BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6465/2/ANISSA CHANDRA NURBAETI BAB I.pdf ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6465/2/ANISSA CHANDRA NURBAETI BAB I.pdf ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki ragam kuliner yang beraneka ragam macamnya.
Kuliner tradisional macamnya tentu saja berupa makanan dan minuman yang
terbuat dari bahan makanan yang menyehatkan dan terbuat dari bahan-bahan
yang sederhana. Kuliner minuman tradisional merupakan kuliner yang
mempunyai khasiat untuk tubuh. Setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner
minuman yang berbeda-beda, dan bahan-bahannya terbuat dari tanaman yang
banyak dijumpai di setiap daerah masing-masing, karena minuman tradisional
merupakan minuman asli dari setiap daerah di Indonesia yang hanya terbuat dari
bahan lokal, yaitu asli Indonesia. Pembuatan minuman tradisional Indonesia
tidaklah sulit, langkah-langkah pembuatannya sederhana dan tidak memerlukan
peralatan khusus sehingga memudahkan setiap orang untuk membuatnya.
Minuman tradisional tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti pengawet
atau pewarna sintesis, tetapi hanya menggunakan bahan yang alami dari alam
sehingga tidak membahayakan tubuh jika dikonsumsi terus menerus dalam porsi
banyak.
Minuman tradisional sebagian besar dipasarkan oleh pedagang kaki lima,
karena dengan mengandalkan bisnis kecil ini dinilai kurang mencukupi untuk
kebutuhan hidup, tidak sedikit orang menjadikan bisnis berdagang minuman
tradisional sebagai bisnis sampingan. Padahal bisnis dari bisnis kecil-kecilan ini
bisa menjadi penggerak ekonomi bangsa yang potensial. Sebuah gerakan
1
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
2
ekonomi yang tentunya lebih mandiri dengan usaha yang dibangun sendiri
karena tidak bergantung pada pihak luar negeri. Bisnis ini tidak memerlukan
modal banyak, jika ulet dan tekun maka bisnis yang dimulai dari kecil ini bisa
menjadi bisnis yang besar dan memiliki keuntungan yang besar. Masyarakat
harus bisa memilih bisnis yang tentunya bisa mendongkrak perekonomian dalam
negeri sehingga menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat lainnya yang
belum memiliki pekerjaan, karena dengan usaha yang sudah mulai berkembang,
maka akan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja lagi.
Namun seiring dengan perkembangan waktu dan jaman, minuman
tradisional ini mulai tersisih dengan minuman buatan pabrik. Minuman kemasan
buatan pabrik dianggap sangat praktis, bisa langsung dikonsumsi dan tahan lama
sehingga perlahan minuman tradisional Indonesia mulai ditinggalkan. Pedagang
minuman tradisional juga makin berkurang, hanya ditempat-tempat tertentu saja
dapat dijumpai pedagang minuman tradisional, seperti di taman kota, alun-alun,
terminal, pasar, dan tempat wisata atau tempat yang biasanya ramai dikunjungi
orang-orang. Itu disebabkan karena minuman tradisional tidak tahan lama, hanya
bertahan satu hari dan juga peminatya sedikit, masyarakat lebih memilih
minuman yang mudah dikonsumsi. Padahal dibalik semua itu minuman
tradisional mudah dibuat sendiri dan juga mempunyai khasiat untuk tubuh.
Berbeda dengan minuman kemasan yang praktis dan tahan lama.
Masyarakat hanya menilai dari sisi praktisnya saja, tidak melihat untuk jangka
panjangnya, karena minuman kemasan menggunakan bahan pengwet yang
berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Masyarakat
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
3
harusnya bisa membandingkan mana yang baik untuk tubuh dan tidak baik bagi
tubuh, karena kesahatan adalah hal yang sangat penting. Banyak berbagai macam
penyakit baru yang muncul dan sangat membahayakan tubuh bahkan berakhir
kematian, penyumbang terbesar faktor penyebab itu semua yaitu makanan atau
minuman yang menggunakan bahan pengawet. Jenis minuman tradisional yang
ada di Indonesia beraneka ragam, salah satunya yaitu di provinsi Jawa Tengah
terdapat bermacam-macam minuman tradisional seperti, wedang jahe, wedang
sekoteng, wedang ronde, dawet ayu. Dari banyak minuman tradisional, dalam
pembahasan ini akan menguraikan tentang minuman tradisional dawet ayu
Banjarnegara.
