BAB II 1199037 -...

31
13 BAB II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK DAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM 2.1. Tinjauan tentang Perkembangan Kepribadian Anak Pemahaman manusia tentang problematika kehidupan tidak akan bersifat monolitik, dalam arti perbedaan pendapat dan persepsi selalu terjadi dalam sepanjang sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran manusia, seperti halnya dengan permasalahan perkembangan kepribadian anak sebagai salah satu dari disiplin ilmu psikologi, yang juga berdasarkan latar belakang wawasan dan pengetahuan yang beragam. Para ahli dalam bidang perkembangan kepribadian anak juga berbeda pula, seperti uraian berikut: 2.1.1 Pengertian Perkembangan Kepribadian Anak Sebelum dijelaskan lebih lanjut tentang kepribadian anak, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian-pengertian perkembangan kepribadian anak secara umum menurut para ahli, di antaranya: a. Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-orgam jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi 13

Transcript of BAB II 1199037 -...

Page 1: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

13

BAB II

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK DAN

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

2.1. Tinjauan tentang Perkembangan Kepribadian Anak

Pemahaman manusia tentang problematika kehidupan tidak akan bersifat

monolitik, dalam arti perbedaan pendapat dan persepsi selalu terjadi dalam sepanjang

sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran manusia,

seperti halnya dengan permasalahan perkembangan kepribadian anak sebagai salah

satu dari disiplin ilmu psikologi, yang juga berdasarkan latar belakang wawasan dan

pengetahuan yang beragam. Para ahli dalam bidang perkembangan kepribadian anak

juga berbeda pula, seperti uraian berikut:

2.1.1 Pengertian Perkembangan Kepribadian Anak

Sebelum dijelaskan lebih lanjut tentang kepribadian anak, terlebih dahulu

akan dikemukakan pengertian-pengertian perkembangan kepribadian anak secara

umum menurut para ahli, di antaranya:

a. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada

kualitas fungsi organ-orgam jasmaniah, dan bukan pada organ jasmani tersebut

sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi

13

Page 2: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

14

psikologi yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiolagis. (Poerwanti dan

Widodo, 2002: 27).

Sedangkan Makmun (1996: 79) berpendapat bahwa konsep perkembangan

mempunyai makna yang luas, mencakup segi-segi kualitatif dan kuantitatif serta

aspek-aspek fisik-psikis yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan,

kematangan, dan belajar atau pendidikan dan latihan.

Berhubungan dengan perkembangan, dalam bukunya Yusuf (2000: 15)

yang berjudul “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” memberikan definisi

perkembangan sebagai berikut:

“Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (ruhaniah)”.

Yang dimaksud dengan sistematis, progresif dan berkesinambungan adalah

sebagai berikut:

1). Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling

ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme

(fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.

2). Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan

mendalam (luas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).

3). Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu

berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan

atau loncat-loncat. (Yusuf, 2000: 15-16).

Page 3: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

15

Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih

sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.

b. Pengertian Kepribadian

Istilah “kepribadian” (personality) berasal dari kata Latin “persona” yang

berarti “topeng”. (Hurlock, 1994: 236). Berdasarkan pengertian dari kata-kata

tersebut para ahli mengemukakan definisinya sebagai berikut:

Jalaludin (2002: 160) memberi definisi kepribadian adalah berfungsinya

seluruh individu secara organisme yang meliputi seluruh aspek yang secara

verbal terpisah-pisah seperti: intelek, watak, motif dan emosi, minat, kesediaan

untuk bergaul dengan orang lain dan kesan individu yang ditimbulkannya pada

orang lain serta efektifitas sosial pada umumnya.

Selanjutnya Maramis (1980: 282) dalam bukunya “Kedokteran Jiwa”

mengemukakan: “Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan

perasaan yang dialami secara subyektif oleh seseorang”. Jadi kepribadian

menunjuk pada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering

digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus dalam

hidupnya.

Pendapat Allport (1937) yang dikutip Yusuf (2000: 126) mendefinisikan

kepribadian sebagai berikut:

“Personality is the dynamic organization within the individual of those psycho-physical system determine his unique adjustment to his environment”.

Page 4: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

16

(Kepribadian adalah organisasi sitem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-psikis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Kalau diperhatikan definisi Allport itu, tampak bahwa ia berusaha

mengsintesakan atau melibatkan pandangan kontinental dan pandangan Anglo

dari Amerika. Segi “dalam” maupun segi “luar” kepribadian telah dimasukkan ke

dalam definisi itu.”sistem jiwa raga” merupakan segi “dalam” dan “penyesuaian

diri” merupakan segi “luar” dari kepribadian. Kalau dianalisis definisi tersebut,

maka kepribadian adalah:

1). Merupakan suatu organisasi dinamik, yaitu suatu kebulatan, keutuhan,

organisasi atau sistem yang mengikat dan mengaitkan berbagai macam aspek

atau komponen kepribadian. Organisasi tersebut dalam keadaan berproses,

selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Sebagai contoh, kepribadian

si A walaupun 10 tahun yang lalu dan 10 tahun mendatang adalah tetap si A,

akan tetapi si A sekarang adalah berbeda dengan 10 tahun yang lalu dan akan

berbeda pula dengan si A 10 tahun yang akan datang. Si A tetap

menunjukkan ciri kepribadiaanya sebagai suatu organisasi, tetapi ciri-ciri

tersebut mengalami perubahan karena bersifat dinamis.

