BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72700/potongan/S1...2 Salah...
Transcript of BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/72700/potongan/S1...2 Salah...
1
BAB I
PENGANTAR
1.1. Latar Belakang
Pidato adalah salah satu cara mengungkapkan pikiran dalam bentuk
kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau dapat juga diartikan
sebagai wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak (Crystal,
1985: 327)1. Pada umumnya pidato disampaikan oleh orang penting atau
berkedudukan dalam situasi formal. Selain itu, menurut Hart (1985: 15)2,
pidato berbeda dengan bentuk komunikasi lainnya karena memiliki beberapa
fitur khusus. Pesan yang disampaikan harus relevan secara keseluruhan dan
tidak hanya bagi seseorang ataupun beberapa orang saja.
Pidato merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh
setiap pemimpin dalam suatu ruang lingkup komunitas. Tujuan melakukan
kegiatan berpidato adalah menyampaikan suatu informasi penting bagi orang-
orang yang tergabung dalam komunitas. Pembuatan pidato disusun
sedemikian rupa agar tujuan yang diharapkan oleh penutur (dalam hal ini
adalah pemimpin yang bersangkutan) dapat tercapai secara tepat sasaran.
1 Crystal, D. 1985. A Dictionary on Linguistic and Phonetics. Oxford: Basil Blackwell.
2 Hart, R. P. 1983. Public Communication. New York: Harper & Row Publishers, Inc.
2
Salah satu bentuk ruang lingkup komunitas tersebut yaitu negara. Pemimpin
dalam suatu negara melakukan kegiatan pidato pada umumnya secara lisan
dan disampaikan melalui jumpa pers.
Proses penulisan pidato dalam bahasa apapun pada awalnya berupa
teks atau naskah, kemudian disampaikan secara langsung oleh penutur kepada
orang-orang secara umum. Proses tersebut mencerminkan suatu realita bahwa
pidato yang disampaikan oleh penutur harus didukung dengan kemampuan
berbahasa. Pidato dapat pula dikatakan sebagai sebuah rekaman peristiwa
kebahasaan yang disampaikan secara langsung oleh penutur di hadapan
khalayak umum.
Pidato pertama seorang presiden merupakan hal yang sangat
dinantikan oleh publik. Publik pada umunya dapat mengetahui berbagai
informasi berkaitan dengan masa depan bangsa mereka, salah satunya melalui
pidato pertama seorang presiden. Pidato pertama Park Geun Hye sebagai
Presiden Republik Korea Selatan dilakukan dalam bahasa Korea, oleh karena
itulah kemudian diangkat sebagai obyek pada penelitian ini.
Bahasa didefinisikan secara umum sebagai alat komunikasi, a means
of communication. Bahasa dengan kata lain dapat dikatakan sebagai alat
komunikasi yang terdiri atas serangkaian bunyi dalam bahasa lisan atau
simbol bunyi dalam bahasa cetak yang bersifat manasuka dan mengandung
3
makna baik literal maupun non-literal atau pragmatik (Ihsan, 2011: 7) 3 .
Berdasarkan definisi O’Gray, dkk (via Ihsan, 2011: 7)4 tersirat bahwa bahasa
mencakup unsur-unsur bunyi (fonologi), kosakata (morfologi), kalimat
(sintaksis), makna (semantik), dan pragmatik (penggunaannya dalam konteks
tertentu). Kelima unsur tersebut apabila tidak ada dalam pemakaian bahasa
maka dapat menyebabkan pola komunikasi yang kurang sempurna.
Komunikasi yang baik dapat tercapai jika pemahaman dan kepatuhan terhadap
aturan konvensional, baik dari segi linguistik maupun pragmatik.
Pragmatik adalah suatu konsep dari cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana suatu
kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996: 6)5. Menurut
Wijana pula, pragmatik juga merupakan ilmu yang mengkaji makna terikat
pada konteks (1996: 7)6. Pragmatik sebagai kajian struktur eksternal bahasa
memandang berbagai aspek pemakaian bahasa dalam situasi nyata. Situasi
nyata yaitu mengandaikan sebuah tuturan sebagai produk tindak tutur yang
jelas konteks lingual dan konteks ekstralingualnya. Makna tersembunyi di
balik suatu ujaran yang disampaikan oleh penutur bermanfaat untuk
3 Ihsan, Diemroh. 2011. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa (Pragmatic, Discourse
Analysis, and Language Teachers). Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.
4 Ihsan, Diemroh. 2011. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa (Pragmatic, Discourse Analysis, and Language Teachers). Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.
