BAB I PENDAHULUAN -...

22
Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok (Teori Realitas Kelompok) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan Pada era global zaman sekarang, secara langsung ataupun tidak langsung merupakan tantangan sekaligus peluang bagi konselor. Seorang konselor harus mampu memberikan respon secara proaktif dalam menghadapi tantangan dan peluang melalui layanan yang profesional, sehingga mampu membantu individu dalam beradaptasi dengan tuntutan global. Bimbingan dan konseling merupakan suatu jabatan professional karena pelaksanaannya menuntut keahlian tertentu melalui pendidikan formal yang khusus, serta rasa tanggung jawab dari para pelaksananya. Profesi sebagai konselor merupakan jabatan yang harus dipegang oleh orang-orang yang mempunyai dasar pengetahuan dan keterampilan. Keahlian dalam bidang Bimbingan dan Konseling menuntut dipenuhinya standar persiapan profesi melalui pendidikan khusus di perguruan tinggi dan pengalaman kerja dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Konselor adalah individu dan makhluk sosial yang mempunyai tanggung jawab atas kebaikan lingkungan masyarakat. Konselor sebagai makhluk individu, perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dalam diri. Konselor sebagai makhluk sosial, perlu mengembangkan kemampuan dalam bersosialisasi agar mampu hidup harmonis dengan sesama makhluk sosial lainnya dalam berbagai kehidupan. Sehingga konselor harus dibekali dengan pemahaman dan penguasaann teori, agar memudahkan proses konseling dengan menerapkan teori yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi kliennya, hal itu merupakan tuntutan profesi sebagai seorang konselor.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan

Pada era global zaman sekarang, secara langsung ataupun tidak

langsung merupakan tantangan sekaligus peluang bagi konselor. Seorang

konselor harus mampu memberikan respon secara proaktif dalam menghadapi

tantangan dan peluang melalui layanan yang profesional, sehingga mampu

membantu individu dalam beradaptasi dengan tuntutan global.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu jabatan professional karena

pelaksanaannya menuntut keahlian tertentu melalui pendidikan formal yang

khusus, serta rasa tanggung jawab dari para pelaksananya. Profesi sebagai

konselor merupakan jabatan yang harus dipegang oleh orang-orang yang

mempunyai dasar pengetahuan dan keterampilan. Keahlian dalam bidang

Bimbingan dan Konseling menuntut dipenuhinya standar persiapan profesi

melalui pendidikan khusus di perguruan tinggi dan pengalaman kerja dalam

bidang Bimbingan dan Konseling.

Konselor adalah individu dan makhluk sosial yang mempunyai

tanggung jawab atas kebaikan lingkungan masyarakat. Konselor sebagai

makhluk individu, perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi

dalam diri. Konselor sebagai makhluk sosial, perlu mengembangkan

kemampuan dalam bersosialisasi agar mampu hidup harmonis dengan sesama

makhluk sosial lainnya dalam berbagai kehidupan. Sehingga konselor harus

dibekali dengan pemahaman dan penguasaann teori, agar memudahkan proses

konseling dengan menerapkan teori yang sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi kliennya, hal itu merupakan tuntutan profesi sebagai seorang

konselor.

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

2

B. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan makalah Teori Realitas adalah untuk :

1. mengetahui pentingnya manfaat teori bagi konselor.

2. mengetahui fungsi teori bimbingan dan konseling.

3. menyadari fenomena yang terjadi di lapangan dan kaitannya dengan teori

bimbingan dan konseling.

C. Sistematika Pembahasan

Adapun pembahasan makalah Teori Realitas menggunakan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembahasan

B. Tujuan Pembahasan

C. Sistematika Pembahasan

D. Metode Pembahasan

BAB II. POKOK BAHASAN (TEORI REALITAS)

A. Konsep Dasar Teori Realitas Kelompok

a. Sejarah Teori Realitas Kelompok

b. Pandangan Tentang Manusia

c. Konsep Utama Teori Realitas Kelompok

d. Tujuan Konseling Teori Realitas Kelompok

e. Konseli dalam Pandangan Teori Realitas Kelompok

f. Peran Konselor dalam Teori Realitas Kelompok

B. Teknik yang Digunakan dalam Teori Realitas Kelompok

BAB III. ANALISIS DAN KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

D. Metode Pembahasan

Adapun metode pembahasan yang dilakukan dalam penyelesaian makalah

ini adalah dengan menggunakan metode literatur kepustakaan.

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

3

BAB II

POKOK BAHASAN

(TEORI REALITAS KELOMPOK)

A. Konsep Dasar Teori Realitas Kelompok

a. Sejarah Teori Realitas Kelompok

Tokoh dari teori realitas adalah William Galsser. William Glasser

lahir pada tahun 1925. yang awalanya dilatih untuk menjadi psikoanalis,

tetapi menimbulkan kekecewaan dengan pendekatan ini, awalnya terapi

realitas tidak memiliki teori yang sistematis, hanya ide empiris tentang

individu yang bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan.

