BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalaman, tersusun dengan sistem korespondensi dalam satu bentuk. Penulis dan penyair membuat definisi masing-masing tentang puisi, baik dikemukakan secara eksplisit atau tidak (Mulyana dalam Atar Semi, 1993:93). Puisi adalah sebuah karya sastra. Karya sastra sendiri merupakan fenomena manusia yang didalamnya penuh dengan makna dan dapat digali melalui penelitian. Makna erat kaitannya dengan fungsi yang sering kabur dan tidak jelas. Oleh karenanya,karya sastra memiliki tugas untuk mengungkap kekaburan itu menjadi jelas (Endraswara, 2011:7). Puisi hadir mengkomunikasikan pengalaman secara signifikan dalam bentuknya yang artistik, sebab sebagai bentuk seni (art) ia ditata oleh kaidah sastra yang telah menjadi konvensi masyarakat sastra (Siswantoro, 2010:26). Puisi merupakan bentuk sastra yang paling padat dan terkontrasi. Kepadatan komposisi tersebut ditandai dengan pemakaian sedikit kata, namun mengungkap lebih banyak hal (Siswantoro, 2010:23). Riffaterre (1978:1) mengemukakan bahwa puisi itu dari waktu ke waktu selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang berubah. Satu esensi yang tetap yaitu puisi menyatakan suatu hal dengan arti yang lain atau puisi itu menyatakan sesuatu hal secara tidak langsung. Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Puisi sendiri juga dapat dikaji unsur dan strukturnya. Puisi adalah

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring

semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalaman,

tersusun dengan sistem korespondensi dalam satu bentuk. Penulis dan penyair

membuat definisi masing-masing tentang puisi, baik dikemukakan secara eksplisit

atau tidak (Mulyana dalam Atar Semi, 1993:93). Puisi adalah sebuah karya sastra.

Karya sastra sendiri merupakan fenomena manusia yang didalamnya penuh dengan

makna dan dapat digali melalui penelitian. Makna erat kaitannya dengan fungsi yang

sering kabur dan tidak jelas. Oleh karenanya,karya sastra memiliki tugas untuk

mengungkap kekaburan itu menjadi jelas (Endraswara, 2011:7).

Puisi hadir mengkomunikasikan pengalaman secara signifikan dalam

bentuknya yang artistik, sebab sebagai bentuk seni (art) ia ditata oleh kaidah sastra

yang telah menjadi konvensi masyarakat sastra (Siswantoro, 2010:26). Puisi

merupakan bentuk sastra yang paling padat dan terkontrasi. Kepadatan komposisi

tersebut ditandai dengan pemakaian sedikit kata, namun mengungkap lebih banyak

hal (Siswantoro, 2010:23). Riffaterre (1978:1) mengemukakan bahwa puisi itu dari

waktu ke waktu selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang

berubah. Satu esensi yang tetap yaitu puisi menyatakan suatu hal dengan arti yang

lain atau puisi itu menyatakan sesuatu hal secara tidak langsung.

Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai

sudut pandang. Puisi sendiri juga dapat dikaji unsur dan strukturnya. Puisi adalah

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

2

karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong

tanpa makna (Pradopo, 2005:3). Altenberd (dalam Pradopo, 2005:5—6) puisi adalah

pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa

berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical

language).

Tradisi berpuisi merupakan tradisi kuno dalam masyarakat (Waluyo, 2003:1).

Memahami puisi biasanya dengan mengamati ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-

unsur yang membedakan puisi dengan karya sastra yang lainnya (Waluyo, 2003:3).

Jawa juga mempunyai banyak bentuk karya sastra. Puisi juga termasuk

didalamnya. Puisi di Jawa dikenal dengan sebutan puisi Jawa modern atau lebih

singkatnya adalah Geguritan. Geguritan merupakan salah satu bentuk karya sastra

berbentuk puisi Jawa modern yang berisi ungkapan perasaan dan pikiran penyair

yang bersifat imajinatif dan tersusun adanya unsur pembangunan serta tidak terikat

oleh aturan seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu (Saputra, 2001: 8).

