BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan · sekarang di mana pengertian batik yang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan · sekarang di mana pengertian batik yang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perancangan
Solo merupakan kota yang memiliki beragam kekayaan kuliner. Tidak
hanya makanan berat, tetapi juga makanan ringan atau jajanan yang unik dan
menarik. Sebagai contoh kuliner di Solo adalah nasi liwet, selat solo, gudeg ceker
solo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung
(HIK).
HIK merupakan salah satu bentuk penyajian makanan di mana masyarakat
dari semua kalangan tidak hanya datang untuk makan namun juga bersosialisasi
dan bersantai dengan suasana yang khas. Di atas meja gerobak tersaji nasi yang
dibungkus dan berbagai makanan yang ditusuk, gorengan serta lauk-pauk yang
akrab di lidah karena merupakan makanan sehari-hari. HIK sangat mudah
dijumpai di setiap sudut kota Solo.
Gambar 1. HIK Pak Gerok
Foto: Dian Rizkita, 2016.
2
Makanan yang disajikan di HIK sebagian besar adalah makanan untuk
dijadikan lauk-pauk dengan porsi kecil yang digunakan sebagai makanan
tambahan atau pelengkap. Ukurannya yang kecil lebih erat dengan konsumen dan
memudahkan konsumen untuk memakannya.
Gambar 2. Lauk-pauk
Foto: Dian Rizkita, 2016.
Di HIK terdapat beberapa makanan yang sering dijumpai yaitu, makanan
yang ditusuk seperti sate telur puyuh, sate usus, sate kerang dan sate keong. Nasi
yang dibungkus seperti nasi bandeng, nasi oseng, dan nasi sambel teri. Gorengan
seperti tahu goreng, tempe goreng dan bakwan goreng serta lauk-pauk lainnya
seperti tahu dan tempe bacem.
Saat ini banyak orang yang tertarik untuk mencoba makanan-makanan
cepat saji dan hanya sebagian masyarakat saja yang masih bertahan pada makanan
3
HIK. Oleh karena itu makanan HIK harus tetap dipromosikan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Gambar 3. Nasi Sambel Teri
Foto: Dian Rizkita, 2016.
Dalam perkembangan wisata kuliner, saat ini makanan HIK tidak hanya di
sajikan atas meja gerobak bertenda dengan lampu remang-remang, melainkan
maraknya bermunculan rumah makan yang lebih kekinian dengan lampu-lampu
dan sajian makanan khas HIK untuk menarik wisatawan. Karakter makanan HIK
ini yang menjadi sumber inspirasi untuk merancang batik kreasi baru.
Perancangan batik dengan inspirasi makanan HIK yang mengangkat
karakter-karakter makanan khas HIK menjadi motif batik karena dari segi visual
memiliki karakter yang unik di dunia tekstil yang dapat dikembangkan dengan
berbagai penggayaan dan sudah dikenal oleh masyarakat luas secara imajinatif
juga sebagai sarana mempromosikan makanan HIK.
Motif tekstil yang mengangkat tema makanan bukanlah hal baru. Tekstil
bermotif makanan banyak dijumpai seperti tema makanan cepat saji, kue-kue,
permen dan manisan, namun pada batik masih belum banyak ditemui. Batik kreasi
4
baru yakni semua batik yang motif dan gayanya tidak seperti batik tradisional.
Pada batik tradisional susunan motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu dengan
isen-isen tertentu (Susanto, 1980:15).
Batik kreasi baru menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang lebih
ekspresif, bebas dan kekinian. Hal ini menjadikan batik kreasi baru unik dan
mampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu yang mengandung
kebaharuan, mempunyai karakter khusus dan sesuai dengan semangat zaman
mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai oleh
kesementaraan (trend) (Anas, 1997:240-246).
Gambar 4. Pakaian bermotif makanan Sumber: www.cerita-kita.co.id (30 Agustus 2016)
5
Perancangan ini menjadi penting mengingat pengolahan visual motif batik
berdasarkan karakter makanan HIK menjadi salah satu keikut sertaan dalam
mempromosikan warisan budaya yang berupa makanan HIK yang mentradisi.
