BAB I · Title: BAB I Author: mhjcg Created Date: 10/24/2018 3:56:11 PM
Transcript of BAB I · Title: BAB I Author: mhjcg Created Date: 10/24/2018 3:56:11 PM
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Hubungan Pers (Press Relations) suatu usaha untuk mencapai publikasi
atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi PR (Public
Relations) dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak
dari organisasi. Viral, tempo waktu diksi ini terus dikenal hingga menciptakan
kosakata baru di ruang publik. Selanjutnya yang tak kalah anyar, istilah Hoax,
kabar bohong (dalam makna Bahasa Indonesia). Viral mengartikan begitu
derasnya bagaimana suatu peristiwa tersebar secara luas, disaat yang bersamaan
tidak jarang peristiwa itu bohong belaka atau berita hoax. Tidak bisa dipungkiri
kebebasan pers membuat setiap individu memiliki hak untuk menyebarkan suatu
peristiwa. Disisi lain, kesadaran publik akan informasi yang kredibel seiring
waktu kian dibutuhkan, bahkan terkadang jadi tuntutan.
Kebebasan pers semakin bergerak ke arah positif, terus bertumbuh pesat
pasca Reformasi. Tak ayal, Reformasi kerap kali disebut dengan Era Transparansi,
Suatu era, dimana arus informasi bergerak secara bebas tanpa kontrol apalagi
kendali oleh pihak luar. Dalam Reformasi atau Era Trasnparansi masyarakat bebas
menyuarakan gagasan dan tanpa batasan mengonsumsi informasi darimana saja.
Sayangnya kebebasan tersebut dimanfaatkan segelintir pihak untuk menyebarkan
berita bohong (hoax). Hoax istilah populer bagi sebutan kabar bohong atau berita
yang tidak berdasarkan fakta dan data. Oleh karenanya media massa yang tetap
konsisten menegakkan prinsip independensi dan keakuratan berita menjadi suatu
-
2
keharusan ditengah situasi penuh ketikakpastian akibat informasi yang sulit
dibendung, entah darimana asalnya.
Pers dan organisasi bagaikan hubungan yang sulit dipisahkan satu dengan
lainnya. Tidak perlu memperdebatkan mana yang lebih dipandang penting
diantara satu dengan lainnya. Organisasi tidak bisa eksis tanpa pers, setidaknya
ditinjau dari bagaimana organisasi berhubungan dalam menyampaikan pesan dan
informasi bagi khalayaknya. Ditahap ini pers memainkan andilnya, pers menjadi
penghubung atau medium antara organisasi dan khalayak. Siklusnya bermula saat
organisasi mengirim pesan yang disambungkan serta disebarkan luaskan, melalui
suatu publikasi pers. Pada akhirnya khalayak mengakses informasi dari publikasi
tersebut.
Dinamika hubungan organisasi dan pers bersifat pasang-surut,
pertentangan keduanya tercermin dalam semboyan “Bad News is Good News”.
Berita buruk sudah lumrah jadi buruan pers, tetapi dalam kacamata yang berbeda
(praktisi humas), berita buruk merupakan ancaman yang berpengaruh pada citra
diri. Sejatinya organisasi dapat rukun berdampingan dengan pers dalam satu
ekosistem, dengan saling memahami satu sama lain. Duduk sama rendah, berdiri
sama tinggi, ungkapan yang tepat untuk menemukan ekuilibrium diantara
keduanya. Organisasi sudah menjadi keharusan untuk menjawab tantangan
zaman, bahwa mereka harus beradaptasi sembari perlahan mulai membuka diri
dengan sorotan kamera. Pers sebagai representasi kepentingan publik, diperlukan
keteguhan dalam memproduksi konten publisitas yang bebas keberpihakan dan
kredibel.
-
3
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (disingkat BNN), badan
khusus yang langsung berada dibawah Presiden yang mempuyai tujuan utama
Indonesia Bebas Narkoba. Kejahatan Narkoba tergolong sebagai kejahatan luar
biasa (extraordionary crime), diukur dari daya rusak yang ditimbulkan, dan
perkembangan kejahatan yang perlu ditangani secara khusus. Berdirinya BNN
sebagai jawaban atas maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba, sehingga
diperlukan suatu badan yang fokus dan masif menumpas habis penjahat narkoba
(pemberantasan). Disaat yang sama BNN juga mempunyai fungsi memulihkan
kembali bagi mereka para korban yang sudah terlanjur masuk ke dalam pusaran
narkoba (rehabilitasi).
Pertanggungjawaban bersama setiap elemen bangsa menjauhkan diri
sambil ikut memerangi narkoba. Terlalu mahal resiko yang dibayar apabila
narkoba sudah menjadi komoditas yang dihalalkan tanpa penegakan hukum.
Terminologi dunia modern, keadaan perang tidak lagi dengan angkat senjata.