Menurut Wiryatmaja dkk (1997:23) geguritan bentuk dasarnya dari gurit, sedangkan

bentuk gegurit atau gugurit adalah bentuk dwipurwa atau bentuk ulang suku awal.

Apabila dilihat dari sudut artinya kata guritan searti dengan tembang, kidung, dan

rerepan(Poerwodarminto dalam Sutadi, 1997:23). Puisi Jawa modern (geguritan)

ialah apa yang dikomunikasikan oleh penyairnya, bertumpu pada rasa

kemanusiawiannya, dengan memeras kemampuan dan daya guna kata-kata bahasa

Jawa, mengacu pada kehidupan yang digumulinya dengan naungan kode bahasa dan

budayanya, dalam orientasi mengindonesia, serta mengimbau keterlibatan

penyambutan pada khalayaknya (Sutadi, 1997:35).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

3

Geguritan bisa menjadi saksi kehidupan manusia setidaknya dari pengarang

geguritan (penggurit) itu sendiri (Hoery, 2015:3). J.F.X. Hoery adalah seorang

penggurit lahir di Pacitan, 7 Agustus 1945. Bukunya yang berjudul Lintang

Gumawang adalah buku antologi geguritan yang terbit tahun 2015 dengan 100

geguritan didalamnya. Lintang Gumawang dengan 100 geguritan tersebut memiliki

tema yang beragam. Tema ketuhanan, cinta, alam, sosial, kemerdekaan, dan lain

sebagainya. Isi antologi geguritan J.F.X. Hoery dominan nilai religius. Terdapat

sembilan belas geguritan yang bersifat religius. Sembilan belas geguritan yang

bersifat religius yang terdapat dalam antologi geguritanLintang Gumawangmenarik

untuk diteliti.

Beberapa pertimbangan mengapa peneliti tertarik akan mengkaji geguritandan

menganggap penting sembilan belas geguritan tersebut diteliti. Aspek

kepengarangan, J.F.X. Hoery ialah sastrawan yang aktif di Sanggar Sastra Jawi

Bojonegoro. Karya sastranya telah banyak dikaji dan diketahui oleh para pecinta

sastra Jawa. Karyanya yang berjudul Antologi geguritan “Lintang Gumawang‖

belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian iniakan meneliti geguritan yang

mengandung nilai religius sebagai bentuk apresiasi karya J.F.X. Hoery. Aspek

isiAntologi Geguritan “Lintang Gumawang” ini merupakan tulisan dari tahun 1985 –

2015 dan diterbitkan tahun 2015. Sembilan belas geguritan yang mengandung nilai

religius menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Berdasarkan pengamatan, penelitian antologi geguritan pernah dilakukan

sebelumnya. Beberapa penelitian itu adalah: (1) Theresia Tri Wahyuni (1995) dalam

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

4

skripsinya yang berjudul Puisi Jawa Modern karya Mohammad Yamin MS (Analisis

Struktur Fisik dan Batin), membahas tentang struktural puisi Jawa Modern meliputi

struktur fisik dan batin. (2) Riana Wati (1996) dalam skripsinya yang berjudul

Geguritan karya Turio Ragilputra (Tinjauan Instrinsik dan Ekstrinsik), membahas

mengenai struktur instrinsik dan ekstrinsik puisi Jawa modern. (3) Rohadi Budi

Widyatmoko (2009) dalam skripsinya yang berjudul Religiusitas dalam Geguritan

Kristal Emas karya Suwardi Endraswara (Tinjauan Semiotik), membahas mengenai

struktur puisi, unsur estetis dalam puisi, serta pembacaan semiotik untuk membedah

unsur religius yang terdapat pada geguritan. (4) Anna Subekti (2012) dalam skripsi

yang berjudul Nilai-nilai mistik dan religius dalam geguritan karya Yan Tohari

(Tinjauan Semiotika Michael Riffaterre), pembacaan heuristic dan hermeneutic, serta

matrik dan model. (5) Nandia Nessa Lestari (2012) Religiusitas dalam Antologi

Geguritan Alam Sawegung karya Sudi Yatmana (Tinjauan Semiotika, membahas

mengenai makna geguritan, struktur geguritan, serta keunikan nilai religius yang

diungkapkan pengarang dalam geguritan karyanya yag tercakup di dalam antologi

geguritan Alam Sawegung. (6) Dessi Apriliya Ningrum (2013) Aspek Religius dalam

Geguritan Karya Irul S Budianto (Tinjauan Semiotika Michael Riffaterre), yang

membahas mengenai struktur puisi dan struktur religius dalam 26 geguritan untuk

pembangunan spiritualitas masyarakat Jawa.