5 Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
6 Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
4
mengungkap arti dari makna tersebut. Para peneliti bahasa sangat menyadari
bahwa upaya menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang
diharapkan tanpa disertai pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana
bahasa itu digunakan dalam komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2009: 6)7.
Manfaat pembelajaran dan pemahaman bahasa melalui pragmatik adalah
bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang,
asumsi mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan yang
mereka perlihatkan ketika sedang berbicara (Yule, 1996: 5)8. Berdasarkan
konsep tersebut maka kajian pragmatik terhadap pidato pertama Park Geun
Hye sebagai Presiden Republik Korea Selatan dilakukan guna
mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur, fungsi tindak tutur, dan penggunaan
gaya bahasa dalam pidato Presiden Park Geun Hye.
Berbagai macam hal yang telah dipaparkan di atas mendorong
terlaksananya penelitian berjudul “Pidato Pertama Park Geun Hye sebagai
Presiden Republik Korea Selatan: Sebuah Kajian Pragmatik”.
7 Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
8 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
5
1.2. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas,
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat diperjelas melalui
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa sajakah jenis-jenis tindak tutur yang dilakukan oleh Park Geun
Hye dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea
Selatan?
b. Apa sajakah fungsi dari tindak tutur yang dilakukan oleh Park Geun
Hye dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea
Selatan?
c. Penggunaan gaya bahasa apakah yang digunakan oleh Park Geun Hye
dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian
Rumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan,
merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan tindak tutur yang dilakukan oleh Park Geun Hye
dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea Selatan.
6
b. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur yang dilakukan oleh Park Geun
Hye dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea
Selatan.
c. Mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa yang dilakukan oleh Park
Geun Hye dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea
Selatan.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup obyek formal meliputi penggunaan konsep pragmatik
yang dilahirkan oleh para ahli bahasa di mana mayoritas berpendapat bahwa
pragmatik mengacu kepada penggunaan bahasa secara lisan sehingga salah
satu ciri yang dimilikinya adalah speech acts (Ihsan, 2011: 21)9. Pemakaian
bahasa sebagai alat komunikasi apabila dipandang dari konsep pragmatik
maka dapat digunakan untuk melakukan analisa terhadap tindak tutur, fungsi
dari tindak tutur yang dilakukan, serta pemakaian gaya bahasa oleh penutur.
Ruang lingkup obyek material mencakup penyesuaian realita rekaman
peristiwa kebahasaan berupa pidato yang telah dilakukan oleh Park Geun Hye
pada pidato pertamanya setelah resmi terpilih menjadi Presiden Republik
Korea Selatan. Pidato ini dilakukan pada tanggal 25 Februari 2013 pada acara
9 Ihsan, Diemroh. 2011. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa (Pragmatic, Discourse
Analysis, and Language Teachers). Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.
7
bertajuk “18th Presidential Inaguration of Korea”, dilaksanakan di istana
kepresidenan Republik Korea Selatan yang berada di ibu kota Seoul. Pada
masa sekarang ini, teknologi telah melejit sebagai sarana utama
menyampaikan informasi kepada masyarakat luas secara cepat dan tepat
sasaran. Salah satu teknologi itu adalah media berbasis jaringan internet atau
website. Orang-orang semakin tertarik pada sarana yang mampu diakses
dengan cepat, mudah, dan praktis. Penelitian ini mengambil data pidato
pertama Park Geun Hye sebagai presiden Republik Korea Selatan dalam
bahasa Korea melalui sebuah alamat website, yaitu http://www.president.go.kr.
Penelitian ini berdasarkan pendekatan pragmatik sehingga untuk
menjadikannya bersifat obyektif maka penulis mengambil beberapa
pandangan lawan tutur dari artikel-artikel melalui internet.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan manfaat
praktis sebagaimana tercantum pada penjelasan berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mampu melengkapi berbagai kajian linguistik yang telah
ada. Kajian pragmatik ini dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang
konsep tersebut dilanjutkan dengan kemampuan mendeskripsikan
8
pidato pertama yang dilakukan oleh Park Geun Hye sebagai seorang
presiden Republik Korea Selatan, tentunya dalam bahasa Korea.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat
luas ketika mendeskripsikan kembali sebuah pidato yang disampaikan
dalam bahasa Korea.
