Bab ii agama

103
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman berlalu dengan sangat cepat. Kebudayaan serta pengetahuan manusia termasuk di dalamnya dalam ilmu kedokteran dan pengobatan pun turut berkembang dengan sangat pesat. Manusia mengenal narkoba (narkotika, psikotropika, dan obat-obatan berbahaya) pertama kali pada masa sebelum masehi. Manusia menggunakan dedaunan, buah-buahan, dan akar-akaran dari tanaman narkotika untuk diolah dan dijadikan sebagai obat. Namun seiring dengan perkembangan budaya dan pengetahuan yang amat pesat, mulai timbul penyalahgunaan akan narkoba ini. Yang dulunya narkoba digunakan hanya dalam ilmu medis dengan tujuan pengobatan tetapi sekarang banyak disalahgunakan dan dikonsumsi manusia dengan tujuan untuk mencari sensasi ringan, fly, perasaan senang, dan lain-lain. Padahal penggunaan narkoba selain dalam dunia medis adalah ilegal dan sangat berbahaya. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) membuktikan bahwa penyalahgunaan narkoba menimbulkan 1

Transcript of Bab ii agama

Page 1: Bab ii agama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jaman berlalu dengan sangat cepat. Kebudayaan serta

pengetahuan manusia termasuk di dalamnya dalam ilmu kedokteran dan pengobatan

pun turut berkembang dengan sangat pesat. Manusia mengenal narkoba (narkotika,

psikotropika, dan obat-obatan berbahaya) pertama kali pada masa sebelum masehi.

Manusia menggunakan dedaunan, buah-buahan, dan akar-akaran dari tanaman

narkotika untuk diolah dan dijadikan sebagai obat.

Namun seiring dengan perkembangan budaya dan pengetahuan yang amat

pesat, mulai timbul penyalahgunaan akan narkoba ini. Yang dulunya narkoba

digunakan hanya dalam ilmu medis dengan tujuan pengobatan tetapi sekarang banyak

disalahgunakan dan dikonsumsi manusia dengan tujuan untuk mencari sensasi ringan,

fly, perasaan senang, dan lain-lain. Padahal penggunaan narkoba selain dalam dunia

medis adalah ilegal dan sangat berbahaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) membuktikan bahwa

penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak antara lain merusak hubungan

kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan membedakan

antara yang baik dan buruk, gangguan kesehatan, merosotnya produktifitas, dan

bahkan mampu berujung pada kematian. Permasalahan penyalahgunaan narkoba

mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medis, psikiatri,

kesehatan jiwa, psikososial, sampai agama. Penyalahgunaan narkoba adalah penyakit

endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit kronik yang berulang kali

kambuh.

1

Page 2: Bab ii agama

Narkoba telah merusak generasi muda terutama di Indonesia. Narkoba dengan

mudah didapat, dan dikonsumsi. Mirisnya banyak pengguna maupun pecandu

narkoba ini masih berusia SMP sampai SMA dimana usia tersebut adalah usia kritis

dalam proses pencarian jatidiri. Berawal dari coba-coba atau ajakan dari teman satu

tongkrongan kemudian menjadi kebiasaan dan menjadi kecanduan. Secara tidak sadar

jumlah pecandu narkoba dari generasi muda di Indonesia sangatlah banyak.

Yang membuat hal tesebut lebih miris adalah jika kita mengingat bahwa

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Islam

jelas-jelas melarang narkoba dan juga alkohol (khamr). Dalam hukum Islam sudah

dijelaskan secara gamblang larangan tersebut dan bahayanya narkoba serta khamr

bagi tubuh. Sebagai seorang muslim, kita semua harusnya tunduk dan aptuh terhadap

hukum Islam. Namun pada kenyataannya semua serba terbalik.

Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis mengangkat tema tentang narkoba

serta pandangan Islam terhadapnya. Dalam makalah ini berisi pengetahuan umum

mengenai narkoba dan bagaimana pandangan Islam terhadap narkoba Penulis

berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana, ringkas, dan mudah

dimengerti supaya pembaca dapat memahaminya dengan mudah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa narkoba itu?

2. Bagaimana sejarah narkoba?

3. Bagaimana awal mula penyalahgunaan narkoba?

4. Apa saja jenis-jenis narkoba?

5. Apa dampak narkoba terhadap penggunanya?

6. Bagaimana peraturan perundang-undangan mengenai narkoba?

7. Bagaimana pandangan Islam terhadap narkoba?

8. Bagaimana terapai terhadap pecandu narkoba secara Islami?

2

Page 3: Bab ii agama

1.2 Tujuan

1. Memberikan pengetahuan secara umum mengenai narkoba dan jenis-jenisnya.

2. Memberikan pengetahuan tentang dampak dari penyalahgunaan narkoba.

3. Memberikan pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan mengenai

narkoba.

4. Menjabarkan pandangan Islam mengenai narkoba.

1.3 Manfaat

Sesuai dengan tema yang penulis angkat yaitu tentang narkoba serta

pandangan Islam tentang narkoba, penulis coba menjelaskan narkoba dari segi arti,

sejarah, penyalahgunaan, peraturan perundang-undangan, pandangan menurut Islam,

serta terapi-terapinya yang bersifat Islami. Penulis berharap dengan makalah ini dapat

memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai narkoba secara umum dan dari

pandangan Islam. Manfaat lain adalah penulis berharap agar pembaca dapat

membentengi diri dari narkoba, tidak ikut terjun ke dalam dunia haram tersebut. Lalu

lebih luasnya lagi penulis berharap agar pembaca dapat mengajak serta orang-orang

terdekat dari pembaca supaya berhati-hati dan mampu menjaga diri dari narkoba.

3

Page 4: Bab ii agama

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Narkoba

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik

dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya

(Kurniawan, 2008). Sedangkan pengertian menurut ahli kesehatan narkoba adalah zat

psikotropika yang digunakan sebagai anestesi sebelum dilakukan tindakan operasi,

namun dewasa ini pemakaian psikotropika di salah artikan karena penggunaannya

yang tanpa dosis.

Istilah narkoba berasal dari terjemahan kata drugs. Secara awam orang

menterjemahkan drug sebagai bahan kimia yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh

akan memberika efek pada perasaan, pemikiran, dan tingkah laku.

2.2 Penggolongan Narkoba

Narkoba dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif lainnya.

2.2.1 Narkotika

Narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi

yang  menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh (Soerdjono

Dirjosisworo). Pengaruh yang ditimbulkan antara lain hilangnya kesadaran,

hilangnya rasa nyeri, rangsangan semangat serta halusinasi.

Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu,

4

Page 5: Bab ii agama

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya.

Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian

dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.

b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :

petidin, benzetidin, dan betametadol.

c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya

adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.

Contoh : kodein dan turunannya.

2.2.2 Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku (Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).

Psikotropika digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu,

a. Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang

sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang

diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya

adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :

amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.

c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya

adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :

lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki

daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh

: nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.

5

Page 6: Bab ii agama

2.2.3 Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi

oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan

ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin

menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi

efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa

Yang tergolong zat adiktif adalah

a. Rokok

b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan

menimbulkan ketagihan.

c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan

aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia,

2008).

Penggolongan narkoba menurut efeknya

2.2.5 Depresant

Depresant memiliki efek menekan serta menurunkan fungsi sistem saraf

pusat (Central Nervous System/CNS), tetapi tidak harus membuat seseorang

merasa depresi. Akibat dari penggunaan golongan zat ini antara lain dapat

menurunkan denyut nadi dan fungsi pernafasan, menimbulkan rasa rileks dan

ngantuk. Depresant dapat mengakibatkan menurunnya tingkat koordinasi,

konsentrasi dan keseimbangan. Beberapa jenis depressant juga dapat

menyebabkan euphoria (perasaan bahagia yang berlebihan).

Depresant biasanya digunakan untuk mengurangi kecemasan, stress dan

perasaan yang tertahan (inhibition). Penggunaan dalam dosis tinggi dapat

menyebabkan hilangnya kesadaran oleh karena nafas dan detak jantung

melemah. Efek yang biasanya tampak pada pengguna depressant adalah

suara/bicara seperti tertelan, gerakan sempoyongan dan tidak terkoordinasi.

Efek lainnya adalah mual, muntah, koma dan mati.

6

Page 7: Bab ii agama

Termasuk dalam golongan depressant antara lain alcohol, ganja, opiates

(heroin, morfin, codein), methadone, obat penenang/obat tidur, dan bahan

pelarut (solvent).

2.2.6 Stimulan

Stimulan adalah kebalikan dari depressant yang bekerja dengan

meningkatkan fungsi sistem saraf pusat dan mempercepat produksi impuls

saraf. Penggunaan stimulan akan mengakibatkan meningkatnya detak jantung,

tekanan darah, suhu tubuh, meningkatkan kewaspadaan, gairah/ semangat dan

energi, dan mungkin meningkatnya rasa percaya diri. Penggunaan stimulan

juga dapat mengakibatkan menurunkan nafsu makan, pupil mata membesar,

talkative, agitasi dan susah tidur. Sebagian stimulan dapat mengakibatkan rasa

haus dan mengurangi kelelahan.

Penggunaan dalam dosis besar dapat menimbulkan rasa cemas, panic,

sakit kepala, pandangan kabur, kram perut, agresi dan paranoia. Yang

termasuk dalam kelompok stimulan antara lain: nikotin, kafein, amphetamine,

kokain, dan tablet pelangsing (duramine, sanorex dan lain-lain).

2.2.7 Halusinogen

Cara kerja halusinogen adalah dengan mengaburkan persepsi pengguna

terhadap realita yang ada baik penglihatan, pendengaran, maupun orientasi

terhadap waktu/tempat. Efek halusinogen biasanya susah untuk diprediksi.

Efek psikologis sangat bergantung pada mood dan konteks pada saat

menggunakannya. Halusinogen dapat mempengaruhi perasaan emosi,

euphoria, dan rasa bahagia. Efek negatif yang sering timbul adalah perasaan

panik, paranoia, dan kehilangan hubungan dengan realita.

Efek halusinogen pada fisik ditandai dengan pembesaran bola mata,

hilangnya nafsu makan, meningkatkan aktivitas, bicara atau tertawa-tawa,

7

Page 8: Bab ii agama

rahang berdetak, berkeringat, dan kadang-kadang terjadi kram perut dan mual-

mual.

Termasuk dalam kelompok ini antara lain LSD (Lysergic Acid

Diethylamide), magic mashroom (psilosibin), mescaline (peyote cactus), PCP

(Phencyclidine), ecstasy, ketamine, dan marijuana (ganja).

2.3 Sejarah Narkoba

2.3.1 Sejarah Narkoba di Dunia

Sejarah opium dimulai sejak 3000 SM, ketika bangsa Mesopotamia mulai

menanamnya. Sejak saat itu, para penduduk telah menanan dan menggunakan opium

sebagai narkotika dan sebagai obat dalam dalam bidang kedokteran.

Di daerah Asia penyebaran opium sangat meluas. Minat Negara Inggris atas

keuntungan penjualan opium yang sangat besar sempat menimbulkan peperangan

hingga dua kali dengan Cina pada sekitar tahun 1800-an. Opium yang sering disubut

“emas hitam” sangat berharga dan bahkan digunakan sebagai pengganti uang dalam

perdagangan.