Dengan demikian, perancangan ini akan menghasilkan produk tekstil berupa kain
batik kreasi baru yang mempunyai nilai estetis dan orisinalitas. Dengan nilai-nilai
tersebut, perancangan ini diharapkan menghasilkan produk batik yang dapat
diterima pasar.
Batik sebagai tekstil tradisi di Nusantara pada awal kemunculannya
merupakan kerajinan yang bersifat eksklusif, dibuat dengan jumlah sedikit untuk
memenuhi kebutuhan sendiri. Biasanya pembuatannya membutuhkan waktu
cukup lama karena hanya sebagai pekerjaan pengisi waktu luang. Ketika batik
mulai berkembang menjadi komoditi perdagangan, diupayakan berbagai cara agar
waktu pembuatannya lebih singkat dan jumlah produksi lebih banyak serta murah
sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan (Shinta, 2016:2). Salah satunya
dengan teknik cetak malam dingin.
B. Studi Pustaka
Era kehidupan sekarang ditandai dengan semakin meleburnya batas-batas
sains, teknologi dan seni. Banyaknya penemuan di berbagai bidang yang tidak
terkungkung pada suatu disiplin keilmuan menjadi tanda bahwa pengkotak-
kotakan sains, teknologi dan seni secara kaku tidak lagi memadai untuk menjawab
permasalahan. Dewasa ini timbul gejala perpaduan seni, sains dan teknologi
dalam satu konsep yang utuh (Yuliman, 2001)
6
Perkembangan di atas juga berimbas pada perkembangan batik era
sekarang di mana pengertian batik yang disepakati semestinya ditinjau kembali
dan dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Batasan batik sebagai suatu cara
pembentukan ragam hias dengan teknik rintang warna dengan malam, pada masa
depan lambat laun tidak akan memadai untuk menghadapi persaingan dengan
perkembangan ilmu-ilmu dan perkembangan teknologi baru. Dalam menghadapi
perkembangan zaman, maka batik harus dirangsang untuk dikembangkan dengan
pendekatan pengembangan produk inovatif. Pendekatan ini dengan cara membuka
kemungkinan-kemungkinan baru ke arah lebih luas dalam proses produksi
maupun eksplorasi visual dan berani menerobos batasa-batasan batik yang
konvensional (Anas, 1997:202-203).
Dalam studi pustaka ini akan dipilih beberapa tulisan dari hasil penelitian
berupa buku, jurnal penelitian, maupu tulisan ilmiah lain yang berhubungan
dengan makanan HIK, wedangan (HIK), batik kreasi baru dan teknik malam
dingin.
1. HIK
a. Pengertian Umum Hidangan Istimewa Kampung (HIK)
Penelitian oleh Risyda Azizah, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah pada tahun 2015 yang berjudul “Angkringan Sebagai Unsur
Tradisional Tempat Interaksi Sosial Masyarakat Perkotaan” dijelaskan bahwa kata
angkringan berasal dari bahasa pergaulan Jawa yaitu, angkring atau nangkring
yang memiliki arti duduk santai. Para pembeli yang duduk di bangku kayu
7
memanjang di sekitar gerobak dapat mengangkat atau melipat satu kaki naik
keatas bangku (Azizah, 2015:8).
Gambar 5. Gerobak HIK Foto: Dian Rizkita, 2016.
Angkringan merupakan gerobak penjual nasi kucing. Nasi kucing
merupakan perumpamaan orang untuk menyebut nasi yang dijual hanya sekepal
lalu ditambah dengan oseng ikan teri, telur puyuh dan lainnya seperti, gorengan
dan sate usus. Nasi kucing sangat melegenda karena harganya yang murah, tempat
berjualan yang unik serta waktu dagang yang dimulai pada malam hari hingga
menjelang subuh. Masyarakat Solo menyebutnya dengan Hidangan Istimewa
Kampung (HIK) (Azizah, 2015:3).
