BAB II
-
Upload
linda-nurmaulidya -
Category
Documents
-
view
57 -
download
3
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Kesehatan
1. Pengertian Manajemen
Stoner (1982) dalam Handoko (2003) menjelaskan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Gambar 2.1. Arti Manajemen
Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa manajemen kesehatan
adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui program kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan
adalah struktur atau gabungan dari subsistem dalam suatu unit atau dalam
suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik
preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif, sehingga sistem
pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit, Balai
7
8
Kesehatan Masyarakat, dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang
mengupayakan kesehatan.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen kesehatan masyarakat beberapa diantaranya
yaitu fungsi perencanaan, fungsi pelaksanaan, fungsi monitoring, dan
evaluasi.
a. Fungsi Perencanaan
Peter R. Kongstvedt (2000) mengatakan bahwa perencanaan
adalah merencanakan strategi, merencanakan sumber daya,
merencanakan fasilitas, dan merencanakan keuangan. Perencanaan
tersebut memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer
untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan
berdaya guna (Notoatmodjo, 1997).
b. Fungsi Pelaksanaan
Azwar A. (1997) mengatakan bahwa setelah perencanaan dan
pengorganisasian selesai dilakukan, maka selanjutnya yang perlu
ditempuh dalam pekerjaan administrasi adalah mewujudkan rencana
tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk menjadi
kenyataan. Ini berarti rencana tersebut dilaksanakan dan atau
diaktualisasikan.
9
c. Fungsi Evaluasi
Menurut Notoatmodjo (2007), evaluasi merupakan bagian
yang penting dari proses manajemen, karena dengan evaluasi akan
diperoleh umpan balik (feedback) terhadap program atau pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah
dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang telah direncanakan.
Tanpa adanya evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh mana
tujuan-tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau
belum.
B. Aplikasi Manajemen Kesehatan
1. Manajemen Rumah Sakit
Konsep kesehatan masyarakat telah mengalami perubahan yang
sangat besar dan telah memberikan suatu harapan baru bagi peningkatan
kualitas perawatan dan fasilitas medis. Tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi menjadikan manajemen dalam sektor kesehatan/rumah
sakit menjadi suatu isu strategis.
Manajemen di Rumah Sakit tidak lepas dari fungsi manajemen
secara umum, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perencanaan adalah salah satu fungsi manajemen yang penting.
Perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam
keberhasilan upaya pelayanan di sebuah rumah sakit. Melalui penerapan
sistem perencanaan yang baik, manajemen rumah sakit sesungguhnya
10
telah memecahkan sebagian dari masalah pelayanan di rumah sakit
tersebut karena upaya pengembangan di rumah sakit sudah didasarkan
pada kebutuhan nyata perkembangan masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya (Heine,.dkk, 2009).
Organisasi Rumah Sakit adalah sebuah organisasi yang sangat
kompleks. Kompleksitas fungsi penggerakan (actuating) di sebuah rumah
sakit juga dipengaruhi oleh dua aspek lain yaitu:
a. Sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen
penerima jasa pelayanan.
b. Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang
bekerja di rumah sakit terdiri dari berbagai jenis profesi.
Kompleksitas ketenagaan dan jenis profesi yang dimiliki oleh rumah
sakit, menuntut dikembangkannya model partisipatif oleh pihak
pimpinan rumah sakit.
Manajemen rumah sakit perlu melakukan sebuah reformasi dan
terus meningkatkan kerja sama tim, kualitas hubungan dalam tim, dan
komunikasi dinamis di dalam dan di antara tim organisasi, demi
tercapainya tujuan organisasi rumah sakit tersebut (Heine,.dkk, 2009).
2. Manajemen Program Kesehatan Masyarakat
Program Kesehatan Masyarakat adalah bagian dari program
pembangunan kesehatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam
11
pemeliharaan kesehatan, dengan titik berat pada upaya peningkatan
kualitas hidup dan pencegahan penyakit, disamping pengobatan dan
pemulihan (DKK Bandung, 2007).