Banjarnegara merupakan sebuah kabupaten yang berada di provinsi Jawa
Tengah. Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan, salah satunya yaitu
Kecamatan Banjarnegara, yang merupakan ibukota dari Kabupaten Banjarnegara.
Di Kabupaten Banjarnegara terdapat alun-alun kota, Masjid Agung Banjarnegara
dan berbagai tempat aktivitas masyarakat Kota Banjarnegara. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di Utara,
Kabupaten Wonosobo di Timur, Kabupaten Kebumen di Selatan, dan Kabupaten
Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di Barat.
Masyarakat Kabupaten Banjarnegara sebagian besar mata pencehariannya
petani, karena wilayahnya merupakan daerah pegunungan dan persawahan yang
cocok untuk bercocok tanam seperti padi dan sayur-sayuran seperti kentang,
wortel, sawi, dan lain-lain. Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan hidup
manusia semakin meningkat, ladang pertanian seperti sawah sudah banyak
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
4
dijadikan pemukiman penduduk. Di kecamatan Banjarnegara lahan untuk bertani
semakin sedikit karena merupakan ibukota Kabupaten, penduduknya juga
semakin padat dan secara tidak langsung mereka akan mendirikan tempat tinggal
baru dan menjadikan lahan pertanian menjadi pemukiman. Karena lahan
pertanian yang tadinya merupakan mata pencaharian utama mereka sudah
dijadikan pemukiman, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai
kesejahteraan dalam kehidupan itu, mereka mencari bermacam-macam cara dan
akhirnya muncul berbagai lapangan pekerjaan. Banyak yang beralih profesi yang
tadinya petani karena lahan yang untuk bercocok tanam sudah tidak ada, mereka
berprofesi sebagai pedagang, pengusaha, buruh pabrik dan lain sebagainya.
mereka tidak hanya menggantungkan hidupnya sebagai petani, tetapi juga
merintis usaha di bidang lain seperti berdagang baik berdagang sayur-sayuran,
makanan, minuman yang dibuat secara kreatif agar dagangannya terlihat berbeda
dengan penjual lainnya atau dengan berinovasi baru yang orang lain belum bisa
menciptakan. Dari kekreatifitasan itu memunculkan beraneka ragam jenis
makanan yang menjadi kekhasan suatu daerah.
Kuliner khas baik berupa makanan ringan maupun minuman dapat
menjadikan suatu kota terkenal dan menjadi ciri khas dari daerah tersebut.
Seperti kota Banjarnegara, memiliki makanan khas antara lain Buntil, jenang
salak, kripik jamur dieng dan minuman tradisional dawet ayu. Di antara kuliner
khas itu yang telah berhasil menasional adalah Dawet Ayu. Dawet Ayu khas
Banjarnegara ini minuman yang terdiri dari santan, air gula Jawa atau juruh dan
isinya dawet yang terbuat dari tepung beras dan tepung beras ketan.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
5
Dawet Ayu merupakan minuman tradisional yang sudah sangat lama,
sebelum bangsa Indonesia merdeka minuman tradisional Dawet Ayu ini sudah
ada. Seiring dengan perkembangan zaman Dawet Ayu menjadi minuman yang
menarik dan terkenal di seluruh nusantara bahkan sampai mendunia. Di gerbang
alun-alun kota Banjarnegara, berdiri patung seorang lelaki penjual Dawet Ayu
yang ditemani oleh seorang perempuan yang mempersilakan pembeli menikmati
Dawet Ayu lengkap dengan angkringannya berupa dua keranjang dan pada kedua
sisi pikulannya terdapat gambar tokoh pewayangan, yaitu Gareng dan Semar.
Dawet Ayu sekarang menjadi ikon kota Banjarnegara.
Seorang yang dikatakan telah mempelopori Dawet Ayu Banjarnegara
yaitu Ibu Munarjo, beliau adalah cucu Bapak Yusri, orang yang membuat resep
Dawet Ayu dari sebelum Indonesia merdeka. Ibu Munarjo adalah orang yang
dengan kekreatifannya untuk membuat minuman yang segar dengan rasa yang
luar biasa. Banyak masyarakat Banjarnegara yang menjadikan Dawet Ayu
sebagai ladang kehidupan mereka, bahkan banyak pula yang merantau ke kota
lain untuk berbisnis Dawet Ayu. Mereka sukses dengan berbisnis Dawet Ayu dan
dapat membuka cabang-cabang baru.
Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan
kondisi perekonomian masyarakat dalam pemenuhi kebutuhan hidup. Jenis mata
pencaharian masyarakat yang utama Kabupaten Banjarnegara yaitu sebagai
petani, kemudian pedagang. Meskipun Dawet Ayu dijadikan bisnis sampingan,
namun banyak dari sebagian pedagang Dawet Ayu yang sukses dan bisa
menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang sarjana. Itu menunjukkan bahwa
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
6
dengan berdangang mereka dapat mencapai kesuksesan. Sampai tahun 2013
pedagang Dawet Ayu khususnya di kecamatan Banjarnegara, jumlahnya makin
bertambah dan semakin banyak, baik pedagang kios maupun pedagang keliling.
Perkembangan itu sepertinya akan terus berlangsung, karena Dawet Ayu kini
sudah menjadi ikon kota Banjarnegara.
Penulis memilih judul perkembangan dan dampak sosial ekonomi
pedagang dawet ayu sebagai kuliner tradisional khas Banjarnegara tahun 1990 -
2013 karena masih sedikit sekali orang yang menuliskan tentang Dawet Ayu
Banjarnegara, padahal minuman tradisional ini memiliki sejarah yang panjang
dan unik untuk diteliti. Dari minuman sederhana namun bisa menjadi ikon kota
Banjarnegara, ini merupakan suatu hal yang luar biasa. Sangat disayangkan jika
hanya sedikit sekali orang yang berminat untuk membahas tentang Dawet Ayu
yang memiliki sejarah perjalanan yang panjang. Berkaitan dengan hal tersebut
maka penulis ingin mengadakan penelitian mengenai perkembangan pedagang
Dawet Ayu di Banjarnegara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimana deskripsi Kecamatan Banjarnegara?
2. Bagaimana perkembangan bisnis Dawet Ayu dari tahun 1990 sampai tahun
2013?
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
7
3. Bagaimana dampak bisnis Dawet Ayu terhadap kondisi sosial ekonomi
pedagangnya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap jawaban atas perumusan
masalah yang ada, yaitu:
1. Mengetahui deskripsi wilayah penelitian.
2. Mengetahui perkembangan bisnis Dawet Ayu dari tahun 1990 sampai tahun
2013.
3. Mengetahui dampak bisnis Dawet Ayu terhadap kondisi sosial ekonomi
pedagangnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi motivasi kepada para pembaca agar lebih mencintai kuliner
tradisional khas Indonesia sehingga tetap terjaga keberadaanya.
b. Memberikan bekal pengetahuan kepada masyarakat maupun aparat
pemerintah setempat tentang kehidupan masyarakatnya sebagai
pedagang Dawet Ayu Banjarnegara.
c. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan bekal pengetahuan tentang gagasan Dawet Ayu
Banjarnegara serta perkembangan dan dampak sosial ekonominya,
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
8
sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupannya dimasa yang akan
datang.
b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi masyarakat Kecamatan
Banjarnegara dalam mengembangkan kuliner tradisional khususnya
Dawet Ayu.
c. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya bidang kuliner
tradisional.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penelitian yang hampir sejenis yaitu penelitian yang
pernah dilakukan Eka Riyani (2013) yang berjudul Perkembangan Industri Batik
Anto Djamil dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Banyumas Tahun 2008-2013. Pada
penelitian ini menjelaskan perkembangan batik Banyumas di desa Sokaraja
Tengah khususnya industri batik Anto Djamil sangat berkembang pesat karena
dalam waktu 5 tahun antara tahun 2008-2013 sudah bisa berkembang. Masyarakat
sekitar kena dampak positifnya karena merasa diuntungkan juga dan mengangkat
perekonomian masyarakat sekitar. Rumah batik Anto Djamil dan masyarakat
merasakan sedikit apa yang diperoleh Pak Anto seperti tukang parkir, penjual soto
dan es dawet.
Penelitian Widyanto (2000) yang berjudul Dampak Usaha Bata Merah
Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Randengan Kecamatan Sigaluh
Kabupaten Banjarnegara. Ditemukan bahwa dengan adanya usaha bata merah
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
9
membawa dampak positif khususnya terhadap sosial ekonomi masyarakat Desa
Randengan. Dampak usaha bata merah menambah lapangan kerja bagi warga
setempat dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap jenjang pendidikan
anak-anaknya.