8
b. HIK Tradisional dan HIK Kekinian
Konsep angkringnan yang dikenal adalah gerobak dorong dari kayu
dengan tungku arang. Di atasnya terdapat teko besar untuk menghidangkan
minuman. Lampu minyak semprong juga tak lupa untuk menambah suasana
remang-remang. Tempat duduk menggunakan kursi kayu panjang mengelilingi
sekitar gerobak yang dinaungi terpal plastik gulung sebagai tenda. Perpaduan
bersahaja ini menjadi estetika angkringan yang terbentuk melawan waktu dan
perkembangan zaman (Azizah, 2015:9).
Gambar 6. HIK Tradisional Foto: Dian Rizkita, 2016.
Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus, sate telur
ayam, kerupuk, dan lain-lain. Minuman yang dijual pun beraneka ragam seperti
teh, jeruk, kopi, tape, wedang jahe, dan susu (Dwi, 2015:15)
Suasana angkringan yang hangat menjadikan para pengunjung merasa
ingin kembali datang ke angkringan. Interaksi yang terjadi di angkringan juga
begitu berbeda dari tempat-tempat makan pada umumnya. Di dalam angkringan
pengunjung mendapat sensasi yang berbeda meski dengan fasilitas yang sangat
9
sederhana yaitu semua orang melebur menjadi satu, tidak ada yang sibuk dengan
kebiasaan bermain telepon genggam masing-masing.
Keadaan ini berbalik dengan keadaan yang ada di tempat makan kekinian
saat ini. Para pengunjung yang datang ke tempat seperti ini pada umumnya datang
dengan beberapa temannya kemudian mereka hanya melakukan kegiatan-kegiatan
yang tidak melibatkan orang lain untuk berinteraksi. Pengunjung yang datang
sendirian ke tempat ini hanya akan makan lalu pergi, karena akan terasa aneh
untuk seseorang yang datang sendirian lalu berlama-lama ditempat seperti ini
(Azizah, 2015:3-4).
Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkan
lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsional
untuk mengisi perut namun juga memenuhi gaya hidup. Seperti yang diungkapkan
oleh Abdullah yaitu :
“Makan bukan lagi proses pemuasan kebutuhan biologis, tetapi merupakan
kebutuhan simbolis yang dikaitkan dengan jenis makanan, tempat makan, dan
suasana yang dihadirkan pada saat makan. Tata makan dan seni di dalam praktik
makan telah membentuk suatu lingkaran nilai yang menjauhkan praktik makan
dari nilai esensialnya.” (Irwan, 2006:114)”.
Kini penggemar HIK tidak hanya berasal dari golongan bawah, namun
kalangan menengah ke atas pun turut menghabiskan waktu menikmati hidangan
ala kampung. Melihat potensi pasar yang begitu luar biasa, kini mulai banyak
ditemukan angkringan yang dikemas dalam suasana kafe. Bahkan angkringan
berbalut kafe ini kian lama telah menjadi tren dikalangan remaja (Dwi, 2015:3).
10
Di HIK kekinian tersedia jus buah, milkshake, dan makanan tusukan.
Selain itu yang membedakan dengan HIK tradisional adalah konsep ruang dan
tempat yang strategis. Hal inilah yang membedakan harga jual makanan di HIK
kekinian lebih mahal daripada HIK tradisional (Dwi,2015:16).
Gambar 7. HIK Kekinian Foto: Dian Rizkita, 2016.
c. Makanan Hidangan Istimewa Kampung
1) Nasi Bandeng
Nasi bandeng adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangan
dengan potongan kecil ikan bandeng dan sambal yang dibungkus dengan daun
pisang. Nasi bandeng dapat ditemukan di semua tempat HIK. Tanda bungkusan
daun pisang pada nasi bungkus di setiap tempat HIK berbeda-beda. Disebagian
tempat ditandai dengan tulisan ada pula yang ditandai dengan sobekan atau
potongan pembungkusnya.
