BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pembangunan Indonesia saat ini yang lebih ditekankan kepada
pembangunna sektor ekonomi, menjadikan pembangunan pada sektor ekonomi
yang lebih mendapat priotitas utama pemerintah. Dalam sektor ekonomi terdapat
berbagai macam sub sektor ekonomi seperti sub sektor industri dan sub sektor
pertanian. Namun sejak tahun 1991 sub sektor pertanian tidak lagi menjadi
prioritas utama pembangunan, namun pemerintah lebih memprioritaskan
pembangunan sub sektor industri, Padahal pada tahun 2023 Indonesia
membutuhakan setidaknya 15 juta hektar lahan pertanian untuk memenuhui
kebutuhan pangan untuk 280 juta penduduk Indonesia. (Ivanovic Agusta, Peneliti
pada Pusat Studi Pertanian dan Pedesaan ITB dikutip dari
Indonesian.irib.ir.com).
Berbagai macam bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanan
saat ini terutama pembangunan bersifat fisik, tidak luput dari kebutuhan lahan.
Lahan dalam kaitannya dengan manusia dan pembangunan merupakan
sumberdaya atau modal dan ruang aktifitas (Jayadinata dalam Kirana Dewi, 2007:
2). Faktor perubahan prioritas pembangunan dari sub sektor pertanian menjaadi
sub sektor industri mengakibatkan terjadinya konversi atau alih fungsi lahan
pertanaian menjadi berbagai macam lahan untuk kebutuhan non-pertanian
terutama adalah kebutuhan lahan pada sektor industri. Menurut data Badan
2
Pertanahan Nasional, dalam kurun tahun 2004-2009 alih fungsi lahan pertanian di
Indonesia mencapai 15.999,60 hektar atau dirata-ratakan pertahunan alih fungsi
lahan di Indonesia pada setiap tahunnya sebesar 3.199,92 hektar. 6000 hektar
lahan pertanian yang beralih fungsi berubah untuk digunakan menjadi kawasan
industri dan pemukiman penduduk. Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir
Indonesia kehilangan 2 juta hektar lahan pertanian. Dengan rinccian dalam kurun
waktu 1981-1999 Indonesia kehilangan sebesar 1,6 juta hektar lahan pertanuan
yang beralih fungsi, dengan 1 juta hektar lahan yang beralih fungsi berada di
Jawa. Pada tahun 1999-2002, alih fungsi lahan terjadi sebesar 563.000 hektar.
Alih fungsi lahan pertanian tersebut sebesar 58,7% menjadi lahan pemukiman, 21
% menjadi lahan non-sawah, dan lainnya 19,5% (indonesian.irrb.ir.com)
Pulau jawa merupakan salah satu pulau utama di Indonesia. Dengan
komoposisi 60 % penduduk Indonesia menetap dipulau ini menjadikan pulau ini
sarat dengan berabagai macam aktivitas mulai dari perekonomian, pemerintahan
dan juga pertanian. Dengan terpusatnya pembangunan ekonomi dan termasuk
sektor industri menjadikan lih fungsi lahan pertanian di pulau Jawa memiliki
angka yang cukup besar dan mengkhawatirkan. Kementrian Petanian
memperkirakan, konversi lahan pertanian atau alih fungsi lahan pertanian
pertahunnya mencapai 100.000 hektar, alih fungsi lahan di Jawa terjadi untuk
berbagai macam hal seperti perumahan/pemukiman, industri dan sarana
infrastruktur transportasi. (Media Indonesia Online). Salah satu daerah yang
mengalami alih fungsi lahan terbesar di pulau Jawa adalah Provinsi Jawa Barat.
Selain karena faktor kebutuhan lahan untuk industry salahsatu penyebabnya
3
adalah kebutuhan akan pemukiman atau bisnis perumahan
(www.diperta.jabarprov.go.id).
Lahan Pertanian memiliki peranan multifungsi bagi masyarakat, selain
untuk menjaga ketahanan pangan juga berfungsi sebagai tempat mencari nafkah
khususnya untukl petani. Peranan lahan pertanian adalah sebagai modal untuk
upaya meningkatkan kesejahteraan. Tuntutan kebutuhan lahan yang semakin
tinggi untuk memenuhi kebutuhan manusia dan berbagai kepentingan menjadikan
persoalan alih fungsi lahan pertanian tidak pernah surut bahkan mempunyai
kecenderungan semakin meningkat akhir-akhir ini.