Penelitian Soegeng Rahardjo (2003) yang berjudul Perkembangan
Pedagang Asongan Menjadi Pedagang Kios di Lokawisata Baturraden Tahun
1980-2000. Menjelaskan pada priode tahun 1980-1990 perkembangan pedagang
asongan di lokawisata Baturraden mengalami peningkatan yang sangat baik,
terbukti bahwa lima diantara dari beberapa pedagang asongan yang ada di
lokawisata Baturraden dapat mengembangkan usahanya menjadi pedagang kios.
Pada priode tahun 1990-2000 di lokawisata Baturraden telah menjamurnya
pedagang asongan dan pedagang kios.
Marlina Yudhianingtyas (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
Pekembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Pengrajin Batu Kapur di Desa
Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2000-2006.
Dalam perkembangannya industri batu kapur mengalami kemajuan yang pesat
ditandai dengan banyaknya tungku pembakaran dan jumlah tenaga kerja yang
diserap. Hal ini disebabkan karena pemakaian minyak residu sebagai pengganti
kayu bakar dalam proses pembakaran yang lebih baik dan masih tersedianya
bahan baku yang berlimpah. Dengan berdirinya usaha kerajinan batu kapur
ternyata membawa kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik yaitu menyerap
tenaga kerja dan membantu dalam peningkatan ekonomi keluarga.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
10
F. Landasan Teori dan Pendekatan
1. Landasan Teori
Menurut Damsar (1995:106) pedagang adalah orang atau institusi yang
memperjual belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam perdagangan, seseorang harus mempunyai
keahlian dalam kegiatan berdagang tersebut, yang mungkin karena seseorang itu
telah mempunyai bakat sejak kecil. Kemudian bakat itu dikembangkan dengan
intuisi, pengetahuan langsung serta pengalaman pribadinya dalam melakukan
praktek penjualan atau perdagangan, sehingga ia menjadi ahli.
Dengan adanya orang-orang yang mempunyai bakat istimewa dalam
berjualan atau berdagang sehingga ia bisa sukses, dan timbul pendapat yang
mengatakan salesman are born, not made yang artinya seorang penjual yang
berhasil karena memang ia telah dikaruniai bakat istimewa sejak lahir dan
ditakdirkan untuk menjadi penjual atau pedagang yang sukses. Tetapi walaupun
ada pendapat tersebut, perlu diketahui bahwa keberhasilan seseorang tersebut
tidak hanya ditentukan oleh bakat saja, tetapi juga oleh segala daya upaya
pikirannya yang mendorong ke arah keberhasilan (Buchari, 2011:114).
Lebih lanjut Damsar (1995:106) membedakan pedagang menjadi tiga
yaitu pedagang distribusi (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi
satu produk dari perusahaan tertentu, pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang
membeli suatu produk dalam jumlah besar untuk dijual kepada pedagang lain
seperti grosir, dan pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk
langsung kepada konsumen.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
11
Dawet atau biasa disebut Cendol adalah minuman tradisional yang
terbuat dari tepung beras, santan, air gula jawa atau gula merah dan biasanya
dicampur dengan es. Sedangkan Ayu merupakan imbuhan untuk kata Dawet
karena terinspirasi dengan penjual dawet di Banjarnegara yang cantik atau dalam
bahasa jawa ayu dan untuk membedakan antara dawet Banjarnegara dengan dawet
lainnya sehingga dinamakan Dawet Ayu Banjarnegara.
Berdasarkan pengertian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pedagang
dawet ayu adalah orang yang berdagang minuman yang terdiri dari tepung beras
atau dawet, santan, air gula dan biasanya dicampur dengan nangka atau durian
ditambah dengan es yang disebut dawet ayu khas Banjarnegara dengan cara
menjual belikan barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kuliner berasal dari bahasa inggris “culinary” yang didefinisikan sebagai
sesuatu yang terkait dengan masakan atau dapur. Culinary lebih banyak
diasosiasikan dengan tukang masak yang bertanggung jawab menyiapkan
masakan agar terlihat menarik dan lezat. Sedangkan tradisional yaitu sikap dan
cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yg ada secara turun-temurun menurut tradisi upacara menurut adat.
Khas diartikan setiap daerah memiliki kesenian yang tidak dimiliki daerah lain.
(Yuyun Alamsyah, 2008:5).