1.6. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka mengacu pada tesis bidang linguistik di Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada berjudul “Analisis Wacana Pidato
Internasional SBY” oleh Anggara Jatu Kusumawati (2012)10 yang mengkaji
data berupa naskah pidato presiden dalam bahasa Inggris dan dilakukan
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Tesis ini
menunjukkan kemahiran berbahasa seorang presiden yang dapat dilihat
melalui sudut pandang linguistik kritis berupa pemakaian kata, susunan
kalimat, dan bentuk kalimat dalam wacana naskah pidato. Tujuan penulisan
tesis yakni; 1) mendeskripsikan struktur naskah pidato, 2) mendeskripsikan
tata naskah pidato, dan 3) mendeskripsikan penggunaan tata bahasa yang
berkaitan dengan pembentukan citra diri. Berdasarkan analisis yang dilakukan
10 Kusumawati, Anggara Jatu. 2012. “Analisis Wacana Naskah Pidato Internasional SBY: Tinjauan
Linguistik Kritis”. Tesis Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan.
9
menghasilkan yaitu; 1) tiga bagian dalam struktur naskah pidato, 2) tata
naskah pidato terdiri atas unsur-unsur pembentuk serta kepaduan teks, dan 3)
penggunaan tata bahasa menjadi sarana untuk menyampaikan makna tertentu
menurut siapa penerima informasi dan efek psikologis yang ditimbulkan. Hal-
hal tersebut menunjukkan usaha penelitian bertujuan untuk mengetahui
bagaimana citra seorang presiden terlihat dari pidato.
Penulisan ini meninjau keberadaan penelitian di atas sebagai upaya
untuk mendeskripsikan kembali bahwa pembicaraan di depan khalayak yang
dilakukan oleh seorang pemimpin merupakan suatu hal penting. Sarana
komunikasi dalam situasi formal berbeda dari pembicaraan yang dilakukan
sehari-hari. Pendekatan dalam penulisan ini tidak secara kritis namun
didasarkan pada pengetahuan salah satu cabang ilmu linguistik secara
eksternal yaitu pragmatik. Tampak bahwa letak kesamaan penelitian ada pada
obyek material yang berupa pidato presiden akan tetapi obyek formalnya
berbeda, oleh karena itu diharapkan mampu memperluas kajian penelitian
dalam bidang bahasa ditinjau dari materi sebuah pidato.
1.7. Landasan Teori
Penelitian ini mengkaji pendekatan pragmatik sebagai suatu cabang
ilmu linguistik terhadap suatu wacana pidato. Pendekatan pragmatik
merupakan suatu kajian bahasa dengan mempertimbangkan konteks sebagai
10
jawaban atas kekurangan pendekatan struktural yang bersifat terlalu formal.
Pragmatik dapat mengungkap maksud penutur di balik ujaran yang
disampaikan. Hal ini berkaitan dengan beberapa hal dalam tuturan yang sering
kali bermakna implisit.
Pada penjelasan yang telah dipaparakan sebelumnya bahwa menurut
Crystal (1985: 327)11, pidato adalah salah satu cara mengungkapkan pikiran
dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau dapat juga
diartikan sebagai wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak.
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pragmatik yang diterapkan memberi
pemahaman tentang bagaimana struktur fungsional berkaitan dengan struktur-
struktur formal itu berfungsi di dalam tindak komunikasi (Wijana, 1996: 67)12.
Tindak komunikasi termaksud yaitu pidato pertama Park Geun Hye saat
pertama kali mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan beragam hal
seketika resmi menjadi seorang presiden di Republik Korea Selatan.
1.7.1. Pragmatik
Menurut Yule (1996: 3) 13 , pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan
oleh pendengar. Studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis
11 Crystal, D. 1985. A Dictionary on Linguistic and Phonetics. Oxford: Basil Blackwell.
12 Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
13 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
11
tentang apa maksud dari tuturan seseorang dibandingkan dengan
makna terpisah dari kata atau frase yang digunakan dalam tuturan itu
sendiri. Contohnya:
(Yule, 1996: 6)14
Her : “So, did you?” (“Jadi, saudara?”)
Him : “Hey, who wouldn’t?” (“Hei, siapa yang tidak mau?”)
Percakapan di atas menggambarkan dialog antara dua orang teman.
Mereka secara tidak langsung menyimpulkan suatu hal lain tanpa
memberikan bukti linguistik apapun yang dapat kita tunjuk sebagai
sumber kepastian makna tentang hal itu.