Glasser enggan mengutarakan ketidakpuasaanya terhadap terapi

psikoanalitik, sampai Glasser berjumpa dengan G.L Harrington yang

dianggapnya memberikan andil yang besar dengan memberikan

sumbangannya atas ide-ide yang dibuat oleh Glasser. Pada tahun 1956,

Glasser menjabat sebagai psikiatris pembimbing pada Sekolah Putri di

Ventura, sebuah sekolah untuk perawatan anak nakal milik Negara bagian

California. Pengalaman itu menambah keyakinan Glasser mengenai teknik

dan konsep psikoanalitik yang kurang bermanfaat, oleh karena itu Glasser

mulai mengembangkan pendekatan terapeutik yang sangat berlawanan

dengan teori psikoanalitik Freud.

Seperti analisis transaksional, terapi realitas pada awalnya lebih

banyak digunakan dalam kelompok alih-alih individual. Terapi realitas

juga menjadi tumpuan dalam lingkungan kerja/tugas, seperti pergerakan

kualitas total, yang menekankan bekerja secara kooperatif dan produktif

dalam kelompok-kelompok kecil.

b. Pandangan Tentang Manusia

Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa anggota kelompok

bebas memilih perilaku dan harus bertanggung jawab tidak hanya atas apa

yang kelompok lakukan tetapi juga atas bagaimana anggota kelompok

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

4

berfikir dan merasakan. Terapi realitas merupakan suatu model terapi yang

dikembangkan sebagai reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas

adalah terapi jangka pendek yang berfokus pada saat sekarang,

menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan dimana

para anggota keompok bisa belajar tingkah laku dan lebih realistik.

Terapi realitas memfokuskan pada perbuatan serta fikiran yang

dilakukan sekarang dan bukan pada pemahaman, perasaan, pengalaman

masa lalu, ataupun motivasinya yang tidak disadari. Suatu kelompok dapat

mernperbaiki kualitas hidup melalui proses evaluasi terhadap

kelompoknya, kemudian kepada anggota kelompok diajarkan kebutuhan

pokok dan diminta untuk mengidentifikasikan keinginan anggota

kelompok. Kelompok ditantang untuk mengevaluasi apakah yang anggota

kelompok lakukan bisa memenuhi kebutuhannya atau tidak. Apabila tidak

bisa, kelompok didorong untuk membuat rencana untuk bisa berubah,

untuk melakukan komitmen terhadap rencana kelompok dan terus setia

pada komitmennya.

Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta

mengkonfrontasikan anggota kelompok dengan cara-cara yang mampu

membantu anggota kelompok menghadapi kenyataan dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan anggota kelompok lain.

Terapi realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku. Salah

satu sebab mengapa teori realitas meraih popularitas adalah,

keberhasilannya dalam menerjemahkan sejumlah konsep tentang

modifikasi tingkah laku ke dalam model praktek yang relatif sederhana.

c. Konsep Utama Teori Realitas Kelompok

Glasser mengatakan bahwa tanggung jawab adalah inti dari teori

realitas. Arah baru bagi teori realitas adalah berlandaskan asumsi bahwa

individu menciptakan dunia batin. Sebagai usahanya memperbaharui teori

realita, Glasser mengeksplorasi tema tingkah laku adalah usaha untuk

mengendalikan persepsi dalam kelompok pada dunia luar, mencocokkan

dunia batin dengan dunia pribadi individu. Modifikasi teori realitas ini,

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

5

Glasser mengajarkan pada tahun 1981 dan terkenal sebagai control theory.

Glasser percaya bahwa orang yang mempelajari itu akan mampu

mengambalikan hidup mereka lebih efektif. Oleh karena itu anggota

kelompok akan dapat mencegah masalah-masalah potensial yang mungkin

menyebabkan kelompok menggunakan teori realitas.

Adapun ciri-ciri dari teori realitas kelompok :

1. terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Glasser

berasumsi bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah

akibat dari ketidak bertanggungjawaban.

2. terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada

perasaan-perasaan dan sikap-sikap.

3. terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa

lampau, karena pada masa lampau seseorang telah tetap dan tidak bisa

diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang

akan datang.

4. terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi

realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran kelompok

dalam menilai kualitas-kualitas tingkah laku anggota kelompok dalam

menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialami kelompok.

5. terapi realitas tidak menekankan transferensi. Glasser memandang

konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting.

Transferensi sebagai suatu cara bagi pemimpin kelompok untuk tetap

bersembunyi sebagai pribadi.

6. terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek

ketidaksadaran.

7. terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa

pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan

hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana

mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada anggota kelompok

dan perusakan hubungan terapeutik

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

6

8. terapi realitas menekankan tanggung jawab, seperti pernyataan Glasser

tanggung jawab adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi

kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

individu.

Ada delapan hal yang menjadi ciri khas dari teori Realitas antara

lain sebagai berikut:

1. terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental (medis). Teori

realitas berasumsi, bentuk-bentuk gangguan tingkah laku adalah akibat

dari ketidakbertanggungjawaban. Pendekatan teori realitas tidak

berkaitan dengan diagnosis psikologis. Teori realitas menyamakan

gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab

dan sebaliknya, menyamakan mental yang sehat dengan perilaku yang

bertanggung jawab.