Di akhir tahun 1900-an perdagangan opium di wilayah Thailand, Laos, dan

Birma dikenal sebagai perdagangan “segitiga emas”. Sampai hari ini, “Obat terlarang

memasuki Kamboja dari daerah Segitiga Emas di sepanjang perbatasan-perbatasan

Thailand, Laos dan Birma,” lalu melalui Kamboja menuju Thailand dan Vietnam

untuk diekspor,” (Issues for Engagement: Asian Perspectives on Transnational

Security Challenges, 2010). Negara-negara Segitiga Emas telah matang dalam

membuat dan mengedarkan obat terlarang. Para laboratorium tersembunyi yang

ditunjang oleh sindikat kejahatan yang teratur membuat obat-obat terlarang di daerah-

daerah Kamboja yang jarang penduduknya dan perbatasan-perbatasan yang bercelah

memancing para penyelundup untuk melewati hutan-hutannya yang terpencil (Asia-

Pacific Center for Security Studies).

2.3.2 Sejarah Opium di Asia

8

Page 9: Bab ii agama

Tahun 1600-an

Penduduk Persia dan India mengonsumsi makanan dan minuman yang di

campur dengan opium dengan maksud untuk bersenang-senang. Pedagang Portugis

membawa Poium asli india ke Cina untuk diperdagangkan.

Tahun 1700-an

Orang-orang Belanda megekspor opium dari India ke Cina dan pulau-pulau

disekitar Asia Tenggara. Pedagang Belanda juga mengajarkan kepada masyarakat

Cina cara menghisap opium dari pipa tembakau.

Tahun 1729

Kaisar Cina Yung Cheng melarang orang Cina untuk menghisap opium dan

melarang penjualan opium di dalam negeri kecuali dengan surat ijin untuk

kepentingan pengobatan.

Tahun 1767

Angka impor perusahaan British East India Co. ke Cina hingga mencapai

jumlah sebanyak 2.000 peti dalam setahunnya. Satu peti dapat memuat 60 kilogram

opium mentah.

Tahun 1839

Raja Thai Rama III mengenalkan hukuman mati untuk pengedar besar opium.

Namun masalah opium terbukti terlalu luas bagi para petugas untuk diberantas.

Tahun 1842

Inggris mengalahkan Cina dalam Perang Opium pertama yang berlangsung

tahun 1839 sampai 1842. Kemudian Inggris memaksa Cina untuk tetap membuka

jalur perdagangan opium dan akhirnya Cina menyerahkan Hong Kong kepada

Inggris. Hong Kong berkembang menjadi sebuah tempat perpindahan penting bagi

opium India untuk memasuki pasar Cina yang sangat besar.

Tahun 1856

Orang-orang Inggris dan Perancis kembali memulai permusahanya dengan Cina

dengan mengobarkan Perang Opium kedua antara tahun 1856 sampai 1860. Di tahun

9

Page 10: Bab ii agama

1860 impor opium disahkan secara hukum, dan sejak saat itu Cina mulai menanam

opiumnya sendidri dalam jumlah besar.

Tahun 1898

Heinrich Dreser, yang bekerja untuk Bayer Co. di Elberfeld, Jerman,

menemukan bahwa mengencerkan morfin dengan asetyl menghasilkan suatu obat

tanpa menimbulkan efek samping. Bayer mulai membuat diasetylmorfin dan

menamakannya “heroin”, dari kata Jerman heroisch yang berarti heroic (bersifat

seperti pahlawan). Heroin tidak diperkenalkan secara umum selama tiga tahun

berikutnya.

Tahun 1900-an

Sebuah lembaga dermawan A.S. Saint James Society mengadakan kampanye

untuk menyebarluaskan heroin secara gratis kepada para pecandu morfin yang sedang

berusaha berhenti.

Tahun 1910

Setelah 150 tahun lamanya gagal dalam usaha untuk membebaskan negara

mereka dari opium, orang-orang Cina berhasil membujuk Inggris untuk

menggagalkan perdagangan opium antara India dan Cina.

Tahun 1940-an

Perang Dunia Kedua sempat memotong aliran perdagangan opium dari India

dan Persia. Khawatir akan kehilangan monopoli perdagangan opiumnya, Perancis

mendesak petani Hmong dari daerah pegunungan di selatan Cina untuk memperluas

penanaman opiumnya.

Tahun 1960-an

Para pedagang opium Asia Tenggara mendirikan pabrik-pabrik penyulingan

heroin pertama di pertengahan tahun 1960-an di perbukitan di Laos, di seberang

sungai Mekong dari Chiang Khong di Thailand. Kemudian, mereka membangun

lebih banyak pabrik lagi di perbatasan Thai-Birma.

Tahun 1978

10

Page 11: Bab ii agama

Wabah heroin menurun dan pencarian atas sumber bahan baku opium menuju

Sierra Madre di Meksiko. “Mexican Mud” untuk sementara menggantikan heroin

“China White” sampai tahun 1978. Pada tahun yang sama, pemerintah A.S. dan

Meksiko menyemprot ladang opium dengan herbisida yang menurunkan jumlah

“Mexican Mud” di A.S. Untuk menutupi kekurangan pasokan, daerah “Golden

Crescent” (Bulan Sabit Emas) di Iran, Afganistan dan Pakistan meningkatkan

pembuatan dan perdagangan heroin gelap.

Tahun 1988

Pemimpin militer Birma meningkatkan pembuatan opium berdasarkan

peraturan State Law and Order Restoration Council (Dewan Pemulihan Hukum dan

Perintah). A.S. mencurigai bahwa adanya sebuah pengiriman besar heroin sejumlah

2.500 pon yang disita di Thailand, dengan tujuan New York yang berasal dari

Segitiga Emas.

Tahun 1993

Angkatan Darat Thailand dengan bantuan Biro Penerapan Hukum Obat-obatan

Terlarang A.S. melancarkan kegiatan penghancuran ribuan akre tanaman opium di

daerah Segitiga Emas.

Tahun 1995

Segitiga Emas kini menjadi penghasil opium utama, menghasilkan 2.600 ton

setiap tahunnya. Menurut para ahli obat terlarang A.S., para pengedar obat terlarang

telah menciptakan jalur perlintasan baru dari Birma melalui Laos menuju bagian

selatan Cina, Kamboja dan Vietnam. Sebagai perbandingan, panen tahun 1987 di

Birma mencapai 836 ton opium mentah; di tahun 1995 hasilnya meningkat menjadi

2.340 ton.

2.4 Penyalahgunaan Narkoba dalam Lintasan Sejarah

Pertama kali narkoba ditemukan semula diperuntukkan bagi kepentingan

pengobatan dan menolong orang sakit. Sejak zaman prasejarah menusia sudah

mengenal zat psikoaktif (termasuk didalamnya narkotika, psikotropika, alkohol dan

11

Page 12: Bab ii agama

zat-zat lainnya yang memabukkan). Berbagai dedaunan, buah-buahan, akar-akaran,

dan bunga dari berbagai jenis tanaman yang sudah lama diketahui manusia purba

akan efek farmatologinya. Sejarah mencatat, ganja sudah digunakan orang sejak

tahun 2700 SM. Opium misalnya, telah digunakan bangsa Mesir kuno untuk

menenangkan bagi yang sedang menangis. Meskipun demikian, disamping zat-zat

tersebut digunakan untuk pengobatan, namun tidak jarang pula digunakan untuk

kepentingan kenikmatan.

Dalam kehidupan Arab Jahiliyyah, tradisi meminum minuman keras (khamr)

sangat kental dan sudah mendarah dagimg sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dari

kehidupan masyarakat pada masa itu. Budaya "mencekik botol" istilah bagi peminum

minuman keras (khamr) dianggap sebagai kenikmatan tertinggi dan merupakan

prestasi tersendiri manakala seseorang mampu bergelimangan dengan zat aktif

tersebut. Dengan demikian, tradisi ini pada masa Arab klasik dianggap sebagai

simbol supremasi diri dan gengsi pribadi.

Hasyis (ganja) telah disalahgunakan oleh Hasyasyin (salah satu sekte syiah

ismailiyah). Disebut juga Nizar al-Mutansir, putra sulung al-Mutansir (Khalifah

Fatimiyah, 427-428 H/1036-1094 M) dalam merenut kekuasaan, mengorganisasi

kekuasaan, dan melahirkan satu basis politis yang disebut "Negara Ismaliyah

Nizariyah".

Para pemimpin Hasyasyin menuntut kesetiaan para pengikutnya dengan cara

membuat mereka mabuk kepayang dengan hasyis. Dengan cara ini mereka merasakan

kenikmatan dan kegirangan dalam "surga", sehingga seorang pengikut hasyasyin

bersedia mati untuk memperoleh kembali kenikmatan "surgawi" itu. Ketika guru

agung merencanakan untuk membunuh pangeran, raja atau seorang pejabat misalnya,

dan memerintahkan pengikut Hasyasyin itu untuk melaksanakan tugas tersebut, ia

bersedia karena guru agung menjanjikan akan membawanya kembali ke surga jika ia

berhasil melaksanakannya.

Seiring dengan perlaihan zaman yang ditandai dengan kemajuan peradaban

manusia dalam bidang teknologi, maka manusia pun dapat mengolah zat-zat

12

Page 13: Bab ii agama

psikoaktif tersebut dengan cara yang sangat canggih pula. Pada tahun 800-an,

manusia telah dapat menemukan proses penyulingan. Sebelumnya minuman keras

hanya memiliki kadar alkohol kurang dari 15% dikarenakan proses pembuatannya

hanya merupakan permentasi alamiah saja. Opium yang digunakan sejak tahun 5000

SM dolah secara alamiah dengan kadar narkotika yang relatif rendah. Tahun 1805 M,

ilmu pengetahuan menemukan morphine yang merupakan kadar murni dalam opium

itu. Tahun 1834, jarum suntik ditemukan dan hal ini menyebabkan timbulnya cara

baru untuk memakai morphine. Ditemukannya cocaine pada mulanya untuk

menyembuhkan bagi mereka yang ketagihan morphine. Cocaine memang dapat

menyembuhkan ketagihan morphine, akan tetapi ketagihan morphine justru berpindah

menjadi ketagihan cocaine.

Hubungan antarbangsa di dunia yang juga bertambah pesat, berawal dari

penjajah dunia barat yang berhasil menemukan zat psikoaktif pada bangsa-bangsa di

benua Asia, Afrika, dan Amerika yang secara kondusif memperlancar penyebaran di

wilayah-wilayah tersebut. Dewasa ini, kemjuan di bidang teknolohi telekomunikasi

dan media massa yang begitu cepatnya, berimplikasi pada tersebarnya psikoaktif dan

semakin dikanal umat manusia, serta semakin bertambah pada kasus-kasus

penyalahgunaan narkoba.

Pengguan zat psikoaktif pada satu sisi terkadang memiliki keterkaitan

dengankeadaan suatu masyarakat. Hal ini disebabkan beberapa zat tertentu

dibenarkan pemakaiannya oleh masyarakat tertentu pula, karena berhubungan dengan

adat dan keberagaman. Sedangkan zat yang sama ditentang oleh bangsa lain.

Adakalanya zat tertentu dipakai karena kebiasaan, tanpa adanya penilaian baik atau

buruk oleh masyarakat tersebut, pada tahap selajutnya justru diakui keberadaanya.

Aatau sebaliknya, yang dulu dianggap biasa kemudian malah dikecam.

Salah satu jenis narkoba yang ada pada zaman dahulu adalah candu yang

digunakan oleh sebagian kecil masyarakat. Candu diperkirakan berasal dari

pegunungan Mediterania. Sedangkan di Asia dikenal dengan daerah Segitiga Emas

(the Golden Triangle), yang dianggap merupakan tempat terpenting sebagai penghasil

13

Page 14: Bab ii agama

narkoba dunia saat ini. The Golden Triangle adalah daerah perbatasan antara Bima,

Thailand, dan Laos yang dapatt menghasilkan 2/3 candu gelap dunia.