Salah satu kasus alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah di Desa
Kertajati Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Lahan pertanian yang
selama ini menjadi sumber kehidupan bagi petani beralih fungsi menjadi lahan
non pertanian. Lahan tersebut digunakan untuk pembangunan Bandara
Internasional Jawa Barat. Dengan adanya perubahan fungsi lahan pertanian, maka
petani akan merasakan dampaknya. Bila demikian maka apa yang terjadi terhadap
petani di daearah Kertajati tersebut? Hal itu terjadi mengingat posisi dan fungsi
tanah/lahan memiliki arti penting. Misalnya di pedesaan, tanah/lahan merupakan
faktor yang dominan di dalam unit ekonomi, lahan sebagai sumber pokok
pendapatan. Bagi petani, lahan merupakan modal dasar yang sangat penting untuk
kelangsungan aktifitas ekonomi. Dalam unit sosial, lahan merupakan harta
warisan yang paling berharaga (ihalauw dkk dalam Yuli Prasetyo, 2011).
4
Dalam penelitian ini yang menjadi penelitian utama adalah terjadinya
implikasi dari alih fungsi lahan akibat adanya pembebasn lahan untuk
pembangnan Bandara Internasional Jawa Barat di Desa Kertajati terutama di
Blok/Dusun Cintakarya. Maka dalam fokuss penelitian ini adalah melihat
implikasi dari pembebasan lahan baik terhadap pekerjaan dan kelangsungan hidup
petani Cintakarya akibat kebijakan pembangunan Bandara Internasional Jawa
Barat.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik membahasnya dan
melakukan penelitian dan dengan adanya peneltian ini diharapakan dapat berguna
untuk mengetahui implikasi pembebasan lahan untuk pembangunan BIJB
terhadap kehidupan masyarakat petani di Blok Cintakarya Desa Kertajati
Majalengka.
B. Rumusan Masalah
Pembangunan bandara internasional Jawa Barat yang berkaitan dengan
pemanfaatan lahan yang ada yang dalam hal ini adalah pada lahan pertanian
pangan mengakibatkan luas lahan pertanian menjadi semakin menyusut sehingga
mengacam pada ketersediaan lahan, selain itu adanya alih fungsi lahan pertanian
menjadi kawasan bandara internasional Jawa Bara tersebut, maka kelangsungan
hidupa masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai petani akan
terancam. Keterbatasan dan ketersedian lahan di suatu wilayah bila dikaitakan
dengan kebutuhan manusia dan pembangunan akan berbenturan kepentingan.
5
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka peneliti bermaksud
melakukan penelitian dengan rumusan masalah untuk memudahkan penelitian.
Rumusan masalah dengan rincian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses terjadinya pembebasan lahan di Blok Cintakarya
Desa Kertajati untuk Pembangunan BIJB?
2. Bagaimana implikasi yang terjadi pada pekerjaan dan kelangsungan
hidup petani di Blok Cintakarya Desa Kertajati setelah adanya pembebasn
lahan untuk pembangunan BIJB?
C. Tujuan Penelitian.
Adanya penentuan tujuan penelitian agar penelitian tersebut mempunyai
arah dan fokus yang jelas serta sistematis sehingga memiliki nilai ilmiah.
Penelitian ini bertujuan dengan rincian yaitu :
1. Mengetahui Bagaimana proses terjadinya pembebasan lahan di Blok
Cintakarya Desa Kertajati untuk Pembangunan BIJB
2. Mengetahui Bagaimana implikasi yang terjadi, terutama dalam hal
pekerjaan dan kelangsungan hidup petani di Blok Cintakarya Desa
Kertajati setelah adanya pembebasan lahan untuk pembangunan BIJB
6
D. Manfaat Penelitian.
Adanya penentuan manfaat penelitian agar penelitian tesebut memiliki
maanfaat untuk kedepannya baik, maanfaat secara akademis maupun manfaat
untuk dijadikan sebuah kebijakan oleh para stakeholders atau pemegang kebijakan
dan juga diharapakan akan menambah kajian sosiologis dari penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pembebasan lahan yang
berdampak kepada kehidupan petani di Desa Kertajati dari adanya pembangunan
bandara intenasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.
Selain itu penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat bagi banyak pihak.
Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini akan menambah khasanah di bidang
ilmu sosial khususnya tentang implikasi dari adanya pembebasan lahan terhadap
pekerjaan dan kelangsungan hidup petani di Blok Cintakarya Desa Kertajati dari
adanya pembangunan bandara intenasional Jawa Barat. Dengan mengetahui
manfaat dari pembebasan di Blok Cintakarya untuk pembangunan BIJB terhadap
kehidupan petani, maka diharapkan penelitian ini mampu menambahkan
pembendaharaan pengalaman, pelajaran dan memberikan inspirasi dan
pengetahuan bagi pembaca dan masyarakat luas. Bagi peneliti, riset ini sangat
inspiratif dan bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan secara
lebih mendalam mengenai implikasi dari adaranya alih fungsi lahan pertanian
terhadap kehidupan petani.