2. terapi realitas memfokuskan pada tingkah laku sekarang terlebih pada

perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun teori realitas tidak

menganggap perasaan dan sikap-sikap tidak bertanggungjawab itu

tidak penting tetapi teori realitas menekankan pada kesadaran atas

tingkah laku sekarang. Terapis realitas tidak bergantung pada

pemahaman untuk mengubah sikap-sikap tetapi menekankan

perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.

3. terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan pada masa lampau.

Teori realitas berasumsi bahwa masa lampau seseorang adalah tetap

dan tidak bisa dirubah maksud yang bisa diubah hanyalah saat

sekarang dan masa yang akan datang. Glasser berpendapat

"merupakan penghamburan waktu membicarakan kesalahan-kesalahan

masa lampau" menurut Glesser penghitungan kembali sejarah dan

pengeksplorasian kembali masa lampau merupakan usaha yang tidak

produktif.

4. terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai, terapi

realitas menempatkan pokok kepentinganya pada peran konseli dalam

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

7

menilai kualitas tingkahlaku konseli sendiri dalam menentukan apa

yang menyebabkan kegagalan yang dialami konseli. Jadi jika para

konseli menjadi sadar bahwa individu tidak akan memperoleh apa

yang individu inginkan dan bahwa apa yang individu lakukan itu dapat

merusak diri, maka ada kemungkinan terjadinya perubahan yang

positif.

5. terapi realitas tidak menekankan transferensi. Terapi Realitas tidak

memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang

penting melainkan sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap

bersembunyi sebagai pribadinya. Terapi Realitas menghimbau agar

para terapis menjadi diri sendiri tidak memainkan peran sebagai ayah

atau ibu konseli.

6. terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, tidak seperti teori

psikoanalitik. Terapi Realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan

oleh konseli. Bagaimana tingkah laku konseli sekarang hingga konseli

tidak mendapatkan apa yang diinginkanya, dan bagaimana konseli bisa

terlibat dalam suatu rencana tingkah laku yang berhasil dan

berlandaskan tingkah laku yang bertanggung jawab dan realistis.

Terapi Realitas menegaskan bahwa ketidaksadaran berarti mengelak

dari pokok masalah yang menyangkut ketidak bertanggungjawaban

klien dan memaafkan kesalahan klien atas tindakanya dalam

menghindari kenyataan.

7. terapi realitas meniadakan hukuman. Glasser mengingatkan bahwa

pemberian hukuman untuk mengubah tingkahlaku adalah tidak efektif

dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana

mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada konseli dan

perusakan hubungan teurapetik. Terapi Realitas menentang

penggunaan pernyataan-pernyataan yang mencela karena dianggap

sebagai hukuman. Glasser menganjurkan untuk membiarkan konseli

menerima konsekuensi yang wajar dari perilakunya sendiri.

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

8

8. terapi realitas menekankan tanggung jawab. Glasser menyatakan klien

perlu belajar mengoreksi diri apabila klien berbuat salah dan

membanggakan diri apabila klien berbuat benar. Untuk memperbaiki

tingkah laku klien apabila berbuat salah, kita perlu mengevaluasi

tingkah laku klien. Bagian yang esensial dari terapi Realitas mencakup

moral, standar-standar, pertimbangan-pertimbangan nilai, serta benar

dan salahnya tingkah laku berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan

akan rasa berguna.

d. Tujuan Konseling Teori Realitas

Tujuan keseluruhan dari terapi realitas adalah agar setiap individu

bisa mendapatkan cara yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan menjadi bagian dari suatu kelompok, kekuasaan, kebebasan,

dan kesenangan. Pada lokakaryanya Glasser menekankan bahwa konseling

itu terdiri dari menolong konseli belajar tentang cara-cara untuk

mendapatkan kontrol terhadap hidupnya, dan untuk bisa hidup lebih

efektif. Termasuk didalam konseling, berkonfrontasi dengan konseli untuk

meneliti apa yang konseli dan konselor lakukan, pikirkan, dan rasakan

untuk mendapatkan gambaran apakah ada cara yang lebih baik bagi

konseli dan konselor untuk berfungsi.

Fokus terapi realitas adalah pada apa yang disadari oleh konseli

dan kemudian menolong konseli menaikkan tingkat kesadarannya itu.

Setelah konseli menjadi sadar betapa tidak efektifnya perilaku yang

konseli lakukan untuk mengontrol dunia, mereka akan lebih terbuka untuk

mempelajari alternatif lain dari cara berperilaku. Tidak seperti banyak

pendekatan lain, terapi realitas menaruh perhatian khusus tentang

mengajar orang untuk dapat berurusan dengan dunia secara lebih efektif.