Perang melalui serbuan narkoba, opsi yang efektif untuk meluluhlantahkkan suatu
bangsa. Karena narkoba langsung menyerang komunitas yang mendiami suatu
bangsa, yang disebut sekumpulan manusia. Bahaya laten dari serbuan narkoba
selain sifat candu yang merusak dari dalam, yakni Fenomena Lost Generation.
Kegentingan tersebut yang membuat akhirnya Indonesia menyandang status
darurat narkoba sejak 1971 sampai sekarang. Status tersebut belum juga Indonesia
tanggalkan, belum bukan berarti tidak bisa, sejatinya bangsa dan negara ini tidak
ingin kalah dalam perang melawan narkoba.
Bagian Hubungan Masyarakat (Humas BNN) menjalin kemitraan strategis
bersama pers dalam rangka publisitas pemberantasan narkoba. Publikasi tersebut
-
4
disajikan secara berkelanjutan dalam rangka pemahaman publik terkait kondisi
Indonesia dalam status darurat narkoba. Berdasarkan pemaparan dini diatas, dapat
diangkat judul yang penulis tentukan sebagai objek pengamatan Riset Public
Relations dalam rangka Tugas Akhir yakni “Strategi Publisitas Humas Badan
Narkotika Nasional sebagai Upaya Pembentukan Citra pada Benak Publik”.
1. 2 Maksud dan Tujuan
1. 2. 1 Maksud
Maksud dari penulisan Tugas Akhir perihal dorongan untuk menyingkap
apa dan bagaimana Strategi Publisitas Humas Badan Narkotika Nasional sebagai
Upaya Pembentukan Citra pada Benak Publik.
1. 2. 2 Tujuan
Tujuan penulisan Tugas Akhir untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan Program Diploma Tiga (D-III) Program Studi Hubungan Masyarakat
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika.
1. 3 Metode Penelitian
1. 3. 1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis terapkan bersifat data penelitian
kualitatif, terdiri dari:
1. Observasi
Menurut Ardianto tentang definisi Observasi:
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja pencaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.
-
5
Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh
peneliti terhadap objek yang diobservasikan. Sedangkan observasi tidak
langsung menggunakan “media-media transparan”. Peneliti secara langsung
melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian. (Ardianto,
2014)
Menurut Kriyantono “Observasi adalah teknik pengumpulan data yaitu
periset terjun langsung di lapangan untuk mengamati proses-proses interaksi dan
percakapan-percakapan antara subjek yang diriset”. (Kriyantono, 2015)
Gibson dan Mitchael membagi praktik observasi menurut pelaksanannya
ke dalam dua bentuk, yaitu Observasi langsung (Direct Observations) dan
Observasi tidak langsung (Inderect Observations):
a. Obervasi langsung (Direct Obervations)
Pada kegiatan observasi langsung. Peneliti langsung terjun ke lapangan sebagai
sasaran penelitian untuk melihat keadaan atau fenomena yang terjadi disana.
Dengan begitu, peneliti dapat lebih mengenal karakteristik lokasi, fenomena, dan
juga subjek penelitian, dalam hal ini adalah masyarakat yang hendak diteliti.
b. Observasi tidak langsung (Inderect Observations)
Oberservasi tidak langsung merupakan kegiatan pengamatan yang tidak dilakukan
pada tempat atau lokasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti dapat
menggunakan media, seperti internet, media cetak, rekaman audio visual, dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya yang memiliki latar permasalahan yang sama
dengan yang akan diteliti. (Maudi & Susilowati, 2018)
Berdasarkan teori-teori observasi diatas, penulis menetapkan teknik
pengumpulan data kualitatif menggunakan Observasi Langsung. Karena penulis
melakukan pertemuan secara tatap muka dengan narasumber terkait. Disamping
-
6
itu penulis juga turun langsung ke lapangan, dimana penulis mengamati secara
langsung bagaimana pemublikasian melalui konferensi pers.
2. Wawancara
Menurut Ardianto “Wawancara adalah sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara”. (Ardianto, 2014)
Menurut Bungin teknik Wawancara, yaitu:
Inti dari teknik pengumpulan data dengan wawancara ini bahwa di setiap
penggunaan teknik ini selalu ada beberapa pewawancara, responden,
materi wawancara, dan pedoman wawancara. Pewawancara adalah orang
yang menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak sebagai
pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Responden adalah orang
yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Pedoman
wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalannya
wawancara. (Ardianto, 2014)
Menurut Kusumaningrat dkk, Wawancara Secara Tatap-Muka adalah:
Suatu bentuk wawancara yang dilakukan secara berhadap-hadapan yang
sangat banyak memberikan kemungkinan penggalian informasi lebih
dalam dan luas karena sebelumnya dilakukan perjanjian lebih dulu dengan
narasumber; topiknya atau fokusnya sudah dirancang lebih dulu dan dalam
kesempatannya pun lebih khusus, baik tempat maupun waktu yang
disediakan. (Kusumaningrat dkk, 2014)
Dalam teknik wawancara terdapat dua jenis sumber informasi, yaitu:
a. Menurut Ruslan, Key Informan adalah “Orang utama yang merupakan kunci
diharapkan menjadi narasumber atau informasi kunci dalam suatu penelitian”.