7
E. Kajian Pustaka.
1. Konseptualisasi
a. Pembebasan Lahan
Tanah atau lahan adalah sumber penghidupan bagi mereka yang mencari
nafkah dari melalui usaha tani dan perkebunan. Selain bersifat ekonomis dan
kesejahteraan akan tetapi tanah atau lahan juga menyangkut masalah sisoal,
politis, kulutral dan psikologis bahakan menyangkut aspek-aspek HANKAMNAS
(Abdurahman, 1967: 11-12). Dalam proses pembangunan tentu diperlukan lahan
sebagai sarana utamanya serta dilain pihak masyarakat juga memerlukannya
sebagai tempat pemukiman maupun temapt mata pencahariannya, untuk itu maka
perlunya pembebasan lahan untuk bentuk-bentuk pembangunan walau terkadang
pembangunan banyak dijadikan kambing hiyam bahwa segala sesuatunya akan
menjadi halal bilamana dilakukan untuk dan demi pembangunan (Abdurahman,
1967:13).
Pembebasan lahan menurut Abdurahman ialah melepaskan hubungan hukum
semula yang terdapat pemegang hak/penguasa atas tanah dengan cara ganti rugi
atas dasar musyawarah dengan pihak yang bersangkutan. Pembebasan ini pada
hakekatnya adalah tidak lain dari pelepasan hak, bila dilihat dari pemegang hak
perbuatannya, yang demikian adalah dilihat sebagai suatu pelepasan hak, akan
tetapi bila dilihat dari sudut pandang pemerintah maka pembebasan yang
demikian dapat dikatakan sebagai “pembebasan tanah” (Abdurahman, 1967: 14-
15).
8
b. Petani
Petani tentunya memliki banyak definisi tergantung para tokoh yang
mengemukakannya. Petani ada yang medefiniskannya sebagai peasant atau
peasant, tribe, farmer, entrepreneur. Peasant atau pesan memliki banyak definisi.
Menurut Eric R. Wolf, peasan adalah pengahasil-penghasil pertanian yang
mengerjakan tanah secara efektif, yang melakukan pekerjaan itu sebagai nafkah
hidupnya, bukan sebagai bisnis yang bersifat mencari keuntungan
(Rahardjo,2010:69). Peasant memiliki makna kaum petani pedesaan, yaitu orang
yang bercocok tanam dan berternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruang-
ruang tertutup.
Dalam pembahasan lain Eric R. Wolf mengemukan bahwa petani sebagai
orang desa yang becocok tanam, artinya mereka bercocok tanah di wilayah
pedesaan. Petani tidak melakukan usaha yani dalam arti ekonomi, ia mengelola
sebuah rumah tangga, bukan sebuah bisnis. Penjelasan diatas merupakan
pengertian petani bermakna sebagai peasant.Farmer atau pengusaha pertanian
(agriculuture entrepreneur) merupakan sebuah perusahaan yang mengkobinasikan
faktor-faktor produksi yang dibeli di pasar untuk memperoleh laba dengan
menjual hasil produksinya secara menguntungkandi pasar hasil bumi. Tribe atau
petani primitive merupakan petani yang bagian terbesar dari hasil produksi
dimaksudkan untuk digunakan oleh penghasilan-penghasilan sendiri atau untuk
9
menunaikan kewajiban-kewajiban kekerabatan dan bukan untuk dipertukarkan
dengan tujuan memperoleh keuntungan (Nurhadi,2007:80)
Prof. Dr. Sajagoyo membagi kategori petani berdasar pada pemilikan
lahan sebagai berikut:
1. Petani lapisan atas, adalah petani yang memiliki tanah lebih dari 1
hektar.
2. Petani Sedang, adalah petani yang memiliki tanah antara 0,5-1
hektar.
3. Petani lapisan bawah (petani gurem), adalah petani yang memiliki
lahan kurang dari 0,5 hektar (Prama Dewi, 2002:16).
Petani petani kecil, dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar pada
umumnua berpendidikan rendah, bermodal rendah, kurang responsive terhadap
inovasi baru (A Salikin,2003:93).
Di Indonesia kebanyakan petani merupakan petani kecil yang sebagian
besar hasil pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau
subsisten, sehingga lebih sesuai disebut dengan peasant. Mereka mengedepankan
semboyan safety first atau dahulukan selamat. (Warsana SP, 2008).
10
2. Teoritisasi
a. Perubahan Sosial.