Inti dari terapi realitas adalah menolong konseli mengevaluasi apakah

yang konseli inginkan itu realistik dan apakah perilakunya bisa

menolongnya kearah itu. Konselilah yang menentukan apakah konseli

lakukan itu bisa membuatnya mendapatkan apa yang konseli kehendaki,

dan mereka menentukan perubahan apa, kalaupun ada, yang mereka

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

9

kehendaki untuk dilakukan. Setelah konseli lakukan penilaian terhadap

masalah yang dihadapi konseli, maka konseli dibantu oleh konselor dalam

hal mendesain suatu rencana perubahan sebagai cara menerjemahkan

perkataan menjadi perbuatan. Glasser (1989) menekankan satu-satunya

perilaku seseorang yang bisa indivisu kontrol adalah perilaku individu itu

sendiri, yang berarti bahwa cara terbaik untuk mengontrol peristiwa sekitar

individu adalah melalui apa yang individu lakukan.

Memudahkan konseli dalam mengekplorasi keinginan,

kebutuhan dan persepsi. Keterampilan terapi realitas mencakup

konseling dalam cara yang tidak bernada kritik dan bersikap mau

menerima sehingga konseli akan mengungkapkan apa yang ada di dunia

yang khusus. Focus pada perilaku sekarang. Terapi realitas menekankan

pada perilaku sekarang dan memperdulikan peristiwa di masa lalu hanya

sejauh peristiwa yang ada pengaruhnya terhadap perilaku konseli

sekarang. Membuat konseli mau mengevaluasi perilakunya. Inti dari

terapi realitas adalah meminta konseli membuat evaluasi seperti berikut

“apakah perilaku anda sekarang ini ada peluang yang wajar untuk bisa

mendapatkan apa yang anda inginkan sekarang, dan akan membawa anda

ke arah tujuan yang anda inginkan?” (glesser, 1986a, 1986c).

Tujuan umumnya adalah untuk membantu individu memperoleh

tingkah laku yang betanggungjawab. Terapi realitas berasumsi bahwa

konseli dapat menciptakan kebahagian konseli itu sendiri dan kunci untuk

menemukan kebahagiaan adalah penerimaan tanggung jawab.

Adapun fungsi dari terapi realitas ini adalah memasang batas-batas,

mencakup batas-batas dalam situasi terapeutik dan batas-batas yang

ditempatkan oleh kehidupan pada seseorang. Glasser dan Zunin

menunjukan penyelenggaraan kontrak sebagai suatu tipe pemasangan

batas.

e. Konseli dalam Pandangan Teori Realitas Kelompok

Konseli dalam teori realitas bukanlah orang-orang yang telah belajar

menjalani kehidupan secara bertanggung jawab, melainkan orang-orang

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

10

yang termasuk tidak bertanggung jawab, meskipun tingkah lakunya tidak

layak, tidak realistis, dan tidak bertanggung jawab, tingkah laku para konseli

masih merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

konslei akan cinta dan rasa berguna. Tingkah laku konseli merupakan upaya

untuk memperoleh identitas.

f. Peran Konselor dalam Teori Realitas Kelompok

Wubbolding (1988) menyarankan empat prosedur khusus yang

diterapkan untuk kelompok terapi realitas, yaitu :

a) Mahir menggunakan pertanyaan yang sudah disiapkan. Hal ini penting

bahwa pimpinan kelompok mengajukan pertanyaan terbuka dan

pertanyaan yang menarik dalam rangka membantu anggota lebih

eksploratif.

b) Prosedur-prosedur bantuan diri hendaknya terfokus pada hal-hal yang

positif. Perilaku-perilaku yang diinginkan anggota kelompok sebagai

target. Ada usaha nyata pada sebagian anggota dan kelompok untuk

mengimplementasikan tindakan yang akan membawa kepada identitas

keberhasilan, seperti mempelajari keterampilan-keterampilan sosial baru.

c) Menggunakan humor. Wubbolding menekankan prosedur pada ketepatan

waktu, fokus dan pentingnya kepercayaan didalam proses. Humor tidak

pernah menganjurkan orang untuk murung. Humor digunakan untuk

membantu individu memperoleh kesadaran akan situasi yang tidak mudah

diperoleh dengan cara lain.

d) Memanfaatkan paradoks. Wubbolding menekankan bahwa dengan

beberapa anggota kelompok, perubahan yang terbaik lebih dianjurkan

secara tidak langsung alih-alih seperti yang dianjurkan Glasser. Agar

berhasil, pemimpin kelompok dapat menggunakan paradoks (meminta

para anggota berbuat yang berlawanan dengan keinginan mereka),

selanjutnya pesan yang mereka berikan, diterima secara serius dan

diingkarai untuk kebaikan anggota kelompok.

Dibawah ini ada empat kriteria pemimpin terapi realitas yang

efektif, yaitu :

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

11

1) Mereka harus menjadi pribadi yang bertanggung jawab yang mampu

untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2) Mereka harus kuat mental dan mampu menentang kesenangan anggota

kelompok untuk simpati dan berdalih atas perilaku yang tidak produktif.

3) Berkualitas untuk menerima anggota kelompok siapapun mereka.

4) Pemimpin kelompok terapi realitas harus terlibat secara emosional dan

mendukung setiap anggota kelompok.