b. Menurut Bungin, Informan “adalah seseorang yang bertindak sebagai
pembantu peneliti, tetapi ia berasal dari atau menjadi anggota kelompok yang
diteleti”. (Maudi & Susilowati, 2018)
Berdasarkan teori-teori wawancara diatas, partisipan dalam penelitian
melibatkan dua subjek narasumber yang berasal dari unsur internal Humas BNN.
-
7
Narasumber yang berperan sebagai Key Informan adalah Kombes Pol. Drs.
Sulistiandriatmoko, S.H., M.Si yang menjabat sebagai Kepala Bagian Hubungan
Masyarakat (Kabag Humas). Sedangkan Informan adalah Jeffry. R. Tuapattimain
S.T yang menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (KSB
Humas). Lalu, penulis menerapkan jenis wawancara secara tatap muka kepada
setiap narasumber yang ditemui. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara
terjadwal, setelah terlebih dulu mengirimkan daftar pertanyaan yang termuat pada
sesi tanya jawab. Dalam jeda waktu hitungan hari, narasumber yang menentukan
hari pelaksanaan wawancara dengan memperhatikan agenda kerjanya.
3. Kepustakaan
Menurut Ardianto “Metode Dokumentasi (metode pustaka Pen.) adalah
salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi peneliti
sosial untuk menelusuri data historis”. (Ardianto, 2014)
Menurut Bungin dalam perbedaan Dokumenter dan Literatur, bahwa:
Secara eksplisit, bahan dokumenter berbeda dengan literatur, tetapi
kemudian perbedaan keduanya hanya dapat dibedakan secara gradual.
Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik secara rutin maupun
berkala; sedangkan dokumen adalah informasi yang disimpan atau
didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. (Ardianto, 2014)
Berdasarkan teori-teori kepustakaan diatas, data pustaka yang penulis
pakai sebagai referensi penelitian, diantaranya: buku-buku Public Relations
kepemilikan pribadi, portofolio Tugas Akhir terdahulu, serta buku-buku pinjaman
dari Perpustakaan Bina Sarana Informatika yang memiliki korelasi dengan
penelitian penulis.
-
8
4. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln mendefinisikan “Dokumentasi ialah setiap
bahan tertulis ataupun film, selain dari record, yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik”. (Mayasari & Angguntiara, 2018)
Moeleong membagi dokumen atas dua, yaitu dokumen pribadi dan
dokumen resmi:
a. Tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Diantaranya buku harian, surat
pribadi dan otobiografi.
b. Dokumen resmi, dokumen, dokumen pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang berbagai atas dokumentasi internal dan
dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi,
aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam karangan
sendiri. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pernyataan
dan berita yang disiarkan kepada media massa. (Mayasari & Angguntiara,
2018)
Berdasarkan teori-teori dokumentasi diatas, penulis menginventarisasikan
dokumentasi dalam penelitian penulis sebagai dokumentasi yang bersifat empiris,
terdiri dari:
a. Press Release (Siaran Berita) BNN.
b. Foto-foto Dokumentasi Press Release terkait hasil bidikan Humas BNN.
c. Surat Resmi Permohonan Liputan dari Humas BNN.
d. Rekap Pemberitaan BNN di Media Cetak, Online, dan Televisi.
-
9
1. 3. 2 Metode Analisa Data
1. Pendekatan Kualitatif
Menurut Bogdan dan Taylor “Pendekatan Kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku
yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu
dalam konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang utuh, komprehensif
dan holistic”. (Susilowati, 2017)
Menurut Ruslan tujuan Penelitian Kualitatif, yaitu:
Untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan
sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap
kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan kenyataan
tersebut. (Susilowati, 2017)
2. Metode Analisa Deskriptif
Menurut Patton “Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan saluran uraian
dasar. Ia membedakan dengan penafsiran, yaitu memberikan arti signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara
dimensi-dimensi uraian”. (Ardianto, 2014)
Menurut Bogan dan Taylor Analisis Data adalah:
proses yang memerinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data, juga
sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis
tersebut. Jadi, analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga tema dapat ditemukan dan hipotesis kerja dapat dirumuskan
seperti yang disarankan oleh data. (Ardianto, 2014)
Berdasarkan teori-teori pendekatan kualitatif diatas, penelitian penulis
guna menyingkap perihal apa dan bagaimana strategi publisitas Humas BNN
-
10
dalam rangka pembentukan citra pada benak publik. Oleh sebab itu, penulis
melakukan kontak langsung dengan Key Informan dan Informan yang berasal dari
instansi terkait sebagai suatu pilihan untuk memperoleh informasi terpercaya.