Perubahan sosial merupakan bagian kecil dari proses kehidupan yang
begitu bernuansa jamak dan plural. Namun perubahan sosial memiliki kekuatan
yang dahsyat untuk dapat mengubah berbagai macam aspek kehidupan manusia
dan masyarakat secara menyeluruh. Setiap individu yang hidup sebagai anggota
masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatannya dalam proses ini.
Ada berbagai macam definisi mengenai perubahan sosial diantaranya
adalah menurut Stzompka (2004) yang menjelasakan bahwa masyarakat
senantiasa mengalami perubahan di semua tingkat kompleksitas internal. Dalam
kajian sosiologis perubahan sosial merupakan suatu yang bersifat dinamis dan
tidak secara linear. Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu
proses pergesaran atau berubahnya tatanan atau struktur dalam masyarakat,
meliputi pola pikir yang bersifat inovatif, sikap serta kehidupan sosialnya, untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Masyarakat bukan kekuatan
fisik, tetapi seperangkat proses saling terkait bertingkat ganda (Stzompka 2004).
D efinisi perubahan sosial diatas memberikan dampak bahwa perubahan
sosial menunjuk kepada perubahan perubahan yang bersifat struktral dalam
kehidupan masyarakat. Terutama yang berkaitan dengan struktur sosial dan aspek-
aspek kelembahaan sosial atau organisasi sosial.
Secara Konseptual bentuk perubahan sosial dibagi 3 kelompok yaitu
(Soerjono Seokamto, 2006: 269-273)
11
1. Perubahan lambat dan cepat (evolusi change dan revolusi change).
Perubahan lambat disebut dengan evolusi tahapan ini mengalami
perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu, bermula dari
bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang kompleks. Perubahan
cepat merupakan perubahan yang menyangkut kehidupan masyarakat
bisa terencana maupun tanpa adanya renca dengan waktu yang cepat.
2. Perubahan kecil dan Perubahan besar.
Cukup sulit untuk menentukan batas-batas dari perubahan kecil dan
perubahan besar sehingga batasan dari kedua perubahan ini bersifat
relatif, perubahan kecil adalah perubahan yang unsur strukur sosial
yang tidak berpengaruh secara berarti kepada masyarakat,. Sebaliknya
perubahan besar adalah perubahan unsur-unsur struktur sosial yang
mempengaruhi secara langsung terhadap masyarakat, misalnya
perubahan masyarakat agraris menjadi masyarakat industrial.
3. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan, dan
perubahan yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak
direncanakan.
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan
yang telah diperkirakan atau direncanakan oleh pihak-pihak terkait
yang hendak megadakan perubahan didalam masyarakat. Sedangkan
perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki dan berlangsung
12
diluar jangakauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan
akibat-akibat sosial yang tidak dikehendaki atau diharapkan
masyarakat.
Adat tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial yaitu tekanan
kerja dalam masyarakat, keefektifan komunikasi dan perubahan lingkungan alam.
Dalam penelitian ini merujuk kepada faktor perubahan lingkungan alam.
Suatu Perubahan sosial bila berhubungan dengan kehidupan masyarakat
pada dasaranya memliki 2 potensi yaitu kemjauan dan kemunduran. Terkadang
perubahan terlalu cepat akan memberikan dampak kepada masyarakat yang mana
akan terjadi culture shock dalam kehidupan masyarakat pada kesahariannya.
Menurut Himes dan Moore, perubahan sosial mempunyai tiga dimensi,
yaitu dimensi struktural, kultural, dan interaksional. Dimensi Struktural mengacu
kepada perubahan-perubahan struktur masyarakat, menyangkut kepada bentuk
perubahan peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas
sosial dan lembaga sosial. Perubahan struktural meliputi
a. Bertambah atau berkurangnya peranan
b. Menyakut aspek kekuasaan dan perilaku
c. Ada peningkatan atau perunan jumlah peranan atau pengkategorian peranan.
d. Terjadinya pergeseran dari wadah atau kategori perananan.
13
e. Terjadinya modifikasi kepada saluran modifikasi diantara peranan-peranan
atau kategori peranan.
f. Terjadinya perubahan dari sejumlah tipe dan daya guna fungsi sebagai
akibat dari struktur.
Dimensi Kultural mengacu pada perubahan kebudayaan pada masyarakat.
Perubahan kultural meliputi
a. Inovasi Kebudayaan.
b. Integrasi.
c. Difusi.
Dimensi Interaksional mengacu kepada perubahan hubungan sosial dalam
masyarakat. Perubahan Interaksional meliputi.
a. Perubahan dalam frekuensi.
b. Perubahan dalam jarak sosial.
c. Perubahan perantara.
d. Perubahan dari peraturan atau pola-pola
e. Perubahan dalam bentuk interaksi.