Di Sarides dalam abad I masehi telah digunakan secara jelas tanamab Papaver

Somniverum L yang menghasilkan candu, opium, morphine, dan heroin sebagai

tanaman obat seperti yang ada pada zaman sekarang ini. Penduduk Mesopotamia dan

bangsa Assyira pun sudah menanam Papaver Samniverum L tersebut. Dari daerah ini

tanaman tersebut menyebar ke arah timur.

Penanaman Papaver Semniverum L secara besar-besaran beru terjadi di India

dan Cina pada abad VII. Kebiasaan menghisap candu yang menjadi ciri khas di

kawasan Timur Jauh, belum dikenal sampai penemuan benua Amerika oleh

Columbus tahun 1492. Kesukaan menghisap candu baru menjadi masalah besar di

Cina setelah Cina menjadi saluran utama perdagangan candu oleh maskapai Inggris,

British East India Company (BEIC) dan Belanda.

Pada tahun 1790, BEIC berhasil menjual candu ke Cina. Dan pada tahun 1838

meningkat kemelut perang candu I yang terjadi pada tahun 1839-1942 setelah candu

gelap Inggris dibatalkan oleh Cina. Perang antara Cina dan Inggris berlangsung

kembali antara tahun 1856-1858 dengan kekalahan pihak Cina. Akibat kekalahan

tersebut, Cina terpaksa membuka pintu dan memasukkan candu melalui beberapa

pelabuhan.

Kemudian candu sampai ke pulau Sumatra dan Jawa yang merupakan daerah

lalulintas perdagangan bersamaaan dengan perjalanan imigran Cina. Penggunaan

candu dan penyebaran tanamannya terus berkembang samapi akhirnya bangsa

Belanda menguasai Nusantara, salah satu wilayahnya yang silih berganti menjadi

rebutan Portugis, Inggris, Belanda, demi keuntungan perdagangan mereka, termasuk

perdagangan candu.

Seteleh menjadi barang daganan VOC, pemasukan candu ke pulau Jawa

meningkat, terutama setelah VOC memegang monopoli impor ke kerajaan Mataram

pada tahun 1696, kesultanan Cirebon pada tahun 1678 dan kemudian wilayah

kesultanan Banten.

14

Page 15: Bab ii agama

Kebanyakan candu didatangkan oleh VOC dari jajahannya di Bengala India.

Pada tahun 1471 dibentuk maskapai penerbangan candu yang berbentuk Perseroan

Terbatas (PT) dengan pemegang saham para pejabat VOC. Namun pada tahun 1774,

maskapai tersebut dibubarkan karena keuntungannya dianggap hanya untuk pejabat,

bukan untuk kepentingan dan keuntungan VOC.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, usaha untuk membatasi pemakaian

candu dilaksanakan dengan peraturan. Pada masa pakter candu tempat penjualan dan

penghisapan (Bambon) menjadi satu. Tetapi setelah adanya regil, keluar ketentuan

tidak boleh dilakukan penjualan candu di Bmbon. Bambon hanya terbuka bagi laki-

laki bukan Eropa yang telah dewasa, yakni berumur diatas 18 tahun.

Pada tahun 1905 di seluruh pulau Jawa terdapat 755 Bambon dan pada tahun

1912 mengalami penurunan 74 Bambon sedangkan di luar pulau Jawa, hanya terdapat

40 Bambon. Di pulau Jawa 32% pembeli candu adalah orang Cina dan 68%

penduduk pribumi. Untuk diedarkan, candu itu dibuat kemasan antara 0,2-5 gram

dengan bentuk khusus untuk daerah pemasaran tertentu. Peredaran dan pelaksanaan

penjualan candu dikerjakan oleh mantri candu yang tersebar di seluruh wilayah

Hindia Belanda.

Dalam melakukan pengawasan dan peraturan, pemerintah Hindia Belanda

menggunakan landasan ordonasi obat narkotika (Verdoovende Middelen

Ordounantie, Stbl. 1927 No. 278), Ordonasi Opium Regi (Regi Opium Ordonantie,

Stbl. 1927, No. 279), dan peraturan-peraturan Perdagangan Opium Verpaking's

Bepalingen 1927, Stbl. No. 514.

Berdasarkan sejarah diatas, maka menurut hemat penulis, bahwa permasalah

narkoba sebenarnya telah terjadi sejak zaman dahulu bahkan hingga saat ini. Pada

kolonialisme Belanda saja, pengguna narkoba mencapai 3000 orang, bahkan pernah

mencapai 10.000 orang. Hal ini bukan sesuatu yang tidak mungkin tejadi mengingat

bahwa Indonesia terletak di tempat yang strategis untuk jalur perdagangan gelap.

2.5 Jenis-Jenis Narkoba

15

Page 16: Bab ii agama

a. Opioid (Opiat)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver

somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama

Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan

narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium.

opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin

(diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

Efek Samping

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan

penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal,

peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya

melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam

identitas seksual, kematian karena overdosis.

Gejala Intoksitasi (keracunan) Opioid

Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat )

dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah

pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau

daya ingat. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara

klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi

psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan )

yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

Gejala Putus Obat

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis

terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu

atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak

intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari

16

Page 17: Bab ii agama

setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih

lama.

Gejala Putus Obat dari Ketergantungan Opioid

Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea

lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi

temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia. Seseorang dengan ketergantungan

opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki

penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.

Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan

kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu

selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin

menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan,

iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

Turunan Opioid (Opiat) yang sering disalahgunakan adalah :

a) Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah

yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah

ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman

dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah

yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung

bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya

coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng

dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap

999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

b) Morfin

17

Page 18: Bab ii agama

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan

alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung

halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara

dihisap dan disuntikkan.

c) Heroin (putaw)

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan

jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir

ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang

menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan,

penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia

bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya

yang baik.

d) Codein

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah

daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.

Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan

disuntikkan.

e) Demero

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau

dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

f) Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan

opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan

ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,

termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan

18

Page 19: Bab ii agama

propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam

pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati

overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone

(Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah

senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan

senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine

(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah

suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis

opioid : putauw, etep, PT, putih.

g) Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat

yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman

belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari

tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk

mendapatkan efek stimulan.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk

pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga

membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin

dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.

Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk

yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

Efek Samping yang Ditimbulkan

Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia,

peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain

dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas

kognitif.

19

Page 20: Bab ii agama

Gejala Intoksitasi Kokain

Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti

agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan

kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia

Hipertensi Midriasis.

Gejala Putus Zat

Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi

depresi pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai dengan disforia, anhedonia,

kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.

Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang

dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai

satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.

Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh

diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri

gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam

( Valium ).

2.6 Jenis-Jenis Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan

narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabjan perubahankahas pada aktivitas mental dan

perilaku.

Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf

pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi

(mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat

menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi

para pemakainya.

20

Page 21: Bab ii agama

Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan

pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak

saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam

penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan

menimbulkan kematian.

Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu

Psikotropika gol. I, Psikotropika gol. II, Psyko Gol. III dan Psikotropik Gol IV.

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah

psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II

yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.

a) Ekstasi

Rumus kimia Ekstasi adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine

(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu.

Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami

kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah

periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. Ekstasi mulai bereaksi setelah

20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh

akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta

mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.

Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan

bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut

biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita

menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala

terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa

membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-

hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4

sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

b) Shabu-Shabu

21

Page 22: Bab ii agama

Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi

dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu

ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah

Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai

filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai

yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang

yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.

Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang

berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang

sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai

mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai

persoalan / masalah dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi.

Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: masalah + sabu = sangat

berbahaya.

Selain itu, pengguna Shabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai

dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang

dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia

mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of Diminishing

Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan.

Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang

mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang

drastis selama memakai Sabu. Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap

susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :

a. Depresan, yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas

susunan saraf pusat (Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain :

Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).

b. Stimulan, yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya

amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat

dalam kandungan Ecstasi.

22

Page 23: Bab ii agama

c. Halusinogen, yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi

atau khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine,

micraline. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya

mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya

dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral, sehingga

menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.

2.7 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya

Segala zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun

campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara

langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik,

mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan

Narkotika dan Psikotropika atau zat-zat baru hasil olahan manusia yang

menyebabkan kecanduan.

a) Minuman Keras

Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.

Minuman keras terbagi dalan 3 golongan yaitu:

- Gol. A berkadar Alkohol 01%-05%

- Gol. B berkadar Alkohol 05%-20%

- Gol. C berkadar Alkohol 20%-50%

Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di dalamnya :

- Bir, Green Sand 1% - 5%

- Martini, Wine (Anggur) 5% - 20%

- Whisky, Brandy 20% -55%.

Efek Samping Yang Ditimbulkan

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera

dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari

jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol

23

Page 24: Bab ii agama

menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan

emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.

Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa

lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih

emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik -

motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi

motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri. Kemampuan mental mengalami

hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu,

mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.

Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan

bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar).

Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul

perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu

menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini,

kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk

menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang

dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol

tingkahlakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti

yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil

yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.

Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah

kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak.

Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat - obatan berbahaya

lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari

penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis

akan lebih besar.

b) Nikotin

24

Page 25: Bab ii agama

Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk

nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok,

cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan

dikunyah (tembakau tanpa asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok

sudah menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi kesehatan

tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok.

Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.

Efek Samping Yang Ditimbulkan

Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan

perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah.

Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan

perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran

darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebtral.

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah

serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai

relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin

adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat

mematikan, karena paralisis ( kegagalan ) pernafasan.

c) Volatile Solvent atau Inhalensia

Inhalensia dalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap.

Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan

seperti ini disebut inhalasi. Zat adiktif ini antara lain:

- Lem UHU

- Cairan Pencampur Tip Ex (Thinner)

- Aceton untuk pembersih warna kuku, Cat tembok

- Aica Aibon, Castol

- Premix

25

Page 26: Bab ii agama

Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh

sebab itu banyak dijtemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh

spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet,

cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik ( tip-Ex ),

perekat kayu, bahan pembakarm aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan

ke dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung.

Gambaran Klinis

Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan

perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan.

Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupa rasa ketakutan, ilusi sensorik,

halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat

termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan

ataksia ) . Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas

emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, Kalaupun

ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual,

muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai waham dan halusinasi.

Efek Yang Merugikan

Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena

depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau

cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan

hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanent.

d) Zat Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. Mereka

membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu

dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara

26

Page 27: Bab ii agama

sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak

yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket

fuel dan lain-lain.

2.8 Gejala Ketagihan Narkoba

Ada beberapa gejala, seseorang yang ketagihan (adiksi) terhadap narkoba.

Gejala-gejala itu seperti: tulang sekujur badan terasa sakit dan linu, otot terasa kaku,

kepala seperti hendak pecah, tenggorokan berisi cairan kental, mata berair, hidung

berlendir seperti terkena flu, terus-menerus batuk, sering menguap padahal tidak

mengantuk, bulu kuduknya berdiri, tekanan darah tinggi, suhu tubuh jauh di atas

normal, perut terasa melilit, mencret-mencret tidak terkendali, menggigil kedinginan,

tidak berani menyentuh air, dan menyembunyikan diri dari lingkungan keluarga.

Menurut Dr. Lutfi Baraza, terdapat tiga pendekatan terjadinya penyalahgunaan

dan ketergantungan narkoba, yaitu pendekatan organobiologik, psikodinamik, dan

psikososial. Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan saling

berkaitan sama dengan yang lainnya.