11
Gambar 8. Nasi Bandeng Foto: Dian Rizkita, 2016.
2) Nasi Sambel Teri
Nasi sambel teri adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan
tangan dengan sambal dan ikan teri. Di sebagian tempat HIK nasi bungkus dapat
dibakar terlebih dahulu. Daun pisang yang membungkusnya menjadikan nasi
berbau harum.
Gambar 9. Nasi Sambel Teri Foto: Dian Rizkita, 2016.
12
3) Nasi Oseng
Nasi oseng adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangan
dengan potongan kecil tempe, cabai dan mie yang dibungkus dengan daun pisang.
Nasi oseng dapat ditemukan di semua tempat HIK. Tanda bungkusan daun pisang
pada nasi bungkus di setiap tempat HIK berbeda-beda. Disebagian tempat
ditandai dengan tulisan ada pula yang ditandai dengan sobekan atau potongan
pembungkusnya.
Gambar 10. Nasi Oseng Foto: Dian Rizkita, 2016.
4) Sate keong
` Sate keong adalah keong yang di tusuk berjajar dengan menggunakan
tusukan sate. Biasanya sebelum disajikan dibakar terlebih dahulu dengan bumbu
pedas manis khas masing-masing HIK.
13
Gambar 11. Sate Keong Foto: Dian Rizkita, 2016.
5) Sate Telur Puyuh
Sate telur puyuh adalah telur puyuh yang sudah dikupas dari kulit telurnya,
berwarna cokelat, ditusuk berjajar dengan tusukan sate, biasanya satu tusuk
berjumlah lima buah telur puyuh.
Gambar 12. Sate Telur Puyuh Foto: Dian Rizkita, 2016.
14
6) Sate Usus
Sate usus adalah usus ayam yang sudah di masak dengan bumbu lalu di
tusuk meliuk dengan batang tusuk sate. Sate usus bisa dikonsumsi langsung atau
di bakar terlebih dahulu sebelum di hidangkan.
Gambar 13. Sate Usus Foto: Dian Rizkita, 2016.
7) Sate kerang
Sate kerang adalah kerang laut yang sudah dipisahkan dari cangkang
kerang. Kerang sudah dalam keadaan matang. Disajikan dengan cara dibakar
terlebih dahulu dengan bumbu pedas manis khas masing-masing HIK ditusuk
berjajar. Satu tusuk berisi 10 buah kerang.
15
Gambar 14. Sate Kerang Foto: Dian Rizkita, 2016.
8) Tahu dan Tempe Bacem
Tahu dan tempe bacem adalah tahu dan tempe yang telah di masak dengan
bumbu yang menghasilkan rasa manis dan meninggalkan warna kecoklatan pada
tahu dan tempe.
Gambar 15. Tahu dan Tempe Bacem Foto: Dian Rizkita, 2016.
16
2. Batik
a. Pengertian Batik
Batik merupakan sehelai wastra yakni kain yang dibuat secara tradisional
dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Beragam pola batik tentu
yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam lilin batik
sebagai bahan perintang warna. Dengan demikian, suatu wastra dapat disebut
batik bila mengandung dua unsur pokok yaitu teknik celup rintang yang
menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas
batik (Doellah, 2002:10). Dengan tumbuhnya peradaban dan urbanisasi, batik
bukan lagi bersifat eksklusif Jawa. Kini batik telah menjadi fenomena nasional,
regional bahkan dunia (Kudiya, 2010:8).
b. Sejarah Batik
Teknik produksi batik pada awalnya menggunakan bubur ketan sebagai
perintang warna yang terkenal dengan nama kain simbut. Alat untuk
membatiknya semacam pensil dari bambu. Kemudian ditemukan bahan perintang
dari malam tawon (bees-wax), yang lama kelamaan dikembangkan menjadi lilin
batik dengan menggunakan berbagai campuran bahan seperti damar mata kucing,
lemak hewan, paraffin, gondorukem, micro-wax, lilin lenceng, lilin kote dan
minyak kelapa dengan takaran tertentu.