Masyarakat memiliki sifat dinamis, dalam arti masyarakat akan terus
berkembang . Perkembangan tersebut memiliki daya dukung yang berwujud
perubahan sosial. Perubahan sosial dapat terjadi karena adanya ketidakpuasan
14
masyarakat terhadap keadaan ataupun pola adaptasi terhadap situasi yang
dihadapinya. Pada tingkat tertentu perubahan sosial yang terjadi adalah sebuah
proses adapatasi yang dilakukan untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Demikan pula dengan apa yang tejadi pada masyrakat obyek penelitian ini yang
memiliki pola-pola perunahan sosial yang berada didaerahnya.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat merupakan akibat dari satu
maupun beberapa perubahan pada bagian atau elemen dalam kehidupan sosial
masyarakat yag diantaranya adalah hasil dari perubahan yang terjadi di luar sistem
sosial masyarakat yang bersangkutan. Salah satu faktor eksternalnya adlah
perubahan pada ekologi atau lingkungan fisik tempat masyarakat itu tinggal.,
terjadinya perubahan masyarakat bisa pula akibat keadaan geografis yang
berubah (Susanto, 1995:166). Dalam hal ini pembangunan Bandara Internasional
Jawa Barat mengakibatkan perubahan lingkungan pada tempat dimana
pembangunan bandara ini berlangsung, salah satu temptnya adalah Blok
Cintakarya Desa Kertajati. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat atau
BIJB tentunnya membutuhkan lahan dalam jumlah yang cukup besar dan tentunya
menimbulkan beberapa perubahan lingkungan fisik antara lain tentang
kepemilikan lahan dan pengalihan fungsi lahan pertanian di wilayah desa
Kertajati. Adanya perubahan pada lingkungan fisik, maka dengan masyarakat
yang bersifat tidak statis atau bersifat dinamis maka terjadi perubahan sosial.
Perubahan sosial yang terjadi dalam penelitian ini bisa dikatakan sebagai
perubahan sosial yang cepat dikarenakan terjadinya proses alih fungsi lahan
pertanian untuk pembangunan BIJB berlangsung dalam waktu yang cukup
15
singkat, kemudian perubahan sosial yang terjadi merupakan bersifat makro atau
besar, karena bukan hanya dalam ruang lingkup yang kecil seperti keluarga atau
kelompok melainkan juga perubahan yang terjadi pada masyarkat luas yang dalam
hal ini adalah perubann pada masyarakat di desa Kertajati.
Perubahan sosial yang terjadi dalam penelitian ini secara konseptual
lainnya adalah bawa perubahan yang terjadi adalah perubahan yang tidak terduga
atau perubahan yang tidak direncanakan . Dampak yang terjadi dari adanya alih
fungsi lahan pertanian akibat pembangunan BIJB pada dasarnya merupakan suatu
perubahan sosial masyarkat yang pada awalnya telah diprediksi sebelumnya oleh
pihak-pihak terjadi, akan tetapi setelah proses pembangunan BIJB berjalan dan
alih fungsi lahan terjadi perubahan sosial menjadi tak terduga sebelumnya karena
belum ada langkah-langkah yang diambil untuk menanggulangi perubahan sosial
tersebut.
F. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai alih fungsi lahan pertanian telah banyak dilakukan di
berbagai lokasi. Penelitian-penelitian tersebut umumnya mengambil fokus tentang
sebab adanya alih fungsi lahan, faktor-faktor yang memperngaruhi kebijakan dan
akibat yang ditimbulkan. Penelitian tersebut diantaranya hanya sebatas
menggambarkan hal-hal teknis dalam proses alih fungsi lahan, dan tidak terlalu
fokus terhadap masyarakat.
16
Dalam Penelitian skripsi Kirana Prama Dewi pada tahun 2007 mengenai
„respon masyarakat, strategi petani, dan implikasi tekanan pembangunan
perumahan elit’. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana respon
masyarakat terhadap perubahan lahan pertanian, lalu strategi yang diterapkan dan
bagaimana pola masyarakat yang tinggal di perumahan elit di sekitar perumahan.
Kajian dalam penelitian ini adalah sama-sama mengenai masyarakat namun di
penelitian ini membahas mengenai masyarakat secara luas, sedangkan strategi
hanya sebatas masalah ekonomi dan kajian tidak dilakuakan secara detail.
Penelitian ini menuliskan bahwa perubahan lahan pertanian di desa Sarirejo
Ngaglik, Sleman, DIY didominasi pembangunan perumahan elit. Respon dari
masyarakat petani adalah negative terhadap pembangunan perumahan elit
dikarenakan merusak lingkungan dan ekosistem yang ada serta mengurangi
keguyuban yang sudah ada di dalam masyarakat. Petani mengalami tekanan yang
luar biasa akibat adanya alih fungsi lahan.