Dari sudut pandang organobiologik (susunan saraf pusat/otak) mekanismenya

terjadi adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan) dikenal dengan dua

istilah, yaitu gangguan mental organik atau sindrom otak organik;seperti gaduh,

gelisah, dan kekacauan dalam fungsi kognitif (alam pikiran), efektif (alam

perasaan/emosi), dan psikomotor (perilaku) yang disebabkab efek langsung terhadap

susunan saraf pusat (otak).

Seseorang akan menjadi ketergantungan narkoba, apabila seseorang dengan

terus-menerus diberikan zat tersebut. Hal ini berkaitan dengan teori adaptasi sekuler

(neuro-adaption), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-sel

saraf bekarja keras. Jika zat dihentikan, sel yang masih bekerja keras tadi mengalami

kehausan, yang dari luar tampak sebagai gejala-gejala putus obat. Gejala putus obat

tersebut memaksa orang untuk mengulangi pemakaian zat tersebut.

Dengan teori psikodinamik dinyatakan bahwa seseorang terlibat

27

Page 28: Bab ii agama

penyalahgunaan narkoba sampai ketergantungan, apabila pada orang itu terdapat

faktor penyebab (factor contribusi) dan faktor pencetus yang saling berkaitan satu

dengan yang lain.

Faktor predisposisi seseorang dengan gangguan kepribadian (anti sosial)

ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap orang lain. Selain itu yang

bersangkutan tidak mampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif dalam pergaulan

di rumah, di sekolah atau tempat kerja, gangguan lain sebagai penerta berupa rasa

cemas dan depresi. Untuk mengatasi ketidakmampuan dan menghilangkan

kecemasan atau depresinya, maka orang cenderung untuk menggunakan narkoba.

Semestinya orang itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokter/psikiater

untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah keterlibatannya dalam

penggunaan narkoba.

Faktor kontribusi; seseorang dengan kondisi keluarga yang tidak baik akan

merasa tertekan, dan rasa tertekan inilah sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk

terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Disfungsi keluarga yang dimaksud antara

lain: keluarga tidak utuh, kedua orang tua terlalu sibuk, lingkungan interpersonal

dengan orang tua yang tidak baik.

Faktor pencetus; bahwa pengaruh teman sebaya, tersedia dan mudah

didapatinya narkoba mempunyai andil sebagai faktor pencetus seseorang terlibat

penyalahgunaan/ketergantungan narkoba.

Dari sudut pandang psikososial narkoba terjadi akibat negatif dari interaksi tiga

kutub sosial yang tidak kondusif, yaitu kutub keluarga, kutub sekolah/kampus, dan

kutub masyarakat.

Secara umum mereka yang menyalahgunakan NAZA (narkoba) dapat dibagi

dalam tiga golongan besar, yaitu:

1. Ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi,

yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil;

2. ketergantungan somatis, yaitu penyalahgunaan NAZA (narkoba) sebagai

salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi

28

Page 29: Bab ii agama

pada orang yang dengan kepribadian psikopatik (antisosial), kriminal dan pemakaian

NAZA (narkoba) untuk kesenangan semata;

3. ketergantungan reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena

dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer

group pressure).

Pembagian ketiga kelompok ini penting bagi penentuan berat ringannya

hukuman yang akan dijatuhkan kapada mereka: yaitu apakah mereka tergolong

sebagai penderita (pasien), korban (victim), atau sebagai kriminal.

Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab

menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan narkoba. Menurut Sudarsono, bahwa

penyalahgunaan narkoba dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, yaitu:

1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang

berbahaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita;

2. menunjukkan tindakan menentang orang tua, guru, dan norma sosial;

3. mempermudah penyaluran dan perbuatan seks;

4. melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman

emosional;

5. mencari dan menemukan arti hidup;

6. mengisi kekosongan dan kesepian hidup;

7. menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepepet hidup;

8. mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas;

9. iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu.

Menurut hasil penelitian Dadang Hawari, bahwa di antara faktor-faktor yang

berperan dalam penggunaan narkoba adalah:

1. Faktor kepribadian antisosial atau psikopatik;

2. kondisi kejiwaan yang mudah merasa kecewa atau depresi;

3. kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua,

29

Page 30: Bab ii agama

hubungan orang tua dan anak;

4. kelompok teman sebaya,

5. dan NAZA (narkoba) itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya pasaran

baik resmi maupun tidak resmi.

Menurut pendapat Sumarno Ma'sum, bahwa faktor terjadinya penyalahgunaan

NAZA (narkoba) secara garis besar dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:

1. Kemudahan obat didapati secara sah atau tidak, status hukumnya yang masih

lemah dan obatnya mudah menimbulkan ketergantungan dan adiksi;

2. kepribadian meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil, kegagalan

cita-cita, prestasi, jabatan, dan lain-lain, menutup diri dengan lari dari kenyataan,

kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat keras, bertualang dengan sensasi

yang penuh resiko dalam mencari identitas kepribadian, kurangnya rasa disiplin,

kepercayaan agamanya minim;

3. lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau, masyarakat yang

kacau, tidak adanya tanggung jawab orang tua dan penunjuk serta pengarahan yang

mulia, pengangguran, orang tuanya juga kecanduan obat, penindakan hukum yang

masih lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman.

Ada beberapa tahapan proses ketergantungan narkoba. Tahapan-tahapan

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahapan Eksperimen (The Experimental Stage)

Motif utama dari pemakaian eksperimen adalah rasa ingin tahu dan keianginan

untuk mengambil resiko, yang keduanya merupakan ciri-ciri khas kebutuhan remaja.

2. Tahpan Sosial (The Social Stage)

Konteks pemakaian pada tahap ini berkaitan dengan aspek sosial dan pengguna.

Misalnya, pemakaian yang dilakukan saat bersama teman-teman pada saat pesta atau

kumpul-kumpul. Rasa ingin tahu dan keinginan mencari ketegangan (thrill-seeking),

dan tingkah laku menyimpang merupakan motivasi utamanya. Kelompok teman

30

Page 31: Bab ii agama

merupakan fasilitas dalam penggunaan sosial. Obat-obat yang ada dibagi tanpa

memungut bayaran, atau secara gratis.

3.Tahapan Instrumental (The Instrumental Stage)

Pada tahap instrumental, melalui pengalaman coba-coba dan meniru, bahwa

penggunaan dapat bertujuan memanipulasi emosi dan tingkah laku, mereka

menemukan bahwa pemakaian obat dapat mempengaruhi perasaan dan aksi,

mendapatkan mood yang berayun-ayun, dan bertujuan untuk menekan perasaan atau

tujuan memperoleh hedonistik (kenikmatan), dan kompensatori (mengatasi stress dan

perasaan tidak nyaman).

4. Tahap Pembiasan

Pada tahap ini, jika tidak ditemukan obat yang bisa digunakan, akan mencari

obat lain, untuk menghindari gejala putus obat atau zat. Pada tahap ini mereka lebih

sensitif, lekas marah, gelisah, dan depresi. Meraka akan merasa kesulitan

berkonsentrasi, duduk dengan tenang atau tidur dengan nyenyak. Mereka akan

memakai obat dengan dosis yang bertambah, atau mencoba obat laiin untuk

menggantikan ketidaknyamanannya.

2.9 Akibat Zat Aktif Narkoba terhadap Mental dan Perilaku

Mereka yang mengonsumsi narkoba akan mengalamu gangguan mental dan

perilaku, sebagai akibat terganggunya sistem neurotransmiter pada sel-sel susunan

saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neurotransmiter tadi mengkibatkan

terganggunya fungsi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.9.1 Ganja

Mereka yang mengonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan-perubahan

mental dan perilaku sebagai berikut.

1. Gejala Psikologis

a. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.

b. Halusinasi dan delusi. Halusinasi adalah pengalaman panca indra

31

Page 32: Bab ii agama

tanpa adanya sumber stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya. Misalnya,

seseorang mendengar suara-suara padahal sebenarnya tidak ada sumber suara,

itu berasal dari ahlusinasi pendengaran. Sedangkan delusi adalah suatu

keyakinan yang tidak rasional; walaupun telah diberikan bukti bahwa pikiran

itu tidak rasional, namun yang bersangkutan tetap meyakininya. Misalnya, yang

bersangkutan yakin benar bahwa ada orang yang akan berbuat jahat kepadanya,

padahal dalam kenyataannya tidak ada orang yang dimaksud.

c. perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit dapat

dirasakan 1 jam.

d. Bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak peduli terhadap tugas atau

fungsinya sebagai makhluk sosial (apatis).

e. Pikiran dan perasaan akan selalu rindu saja kepada ganja, sehingga ia

akan selalu membicarakan dan berusaha untuk mengobati rasa rinsunya itu.

f. Memengaruhi perkembangan kepribadian. Daya tahan menghadapi

problema kehidupan jadi lemah, malas, apatis, tidak peduli, kehilangan

keinginan untuk belajar dan sebagainya.

g. Ada kecenderungan untuk menyalahgunakan obat-obat berbahaya lain

yang lebih kuat potensinya, nisalnya morphine, heroin, dan lainnya.

Menurut Satya Joewana, bahwa ketika ganja dislahgunakan maka ia akan

berekasi secara aktif memengaruh saraf sentral dan beraknibat kepada

gangguan mental organik (GMO) yang berbahaya pada akal, emosi, maupun

tingkah laku pemakaiannya seperti menimbulkan rasa gembira, menghayal,

eforia, banyak bicara, dan merasa ringan pada tungkai kaki dan badan. Pemakai

akan mulai banyak tertawa walaupun tidak ada rangsangan yang lucu.

Pengguna ganja akan merasa pembicaraannya hebat, idenya bertubi-tubi,

menjadi mudah terpengaruh, adanya paham curiga yang kontroversial, tidak

menyebabkan rasa takut, melainkan malah menertawakan dan menimbulkan hal

yang lucu, adanya halusinasi penglihatan berupa kilatan sinar, bentuk-bentuk

amorf, warna-warni cemerlang, bentuk-bentuk geometrik dan figur pada muka

32

Page 33: Bab ii agama

seseorang.

2. Gejala Fisik:

a. Mata merah, jantung berderbar, nafsu makan bertambah, mulut kering,

perilaku maladaptive (sukar beradaptasi).

b. Iritasi/gangguan pada saluran pernapasan.

c. Bila terkena radang, dapat terjadi bronkitis dan sebagainya.

d. Timbulnya ataxia, yaitu hilangnya koordinasi kerja otot dengan saraf

sentral.

e. Hilangnya atau kurangnya kedipan mata.

f. Gerak reflek tertentu.

g. Menyebabkan kadar gula darah naik turun.

h. Mata menyala.

2.9.2 Opiat (Morphine, Heroin, Putaw)

Mereka yang mengonsumsi opiat, baik yang dibak atau disuntikkan setelah

bubuk opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal sebagai berikut.

1. Melebar atau mengecilnya pupil mata pada keadaan tidak semestinya. Pada

keadaan pupil matan mengecil pada sorotan cahaya dan melebar pada keadaan yang

sebaliknya.

2. Euforia (gembira berlebihan) atau disforia (cenderung merasa bersedih dan

lesu tak berdaya).

3. Apatis

4. Retradasi psikomotorik; merasa kelesuan dan kehilangan tenaga (sehingga

terkesan malas)

5. Mengantuk/tidur; biasanya yang bersangkutan cenderung mengantuk dan

tidur yang berkepanjangan.

6. Pembicaraan cadel.

7. Gangguan konsentrasi; kalau diajak bicara tidak nyambung.

33

Page 34: Bab ii agama

8. Daya ingat menurun; sering kali nasihat yang diberikan dilanggar karena

sesungguhnya dia tidak ingat apa yang telah disampaikan.

