BAB I PENDAHULUUAN 1.1 Latar Belakang
Transcript of BAB I PENDAHULUUAN 1.1 Latar Belakang
1
BAB I
PENDAHULUUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan pembangunan industri perikanan di Kecamatan
Muncar, Banyuwangi sudah berjalan sejak tahun 1970 (Tempo, 2011). Industri-
industri tersebut pada awalnya merupakan industri kecil, tetapi saat ini sebagian
dari industri tersebut telah berkembang menjadi industri besar yang berorientasi
pada ekspor. Industri besar tersebut mempunyai kondisi yang sangat baik, di mana
dalam melakukan proses produksi telah ditunjang dengan menggunakan peralatan
modern, sementara sisanya masih merupakan industri kecil dengan peralatan dan
proses produksi yang belum modern. Industri perikanan tersebut meliputi industri
pengalengan ikan, minyak ikan, pemindangan ikan, dan produksi pengolahan ikan
lainnya.
Industri yang berdiri di Kecamatan Muncar sebagian besar terletak di Desa
Kedungrejo. Industri tersebut telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat dan banyak menyerap tenaga kerja sejumlah 4.797 orang dari jumlah
keseluruhan industri (Setiyono & Yudo, 2008:70). Industri tersebut telah menjadi
suatu kebanggaan atau andalan dan ciri khas dari wilayah Banyuwangi.
Industri juga menimbulkan dampak negaitf berupa pencemaran terhadap
lingkungan sekitar yang dapat menurunkan potensi-potensi yang ada di kawasan
tersebut. Pencemaran lingkungan tersebut mulai muncul saat kegiatan pendaratan
ikan, transportasi ikan, pencucian bahan baku, proses produksi sampai sarana
pengolahan limbah yang kurang berfungsi dengan baik.
2
Dalam proses produksi, limbah hasil dari olahan seperti air yang sudah
tercemar akibat pencucian ikan, dibuang secara langsung tanpa ditampung terlebih
dahulu. Kondisi tersebut berpengaruh pada lingkungan sekitar, baik pembuangan
limbah di drainase, sungai yang menuju laut maupun pembuangan limbah yang
langsung dialirkan menuju laut lepas. Proses produksi, juga mengakibatkan
pencemaran udara yang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Pencemaran
udara tersebut berupa asap yang keluar dari industri pengolahan ikan yang
berjumlah sangat banyak.
Industri kurang memperhatikan efek pencemaran lingkungan yang
dihasilkan dari aktivitas produksi. Tingkat pencemaran sudah menjangkau
kawasan perairan Muncar sejauh 200 hingga 350 meter dari bibir pantai.
Termasuk sungai-sungai di kecamatan muncar yang dijadikan tempat
pembuangan limbah seperti kali mati, kali tratas, dan kali moro. Hal ini
memungkinkan ikan-ikan tersebut berpindah ke perairan lain (Detik.com, 2011).
Pencemaran lingkungan di kawasan industri Desa Kedungrejo membentuk suatu
pola tertentu. Terdapat konstruksi sosial di mana masyarakat terbiasa dengan
kondisi-kondisi lingkungan yang tercemar dan bau limbah yang ada. kondisi
sosial tersebut membuat masyarakat setempat kurang teliti dalam menanggapi isu
lingkungkan yang ada di daerah mereka. Masyarakat lebih bersifat
antroposentrisme atau lebih mempreoritaskan kelanjutan hidup mereka yang
bergantung pada sektor industri dan hasil tangkapan laut tanpa memikirkan
dampak limbah industri yang akan berpengaruh pada generasi selanjutnya.
Pembangunan industri juga menjadi penyebab nelayan saat ini mengalami
penurunan dalam jumlah pencarian ikan. Pembuangan limbah industri yang tidak
3
sesuai prosedur mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Dampak pencemaran
tersebut menurut Setiyono dan Yudo (2008:73-74) meliputi: 1) dampak terhadap
estetika lingkungan. Penumpukan materi yang tak terkendali akan menimbulkan
berbagai dampak seperti bau menyengat, pemandangan yang kotor dan
menimbulkan masalah estetika lain yang tidak diharapkan. 2) dampak terhadap
kondisi sosial. Adanya pencemaran seperti pembuangan limbah membuat
masyarakat berfikir jeli untuk mengolahnya kembali. Mereka melihat limbah
tersebut masih memiliki kandungan minyak dan bahan padat yang dapat diolah.
3) dampak terhadap kualitas air permukaan. Air laut di wilayah Kecamatan
Muncar memiliki kualitas di bawah standar kualitas air permukaan. Hal ini
menunjukkan bahwa telah ada pembuangan limbah yang jumlahnya di atas daya
tampung lingkungan, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas air yang ada.
4) Dampak terhadap kehidupan biota air. Zat beracun dari limbah industri
mengakibatkan kematian ikan-ikan dan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan
air.