2). Organisasi itu tediri atas sistem-sistem “psycho physical”atau jiwa raga. Term

ini menunjukkan bahwa kepribadian itu tidak hanya terdiri atas mental,

ruhani, jiwa, atau hanya jasmani saja, akan tetapi organisasi itu mencakup

semua kegiatan badan dan mental yang menyatu ke dalam kesatuan pribadi

yang berada dalam individu.

Page 5: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

17

3). Organisasi itu menentukan penyesuaian dirinya, artinya menunjukkan bahwa

kepribadian dibentuk oleh kecenderungan yang berperan secara aktif dalam

menentukan tingkah laku individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri

dan lingkungan masyarakat. Kepribadian adalah sesuatu yang terletak di

belakang perbuatan khas yang berada dalam individu.

4). Penyesuaian diri dalam hubungan dengan lingkungan itu bersifat unik, khas,

atau khusus, yakni mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tidak ada yang

menyamainya.

c. Pengertian Anak

Secara alamiah sejak bertemunya ovum (sel telur) dengan sperma

terciptalah makhluk baru dalam kandungan ibu, dan setelah 9 bulan lamanya

dalam kandungan manusiapun terlahir ke dunia dengan menyandang predikat

awal sebagai anak dalam keluarga. Hal ini barangkali yang melatarbelakangi

Poerwadarminta (1976: 38) mengartikan anak sebagai keturunan manusia yang

masih kecil.

Selanjutnya Webster dan Kechnie (1980: 313) mengatakan anak adalah: “A

boy or girl in period before puberty” (laki-laki atau perempuan yang berada pada

masa sebelum pubertas).

Berlainan dengan kedua pendapat di atas, dalam tafsir al-Qur'an al-Adzim

karangan Ibnu Katsir (1970: 105), mengungkapkan:

��������������������� ������������������������������������������������ �!�" Artinya: “Anak adalah anak kecil yang belum berbuat kesalahan dan tidak

berbuat dosa”.

Page 6: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

18

Penafsiran dari imam Ibnu Katsir penulis anggap sudah bisa mewakili

pengertian anak. Jadi ��� bermakna anak kecil yang masih bersih jiwanya,

karena belum melakukan kesalahan.

Berpijak pada uraian di atas dapat disimpulkan, pengertian anak ialah

keturunan manusia yang masih kecil belum mencapai usia pubertas (baligh), baik

laki-laki atau perempuan dan jiwanya masih bersih.

Dari pengertian-pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan pengertian perkembangan kepribadian anak adalah

perubahan-perubahan yang terus meningkat pada perilaku anak yang belum

mencapai usia pubertas, yang terhimpun dalam diri dan yang digunakan untuk

bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan, baik yang datang

dari lingkungannya (dari luar anak), maupun yang berasal dari dalam diri anak

sendiri, sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional

yang khas bagi dirinya.

2.1.2 Dimensi Perkembangan Kepribadian Anak

a. Aspek-aspek Kepribadian

Para ahli memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi

adalah tingkah laku manusia, baik perilaku yang dapat dilihat (overt) maupun

perilaku yang tiak dapat dilihat (covert).

Terlihat dan tidak terlihatnya perilaku bergantung pada suatu susunan

sistem (aspek), dalam hal ini pendapat Sigmund Freud yang dikutip Jalaludin

Page 7: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

19

(2002: 71) dalam bukunya “Psikologi Agama”, merumuskan sistem kepribadian

menjadi tiga aspek, yaitu:

1). Id (das es)

Sebagai suatu sistem “Id” mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan

asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah. Dengan kata lain ia

mengemban prinsip kesenangan (pleasure principle), yang tujuannya untuk

membebaskan diri dari ketegangan dorongan naluriah dasar.

2). Ego

“Ego” merupakan aspek pribadi yang berfungsi menyalurkan dorongan “Id”

ke keadaan yang nyata.

3). Super ego (das ube ich)

Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan, maka sebagian

super ego mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa individu

ke arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan.

Menurut Ahyadi (1988: 68-69) dalam bukunya “Psikologi Agama”,

berpendapat bahwa kepribadian dianalisis ke dalam tiga aspek, antara lain:

1). Aspek kognitif (pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang,

inisiatif, kreatifitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif

adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.

2). Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan

alam, perasaan atau emosi. Sedangkan hasrat dan kehendak, kemauan,

keinginan, kebutuhannya, dorongan dan elemen motivasi lainnya disebut

aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak

Page 8: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

20

dapat dipastikan dengan aspek afektif (finalis) yang berfungsi sebagai energi

atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.

3). Aspek motorik, yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku seperti

perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.

Dalam versi lain Sukanto mengemukakan kepribadian terdiri dari empat

sistem atau aspek, yaitu:

1). Qalb (angan-angan kehatian) adalah hati yang menurut istilah kata

(terminologis) artinya sesuatu yang berbolak balik (sesuatu yang lebih),

berasal dari kata “Qalaba” artinya membolak-balikan. Secara biologis “Qalb”

diartikan sebagai segumpal daging dan secara nafsiologis “Qalb” juga bisa

berarti kahatian.

