Bab i -Selesai Kia Mijen
-
Upload
optieardhaberlin -
Category
Documents
-
view
39 -
download
13
description
Transcript of Bab i -Selesai Kia Mijen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan kabupaten/kota yang
letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah
dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah
Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah Pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, Pusat pemberdayaan masyarakat, dan
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.1
Pelayanan kesehatan pada puskesmas harus bersifat menyeluruh atau
yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi
aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Puskesmas akan
mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan
misinya, agar tercapainya mutu pelayanan kesehatan yang baik.1,2
Mutu pelayanan adalah kegiatan pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan publik yang mampu memenuhi harapan,
keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan kepada
masyarakat luas. Program menjaga mutu puskesmas dapat diartikan sebagai
suatu upaya yang di laksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu pelayanan di puskesmas, lalu menetapkannya dan melaksanakannya
dengan penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta
menilai hasil yang di capai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas.3,4
Dalam penelitian ini akan membahas manajemen mutu pelayanan KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan kepuasan pasien KIA di Puskesmas Mijen.
Puskesmas Mijen adalah puskesmas yang berada Kelurahan Wonolopo
Kecamatan Mijen Kota Semarang yang di kepalai oleh Dr. Yetti Nasttuti .
1
Salah satu misi dari Puskesmas Mijen adalah Meningkatkan Pelayanan
Kesehatan Menyeluruh Bagi Masyarakat. Puskesmas Mijen merupakan
puskesmas yang sedang berupaya mengembangkan dan meningkatkan mutu
pelayanannya.5
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi
neonatal. 2,6
Angka Kematian Ibu (AKI) di kota Semarang berdasarkan data yang
ada di Dinas Kesehatan Kota adalah tahun 2010 terdapat 22 kasus per 25.706
kelahiran hidup. Melihat permasalahan tersebut, perlu untuk pemeriksaan
kehamilan rutin, dengan mengidentifikasi kehamilan yang berisiko untuk
upaya antisipasi pencegahan Angka Kematian Ibu (AKI). Peningkatan mutu
pelayanan ANC (antenatal care) dalam puskesmas diperlukan agar
pelayanan pada ibu hamil lebih optimal dan dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.6,7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yaitu
apakah petugas KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) sudah bekerja sesuai SOP
dan pasien sudah puas terhadap mutu pelayanan yang diberikan puskesmas?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui mutu pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dengan
melihat kepatuhan petugas dan kepuasan pasien.
2
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengidentifikasi tingkat kepatuhan petugas
terhadap SOP pemeriksaan ANC (Antenatal Care) di Puskesmas
Mijen
Mahasiswa mampu mengidentifikasi tingkat kepatuhan petugas
terhadap SOP imunisasi di Puskesmas Mijen
Mahasiswa mampu mengidentifikasi tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas
Mijen.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab masalah.
Mahasiswa mampu menentukan alternatif pemecahan masalah.
D. Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu mengetahui mutu pelayanan ANC (Antenatal Care)
di Puskesmas Mijen.
b. Mahasiswa mampu mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas Mijen.
2. Institusi Terkait
Sebagai informasi dan acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas Mijen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
1. Definisi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
Hidup dalam lingkungan sehat; dan
Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas
4
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai
dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah
satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut
secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.1,2
2. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju
terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator Kecamatan Sehat yang
ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
Lingkungan sehat
Perilaku sehat
Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
Derajat kesehatan penduduk kecamatan
b. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
5
masyarakat di wilayah kerjanya.
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat berserta lingkungannya.1,2
3. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.1
4. Fungsi
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya
yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia
usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani
6
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
1) Pelayanan kesehatan perorangan. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.1,2
5. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program
Indonesia Sehat 2010. Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM
(Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah
suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan
pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan,
indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan
7
Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan
UW-SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota
tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajib meliputi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan
perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit
menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-
SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan
pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan
Minimal.1,2,10
6. Program Pokok
Program pokok puskesmas merupakan program pelayanan
kesehatan yang wajib dilaksanakan karena mempunyai daya ungkit
yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu:
a. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif)
Pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan
pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis
dan pemeriksaan.
8
b. Promosi Kesehatan
Program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk
membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui
kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
c. Pelayanan KIA dan KB
Program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang
ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan
Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan
nifas serta pelayanan bayi dan balita.
d. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak
menular
Program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB,
DBD, Kusta dll).
e. Kesehatan Lingkungan
Program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
peningkatan peran serta masyarakat.
f. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi
masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang
Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi,
dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.1
B. Mutu pelayanan
9
1. Definisi
Mutu pelayanan adalah kegiatan pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan publik yang mampu memenuhi harapan,
keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan kepada
masyarakat luas. Azrul Azwar menyatakan bahwa mutu pelayanan
kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan.2 Mutu pelayanan dapat
diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian baik terhadap
tingkat kesempurnaan, sifat, wujud serta ciri-ciri pelayanan kesehatan,
dan ataupun terhadap kepatuhan standar pelayanan. Masalah mutu
akan muncul apabila unsur masukan, proses, lingkungan, dan keluaran
menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Standar itu sendiri
mengacu pada tingkatan ideal yang diinginkan yang belum dicapai,
dan berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.3,4
2. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan
a. Indikator yang menunjukan pada penampilan aspek medis
pelayanan kesehatan
Indikator pelayanan kesehatan yang bermutu menunjuk pada
penampilan aspek medis pelayanan kesehatan, baik yang ada
kaitannya dengan kode etik profesi dan ataupun yang telah di
atur dalam standar pelayanan profesi. Pelayanan kesehatan
disebut bermutu, bila penampilan aspek medis pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan tersebut sesuai dengan kode
etik serta standar pelayanan profesi yang memuaskan klien.
b. Indikator yang menunjukan pada penampilan aspek non medis
pelayanan kesehatan.
10
Indikator pelayanan kesehatan yang bermutu dibatasi pada
penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan, baik yang
ada kaitannya dengan kode etik profesi dan ataupun yang telah
di atur dalam standar pelayanan profesi. Pelayanan kesehatan
disebut sebagai bermutu, bila penampilan aspek non medis
pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik serta standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan. 8
3. Problem Solving
1. Ruang lingkup kegiatan
Membangun kesadaran mutu
Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan
fungsi organisasi pelayanan kesehatan yang biasa
dilakukan menjadi pelayanan yang sesuai standart.