Pemimpin secara mental harus matang dan menyenangkan sebelum

mereka dapat bekerja dan membantu anggota kelompok menuju kepada

perubahan yang dibutuhkannya.

Keterlibatan konselor atau terpis tidak terbatas hanya dalam

memberikan dukungan-dukungan yang "manis." Kadang, Glasser

menegaskan, konselor harus mendorong orang dengan cara yang tidak

"manis." Misalnya, dalam menyikapi pilihannya yang salah, konselor

mesti berani mengkomunikasikan kepada konseli bahwa konseli itu telah

mengambil langkah yang salah. Namun sikap itu tidak berkonotasi

penolakan terhadap diri konseli. Atau, sewaktu konseli terus enggan

melihat kehilangannya, konselor mesti menyadarkan konseli dengan penuh

kasih sayang. Tujuannya jelas, yakni agar konselor tetap dapat

membimbing konseli melewati ketiga fase pemulihan itu mengakui

realitas, memikul tanggung jawab, dan melakukan tindakan yang benar.

Tugar dasar dari seorang terapis dalam teori realitas adalah

melibatkan diri dengan anggota kelompok dan kemudian membuatnya

menghadapi kenyataan. Dan tugas terapis adalah bertindak sebagai

pembimbing yang membantu setiap anggota kelompok agar bisa menilai

tingkah lakunya sendiri secara realitas.

B. Teknik yang Digunakan dalam Teori Realitas Kelompok

Teknik merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh konselor untuk

membantu konseli dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Adapun

teknik yang di gunakan dalam teori realitas adalah Corey (2003, hal. 277):

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

12

1. Terlibat dalam permainan peran dengan klien

2. Menggunakan humor

3. Mengonfrontasikan klien dan menolak berdalih apapun

4. Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi

tindakan

5. Bertindak sebagai model atau guru

6. Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi

7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk

mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis; dan

8. Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang

lebih efektif.

Tahap-tahap teknik lain yang digunakan dalam teori ini menurut William Glasser

adalah :

1. Berteman/membangun suatu hubungan yang bermakna

(Mengembangkan suatu hubungan)

Dalam langkah pertama, usaha terapis realitas adalah membangun

hubungan baik (rapport) dengan setiap anggota kelompok. Orang

biasanya terlibat dalam kelompok karena butuh berhubungnan dengan

orang lain,. Oleh karena itu, pimpinan kelompok dapat memenuhi

kebutuhan tersebut pada langkah awal ini. Proses awal ini dipakai

pimpinan kelompok (konselor) melalui penyaringan. Pemimpin juga

menentukan denan membantu anggota kelompok menggambarkan cara

mempertemukan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Gambaran ini datang

dari dunia internal anggota kelompok dan digambarkan oleh pemimpin

melalui keterampilan bertanya dan interaksi.

2. menegaskan perilaku sekarang/bertanya, apa yang dilakukan sekarang

(Memfokuskan kepada tingkah laku konseli yang sekarang)

Seperti yang diketahui bahwa teori realitas memfokuskan pada

perbuatan serta fikiran yang dilakukan sekarang dan bukan pada

pemahaman, perasaan, pengalaman masa lalu, ataupun motivasinya yang

tidak disadari. Teori realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

13

masa lampau, karena pada masa lampau seseorang telah tetap dan tidak

bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang

akan datang. Langkah ini terfokus pada proses pilihan. Anggota

kelompok diminta untuk konsentrasi pada pengontrolan perilaku mereka

sekarang. Sebagai contoh, anggota memiliki pilihan dalam cara-cara

dalam mereka berfikir dan berinteraksi dengan anggota kelompok lain

serta dengan pemimpin kelompok.

3. Menegaskan apakah tindakan-tindakan konseli mencapai yang mereka

inginkan (Meminta konseli untuk mengevaluasi tingkah laku ini)

Setiap anggota kelompok dapat mernperbaiki kualitas hidup

melalui proses evaluasi terhadap kelompok, kemudian kepada anggota

kelompok diajarkan kebutuhan pokok dan diminta untuk

mengidentifikasikan keinginan setiap anggota kelompok. Setiap anggota

kelompok ditantang untuk mengevaluasi apakah yang anggota kelompok

lakukan bisa memenuhi kebutuhannya atau tidak. Apabila tidak bisa,

anggota kelompok didorong untuk membuat rencana untuk bisa berubah,

untuk melakukan komitmen terhadap rencana dan terus setia pada

komitmennya.

4. Membuat suatu rencana untuk berbuat lebih baik (Mengembangkan

rencana untuk perubahan)

Langkah ini merupakan tahapn krits dalam tahapan kelompok.