Ada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

����������#�$�%���� ���&�'� �(���"����)���"���*���+�!�,�-��#�$�%����.�/�01��� ����������������2���3�����.�4���������#�$�%�������&�'��#�$�/��5�#�$�/���*����

Artinya: “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekepal daging, kalau itu

baik, baiklah seluruh tubuh. Dan kalau itu rusak, rusaklah seluruh tubuh. Itulah qalb (hati)” (HR. Bukhari Muslim).

2). Fuad, adalah perasaan terdalam dari hati yang sering disebut “hati nurani”

(cahaya mata hati), yang berfungsi sebagai daya ingatan. Satu segi kelebihan

“fuad” adalah bahwa “fuad” itu dalam keadaan bagaimanapun tidak bisa

dusta, sebagaimana firman Allah surat an-Najm ayat 11 yang berbunyi:

���6���7�-��8��9�������:�;�<�-=��%>?����@@A

Artinya: “Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya” (Depag RI, 1994: 871).

Page 9: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

21

3). Ego, aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara

baik dengan dunia nyata (realitas). Ego bisa dipandang sebagai aspek

eksekutif kepribadian, terkontrol cara-cara yang ditempuh, memilih

kebutuhan-kebutuhan, memilih obyek-obyek yang bisa memenuhi kebutuhan,

mempersatukan pertentangan antara “Qalb” dan “Fuad” dengan dunia luar.

4). Tingkah laku, aspek ini ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang

disadari oleh pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya

bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang

akan dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian

seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya (Jalaludin, 2002: 172-

175).

Mengakhiri deskripsi tentang sistem aspek-aspek kepribadian harus diingat

bahwa aspek tersebut tidak dipandang sebagai organ-organ yang menjalankan

kepribadian, akan tetapi aspek tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai

proses psikologis yang mengikuti satu prinsip tertentu.

Dalam keadaan biasa prinsip-prinsip yang berlainan tidak akan berbenturan

satu sama lain, dan tidak bekerja secara bertentangan. Sebaliknya sistem tersebut

bekerja sama seperti satu tim. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai satu

kesatuan dan bukan sebagai bagian-bagian yang terpisah (Supratiknya, 1993: 68).

b. Tipe-tipe Kepribadian

Page 10: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

22

William James, yang dikutip oleh Ahyadi (1988: 91-109) mengatakan ada 2

(dua) tipe kepribadian, yaitu “tipe periang” (the healthy mindedness) dan “tipe

penyedih’ (the sick soul), yang penjelasannya sebagai berikut:

1). Tipe periang

Pada perkembangan kesadaran beragama tipe periang akan ditemukan

sifat, antara lain:

a). Optimis dan riang gembira.

Tipe periang menghayati kehidupan beragama yang dialaminya secara

natural sebagaimana adanya, mudah, gampang, penuh kelapangan,

memberi keluasan wawasan, menambah variasi dan kekayaan alam

perasaan serta merupakan pegangan hidup yang menggembirakan, akan

tetapi dimungkinkan tipe ini juga mengalami kebimbangan, keragu-

raguan, godaan dan konflik batin. Namun demikian dengan karakternya

yang optimis tipe ini akan dapat memecahkan permasalahan secara cepat.

Tipe ini dengan mudah menyadari bahwa Tuhan adalah Maha Pemurah,

Pemberi Ampun, Pengasih dan Penyayang. Tuhan dipandang sebagai

kekuatan yang mengharmoniskan dunia, merahmati alam semesta,

menjadikan anak-anak bergembira, serta hal lain yang serba

menggembirakan. Tipe ini pun mengetahui bahwa Tuhan Maha Adil,

Maha Penghukum, Maha Kuat, Maha Dahsyat, Maha Perkasa, namun

pandangan tentang Tuhan demikian itu tidak mewarnai sikap dan

perilakunya.

b). Sikapnya terarah ke dunia luar

Page 11: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

23

Salah satu rahasia kegembiraan hidup seseorang adalah kelincahannya

dalam menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di luar dirinya, dengan

kejadian di dunia luar, situasi dan kondisi lingkungan, serta kurang

menghiraukan atau meninjau proses dan dinamika yang terjadi dalam diri

pribadinya.

Pandangan hidupnya mencerminkan gagasan-gagasan yang berlaku dalam

lingkungannya. Norma-norma moralnya sama dengan norma yang

berlaku di sekitarnya. Pendapatnya mengikuti pendapat umum (orang

banyak). Oleh karena itu di dalamnya memungkinkan bahwa orang yang

demikian mudah terkena penyakit zamannya, seperti mode politik dan

pergolakan masyarakat. Tipe ini dengan mudah mengambil pendapat

orang lain, bukan hanya secara pura-pura, bukan karena takut atau ambisi,

tetapi ia berbuat demikian karena yakin bahwa itulah yang diharapkan

orang banyak darinya.

2). Tipe penyedih

Tipe ini biasanya kurang mendapat perhatian masyarakat umum. Salah

satu ciri tipe ini adalah tidak menyenangi popularitas, tidak mau menonjolkan

diri, ada kecenderungan mengadakan perenungan tentang rahasia ke-Tuhanan

secara mendalam, mengadakan uzlah, menyendiri, bertapa, zuhud,

menghindari kenikmatan duniawi, mensucikan hati dan menjauhi godaan

syetan atau dosa.