Beberapa penelitian sebelumnya tersebut, yang mendekati kesesuaian dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah skripsi Theresia Tri Wahyuni

(1995) dalam skripsinya yang berjudul Puisi Jawa Modern karya Mohammad Yamin

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

5

MS (Analisis Struktur Fisik dan Batin) yang membahas tentang struktural puisi Jawa

Modern meliputi struktur fisik dan batin. Kesamaannya adalah sama-sama meneliti

puisi Jawa modern atau geguritan namun skripsi terdahulu menggunakan analisis

struktur fisik dan batin sedangkan penelitian ini akan menggunakan analisis struktural

dengan tema mengenai ketuhanan atau religius. Struktur puisi menggunakan analisis

strata normaRoman Ingarden.

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan struktural sebagai bahan kajian

penelitian. Menurut Goldman dalam Endraswara (2004: 56) studi strukturalisme

memiliki dua kerangka besar, yaitu (1) hubungan antara makna suatu unsur dengan

unsur lainnya dalam suatu karya sastra yang sama, (2) hubungan tersebut membentuk

suatu jaring yang saling mengikat. Jadi, dapat dikatakan bahwa penelitian karya sastra

tidak dapat hanya bertumpu pada suatu atau beberapa elemen saja, tetapi harus secara

menyeluruh saling terkait sehingga terwujudlah sebuah karya sastra yang dapat

dinikmati dan dipahami pembacanya. Pendekatan struktural relevan digunakan dalam

penelitian ini karena sembilan belas teksgeguritan banyak menampilkan kata maupun

bahasa dan aspek diluar kebahasaan yang menjadi tanda dan sistem tanda. Teori

pendekatan struktural tersebut diharapkan dapat menghasilkan analisa yang

mendalam mengenai makna nilai religius geguritan dan untuk selanjutnya

berdasarkan teori pendekatan struktural tersebut mendapatkan hasil analisa tanda

sebab akibat (indeks) mengenai latar belakang terciptanya geguritan.

Kajian mengenai geguritan ini akan menggunakan analisis struktural strata

norma Roman Ingarden. Teori struktural adalah suatu kajian yang membahas karya

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

6

sastra secara otonom. Keotonoman karya sastra ini berupa struktur-struktur yang

saling berelasi. Kajian strukturalisme dimaksudkan untuk membahas suatu karya

sastra dengan melepaskan dirinya dari aspek-aspek luar karya sastra tersebut

(Kurniawan, 2009:69). Analisis puisi dengan pendekatan struktural memfokuskan

pada unsur-unsur pembangun struktur berupa unsur internalnya (Siswantoro,

2010:63).

Bertolak pada paparan yang telah dijelaskan, dengan melihat pengalaman

batin J.F.X. Hoery dalam sembilan belas teks geguritan beliau tersebut, akan diteliti

lebih lanjut dengan judul Nilai Religius dalam Antologi Geguritan“Lintang

Gumawang” Karya J.F.X. Hoery (Analisis Strata Norma Roman Ingarden )

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

7

B. Batasan Masalah

Antologi geguritan dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Agar penelitian

ini fokus, maka perlu adanya pembatasan masalah. Meliputi (1) Kajian struktur lapis

makna (lapis bunyi, lapis arti, dan lapis objek), lapis dunia, dan lapis metafisis ; (2)

Kajian makna dalam sembilan belas teks geguritan karya J.F.X. Hoery bagi

kepercayaan masyarakat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dimuka, maka permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimanakah struktur geguritan dalam sembilan belas teks geguritan

karya J.F.X. Hoery berdasarkan strata norma puisi Roman Ingarden?

2. Bagaimanakah makna religius yang terkandung dalam sembilan belas teks

geguritan karya J.F.X. Hoery bagi kepercayaan masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan

tersebut. Tujuan yang ingin dicapai melalui rencana penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan struktur geguritan dalam sembilan belas teks geguritan

karya J.F.X. Hoery berdasarkan strata norma puisi Roman Ingarden.