Pembentukan tim jaminan mutu
Tim jaminan mutu dapat terdiri dari sub tim pembuat
standart, sub tim pelaksana dan sub tim penilai
kepatuhan terhadap standar dan evaluasi.
Pembuatan alur kerja dan standart pelayanan
Alur pelayanan di tempel di dinding agar mudah
diketahui dan sebagai petunjuk jalan bagi pasien
maupun pengunjung unit pelayanan kesehatan.
Penilaian kepatuhan terhadap standart
Di butuhkan daftar tilik untuk mengukur kelengkapan
sarana dan prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan,
standar kompetensi tekhnis petugas dan persepsi
penerima pelayanan.
Penyampaian hasil kerja
11
Data temuan diolah dan dianalisa kemudian di sajikan
di lokakarya mini jika nilai dibawah 80% maka
keadaan ini perlu diperbaiki dengan melakukan
intervensi terhadap rendahnya tingkat kepatuhan
terhadap standart
Survey Pelanggan
Dilakukan dengan metode survey pada klien atau
pasien.2,9
2. Penyusunan rencana kegiatan menggunakan siklus problem
solving.
Gambar 2.1. Siklus Problem Soving9
3. Analisis problem solving
a) Analisis Penyebab Masalah Pada Manajemen Mutu
Permasalahan pada mutu pelayanan puskesmas dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:.
12
Masalah Identifikasi masalah
Prioritas masalah
Sebab potensial
Pengawasan Pengendalian penilaian
Alternatif pemecahan masalah
Sebab paling mungkin
Rencana Penerapan
Keputusan pemecahan masalah
Simple problem
Pada simple problem masalah yang didapat dari
perbandingan antara Standart Operasional Prosedur
dengan kenyataan yang ada.
Complex problem
Untuk menilai masalah pada complex problem dapat
dinilai dari 9 dimensi mutu pelayanan,yaitu:
Akses terhadap pelayanan kesehatan
Keefektifan
Efisien
Keamanan
Kelangsungan pelayanan
Kompetensi teknis
Hubungan antar manusia
Ketersediaan informasi.4
b) Prioritas masalah
Menentukan prioritas masalah dapat menggunakan Matriks
prioritas masalah. Salah satu alat dalam menyusun urutan
prioritas dari sejumlah masalah. Caranya setiap masalah
diranking manfaat atau kegunaannya, jika berhasil dan ranking
upaya yang dilakukan untuk penyelesaiannya. Ranking dimulai
dari yang terbaik dengan urutan 1-5 atau 1-10. Kemudian
ranking manfaat dikali nilai ranking usaha sebagai extended
value yang terkecil dapat dipilih sebagai prioritas
masalah.Skala 1-10:
Angka 10 melambangkan kemampuan riil istimewa
Angka 9 melambangkan kemampuan riil baik sekali
Angka 8 melambangkan kemampuan riil baik
Angka 7 melambangkan kemampuan riil cukup
13
Angka 6 melambangkan kemampuan riil sedang
Angka 5 melambangkan kemampuan rill kurang
Angka 4 melambangkan kemampuan riil kurang sekali
Angka 3 melambangkan kemampuan riil rendah
Angka 2 melambangkan kemampuan riil sangat rendah
Angka 1 melambangkan kemampuan sangat rendah
sekali
Nilai 1 -5 dikategorikan kemampuan sangat rendah sekali
Nilai 6 – 10 dikategorikan sebagai kekuatan atau pendorong.9
c) Identifikasi penyebab potensial
Identifikasi penyebab potensial dari suatu permasalahan dapat
menggunakan Fish Bone Fish bone Adalah salah satu metode /
tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini
disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect
diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada
tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran
1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia
Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan
diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak
digunakan untuk manajemen kualitas.9
d) Menentukan penyebab paling potensial
Diagram Pareto adalah serangkaian seri diagram batang yang
menggambarkan frekuensi atau pengaruh dari
proses/keadaan/masalah. Diagram diatur mulai dari yang
paling tinggi sampai paling rendah dari kiri ke kanan. Diagram
batang bagian kiri relatif lebih penting daripada sebelah
kanannya. Nama diagram Pareto diambil dari prinsip Pareto,
14
yang mengatakan bahwa 80% gangguan berasal dari 20%
masalah yang ada. Hal itu dapat diartikan menyelesaikan
sedikit masalah yang potensial, akan dapat diperoleh manfaat
yang lebih besar.9
e) Alternatif pemecahan maslah
Alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan melalui curah
pendapat dengan pihak yang terkait.9
f) Keputusan pemecahan masalah
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah dilakukan
penetapan keputusan pemecahan masalah yang paling potensial
dan mudah untuk dilaksanakan, dapat menggunakan cost
benefit. Untuk menghilangkan akar masalah agar tidak terulang
kembali perlu disusun beberpa alternatif yang mungkin dipakai
sebagai solusi terhadap permasalahan. Pemilihan solusi
diajukan berdaasrkan pendekatan cost benefit yakni manfaat
dan biaya yang digunakan. Benefit tidak selalu diartikan
keuntungan dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk manfaat,
atau hasil guna (efektivitas). Perlu dinilai dan dibandingkan
diantara alternatif mana yang paling besar manfaat atau hasil
yang akan diperoleh (diarasakan) dalam mencapai sasaran.9
g) Rencana penerapan
Rencana penerapan dari keputusan masalah yang telah dibuat
dapat menggunakan Gantt chart (tabel rencana
penerapan)/POA (Plan Of Action).9
4. Analisis Pendekatan Sistem
15
Suatu pendekatan analisis organisasi yang mempergunakan ciri-
ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Analisi pendekatan sistem
terdiri dari.
a.Input
Adalah kumpulan elemen/bagian yang terdapat dalam sistem
dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
Input terdiri dari lingkungan, 5M (man, money, material,
method, marketing).
b. Proses
Proses ialah kumpulan elemen/bagian yang berfungsi
mengubah masalah menjadi keluaran yang direncanakan
Proses terdiri dari 3P(Perencanaan, Pelaksanaan,
Penilaian/Pengawasan).