Jenis batik yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis yang diwarnai
dengan pewarnaan alami dan dibuat secara terbatas. Canting tulis diperkirakan
diciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke 17 (Doellah, 2002:10).
Batik cap kemudian mulai dirintis pada tahun 1815 dengan menggunakan stempel
17
dari tembaga, tetapi meluas Perang Dunia I, yaitu sekitar tahun 1920-an. Pada
tahun 1920 pernah dibuat stempel dari kayu, namun alat ini tidak dapat
berkembang pada pembatikan di Jawa (Soesanto, 1980:22).
Pada tahun 1960-an para pelukis mempelopori berkembangnya batik
kreasi baru, yang disebut batik bukan tradisional (Yahya, 1985:22). Tepatnya
pada tahun 1966 mulai munculnya batik kreasi baru ini dengan teknik batik lukis
atau batik painting. Pembuatan batik dengan teknik lukisan terkenal dengan nama
“batik kreasi baru” atau “batik gaya bebas” dimana sebagian lilin batik dilukiskan
di atas kain membentuk gambaran-gambaran yang abstrak (Soesanto, 1973:5).
Alat untuk melukisnya yakni kuas atau sendok.
Batik tulis, cap dan lukis berkembang berdampingan sampai munculnya
teknologi cetak kain pada awal tahun 1970-an yang menyebabkan banyaknya
produk tekstil bermotif batik dipasaran dan menyebabkan kemuduran batik tulis
dan cap. Tetapi batik tetap dapat bertahan dan terus mengalami perkembangan
meskipun mengalami pasang surut. Pemaduan unsur seni, sains, dan teknologi
senantiasa mewarnai perkembangan batik. Batik terbagi menjadi beberapa jenis,
setiap jenis satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Baik mulai dari bentuk
motif, maupun proses pengerjaannya (Normalita, 2013:71).
c. Jenis Batik
Jenis batik dapat dibagi menjadi dua yaitu, tradisional atau klasik dan modern
atau kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari segi teknik pembuatan, motif, warna
dan fungsi batik itu sendiri.
18
1) Batik Tradisional atau Klasik
Pada masa lampau, batik banyak dipakai oleh orang Indonesia di
daerah Jawa. Itu pun terbatas pada golongan ningrat keraton dengan aturan
yang sangat ketat. Artinya, tidak sembarang orang boleh mengenakan
batik, terutama pada motif-motif tertentu yang ditetapkan sebagai motif
larangan bagi khayalak luas (Wulandari, 2011:2).
Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting, canting
merupakan alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung
malam (Musman, 2011). Batik mempunyai bermacam-macam motif dan
motif itu mempunyai makna tertentu.
Dalam perkembangannya, muncul batik cap untuk mempermudah
dan mempercepat pengerjaan proses batik. Untuk membedakan kemudian
disebut batik tulis (untuk batik yang proses pembuatannya menggunakan
canting) dan batik cap. Untuk membuat batik tulis memerlukan waktu
yang tidak sedikit dan juga tahapan-tahapan tertentu. Semua itu harus
dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan batik tulis bermutu tinggi
(Hamzuri, 1989:8).
Batik klasik mempunyai ciri keindahan, baik keindahan bentuknya,
sesuai dengan fungsinya sebagai seni terapan sebagai kain busana, maupun
seni jiwanya dan filosofinya (Musman, 2011:17-22). Batik di zaman
dahulu menggunakan zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan binatang. Zat warna alam diambil dari tumbuh-tumbuhan pada bagian
akar, kulit, daun, batang dan bunga. Di antaranya daun pohon nila
19
(indigofera), akar mengkudu, pohon soga (kulit dan kayu), kayu laban,
kayu mundu, jirek.
Sebagian bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat
ketahanan zat zat warna alam ialah jeruk citrum, cuka, sendawa, tawas,
gula batu, tetes, air kapur, tape, daun jambu (Susanto, 1980:82).