Menurut Wijana (1996: 6)15, pragmatik adalah suatu konsep
dari cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal, yaitu bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi. Pragmatik juga merupakan ilmu yang mengkaji makna
terikat pada konteks (Wijana, 1996: 7)16. Hakikat sebuah bahasa tidak
akan membawa hasil yang diharapkan tanpa disertai pemahaman
terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam
14 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
15 Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
16 Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
12
komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2009: 6)17. Selain itu, ada pula
ungkapan pragmatik sebagai ‘the use of language and text’ serta
‘pieces of spoken or written discourse’ (Cutting, 2008: 55)18. Makna
kata tidak saja tergantung pada kedudukannya dalam kalimat tetapi
juga tergantung pada penutur yang menyampaikan hal itu (Cahyono,
1995: 213)19 oleh karena itu Samsuri dalam buku berjudul “Analisis
Bahasa” (1987: 2)20 mengatakan bahwa pragmatik merupakan kajian
tentang deiksis, praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan aspek-
aspek struktur wacana.
1.7.2. Tindak Tutur
Tindak tutur dihasilkan dari suatu peristiwa tutur dengan
adanya penutur dan pendengar serta keadaan di sekitar lingkungan
tuturan itu. Sebagai contoh:
(Yule, 1996: 82)21
This tea is really cold! (Teh ini benar-benar dingin!)
17 Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
18 Cutting, J. 2008. Pragmatics and Discourse: A Research Book for Students 2nd. London: Hodder Education of Hachette Livre United Kingdom.
19 Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
20 Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
21 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
13
Kalimat di atas menggambarkan pada suatu hari di musim dingin,
penutur menggapai secangkir teh dan yakin bahwa teh itu baru saja
dibuat, maka ia menghirupnya dan menghasilkan tuturan tersebut.
Keadaan dapat saja diubah menjadi suatu hari yang sangat panas
ketika penutur diberi segelas teh oleh seorang pendengar lalu
menghasilkan tuturan yang sama maka akan ditafsirkan sebagai
suatu penghargaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih
banyak yang ditemukan dalam penafsiran tindak tutur daripada
makna yang terdapat dalam tuturan itu sendiri.
Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan
akan menciptakan tiga jenis tindak tutur yang saling berhubungan
(Yule, 1996: 83)22. Ketiga jenis itu adalah tindak lokusi, tindak
ilokusi, dan tindak perlokusi.
1.7.2.1. Tindak Lokusi
Menurut Cahyono (1995: 224)23, tindak lokusi adalah pengujaran
kata atau kalimat dengan makna dan acuan tertentu. Tindak tutur
ini menyatakan sesuatu atau informasi yang disampaikan oleh
penutur kepada lawan tutur tanpa tendensi untuk melakukan
sesuatu apalagi untuk mempengaruhinya. Pada buku
22 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
23 Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
14
“Pragmatics” (Yule, 1996: 83)24, tindak lokusi berarti tindak
dasar tuturan. Sebagai contoh:
(Yule, 1996: 85)25
I’ll see you later. (Saya akan menemui Anda nanti).
Kalimat di atas menunjukkan penyampaian informasi kepada
lawan tutur bahwa akan menemuinya nanti. Hal ini merupakan
tingkat tutur dasar.
1.7.2.2. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah pembuatan pernyataan, tawaran, janji dan
lain-lain yang dinyatakan menurut daya konvensional berkaitan
dengan ujaran itu atau secara langsung dengan ekspresi-ekspresi
performatif (Cahyono, 1995: 224) 26 . Tindak tutur ilokusi
berfungsi untuk menyatakan dan melakukan sesuatu. Pada buku
“Pragmatics” (Yule, 1996: 84)27, tindak ilokusi berarti lanjutan
dari tindak tutur dasar yang ditunjukkan dengan munculnya
beberapa fungsi dalam pikiran. Misalnya:
24 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
25 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
26 Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
27 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
15
(Yule, 1996: 85)28
I (verb performative) you that … (Saya [kata kerja
performatif] Anda bahwa …)
Kalimat di atas mengandung verb performatif atau kata kerja
performatif sebagai alat penunjuk tekanan ilokusi. Selain verb
performative atau kata kerja performatif juga terdapat contoh alat
penunjuk tekanan ilokusi lainnya yaitu verb informative atau
kata kerja informatif seperti ‘promise’ (‘janji’), ‘warn’
(‘memperingatkan’) dan sebagainya (Yule, 1996: 86)29.