2. Mendeskripsikan makna religius yang terkandung dalam sembilan belas

teks geguritan karya J.F.X. Hoery bagi kepercayaan masyarakat.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

8

E. Landasan Teori

1. Pengertian Struktural

Karya sastra mengandung struktur ketandaan yang bermakna. Teori dan

metode penelitian yang sesuai adalah strukturalisme semiotik (Pradopo, 2010:268).

Pendekatan struktural secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu kata struktura

yang berarti bentuk atau bangunan (Ratna, 2013: 88). Menurut Bertens dalam

Sangidu (2004: 15) istilah struktur pertama kali muncul pada kongres linguistik yang

diadakan di Den Haag pada tahun 1928. Penjelasan Ferdinand de Saussure tentang

pendekatan struktur bahwa bahasa berarti suatu pendekatan yang memandang bahasa

sebagai suatu sistem dengan ciri-ciri tertentu. Pendekatan struktural memandang dan

memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Pendekatan

struktural di bidang bahasa ternyata dapat juga diterapkan untuk pendekatan lain,

seperti dalam bidang sastra (Sangidu, 2004: 15). Karya sastra adalah sesuatu yang

otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca (Teeuw

dalam Pradopo, 2010:89).

Teeuw (1984: 135) merumuskan pengertian pendekatan struktural adalah

pendekatan yang bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti,

dan sedetail mungkin berkaitan dan keterpaduan semua tafsir dan aspek karya sastra

yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Pendekatan struktural dalam sebuah karya sastra hanya dipusatkan pada karya

itu sendiri. Memahami karya sastra secara close reading(membaca karya sastra secara

tertutup tanpa melihat pengarangnya, hubungan dengan realitas,maupun pembaca).

Analisis struktural difokuskan pada unsur-unsur instrinsik karya sastra

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

9

(Wiyatmi,2006:89). Senada dengan Teeuw (dalam Pradopo, 2005:280) tanpa analisis

demikian, kebulatan makna instrinsik yang hanya dapat digali dari karya sastra itu

sendiri tidak akan tertangkap.

Pendekatan struktural menganalisis makna yang terkandung dalam teks karya

sastra terlepas dari maksud penulis dan unsur-unsur eksternal. Berdasarkan uraian

diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis struktural adalah sebuah analisis yang

akan memaparkan secara teliti, cermat, dan mendalam mengenai unsur instrinsik

sebuah karya sastra yang saling terkait. Winarni (2013: 48) berpendapat bahwa

pendekatan struktural juga disebut pendekatan objektif karena pendekatan ini

mengutamakan karya sastra itu sendiri tanpa menghubungkan dengan pengarang,

penonton, dan audiens, perhatian terutama ditujukan pada unsure-unsur instrinsik

yang membangun sebuah karya sastra.

2. Strata Norma Roman Ingarden

Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis

makna (lapis bunyi, lapis arti, dan lapis objek), lapis dunia, dan lapis metafisis (dalam

Wellek, 1968: 151).

A. Lapis Bunyi / suara

Puisi berupa satuan-satuan suara, suara suku kata, kata, dan berangkai

merupakan seluruh bunyi / suara sajak, suara frasa dan suara kalimat. Analisis lapis

bunyi yang bersifat ‗istimewa‘ atau khusus dalam puisi, yaitu yang dipergunakan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

10

untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni (Pradopo, 2012:22). Lapis bunyi dalam

puisi disusun berdasarkan konvensi bahasa yang menjadikan suatu karya sastra

menjadi komunikatif dan menarik. Konvensi bahasa dapat menunjukkan satuan arti

yang dilambangkan, emosi, dan tema yang dimaksudkan penyair agar dapat diterima

oleh pembaca atau pendengar (Hasanuddin, 2002:38).

Analisis bunyi berdasarkan huruf dapat diperoleh melalui beberapa unsur

yang berfungsi sebagai penentu makna dan nilai estetis. Rangkaian bunyi sebagai

norma dalam puisi adalah sebagai berikut:

a. Irama

Pada pembacaan puisi, jeda dan tekanan berperan untuk menciptakan suasana

tertentu. Kondisi ini dapat menghubungkan imaji pembaca dengan intuisi penyair.