Langkah ini meliputi perencanaan, menasehati, membantu, dan

mendorong, (Glasser, 1984). Tahap ini berdasarkan pada penyelesaian

tahap ketiga, perencanaan tindakan adalah individual,tetapi anggota dan

pimpinan kelompok dapat sangat efektif memberikan inputu dan sugesti-

sugesti yang akan membuat perencanaan potensial. Wubbolding (1988)

menyarankan rencana yang efektif memenuhi komponen-komponen

sebagai berikt :

a) Berhubungan erat dengan kebutuhan anggota

b) Sederhana dan mudah dipahami

c) Realistik dan mudah dicapai

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

14

d) Melibatkan tindakan-tindakan positif

e) Independen terhadap kontribusi orang lain

f) Dapat dipraktekkan secara teratur

g) Dapat dilakukan dnegan segera

h) Berorientasi proses

i) Dan terbuka untuk input yang membangun dari anggota kelompok

melalui tulisan dan diformulasikan dengan baik

5. Membuat kesepakatan untuk rencana positif selanjutnya(Mendapatkan

suatu keterikatan)

Melalui tahap-tahap yang sebelumnya, maka pada poin ini anggota

kelompok mendapatkan suatu keterikatan dengan rencana yang sudah

dirancangnya dengan bantuan konselor. Anggota kelompok harus

memiliki tanggungjawab yang penuh untuk melaksanakan rencananya

untuk perubahan pada diri konseli. Konselor juga harus dapat

menumbuhkan rasa keterikatan pada rencana yang sudah dibuat oleh

konseli agar perubahan yang lebih baik itu dapat terealisasikan.

6. Tiada alasan (Tidak menerima permintaan maaf)

Anngota kelompok tidfak akan berhasil dalam rencana tenadakan

mereka bilaseriang memaafkan kesalahannya. Dalam suatu kasus; pemimpin

dan anggota kelompok dengan mudah mengakui bahwa seseorang itu gagal.

Tentang masa lalu tidak dikemukan, dan alasan tidk didiskusikan.

Penerimaan alasan yang diberikan seseorang dalam kelompok menunjukan

bahwa ide mereka lemah, tidak dapat berubah,dan akibatnya tidak mampu

mengontrol kehidupan mereka. (Wubbolding, 1988;1991) malahan individu-

individu dibantu memformulasikan rencana-rencana lain (biasanya

memodifikasi sesuatu yang asli) dan dianjurkan untuk mencobanya lagi.

7. Tiada hukuman (Menolak penggunaan hukuman)

Pada teori realitas konselor tidak menggunakan hukuman untuk

konseli yang tidak dapat melakukan rencana yang telah disusunnya itu.

Akan tetapi konselor harus mempertanyakan pada diri konseli mengapa

komitmen yang telah dibuat dan di sepakati menjadi tidak terealisasi dengan

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

15

benar, dan konselor tidak menyalahkan konseli atas apa yang telah

dilakukannya dan konselor tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukan

konseli yang menyebabkan tujuan hidupnya tidak tercapai, namun apabila

penelusuran sebab atau tingkah laku pada masa lalu dirasakan bisa

membantu proses konseling, maka konseli diperbolehkannya, namun tidak

sepenuhnya terpaku dan tergantung pada masa lalu. Terapi realitas

menekankan, bahwa seseorang yang tdak mengikuti rencana yang mereka

buat, harus hidup dengan konsekuensi alami dari hail yang dilakukannya.

Biasanya tujuan mereka tidak dicapai sebagaimana yang diinginkan. Tipe

respon ini selalu memotivasi mereka, sepanjang kelompok mendorong untuk

mencoba lagi.

8. Tak pernah berhenti (Dan tidak pernah menyerah pada diri konseli)

Perubaahan selalu memerlukan waktu, khususnya jika konseli

memiliki sejarah kegagalan yang panjang. Pemimpin kelompok gigih

dengan anggota kelompok yang lambat untuk berubah. Awal konsistensi

ini diinternalisasikan oleh konseli. Mereka menyadari bahwa pemimpin

layaknya pteman baik yang tidak pernah berhenti berupaya membautu

dengan susah payah. Dengan kenyataan ini, mereka selalu menjadi lebih

berkeinginan untuk mencoba perilaku yang baru, dan proses perubahan itu

dapat dimulai.

Teknik-teknik terapi realitas telah dipercaya bisa diterapkan pada

lingkup masalah tingkah laku dan emosional yang luas. Terapi realitas telah

digunakan dengan berhasil pada penanganan ”masalah-masalah individu

yang spesifik seperti masalah kecemasan, maladjusment, konflik-konflik

perkawinan, perversi, dan psikosis.

Teori realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum

digunakan oleh teori lain, para pempraktek teori realitas tidak menghabiskan

waktunya untuk bertindak sebagai “detektif” mencari alasan-alasan, teori

berusaha membangun kerja sama dengan para konseli untuk membantu

mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya. Teknik-teknik lain yang tidak

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

16

digunakan adalah penafsiran, pemahaman, wawancar-wawancara

nondirektif, sikap diam yang berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis

tranferensi, dan analisis mimpi.