c. Output
Output adalah hasil dari suatu proses
d. Outcome
e. Impact.3,4
5. Prinsip Perbaikan Mutu
a. Jaminan mutu berorientasi pada memenuhi harapan dan
kebutuhan pelanggan (pasien) dan masyarakat
b. Jaminan mutu berfokus pada sistem dan proses
c. Jaminan mutu menggunakan data untuk menganalisis proses
pemberian pelayanan
d. Jaminan mutu mendorong diterapkannya pendekatan tim untuk
pemecahan masalah dan perbaikan mutu yang
berkesinambungan.3,4
6. Dimensi – Dimensi Kualitas Pelayanan
16
Menurut Lupyoadi (2001) yang mengutip pendapat Parasuraman
(1988), untuk dapat mengukur mutu pelayanan kesehatan, ada lima
dimensi SERVQUAL (service quality) yaitu :
a. Bukti langsung (tangible)
Bukti langsung meliputi keadaan fisik, misalnya kebersihan
ruangan tunggu, kamar periksa, kamar mandi, peralatan medis
dan non medis, dan kerapian petugas kesehatan.
b. Kehandalan (reliability)
Kehandalan kemampuan untuk memberi pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan, misalnya kecekatan
dalam memberikan pelayanan, ketersediaan petugas pelayanan
dan ketepatan waktu pelayanan.
c. Ketanggapan (responsiveness)
Ketanggapan yaitu keinginan para petugas dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dengan tanggap, cepat dan tepat,
misalnya menanggapi keluhan pasien, membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
d. Jaminan (assurance)
Jaminan yang mencakup kemampuan, keterampilan,
kesopanan, dan sifat yang dipercaya (kejujuran), bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan dalam bertindak
e. .Empati (empathy)
Kemudahan dalam melakukan komunikasi, perhatian,
keramahan, dan memahami kebutuhan pasien. Keberhasilan
pelayanan kesehatan di Puskesmas sangat dipengaruhi oleh
mutu pelayanan. Peningkatan mutu pelayanan merupakan
faktor yang sangat penting karena mutu pelayanan berakaitan
langsung dengan kepuasan pasien dan minat pasien untuk
17
berkunjung kembali ke Puskesmas. Mutu pelayanan yang baik
adalah sarana pelayanan penting untuk menarik pasien.3,8
C. SOP
1. Definisi
Standar Operasional Prosedur adalah proses standar langkah -
langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas,
aliran data, dan aliran kerja. Secara umum, SOP merupakan gambaran
langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang
diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi
pemerintah. Dilihat dari ruang lingkupnya, penyusunan SOP dilakukan
disetiap satuan unit kerja dan menyajikan langkah-langkah serta prosedur
yang spesifik berkenaan dengan kekhasan tupoksi masing-masing satuan
unit kerja yang meliputi penyusunan langkah-langkah, tahapan,
mekanisme maupun alur kegiatan. SOP kemudian menjadi alat untuk
meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan secara efektif dan
efisien berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Pengembangan
instrumen manajemen tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa
proses pelayanan di seluruh unit kerja pemerintahan dapat terkendali dan
dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.8,10
2. Tujuan
a. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau
tim dalam organisasi atau unit.
b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi
dalam organisasi.
c. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggungjawab dari
petugas.
d. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
18
e. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefesiensi.3,4
3. Fungsi
a. Memperlancar tugas petugas atau tim.
b. Sebagai dasar hokum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah
dilacak.
d. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas rutin.3,4
4. Prinsip
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam penyusunan SOP adalah :
a. Prosedur kerja menjadi tanggung jawab semua anggota organisasi
b. Fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur, sehingga perlu
dikembangkan diagram alur dari kegiatan organisasi
c. SOP didasarkan atas kebijakan yang berlaku
d. SOP dikoordinasikan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan/penyimpangan
e. SOP tidak terlalu rinci
f. SOP dibuat sesederhana mungkin
g. SOP tidak tumpang tindih, bertentangan atau duplikasi dengan
prosedur lain
h. SOP ditinjau ulang secara periodik dan dikembangkan sesuai
kebutuhan
i. SOP harus didokumentasikan.3,4
Dari pemaparan diatas, disebutkan bahwa salah satu manfaat dari
standar adalah sebagai tolak ukur untuk memonitor kualitas kerja yang
19
dinyatakan sebagai tingkat kepatuhan atau compliance rate (CR). CR
dikatakan baik apabila presentasenya lebih dari 80%. Nilai CR didapatkan
dari perhitungan daftar tilik SOP dengan rumus:
CR = ∑Ya x 100%
∑Ya + ∑Tidak
Pelaksanaan SOP dapat dimonitor secara internal maupun eksternal dan SOP
dievaluasi secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun
dengan materi evaluasi mencakup aspek efisiensi dan efektivitas SOP.
Evaluasi dilakukan oleh Satuan Kerja penyelenggara kegiatan (di lingkungan
instansi Pemerintah), atau lembaga independen yang diminta bantuannya
oleh instansi Pemerintah.
Pada unit-unit kerja instansi pemerintah, standar penilaian kinerja yang
sifatnya eksternal atau berhubungan langsung dengan publik umumnya
didasarkan pada indikator-indikator responsivitas, responsibilitas, dan
akuntabilitas. Sementara standar penilaian kinerja yang sifatnya internal
didasarkan pada SOP dan pengendalian program kerja dari instansi yang
bersangkutan. Kedua jenis standar ini (eksternal maupun internal) diarahkan
untuk menilai sejauhmana akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat
dicapai. Artinya, standar eksternal maupun standar internal pada akhirnya
akan bermuara pada penilaian tercapainya masukan (inputs), keluaran
(outputs), hasil (results), manfaat (benefits) dan dampak (impacts) yang
dikehendaki dari suatu program.4,8,9
D. Program KIA (Ibu Hamil) DiPuskesmas
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
20
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi
neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan
kejadian sakit di kalangan ibu. Program Kesehatan Ibu dan Anak di
Puskesmas meliputi:
Mengetahui jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita menurut
kecamatan.
Mengetahui jumlah kematian maternal menurut kecamatan.
Meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil, K4, Bumil risti, dan
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Meningkatkan cakupan jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet
Fe, Fe3 serta imunisasi TT1 dan TT2 menurut kecamatan dan
puskesmas.
Meningkatkan cakupan kunjungan neonatus, bayi dan bayi BBLR
yang ditangani oleh tenaga kesehatan.
Mengetahui jumlah dan persentasi ibu hamil dan neonatal resiko
tinggi / komplikasi yang ditangani menurut kecamatan dan
puskesmas.
Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila.