1.7.2.3. Tindak Perlokusi
Berdasarkan pernyataan Cahyono (1995: 224) 30 bahwa tindak
perlokusi adalah pengaruh yang dihasilkan pada pendengar
karena pengujaran kalimat itu berkaitan dengan situasi
pengujarannya. Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur
yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan
tuturnya serta adanya daya pengaruh atau efek tindak ujaran
penutur kepada pendengarnya. Tindak perlokusi juga berarti
28 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
29 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
30 Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
16
bahwa fungsi tuturan menghasilkan suatu akibat (Yule, 1996: 84).
Contohnya:
(Yule, 1996: 86)31
Him : “I’m asking you, can I talk to her?” (“Saya
bertanya kepada Anda, dapatkah saya berbicara
dengannya?”)
Her : “And I’m telling you, she’s not here”. (“Dan
saya katakan kepada Anda, dia tidak ada di sini).
Percakapan di atas menunjukkan tekanan ilokusi pada kata
‘asking’ (‘bertanya’) dan ‘telling’ (‘mengatakan’). Tekanan
ilokusi kemudian diidentifikasi berdasarkan urutan kata, tekanan,
dan intonasi. Tuturan juga harus dalam kondisi konvensional
tertentu untuk menentukan tekanan ilokusi yang dimaksud.
1.7.3. Fungsi Tindak Tutur
Pada dasarnya menurut Yule (1996: 92)32, fungsi tindak tutur antara
lain adalah deklarasi, representatif, ekpresif, komisif, dan direktif.
1.7.3.1. Fungsi Deklarasi
Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia
melalui tuturan (Yule, 1996: 92)33. Misalnya:
31 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
32 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
17
(Yule, 1996: 92)34
Jury Foreman: “We find the defendant guilty”.
(Kami nyatakan terdakwa bersalah).
Kalimat di atas menunjukkan penutur memiliki peran institusional
khusus dalam suatu konteks sehingga menampilkan deklarasi
secara tepat.
1.7.3.2. Fungsi Representatif
Menurut Yule pada buku “Pragmatics” (1996: 92) 35 ,
representatif adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang
diyakini penutur kasus atau bukan. Tindak tutur ini biasanya
berupa fakta, penegasan, kesimpulan, dan deskripsi peristiwa.
Contoh di bawah ini menunjukkan keyakinan penutur akan apa
yang digambarkannya, yaitu:
(Yule, 1996: 93)36
It was a warm sunny day. (Suatu hari cerah yang
hangat).
33 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
34 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
35 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
36 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
18
1.7.3.3. Fungsi Ekspresif
Yule (1996: 93) 37 menyatakan bahwa ekspresif adalah jenis
tindak tutur yang menyatakan sesuatu dirasakan oleh penutur.
Biasanya berupa pernyataan psikologis seperti kesenangan,
kesulitan, harapan, dan sebagainya. Contoh di bawah ini
menggambarkan pengalaman penutur walaupun mungkin tidak
hanya dirasakan oleh penutur itu, pendengar pun turut
merasakannya, yakni:
(Yule, 1996: 93)38
I’m really sorry. (Saya sungguh meminta maaf).
1.7.3.4. Fungsi Komisif
Komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk
mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa depan
(Yule, 1996: 93) 39 . Tindak tutur ini biasanya berupa janji,
ancaman, penolakan dan sebagainya. Contoh berikut
menunjukkan penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan
kata-kata, yaitu:
37 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
38 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
39 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
19
(Yule, 1996: 94)40
We will not do that. (Kami tidak akan melakukan itu).
1.7.3.5. Fungsi Direktif
Direktif dapat diartikan pula sebagai imposif atau penutur
melakukan suatu ucapan agar lawan tutur bersedia melakukan
tindakan tersebut dalam ujaran itu. Tuturan ini antara lain
kalimat yang bersifat memaksa, mengajak, menyuruh, meminta,
menagih, memohon, memerintah, menyarankan, memberikan
aba-aba atau menantang. Contohnya:
Berikan buku itu!41
1.7.4. Gaya Bahasa
Menurut Keraf dalam buku berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa” (1985:
113)42, gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
pemakai bahasa.
1.7.4.1. Repetisi
Repetisi merupakan salah satu jenis gaya bahasa yang dapat
dilihat berdasarkan struktur kalimat. Menurut Keraf (1985:
40 Yule, George. 2006. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
41 Rina Muryani. Blogspot. “Tindak Tutur”. http://sweetyririn.blogspot.com/2010/06/tindak-tutur.html. Diakses pada tanggal 29 Juni 2014.