Kemudian penelitian dalam skripsi yang dibuat oleh Yuli Prasetya N.
pada tahun 2011 mengenai marginalisasi petani dalam alih fungsi lahan.
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana terjadinya marginalisasi petani
dalam alih fungsi lahan.. Kajian ini juga melihat implikasi pada perubahan
penggunaan lahan yang mempengaruhi kehidupan petani. Kajian dalam penelitian
ini cukup menggambarkan bagaimanana dampak alih fungsi lahan pertanian
terhadap kehidupan petani pasca terjadinya alih fungsi lahan pertanian.
Penelitian lainnya adalah dalam skripsi yang buat oleh Edy Andriyanto
pada tahun 2002 yang membahas mengenai „Pengaruh kebijakan pembangunan
17
pemukiman di lahan pertanian terhadap masyarakat petani di Desa Sidoarum
Kecamatan Godean Sleman DIY’. Dalam peneltian ini membahas tentang respon
masyarakat petani dari adanya perubahan lahan pertanian akibat perkembangan
wilayah perkotaan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa perubahan
penggunaaan lahan dengan munculnya perumahan di Sidoarum yang berdampak
kepada degradasi ligkungan dan perubahan sosial, ekonomi, budaya masyarakat
antara lain menyangkut mata pencaharian, konsepsi, dan praktek hidup bersama
pula dengan aspek sosio cultural lainnya. Hal ini memunculkan berbagai respon
dari masyarakat terhadap kondisi yang ada, bahkan terdapat protes dari petani
akibat adanya pembangunan di wilayah Sidoarum.
Penelitian selanjutnya adalahn oleh Mitha Andini pada tahun 2013.
Penelitiannya dalam skripsinya mengenai respon masyarakat terhadap
pembangunan Bandara Internasiona Jawa Barat di Kecamatan Kertajati
Kabupaten Majalaengka. Dalam penelitian ini adalah menganalisis respon dari
masyarakat Kertajati terutama dari 5 desa yang terdampak pembangunan BIJB. 3
indikator dalam respon masyarakat yang diteliti adalah persepsi masyarakat, sikap
masyarakat dan perilaku masyarakat. Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
respon masyarakat kertajati terhadap rencana pembangunan BIJB ialah
mendukung dan antusias dilihat dari menyetujui adanya pembebasan lahan, dan
antusias untuk mencari pekerjaan lain. Dari tinjauan literature penelitian sebagai
pembanding, penelitian inilah yang sangat dekat kaitannya dengan peneletian yg
akan diteliti oleh penulis, hanya terdapat perbedaan dalam hal fokus penelitian
dan waktu penelitian.
18
Penelitian ini memliki perbedaan dari penelitian penelitian sebelumnya.
Penelitian ini difokuskan kepada sosial ekonomi petani yang terjadi akibat adanya
alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan BIJB. Penelitian ini fokus kepada
kondisi kehidupan masyarakat dan strategi petani dalam menjalankan
keberlangsunkan hidupnya setelah adanya alih fungsi lahan pertanian akibat
pembangunan bandara. Penelitian ini dikhususkan pada petani di Desa Kertajati,
Kecamatan Kertajati. Jika terjadi kesamaan hanya ada sebagian fokus dan metode.
Sepengetahuan peneliti belum ada penelitian yang meneliti kajian ini.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Kualitatif . Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata lisan dan tertulis dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Metode kualitatif memungkinkan kita untuk menjelaskan konsep-konsep
yang tidak terjangkau oleh metode penelitian lain seperti konsep keindahan,
perasaan, perjuangan, penderiataan, frustasi pengahrapan dan cinta serta sesuatu
hal yang sifatnya subjektif. Kesemuanya hanya dapat diteliti jika sesuai dengan
kemyataan pemahaman dan pengalaman seseorang dalam hidup kesehariannya
(Bogdan, R , Taylor,1975:4-5)
Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarakan pada
tujuan penelitian didasarkan pada tujuan peneltian yaitu untuk mengetahui
19
implikasi pada kehidupan sosial ekonomi petani di desa Kertajati setelah adanya
pembebasan lahan akibat pembangunan BIJB.
2. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Blok Cintakarya Desa Kertajati Kecamatan
Kertajati Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan wilayah
peneltian didasari alasan bahwa wilayah Blok Cintakarya Desa Kertajati
merupakan salah satu wilayah yang terkena imbas pembebasan lahan untuk
proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat. Selain kawasan
pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat, nantinya dilahan ini akan
dibangun kawasan Aerocity Kertajati sebagai daerah penyangga keberadaan BIJB.
