BAB II

34
BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi: 1. Menetapkan kriteria 2. Memberikan bobot masalah 3. Menentukan skoring tiap masalah

description

hghjgyh

Transcript of BAB II

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang diangkat, maka didapatkan Enam permasalahan. Adapun masalah tersebut meliputi: 1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target > 85%2. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%3. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%4. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%5. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%6. Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

2.1.1 Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:A. Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.2.1.2 Scoring TechniqueBerbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :

1. PrevalenceBesarnya masalah yang dihadapi

2. SeriousnessPengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut.

3. ManageabilityKemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya4. Community concernSikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.B. Metode Matematik PAHODalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :

1. MagnitudeBerapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalens.

2. SeverityBesarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate masing- masing penyakit.3. VulnerabilitySejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.4. Community and political concernMenunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi5. AffordabilityMenunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia C. METODE MCUAPada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. 2. Greetest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.5.Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : pentingBobot 1 : cukup penting

A. EMERGENCYEmergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.

Nilai CFR dan Angka kematian:

1. CFR TB

: 0%2. IR ISPA

: 0,44 %3. IR Diare

: 3,2 %4. CFR Kusta: 0%Tabel 2.1Skala Score EmergencyRange (%)Score

2 6,71

6,8 11,52

11,6 16,33

16,4 21,14

21,2 25,95

26,0 30,76

30,8 35,57

35,6 40,38

40,4 45,19

45,2 49,910

Tabel 2.2

Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) yang Terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014

No.Daftar MasalahProxyRUMUS

(Target-Cakupan)

+ProxyScore

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%CFR TB Paru (85-36) + 0= + 0= 4910

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%CFR TB Paru(85-40) + 0= 45+ 0= 459

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

CFR TB Paru(85-40) + 0= 45+ 0= 459

4. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

CFR TB Paru( 90 88 ) + 0 = 2 + 0 = 21

5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

CFR TB Paru( 90 50 ) + 0 = 40 + 0 = 408

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

CFR TB Paru( 90 73 ) + 0 = 17+ 0 = 174

Pada emergency, daftar masalah program P2ML didapatkan skor terbesar yaitu 10 pada angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014B. Greetest MemberGreetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan. Tahap-tahap melakukan perhitungan Score Greetest Member :

1. Mengidentifikasi besarnya target dari tiap indikator program kesehatan lingkungan.

2. Mengidentifikasi seberapa besar angka cakupan (hasil) yang tercapai dari tiap-tiap program kesehatan lingkungan.

3. Hitung selisih dari target dan cakupan.

4. Sesuaikan hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut dengan Score Greetest Member yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan score pada Greetest Member digunakan range. Range didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score dari 1 - 9 dengan jarak tiap range sebesar 0,99 agar mendapatkan nilai Greetes Member yang bervariasi.Tabel 2.3 Range pada Score Greetest MemberRange (%)Score

2 6,71

6,8 11,52

11,6 16,33

16,4 21,14

21,2 25,95

26,0 30,76

30,8 35,57

35,6 40,38

40,4 45,19

45,2 49,910

Tabel 2.4 Daftar Masalah Program P2MLNoProgram dan KegiatanCakupan(a)Target(b)Selisih(b-a)Score

1Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%36 %85%49%10

2Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%40%85%45%9

3Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

40%85%45%9

4Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

88%90%2%1

5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

50 %90%40%8

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

73%90%17%4

Pada Greetest Member daftar masalah program P2ML didapatkan Score terbesar adalah 10 , yaitu Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain di luar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut. Untuk Jumlah penduduk diurut berdasarkan kelurahan yang memiliki penduduk terkecil sampai yang terbanyak. Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk Periode Januari 2014 Desember 2014

NoWilayah KerjaJumlah PendudukNilai

1Johar Baru I

9.111 Jiwa1

2Johar Baru III9251 Jiwa2

3Johar Baru II9.603 Jiwa3

4Kecamatan Johar Baru10.038 Jiwa4

5Kelurahan Galur16.977 Jiwa5

6Kelurahan Kampung Rawa21.203 Jiwa6

7Kelurahan Tanah Tinggi

40.078 Jiwa7

8Se- Kecamatan Johar Baru166.261 Jiwa8

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah Periode Januari 2014 Desember 2014No.Wilayah KerjaLuas Wilayah (Ha)Nilai

1.Galur26,21

2.Kampong Rawa30,12

3.Johar Baru I52,43

4Johar Baru III54,8

4

5Tanah Tinggi62,295

6Johar Baru II63,36

7Kecamatan Johar Baru67,27

8Se-Kecamatan Johar Baru356,298

Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral Periode Januari 2013 Juli 2013NilaiLintas Sektor

1Tidak ada keterpaduan lintas sektor

2Ada keterpaduan lintas setor

Untuk keterpaduan lintas sektoral, dalam hal ini puskesmas kecamatan menjalankan keterpaduan lintas sektoral.Tabel 2.8 Penentuan Nilai Expanding Scope Program Kesehatan Lingkungan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Tanah Tinggi Periode Januari 2014 Desember 2014No.Daftar MasalahJumlah PendudukLuas WilayahLintas SektorJumlah

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%1315

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%36110

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

2417

4Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

36110

5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

2417

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

88117

Expanding scope tertinggi terdapat pada Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 yaitu dengan nilai 17A. FEASIBILITY

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.

Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat diselesaikan meliputi:

1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing masing wilayah Puskesmas. Tabel 2.9 Range pada Scoring Rasio Tenaga Kesehatan

Range Score

1:16 1: 411

1: 42 1: 672

1: 68 1: 933

1 : 94 1: 1194

1: 120 1: 1455

Tabel 2.10 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran Program P2ML di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar BaruPeriode Januari Desember 2014No.PuskesmasJumlah Tenaga KesehatanJumlah PendudukRasioScore

1.Kecamatan Johar Baru671.0571 : 161

2.

3.Kelurahan Johar Baru IKelurahan Johar Baru II119489

6241 : 441 : 692

3

4.Kelurahan Johar Baru III63221 : 542

5.Kelurahan Kampung Rawa97651: 853

6.Kelurahan Tanah Tinggi79831: 1405

7.Kelurahan Galur65871: 984

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.

Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.

Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014KategoriKetersediaanScore

TempatTidak ada0

Ada tetapi kurang1

Ada dan cukup2

Alat/ ObatTidak ada0

Ada tetapi kurang1

Ada dan cukup2

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu tidak ada, cukup dan kurang. Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas terkait.

Tabel 2.11 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014DanaScore

Tidak ada0

Ada tetapi kurang1

Ada dan cukup2

Tabel 2.12

Penentuan Score Feasibility Program P2ML Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014NODAFTAR MASALAHSDMFASILITASDANAJUMLAH

Alat/ObatTempat

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%411

17

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%51118

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

31116

4.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

51118

5.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

31116

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

3611139

Feasibility tertinggi pada program P2ML periode Januari Desember adalah Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 dengan jumlah 39.5.POLICY

Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor untuk penyuluhan diberikan 5, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai 10. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 15.Tabel 2.13Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014ParameterScore

Tidak ada kebijakan0

Ada kebijakan5

Tabel 2.14Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di Kecamatan Johar Baru Periode Januari - Desember 2014ParameterScore

Penyuluhan5

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran)10

Media Elektronik (TV, radio, internet)15

Tabel 2.15

Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas di Wilayah Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014NoMasalahKebijakan PemerintahPenyuluhanMedia

CetakMedia ElektronikJumlah

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%5510020

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%5510020

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

5510020

4.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

5510020

5.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

5510020

6.Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

5510020

Skor policy terbesar adalah sama untuk semua area masalah yaitu skornya 20.Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan kedalam tabel penentuan masalah program P2ML menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.Tabel 2.16

Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA

MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruPeriode Januari - Desember 2014NoKriteriaBobotMS1MS2MS3

NBNNBNNBN

1Emergency51050945945

2

Greetest member

41040936936

3

Expanding Scope

35151030721

4

Feasibility2714816612

5Policy1202020202020

Jumlah139147134

MS 1 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%

MS 2 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%

MS 3 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

Tabel 2.17Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA

MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruPeriode Januari - Desember 2014NoKriteriaBobotMS4MS5MS6

NBNNBNNBN

1Emergency515840420

2

Greetest member

414832416

3

Expanding Scope

310307211751

4

Feasibility28166123978

5Policy1202020202020

Jumlah75125185

MS 4 Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

MS 5 Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

MS 6 Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man (sumber daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara). Sedangkan proses merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output, yang terdiri dari:a. Planning (perencanaan)

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

b. Organizing (pengorganisasian)

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (pelaksanaan)

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Controlling (monitoring)

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (evaluating) jika terjadi penyimpangan.

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalahnya dengan menggunakan diagram fishbone:

1. Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%2.3 MENCARI PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINANPada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang paling dominan. Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan dapat menyelesaikan sebagian besar permasalahan yang ada. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan adalah dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas Penjaringan:2.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (Diagram Tulang Ikan) pada Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

a. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

1. Man

Jumlah petugas kesehatan yang kurang

2. Money

Pendistribusian dana yang tidak tepat waktu

3. MaterialKurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB paru

4. MethodJadwal program penyuluhan kurang terkoordinasi dengan baik

b. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah : 1. Planning

Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait

2. Organizing

Pimpinan program TB paru sibuk dengan tugas lain3. Actuating

Jumlah petugas program TB paru dengan penderita TB tidak proporsional

4. ControllingPetugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya pengobatan pasien TB paru

c. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:

1. Environment :

Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB paruDari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah :

1. Jumlah petugas kesehatan yang kurang

2. Pendistribusian dana yang tidak tepat waktu

3. Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tatacara pengobatan TB paru