sehari mendapat dua puluh

lima ribu. Itu saja masih bisa infak di masjid, dan masih bisa

iuran untuk memperbaiki jalan yang rusak. Yang di atas gajinya

puluhan juta masih bisa mencuri uang rakyat untuk mengisi

perutnya sendiri. Apa tidak keterlaluan itu?‟

(MN/SWS/37/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (202) adalah penutur

(Sekarwangi) adalah teman dekat dari mitra tutur (Tuminah), mereka sama-

sama bekerja sebagai pembantu. Hal yang dituturkan dalam dialog ini adalah

tentang Tuminah yang menceritakan kalau dia sudah berhenti bekerja sebagai

pembantu di rumah majikannya dikarenakan majikannya itu seorang koruptor

dan sekarang sudah dipenjara. Situasi tutur yang tergambar pada tuturan di

atas suasananya sedih dan terharu, dilihat dari percakapan penutur yang

Page 111: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

136

kebingungan karena kehilangan pekerjaan. Faktor penyebab campur kode

yang dilakukan mitra tutur dari tuturan bahasa Jawa yang tesisipi unsur bahasa

Indonesia adalah karena untuk mempermudah dalam berkomunikasi, agar

pikiran/maksud penutur dapat tersampaikan dengan baik. Tujuan dari

percakapan data (204) adalah untuk mengajak pembaca agar mengetahui

bahwa perbuatan korupsi sangat merugikan negara dan msyarakat, terutama

msyarakat kecil yang hidupnya masih dalam kesulitan

(203) Marsanti :”Mula aku ki ya wis ngetung-etung. Embuh kapan ora wurung

aku ya bakal mulih ndesa ora bali mrene maneh. Ngene wae

saiki kowe leren dhisik, leremna lan sarehna atimu, aku

daknyepakake mangan awan. Mengko kowe arep nyang endi

ngurusi apa, dak terke nganggo mobilku.

„Maka dari itu saya juga sudah memperhitungkan. Entah kapan

saya juga akal pulang ke desa tidak akan kembali ke sini lagi.

Begini saja sekarang kamu istirahat dulu, istirahat dan sabarkan

hatimu, saya akan menyiapkan makan siang. Nanti kamu mau

kemana, mengurusi apa, saya antarkan dengan mobil saya.‟

Sekarwangi : “Ah, mundhak ngrepoti kowe, aku daknumpak taksi wae.”

„Ah, nanti malah merepotkan kamu, aku naik taksi saja.‟

Marsanti :”Sekar! Kowe mitraku runtung-runtung mangkat ninggalake

desa menyang Jakarta. Saiki kowe nemu ribed, dadi aku wajib

mbantu. Cekake kowe menyang endi wae, nganti pungkasan

kowe nyang stasiun arep nyepur, ora kena numpak taksi.

Dakterke terus.

„Sekar! Kamu itu teman saya bersama-sama berangkat

meninggalkan desa ke Jakarta. Sekarang kamu ada masalah,

saya wajib membantu. Seingkatnya kamu mau kemana saja,

sampai terakhir kamu ke stasiun naik kereta, tidak boleh naik

taksi. Saya antarkan terus.‟

Sekarwangi :”Matur nuwun, Santi.”

„Terima kasih, Santi.‟

(MN/SWS/41/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (203) adalah penutur (Marsanti)

merupakan teman dekat dari mitra tutur (Sekarwangi) yang sama-sama dari

desa dan bekerja di Jakarta. Hal yang dituturkan dalam dialog ini adalah

tentang Sekarwangi yang sedang mengalami masalah dan Marsanti yang ingin

membantu Sekarwangi. Situasi tutur yang tergambar pada data di atas adalah

Page 112: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

137

suasana terharu, terlihat dari percakapan antara penutur dan mitra tutur yang

seolah menghibur mitra tutur yang sedang kesulitan. Faktor penyebab campur

kode yang dilakukan oleh mitra tutur (Sekarwangi) dari tuturan bahasa Jawa

Ngoko yang tersisipi unsur bahasa Indonesia adalah untuk memberi

kemudahan dalam berkomunikasi. Tujuan dari percakapan pada data di atas

adalah untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa kita harus saling

membantu ketika ada orang yang mengalami kesulitan terutama jika itu adalah

teman kita sendiri.

(204) Bu Rusti :”Ya wis nek mung iku tujuwanmu. Aku mung kuwatir yen kowe

duwe sir marang dheweke.”

„Ya sudah kalau hanya seperti itu tujuanmu. Saya hanya

khawatir kalau kamu mempunyai rasa sama dia.‟

Damarjati :”Umpama ngono tenan, apa kuciwane Ibu.”

„Seandainya memang seperti itu, apa ibu merasa kecewa.‟

Bu Rusti : “Dheweke pancen ayu lan wasis, Damar. Nanging kabeh

uwong wis ngerti yen dheweke iku babu. Piye bakal aloke

wong-wong mengko. Damarjati sarjana perikanan, nikah etuk

babu. Apa iku penak dirungu? Beda masalahe yen dheweke ora

mbabu. Upamane dheweke bakul ing kios pasar apa manager

toko, njur dadi bojomu. Damarjati sarjana perikanan, nikah

entuk manager toko. Rak penak dirungu, ora entuk babu.”