Individu harus berani menghadapi realitas dan bersedia untuk tidak

mengulangi masa lalu. Hal penting yang harus dihadapi seseorang adalah

mencoba menggantikan dan melakukan intensi untuk masa depan. Seorang

terapis bertugas menolong individu membuat rencana yang spesifik bagi

perilaku mereka dan membuat sebuah komitmen untuk menjalankan

rencana-rencana yang telah dibuatnya. Dalam hal ini identitas diri

merupakan satu hal penting kebutuhan sosial manusia yang harus

dikembangkan melalui interaksi dengan sesamanya, maupun dengan dirinya

sendiri. Perubahan identitas biasanya diikuti dengan perubahan perilaku di

mana individu harus bersedia merubah apa yang dilakukannya dan

mengenakan perilaku yang baru. Dalam hal ini terapi realitas dipusatkan

pada upaya menolong individu agar dapat memahami dan menerima

keterbatasan dan kemampuan dalam dirinya.

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

17

BAB III

ANALISIS DAN KESIMPULAN

A. Analisis

Teori realitas merupakan teori yang mempelajari tingkah laku individu

dan tanggung jawab, seperti yang dikatakan oleh Glasser bahwa tanggung

jawab adalah inti dari teori realitas.

Teori realitas tampaknya sangat cocok bagi interfensi-interfensi singkat

dalam situasi-situasi konseling krisis dan bagi penanganan para remaja dan

orang-orang dewasa penghuni lembaga-lembaga untuk tingkah laku kriminal.

William Galsser menguraikan teorinya dengan tiga R yaitu (a)

"reality", (b) "responsibility", dan (c) "right-wrong". Jika konseli menderita

depresi, pertama-tama konseli harus dapat menghadapi realitas hidup apa

adanya, bukan apa yang seharusnya terjadi atau tidak terjadi. Pemikiran

"seharusnya" niscaya menjauhkan konseli dari realitas dan hanyalah

memasukkan konseli ke alam khayali dan impian. Sebaliknya, pemikiran "apa

adanya", membawa konseli masuk ke dalam realitas dan memaksa konseli

memikirkan apa yang harus konseli lakukan sekarang. Inilah R pertama, yakni

realitas.

Satu contoh kasus misalnya, konseli atau konseli kehilangan anak yang

dikasihinya, konseli tersebut harus dapat menghadapi realitas kehilangan itu

dengan cara mengakui makna kehadiran anak tersebut dalam kehidupannya

dan melihat apa yang telah hilang dalam kehidupannya dengan kepergiannya.

Makin berlama-lama konseli melihat dan mengakui kepergiannya maka makin

parah depresi yang harus konseli alami. Sebaliknya, makin cepat konseli

melihat dan mengakui kepergiannya, maka makin cepat pulalah konseli

menyadari apa yang harus konseli perbuat untuk mengisi kepergiannya. Inilah

R kedua, yakni "responsibility" atau tanggung jawab.

R ketiga adalah right-wrong. Glasser menegaskan bahwa konseli

hanya akan dapat melihat diri secara positif jika konseli melakukan tindakan

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

18

yang benar. Mustahil konseli akan dapat menyenangi diri sendiri bila konseli

terus melakukan hal-hal yang salah. Sebaliknya, jika konseli melakukan hal

yang benar, barulah konseli bisa berbangga dan bersenang hati. Di sini

diperlukan kemampuan untuk memilih atau mengambil keputusan dengan

benar. Pilihan yang salah tidak akan mengangkat konseli dari kubangan

depresi.

Terapi realitas kelompok ini tidak memiliki suatu teknik yang berarti

atau kontekstual, namun beberapa ahali seperi Gerald Corey dan Glasser lebih

memperlihatkan teknik yang digunakan dalam terapi kelompok ini lebih

kesuatu tahapan yang jikalau salah satu tahapan hilang atau terlewat maka

proses itu dapat dikatakan gagal, jadi tahapan itu merupakan suatu kesatuan.

Maka diperlukannya keterampilan-keterampilan khusus dari pemimpin

kelompok itu sendiri, seperti peningkatan rasa empati, kemahiran dalam

berkomunikasi dan mengkomunikasikan dan pribadi yang menyenangkan.

B. Kesimpulan

Inti dari terapi realitas adalah menerima pertanggungjawaban pribadi

dan bisa mendapatkan kontrol yang lebih efektif. Orang bertanggung jawab

atas hidupnya dan bukan menjadi korban dari keadaan diluar kontrolnya.

Praktisi terapi realitas berfokus pada apa yang klien bisa dan mau

mengerjakan pada saat sekarang untuk bisa merubah perilaku klien.

Terapis realitas berfungsi sebagai guru dan model, yang berkonfrontasi

dengan klien dengan cara–cara yang bisa menolong klien untuk mengevaluasi

apa yang dilakukan dan apakah perilaku konseli bisa memenuhi kebutuhan

dasar tanpa harus mencelakakan diri konseli sendiri dan orang lain.

Kelebihan dari terapi realitas adalah jangka waktu terapinya yang

relatif pendek. Konseli dihadapkan pada keharusan untuk mengevaluasi

tingkah laku klien sendiri dan membuat pertimbangan nilai. Sedangkan

kekurangan dari terapi realitas ini adalah, tidak memberikan penekanan

khusus pada perilaku tak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah

satu penyebab dari tingkah laku konseli sekarang.