9. Tingka laku maladptive; yang bersangkutan sering berperilaku yang

menunjukkan rasa kecurigaan, sehingga selalu berada dalam keadaan waspada, tidak

jarang selalu membawa senjata.

Mereka yang sudah ketergantungan narkoba jenis opiatini, bila pemakaiannya

dihentikan akan menimbulkan gejala putus opiat, yang dalam istilah sehari-hari

disebut "sakaw" (berasal dari kata sakit), dan sangat menyiksa yang bersangkutan.

Sindrom putus opiat merupakan gejala yang tidak mengenakkan, baik psikis maupun

fisik; semisal air mata berlebihan, pupil mata melebar, keringat berlebihan, suhu

badan meninggi, mual, muntah, tekanan darah naik, jantung berdebar-debar, sukar

tidur, nyeri otot, sakit kepala, nyeri persendian, mudah amarah sampai agresif,

kejang-kejang, kram perut disertai sawan (rasa mau pingsan), menggigil disertai

muntah-muntah, keluar ingus, hilang nafsu makan, dan kehilangan cairan tubuh.

Untuk mengatasinya, yang bersangkutan akan mengonsumsi kembali dengan

berbagai cara (mencuri, menjual barang milik pribadi, bahkan bagi wanita tidak

jarang menjual diri), dalam jumlah takaran/dosis yang semakin bertambah dan

semakin sering kematian sering kali datang disebabkan overdosis dengan akibat

komplikasi medik yaitu oedema (pembengkakan) paru akut sehingga pernapasan

berhenti.

2.9.3 Kokain

Mereka yang mengonsumsi kokain dengan cara dihirup (bubuk kokain

disedot/dihirup malalui hidung) akan mengalami gangguan mental dan perilaku

sebagai berikut.

1. Agitasi psikomotorik: yang bersangkutan menunjukkan kegelisahan dan

tidak tenang.

2. Rasa gembira yang berlebihan.

3. Rasa harga diri yang meningkat; yang bersangkutan merasa dirinya hebat

34

Page 35: Bab ii agama

(superior) sehingga ia meremehkan masalah yang dihadapinya.

4. Banyak bicara.

5. Kewaspadaan meningkat, yang bersangutan merasa dirinya tidak aman dan

terancam. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi perkelahian massa tanpa sebab yang

jelas.

6. Jantung berdebar-debar.

7. Pupil mata melebar.

8. Tekanan darah naik.

9. Mual muntah.

10. Perilaku maladaptive.

Mereka yang sudah ketagihan dan ketergantungan bila dihentikan akan timbul

sindroma putus kokain dengan gejala; depresi (murung, sedih, dan sukar merasa

senang), rasa lelah, lesu, gangguan tidur, gangguan mimpi yang bertamabh. Sindroma

putus kokain sangat menyiksa sehingga yang bersangkutan akan berusaha untuk

menggunakan dengan berbagai cara, dan takaran semakin bertambah dan pemakaian

semakin sering.

Bila seseorang dalam mengonsumsi jenis kokain itu berlebihan (overdosis), ia

akan mengalami gangguan jiwa seperti halusinasi dan delusi. Sehingga timbul

gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan; misalnya, perkelahian, kehilangan

kawan-kawan, tidak masuk kerja atau sekolah.

2.9.4 Amphetamine (Ekstasi, Shabu-shabu)

Mereka yang mengonsumsi aphetamine (psikotropika golongan I), misalnya pil

ekstasi (ditelan) atau shabu-shabu (dihirup dengan alat yang disebut bong)

menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut.

1. Gejala psikologis; tinglah laku yang kasar dan aneh seperti: rasa gembira

yang berlebihan, harga diri yang meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat,

halusinasi penglihatan, gangguan delusi, tingkah laku maladaptive.

2. Gejala fisik; jantung berdebar, pupil mata melebar, tekanan darah naik,

35

Page 36: Bab ii agama

keringat berlebihan, mual, muntah. Efek yang timbulkan oleh pengguna ekstasi

adalah: diare, rasa haus yang berlebuhan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing,

menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat, dan sering mual disertai

muntah-muntah dan hilangnya nafsu makan. Efek yang ditimbulkan oleh pengguna

shabu-shabu adalah: penururnan berat badan, impotensi, sawan yang parah,

halusinasi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke, dan bahkan

kematian.

Sindrom putus amphetamine atau gejala ketagihan sebagai berikut: murung,

sedih, tidak dapat merasakan senang atau keinginan bunuh diri, rasa lelah, lesu,

mimpi-mimpi bertambah.

Kematian sering kali terjadi karena overdosis yang disebabkan karena

rangsangan susunan saraf otak yang berlebihan sehingga menyebabkan kejang dan

kehilangan kesadaran (koma) dan akhirnya meninggal.

2.9.5 Sedativa/Hipnotika

Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagai obat

tidur/penenang, yang mengandung zat aktif neitrazepham atau barbiturat atau

senyawa lain yang khasiatnya serupa. Golongan ini masuk kelompok psikotropika

golongan IV.

Penggunaan sedativa/hipnotika bila disalahgunakan dapat pula menimbulkan

adiksi (ketagihan) dan depedensi (ketergantungan). Penyalahgunaan zat tersebut

dapat menimbulkan gangguan mental dan perilaku dengan gejala sabagai berikut.

1. Gejala psikologik; emosi, labil, hilangnya dorongan seksual normal lebih

sering agresif, mudah tersinggung, banyak bicara.

2. Gejala neorologik (saraf); pembicaraan cadel, gangguan koordinasi, cara

jalan yang tidak mantap, gangguan perhatian dan daya ingat.

3. Efek perilaku maladptive;hilangnya nilai relitas, perkelahian, dan halangan

dalam fungsi sosial.

36

Page 37: Bab ii agama

Bagi mereka yang sudah ketagihan jenis sedativa/hipnotika ini, bila

pemakaiannya dihentikan akan menibulkan gejala sebagai berikut: mual, muntah,

kelelahan umum, berdebar, murung, sedih, tekanan darah rendah bila orang tersebut

berdiri (hipotensi ortostatik) dan tremor.

2.10 Peraturan Penggunaan Narkoba dalam Hukum Nasional

2.10.1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Pasal 111

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau

melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 112

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan

tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

37

Page 38: Bab ii agama

(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau

menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 113

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)

batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima)

gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 114

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk

dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak

38

Page 39: Bab ii agama

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima

Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk

tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang

pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku

dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara

paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana

denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

(sepertiga).

Pasal 115

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua

belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau

mentransito Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)

batang pohon beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).(1) Setiap orang yang tanpa

hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang

lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain,

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama

15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

39

Page 40: Bab ii agama

Pasal 116

(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian

Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana

dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 117

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan

Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi

5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 118

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua

belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

40

Page 41: Bab ii agama

beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana

penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 119

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk

dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun

dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)

dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan

Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi

5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur

hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20

(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 120

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau

mentransito Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

beratnya melebihi 5 (lima) gram maka pelaku dipidana dengan pidana penjara

41

Page 42: Bab ii agama

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana

denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

(sepertiga).

Pasal 121

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan II untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).

(2) Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian

Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana

dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 122

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan

Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi

5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

42

Page 43: Bab ii agama

Pasal 123

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus

juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 124

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk

dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan

Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi

5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)

tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 125

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,

43

Page 44: Bab ii agama

mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III, dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau

mentransito Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

beratnya melebihi 5 (lima) gram maka pelaku dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3

(sepertiga).

Pasal 126

(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan III terhadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan III untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian

Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama

15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 127

(1) Setiap Penyalah Guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 (empat) tahun;

44

Page 45: Bab ii agama

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal

55, dan Pasal 103.

(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah

Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

2.11 Narkoba Menurut Pandangan Islam

Narkotika dan minuman keras telah lama dikenal umat manusia. Tapi

sebenarnya lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya. Untuk itu, hampir semua

agama besar melarang umat manusia untuk mengkonsumsi narkotika dan minuman

keras (dalam bentuk yang lebih luas lagi adalah narkoba).

Dalam wacana Islam, ada beberapa ayat al-Qur’an dan hadits yang melarang

manusia untuk mengkonsumsi minuman keras dan hal-hal yang memabukkan.

Minum khamar, sama dengan menghisap candu, dan menimbulkan ketagihan.

Seseorang yang telah ketagihan minum khamr, baginya tak ada nilai harta benda,

berapa saja harga khamr itu akan dibelinya, asal ketagihannya terpenuhi. Kalau sudah

demikian halnya, maka khamr itu membahyakan pergaulan dan masyarakat,

menimbulkan permusuhan, perkelahian dan sebagainya. Rumah tangga akan kacau,

tetangga tak aman dan masyarakat akan rusak, lantaran minum khamr. Akan

terlihatlah manusia yang mabuk-mabukan, yang mengganggu keamanan dan

ketertiban. Jika kebiasaan meminum khamr mengakibatkan mabuk dan ketagihan,

maka terdapat kesamaan dengan narkoba (narkotik dan obat terlarang).

Mengkonsumsi narkoba dalam dosis tertentu dapat menimbulkan dampak

yang sangat merusak bagi pemakainya, seperti ketagihan dan merusak akal pikiran.

45

Page 46: Bab ii agama

Khamr dan narkoba merupakan dua jenis yang berbeda, tapi mempunyai kesamaan

dalam akibat yang ditimbulkannya. Waktu Islam lahir dari terik padang pasir lewat

Nabi Muhammad, zat berbahaya yang paling populer memang baru minuman keras

(khamar). Dalam perkembangan dunia Islam, khamar kemudian bergesekan,

bermetamorfosa dan beranak pinak dalam bentuk yang makin canggih, yang

kemudian lazim disebut narkotika atau lebih luas lagi narkoba.

Ada dua surat al-Qur’an dan dua hadits yang coba dilansir disini, yang

terjemahannya kira-kira begini: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan

panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu

agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS Al-Maidah: 90)Kemudian ayat yang

kedua:“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan

kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan

menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu

(dari mengerjakan pekerjaan itu)”.(QS Al-Maidah: 91)Perbuatan setan adalah hal-hal

yang mengarah pada keburukan, kegelapan, dan sisi-sisi destruktif manusia. Ini

semua bisa dipicu dari khamar (narkoba) dan judi karena bisa membius nalar yang

sehat dan jernih. Khamar (narkoba) dan judi sangat dekat dengan dunia kejahatan dan

kekerasan, maka menurut al-Qur’an khamar (narkoba) dan judi potensial memicu

permusuhan dan kebencian antar sesama manusia. Khamar dan judi juga bisa

memalingkan seseorang dari Allah dan shalat.

2.12 Dalil Pengharaman Narkoba

Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam

keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya dengan

zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan

setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak

memabukkan” (Majmu’ Al Fatawa, 34: 204).

Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:

46

Page 47: Bab ii agama

Pertama: Allah Ta’ala berfirman,

�ث� �ائ ب �خ� ال �ه�م� �ي ع�ل م� �ح�ر� و�ي �ات� �ب الط�ي �ه�م� ل �ح�ل� و�ي

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka

segala yang buruk” (QS. Al A’rof: 157). Setiap yang khobitsterlarang dengan ayat

ini. Di antara makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.

Kedua: Allah Ta’ala berfirman,

�ة� �ك �ه�ل الت �ل�ى إ �م� �د�يك ي� �أ ب �ق�وا �ل ت و�ال�

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al

Baqarah: 195).

ح�يم)ا ر� �م� �ك ب �ان� ك �ه� الل �ن� إ �م� ك �ف�س� �ن أ �وا �ل �ق�ت ت و�ال�

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa’: 29).

Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau

membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan

akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu

haram.

Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata,

- �ر3 - و�م�ف�ت ك�ر3 م�س� �ل� ك ع�ن� وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� �ه�ى ن

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan

dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309.

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if). Jika khomr itu haram, maka

demikian pula dengan mufattir atau narkoba.

Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

, م�ن� و� �د)ا �ب ا فيه�ا �د)ا ل م�خ� �د)ا ال خ� ف�يه�ا د�ى �ر� �ت ي �م� ه�ن ج� �ار� ن في ف�ه�و� ه� �ف�س� ن �ل� ف�ق�ت �ل3 ب ج� م�ن� د�ى �ر� ت م�ن�

, م�ن� و �د)ا �ب أ فيه�ا �د)ا ل م�خ� �د)ا ال خ� �م� ج�ه�ن �ار� ن في اه� �ح�س� �ت ي �د�ه� ي في م�ه� ف�س� ه� �ف�س� ن �ل� ف�ق�ت م�ا س� �ح�س�ى ت

�د)ا �ب أ �ه�ا ف�ي �د)ا ل م�خ� �د)ا ال خ� �م� ج�ه�ن �ار� ن ف�ي� �ه� �ط�ن ب في � أ �و�ج� �ت ي �د�ه� ي ف�ي �ه� �د�ت ف�ح�د�ي �د�ة3 �ح�د�ي ب ه� �ف�س� ن �ل� ق�ت

47

Page 48: Bab ii agama

“Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia

di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu,

kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati

maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam

dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya

dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di

neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya” (HR Bukhari no. 5778 dan

Muslim no. 109).

Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang

menyebabkan dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab

yang bisa mengantarkan pada kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan

racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya narkoba.

Kelima: Dari Ibnu ‘Abbas, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ض�رار� وال ر� ض�ر� ال

“Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya”

(HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66.

Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang

memberi mudhorot pada orang lain dan narkoba termasuk dalam larangan ini.

2.13 Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan Darurat

Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau narkoba

dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk meredam rasa sakit. Ini

adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut masih dibolehkan mengingat

kaedah yang sering dikemukakan oleh para ulama,

المحظورات تبيح الضرورة

“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Seandainya dibutuhkan untuk

mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika mengamputasi

48

Page 49: Bab ii agama

tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi’iyah. Yang tepat adalah

dibolehkan.”

Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafi’iyah berkata, “Boleh

menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika tidak didapati obat lainnya

walau nantinya menimbulkan efek memabukkan karena kondisi ini adalah kondisi

darurat”.

2.14 Pertimbangan hukum Islam terhadap Narkoba

Pada pasal miras menurut hukum Islam telah dijelaskan bahwa seperti epium

dan sebagainya, tidak diberlakukan hukuman had. Karena pada kenyataanya narkoba

bukanlah miras. Untuk itu diperlukan qiyas sebagai alat beristidlal. Dengan maksud

untuk menentukan hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkoba secara pasti dan

adil. Oleh karena itu mekanisme penetapanya diserahkan kepada yang berwewenang

atau hakim. Kalau menurut pandangan hakim, penyalahgunaan narkoba itu kadarnya

di bawah standar miras, maka hakim menggunakan qiyasadwan.

Dan hukuman yang dijatuhkan, potensinya berada di bawah hukuman

had.Akan tetapi kalau penyalahgunaan narkoba itu sama kadarnya dengan miras,

maka qiyas yang harus dipergunakan adalah qiyas musawi. Dan hukuman

yangditetapkan dipersamakan dengan hukuman had. Bergitu juga apabila

penyalahgunaan narkoba itu kadarnya lebih besar dari pada miras, maka yang

dipergunakan adalah qiyas aulawi. Dan hukuman yang ditetapkan harus lebih berat

dari hukuman miras sesuai dengan muatan kadar narkoba yang dikonsumsi

ataudisalahgunakan.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sepanjang narkoba

dipergunakan di jalan benar, maka Islam masih memberikan toleransi. Artinya

narkoba dalam hal-hal tertentu boleh dipergunakan, khususnya pada kepentingan

medis pada tingkat - tingkat tertentu:

a. Pada tingkat darurat. Yaitu pada aktifitas pembedahan atau operasi besar,

yaknioperasi pada organ-organ tubuh yang vital seperti hati, jantung, dan lain-

49

Page 50: Bab ii agama

lain.Yang apabila dilaksanakan tanpa diadakan pembiusan total, kemungkinan besar

si pasien akan mengalami kematian. 

b. Pada tingkat kebutuhan atau hajat. Yaitu pada aktifitas pembedahan yang

apabila tidak menggunakan pembiusan, pasien akan merasakan sangat kesakitan,

tetapi pada akhirnya akan mengganggu jalanya pembedahan. Walaupun tidak sampai

pada kekhawatiran matinya si pasien. 

c. Tingkatan bukan darurat dan bukan hajat. Yaitu tingkatan pada aktifitas

pembedahan ringan yakni pembedahan paada organ tubuh yang apabila tidak

dilakukan pembiusan, tidak apa-apa. Seperti pencabutan gigi, kuku, dansebagainya.

Namun pasien akan merasakan kesakitan juga. Setelah melalui proses diskusi dan

perdebatan panjang, akhirnya para ulamasampai pada kesepakatan bahwa narkoba

adalah haram, karena pada narkoba terdapat illat (sifat) memabukkan sebagaimana

pada khamr, sekalipun mekanisme hukumanya berbeda. Hal ini selaras dengan

pernyataan Ibnu Taimiyah yang berbunyi:

“Berkatalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah r.a. mengkonsumsi ganja

hukumnya adalah haram, bahkan termasuk sejelek-jelek perkara, baik sedikit maupun

banyak,hanya saja mengkonsumsi secara banyak hukumnya haram berdasarkan

kesepakatan umat Islam.”

Sejalan dengan itu Al-Imam Al-Qarafi juga berpendapat:

Tumbuh-tumbuhan yang terkenal dengan tanamam ganja yang dikonsumsi oleh

orang-orang fasiq, telah disepakati keharamannya oleh para ulama, yaitu penggunaan

dengan kadar banyak sehingga menghilangkan (berpengaruh) pada akal. Ulama yang

lain memberikan ulasan agak luas. Artinya tidak terbatas pada ganja saja. Mereka

sudah memasukkan opium, marijuana dan sebagainya. Sebagaimana Syekh

Muhammad A’lauddin Al ‘Hashkafi al-Hanafi, beliau mengatakan:

“dan haram mengonsumsi ganja, marihuana dan epium , karena merusak

akaldan menghalangi ingatan (dzikir) pada Allah dan shalat.”

Dari ulasan di atas bisa disimpulkan bahwa narkoba menurut Islam adalah:

“Segala sesuatu yang memabukkan atau menghilangkan kesadaran, tetapi bukan

50

Page 51: Bab ii agama

minuman keras, baik berupa tanaman maupun yang selainya. Selanjutnya istilah

narkoba dalam terminologi Islam disebut mukhoddirot.” 

Hukum keharaman narkoba ditetapkan melalui jalan qiyas yang terdiri dari:

qiyas aulawi, qiyas musawi dan qiyas adwan. Adapun sangsi hukumnya, bagi

pengguna narkoba sepenuhnya menjadi wewenang hakim. Selain itu, Islam

memandang narkoba merupakan barang yang sejak awal sudah diharamkan. Oleh

karenanya pada kebutuhan medis, penggunaan narkoba dianggap tingkat darurat atau

toleransi. 

2. 15 Tinjauan hukum Islam terhadap Narkoba

Sekalipun narkoba memiliki kesamaan sifat iskar dengan miras, namun secara

definitif menunjukkan adanya perbedaan. Karena miras berupa zat cair sedangkan

narkoba tidak. Dari sini muncul pertanyaan apakah narkoba yangmemiliki dasar

kesamaan iskar dengan miras, juga memiliki potensi muatan hukumyang sama?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus diketahui dahulu sumber hukum yang

dipergunakan di dalam hukum Islam yang sudah menjadi kesepakatan para yuris

(dalam hal ini ulama Syafi’iyah), yaitu: al-Qur’an, al-Hadis, dan Qiyas.Sebagaimana

mereka telah sepakat bahwa dalil -dalil tersebut adalahsebagai alat istidlal

(menetapkan dalil suatu peristiwa) juga telah sepakat tentangtertib atau jenjang dalam

beristidlal dari dalil-dalil tersebut.

Diatas telah dijelaskan bahwa baik al-Qur’an maupun Al-Hadis, tidak pernah

menjelaskan secara langsung persoalan narkoba. Begitu juga halnya dengan ijma’,

baik dari para sahabat nabi maupun ulama mujtahid. Karena pada masa itunarkoba

memang belum dikenal. Oleh karena itu alternative terakhir dalam memutuskan

hukumnya narkoba adalah melalui jalan qiyas.Secara etimologis kata qiyas berarti

qadara, artinya mengukur, membandingkansesuatu dengan yang semisalnya.

Sedangkan menurut terminology hukum Islam,Al-Imam Al-Ghozali mendefinisikan

qiyas sebagai berikut: 

51

Page 52: Bab ii agama

“Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui

dalam halmenetapkan hukum pada keduanya disebabkan ada hal yang sama antara

keduanya,dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum.”

Karena sifat Iskar yang berpengaruh di dalam penggunaan narkoba

sangatditentukan oleh besar kecilnya kadar yang dikonsumsi, maka hasil penetapan

besar kecilnya muatan hukum narkoba tersebut harus disesuaikan dengan qiyas

yangdipergunakan. Apakah qiyas awlawi (yaitu qiyas yang berlkunya hukum furu’

lebihkuat dari pemberlakuan hukum pada asal karena kekuatan illat pada furu’).

Ataudengan menggunakan qiyas musawi (qiyas yang berlakunya hukum furu’

samakeadaanya dengan berlakunya hukum asal karena kekuatanillatnya sama).

Ataukahmenggunakan qiyas adwan (qiyas yang berlakunya hukum pada furu’ lebih

lemahdibandingkan dengan berlakunya hukum pada asal meskipun qiyas

tersebutmemenuhi persyaratan.

2.16 Argumentasi Tentang Narkoba Menurut Islam

Menurut Imam Adz-Dzahabi; bahwa semua benda yang dapat menghilangkan

akal (jika diminum atau dimakan atau dimasukkan ke badan), baik ia berupa benda

padat, ataupun cair, makanan atau minuman, adalah termasuk khamr, dan telah

diharamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala sampai hari kiamat.

Fuqaha (Ibnu Taimiyah, Dr. Ahmad Al-Hasari, Sayid Sabiq, Dr. Wahbah

Zuhili dan Azat Husnain) telah sepakat tentang status hukum penyalahgunaan

narkoba (pemakai, produser, dan pengedar) yaitu haram, berdasarkan firman Allah,

yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi,

berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji

dan termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung.

Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbul-kan permusuhan dan kebencian

di antaramu lantaran minum khamr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari

52

Page 53: Bab ii agama

mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan itu". (Al-

Maa'idah: 90-91).

Dan hadis Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan oleh Al-Nasa’i sebagai berikut:

“Dari Abi Hurairah, ia berkata: bersabda Rasulullah Saw.: setiap yang memabukkan

itu khamr dan setiap yang memabukkan itu haram.” (HR Al-Nasa’i)

Alasan dan argumentasi mereka adalah karena narkoba dapat merusak

kesehatan, dapat merusak organ tubuh, saluran pencernaan, gangguan pernapasan,

merusak paru-paru, gangguan jiwa, tertular virus HIV, dapat menghancurkan potensi

sosial, menurunkan produktifitas kerja (belajar), dapat merusak keamanan dan

ketertiban masyarakat, menimbulkan perbuatan kriminalitas, kecelakaan lalu lintas,

membahayakan kehidupan bangsa dan negara, dapat mengakibatkan rusaknya

persatuan, kesatuan dan stabilitas nasional, mentalitas dan mortalitas bangsa. Tetapi

mereka berbeda pendapat tentang sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana

penyalahgunaan narkoba.