Tipe penyedih adalah lawan kutub tipe periang. Oleh karena itu, ciri-ciri

penyedih terutama pada masa perkembangannya adalah kebalikan dari tipe

Page 12: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

24

periang seperti sikap pesimis, introvert, sikap terarah ke dunia dalam,

introspektif, melihat makna hidup secara mendalam dan serius. Tipe ini selalu

berusaha mensucikan diri dengan pertobatan yang mendalam dan terus

berusaha agar selalu berdekatan dengan Tuhan. Harus diingat, bahwa tipe

penyedih tidak selamanya merasa sedih dan tidak pula selamanya menderita.

(Ahyadi, 1988: 97-109).

2.1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian Anak

Tahap-tahap perkembangan kepribadian anak dapat diartikan sebagai fase

perkembangan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan pada anak yang

diwarnai karakteristik (ciri-ciri khusus), atau pola-pola tingkah laku tertentu.

Mengenai pembabakan atau periodisasi perkembangan ini, para ahli berbeda

pendapat, di antaranya sebagai berikut:

Dalam bukunya Yusuf (2000: 21) mengemukakan tentang penahapan

perkembangan yang dialami individu, yakni:

a. Tahap I : fase prenatal (sebelum lahir).

b. Tahap II : fase orok (infancy) mulai lahir sampai usia 14 hari.

c. Tahap III : bayi (baby hood) mulai 2 minggu sampai 2 tahun.

d. Tahap IV : kanak-kanak (childhood) mulai 2 – 11 tahun

e. Tahap V : adolescence, mulai usia 11 atau 13 – 21 tahun.

Sedangkan penelitian mengenai tahap-tahap perkembangan kepribadian anak,

(Jean Piaget yang dikutip Zulkifli, 1986: 21) mengaitkannya dengan terjadinya

perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar, yaitu menjadi 4 fase

sebagai berikut:

Page 13: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

25

a. Fase sensorik motorik

Aktivitasnya didasarkan pada pengalaman langsung panca indera. Aktivitas

belum menggunakan bahasa pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini.

b. Fase pra operasional

Anak tidak terikat lagi pada lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan

tanggapan bertambah besar. Anak suka meniru orang lain dan mampu menerima

khayalan dan suka bercerita tentang hal-hal yang fantastis dan sebagainya.

c. Fase operasi konkret

Pada fase ini cara anak berfikir mulai logis. Bentuk aktivitas dapat

ditentukan dengan peraturan yang berlaku. Anak masih berfikir harfiah sesuai

dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

d. Fase operasi formal

Dalam fase ini anak telah mampu mengembangkan pola-pola berfikir

formal, telah mampu berfikir logis, rasional dan bahkan abstarak. Telah mampu

menangkap arti simbolis, kebiasaan dan menyimpulkan suatu berita dan

sebagainya.

Dalam versi lain Mahfudz (2003: 3) dalam bukunya “Psikologi Anak dan

Remaja Muslim) sepakat bahwa kehidupan anak itu dapat dibagi menjadi beberapa

fase sebagai berikut:

a. Dari mulai lahir sampai usia 2 tahun, disebut fase persiapan.

b. Dari usia 2 – 6 tahun, disebut fase permulaan anak-anak.

c. Dari usia 6 – 12 tahun, disebut fase paripurna anak-anak.

Page 14: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

26

Untuk menyatukan pandangan dengan apa yang dimaksudkan oleh penulis

dalam penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan atas pendapat para ahli di

atas, yang disebut sebagai anak adalah ketika berusia 0 –12 tahun. Dan dapat

dikategorikan ke dalam beberapa tahapan (fase) berdasarkan perkembangan

kepribadiannya, antara lain:

a. Perkembangan kepribadian fase orok

Masa orok merupakan masa perkembangan terpendek dalam kehidupan

manusia. Dimulai sejak lahir sampai usia 2 minggu. Masa orok biasanya dibagi

dalam dua (2) masa, yaitu masa pertunate yang berlangsung selama 15 – 30

menit pertama sejak lahir sampai tali pusatnya digunting. Dan masa neonate,

yaitu sejak pengguntingan tali pusat sampai usia 2 minggu.

Karakteristik kepribadian pada fase ini oleh Yusuf (2000: 149-150)

dijelaskan bahwa: “Dasar-dasar kepribadian ini berasal dari sifat-sifat kebakaan

yang menjadi matang. Perkembangan kepribadian ini, di samping dipengaruhi

oleh faktor kebakaan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama kasih

sayang. Dan pada usia ini adalah masa timbulnya “sense of trust”, yaitu

kepercayaan akan kasih sayang. Masa ini ditandai oleh ketergantungan yang

penuh kepada orang lain (ibu) dengan kasih sayangnya”.

b. Perkembangan kepribadian fase persiapan anak

Masa ini dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua

dari kehidupan. Masa persiapan memiliki ciri-ciri perkembangan kepribadian

yaitu masih berkembangnya sikap egosentris. Ini berarti bahwa anak memandang

Page 15: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

27

segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan ditujukan untuk

kepentingan dirinya sendiri.

Sikap egosentris ini mempengaruhi sikap sosialnya. Sikap-sikap yang

nampaknya tidak baik merupakan keadaan yang normal atau wajar bagi

perkembangan usia ini, karena masa permulaan masih sangat dikuasai nalurinya

(bersifat impulsive), dan kemampuan berfikirnya belum cukup berkembang.