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

19

Pendapat tradisional yang beranggapan bahwa seseorang berperilaku

tidak bertanggungjawab disebabkan oleh gangguan mental ditolak oleh

Glasser. Justru ia berpendapat bahwa orang mengalami gangguan mental

karena ia berperilaku tidak bertanggungjawab. Terapi realitas menekankan

pada masalah moral antara benar dan salah yang harus diperhadapkan kepada

konseli sebagai kenyataan atau realitas. Terapi realitas menekankan

pertimbangan menyangkut nilai-nilai. Ia menekankan bahwa perubahan

mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa

ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya.

Pengalaman masa lalu diabaikan karena terapi realitas mengarahkan

pandangan penilaiannya pada bagaimana perilaku saat ini dapat memenuhi

kebutuhan konseli. Dengan kata lain terapi realitas berfokus pada tingkah laku

sekarang. Meskipun tidak menganggap perasaan dan sikap tidak penting,

tetapi terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi

realitas adalah proses pengajaran ( teaching process ) dan bukan proses

penyembuhan ( healing process ). Itu sebabnya terapi realitas sering

menggunakan pula pendekatan kognitif dengan maksud agar konseli dapat

meneyesuaikan diri terhadap realitas yang dihadapinya.

Faktor alam bawah sadar sebagaimana ditekankan pada psiko-

analisis Freud tidak diperhatikan karena Glasser lebih mementingkan “apa”

daripada “mengapa”-nya. Terapi realitas menolong individu untuk memahami,

mendefinisikan, dan mengklarifikasi tujuan hidupnya. Terapi realitas menolak

alasan tertentu atas perbuatan yang dilakukan. Misalnya, orang yang mencuri

tidak boleh beralasan bahwa ia terpaksa atau kepepet, dsb. Dalam terapi

realitas kelompok, anggota kelompok bebas memilih perilaku dan harus

bertanggung jawab tidak hanya atas apa yang kelompok lakukan tetapi juga

atas bagaimana anggota kelompok berfikir dan merasakan.

Diperlukannya suatu keterampilan khusus yang dimiliki oleh

pemimpin kelompok seperti keterampilan dalam komunikasi karena dalam

terapi realitas kelompok ini tidak menggunakan teknik khusus dalam proses

konnselingnya.

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

20

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychothepy

(Diterjemahkan oleh: E. Koeswara). Bandung: PT. Refika Aditama

Gibson, Robert L. at al. 1986. Introduction to Counseling and Guidance. New

York: Macmillan Publishing Company

Gunadi, Paul. No. 4 Edisi: Oktober - Desember 2003. PARAKALEO (dan dapat

di lihat dalam situs

http://72.14.235.104/search?q=cache:xhK3lK54GbkJ:www.dikdasmen.or

g/files/kepala%2520sekolah.doc+william+glasser&hl=id&ct=clnk&cd=6

&gl=id)

Hansen, James C. at al. 1982. Counseling: Theory and Process. Library of

Congress Cataloging in Publication Data

Rosjidan. 1988. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta: DEPDIKBUD

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

21

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang Pembahasan.......................................................................... 1

B. Tujuan Pembahasan....................................................................................... 2

C. Sistematika Pembahasan................................................................................ 2

D. Metode Pembahasan...................................................................................... 2

BAB II. POKOK PEMBAHASAN (TEORI REALITAS KELOMPOK).... 3

A. Konsep Dasar Teori Realitas Kelompok........................................................ 3

a. Sejarah Teori Realitas Kelompok............................................................ 3

b. Pandangan Tentang Manusia................................................................... 3

c. Konsep Utama Teori Realitas Kelompok................................................ 4

d. Tujuan Konseling Teori Realitas............................................................. 8

e. Konseli dalam Pandangan Teori Realitas Kelompok.............................. 9

f. Peran Konselor dalam Teori Realitas Kelompok..................................... 10

B. Teknik yang Digunakan dalam Teori Realitas Kelompok............................. 11

BAB III. ANALISIS DAN KESIMPULAN..................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

i

Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok

(Teori Realitas Kelompok)

22

KATA PENGANTAR

Bismllairahmannirrahim,

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia serta izinya, Tidak lupa salawat serta

salam semoga tercurahkan kepada teladan kita junjungan Nabi Muhammad SAW,

keluarganya, para sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman, sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata Teori

Bimbingan dan Konseling Kelompok.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji suatu

teori yang merupakan salah satu upaya pemberian bantuan dalam siatuasi

konseling. Dalam makalah ini tidak hanya membahas mengenai suat7u konsep

yang melatrbelakangi teori realitas ini, namun lebih mengembangkan pembahasan

dalam penggunaan teknik-teknik yang ada dalam teori realitas ini, yang dimana

sebenarnya dalam teori realitas ini tidak ada teknik-teknik yang digunakan secara

khusus, namun lebih mengutamakan hubungan teraupetik dengan konseli.

Penyusun menyadari bahwa isi dari makalah ini masih jauh dai sempurna

dan memiliki banyak kekurangan dan mengingat adanya berbagai keterbatsan

yang kami miliki. Semoga dapat di jadikan bahan pelajaran untuk membuat

makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga pula makalah ini dapat

bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, Mei 2008

Penyusun

ii