Jadi kuliner tradisional khas Banjarnegara adalah makanan khas yang
tercipta dan diciptakan dari masyarakat suatu daerah tertentu yang memiliki cita
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
12
rasa berbeda dengan daerah lain yang dibuat secara turun-temuran serta tetap
terjaga keaslianya.
Dalam catatan sejarah, relatif tidak ada dokumentasi yang jelas dan
akurat tentang kuliner Indonesia meski fakta berupa masakan warisan masalalu
masih bisa dinikmati, belum ada ahli sejarah yang menulis secara lengkap (Yuyun
Alamsyah, 2008:5).
Perkembangan pedagang dawet ayu Banjarnegara dalam penelitian ini
menyangkut dua hal, yaitu perkembangan dari segi kualitas dan kuantitas
kehidupan yang dialami para pedagang dawet ayu. Perkembangan secara kualitas
yaitu perkembangan yang dialami pedagang dawet ayu dari segi teknis pelayanan
kepada pembeli, keuangan, komunikasi serta kondisi kehidupan para pedagang
dari waktu ke waktu. Perkembangan secara kuantitas yaitu perkembangan jumlah
pedagang dawet ayu dari tahun ke tahun sejak adanya Dawet Ayu di
Banjarnegara.
Perkembangan yang dicapai oleh para pedagang dawet ayu Banjarnegara
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud
adalah semangat yang dimiliki para pedagang karena termotivasi oleh keinginan
untuk maju. Faktor eksternal yang mendorong berkembangnya pedagang dawet
ayu yaitu, kemajuan yang dicapai di Kecamatan Banjarnegara berkat keberhasilan
berdagang Dawet Ayu. Hal ini telah mendorong masyarakat setempat untuk
melakukan kegiatan yang sama.
Sebagai mahluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri, tidak ada
manusia yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Menurut Khaldun
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
13
sebagaimana yang dikutip oleh Robert H. Lauer (1993:43), dinyatakan bahwa
manusia adalah mahluk sosial yang pada hakikatnya sifat sosial manusia itu
berasal dari kenyataan bahwa untuk menolong dirinya sendiri yang diperlukan
aktifitas dalam upaya mempertahankan hidupnya.
Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar (1989:
282), menyatakan bahwa perubahan- perubahan dalam masyarakat ada sejak
zaman dahulu dan berjalan dengan sangat cepat. Perubahan - perubahan tersebut
terkait oleh waktu dan tempat, akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka
keadaan tersebut berlangsung terus. Emil Salim sebagaimana yang dikutip oleh
Elza Peldi Taher dalam bukunya Demokrasi Politik, Budaya dan Ekonomi (1994:
99), menyatakan bahwa semakin cepat suatu proses perubahan, maka semakin
besar pula goncangan terhadap sistem nilai masyarakat, apalagi jika sistem proses
perubahan itu juga merombak status sosial dan struktur ekonomi.
Wilbert E Moore Basoki (1965:45), menyatakan bahwa teori-teori yang
berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial sudah diringkas dalam bentuk
diagram-diagram sederhana. Adapun teori-teori perubahan-perubahan sosial
tersebut meliputi:
a. Perubahan yang membutuhkan waktu yang lama dan ada perubahan kecil
yang saling mengikuti dengan sendirinya
b. Evolusi melalui bertahap yang dipengaruhi oleh waktu dan taraf peradaban.
c. Evolusi yang terjadi dengan tahap kelajuan yang tidak serasi yang
dipengaruhi oleh waktu dan peradaban.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
14
d. Evolusi menurut siklus - siklus tertentu dengan kemunduran jangka pendek
yang dipengaruhi oleh waktu dan taraf peradaban.
e. Evolusi bercabang yang mewujudkan pertumbuhan dan kebhinekaan yang
dipengaruhi oleh waktu dan pertumbuhan kebudayaan.
f. Evolusi logistik yang digambarkan oleh populasi yang dipengaruhi oleh
waktu dan peradaban.
Dampak diartikan sebagai benturan antara dua benda yang mempunyai
pengaruh yang sangat kuat, mendatangkan akibat negatif atau positif sehingga
menyebabkan penambahan yang berarti dalam momentum (pasa) sistem yang
mengalami benturan itu (Poerwadarminta, 1984:1085)
Menurut Otto Soemarwoto (1988:45) Dampak dapat bersifat negatif
maupun positif. Akan tetapi di Negara maju banyak orang lebih atau hanya
memperhatikan dampak negatif daripada dampak positif. Bahkan umumnya
dampak positif diabaikan. Di Indonesia pun dampak sering mempunyai konotasi
negatif. Oleh karena itu dalam banyak buku terdapat bagian atau bab yang
menguraikan tentang penanggulangan dampak (mitigation of impacts), yang
secara implicit mengandung arti dampak negatif. Tetapi sebaliknya tidak
mengandung bagian yang menguraikan tentang usaha memperbesar dampak
positif.