Dalam usia ini merupakan masa yang secara psiko-sosial amat funsamental

bagi tahapan perkembangan berikutnya. Masa ini ditandai dengan sifat dasar

(trust us mistrust). Tugas perkembangan pokoknya adalah memperoleh atau

mengembangkan sikap percaya (trust) dan mengatasi atau menghindarkan diri

dari sikap tidak percaya (mis trust). Kualitas perkembangan kepribadian masa

permulaan anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana anak itu

hidup (Yusuf, 2000: 159-160).

c. Perkembangan kepribadian fase permulaan anak-anak

Anak usia ini merupakan fase perkembangan individu sekitar 2 – 6 tahun.

Pada usia ini anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau

wanita, yaitu melalui jenis pakaian yang dikenakan, jenis permainan dan

sebagainya, dan semuanya itu dapat dimengerti akan keberadaannya.

Masa ini lazim disebut masa trot zalter, periode perlawanan atau masa

krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya,

yaitu dia mulai sadar akan aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari

lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara

dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak

Page 16: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

28

yang berhadapan, yaitu “aku-nya” dan orang lain. Dia menemukan bahwa tidak

setiap keinginannya dipenuhi orang lain dan memperhatikan kepentingannya.

Pertentangan antar kemauan dari dan tuntutan lingkungan dapat mengakibatkan

ketegangan dalam diri anak sehingga tidak jarang anak meresponnya dengan

sikap membandel, yang mana merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan

pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen ke independen.

Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi

tuntutan dan tanggung jawab. (Yusuf, 2000: 173).

d. Perkembangan kepribadian fase paripurna anak

Fase paripurna anak berlangsung pada usia 6 – 12 tahun. Seorang anak

pada masa ini sudah mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-

norma, tradisi dan moral (agama). Hal tersebut akan mereka dapatkan melalui

perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk

ikatan baru dengan teman sebaya (peer group), serta orang-orang yang di

sekelilingnya. Dan di samping itu pula pada usia ini, anak sudah dapat

mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik

buruk.

Dengan demikian berarti kemampuan potensial sebagai dasar telah mulai

tampak pada anak usia ini. Anak mulai mengarah pada kemampuan menguasai

berbagai ketrampilan, baik yang berhubungan dengan pengetahuan praktis,

seperti seni olahraga, maupun yang berhubungan dengan pengetahuan non-

praktis, seperti pengamalan terhadap norma-norma, tradisi dan agama (Yusuf,

2000: 178).

Page 17: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

29

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Anak

Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan, dan dari proses

perkembangan itu terbentuklah di dalamnya pola-pola yang tetap dan khas, sehingga

merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian anak

itu dapat dibagi sebagai berikut:

a. Faktor Biologis

Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani (fisiologis).

Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya

perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini

menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap individu ada yang

diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang

itu masing-masing. Keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan maupun

pembawaan sejak lahir itu memainkan peranan yang penting pada kepribadian

seseorang.

b. Faktor Sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial di sini ialah keluarga, teman sebaya,

serta masyarakat sekelilingnya (Purwanto, 1990: 160). Suasana atau iklim

keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak (Yusuf, 2000:

128). Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil

adalah sangat mendalam. Hal ini disebabkan karena:

1). Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama;

2). Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas dari jumlah luasnya;

Page 18: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

30

3). Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus siang dan

malam;

4). Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan

bernada emosional.

Dari uraian singkat tersebut di atas, nyatalah betapa besar pengaruh faktor

sosial yang diterima anak itu dalam bergaul dan kehidupannya sehari-hari dari

kecil sampai besar, terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadiannya

(Purwanto, 1999: 163).

c. Faktor Kebudayaan

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing

anak tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu

dibesarkan, karena tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan

pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara

berfikir, seperti cara memandang sesuatu, bersikap atau cara berperilaku (Yusuf,

2000: 129).

Page 19: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

31

2.2. Tinjauan tentang Bimbingan Konseling Islam

2.2.1 Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Dipandang dari segi terminology, ada dua macam istilah yaitu bimbingan dan

konseling. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Guidance”

dan istilah konseling dari kata bahasa Inggris “Counseling” yang dalam bahasa

Indonesia berarti penyuluhan.

Untuk mengetahui arti sebenarnya tentang bimbingan konseling Islam

terlebih dahulu akan dikemukakan bimbingan konseling Islam secara umum, dan

menurut para ahli, yaitu:

a. Bimbingan Islami

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris

“Guidance” yang berasal dari kata kerja “To guide” yang berarti menunjukkan,

memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih bermanfaat

bagi hidupnya di masa kini dan akan datang (Arifin, 1994:1).

Dalam kamus Arab – Indonesia, bimbingan dalam bahasa Arabnya adalah “

�8�B�7��� “ yang artinya pengarahan, bimbingan dan juga bisa berarti menunjukkan

atau membimbing (Al-Munawir, 1984: 535). Hal ini dapat dilihat dalam firman

Allah SWT surat al-Kahfi ayat 10 yang berbunyi:

���C���3�/� �D�E�F����.����� �+� �G������6������*��������+���H�7� �I�J�#����K�-��?�����?0L�7������#�B�7��J���-����K�-��?����MN �4��=�DEF����@OA

Artinya: “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke

dalam goa, lalu mereka berdo’a: wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (Depag RI, 1994: 444 ).