Proses industri berskala besar tersebut tidak semuanya mempunyai tempat
pembuangan air limbah atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL
merupakan tempat untuk memproses atau mengolah cairan sisa proses produksi
pabrik, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan sekitar. Adanya
IPAL sangat bermanfaat bagi biota-biota yang ada di laut yang merupakan sumber
pencaharian masyarakat setempat. Industri yang sudah memilik IPAL berjumlah
10, satu industri dalam proses pembangunan, dan 59 industri belum mempunyai
IPAL (Badan Lingkungan Hidup Banyuwangi, 2015). Tingkat pemahaman IPAL
dan sistem menejemen limbah yang rendah menjadi penyebab dalam proses
4
pengolahan limbah, sehingga limbah yang dihasilkan di wilayah tersebut langsung
dibuang ke saluran umum. Hal tersebut menjadi penyebab pencemaran
lingkungan yang sangat tinggi di sekitar lokasi industri.
Gambar 1 : Limbah di kali mati
Sumber : Hasil Observasi
Gambar 2 : Limbah di kali mati
Sumber : Hasil Observasi
5
Proses industri seharusnya mempunyai komitmen dan kesadaran
perusahaan industri dalam rutinitas kegiatannya. Industri juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip pengolahan limbah industri, sehingga tercapai
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan pada lingkungan, antara lain
(Publikasi awal Agenda 21 Indonesia dalam Bethan, 2008:194) : 1) limbah
industri tidak boleh terakumulasi di alam sehingga pencemaran tidak terlalu
berdampak parah terhadap lingkungan sekitar. 2) pembuangan limbah industri
harus dibatasi pada tingkat yang tidak melebih daya dukung lingungan tersebut.
dengan adanya batas pembuangan limbah industri, pencemaran yang terjadi bisa
terserap oleh lingkungan tersebut dan tidak menimbulkan efek yang berlebihan. 3)
sistem tertutup penggunaan materi seperti daur ulang dan pengomposan harus
dimaksimalisasi, sehingga limbah tidak mengalami akumulasi yang berlebihan.
Pembangunan berkelanjutan juga dibutuhkan dalam proses industri.
Pembangunan berkelanjutan secara simultan mencakup tiga dimensi pokok, yakni
(Salim, 2010:100) : 1) berkelanjutan ekonomi; 2) berkelanjutan sosial-budaya dan
politik; serta 3) berkelanjutan lingkungan dalam suatu ruang lingkup global.
Apabila pembangunan industri hanya fokus dalam satu atau dua pokok maka
industri tersebut belum memenuhi pembangunan berkelanjutan. Sehingga efek
dari pembangunan industri akan dirasakan oleh generasi mendatang.
Pemerintah dalam program kesehatan lingkungan dan pengendalian
pencemaran, tidak teliti dalam mengindentifikasi masalah tersebut, seringkali
tidak tersedia data spesifik menganai jenis, jumlah, dan dampak relatif sumber
pencemaran untuk sebagian besar kota atau kawasan industri. Data mengenai
jenis, jumlah, dan lokasi sumber pencemaran merupakan prasyarat untuk
6
melakukan tindakan yang diperlukan. Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka
peneliti tertarik untuk menggali informasi yang lebih mendalam, tentang
“Konstruksi Sosial Masyarakat tentang Limbah Industri Pengolahan Ikan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah :
Bagaiamana konstruksi sosial masyarakat tentang limbah industri pengolahan
ikan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan lebih jauh konstruksi
sosial masyarakat tentang limbah industri pengolahan ikan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis :
1. Mengetahui relevansi antara yang digagas oleh Peter L. Berger dengan
kondisi lapangan yang diteliti yaitu konstruksi sosial masyarakat tentang
limbah industri pengolahan ikan.
2. Memperkuat gagasan Peter L. Berger berkaitan dengan konstruksi sosial
masyarakat tentang limbah industri pengolahan ikan.
Manfaat Praktis :
1. Diharapkan dari hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pengambil
kebijakan untuk pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya
dalam melakukan riset sejenis.
7
1.5 Definisi Konsep
1. Konstruksi Sosial
Menurut Berger dan Luckman (2013:176-177) konstruksi sosial
atas realitas (The sosial construction of reality) didefinisikan sebagai
proses dialektis dalam masyarakat di mana individu menciptakan suatu
realitas sosial yang berlangsung secara terus-menerus melalui pemahaman
atau penafsiran langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai
pengungkapan suatu makna atau sebagai suatu manifestasi dari proses-
proses subjektif.
2. Masyarakat
Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup
dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas yang dirumuskan dengan jelas (Soekanto, 2006:22).
3. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup).
4. Industri
Industri dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari metode-metode
yang kompleks dan canggih untuk memproduksi barang dan jasa secara
8
ekonomis. Metode-metode yang kompleks yang dimaksud misalnya
dengan menggunakan mesin-mesin sebagai alat untuk memperbaiki atau
mengembangkan kuantitas dan kualitas produksi (Sastrodiningrat, 1986:3).
1.6 Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan analisis
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif
lainnya. Penelitian yang diteliti sangat rinci dibentuk dengan kata-kata.
Penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna, suatu
peristiwa, interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti menemukan keadaan
sebenarnya dari objek yang diteliti. Dalam penelitian ini lokasi yang
ditentukan di kawasan industri Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar,
Kabupaten Banyuwangi. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena
selain memudahkan peneliti mendapatkan data, juga karena terdapat
pencemaran industri pengolahan ikan di daerah tersebut.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditentukan secara purposive, yaitu salah satu strategi
menentukan subjek, di mana subjek ditentukan sesuai dengan kriteria terpilih
yang relevan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan prinsip
9
purposive dapat ditentukan sejumlah subyek yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Adapun sibjek tersebut, yakni:
a. Subjek merupakan masyarakat Kecamatan Muncar sekitar kawasan
industri yakni, :
1. Karyawan industri
Karyawan industri yang dimaksud adalah karyawan industri
yang bekerja sebagai buruh pabrik maupun karyawan tetap.
2. Ibu rumah tangga
Ibu rumah tangga yang dimaksud adalah ibu rumah tangga
yang bertempat tinggal di kawasan industri.
3. Nelayan
Nelayan yang dimaksud adalah nelayan yang mencari ikan
diperairan Selat Bali Kecamatan Muncar yang tercemar
oleh limbah industri.
b. Informan merupakan bagian dari pemerintahan, baik itu perangkat
desa, pemerintahan dalam kecamatan, maupun instansi pemerintah
yang terkait dengan pengelolaan lingkungan meliputi :
1. Kepala Desa Kedungrejo
2. Kepala Camat Muncar
3. Kepala Badan Lingkungan Hidup Banyuwangi
4. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder.
10
a. Data primer, adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data utama
yaitu dengan wawancara langsung dan observasi langsung di lokasi
penelitian. Peneliti menggunakan data primer karena informasi yang di
dapat lebih aktual, dalam hal ini data yang diperoleh sesuai kenyataan
yang sebenar-benarnya. Hal tersebut akan mempermudah peneliti untuk
mengambil data dari masyakat kawasan industri Desa Kedungrejo demi
memperoleh data yang diinginkan. Data primier tersebut berupa
wawancara dengan subjek atau informan yang sudah ditentukan.
b. Data sekunder, adalah sumber data yang diperoleh dari arsip-arsip, hasil
laporan, buku dan internet yang memuat terkait dengan penelitian yang
akan dilakukan. Peneliti juga menggunakan data sekunder sebagai faktor
pendukung data primer yang didapat dari masyarakat sekitar kawasan
industri, sehingga data yang diperoleh lebih sempurna dengan bantuan
data sekunder. Data sekunder tersebut berupa hasil penelitian terdahulu
dan media online seperti berita, foto maupun video mengenai pencemaran
lingkungan di kawasan industri Desa Kedungrejo.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Metode ini dipakai untuk mendapatkan data melalui kegiatan
melihat, mendengar dan penginderaan lainnya yang mungkin dilakukan
untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan (Arikunto,
1997:146). Dalam proses obeservasi ini, peneliti langsung terjun ke
lapangan untuk melihat kondisi riil lingkungan masyarakat yang diteliti
11
dengan cara melihat dan mengamati kondisi sosial yang ada, serta perilaku
yang dikonstruksi masyarakat tentang L lingkungan akibat limbah yang
terjadi di kawasan industri Desa Kedungrejo. Adapun observasi yang
dilakukan peneliti adalah bagaimana konstruksi masyarakat tentang
pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah industri di kawasan
tersebut. Observasi ini dilakukan di kawasan industri Desa Kedungrejo,
Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
b. Wawancara
Metode wawancara atau metode interview adalah cara yang
digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden
dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(Koentjaraningrat, 1986:129).
Peneliti dalam penitian ini menggunakan wawancara terpimpin,
yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara terpimpin
seringkali disebut juga sebagai wawancara terstruktur. Contoh, wawancara
yang dilakukan pembawa acara televisi kepada pihak yang diwawancarai
(pejabat, pemuka masyarakat, dan ahli).
Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian yaitu karyawan
industri, petani, nelayan, dan tokoh masyarakat. informan, yaitu bagian
dari pemerintahan baik itu perangkat desa, pemerintah dalam kecamatan,
maupun instansi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan. Adapun
maksud dari wawancara adalah untuk mendapatkan data dan keterangan
12
secara langsung, mendalam dan terinci mengenai Konstruksi Sosial
Masyarakat tentang Limbah Industri Pengolahan ikan dari para subjek dan
informan secara terstruktur.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda
dan lain-lain (Koentjaraningrat, 1986:149).
Adapun cara peneliti lakukan untuk menunjang terpenuhinya
kebutuhan adalah mengambil dokumentasi di kantor Desa Kedungrejo,
dan di kantor Kecamatan Muncar, yang bisa berupa arsip-arsip terkait,
baik gambaran desa ataupun yang lain.
6. Teknik Analisis Data
Bogdan menyatakan dalam Sugiyono (2009:246), analisis data
merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian ini menggunakan
model analisis data model model Interaktif Miles dan Huberman, yakni:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
13
b. Penyajian data
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori. Miles dan Huberman (Sugiyono,
2009) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dalam
penelitian kualitatif, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang bersifat sementara dan akan
berkembang setelah berada dilapangan. Proses penarikan
kesimpulan ini bertujuan untuk menganalisis, mencari makna
dari data yang didapat di lapangan.