2) Batik kreasi baru atau Kontemporer
Batik kreasi baru merupakan batik yang tidak lazim kelihatan
batik, tetapi masih menggunakan proses pembuatan sama seperti
membuat batik. Konsep kontemporer menimbulkan gaya modern. Batik
kreasi baru ialah semua macam jenis batik yang motif dan gayanya tidak
seperti batik tradisional (Musman, 2011:17-22).
Batik kreasi baru sudah menggunakan zat warna buatan. Zat warna
buatan pada umumnya mempunyai daya pewarnaan lebih tinggi daripada
warna dari bahan alami, dan memiliki kemurnian tertentu sehingga untuk
mencapai suatu warna tertentu akan lebih cepat dan mudah
(Kusumawardhani, 2012:55).
Batik kini tidak lagi digunakan hanya untuk kalangan keraton.
Pada perkembangannya, batik kini telah menjadi salah satu “pakaian
nasional” Indonesia (Wulandari, 2011:2).
Indonesia saat ini memasuki era baru, yaitu era ekonomi kreatif
yang mendorong munculnya industri kreatif dalam berbagai bidang
desain. Ekonomi kreatif yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang
20
Yudhoyono sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia mencakup batik
sebagai salah satu komponen utamanya. Mulai dari menjadikan batik
sebagai bagian dari sosial budaya Indonesia, komoditas ekonomi hingga
membangun rasa bangga kepada anak negeri (Kudiya, 2011:9).
Kunci penting dalam mengembangkan industri kreatif adalah
kreativitas dan berinovasi. Salah satu faktor utama dalam industri kreatif
adalah perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat yang semakin
modern serta diikuti oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang semakin maju membawa pengaruh terhadap berbagai bidang,
khususnya bidang industri kreatif.
Pengaruh kemajuan tersebut membawa perkembangan pembuatan
tekstil yang semakin bertambah dengan fungsi yang semakin beragam.
Seiring berkembangnya waktu perancangan tekstil tidak hanya sekedar
bentuk pemenuhan akan fungsi fisik tetapi sudah memperhatikan fungsi
estetis dan psikisnya.
Gaya hidup memiliki andil dalam perkembangan produk tekstil
baik dari segi teknik, desain dan fungsinya. Pesatnya perkembangan ini
memicu munculnya berbagai upaya dalam peningkatan baik dari kualitas
material maupun inovasi dari segi kreativitas pada teknik mendesain,
guna meningkatkan nilai pakai maupun ekslusivitas produk tekstil yang
dihasilkan.
Tujuannya untuk menjadikan produk sebagai karya fungsional
yang memiliki nilai ekstetis. Salah satu teknik pembuatan tekstil yang
21
mengalami perkembangan hingga saat ini adalah teknik tutup rintang atau
batik.
Perkembangan batik di Indonesia mengalami kemajuan setelah
UNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia dari
Indonesia. Hal ini sebagai penanda awal usaha meningkatkan citra positif
dan martabat bangsa Indonesia di forum Internasional, serta untuk
menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap
kebudayaan Indonesia, khususnya batik.
Hal ini didukung dengan munculnya keputusan presiden RI no.33
tahun 2009, menetapkan hari batik nasional yang jatuh pada tanggal 2
Oktober (De, 2012:1).
3. Motif Batik
Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan
komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itu
mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang sehingga
diperoleh sebuah pola. Pola itulah yang nantinya akan diterapkan pada benda lain
yang nantinya akan menjadi sebuah corak (Setiati, 2008:43).
Corak adalah seluruh motif yang memenuhi permukaan juga dapat
diartikan sebagai colour design, type, feature, and character. Merupakan identitas
yang telah normatif, suatu tanda khusus untuk membedakan dengan yang lainnya.
Corak dipakai dalam pembahasan objek-objek mati (Affanti, 2008:17).
22
Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara
keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Soesanto, 1980:
212). Keberagaman jenis motif pada batik dipengaruhi oleh beberapa unsur yang
meliputi:
a. Ornamen
Berdasarkan ornamennya jenis motif batik dibagi menjadi tiga yakni ornamen
utama, ornamen pengisi dan isen.