Page 20: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

32

Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli

tentang definisi bimbingan secara umum. Arti bimbingan menurut Walgito

(1995: 4) dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan Islam”, adalah bantuan

atau pertolongan yang diberikan individu atau sekumpulan individu dalam

menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam lingkungannya agar

individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan rumusan diberikan oleh Priyatno dan Erman Anti (1994: 109)

tentang definisi bimbingan, yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-anak, remaja

maupun dewasa, agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan

individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma

yang berlaku.

Kemudian Shertzer dan Stone (1996: 40) mengemukakan “Guidance is the

process of helping individuals to understand and their world” (bimbingan adalah

sebuah proses menolong individu untuk memahami dirinya dan dunianya).

Dari beberapa pengertian bimbingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang (anak-anak, remaja dan

dewasa), agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan

yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan)

sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung

jawab tanpa bergantung pada orang lain.

Page 21: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

33

Setelah mengetahui pengertian bimbingan dari sudut pandang umum, maka

perlu dikemukakan juga pengertian bimbingan dari sudut pandang Islam

sebagaimana dirumuskan oleh Hallen (2002: 17):

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'an dan al-Hadits Rasulullah ke dalam diri sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan al-Qur'an dan sunnah Rasul”.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

dalam proses pemberian bantuan terhadap individu, akan tetapi dalam bimbingan

islami konsepnya bersumber pada al-Qur'an dan al-Hadits.

b. Konseling Islami

Konseling berasal dari bahasa Inggris “Counseling” dari kata kerja “To

Counsel”yang artinya memberikan nasehat atau memberi anjuran kepada orang

lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain) dan juga bisa diartikan

“Advice” yang berarti nasehat atau petuah (Echols dan Shadaly, 1992: 150).

Sebagaimana pengertian bimbingan (Guidance), maka di dalam pengertian

konseling secara umum dan islami juga terdapat beberapa pendapat, antara lain:

Menurut Langgulung (1968: 26), konseling adalah proses yang bertujuan

menolong seseorang yang mengidap kegoncangan emosi sosial yang belum

sampai pada tingkat kegoncangan psikologis atau kegoncangan akal, agar ia

dapat menghindari diri dari padanya.

Priyatno dan Erman Anti (1994: 104) berpendapat bahwa konseling adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

Page 22: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

34

seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu

masalah (disebut klien), yang bermuara pada tuntasnya masalah yang dihadapi

oleh klien.

Begitupun menurut Shertzer and Stone (1968: 26) yang mendefinisikan:

“Counseling is an interaction process wich facilitaty meaning full understanding of self environment and result in the stabilishman, and or clafication of goals and values for future behavior” (konseling adalah suatu proses interaksi yang memudahkan pengertian ini dan lingkungan serta hasil pembentukan atau klarifikasi tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berguna bagi tingkah laku yang akan datang”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah

suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada

individu yang sedang mengalami masalah, agar individu dapat mengatasi

permasalahan yang dihadapinya.

Setelah mengetahui pengertian konseling dari sudut pandang umum, maka

perlu dikemukakan pengertian konseling dari sudut pandang Islam sebagaimana

dirumuskan oleh Hallen (2002: 22) adalah sebagai berikut:

“Konseling Islam adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah yang dimilikinya, sehingga ia menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta”.

Sama seperti bimbingan, dalam konseling dilihat dari sudut pandang umum

dan Islam, tidak ada perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap

Page 23: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

35

individu, namun dalam konseling Islam konsepnya bersumber pada al-Qur'an dan

al-Hadits.

Dengan demikian, istilah bimbingan dan konseling merupakan dua

rangkaian kata yang saling berhubungan erat dalam melaksanakan kegiatannya.

Besarnya peran konseling di antara keseluruhan bentuk-bentuk pelayanan

bimbingan, sampai-sampai konseling dianggap sebagai jantung hatinya

bimbingan (Priyatno dan Erman Anti, 1999: 110).

2.2.2 Dasar-dasar Bimbingan Konseling Islam

Dasar utama bimbingan konseling Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul,

sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat

Islam (Musnamar, 1992: 5).

Al-Qur'an dan sunnah Rasul adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan

konseling Islam. Dari kedua dasar tersebut gagasan, tujuan dan konsep-konsep

bimbingan konseling Islam bersumber.

a. Dasar Bimbingan Islam

Dasar yang memberi isyarat pada manusia untuk memberi petunjuk atau

bimbingan kepada orang lain dapat dilihat dalam surat al-Baqarah ayat 2 yang

berbunyi:

�������K� �30G�������6#�4��P� �/��2�Q�7����:�G�F�����I��*=�����3R����SA

Artinya: “Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan kepadanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Depag RI, 1994: 8)

b. Dasar Konseling Islam

Page 24: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

36

Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat

(konseling) kepada orang lain dapat dilihat dalam surat al-Ashr, yaitu:

��������������C�?�-��� �K�Q�;0��0���� T��$�U� .����� �1�$�J���� 01��� ���V�����������������������R0V��L���C�"��C�����NW�)���L���C�"��C������5�)��0V���C��������

Artinya: “Demi masa sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran” (Depag RI, 1994: 1099)

2.2.3 Konsep Dasar Hakikat Manusia dalam Pandangan Bimbingan Konseling Islam

Untuk memahami konsep dasar tentang hakikat manusia menurut Islam bisa

dilihat dari berbagai segi. Seperti sejarahnya, manusia dan petunjuk Allah SWT,

hakikat masalah yang dihadapi manusia, fitrah dan sifat-sifat manusia, dan berbagai

kelemahan atau sifat negatif manusia, tinjauan pada berbagai segi tersebut masing-

masing dijelaskan sebagai berikut:

a. Tinjauan Historis

Jika ditelusuri kejadian manusia dari segi agama (Islam), baik manusia

pertama maupun keturunannya, ternyata manusia tidak bisa menjadi dengan

sendirinya atau ada dengan sendirinya, tetapi “adanya manusia” itu karena

“diadakan, dijadikan” oleh Allah SWT. Manusia pertama dalam al-Qur'an

bernama”Adam”, ternyata dijadikan oleh Allah SWT dari tanah, sedangkan

kejadian manusia keturunan manusia pertama dijadikan dari sari pati tanah,

seperti dalam firman-Nya:

Page 25: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

37

����������������������T7����X�.�/�+���Y�J��Z�?�3���U�0�� �TK� �[��K�-�T+�����'��K�-��1�$�J����?�3���U��#�3����� TK� �F�-� �A=������ +�3����� �+���Y\?���?�3���U� 0�� ���������?�3�����/� +�!�,�-� �+�3�������� �?�3�����/

�����������������U��� 3���U� �Z�J�]���J��� 0�� � ��)��� ���̂ ������J�C�$�F�/� -�̂ ��� �+�!�,�����������K� �3���������K�$�H����_���̀ �7�R�G�/

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari

pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk (yang berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik” (QS. al-Mukminun: 12-14) (Depag RI, 1994: 527).

Istilah “dijadikan” menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat

pasif, “manusia”lah yang menjadi objeknya, dan Allah SWT lah yang menjadi

subjek yang aktif. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa

manusia tidak bisa menciptakan manusia (bayi) tanpa seijin (kehendak) Allah

SWT, hal ini bisa dilihat pada kenyataan sebagian pasangan keluarga yang tidak

memiliki anak meskipun telah hidup berumah tangga dalam waktu yang cukup

lama.

b. Manusia dan Petunjuk Allah SWT

Sebagai pencipta manusia, Allah SWT tentu lebih mengetahui rahasia yang

diciptakan-Nya (manusia). Tentang kekurangan dan kelebihannya dan bahkan

bisikan dalam hati manusiapun Allah SWT mengetahui. Hal ini dapat dimengerti

dalam firman-Nya:

Page 26: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

38

��������������������������:���X����K�)�J���P�$���J�P�L��a�C�'�C����-��������J����1�$�J����?�3���U��#�3��������P� �����#Q�7�C�������R�H��K�-=��b��@cA

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui

apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS. Qaf: 16) (Depag RI, 1994: 852)

Untuk itu agar manusia selamat dalam hidupnya (baik di dunia maupun di

akhirat), Allah memberi petunjuk berupa kitab suci yang dibawa oleh para Rasul,

dan menjadikan Rasul sebagai pembawa petunjuk pelaksanaannya. Jadi petunjuk

jalan yang lurus itu sebenarnya sudah disediakan Allah bagi manusia, tetapi tidak

semua manusia mau mengikuti petunjuk Allah itu. Ada sebagian manusia yang

menerima petunjuk itu dengan ikhlas dan senang hati kemudian dia mengikuti

sepenuh hati, tetapi ada juga sebagian manusia justru mengingkari petunjuk itu

sehingga akhirnya ia tersesat.

c. Hakikat masalah yang dihadapi manusia

Hakikat masalah yang dihadapi manusia bisa disebabkan ketidaktahuannya

petunjuk Allah yang telah diturunkan melalui Rasul-Nya, atau karena manusia

tidak mau mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Allah, maka akhirnya

manusia tersesat seperti yang diterangkan-Nya dalam al-Qur'an surat al-Anfal

ayat 55 sebagai berikut :

��1�C�?�-�9�Q�������E�/���������<��K�Q�;0����_���#�?����:���0#���0��B�01��=���d���J��

��eeA Artinya : “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah

ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”. (QS. Al-Anfal : 55).

Page 27: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

39

d. Fitrah dari sifat-sifat manusia

Sejak manusia diciptakan, Allah telah melengkapi dengan fitrah. Fitrah

adalah potensi-potensi tertentu yang ada pada diri manusia yang telah dibawanya

(Hallen, 2002 : 15). Potensi itu bisa berupa phisik maupun psikis, potensi phisik

misalnya kelengkapan alat indera dengan segala fungsinya dan potensi psikis

misalnya berupa akal pikiran, hati, perasaan, kehendak dan sebagainya.

Jika dibandingkan jenis makhluk lain, manusia diciptakan oleh Allah

sebagai makhluk yang paling baik atau paling sempurna ciptaannya, dan

memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain selain

manusia. Kelebihan-kelebihan itu antara lain:

1). Manusia dijadikan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi.