Irama merupakan bunyi yang teratur, terpola, menimbulkan variasi bunyi, sehingga

dapat menimbulkan suasana (Hasanuddin, 2002:56).

b. Kakofoni dan Efoni

Rangkaian bunyi yang dimanfaatkan untuk membentuk kesan tertentu cerah

aau buram. Kakafoni merupakan rangkaian bunyi yang terdiri dari huruf konsonan

tak bersuara sehingga menimbulkan kesan buram. Efoni merupakan rangkaian bunyi

yang terdiri dari huruf vokal yang dimanfaatkan untuk menimbulkan kesan cerah.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

11

c. Onomatope

Unsur bunyi yang berupa tiruan suara yang dihasilkan oleh benda, gerak,

binatang, manusia, atau segala wujud yang menimbulkan bunyi.

d. Aliterasi dan Asonansi

Pemanfaatan bunyi vokal dan konsonan menjadikan sebuah puisi memiliki

kemerduan bunyi, terlebih jika digunakan secara berulang-ulang. Aliterasi merupakan

pengulangan bunyi konsonan yang dominan. Asonansi adalah pengurangan bunyi

vocal yang dominan dalam sebuah puisi.

e. Anaphora dan Epifora

Pemanfaatan bunyi guna meimbulkan efek tertentu dapat dilakukan dengan

menggunakan pengulangan bentuk kata atau bentukan linguistik pada awal atau akhir

tiap baris puisi. Anaphora adalah pengulangan bunyi dalam bentuk kata pada awal

baris puisi. Epifora adalah pengulangan bunyi dalam bentuk kata pada akhir baris

puisi.

f. Repetisi

Repetisi adalah bentuk perulangan bunyi, suku kata, kata, dan kalimat guna

memberikan penekanan dalam sebuah konteks. Manfaatnya guna memeroleh makna

yang mendalam pada sebuah pemaknaan karya sastra.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

12

B. Lapis Arti (Units of Meaning)

Satuan terkecil arti adalah fonem. Menurut Pradopo (2012:25) lapis arti

berupa rangkaian fonem suku kata, kata, frase, dan kalimat yang kesemuanya

merupakan satuan arti. Arti dari sebuah puisi dapat ditangkap melalui dua cara,

yaitu memahami arti denotatif yang sesuai dengan apa yang tertulis dan kedua

memahami arti secara konotatif.

C. Lapis objek

Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga dari lapis makna berupa

objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. Dunia pengarang

merupakan dunia imajinasi pengarang yang diciptakan oleh pengarang yang terdiri

dari gabungan latar, pelaku, dan objek-objek yang dikemukakan.

D. Lapis Dunia

Lapis dunia tidak dinyatakan namun tersirat atau implisit dalam cerita atau

karya sastra yeng disampaikan. .

E. Lapis Metafisis

Lapis yang menyebabkan pembaca berkontemlasi atau merenung dengan apa

yang disampaikan dalam karya sastra. Lapis ini memiliki sifat tragis, sublime, dan

suci. Tidak semua puisi mengandung strata yang terakhir ini, namun strata ini dapat

digunakan sebagai bahan perenungan bagi pembaca atau pendengar.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

13

3. Pengertian Religius

Religius berasal dari bahasa latinLerigare yang berarti ‗mengikat‘. Religio

berarti ikatan atau pengikatan, sehingga religius dapat diartikan sebagai keterkaitan

manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (Dojosantoso,

1986:3).

Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki religiositas yang

tinggi. Wawasan hidup masyarakat Jawa mengarah kepada sikap keterkaitan manusia

kepada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (Dojosantosa, 1986: 15).

Religiusitas berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjaga kualitas

keberagamannya jika dilihat dari dimensi yang paling dalam dan personal yang acap

kali berada diluar kategori-kategori ajaran agama (Ratnawati dalam Arafah, 2005:17).