Meningkatkan cakupan jumlah bayi yang dibesi ASI ekslusif.12
E. ANC (Antenatal Care)
1. Definisi
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil
sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.11
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah
21
untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai. 1 2 Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental.13 Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya
pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang
diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan
antenatal terintegrasi meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC)
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan
(PAGIN).14
2. Tujuan
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil
secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternata angka mortalitas
serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita
hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
22
nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak
hanya fisik akan tetapi juga mental.
1) Tujuan umum Antenatal Care
- Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang janin.
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal
dan sosial ibu dan bayi.
- Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
- Memper siapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI Eksklusif.
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Muchtar dalam Maetette tujuan Antenatal Care
(ANC) adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental
ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas,
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.13
2) Tujuan Khusus
- Mengenali dan menangani penyulit- penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.
- Mengenali dan mengobati penyakit- penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin.
23
- Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
anak.
- Memberikan nasihat- nasihat tentang cara hidup sehari - hari
dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan
laktasi.11,12
3. Fungsi
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan
aktifitas pendidikan.
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan
kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha
mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.13
4. Cara Pelayanan
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
Catat identitas ibu hamil; catat kehamilan sekarang; catat
riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu; catat penggunaan
cara kontrasepsi sebelum kehamilan; pemeriksaan fisik diagnostik
dan laboratorium; pemeriksaan obstetric; pemberian imunisasi
tetanus toxoid (TT); pemberian obat rutin seperti tablet Fe,
kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan
khusus atas indikasi; penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang
bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal:
Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
24
Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14
– 28).
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu
28 – 36 dan sesudah minggu ke 36).12
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12
jam. 1 4
5. Pelayanan Asuhan Standar Minimal Antenatal
Konsep Pemeriksaan Antenatal dilakukan dengan standar pelayanan
antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat
kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan
sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas
indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan
tablet besi (fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan
perilaku sehari-hari, perawatan payudara dan air susu ibu,
tanda tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan
imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB
setelah melahi rkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan ulang.
Selain itu juga terdapat standart asuhan kehamilan, berupa
a. Standar 1. Identifikasi Ibu Hamil
25
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannyasejak dini dan secara teratur.
b. Standar 2: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Pelayanan antenatal dilakukan oleh bidan.
Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Kebijakan program pelayanan antenatal
menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya
minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
- Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
- Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).14
c. Standar 3: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usi a kehamilan, serta
bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin kedalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat
waktu.
d. Standar 4: Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
26
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Standar 5: Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan dan mengenali tanda - tanda serta gejala
preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
f. Standar 6: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami,
serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan
bahwa persiapan persalinan yang bersih , dan aman serta
suasana yang menyenangkan, disamping persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk, bila tiba- tiba terjadi keadaan gawat
darurat .5,11,12
Menurut Arifin dalam Maetete Standar pelayanan ANC
meliputi standar 7T, sehingga ibu hamil yang datang memperoleh
pelayanan komprehensif dengan harapan antenatal care dengan standar
7T dapat sebagai daya ungkit pelayanan kehamilan dan diharapkan
ikut andil dalam menrunkan angka kematian ibu.
Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T yakni :
Ukur tinggi badan/berat badan
Ukur tekanan darah
Ukur tinggi fundus uteri
Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Pemberian tablet zat besi 120 tabelt selama kehamilan
Tes terhadap penyakit menular sexual
27
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak diberikan oleh dukun bayi.5
6. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan
puskesmas, bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan,
perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan.
7. Kebijakan Teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh
tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun
bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara
keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi
kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-
komponen sebagai berikut:
Mengupayakan kehamilan yang sehat
Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
Persiapan persalinan yang bersih dan aman
Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang
selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan
pelayanan antara lain meliputi :
Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker
dan buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa
serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.
Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui
kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun.
28
Pelanggan keliru mengkomunikasikan jasa yang diinginkan
Miskomunikasi penyedia jasa oleh
pesaing
Miskomunikasi rekomendasi dari mulut ke mulut
Pelanggan keliru menafsirkan signal
(harga, dll)
Kinerja karyawan perusahaan jasa yang
buruk
Harapan tidak terpenuhi
Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah
tunggu.14
F. Indeks kepuasan Masyarakat
1. Definisi
Kepuasan pelanggan terbentuk dari penilaian pelanggan terhadap
kinerja suatu perusahaan dalam merumuskan tujuan dan manfaat produk
atau pelayanan yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan harapan pelanggan. Dengan demikian, kepuasan terjadi karena
adanya suatu pemenuhan terhadap apa yang dibutuhkan dan diharapkan
oleh pelanggan. Dalam usaha memberikan pelayanan kepada pelanggan,
pihak penyedia jasa tidak selamanya mampu memenuhi harapan
pelanggan, disebabkan oleh beberapa masalah.
Gambar 2.2 Penyebab Utama Tidak Terpenuhinya Harapan Pelanggan
Salah satu penyebab tidak terpenuhinya harapan pelanggan
adalah karena kesalahan pelanggan dalam mengkomunikasikan jasa
29
yang diinginkan. Pelanggan tidak mampu menyampaikan apa yang
menjadi keinginan dan harapannya, sehingga hal ini berakibat
penyedia layanan tidak mampu memenuhi apa yang menjadi harapan
dari pelanggan.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS), perlu disusun indeks kepuasan masyarakat sebagai
tolok ukur untuk menilai tingkat kualitas pelayanan. Di samping itu
data indeks kepuasan masyarakat akan dapat menjadi bahan penilaian
terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi
pendorong setiap unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya.