Gambar 2. 2. Hubungan Manajemen dengan Program Kesehatan Masyarakat
Gambar diatas menjelaskan hubungan antara manajemen dengan
prinsip-prinsip dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Hal yang diperlukan
untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada program
Kesehatan Masyarakat adalah kajian program pokok kesehatan secara
kritis (critical analysis). Melalui kajian program kesehatan akan dapat
dirumuskan dua jenis masalah yang berkaitan dengan program kesehatan
yaitu masalah program yang berkaitan dengan masalah manajemen
pelayanan dan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
berbagai jenis penyakit yang berkembang pada kelompok-kelompok
masyarakat. Kedua jenis masalah tersebut secara umum berbeda tetapi di
12
lapangan satu sama lain saling berhubungan. Manajer program juga perlu
merumuskan berbagai masalah yang berkaitan dengan kualitas
pelayanan, efisiensi, dan efektifitas pelayanan program (masalah
program). Sebelum merumuskan kedua masalah tersebut, perlu dipahami
dan dimanfaatkan berbagai prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan
masyarakat seperti ilmu kedokteran pencegahan terutama yang dapat
diterapkan pada program yang bersangkutan, epidemiologi deskriptif dan
statistik sederhana, konsep dasar terjadinya penyakit (segitiga
epidemiologi), paradigma Blum, dan pendekatan sistem (Muninjaya,
2004).
C. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
1. Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Upaya kesehatan adalah upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan kesehatan serta upaya penunjang yang
diberlakukan (Anonim, 1994). Usaha KIA yang bergerak dalam
pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan,
penting sekali untuk meningkatkan kesehatan umum dari masyarakat.
Sasaran KIA adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sampai
dengan umur 5 tahun (Muninjaya, 2004).
Kementerian kesehatan dalam upaya penurunan angka morbiditas
ibu dan anak menekankan pada penyediaan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Balai Kesehatan Ibu Anak (BKIA) merupakan suatu wadah
13
yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan
anak dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dimana
pada balai kesehatan ibu dan anak terdapat berbagai program yang
menunjang dalam pencapaian kesehatan khususnya ibu dan anak. Berikut
adalah ruang lingkup BKIA:
a. Pelayanan tumbuh kembang anak : Pemantauan pertumbuhan,
penentuan status gizi dan konseling, deteksi dini dan stimulasi
perkembangan, pengukuran antropometri, imunisasi, penyuluhan
kesehatan anak, konsultasi laktasi, pijat bayi, konsultasi dengan unit
terkait misalnya ahli gizi, psikologi, dokter anak dll.
b. Pelayanan Antenatal care minimal 4 kali, yaitu : pada triwulan pertama
1X, triwulan ke dua 1X, dan pada triwulan ketiga 2X
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pelayanan keluarga berencana
e. Klinik laktasi
Pelayanan tesebut harus menggunakan buku KIA sebagai catatan
serta pendokumentasian dan bidan yang bertugas di Balai Kesehatan Ibu
Anak harus sudah APN (Ferdinand, 2008).
Perhatian terbesar pada kebutuhan kesehatan reproduksi
perempuan adalah bagaimana mencegah penyebab utama kesakitan dan
kematian maternal. International Conference on Population and
Development (ICPD) di Kairo mencanangkan program Safe Motherhood,
sebagai strategi untuk menurunkan tingkat kesakitan dan kematian
14
maternal. Program itu bertujuan untuk mempromosikan kesehatan
perempuan dan Safe Motherhood, menyukseskan percepatan, penurunan
tingkat kesakitan dan kematian maternal, memberikan komitmen untuk
menurunkan jumlah kematian dan kesakitan dari aborsi yang tidak aman,
dan meningkatkan status kesehatan serta gizi perempuan khususnya
perempuan hamil (United Nations 1994, diacu oleh Rachmawati 2004).