3. Subjek Penelitian
Untuk Proses pengumpulan informan, peneliti peneliti mengfokuskan kepada
petani Dusun Cintakarya yang lahannya terkena pembangunan BIJB.
Pembangambilan informan dilakukan dengan memnafaatkan seseorang responden
yang dianggap sebagai key person atau orang kunci untuk dapat mencari data
yang diharapkan dapat diperoleh dan dianggap telah cukup.
Subjek dalam penelitian ini yaitu:
1. Kepala Dusun serta Pembantu Dusun Cintakarya Desa Kertajati
Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.
20
2. Petani di Blok Cintakarya Desa Kertajati Kecamatan Kertajati
Kabupaten Majalengka, yang lahan pertaniannya terkena pembangunan
BIJB
3. Dinas Perhubungan Jawa Barat /Bappeda Kab. Majalengka.
Penelitian memilih Kepala Dusun serta Pembantu Dusun sebagai key
person dikarenakan informan tersebut mengetahui seluk beluk dari Dusun
Cintakarya serta selanjutnya dapat menunjukan informan selanjutnya yang sesuai
dengan penelitian ini. Informan petani yang lahannya terkena pembangunan BIJB
didapat berdasarkan informasi dari Kepala Dusun. Petani-petani ini merupakan
petani yang lahannya mengalami pembebasan lahan dan mengalami implikasi
dari peristiwa tersebut. Kemudian Dinas Perhubungan Jawa Barat yang menjadi
ujung tombak dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan
pembagunan BIJB sebagai informan tambahan untuk menambah informasi untuk
memperdalam kajian dalam penelitian ini.
Keseluruhan subjek penelitian untuk diambil datanya dalam penelitian ini
berjumlah 8 orang, baik dari petani maupun tokoh masyarakat Blok Cintakarya
dan unsur pemerintahan yang memiliki kewenangan dalam pembangunan BIJB
ini. 8 informan tersebut berdasarkan telah tercapainya data-data yang yg
diperlukan dalam penelitian ini.
21
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan keterangan-keterangan atau informasi yang
didapat dan dihimpun secara langsung dari subjek penelitian. Data primer
diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap Kepala Dusun
Cintakarya Desa Kertajait, yaitu Bapak Rusmin dan Pembantu Dusun yaitu
Bapak Ali Mukti sebagai key person. Dari hasil wawancara dengan Bapak Rusmin
dan Bapak Ali Mukti, peneliti memperoleh gambaran dan data petani di Dusun
Cintakarya yang lahannya terkena proyek pembangunan BIJB. Dari hasil
wawancara dengan para petani dan juga tokoh masyarakat, data yang diperoleh
adalah yang terkait dengan proses pembebasan lahan, harga ganti rugi yang
diberikan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta berbagai macam implikasi
sosial maupun ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Petani Cintakarya setelah
dimulainya pembangunan BIJB.
b.. Data Sekunder
Data Sekunder menurt Emory (Silalahi, 2010: 291) merupakan data yang
dikumpulkan memlalui sumber-sumber lain yang tersedia. Data Sekunder dalam
penelitian ini diperoleh melalui: Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian atau mendukung hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian. Hal ini
terkait dengan pengumpulan literatur-literatur, artikel, maupun sumber bacaan lain
seperti karya tulis yang pernah dilakukan sebelumnya baik itu skripsi, tesis, jurnal
yang mendukungn kajian terhadap topik penelitian yang dibahas. Data tersebut
22
didapat dari pemerintahan Desa Kertajati, badan pusat statistic Kabupaten
Majalengka. Kemudian , data dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yang
berkaitan dengan penelitian implikasi sosail ekonomu dari alih fungsi lahan untuk
pembangunan bandara.
5. Teknik Pengumpulan Data.
Menurut Lofland dan Lofland, Sumber data utama atau primer dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan subyektif penelitian. Sedangkan
sumber data sekunder di peroleh dari sumber seperti dokumen (Moleong,2008: 3).
Data yang diperlukan dalam penelitian yang akan peneliti teliti ini mengenai
“Implikasi Pembebasan Lahan Terhadap Pekerjaan dan Kelangsungan Hidup
Petani” adalah berupa:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala. Observasi bukan
hanya menentukan siapa yang diwawancara melainkan juga menetapkan konteks,
kejadian dan prosesnya. Peneliti berperan sebagai pengamat penuh atau lengkap
dari jarak relatif dekat dan terlibat dalam sebagaian kegiatan subjek.