4. Pengertian Puisi dan Geguritan

Puisi dapat dikatakan sebagai hidup itu sendiri. Puisi secara etimologi berasal

dari Yunani poeima ―membuat‖ atau poeisis ―pembuatan‖, dan dalam bahasa Inggris

disebut poem atau poetry. Puisi diartikan membuat atau pembuatan karena lewat puisi

pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi

peran atau gambaran suasana tersentu, baik fisik maupun batin (Aminudin, 2010:

134). Octavio Paz menganggap puisi urusan tak selesai dan menjelaskan kodrat

keabadian seolah melekat pada puisi, sebuah kebenaran tak tertanggungkan sepanjang

zaman, sejak puisi dilisankan dan dituliskan (Bandung, 2011: 278)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

14

Menurut Pradopo (2005: 7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan

yang berirama. Menurut Altenberd (dalam Pradopo, 2005: 5—6) puisi adalah

pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa

berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical

language).

Tidak berbeda jauh dengan definisi puisi, geguritan memiliki deskripsi yang

hampir sama. Menurut Wiryatmaja dkk (1997:23) geguritan bentuk dasarnya dari

gurit, sedangkan bentuk gegurit atau gugurit adalah bentuk dwipurwa atau bentuk

ulang suku awal. Apabila dilihat dari sudut artinya kata guritan searti dengan

tembang, kidung, dan rerepan (Poerwodarminto dalam Sutadi, 1997:23). Puisi Jawa

modern (geguritan) ialah apa yang dikomunikasikan oleh penyairnya, bertumpu pada

rasa kemanusiawiannya, dengan memeras kemampuan dan daya guna kata-kata

bahasa Jawa, mengacu pada kehidupan yang digumulinya dengan naungan kode

bahasa dan budayanya, dalam orientasi mengindonesia, serta mengimbau keterlibatan

penyambutan pada khalayaknya (Sutadi, 1997: 35).

Geguritan merupakan salah satu karya sastra selain prosa dan drama.

Geguritan adalah cipta sastra terbaru yang hidup hingga saat ini menggunakan bahasa

Jawa masa modern serta tidak memiliki kebakuan puitik yang ketat sehingga

pemahamannya dianggap lebih mudah dibandinglan jenis-jenis puisi Jawa yang lain

(Saputra, 2001: 8).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

15

Berdasarkan ragam variasinya, jenis-jenis geguritan diklasifikasikan menjadi

tiga: (1) geguritan pendek, (2) geguritan panjang, (3) geguritan terjemahan.

Geguritan pendek dalam sastra Jawa sebagai bentuk yang sederhana tetapi ekspresif

serta memiliki struktur yang lengkap dan mengutamakan imaji-imaji yang

mengandung daya saran tinggi. Geguritan panjang berbentuk balada. Geguritan

terjemahan biasanya berasal dari luar negeri dan Indonesia (Mardianto, 2001: 380-

382).

F. Metode dan Teknik

1. Bentuk dan Jenis Penelitian

Penelitian akan menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif. Metode

kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(Moleong, 2003:3). Ditambahkan bahwa pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu secara holistic ‗utuh‘.

Keutuhan yang dihadirkan tersebutmempunyai sifat alamiah dan menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata yang dapat diamati oleh peneliti (Sangidu, 2004:7).

Ciri-ciri metode kualitatif adalah sebagai berikut;

1. Memberikan perhatian utama pada makna pesan, sesuai dengan hakikat

objek, yaitu sebagai studi kultural.

2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga

makna selalu berubah.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

16

3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek

peneliti sebgai instrumen utama sehingga terjadi interksi langsung

diantaranya.

4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat

terbuka.

5. Penelitian bersifat alamiah terjadi dalam konteks budayanya masing-masing

(Ratna, 2008:47—48).

Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif ini adalah untuk memperoleh

gambaran atau deskriptif mengenai kualitas dari objek yang dikaji, yaitu karya sastra

yang berbentuk geguritan. Lebih spesifik pada sembilan belas teks geguritanLintang

Gumawang karya J.F.X. Hoery. Metode deskriptif kualitatif merupakan metode

penjabaran apa yang menjadi masalah serta penafsiran data yang ada. Penelitian

kualitatif memiliki karakterisasi memusatkan perhatian kepada deskripsi dari objek

yang sedang diteliti, yakni sembilan belas teks geguritanLintang Gumawang karya

J.F.X. Hoery yang mengandung nilai religius.