Mengingat jenis pelayanan sangat beragam dengan sifat dan
karakteristik yang berbeda, maka untuk memudahkan penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) unit pelayanan diperlukan
pedoman umum yang digunakan sebagai acuan bagi Instansi,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
mengetahui tingkat kepuasan masyarakat.15
2. Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan
dalam Keputusan Men.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang
kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan, valid” dan
“reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar
pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Prosedur pelayanan
30
Kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
b. Persyaratan Pelayanan
Persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;
c. Kejelasan petugas pelayanan
Keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan
(nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);
d. Kedisiplinan petugas pelayanan
Kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama
terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Tanggung jawab petugas pelayanan
Kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
f. Kemampuan petugas pelayanan
Tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
g. Kecepatan pelayanan
Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
h. Keadilan mendapatkan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status
masyarakat yang dilayani;
i. Kesopanan dan keramahan petugas
Sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan
menghormati;
31
j. Kewajaran biaya pelayanan
Keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang
ditetapkan oleh unit pelayanan;
k. Kepastian biaya pelayanan
Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah
ditetapkan;
l. Kepastian jadwal pelayanan
Pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan;
m. Kenyamanan lingkungan
Kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan
teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima
pelayanan;
n. Keamanan Pelayanan
Terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara
pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.15
G. Kerangka Teori
32
Gambar 2.3. Kerangka Teori
H. Kerangka Konsep
33
Mutu Pelayanan
Kepuasan Pasien
ANC
Tingkat Kepatuhan
Petugas
Input
-Petugas
-SOP
Ibu Hamil
KIAKB
KIA/KB P2MPromkes Kesehatan
Lingkungan
Perbaikan
Gizi
Pengobatan
Impact Outcome Output Proses
menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian ibu
dan meningkatnya status kesehatan ibu hamil
Imunisasi
Kepatuhan Terhadap SOP
Gambar 2.4. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
34
Kepuasan Pasien
Mutu Pelayanan
Pelayanan ANC
A. Ruang lingkup penelitian
Keilmuan : Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.
khususnya mutu pelayanan ANC (Antenatal Care)
Waktu : Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 1 minggu yaitu pada 26-
31 Januari 2015.
Tempat : Penelitian dilakukan di Puskesmas Mijen.
B. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan pendekatan
crossectional
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas ANC di bagian
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Mijen dan seluruh pasien
Puskesmas Mijen.
2. Sampel
Sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah keseluruhan dari
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Pegawai pelayanan ANC di Puskesmas Mijen.
2) Pasien yang telah mendapatkan pelayanan ANC di Puskesmas
Mijen.
b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1) Pegawai yang menolak dilakukan survey kepatuhan.
2) Pasien yang menolak wawancara kuisioner mengenai kepuasan
pelanggan.
3. Sampling
35
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
4. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
D. Instrumen penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dari
hasil wawancara kuisioner dengan sampel mengenai kepuasan pelanggan dan
hasil pengamatan kepatuhan petugas terhadap SOP (standar operasional
prosedur).
Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yaitu SOP pelayanan ANC
Puskesmas Mijen.
E. Prosedur pengambilan data
1. Perencanaan
Menentukan masalah yang akan diteliti, mencari tinjauan pustaka
yang sesuai dengan masalah, dan menentukan sampel penelitian serta
merencanakan pengumpulan data.
2. Pelaksanaan
a. Persiapan SOP pelayanan ANC
b. Pembuatan check list SOP pelyanan ANC
c. Pengamatan kepatuhan petugas terhadap SOP
d. Persiapan kuisioner kepuasan pelanggan
e. Wawancara kuisioner terhadap sampel
f. Pengumpulan dan pencatatan data
g. Pengolahan data
F. Pengolahan data
36
Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data dengan cara
sebagai berikut :
1. Editing
Data yang didapatkan dari hasil pengamatan dilakukan koreksi terlebih
dahulu.
2. Coding
Kemudian dilakukan pengkodean data supaya lebih mudah dalam
proses pengolahan data yaitu dengan mengubah data bentuk kalimat
menjadi data berbentuk angka.
3. Processing
Memasukkan dan memproses data dengan bantuan alat komputer.
4. Cleaning
Pengecekan kembali data yang ada untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, kurang lengkap sehingga dapat dilakukan koreksi.
G. Analisis data
1. Identifikasi masalah kepatuhan nilai CR (Complience Rate) < 80%
Jika nilai CR < 80% maka tingkat kepatuhan petugas dikatakan kurang baik.
Nilai CR dihitung cara :
CR = ∑Ya x 100%
∑Ya + ∑Tidak
2. Prioritas masalah
Menentukan prioritas masalah dengan kriteria matriks problem prioritas.
3. Analisis penyebab
Menganalisis penyebab potensial yang berkaitan dengan mutu pelayanan
ANC dengan metode pendekatan sistem dan Fish Bone Analyxe.
4. Menentukan penyebab paling mungkin
Mengidentifikasi penyebab yang paling mungkin dengan menggunakan
metode pareto.
5. Alternatif pemecahan masalah
37
Menentukan alternatif pemecahan masalah dengan curah pendapat dari
peneliti dan petugas (brainstorming).
6. Pengambilan keputusan
Menentukan keputusan pemecahan masalah dengan matriks cost benefit.
7. Rencana penerapan
Menyusun rencana penerapan/ POA (Plan of Action).
H. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
BAB IV
38
Perumusan masalah Pengumpulan pustaka
C
Mengajukan ijin penelitian kepada kepala puskesmas
Mijen
Persiapan SOP pelayanan ANC
Pembuatan check list SOP pelayanan
ANC
Pengamatan kepatuhan petugas
terhadap SOP
Persiapan kuisioner kepuasan pelanggan
Wawancara kuisioner dengan
sampel
Pengumpulan dan pencatatan data
Pengolahan dataAnalisis dataPembuatan laporan
C
C
C
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Mijen
Puskesmas mijen adalah puskesmas yang berada di Jl. RM Hadi Soebeno
No 146 – 148 RT.01 RW. 09 Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Mulai beroperasi sejak 1977 tahun dan berjarak ± 20 km dari
Dinas Kesehatan Kota Semarang yang di kepalai oleh Dr. Yetti Nasttuti
1. Batas Wilayah
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Ngalian
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Karang Malang
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Boja
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Ngalian
2. Jumlah Wilayah Kerja
Kel. Cangkiran : RW. 4 RT. 14
Kel. Jatisari : RW. 11 RT. 73
Kel. Tambangan : RW. 4 RT. 13
Kel. Wonolopo : RW. 10 RT. 25
Kel. Mijen : RW. 7 RT. 23
Kel. Wonoplumbon : RW. 4 RT. 24
Kel. Ngadirgo : RW. 6 RT. 19
Kel. Kedungpane : RW. 6 RT. 27
Kel. Pesantren : RW. 2 RT. 6
Kel. Jatibarang : RW. 4 RT. 12
3. Puskesmas Pembantu ( PUSTU )
a. Pustu Wonolopo : Penanggung Jawab : Ibu Lejar, dr.