2. Akses Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Selama beberapa tahun terakhir, terjadi banyak kemajuan dalam
penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat di negara berkembang.
Kemajuan ini tidaklah merata terutama pada wanita, mereka belum
memperoleh pelayanan yang proporsional. Tidak memadainya akses
pelayanan kesehatan bagi wanita juga tercermin dari statistik kematian.
Penurunan AKB secara bermakna telah terjadi selama beberapa tahun
terakhir, meskipun AKI tetap tinggi. Selama ini ”kesehatan ibu”
mendapat porsi perhatian terbesar dalam kebutuhan kesehatan wanita
secara umum. Akses pelayanan yang efektif dapat dijamin jika pelayanan
terjangkau secara finansial, dianggap sesuai, dan dapat diterima oleh
wanita sebagai pengguna pelayanan (Koblinsky, 1997).
Hambatan utama yang dihadapi oleh masyarakat sosial ekonomi
rendah untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah kurangnya
infrastruktur fisik. Hal ini tentu saja masih dialami oleh sebagian besar
wanita di negara berkembang, yang menunjukkan ketidakadilan yang
15
besar dalam distribusi petugas dan fasilitas kesehatan, serta infrastruktur
komunikasi dan transportasi yang belum dikembangkan secara memadai
(Koblinsky, 1997).
3. RSBM sebagai Program Pelayanan KIA Dinas Kesehatan Kota
Cirebon
Ketersediaan pelayanan kegawatdaruratan untuk ibu hamil,
bersalin beserta janinnya sangat menentukan kelangsungan hidup ibu dan
bayi baru lahir. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai pusat
rujukan wilayah Cirebon bebannya terlalu berat, serta sebagai perantara
antara RSUD dan masyarakat diperlukan keterlibatan dan kepedulian dari
Rumah Sakit Swasta.
Berbagai upaya telah dilakukan di Kota Cirebon, tetapi jumlah
kematian baik kematian ibu bersalin dan kematian bayi belum
menunjukkan penurunan yang signifikan. Upaya mempercepat penurunan
jumlah kematian ibu bersalin dan kematian bayi di Kota Cirebon
memerlukan suatu komitmen dan kerjasama baik antara pemerintah,
swasta, dan masyarakat sendiri untuk menekan terjadinya kematian ibu
bersalin dan bayi.
Salah satu komitmen yang disepakati adalah Rumah Sakit
Berbasis Masyarakat (RSBM) dimana RSBM adalah jejaring pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Swasta dan
Pemerintah di masing-masing wilayah binaannya berupa pelayanan
16
kesehatan Rumah Sakit secara langsung oleh dokter spesialis baik
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta memberikan transfer of
knowledge bagi tenaga kesehatan dan masyarakat yang dibantu oleh
Puskesmas, institusi kesehatan lainnya, dan warga siaga di wilayah
binaannya dalam suatu tatanan sistem rujukan.
RSBM merupakan kegiatan dalam upaya menekan dan
menurunkan jumlah kematian ibu bersalin dan bayi dimana kegiatannya
dibawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Cirebon melalui
Program Pendanaan Kompetisi yang dimulai tahun 2006.
Bentuk pelayanan yang diberikan langsung kepada
masyarakat oleh Tim RSBM tidak hanya kuratif dan rehabilitatif tetapi
promotif dan preventif juga diberikan melalui Puskesmas secara periodik
(DKK Cirebon, 2010).
Pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan promotif dan preventif
dapat dilakukan melalui penyuluhan mengenai KIA/KB, konseling, dan
pemeriksaan antenatal care. Upaya kuratif dan rehabilitatif dapat
dilakukan dengan upaya pemberian pelayanan gawat darurat kehamilan
dan persalinan serta bayi dan balita, pemberian obat bagi ibu hamil yang
memiliki penyakit tertentu, serta pemberian pelayanan postpartum untuk
mencegah terjadinya infeksi setelah melahirkan.