„Dia memang cantik dan pintar, Damar. Tetapi semua orang

sudah tahu kalau dia itu pembantu. Bagaimana kata orang-

orang nanti. Damarjati sarjana perikanan, menikah dengan

babu. Apa itu enak didengar? Berbeda masalahnya jika dia

tidak jadi pembantu. Seandainya dia penjual di kios pasar atau

manager toko, lalu menjadi istrimu. Damarjati sarjana

perikanan, menikah dengan manager toko. Kan enak didengar,

bukan dengan pembantu.‟

Damarjati :”Nek mung ngono we rak gampang ta, Bu. Sesuk Sekar

pocoten olehe mbabu ing kene, terus dakpeke. Rak wis dudu

babu maneh ta?”

„Kalau hanya seperti itu kan gampang, Bu. Besok Sekar

berhenti kerja jadi pembantu di sini, lalu saya jadikan istri. Kan

sudah bukan pembantu lagi?‟

Bu Rusti : “Kowe pancen kaya diplomat, Damar. Ya wis nek mung

ngono perkarane. Nek mung kok rengkuh kulawarga, utawa

kanca, aku ora pa-pa. Nanging aku tetep ngelingke, kowe dudu

bisa ngreksa jenengmu. Aja banget-banget rumaket nganti kaya

wong pacaran. Mundhak kepencut tenan. Sekar iku ayu,

Damar.”

Page 113: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

138

„Kamu memang seperti diplomat, Damar. Ya sudah kalau

memang hanya seperti itu permasalahannya. Kalau hanya kamu

anggap keluarga, atau teman, aku tidak apa-apa. Tapi aku tetap

mengingatkan, kamu harus bisa menjaga namamu. Jangan

begitu dekat sampai seperti orang pacaran. Nanti malah

beneran tertarik. Sekar itu cantik Damar.‟

(MN/SWS/34/2015)

Partisipan yang terlibat dalam dialog (204) adalah penutur (Bu Rusti)

yang merupakan ibu dan mitra tutur (Damarjati) adalah anaknya. Hal yang

dituturkan dalam dialog ini adalah tentang ketidak setujuan Bu Rusti jika

Damarjati dekat dengan Sekarwangi, karena Sekarwangi adalah pembantu.

Situasi tutur yang tergambar dari data di atas percakapan terjadi di rumah,

terlihat dari bahasa yang digunakan terlihat suasana akrab terjalin di antara

keduanya. Faktor penyebab campur kode yang dilakukan oleh penutur (Bu

Rusti) adalah untuk mempermudah komunikasinya dengan mitra tutur

(Damarjati) selain itu penutur ingin menunjukkan identitas diri dari mitra tutur

yaang merupakan seorang sarjana perikanan dan berpendidikan tinggi. Tujuan

dari percakapan pada data di atas adalah untuk menunjukkan kepada pembaca

untuk tidak menyombongkan apa pangkat yang kita miliki sekarang dan

membeda-bedakan status sosial orang lain

(205) Damarjati :”Kowe kerep mrene ta, Dhik?”

„Kamu sering ke sini ya, Dik?‟„

Sofi : “Iya, Mas. Meh sabmen malem Minggu aku mrene.”

„Iya, Mas. Hampir setiap malam Minggu aku ke sini.‟

Damarjati :”Saben malem Minggu? Njur apa wae sing dituku?”

„Setiap malam minggu? Lalu apa saja yang dibeli?‟

Sofi : “Ya apa sing daksenengi. Sok klambi, sok sepatu. Pokoke

saben ana modhel anyar aku tuku. Koleksi sepatuku lagi

rongatus pasang. Aku pengin duwe koleksi sepatu sewu

pasang.”

„Ya apa yang aku sukai. Kadang baju, kadang sepatu.

Pokoknya setiap ada model baru aku beli. Koleksi sepatuku

baru dua ratus pasang. Aku ingin punya koleksi sepatu seribu

pasang.‟

(MN/SWS/35/2015)

Page 114: BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Alih … · 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode

139

Partisipan yang terlibat dalam dialog (205) adalah penutur (Damarjati)

dan mitra tutur (Sofi). Hal yang dituturkan dalam dialog ini adalah tentang

Sofi yang senang sekali berbelanja di mall. Situasi tutur yang tergambar pada

tuturan di atas terjadi di sebuah mall, terlihat dari bahasa yang digunakan

penutur dan mitra tutur terlihat akrab satu sama lain. Faktor penyebab

terjadinya campur kode yang dilakukan oleh mitra tutur adalah untuk lebih

bergengsi, menunjukkan bahwa mitra tutur adalah orang yang modern. Tujuan

dari percakapan pada data di atas adalah untuk memberitahukan kepada

pembaca bahwa kita tidak boleh boros dan menghamburkan uang untuk

membeli barang yang tidak terlalu penting.