Novita Indah
b. Pustu Pesantren : Penanggung Jawab : Ibu Retno
39
c. Pustu Jatibarang : Penanggung Jawab : Bapak Pujo
Yuono
4. Visi, Misi, Motto
a. Visi
”Puskesmas Mijen Dengan Kualitas Prima Menjadi Andalan Kota
Semarang”
b. Misi
Meningkatkan Motivasi Dan Profesionalisme Dalam Bekerja
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Menyeluruh Bagi
Masyarakat
Meningkatkan Kerja Sama Lintas Program Dan Lintas Sektoral
Mengoptimalkan Teknologi Dan Informasi
Mendorong Kemandirian Dan Keaktifan Masyarakat Dalam
Upaya Kesehatan
c. Motto
Prima dalam pelayanan, kompak dalam kebersamaan
5. Sumber Daya (Jumlah Tenaga Puskesmas)
Dokter Umum : 4
Dokter Gigi : 1
Perawat D3 : 7
Perawat S1 : 2
Perawat Gigi : 1
Bidan D3 : 8
Analis Kesehatan : 2
Asisten Apoteker : 1
40
Apoteker : 0
Gizi : 1
Radiografer : 1
Staf : 11
Magang : 1
Pengemudi : 1
6. Produk Layanan Puskesmas Mijen
a. Rawat Jalan
Pendaftaran
Poli Umum, Lansia, KIA&KB, dan Gigi
Farmasi / obat
Laboratorium
Klinik MTBS, Gizi & Laktasi
Klinik Konseling : Sanitasi, Berhenti Merokok, KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja)
Rontgen
Incenerator
b. Rawat Inap
Rawat Inap Pasien Umum, Ruang Bersalin (PONED)
IGD
Program Inovatif :
Puskesmas Santun Lanjut Usia, Puskesmas Santun Ibu Hamil
B. Gambaran Mutu Pelayanan Ibu Hamil di Puskesmas Mijen
1. Input
41
a. Man
1) Bidan sebagai petugas kesehatan yang bertanggungjawab dalam
pelaksana SOP pelayanan ANC pada semua ibu hamil. Jumlah bidan
untuk pelayanan ANC 1 orang.
2) Dokter sebagai konsultan dalam proses pelaksanaan pelayanan ANC
pada semua ibu hamil.
b. Money
1) APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
2) BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
c. Methode
SOP (Standar Operasional Pelayanan) pelayanan ANC di puskesmas
Mijen.
d. Material
1) Peralatan medis yang terdiri dari :
Stetoskop, tensi meter air raksa, timbangan berat badan, pengukur
tinggi badan, midline, dopler, palu patella, vaksin dan bengkok.
2) Non medis meliputi :
Ruang periksa khusus ibu hamil, meja, kursi, tempat tidur, sprei,
bantal, perlak, selimut, tirai,watafel cuci tangan, tempat sampah dan
bangku injak.
3) Bahan
Status Pasien (Buku Kesehatan Ibu dan Anak), buku pencatatan /
Register ibu hamil, buku rujukan, blangko laboratorium, kertas resep,
bollpoint, kapas, sarung tangan, masker, alkohol 70%, tissue dan
kassa steril.
e. Marketing
Konseling pada pasien ANC.
42
2. Lingkungan
Puskesmas baru saja direnovasi. Tempat penyimpanan barang dan arsip
masih kurang rapi.
3. Proses
a. P1 (Perencanaan)
Menentukan target cakupan kunjungan dan data kehamilan yang
beresiko dalam satu tahun.
b. P2 (Penggerakan, Pelaksanaan)
Pelayanan ANC dilaksanakan setiap hari, minimal 4 kali selama
kehamilan.
Jika terdapat keluhan pada pasien dan membutuhkan pengobatan
atau kebutuhan diagnosis maka dilakukan rujukan internal ke
balai pengobatan atau laboratorium.
Jika terdapat faktor resiko yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut dilakukan rujukan eksternal.
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian)
Evaluasi dan pelaporan pelayanan ANC dilakukan melalui lokakarya
mini tiap bulan. Data yang dilaporkan dalam lokakarya mini adalah
jumlah kunjungan ibu hamil K1,K4, ibu hamil resiko tinggi dan deteksi
ibu hamil resiko tinggi,
4. Output
a. Cakupan kunjungan ibu hamil meningkat.
b. Meningkatnya kepatuhan petugas pada pelayanan ANC.
5. Outcome
a. Meningkatnya kepuasan pasien.
b. Petugas patuh pada SOP pelayanan ANC
6. Impact
a. Meningkatnya derajat kesehatan ibu hamil.
b. Menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian ibu hamil.
43
C. Simpel Problem
Hasil observasi berdasarkan check list (Lampiran 1 ) mutu pelayanan
ANC di Puskesmas Mijen yang didapatkan 30 responden diambil dari tanggal
26 – 29 Januari 2015, total CR (Complience Rate) atau tingkat kepatuhan
petugas pelayanan ANC terhadap SOP ANC 74%. Kepatuhan petugas
terhadap SOP kurang ( < 80%), berarti secara keseluruhan tingkat kepatuhan
petugas terhadap SOP kurang baik.
1. Identifikasi masalah
Hasil dari checklist SOP per item terdapat beberapa masalah dengan
kriteria CR < 80% , yaitu :
a. Petugas memeriksa vital sign seperti : nadi dengan tingkat kepatuhan
13%, frekuensi pernapasan dengan tingkat kepatuhan 10%, dan suhu
dengan tingkat kepatuhan 0%.
b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik seperti: pemeriksaan rambut
dengan tingkat kepatuhan 0%, telinga dengan tingkat kepatuhan 50%,
leher dengan tingkat kepatuhan 50%, dada (payudara) dan reflek
patella dengan tingkat kepatuhan 0%.
c. Petugas melakukan pemeriksaan kebidanan yaitu: mengukur tinggi
fundus uteri dengan tingkat kepatuhan 0%, pemeriksaan genital
dengan tingkat kepatuhan 7%, Leopold II dengan tingkat kepatuhan
18%, dan IV dengan tingkat kepatuhan 0%.
2. Prioritas masalah
Hasil dari identifikasi masalah ditemukan beberapa masalah, kemudian
prioritas masalah dengan matriks prioritas masalah.