Penulis menanyakan keingitahuan utama yang melatarbelakangi penelitian ini.
Berdasarkan teori-teori analisa deksriptif diatas, penulis melakukan
interpretasi ulang gagasan yang dituturkan baik oleh Key Informan maupun
Informan. Guna menghindari miss interpretations, penulis berpegang teguh pada
asas keberimbangan, yakni dalam penafsiran ulang penulis menyampaikan
gagasan narasumber sesuai dengan isi pembicaraan yang terekam dalam
percakapan antara penulis dengan narasumber terkait.
1. 3. 3 Waktu Penelitian
Penelitian lapangan secara resmi dimulai tanggal 4 April 2018 dan
berakhir pada tanggal 26 April 2018. Dalam periode waktu tersebut, terhitung
sebanyak tiga kali penulis melakukan penelitian dengan agenda yang berbeda,
diantaranya:
1. 4 April 2018, penulis melakukan wawancara perdana dengan Key Informan.
2. 14 April 2018, penulis melakukan wawancara kedua dengan Informan.
3. 26 April 2018, penulis melakukan pengamatan langsung pemublikasian
melalui konferensi pers.
1. 4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang berlaku dalam penelitian penulis, berhaluan pada
aktivitas Humas BNN dalam strategi memublikasikan konten publisitas yang
-
11
dimuat media massa guna upaya pembentukan citra pada benak publik. BNN
berusaha membentuk citra diri lewat publisitas pemberantasan narkoba. Penelitian
penulis didukung oleh landasan teori dan studi literatur sebagai penguatan sisi
akademik terhadap strategi publisitas Humas BNN dengan maksud dan tujuannya
masing-masing. Landasan teori terdiri dari Definisi Public Relations secara
umum, dan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Public Relations. Sedangkan,
studi literatur diisi dengan Strategi Public Relations, Humas Pemerintah,
Publisitas, Pengertian Citra dengan macam-macam citra, dan Opini Publik.
1. 5 Permasalahan Pokok
Status Indonesia Darurat Narkoba yang melekat resmi di tahun 1971 tak
kunjung gugur juga sampai saat ini. Peralihan tahun demi tahun diisi dengan
tindakan lamban merespons situasi lantas Indonesia bukan lagi pasar pengonsumsi
narkoba, tetapi sekaligus peracik narkoba untuk pasar dunia. Bukti kasat mata
dapat dengan mudah dilihat di lapangan, dimana penyelundupan masif terjadi baik
ke dalam maupun ke luar negeri. Permasalahan pokok tersebut perlu dibenamkan
pada benak publik, bahwa BNN tidak tinggal diam terhadap kejahatan narkoba
yang semakin menggurita dan akan terus bekerja memberantas narkoba. Publisitas
massa yang diawaki Humas BNN berkolaborasi dengan pers, merupakan
kesamaan cara pandang isu narkoba menjadi prioritas bersama. Strategi publisitas
yang terkait pemberantasan narkoba, juga bagian tak terpisahkan dari edukasi dan
paradigma baru bagi segenap khalayaknya. Dengan demikian, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Publisitas Humas Badan
Narkotika Nasional sebagai Upaya Pembentukan Citra pada Benak Publik”.
-
12
1. 6 Sistematika Penulisan
Sistematika Tugas Akhir tersusun atas tiga bab, sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Bab tersebut menjelaskan latar belakang yang diangkat dalam
penelitian, dan hal-hal yang mendorong masalah tersebut dijadikan
pengamatan penelitian.
Bab II LANDASAN TEORI
Bab tersebut menjelaskan hal umum yang berkaitan dengan aspek
Public Relations, pengertian Public Relations, dan peranannya
dalam suatu organisasi. Serta pengertian, konsep dan teori yang
memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas. Diantaranya,
Teori Umum mencakup Definisi Public Relations, dan Tupoksi
(Tugas Pokok dan Fungsi) Public Relations. Sedangkan Studi
Literatur terdiri atas Strategi Public Relations, Humas Pemerintah,
Publisitas, Pengertian Citra dengan jenis-jenis citra, dan Opini
Publik.
Bab III PEMBAHASAN
Bab tersebut menjelaskan Tinjauan Organisasi dari aspek historis,
dan penjelasan lebih komprehensif terhadap uraian inti dari
keseluruhan penelitian penulis pada bagian Proses Kerja PR
(Perencenaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi), yang dilengkapi dengan
kendala dan pemecahan.
Bab IV PENUTUP
Bab tersebut menjelaskan kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
penulis terhadap pembahasan dalam penelitian sebagai penutup
Tugas Akhir.