Kata sosial dalam pengertian umum berarti segala sesuatu mengenai
masyarakat atau kemasyarakatan. Soerjono Soekanto (1989:464) mengemukakan
bahwa, “sosial adalah berkenan dengan perilaku atau yang berkaitan dengan
proses sosial”. Jadi sosial berarti mengenai keadaan masyarakat. Dengan
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
15
demikian dapat dikatakan bahwa kehidupan sosial berarti suatu fenomena atau
gejala akan bentuk hubungan seseorang atau segolongan orang dalam
menciptakan hidup bermasyarakat.
Dampak sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat sangat
diperlukan adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan seharusnya
memperhatikan kepentingan umum terutama dalam hal tolong menolong,
menderma, dan sebagainya ini sangat terkenal pula (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1984 : 1085).
Sedangkan kata ekonomi dalam pengertian umum berarti mengatur
rumah tangga. Rumah tangga yang dimaksud disini bukan berarti rumah tangga
dalam pengertian sehari-hari, tetapi mempunyai arti yang cukup luas. Dimana
pengertian rumah tangga secara luas yaitu bentuk kerja sama antar manusia yang
ditujukan untuk mencapai kemakmuran, yaitu segala kemampuan manusia untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya dan sebaik-baiknya dengan
mempergunakan alat pemuas kebutuhan itu sendiri yang secara terbatas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kehidupan ekonomi lebih
menitik beratkan pada hubungan antara kenyataan hidup seseorang dengan tingkat
kehidupannya yang pada umumnya ditentukan oleh jumlah dan mutu barang dan
jasa yang dipergunakan oleh seseorang sebagai suatu kebutuhan aktivitas ekonomi
secara sosial didefinisikan sebagai aktivitas ekonomi yang dipengaruhi oleh
interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya. Prespektif ini
digunakan oleh Ibnu Khaldun dalam menganalisis nilai pekerja manusia, dalam
arti mata pencaharian dan stratifikasi ekonomi sosial.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
16
Pendapat dari Soeratmo (Dahriani, 1995:11-12) mengemukakan bahwa
aspek kehidupan sosial ekonomi meliputi antara lain.
1. Aspek sosial demografi meliputi antara lain: pembaharuan sosial, tingkah
laku, motivasi masyarakat, serta kependudukan dan migrasi.
2. Aspek ekonomi meliputi antara lain: kesempatan kerja, tingkat pendapatan
dan pemilikan barang.
3. Aspek pelayanan sosial meliputi antara lain: sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana olahraga dan sarana transportasi.
Memahami tindakan ekonomi sebagai bentuk dari tindakan sosial dapat
dirujuk pada konsep tindakan sosial yang di ajukan oleh Weber (Damsar,
2009:31), tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai suatu tindakan sosial sejauh
tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain. Memberi perhatian ini
dilakukan secara sosial dalam berbagai cara misalnya memperhatikan orang lain,
berbicara dengan mereka, dan memberi senyuman kepada mereka. Lebih jauh
Weber menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakannya kepada perilaku
orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Ini berarti bahwa aktor
menginterpretasikan (verstehen) kebiasaan-kebiasaan, adat dan norma-norma
yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang sedang berlangsung.
2. Pendekatan
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dan
ekonomi. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, seperti golongan sosial mana
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
17
yang berperan, nilai-nilai yang dianutnya, serta hubungannya dengan golongan
lain (Kartodirdjo, 1992:4). Pendekatan sosiologi melihat suatu gejala dari aspek
sosial yang mencangkup hubungan sosial, interaksi, jaringan hubungan social,
yang kesemuanya mencangkup dimensi sosial kelakuan manusia (Kartodirdjo,
1992:87). Melalui pendekatan sosiologi akan dijelaskan tentang perubahan-
perubahan sosialnya dalam masyarakat.