42 Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
20
127)43, repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan
dalam sebuah konteks yang sesuai. Misalnya:
(Keraf, 1985: 127)44
Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga
tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi bersama
mereka yang menyusupi tanah, menyusupi alam?
1.7.4.2. Metafora
Pada buku “Diksi dan Gaya Bahasa” yang ditulis oleh Keraf
(1985: 139)45, metafora menjadi bagian dari jenis gaya bahasa
yang dilihat dari aspek bahasa kiasan. Metafora
menganalogikan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk
yang singkat seperti ‘bunga bangsa’, ‘buaya darat’,
‘cinderamata’ dan sebagainya. Contohnya:
(Keraf, 1985: 139)46
Pemuda adalah seperti bunga bangsa.
43 Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
44 Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
45 Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
46 Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
21
1.7.4.3. Personifikasi
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang dilihat dari aspek
bahasa kiasan. Personifikasi menggambarkan benda-benda
mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-oleh
memiliki sifat kemanusiaan. Contohnya:
(Keraf, 1985: 140)47
Angin yang meraung di tengah malam yang gelap
itu menambah lagi ketakutan kami.
1.8. Metodologi Penelitian
1.8.1. Sumber Data
Pemerolehan data penelitian diawali dengan melakukan
penjaringan data. Penjaringan data menggunakan teknik simak bebas
lipat cakap. Menurut Sudaryanto (via Kesuma, 2007: 46)48 teknik ini
terjadi ketika peneliti tidak terlibat langsung untuk ikut menentukan
pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai
pemerhati-pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul
dari peristiwa kebahasaan yang muncul dari peristiwa kebahasaan
47 Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
48 Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Saraswati Book.
22
yang berada di luar dirinya (via Kesuma, 2007: 46)49. Pada tahap ini,
penulis melakukan pengamatan pada salah satu alamat website resmi
milik pemerintah Republik Korea Selatan.
Alamat website tersebut yaitu http://www.president.go.kr.
Pidato sebagai data penelitian ditampilkan dalam bahasa Korea dan
berjudul “대통령 취임사 – 희망의 새 시대를 열겠습니다”. Pidato
ini dilakukan oleh Presiden Republik Korea Selatan, Park Geun Hye,
pada tanggal 25 Februari 2013 di acara bertajuk “18th Presidential
Inaguration of Korea". Presiden berpidato di istana kepresidenan
Republik Korea Selatan yang berada di ibu kota Seoul. Acara tersebut
dihadiri oleh para tamu kenegaraan yang berasal dari berbagai macam
latar belakang dan disaksikan oleh publik secara umum.
Pemerolahan data pendukung untuk mengkaji secara pragmatis
sehingga penelitian ini dapat bersifat obyektif dilakukan secara acak
melalui internet. Penulis menggunakan kata kunci sederhana seperti
‘박근혜 대통령 취임식, artikel atau tulisan dimuat pada tanggal 25
Februari 2013 sampai 28 Februari 2013.
49 Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Saraswati
Book.
23
1.8.2. Metode Analisis Data
Menurut Sudaryanto (1993: 6 via Kesuma, 2007: 49)50, analisa data
merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang
terkandung dalam data. Penulis mendapatkan pidato presiden Park
Geun Hye secara tertulis kemudian membaca kalimat-kalimat yang ada
di dalamnya. Kegiatan membaca lalu dilanjutkan dengan
menerjemahkan setiap kalimat ke dalam bahasa Indonesia. Data yang
telah lengkap dengan hasil terjemahan berupa kalimat-kalimat tersebut
lalu diklasifikasikan sesuai kebutuhan analisis untuk mendapatkan data
yang layak diangkat sebagai bahan penelitian.
1.8.3. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Tahap yang ketiga adalah penyajian hasil analisis data. Tahap ini
mendeskripsikan melalui kata-kata semua hal yang telah ditetapkan
berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori. Selain itu disajikan
pula contoh-contoh relevan.
50 Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Saraswati
Book.
24
1.9. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri atas lima buah bagian. Bagian-bagian tersebut
yaitu: Bab I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan. Bab II berupa deskripsi tindak tutur yang dilakukan oleh Park Geun
Hye dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea Selatan. Bab
III berupa deskripsi fungsi dari tindak tutur yang dilakukan oleh Park Geun
Hye dalam pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea Selatan. Bab
IV berupa deskripsi gaya bahasa yang digunakan oleh Park Geun Hye dalam
pidato pertamanya sebagai Presiden Republik Korea Selatan. Bab terakhir
atau Bab V merupakan bagian penutup penelitian.