Menurut hemat penulis, perbedaan tersebut disebabkan karena:

a. Narkoba tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah Saw., yang beredar

pada masa itu hanyalah khamr;

b. Tidak ada nash yang jelas dan tegas yang menerangkan tentang sanksi

pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba, hadis hanya bicara tentang

sanksi peminum khamr;

c. Sebagian fuwaha (ibn Taimiyah dan Azat Husnain) menganalogikan

sanksi peminum khamr kepada sanksi hukum pelaku penyalahgunaan

narkoba, sedangkan menurut sebagian fuqaha lain (Dr. Wahbah Zuhaili

dan Dr. Ahmad al Hasari) bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkoba

tidak bisa dianalogikan kepada sanksi peminum khamr sertaq jenis dan

macam narkoba itu banyak sekali, masing-masing mempunyai golongan

tersendiri.

Sanksi (uqubat) bagi mereka yang menggunakan narkoba adalah ta’zir, yaitu

sanksi yang jenis dan kadarnya ditentukan oleh Qadhi, misalnya dipenjara, dicambuk,

53

Page 54: Bab ii agama

dan sebagainya. Sanksi ta’zir dapat berbeda-beda sesuai tingkat kesalahannya.

Pengguna narkoba yang baru beda hukumannya dengan pengguna narkoba yang

sudah lama. Beda pula dengan pengedar narkoba, dan beda pula dengan pemilik

pabrik narkoba. Ta’zir dapat sampai pada tingkatan hukuman mati. (Saud Al

Utaibi, Al Mausu’ah Al Jina`iyah Al Islamiyah, 1/708-709; Abdurrahman

Maliki, Nizhamul Uqubat, 1990, hlm. 81 & 98).

Sedangkan untuk hukumannya tercantum dalam hadis Nabi s.a.w :

: الله� ول� س� ر ال ق ال ق ، ال�عاص� ب�ن� ر�و عم� ب�ن� الله� عب�د� عن�

: ل�م وس علي�ه� الله� ل�ى ن� " ص إ�ن� م ف ل�د�وه�، اج� ف ر م� ال�خ ر�ب ش

ت�ل�وه� اق� ف عاد إ�ن� ف ل�د�وه�، اج� ف عاد إ�ن� ف ل�د�وه�، اج� ف " عاد“Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “barang

siapa yang meminum khamar maka jilidlah ia, apabila ia mengulanginya maka

jilidlah ia, apabila ia mengulanginya lagi maka bunuhlah ia.“ (H.R. Ahmad)

Menurut pendapat yang kuat (rajih), tidak ada ketentuan yang pasti mengenai

kadar hukuman untuk minuman keras ini, kecuali pada masa Umar bin al-Khattab.

Ketika itu Umar mengadakan musyawarah dengan para sahabat untuk menetapkan

hukuman bagi peminum khamar. Ali bin Abi Thalib mengusulkan delapan puluh kali

dera dengan mengqiyaskan kepada jarimah qadzaf. Para sahabat yang lain tidak ada

yang menolak, dan diamnya para sahabat itu dianggap sebagai ijma’. Akhirnya, Umar

menetapkan hukuman bagi pemabuk dengan delapan puluh kali dera berdasarkan

ijma’ sahabat. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa sumber larangan

minuman keras adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, sedangkan besarnya hukuman

bersumber dari ijma’ sahabat.

Jikalau kita melihat kenyataan yang terjadi di sekitar kita akan tampak bahwa

pemakaian narkoba (narkotika, obat-obat terlarang dan alkohol) ini melahirkan tindak

kriminal yang banyak. Perbuatan jahat seperti mencopet, mencuri, merampok sampai

54

Page 55: Bab ii agama

membunuh dan tindakan amoral seperti perzinaan, pemerkosaan serta pelecehan

seksual lainnya, tidak sedikit yang diakibatkan pemakaian benda terlaknat tersebut.

Pantaslah jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Jauhilah oleh kalian khamr, karena sesungguh-nya ia adalah induk segala

kejahatan." (HR. Al-Hakim, dari Ibnu Abbas).

Perbuatan setan adalah hal-hal yang mengarah pada keburukan, kegelapan,

dan sisi-sisi destruktif manusia. Ini semua bisa dipicu dari khamar (narkoba) dan judi

karena bisa membius nalar yang sehat dan jernih. Khamar (narkoba) dan judi sangat

dekat dengan dunia kejahatan dan kekerasan, maka menurut al-Qur'an khamar

(narkoba) dan judi potensial memicu permusuhan dan kebencian antar sesama

manusia. Khamar dan judi juga bisa memalingkan seseorang dari Allah dan shalat.

Selain dua ayat al-Qur'an di atas, juga ada hadits yang melarang khamar/minuman

keras (narkoba), yaitu :

"Malaikat Jibril datang kepadaku, lalu berkata, 'Hai Muhammad, Allah

melaknat minuman keras, pembuatnya, orang-orang yang membantu membuatnya,

peminumnya, penerima dan penyimpannya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya,

dan orang yang mau disuguhi". (HR. Ahmad bin Hambal dari Ibnu Abbas)

Kemudian hadits yang kedua :

"Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan

adalah khamar, dan setiap khamar haram". (HR. Abdullah bin Umar).

Jelas dari hadits di atas, khamar (narkoba) bisa memerosokkan seseorang ke derajat

yang rendah dan hina karena dapat memabukkan dan melemahkan. Untuk itu, khamar

(dalam bentuk yang lebih luas adalah narkoba) dilarang dan diharamkan. Sementara

itu, orang yang terlibat dalam penyalahgunaan khamar (narkoba) dilaknat oleh Allah,

entah itu pembuatnya, pemakainya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya, dan orang

yang mau disuguhi.

55

Page 56: Bab ii agama

Bukan hanya agama Islam, beberapa agama lain juga mewanti-wanti

(memberi peringatan yang sungguh-sungguh) kepada para pemeluknya atau secara

lebih umum umat manusia, untuk menjauhi narkoba.

2.17 Terapi Penyembuhan Narkoba Berbasis Islami

Islam lahir membawa seperangkat peraturan yang mengatur kehidupan umat

manusia. Peraturan-peraturan tersebut bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah

sebagai pusaka yang diwariskan Nabi Muhammad SAW agar dipedomani manusia,

sehingga meraih kemaslahatan hidup dan kebahagiaan lahir batin juga dunia-akhirat.

Hukum-hukum yang termuat dalam peraturan tersebut pada hakekatnya memiliki

lima tujuan, yaitu menjaga agama (hifdzu dien), menjaga jiwa (hifdzu nafs), menjaga

akal (hifdzu aql), menjaga harta (hifdzu mal), dan menjaga keturunan (hifdzu nasl).

Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada dalam Islam akan

membuat penodaan terhadap agama, merusak jiwa, akal, harta dan keturunan. Salah

satu diantara sekian banyak pelanggaran yang dilakukan manusia adalah

penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba tidak hanya menjadi masalah

lokal maupun nasional, tetapi sekarang menjadi masalah global (mendunia) karena itu

tanggung jawab penanggulangannya harus menjadi tanggung jawab internasional.

Dalam agama Islam sendiri, terdapat berbagai macam pengobatan bagi

pecandu narkoba. Islam Therapy adalah Program Komprehensif Internasional untuk

menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, dan gangguan jiwa,

berbasis ajaran Islam. Islam Therapy juga merupakan suatu metode dakwah melalui

ilmu kesehatan, entepreneurship, dan IPTEK. Program Islam Therapy disusun dari

berbagai program Islami di seluruh dunia sekaligus sebagai penghubung antar

program dengan mengingat bahwa Islam adalah agama universal.

Islam Therapy hanya berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist, bukan

kepada mazhab, aliran atau kelompok tertentu. Islam Therapy mengajak kepada umat

beragama lain untuk menjadikan agamanya sebagai modalitas terapi sehingga ketika

ada umat beragama lain yang terjangkau oleh Islam Therapy, maka Islam Therapy

56

Page 57: Bab ii agama

dapat merujuknya untuk mengikuti program seperti Budha Therapy, Hindu Therapy,

Kristen Therapy, dan lain sebagainya. Demikian pula jika umat Islam terjangkau oleh

terapi berbasis agama lain, maka dapat merujuknya untuk mengikuti program Islam

Therapy.

Indonesia adalah Negara Islam terbesar di dunia. Kita harus memiliki

modalitas terapi berbasis Islam yang akan kita perkenalkan ke seluruh Negara

terutama negara-negara Islam karena masalah penyalahgunaan Narkoba, HIV/AIDS,

dan gangguan jiwa adalah bencana global.

Agama Islam telah mengajarkan kepada kita Therapeutic Community (TC),

Family and Couple Support, Harm Reduction, Demand Reduction, Sock Therapy, 12

Steps, Konseling, Chatarsis, Modeling, Prevention, Terapeutik, Relapse Prevention

(After Care), Gaya Hidup Sehat, Self Help Group, dan lain-lain dengan melibatkan

seluruh ilmu kesehatan Fisik, Mental dan kesehatan lingkungan hidup, baik ilmu

kesehatan Timur maupun ilmu kesehatan Barat, berdasarkan Firman Allah SWT,

”Dan Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka Ke mana pun kamu menghadap,

di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatnya) lagi Maha

Mengetahui” (Al-Qur’an, 2 : 115)

Berikut ini adalah berbagai macam terapi berbasis ajaran Islam,

2.17.1 Terapi Sholat

“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). Jika Rasulullah ditimpa sebuah ketakutan, maka dia

akan segera melakukan shalat. Pernah dia berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal,

tentramkan (hati) kita dengan shalat! Pada kali lain beliau bersabda, “Ketenanganku

ada pada shalat”. Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat

rumit, dan tipu muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat,

dan shalatlah. Jika hari-hari menjadi gelap gulita, malam-malam mencekam, dan

kawan-kawan berpaling, maka lakukanlah shalat.

57

Page 58: Bab ii agama

Dr. Alexis Carel, seorang pemenang hadiah nobel dalam bidang kedokteran,

dan direktur riset Rockfeller Foundation Amerika, memberikan pernyataan sebagai

berikut: “Sholat memunculkan aktifitas pada perangkat tubuh dan anggota tubuh.

Bahkan sebagai sumber aktifitas terbesar yang dikenal sampai saat ini. Sebagai

seorang dokter, saya melihat banyak pasien yang gagal dalam pengobatan, dan dokter

tidak mampu mengobatinya. Lalu, ketika pasien-pasien membiasakan sholat, justru

penyakit mereka hilang. Sesungguhnya sholat bagaikan tambang radium yang

menyalurkan sinar dan melahirkan kekuatan diri. Sholat menciptakan fenomena yang

mencengangkan, mendatangkan mukjizat”.

Semua gerakan, sikap dan prilaku dalam sholat dapat melemaskan otot yang

kaku, mengendorkan tegangan sistem saraf, menata dan mengkonstruksi persendian

tubuh, sehingga mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan stress, kekejangan,

rheumatik, pegal-linu, encok, dan semua penyakit saraf dan persendian lainnya.