Jenis metode yang akan digunakan adalah metode studi pustaka atau library

reseach. Studi pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan

bantuan macam-macam materi yang terdapat dalam ruang perpustakaan. Misalnya

majalah, buku, naskah, catatan, sejarah, dokumen, dan lain-lain (Kartono, 1990: 33).

Cara kerja pertamaadalah membaca dan memahami geguritan secara berulang-ulang.

Selanjutnya mencatat data yang penting dan menarik lalu kemudian data tersebut

diteliti dan dipelajari untuk memperoleh data yang benar.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

17

2. Sumber Data dan Data

a. Sumber Data

Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan data dan mampu

menghasilkan data yang lengkap, benar, dan sahih (Sudaryanto, 1993:35). Sumber

dataprimer yang digunakan untuk penelitian ini adalah buku antologi

geguritanLintang Gumawang karya J.F.X. Hoery. Sumber data sekunder dari

penelitian ini adalah wawancara.

b. Data.

Data adalah bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993: 5). Data primer dalam

penelitian ini adalah sembilan belas teks geguritan dengan tema religius yang

meliputi:

a. Tumedhak Roh Suci ‗Turunnya Roh Kudus‘ halaman 10

b. Pinurba Sang Pepadhang‗Dikuasai Tuhan Yesus‘ halaman 11

c. Sumawur Kekeran Adi‗Tersebar Rahasia Indah‘ halaman 13

d. Bisaku Mung Pasrah ‗Bisaku hanya Pasrah‘ halaman 29

e. Patitis ‗Jelas‘ halaman 31

f. Mantra ‗Doa‘ halaman 47

g. Bendu ‗Amarah‘ halaman 51

h. Bali Marang Ancasing Reformasi‗Kembali ke Tujuan Reformasi‘ halaman 58

i. Nalika Sang Sabda Manjalma ‗Ketika Sabda Menjalma‘ halaman 60

j. Kabeh Wis Jinangkung Ing Karsane‗semua sudah digariskan oleh-Nya‘

halaman 69

k. Dhuh Gusti Punapa Karsa Paduka‗Terserah Kuasa Tuhan‘ halaman 71

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

18

l. Balia ‗Kembalilah‘ halaman 89

m. SuhingLeluhur‗Kekuatan Leluhur‘ halaman 91

n. Padupan‗Wadah Pembakaran Kemenyan‘ halaman 95

o. Nyawiji Ing Napasku - Napasmu – Napas – E‗Menyatu dalam Nafasku-

Nafasmu-NafasNya‘ halaman 96

p. Manembah‗Menyembah Tuhan‘ halaman 98

q. Gurit Pepesthen‗Puisi Kepastian‘ halaman 100

r. Ngracik Tumtuming Kayuwanan‗Menuju Dunia Baka‘halaman 107

s. Pujabrata ‗Meditasi‘ halaman 134.

Data sekunder berupa hasil wawancara dengan pengarang yaitu J.F.X. Hoery.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

19

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Content Analysis (Analisis Isi)

Content analysis atau kajian isi merupakan teknik yang digunakan untuk

menemukan karakteristik sebuah genre pesan dan dilakukan secara objektif dan

sistematis dalam berbagai bentuk karya sastra (Moleong, 2010: 163). Teknik ini cara

kerjanya adalah dengan mengumpulkan data yang terdapat padasembilan belas teks

geguritan Lintang Gumawang karya J.F.X. Hoery dengan teknis membaca,

menyimak, mencatat, dan mengelompokkan ke dalam kategori-kategori tertentu

sesuai fakta literer yang hendak dikumpulkan.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik yang dipakai untuk memperoleh

informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti.

Wawancara juga merupakan cara untuk memperoleh data dengan percakapan, yaitu

antara pewawancara dengan yang diwawancara (Moleong, 2010: 186). Wawancara

adalah suatu teknik yang digunakan apabila seseorang untuk tugas tertentu mencoba

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden dengan

percakapan serta berhadapan muka dengan orang tersebut (Sutopo, 2004:24).