44
Tabel 4.1.Matriks Prioritas Masalah
Masalah Ranking manfaat
Ranking Usaha
Extended value
Urut Prioritas
Petugas memeriksa vital sign (nadi, RR, suhu) 4 3 12 IIIPetugas melakukan pemeriksaan fisik (mata, leher, dada, reflek patela) 4 4 16 IIPetugas melakukan pemeriksaan kebidanan (Leopold II,IV, dan pemeriksaan ginekologi) 5 2 10 I
Berdasarkan skor extended value terendah, maka prioritas masalah yang
didapatkan adalah rendahnya kepatuhan petugas melakukan pemeriksaan
kebidanan (Leopold II,IV, dan pemeriksaan ginekologi) karena
permaslahan tersebut dapat diselesaikan dengan upaya yang sedikit tetapi
menghasilkan manfaat yang besar.
3. Identifikasi penyebab potensial
Identifikasi kemungkinan penyebab masalah yang paling mungkin petugas
kurang patuh terhadap SOP melakukan pemeriksaan kebidanan yaitu:
mengukur tinggi fundus uteri dengan tingkat kepatuhan 0%, pemeriksaan
genital dengan tingkat kepatuhan 7%, Leopold II dengan tingkat
kepatuhan 18%, dan IV dengan tingkat kepatuhan 0%
Fish Bone Analyzed
45
Petugas yang melayani ANC pada
tanggal 26 Januari – 29 Januari
2015 hanya 1.
Kurangnya kepatuhan petugas
terhadap SOP untuk melakukan
pemeriksaan kebidanan seperti
mengukur tinggi fundus uteri dan
Leopold II,IV
Gambar 4.1 Fish Bone
4. Menentukan penyebab paling mungkin
Penyebab paling mungkin dipilih dengan metoda analisis pareto dengan
beberapa langkah.Yaitu:
a. Teknik perbandingan berpasangan (Paired comparison)
46
Kuranglengkapnya pelaksanaan pelayanan ANC oleh petugas
Money Method Marketing
Man Material
Kurangnya refreshing pada petugas tentang SOP pelayanan pasien ANC
Lingkungan
Puskesmas baru saja direnovasi
Tempat penyimpanan barang dan arsip masih kurang rapi
Keterbatasan waktu
Pasien banyak
Tabel 4.2. Paired Comparison
No. Penyebab masalah I II III
1 Kurangnya kepatuhan petugas terhadap SOP ,
yaitu untuk melakukan pemeriksaan kebidanan
seperti mengukur tinggi fundus uteri dan
Leopold II,IV
2 3 4
2 Petugas yang melayani ANC pada tanggal 26
Januari – 29 Januari 2015 hanya 1.
2
4
3 Kurangnya refreshing pada petugas tentang SOP pelayanan pasien ANC
4
4 Puskesmas baru saja direnovasi dan tempat penyimpanan barang dan arsip masih kurang rapi
b. Distribusi frekuensi penyebab masalah
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi penyebab masalah
No Penyebab masalah Tally Jumlah
1 Kurangnya kepatuhan petugas terhadap SOP , yaitu untuk melakukan pemeriksaan kebidanan seperti mengukur tinggi fundus uteri dan Leopold II,IV
III 3
2 Petugas yang melayani ANC pada tanggal 26
Januari – 29 Januari 2015 hanya 1.
I 1
3 Kurangnya refreshing pada petugas tentang SOP pelayanan pasien ANC
II 2
4 Puskesmas baru saja direnovasi dan tempat penyimpanan barang dan arsip masih kurang rapi
- 0
47
3
2
3
1 1 1
Penyebab Masalah0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 Kurangnya kepatuhan petugas terhadap SOP , yaitu untuk melakukan pemerik-saan kebidanan seperti men-gukur tinggi fundus uteri dan Leopold II,IV
2 Kurangnya refreshing pada petugas tentang SOP pelayanan pasien ANC
3 Petugas yang melayani ANC pada tanggal 26 Januari – 29 Januari 2015 hanya 1.
Gambar 4.2 Grafik Pareto
c. Tabel Pareto
Tabel 4.4. Tabel Pareto
No
.
Penyebab masalah Frekuensi Jumlah
kumulatif
Persen
kumulatif
1 Kurangnya kepatuhan petugas
terhadap SOP , yaitu untuk
melakukan pemeriksaan
kebidanan seperti mengukur
tinggi fundus uteri dan Leopold
II,IV
3 3 50%
2 Kurangnya refreshing pada petugas tentang SOP pelayanan pasien ANC
2 5 83%
3 Petugas yang melayani ANC
pada tanggal 26 Januari – 29
Januari 2015 hanya 1.
1 6 90%
48
d. Analisis Pareto
Penyebab Masalah
Gambar 4.3. Grafik Analisis Pareto
Keterangan
Kurangnya kepatuhan petugas terhadap SOP , yaitu untuk melakukan pemeriksaan
kebidanan seperti mengukur tinggi fundus uteri dan Leopold II,IV
Kurangnya refreshing pada petugas tentang SOP pelayanan pasien ANCPetugas yang melayani ANC pada tanggal 26 Januari – 29 Januari 2015 hanya 1.
Hasil yang didapat dari analisis diagram pareto tersebut dapat diartikan
dengan mengendalikan sedikit masalah (20%) atau masalah yang potensial
dapat menguasai/menyelesaikan 80% masalah yang ada. Penyelesaian
masalah pada petugas yang kurang patuh SOP, dapat menyelesaikan
sebagian besar dari seluruh masalah yang ada (80%).
49
6
5
4
3
2
1
100%
80%
83%
80%
50%
5. Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah didapatkan dari hasil curah pendapat antara
kepala puskesmas, pemegang program dan teman diskusi. Terdapat
beberapa alternatif yaitu:
a. Refreshing kepada petugas ANC mengenai SOP pelayanan ANC
b. Pembuatan alur pelayanan ANC
c. Pemberian hadiah pada petugas yang mematuhi SOP oleh kepala
puskesmas
6. Keputusan Pemecahan Masalah
Pemilihan alternative masalah untuk membuat keputusan pemecahan suatu
masalah dilakukan berdasarkan pendekatan cost benefit, ditinjau dari
manfaat dan biaya yang dikeluarkan.
Tabel 4.5. Tabel Cost Benefit
No Alternatif Manfaat Biaya Rasio Alternatif
1 Refreshing kepada
petugas ANC
mengenai SOP
pelayanan ANC
9 4 36 II
2 Pembuatan alur
pelayanan ANC
9 5 45 I
3 Pemberian hadiah
pada petugas yang
mematuhi SOP oleh
kepala puskesmas
7 5 35 III
Alternatif pemecahan masalah yang didapatkan adalah alternatif II
yaitu pembuatan alur pelayanan ANC di dinding ruang KIA agar petugas
mudah membaca dan memahami.