Fokus dalam pengamatan disesuaikan dengan masalah penelitian. Dalam
pengamatan ini peneliti dilakukan dengan mendatangai lokasi penelitian yaitu
Blok Cintakarya Desa Kertajati, Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka
23
terutama wilayah yang mengalami pembebasn lahan akibat pembangunan BIJB.
Dalam pengamatan di lokasi penelitian, peneliti melakukan pencatatan mengenai
berbagai prilaku serta kondisi yang sebenarnya agar dapat memahami kondisi
yang terjadi di masyarakat.
Dalam Penelitian ini, metode pengumpulan data secara observasi adalah
untuk melihat secara langsung keadaan objek yang menjadi kajian penelitian,
dalam hal ini adalah mengobesrvasi secara langsung keadaan Pembangunan
Bandara Internasional Jawa Barat dan Masyararat petani Blok Cintakarya Desa
Kertajati di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.
b. Wawancara Mendalam (indepth interview)
Maksud mengadakan wawancara seperti yang di jelaskan oleh Lincoln dan
Guba dalam Maleong diantaranya adalah: Mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian dan lain
sebagainya. Memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan data. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tipe wawancara
yaitu Wawancara mendalam/terstruktur (indept interview). Metode ini dilakukan
dengan tujuan untuk mendalami pengalaman, ide-ide, perasaan, keyakinan
informan. Wawancara dilakukan dengan suasana informal dan alamiah agar data
yang dapat diperoleh lebih mendekati kenyataan yang sebenarnya. Selain itu
jumlah wawancara yang dilakukan kepada informan relative terbatas dan
memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak langsung sesuai dengan
keperluan.
24
Agar wawancara lebih terarah, pelaksanaan dilakukan menggunakan
pedoman wawancara (interview guide), yaitu garis besar materi wawancara yang
dapat kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti dalam melakukan
wawancara di lapangan. Pencatatan bisa dilakukan menggunakan bku catatan
lapangan atau menggunakan alat bantu perekam suara.
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka pada tahap selanjutnya adalah tahap analisis
data. Pada analisis pada metode pendekatan kualitatif terdapat tiga komponen
dengan alur yang bersamaan (Milles dan Huberman, 1992: 15-19) pertama adalah
reduksi data, penyajian data, dan yang terakhir adalah penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Dalam penelitian Kualititaif, proses analisis data sudah dimulai ketika
peneliti berada di lapangan secara berkesinambungan (Andriyanto, 2002:42).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunpulkan data-
data hasil temuan lapangan seletah melakukan wawancara secara mendalam
dengan para petani di desa Kertajati yang berkaitan dengan proses pembebasan
lahan akibat pembangunan BIJB yang berimplikasi kepada kehidupan mereka,
hasil observasi keadaan yang terjadi di desa Kertajati dan data sekunder yang
berkaitan dengan pembangunan BIJB dari Dinas Perhubungan Propinsi Jawa
Barat, data monografi dari desa Kertajati dan BPS Kabupaten Majalengka serta
studi literature yang berkaitan dengan alih fungsi lahan dan implikasinya terhadap
kehidupan sosial ekonomi petani. Dari hasil wawancara dari petani di Desa
25
Kertajati, data dari Dinas Perhubungan Jabar atau dinas yang berhubungan
dengan proses pembangunan BIJB dan monografi dari Desa Kertajati dan BPS
Kab. Majalengka, lalu peneliti melakukan pemilahan data-data (coding data)
berdasarkan kebutuhan penelitian tentang pembebasan lahan dan implikasinya
pada kehidupan sosial ekonomi petani pasca proses pembangunan BIJB
selanjutnya memusatkan perhatian pada penyederhanaan data yang diperoleh
sesuai dengan rumusan masalah yang ada, dan menafsirkan data-data tersebut
sesuai kebutuhan penelitian.
Data-data primer dan sekunder yang sudah dipilih terlebih dahulu sesuai
dengan kebutuhan penelitian yang berkaitan dengan pembebasan lahan dan
implikasinya terhadap kehidupan sosial ekonomi petani, kemudian dianalisis oleh
teori perubahan sosial. Kemudian data-data yang sudah dianalisis dengan
menggunakan Teori Perubahan sosial tersebut kemudian ditarik sebuah
kesimpulan dari analisis tersebut sehingga mendapatkan hasil penelitian yang
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengentahui alih fungsi lahan dan
implikasinya terhadap kehidupan petani desa Kertajati.
Analisis data dalam penelitian kualitatif ini berlangsung terus menerus dari
awal sampai dengan akhir penulisan seperti yang telah di uraikan di atas.
Pekerjaan pengumpulan data bagi penelitian kualitatif harus langsung diikuti
dengan pekerjaan menulis, mengedit, mengklarifikasi, mereduksi dan menyajikan
data.