Pendekatan ekonomi yaitu pendekatan yang dilakukan dengan melihat
subjek dari segi ekonominya. Beberapa dengan pendekatan teori ekonomi yang
melihat persoalan ekonomi secara utuh, sistem ekonomi dipandang sebagai suatu
totalitas. Dengan demikian setiap persoalan ekonomi yang dihadapi, kita lihat
secara menyeluruh dilihat dari seluruh fakta yang berkaitan dengan persoalan
tersebut bisa terungkap secara lengkap. Dalam penelitian ini, kondisi ekonomi
penjual dawet ayu di Kecamatan Banjarnegara menjadi aspek yang sangat
penting.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam tulisan ini adalah metode sejarah
yaitu menguji dan manganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa
lampau untuk memahami peristiwa yang terjadi untuk merekonstruksi peristiwa
masa lampau secara imajinatif. Adapun tahap-tahap metode sejarah adalah
sebagai berikut.
1. Heuristik, yaitu data sejarah itu harus dicari dan juga ditemukan dengan
melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
18
a. Observasi, dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan cara
menelusuri obyek, mencari sumber-sumber yang dibutuhkan dalam
penelitian. Dalam observasi penulis harus terjun langsung ke lapangan atau
mencari data sejarah lisan yang menyangkut para pelaku dan para penyaksi
sejarah, atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, baik kearsipan maupun
arsip perorangan, atau naskah-naskah yang juga tersimpan pada lembaga,
baik perpustakaan maupun perorangan (Sugeng Priyadi, 2013: 112)
b. Wawancara, dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung
kepada pedagang dawet ayu yang berada di Kecamatan Banjarnegara.
Khususnya kepada pedagang yang sudah berjualan sejak tahun 1990an.
c. Dokumentasi, penulis menggunakannya untuk mengumpulkan data yang
berupa gambar-gambar atau foto dawet ayu dan beberapa hal yang berkaitan
dengan penelitian ini serta peta Kecamatan Banjarnegara.
2. Verifikasi (kritik), yaitu menyelidiki apakah jejak – jejak itu sejati, baik
bentuk maupun isinya. Setelah jejak sejarah dikumpulkan dari hasil
wawancara kemudian dinilai, diseleksi, dan diuji agar mendapatkan data yang
valid mengenai pedagang dawet ayu dan kehidupan sosial ekonominya di
Kecamatan Banjarnegara. Kritik yang dilakukan ada dua,
a. Kritik ekstern yaitu mencari keotentikan (keaslian sumber) dan kritik
intern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kebisaan
untuk dipercaya) atau tidak (Sugeng Priyadi, 2011:75)
b. Kritik intern yaitu menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas
(kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak. Kritik intern dilakukan dengan
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
19
memperhatikan dua hal yaitu penilaian intrinsik terhadap sumber-sumber
dan membanding-bandingkan kesaksian dari berbagai sumber agar sumber
dapat dipercaya (diterima kredibilitasnya) (Sugeng Piyadi, 2011:81).
3. Interpretasi, Tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi (penafsiran)
terhadap data tersebut. Tahap ini sering disebut subyektifitas, karena menurut
Kuntowijoyo (1995: 100) pendapat tersebut sebagian benar dan sebagian
salah. Interpretasi sebagai subyektifitas dikatakan benar karena tanpa
sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan
mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain
dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah subyektifitas penulis
sejarah diakui, tapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai
penafsiran terhadap data yang terkumpul setelah dilakukan penjelasan atau
menguji sumber (kritik sumber). Dengan kata lain dalam interpretasi data-
data dirangkum menjadi kata-kata.
4. Historiografi, yaitu merupakan langkah terakhir atau puncak penelitian
sejarah. Artinya menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu
kisah (Notosusanto,1978:36)
4. Sistimatika Penyajian
Sistematika penyajian ini untuk mempermudah memahami isi skripsi,
maka susunannya dapat dijelaskan seperti dibawah ini.
Bab I memuat tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014
20
penelitian, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, dan sistematika
penyajian.
Bab II memuat tentang deskripsi Kecamatan Banjarnegara, mulai dari
kondisi sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarkat Kecamatan Banjarnegara.
Bab III memuat tentang perkembangan pedagang Dawet Ayu
Banjarnegara dari tahun 1990-2013.
Bab IV Pengaruh bisnis Dawet Ayu terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat Banjarnegara
Bab V memuat tentang simpulan dan saran.
Perkembangan Dan Dampak..., Anissa Chandra Nurbaeti, FKIP UMP, 2014