Sholat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif

sekaligus. Kebersihan dalam sholat merupakan proses untuk mencapai kesehatan,

sedangkan kesehatan merupakan hasil dari kebersihan. Karena itu, sholat merupakan

terapi bagi penyakit manusia, baik penyakit fisik maupun psikis.

Dengan sholat lima waktu dapat melatih disiplin mental yang jujur. Dengan

menjalankan sholat yang baik, kita akan selalu bicara benar, sesuai dengan kata hati,

kenyataan dan perbuatannya. Juga bicara yang mempunyai nilai sopan, bagus, dan

bermanfaat. Sebab lisan kita sudah dibiasakan mengucap kalimat-kalimat suci dalam

menjalankan sholat.

2.17.2 Terapi Dzikir

Menurut hasil penelitian Alvan Goldstein, ditemukan adanya zat endorphin

dalam otak manusia, yaitu suatu zat yang memberikan efek menenangkan yang

disebut endogegonius morphin. Drs Subandi menjelaskan, bahwa kelenjar endorfina

dan enkefalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai

efek mirip dengan opiat (candu) yang memiliki fungsi menimbulkan kenikmatan

58

Page 59: Bab ii agama

(Pleasure principle), sehingga disebut opiate endogen. Apabila seseorang dengan

sengaja memasukkan zat morphin ke dalam tubuhnya, maka akan terjadi penghentian

produksi endorphin. Pada pengguna Narkoba, apabila dilakukan penghentian morphin

dari luar secara tiba-tiba, orang akan mengalami Sakaw (ketagihan yang menyiksa

dan gelisah) karena otak tidak lagi memproduksi zat tersebut. Untuk mengembalikan

produksi endorphin di dalam otak bisa dilakukan dengan Meditasi, sholat yang benar

atau melakukan Dzikir-dzikir yang memang banyak memberikan ketenangan.

Dr. R. H. Su’dan M.D, S.K.M mengatakan: “Penyimpangan seks seperti

hiperseks, lesbian, homoseks, masochisme dan lain sebagainya dapat sembuh dengan

dzikrullah (mengingat Allah). Juga penyimpangan jiwa lainnya seperti psychopatia

semacam kleptomania atau suka mencuri, penyakit jiwa karena stress atau ketegangan

hidup yang berlebihan. Apalagi kalau hanya penyakit psikosomatik, mudah sekali

ditanggulangi dengan dzikrullah. Bahkan penyakit jiwa yang sebenarnya seperti

psychosis pun dapat diselesaikan dengan dzikrullah pula”.

2.17.3 Terapi Doa

Larry Dossey, MD. Seorang dokter yang lebih terkenal karena bukunya yang

berjudul Recovering the Soul, pandangan dunianya yang ilmiah itu menjadi goncang

setelah ia praktek bertahun-tahun dan akhirnya menemukan bukti ilmiah bahwa doa

mempunyai kekuatan menyembuhkan. Terbitlah bukunya yang berjudul Healing

Words, yang dalam pengantarnya dikatakan bahwa dengan memasukkan seni

penyembuhan yang memperhatikan segi-segi spiritual ke dalam ilmu kedokteran,

buku ini akan membuka jalan menuju “suatu ilmu kedokteran yang lebih efektif dan

sekaligus lebih manusiawi, suatu ilmu kedokteran yang berfungsi dan lebih baik”.

Seperti umumnya orang yang menyelesaikan pendidikan kedokteran, Larry Dossey

pada awalnya juga menganggap doa adalah tak ubahnya seperti takhayul. Mereka

yang tidak percaya akan doa pada umumnya menganggap bahwa penelitian-penelitian

yang dilakukan untuk menunjukkan bukti kemanjuran doa itu metodologinya payah,

rancangan dan pengamatannya jelek, sehingga hasilnya berupa khayalan belaka.

59

Page 60: Bab ii agama

Tetapi, ternyata tidak demikian. Hingga tahun 1993, para peneliti telah melakukan

studi terkontrol sebanyak 131 kali (Healing Research), bahkan ada yang telah

menggunakan rancangan tertinggi, Double Blind Randomized Control Trial. Lima

puluh enam kajian ini memperlihatkan hasil-hasil yang signifikan secara statistik

pada P < 0,01 sedangkan 21 studi memperlihatkan signifikansi P < 0,5. percobaan-

percobaan ini berkaitan dengan pengaruh-pengaruh penyembuhan doa terhadap

enzim, sel, ragi, bakteri, tumbuhan, binatang, dan manusia. Apabila masih

dipertanyakan mutunya, maka jawabnya, 10 di antaranya adalah disertasi doctor, 2

tesis magister, sisanya terpublikasikan dalam jurnal-jurnal kedokteran ternama. Larry

Dossey mengajukan beberapa kecenderungan masa depan bahwa apabila konsep non-

lokal sudah diterima maka doa/aktifitas ibadah akan diakui sebagai suatu kekuatan

ampuh dalam ilmu kedokteran dan akan menjadi bagian dalam arus utama

kedokteran. Aktifitas ibadah akan menjadi baku dalam praktek kedokteran ilmiah

pada kebanyakan komunitas kedokteran. Penggunaannya akan semakin meluas,

sehingga untuk tidak menyarankan penggunaan doa sebagai bagian integral

perawatan medis pada suatu hari akan merupakan kesalahan pengobatan medis.

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater (Guru Besar Tetap Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Doktor di bidang NAPZA) mengatakan : "Selain

terapi medis, sholat, berdoa dan berdzikir dapat meningkatkan kekebalan tubuh

terhadap virus HIV/AIDS".

Orang-orang yang banyak melakukan doa, meditasi, bersembahyang, berzikir,

tahajud, akan mampu menjinakkan sistem saraf otonom tubuhnya. Tabiat saraf

otonom kita, lantaran kehidupan serba modern sekarang ini, rata-rata kian liar dan

binal. Secara sadar kita sendiri tak mampu mengendalikannya. Aktivitas saraf

otonom, yang bikin kita garang dan pemberang selama ini, ada di luar pengaruh alam

sadar kemauan kita. Satu cara menjinakkannya, katanya, dengan lebih banyak

melakukan kegiatan spiritual. 

Orang yang tinggi spiritualitasnya tinggi pula gelombang alfa di otaknya. Ini

yang membuat hidup menjadi lebih tenang, sekali pun badai kecemasan, ketakutan,

60

Page 61: Bab ii agama

dan kepanikan terus menerjang tanpa perlu minum obat atau minta bantuan dukun.

Dengan demikian risiko kena stroke, jantung koroner, sakit jiwa, dan kanker menjadi

lebih kecil.

Ajaran Islam penuh dengan doa, seperti doa hendak dan bangun tidur, doa

sebelum dan sesudah makan, doa keluar-masuk toilet, doa naik kendaraan, doa

keluar-masuk Masjid, dan lain-lain. Wallahua’lam bishshawab.

61

Page 62: Bab ii agama

BAB III

PENUTUP

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik

dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya

(Kurniawan, 2008). Narkoba banyak jenisnya dan semuanya sangat berbahaya jika

digunakan sembarangan. Narkoba sendiri pada awalnya memiliki peran dalam dunia

medis sebagai obat. Namun di jaman modern ini narkoba banyak disalahgunakan

untuk mencari sensasi kesenangan.

Narkoba sangat berbahaya bagi tubuh, dapat menyebabkan gangguan

kesehatan maupun gangguan mental hingga berujung kematian. Islam sendiri sudah

secara tegas mengharamkan narkoba dan juga khamr. Larangan dari Islam sendiri

bertujuan untuk melindungi umat manusia dari perbuatan merusak diri seperti

mengonsumsi narkoba dan khamr. Menurut Islam, narkoba lebih banyak mudlaratnya

daripada manfaatnya.

Namun tidak serta merta narkoba benar-benar tidak bermanfaat. Dalam

lingkup medis narkoba sangat bermanfaat seperti saat operasi. Narkoba digunakan

sebagai zat penghilang rasa sakit sehingga pasien dapat dioperasi tanpa merasakan

rasa sakit. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya jika operasi dilakukan saat pasien

dalam kondisi tersadar.

Perlu diperhatikan Islam memberikan toleransi penggunaan narkoba hanya

disaat mendesak saja dan ada hajat seperti operasi tadi. Selain itu narkoba benar-

benar diharamkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya untuk memberantas rantai

narkoba yang beredar bebas di luar lingkup medis. Dibuthkan keseriusan dan upaya

nyata dari semua pihak. Mulai dari pemerintah, LSM-LSM, kepolisian, sampai ke

62

Page 63: Bab ii agama

orang tua dan para guru pendidik. Karena upaya pemberantasan narkoba ini

sebenarnya harus dilakukan dari lingkup yang paling kecil yaitu dari keluarga.

Orangtua harus benar-benar mendidik anaknya supaya tidak terjerumus dalam

narkoba maupun pergaulan bebas yang berbahaya.

Selain dari itu dibutuhkan pula pengawasan secara ketat dari pemerintah

maupun kepolisian. Mata rantai narkoba penghancur generasi muda ini harus diputus.

Dan untuk memutusnya secara tuntas harus diusut sampai ke hulunya. Jika hanya

ditindak di muara, pasti lama-kelamaan akan muncul lagi. Usaha pemberantasan

narkoba bukanlah hal yang mudah dan singkat. Dibutuhkan ketegasan dan kerjasama

dari semua pihak secara terus menerus.

Pemberantasan narkoba sendiri sangat penting karena generasi muda dan

masa depan bangsa ini yang menjadi korbannya. Jangan sampai Indonesia menjadi

hancur di masa depan karena sekarang ini banyak dari calon penerusnya yang sudah

terbenam dalam pembunuh terselubung bernama “narkoba”.

63

Page 64: Bab ii agama

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafii, Agustus 2009, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Positif dan Hukum Islam, Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.2

Amriel, Reza Indragiri. 2008. Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba. Jakarta:

Salemba Humanika

Anonim. 2010. Buku Panduan Penyuluhan Narkoba.Jakarta:Markas Besar Tentara

Nasional Indonesia Pusat Kesehatan

Dadang Hawari. 2004. Peran Agama dalam Menanggulangi Naza (Narkotika,

Alkohol & Zat Adiktif. Yogyakarta:Dana Prima Yasa

Djafri, H.M. Taufik. 2003. Menikmati Keindahan Allah Melalui Logika Dan Tanda-

Tanda Edisi Kedua. Malang: Banyumedia

Fransiska Novita Eleanora, April 2011, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba serta

Usaha Pencegahan dan Penanggulangannya, Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1

H. Mardani. 2008. Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Pidana Nasional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/print/features/2011/01/01/feature-02

(diakses pada 25 November 2013)

http://belajarpsikologi.com/pengertian-narkoba/ (diakses pada 25 November 2013)

http://hukumpidana.bphn.go.id/kuhpoutuu/undang-undang-nomor-35-tahun-2009-

tentang-narkotika/# (diakses pada 24 November 2013)

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/narkoba-dalam-pandangan-islam.html

(diakses pada 26 November 2013)

http://www.bnn.go.id/portal/index.php/faq/detail/3/jenis-jenis-narkoba (diakses pada

23 November 2013)

64

Page 65: Bab ii agama

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-

narkotika-dengan-uu-psikotropika (diakses pada 25 november 2013)

Luthfi Baraza, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Narkoba, Makalah Seminar

tentang Narkoba di SMK IPTEK Jakarta, hlm. 2

Topo Santoso, Anita Silalahi, 2000, Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja:

Suatu Perspektif, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol 1, No 1

Winarto.2007.Ada Apa Dengan Narkoba.Semarang:Aneka Ilmu

Yusuf Taujiri Muhammad. 2006. Islam Sebagai Modalitas Terapi Narkoba.

65