1) Ornamen utama
Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif
tersebut dan pada umunya ornamen-ornamen utama tersebut masing-masing
mempunyai arti, sehingga susunan ornamen-ornamen tersebut dalam suatu motif
membuat jiwa atau arti dari pada motif itu sendiri (Soesanto, 1980: 212). Bentuk
motif ini sering kali dijadikan sebagai nama motif batik. Ornamen utama dalam
motif batik adalah Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Bangunan,
Lidah Api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu.
2) Ornamen tambahan atau pengisi.
Ornamen tambahan adalah suatu ragam hias yang tidak mempunyai arti
dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. (Soesanto,
1980:212) Pada ornamen tambahan ini umumnya bentuknya digambarkan lebih
kecil dan lebih sederhana, sedang dari pada ornamen utama. Ornamen tambahan
atau pengisi ini juga sering disebut motif selingan.
Dalam ornamen pengisi yang digambarkan dapat berbagai macam seperti
bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk tumbuhan, seperti kuncup,
23
daun, bunga atau lung-lungan. Dalam satu motif, ornamen pengisi itu dapat hanya
satu macam ornamen pengisi, dapat pula diisi dengan beberapa macam ornamen
pengisi (Soesanto, 1980:276).
3) Isen
Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis,
yang berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif atau mengisi bidang
diantara ornamen-ornamen tersebut (Soesanto, 1980:212). Isen motif berguna
untuk memperindah pola batik secara keseluruhan. Isen ini memiliki nama-nama
tertentu sesuai bentuknya, dan tidak jarang nama isen ini disertakan pada nama
motif batik.
4. Batik Malam Dingin
Selama lebih dari 150 tahun terakhir, produksi batik terlibat dengan
berbagai perkembangan gagasan, baik pada aspek estetis, teknologi maupun
fungsionalnya (Musman, 2011:9). Teknik yang digunakan dalam proses
pembuatan batik sangat terkait dengan produk batik yang akan dihasilkan.
Menurut Handoyo (2008:16), pola-pola batik kreasi baru tidak terikat oleh
ketentuan-ketentuan seperti batik klasik. Batik kreasi baru berpola bebas. Polanya
dapat diambil dari seni primitive, bentuk patung, bentuk dari alam, atau kesenian
daerah. Jenis batik dilihat dari tekniknya berkembang hingga memunculkan jenis
Batik Kombinasi. Batik kombinasi adalah kain batik yang motifnya
mengkombinasikan antara teknik batik cap dengan tulis, cap dengan lukis,
maupun lukis dengan tulis.
24
Tujuan pencampuran teknik-teknik batik ini untuk menambah alternatif
produk dan menekan harga jual supaya lebih rendah dibanding dengan batik tulis
murni. Seiring perkembangan waktu dan zaman, saat ini muncul jenis batik
dengan teknologi lebih modern yang praktis sehingga dalam
pembuatannyamemakan waktu lebih singkat dan hasil produksi yang didapat lebih
banyak dibanding menggunakan cara tradisional, jenis batik tersebut yaitu batik
print atau sablon.
Pada metode batik print atau yang sering dikenal dengan teknik malam
dingin dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada batik dengan
teknik malam dingin ini, materi yang dicetak pada kain adalah malam (lilin)
bukan pasta sablon warna seperti cetak sablon konvensional.
Penelitian oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta,
pada tahun 2004 dengan judul “Pengembangan Sistem Pembatikan dengan
Metode Screen” dijelaskan bahwa malam dingin adalah suatu teknik pembatikan
menggunakan screen yang merupakan proses pelekatan lilin batik menggunakan
(alat) screen, yang biasa digunakan untuk proses sablon (screen printing)
(Sulaeman, 2004:4).
25
C. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka
permasalahan perancangan difokuskan kepada :
Bagaimana merancang motif batik yang terinspirasi dari makanan HIK dengan
teknik cetak malam dingin ?