2). Sebagai makhluk yang dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak

dimiliki oleh makhluk lain

3). Diberi kelebihan oleh Allah dengan alat indera dan alat pikiran

4). Kelebihan manusia dalam tempat tinggal yang paling baik dibandingkan

dengan makhluk lain, dan diberi rejeki (penghidupan). (QS. 07 : 10)

5). Proses generasi yang terjadi secara teratur melalui tali perkawinan yang

disahkan oleh Allah sehingga jelas siapa bapak ibunya.

Di samping fitrah yang berupa potensi, Allah juga menjadikannya memiliki

fitrah dalam arti kecenderungan keberagamaan, yaitu :

1). Sebagai makhluk sosial

2). Sebagai makhluk beragama (QS. 05 : 03) dan dibekali dengan agama sebagai

petunjuk dalam kehidupannya, yaitu agama Islam. Sebagaimana firman-Nya:

Page 28: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

40

���������'�������_���#�?����K�Q>�#���0>1�� Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”.

(QS. 3 : 19).

3). Mencintai anak-anak.

4). Mencintai harta benda, dan lain sebagainya.

e. Beberapa sifat negatif manusia

Dalam al-Qur'an Allah mewujudkan beberapa sifat negatif dalam kehidupan

manusia, antara lain :

1). Manusia adalah makhluk yang lemah

2). Manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan nakal

3). Sombong, tidak mau berterima kasih dan mudah putus asa

4). Suka mencelakakan (zalim) terhadap dirinya sendiri

5). Suka membantah

6). Bertabiat tergesa-gesa

7). Sangat kikir

8). Manusia tidak memperoleh sesuatu kecuali yang dia usahakan

9). Manusia suka mengeluh

10). Manusia mempunyai kecenderungan berbuat maksiat terus menerus dan

bertindak melampaui batas. (Sutoyo, 1995 : 3-8)

Berpijak pada konsep dasar hakikat manusia sebagaimana telah dijelaskan

di atas, maka fungsi dan tujuan bimbingan konseling dengan pendekatan Islam

secara operasional akan dapat terwujud.

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Page 29: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

41

a. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Fungsi-fungsi bimbingan konseling Islam dapat dikelompokkan menjadi

empat :

1) Fungsi preventif yakni membantu individu menjaga atau mencegah

timbulnya masalah bagi dirinya.

2) Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu individu memecahkan masalah

yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3) Fungsi presentatif yakni membantu: membantu individu menjaga agar situasi

dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

4) Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi

sebab munculnya masalah baginya. (Rahim Faqih, 2001 : 37)

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Tujuan bimbingan konseling Islam secara implisit sudah ada dalam batasan

atau definisi bimbingan konseling Islam, yakni mewujudkan individu menjadi

manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Tujuan bimbingan konseling Islam sebagaimana dikemukakan oleh Faqih

(2001: 36) adalah sebagai berikut :

1). Membantu individu agar tidak menghadapi masalah sehingga bertindak

sesuai dengan tuntutan agama

Page 30: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

42

2). Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi

yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,

sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Dengan kata lain supaya individu bisa memfungsikan dan mengembangkan

segala potensi yang dimilikinya dengan tepat.

Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran

tujuan umum tersebut dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang

dialami oleh individu yang bersangkutan sesuai kompleksitas permasalahan itu.

(Priyatno dan Erman Anti, 1999: 115).

Dengan demikian tujuan bimbingan konseling Islam dapat dibagi menjadi

dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum seperti yang

tersirat dalam definisi bimbingan dan konseling, sedangkan tujuan secara khusus

merupakan penjabaran dari tujuan umum yang berkaitan dengan permasalahan

yang berhubungan langsung dengan masalah yang dihadapi individu.

Salah satu tujuan bimbingan konseling Islam adalah mengarahkan kepada

individu agar keadaan jiwa tetap dalam keadan bersih karena dengan begitu

individu akan mudah menerima nasihat yang benar sehingga pada akhirnya

individu memiliki kepribadian yang kokoh sehingga tidak mudah diombang-

ambingkan oleh pendapat yang simpang siur. (Sutoyo, 1995 : 9).

Untuk mencapai tujuan bimbingan konseling Islam, maka dibutuhkan

sebuah langkah operasional untuk mengarahkan individu supaya mempunyai

kepribadian yang baik dan kokoh.

Page 31: BAB II 1199037 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/1/jtptiain-gdl-s1-2005...sejarah, barangkali itu justru merupakan indikasi dan dinamika pemikiran

43

Salah satu metode telah ditanamkan oleh Luqman kepada anaknya dalam

al-Qur'an surat Luqman secara tepatnya ayat 13 sampai dengan ayat 19 yang

berupa nasihat. Dengan penuh kelembutan dan bijaksana Luqman al-Hakim

menasihati anaknya hingga di kemudian hari menjadi seorang yang saleh dan

berkepribadian kokoh.

Setelah menjelaskan pengertian, dasar-dasar, hakikat manusia, fungsi serta

tujuan bimbingan konseling Islam, maka dalam penulisan skripsi ini akan

menggunakan sudut pandang bimbingan konseling Islam untuk meneliti nasihat

Luqman al-Hakim dalam Qur’an surat Luqman, ayat 13 sampai 19 untuk

dijadikan sebuah langkah operasional dalam bimbingan dan konseling Islam bagi

perkembangan kepribadian anak.