50
6. Rencana penerapan POA (Plan Of Action)
Tabel 4.6 POA
Kegiatan Tujuan Uraian kegiatan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Indikator
Persiapan (perencanaan) :
Penyusunan konsep alur pelayanan ANC
Pembuatan alur pelayanan ANC berdasarkan SOP
Koas IKM FK UNIMUS
Puskesmas Mijen
Koas IKM FK UNIMUS
Senin, 9 Februari 2015
±Rp.200.000
Pembuatan konsep alur sesuai dengan SOP ANC di puskesmas Mijen
Pembuatan alur sudah jadi
Pelaksanaaan : Kepatuhan petugas sesuai dengan alur pelyanan ANC yang berdasarkan SOP
1. Penempelan alur pelayanan2. Mengingatkan petugas tentang pentingnya memenuhi SOP pelayanan ANC
Petugas pelaksana pelayanan ANC
Puskesmas Mijen
Kepala Puskesmas Mijen, petugas pelaksana pelayanan ANC, Koas IKM FK UNIMUS
Sabtu, 14 Februari 2015
- Diskusi 1. Alur pelayanan sudah ditempel2. Peningkatan kepatuhan petugas terhadap SOP pelayanan ANC
Evaluasi Untuk meningkatkan mutu pelayanan ANC di puskesmas
Kepala puskesmas evaluasi lisan atau tertulis
Petugas pelaksana pelayanan ANC
Puskesmas Mijen
Kepala Puskesmas MIjen
Senin, 23 Februari 2015
- Observasi dan penilaian secara langsung pelaksanaan SOP ANC
Petugas patuh terhadap SOP, sehingga mutu pelayanan ANC meningkat
51
A. Kompleks Problem
Hasil wawancara berdasarkan kuisioner kepuasan pelanggan (Lampiran 4)
terhadap pelayanan ANC di Puskesmas Mijen yang didapatkan 30
responden diambil dari tanggal 26 – 29 Januari 2015. Nilai Indeks Kepuasan
Masyarakat pelayanan ANC adalah 2,96 yang berarti bahwa tingkat kepuasan
pasien secara keseluruhan sudah baik.
Tabel 4.7. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, MutuPelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
Nilai
Persepsi
Nilai Interval
IKM
Nilai Interval
konversi IKM
Mutu
Pelayanan
Kinerja Unit
Pelayanan
1 1,00-1,75 23-43,75 D Tidak baik
2 1,76-2,50 43,76-62,50 C Kurang baik
3 2,51-3,25 62,51-81,25 B Baik
4 3,26-4,00 81,26-100 A Sangat baik
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Mutu pelayanan kesehatan di puskesmas dapat ditentukan dari tingkat
kapatuhan petugas dan kepuasan masyarakat.
Tingkat kepatuhan petugas ANC di puskesmas Mijen terhadap standar
pelayanan ANC secara keseluruhan kurang baik (CR = 74%). Hasil dari
checklist SOP per item terdapat beberapa masalah dengan kriteria CR <
80% , yaitu :
1. Petugas memeriksa vital sign seperti : nadi dengan tingkat kepatuhan
13%, frekuensi pernapasan dengan tingkat kepatuhan 10%, dan suhu
dengan tingkat kepatuhan 0%.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik seperti: pemeriksaan rambut
dengan tingkat kepatuhan 0%, telinga dengan tingkat kepatuhan 50%,
leher dengan tingkat kepatuhan 50%, dada (payudara) dan reflek
patella dengan tingkat kepatuhan 0%.
3. Petugas melakukan pemeriksaan kebidanan yaitu: mengukur tinggi
fundus uteri dengan tingkat kepatuhan 0%, pemeriksaan genital
dengan tingkat kepatuhan 7%, Leopold II dengan tingkat kepatuhan
18%, dan IV dengan tingkat kepatuhan 0%.
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat yang didapat dari hasil wawancara
terhadap pelayanan ANC adalah 2,96 yang berarti bahwa tingkat kepuasan
pasien ANC di puskesmas Mijen secara keseluruhan sudah baik.
Setelah dilakukan pendekatan sistem, mutu, dan Fish bone Analysis,
didapatkan 4 penyebab masalah. dan dilakukan metode Pareto , didapatkan
bahwa dengan mengatasi satu penyebab masalah, dianggap ,masalah bisa
diselesaikan. Dari beberapa alternatif masalah dilakukan pengambilan
54
keputusan dengan menggunakan dengan metode cost benefit akhirnya
diambil keputusan tetap pembuatan alur pelayanan ANC berdasarkan SOP
agar kepatuhan petugas pada standar pelayanan ANC dapat terpenuhi.
B. Saran
1. Petugas puskesmas lebih teliti dalam melakukan pelayanan ANC pada ibu
hamil sesuai SOP.
2. Puskesmas dapat mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan,
khususnya di bidang ANC.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kepatuhan petugas kesehatan
dengan kepuasan pelanggan pelayanan kesehatan.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. KMK NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004.
2. Koentjoro, Tjahyono. Regulasi Kesehatan di Indonesia.Yogyakarta: Andi
Publisher. 2007.
3. Ridwan Amiruddin, Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam
Pelayanan Kesehatan, Program Pasca Sarjana Unhas. 2007.
4. Azwar A. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Prinsip
Lingkungan Pemecahan Masalah). Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 1994.
5. Wiknjosastro, H. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006.
6. Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan. Jawa Tengah, 2011
7. Saifuddin. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke 3. Jakarta. EGC. 2002.
8. Subekti D. Analisis Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Balai Pengobatan (Bp) Umum Puskesmas Di Kabupaten
Tasikmalaya. (Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang. 2009.
9. J.P.G. Sianipar, H.M Entang. Teknik-teknik Analisis Manajemen (bahan ajar
diklatpim tingkat III). Jakarta. 2001.
56
10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS).
11. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan , Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
12. Pusdiknakes. Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusdiknakes. 2003.
13. Sarwono, Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan Ed. IV . Jakarta : PT Bina
Pustaka.
14. Depkes RI. 2009. Standar Pelayanan Kebidanan. Dirjen Binkesmas. Jakarta
15. Kepmenpan. Pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit
pelayanan instansi pemerintah. Available from:
http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/hukum/kmpan25-04.htm [Accesed 2013
November 27]. 2004.
16. Selayang Pandang Puskesmas Mijen 15 November 2014.
57