Wawancara bertujuan menyimpulkan keterangan yang ada pada kehidupan

dalam suatu masyarakat serta pendirian merekam merupakan suatu alat pembantu

metode observasi langsung (Koentjaraningrat, 1983:129). Pada metode ini,

pertanyaan diajukan secara lisan bertatap muka dengan nara sumber (Faisal, 2008:

52). Nara sumber sendiri adalah J.F.X. Hoery penggurit dan juga sastrawan yang aktif

menciptakan karya sastra.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

20

4. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci

usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai pemberi bantuan pada tema dan hipotesis itu

(Moleong, 2000: 103). Analisis menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Berbeda dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisisi,

menjelaskna pola uraian, dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian.

Data yang muncul berupa kata-kata bukan angka. Data tersebut mungkin telah

dikumpulkan dengan cara pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis.

Tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke

dalam teks yang diperluas.

Tahap-tahap yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Reduksidata berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif

berlangsung (Hubberman, 1992: 16). Reduksi data dapat diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis saat membaca

tembang. Hasil wawancara serta pengamatan dijadikan sebagai data. Setelah semua

data diperoleh, selanjutnya dilakukan reduksi data yang sesuai dan tepat.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

21

2. Penyajian data adalah menyajikan data dengan analitis dan sintesis dalam bentuk

uraian dari data-data yang terangkat dengan bukti-bukti tekstual yang ada (Sangidu,

2004:4). Sajian data mengenai isi geguritan dengan nilai religius disertai dengan

penjelasan dan foto-foto yang didapatkan saat wawancara dilakukan agar data yang

disajikan lebih jelas dan rinci.

3. Penarikan kesimpulan, setelah data dianalisis kemudian dirumuskan guna

mendapatkan landasan (pengkajian) yang kuat, yaitu dengan cara mereduksi

secaracermat dan berusaha mendapatkan kesimpulan setelah data diperoleh secara

siklus. Penarikan kesimpulan tidak secara langsung. Kesimpulan didapat dari

kumpulan data-data yang telah dikumpulkan dan selesai di reduks dan disajikan.

Kesimpulan sudah diperoleh tahap selanjutnya dilakukan verifikasi. Verifikasi dan

simpulan adalah pengecekan kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh

peneliti kemudian catatan dibuat simpulan sementara (Sangidu, 2004:74).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

22

5. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

maupun praktis. Demikian pula dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan secara teoretis dapat memperkaya khasanah

kajian puisi Jawa modern atau geguritan terutama melalui sudut pandang semiotika

Riffaterre dengan struktur analisis strata norma puisi Roman Ingarden. Selain itu

dapat menambah wawasan dan teori tentang analisis terhadap sastra Jawa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan secara praktis dapat menambah referensi

penelitian karya sastra Jawa dan menambah wawasan kepada pembaca tentang

religius dan spiritual yang ada dalam geguritan karya J.F.X. Hoery. Selain itu, data

yang ada dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian sejenis maupun

penelitian selanjutnya.

G. Sistematika Penulisan

Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas antar bab, maka dibawah ini

akan disampaikan sistematika penulisan penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN yang mencakup Latar belakang Masalah, Perumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan Masalah, Manfaat Penelitian, dan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · 2. Strata Norma Roman Ingarden Teori struktural berdasarkan teori Roman Ingarden meliputi struktur lapis makna (lapis bunyi, lapis arti,

23

Sistematika Penulisan. Landasan Teori yang meliputi Pengertian Struktural, Strata

Norma Roman Ingarden, Pengertian Religius, dan Pengertian Puisi dan Geguritan.

Metode Penelitian yang meliputi Meliputi Bentuk Penelitian, Sumber Data dan Data,

teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data

BAB IIPEMBAHASANyang meliputi deskripsi struktur geguritan dalam sembilan

geguritan karya J.F.X. Hoery berdasarkan strata norma puisi Roman Ingarden.

Deskripsi aspek religius yang terkandung dalam sembilan belas teks geguritan karya

J.F.X. Hoery berdasarkan struktural. Deskripsi nilai religius yang terkandung dalam

sembilan belas teks geguritan karya J.F.X. Hoery bagi kepercayaan masyarakat

BAB III PENUTUP yang meliputi Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN