BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Bahasa Jawa bukan hanya sebagai kebanggaan orang Jawa saja,...

49
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu dengan daya guna yang relatif cukup tinggi, termasuk di dalamnya penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. 1 Manusia memerlukan sarana dalam mengungkapkan ide, gagasan, maksud, isi, pikiran, perasaan, dan sebagainya. Sarana utama dalam memenuhi keperluan keperluan tersebut adalah bahasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam berinteraksi. Bahasa Jawa misalnya merupakan salah satu bahasa yang masih eksis sampai saat ini. Bahasa jawa adalah budaya warisan luhur yang sudah berumur lebih dari 12 abad. Bahasa Jawa bukan hanya sebagai kebanggaan orang Jawa saja, tetapi juga merupakan kebanggaan bangsa Indonesia. Bahasa Jawa bukan semata-mata sebagai alat komunikasi saja, tetapi dalam bahasa Jawa terkandung nilai-nilai budaya tinggi. Salah satu nilai dalam bahasa adalah nilai kesantunan. Bahasa Jawa Krama menunjukkan 1 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab ( Malang : UIN Maliki Press,2010 ),52

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang · Bahasa Jawa bukan hanya sebagai kebanggaan orang Jawa saja,...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sesuai dengan kodrat yang dimiliki oleh manusia, maka pada diri manusia

    tumbuh suatu kecenderungan untuk selalu menggunakan segala sesuatu

    dengan daya guna yang relatif cukup tinggi, termasuk di dalamnya

    penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.1 Manusia memerlukan sarana

    dalam mengungkapkan ide, gagasan, maksud, isi, pikiran, perasaan, dan

    sebagainya. Sarana utama dalam memenuhi keperluan – keperluan tersebut

    adalah bahasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa merupakan alat

    komunikasi utama dalam berinteraksi.

    Bahasa Jawa misalnya merupakan salah satu bahasa yang masih eksis

    sampai saat ini. Bahasa jawa adalah budaya warisan luhur yang sudah

    berumur lebih dari 12 abad. Bahasa Jawa bukan hanya sebagai kebanggaan

    orang Jawa saja, tetapi juga merupakan kebanggaan bangsa Indonesia.

    Bahasa Jawa bukan semata-mata sebagai alat komunikasi saja, tetapi

    dalam bahasa Jawa terkandung nilai-nilai budaya tinggi. Salah satu nilai

    dalam bahasa adalah nilai kesantunan. Bahasa Jawa Krama menunjukkan

    1 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab ( Malang : UIN – Maliki Press,2010 ),52

  • 2

    kesopanan kepada lawan sapa serta untuk menyatakan rasa hormat kepada

    orang lain.2

    Sehubungan dengan ini, berbicara bahasa Jawa Krama menjadi salah satu

    problematika di kelas III-B SDN Tapelan. Siswa – siswi SDN Tapelan belum

    menerapkan bahasa Jawa Krama dalam kehidupan sehari – hari. Mereka

    masih menggunakan bahasa Jawa kasar dalam komunikasi dengan teman,

    guru, orang lain, bahkan kepada orang tuanya. Pelajaran bahasa Jawa di SDN

    Tapelan sudah di terapkan. Peserta didik kelas III-B mendapatkan pelajaran

    bahasa Jawa sekali dalam satu minggu. Bahasa Jawa ini masuk ke dalam

    pelajaran muatan lokal.

    SDN Tapelan Madiun adalah Sekolah Dasar Negeri satu – satunya di desa

    Tapelan. Mayoritas peserta didik SDN Tapelan berasal dari warga Tapelan

    sendiri. Materi bahasa Jawa Krama untuk SDN Tapelan ini kurang ada

    pengkhususan materi. Bahkan masih banyak siswa siswi yang kurang

    memahami materi bahasa Jawa Krama, sehingga dalam penerapan hubungan

    komunikasi dalam sehari – hari juga mengalami kesulitan. Beberapa hal yang

    menjadi penyebab menurunnya kemampuan berbicara Jawa Krama siswa

    adalah pengaruh arus modernisasi, tuntutan penggunaan bahasa nasional

    maupun bahasa internasional, lingkungan pergaulan siswa baik dalam

    keluarga, sekolah, maupun masyarakat kurang mendukung, dan pembelajaran

    bahasa di sekolah belum maksimal.

    2 Soenarjati Djajanegara, Morfologi Kaidah Bahasa Jawa (Jakarta : Anggota IKAPI,1982 ),313

  • 3

    Salah satu bukti adalah kemampuan berbahasa Jawa Krama di SDN

    Tapelan. Sebagian besar siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam

    aspek kemampuan berbicara Jawa Krama. Hal ini di dapat dengan cara tes

    lisan yang dilaksanakan guru terhadap siswa. Alhasil 72% siswa belum

    mampu berbicara Krama sesuai dengan standar ketuntasan belajar. Hanya 5

    siswa dari 18 siswa yang mendapatkan nilai di atas standar ketuntasan belajar

    yaitu 70. Siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan unggah – ungguh

    bahasa Jawa Krama secara tepat baik kepada orang yang lebih tua maupun

    kepada teman sejawatnya.3

    Berdasarkan analisis di atas bahasa Jawa Krama sangatlah penting untuk

    berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu usaha yang dapat di lakukan oleh

    seorang guru dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa Krama

    adalah guru yang berperan dalam pelajaran bahasa Jawa memperhatikan

    stategi dan metode pembelajarannya sehingga dapat melibatkan peserta didik

    aktif. Metode yang digunakan adalah metode Audiolingual.

    Audiolingual method atau metode Audiolingual adalah suatu metode yang

    mengutamakan drill (pengulangan).4 Sebagai implikasinya metode ini

    menekankan penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari

    dengan memulainya dari sistem bunyi (fonologi), kemudian sistem

    3 Wawancara dengan ibu Sunarsih wali kelas III-B pada tanggal 15 Maret 2014

    4 Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra (Surabaya : SIC,2004),17

  • 4

    pembentukan kata (morfologi), dan sistem pembentukan kalimat (sintaksis).5

    Maka bahasa tujuan diajarkan dengan mencurahkan perhatian pada lafal kata,

    dan pada latihan berkali – kali (drill) secara intensif. Bahkan drill inilah yang

    biasanya dijadikan teknik utama dalam proses belajar mengajar. Drill adalah

    latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontiyu untuk

    mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang

    dipelajari.

    Pemilihan metode Audiolingual dalam peningkatan berbicara bahasa Jawa

    karena kecenderungan siswa masih terpola untuk bermain karena metode ini

    cocok bagi gaya pembelajaran kinestetis. Hal ini juga menekankan pada siswa

    dan guru agar tidak terpacu pada buku LKS. Siswa lebih cepat memahami

    suatu materi dengan cara permainan daripada penjelasan dari guru. Sehingga

    dengan metode Audiolingual sangat membantu siswa dalam belajar. Beberapa

    alasan penggunaan metode pembelajaran Audiolingual, diantaranya: (1)

    metode Audiolingual adalah metode yang mendahulukan kecakapan berbicara

    dan mendengar daripada kecakapan baca - tulis, (2) peserta didik mempunyai

    lafal yang baik dan benar, (3) diharapkan dengan metode ini minat dalam

    belajar akan meningkat.

    Dengan menggunakan metode Audiolingual, diharapkan peserta didik

    dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari dengan membiasakan

    5 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya,2011),184

  • 5

    peserta didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa

    Krama khususnya kepada orang tua. Pembelajaran yang langsung melibatkan

    peserta didik aktif akan lebih bermakna dan lebih bermanfaat dalam

    implementasinya dalam kehidupan nyata peserta didik. Oleh karena itu,

    keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama siswa SD/MI kelas III harus

    segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap digunakan

    sebagai bahasa ibu dikalangan para siswa itu sendiri.

    Berdasarkan situasi tersebut, dilakukan penelitian untuk mengembangkan

    strategi pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara

    bahasa Jawa Krama bagi siswa kelas III-B SDN Tapelan, untuk mencapai

    tujuan tersebut penelitian dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK).

    Berdasarkan uraian diatas, judul yang diambil oleh peneliti dalam

    penelitian ini adalah Peningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa

    Krama Dengan Metode Audiolingual untuk Siswa Kelas III-B SDN

    Tapelan Madiun

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana penerapan metode Audiolingual dalam meningkatkan

    keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama siswa kelas III-B SDN

    Tapelan Madiun ?

  • 6

    2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama

    menggunakan metode Audiolingual siswa kelas III-B SDN Tapelan

    Madiun ?

    C. Tindakan Yang Dipilih

    Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam

    pembelajaran bahasa Jawa Krama yaitu dengan menggunakan metode

    Audiolingual. Metode Audiolingual diharapkan dapat meningkatkan

    kemampuan berbicara bahasa Jawa Krama sehingga bisa meningkatkan

    prestasi belajar siswa kelas III-B SD Tapelan Madiun dalam mata pelajaran

    bahasa Jawa. Tindakan atau solusi tersebut sangat menarik peserta didik yang

    pada dasarnya masih senang untuk bermain, dari kegemaran tersebut dapat

    dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    D. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui penerapan metode Audiolingual dalam meningkatkan

    keterampilan berbicara Jawa Krama siswa kelas III-B SDN Tapelan

    Madiun.

    2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa

    Krama menggunakan metode Audiolingual siswa kelas III-B SDN

    Tapelan Madiun.

    E. Lingkup Penelitian

  • 7

    a. Subjek penelitian diambil pada salah satu kelas yang heterogen dikelas III-

    B SDN Tapelan Madiun

    b. Materi yang dipakai pada penerapan metode pembelajaran Audiolingual

    ini hanya terbatas pada materi pokok berbicara bahasa Jawa Krama.

    F. Definisi Operasional

    Judul Penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul:

    “Peningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan Bahasa Jawa Krama

    Dengan Metode Audiolingual di Kelas III-B SDN Tapelan Madiun”.

    1. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama adalah suatu keterampilan

    atau kemampuan mengucapkan kata – kata atau kalimat dengan

    menggunakan bahasa Jawa Krama (bahasa halus) dengan intonasi dan

    pelafalan yang tepat yang biasa digunakan oleh masyarakat jawa sebagai

    budaya warisan luhur orang jawa.

    Keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama juga merupakan

    keterampilan berbicara dengan memperhatikan kaidah – kaidah bahasa

    untuk menyampaikan informasi atau bertukar fikiran kepada orang lain

    dengan memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara, hal ini disebut

    dengan unggah ungguhing basa.

    2. Metode Audiolingual adalah hasil perpaduan antara lingistik struktural

    dengan psikologi behavioris yang memandang proses pembelajaran dari

    sudut conditioning. Metode Audiolingual adalah sebuah metode

  • 8

    pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa

    khususnya dalam aspek berbicara. Metode ini menekankan cara pelafalan

    kata dan kegiatan akhir adalah dramatisasi atau bermain peran agar

    pembelajaran mereka bersifat kontekstual.

    G. Signifikansi Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Manfaat Teoritis

    Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi

    penelitian penulisan karya selanjutnya. Hasil penelitian yang akan dibahas

    dapat menjadi gambaran secara konseptual yang memberikan alternatif

    dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan

    menyenangkan sehingga dapat meningkatan hasil belajar siswa terhadap

    materi pembelajaran yang diajarkan.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi siswa

    Siswa diharapkan mampu berbicara bahasa Jawa Krama dengan

    baik dan benar agar bisa menjadi siswa yang berkarakter Jawa dan

    membentuk kepribadian siswa yang sopan santun.

    b. Bagi guru

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan inspirasi guru

    dalam upaya peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama

  • 9

    siswa kelas III-B agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Selain

    itu dapat lebih melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran.

    c. Bagi sekolah

    1. Memberikan ide baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

    pengajaran di sekolah.

    2. Meningkatkan kredibilitas dan kualitas sekolah

    d. Bagi Masyarakat

    Dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

    kualitas satuan pendidikan yang melakukan penelitian tindakan kelas.

    H. Sistematika Pembahasan

    Sistematika pembahasan skripsi ini dimaksudkan sebagai suatu cara yang

    ditempuh untuk menyusun suatu karya tulis, sehingga masalah yang ada

    didalamnya menjadi jelas, teratur, urut, sistematis, dan mudah dipahami.

    Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini memberikan gambaran global tentang materi skripsi yang

    meliputi: Latar belakang, Rumusan masalah, Tindakan yang dipilih, Tujuan

    Penelitian, Lingkup Penelitian, Signifikansi Penelitian, Definisi Operasional,

    dan Sistematika Pembahasan.

    BAB II : LANDASAN TEORI

  • 10

    Kajian teori meliputi: (A) keterampilan berbicara menggunakan bahasa

    Jawa, (1) hakikat berbicara, (2) tujuan berbicara, (3) jenis – jenis berbicara,

    (4) indikator keberhasilan keterampilan berbicara, (5) hakikat keterampilan

    berbicara, (6) keterampilan berbicara bahasa Jawa Krama (B) metode

    Audiolingual (1) pengertian metode Audiolingual, (2) kelebihan dan

    kekurangan metode Audiolingual, (3) Penerapan metode Audiolingual.

    BAB III : PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    Metode penelitian ini meliputi: Metode penelitian, Setting penelitian,

    Variabel yang diselidiki, Rencana tindakan, Data dan Pengumpulannya,

    Indikator kinerja, Tim peneliti dan tugasnya.

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Membahas tentang hasil penelitian, yang meliputi : Gambaran umum

    SDN Tapelan Madiun, letak Geografis SDN Tapelan Madiun, keadaan guru,

    karyawan, dan siswa

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan yang ada. Isi

    bab ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diberikan

    penulis.

  • 11

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Tinjauan Tentang Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa

    1. Hakikat Berbicara

    Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara merupakan

    kegiatan komunikasi lisan. Menyimak adalah kegiatan memahami

    pesan, sedangkan berbicara merupakan kegiatan menyampaikan pesan

    melalui bahasa lisan. Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia

    yang paling penting bagi control social karena berbicara merupakan

    suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor – faktor

    fisik, psikologis, neurologis, dan linguistik secara luas. Tingkat

    kemampuan berbicara seorang anak tidak hanya ditentukan dengan

    mengukur penguasaan faktor linguistik saja atau faktor psikologis saja,

    tetapi juga mengukur penguasaan semua faktor tersebut secara

    menyeluruh.

    Berbicara merupakan suatu sistem tanda – tanda yang dapat

    didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan

    11

  • 12

    otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam rangka

    memenuhi kebutuhannya.6

    Berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan

    bunyi – bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan

    pikiran, gagasan, perasaan, atau pengalamannya secara lisan.7

    Pengertian lain dikemukakan oleh Tarigan, dkk. (1997:13) bahwa

    berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan dengan

    menggunakan bahasa lisan kepada orang lain. Pesan yang disampaikan

    tidak dalam wujud asli tetapi dalam bentuk bunyi bahasa. Melalui

    bunyi bahasa tersebut, pembicara atau penutur ingin menyampaikan

    suatu pesan kepada mitra tutur atau lawan bicaranya.

    Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, dapat peneliti

    simpulkan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan mengujarkan

    bunyi-bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa ide, gagasan,

    maksud atau perasaan kepada orang lain.

    Berbicara tidak hanya berkaitan dengan masalah pelafalan dan

    intonasi saja, tetapi juga dengan penyusunan kosakata dan kalimat

    sehingga para pendengar memahami isi pembicaraan. Untuk dapat

    6 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya,2011),135-136 7 Yusni Yusuf, Pembelajaran Bahasa Indonesia (Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala Banda

    Aceh,2007),153

  • 13

    berbicara dalam suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai

    masalah yang akan disampaikan dan mampu memahami bahasa lawan

    bicara.

    2. Tujuan Berbicara

    Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi

    merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua

    orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh

    karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara

    harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan.

    Tujuan lain berbicara ialah untuk: (1) memberitahukan sesuatu kepada

    pendengar, (2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, dan (3)

    menghibur pendengar.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara sangat

    berperan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam berinteraksi

    dengan sesama dalam kehidupan sosialnya lebih sering menggunakan

    bahasa lisan dibandingkan dengan komunikasi tulis, yaitu dengan

    berbicara. Komunikasi lisan (berbicara) lebih mudah dan sering

    dipraktekkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

    3. Jenis – jenis berbicara

  • 14

    Aktivitas berbicara sudah terjadi atau belangsung dalam suasana,

    situasi dan lingkungan tertentu, menurut logan, dkk bahwasanya jenis

    berbicara menurut situasi, yaitu :

    1) Jenis – jenis ( kegiatan ) berbicara informal meliputi :

    a) Tukar pengalaman

    b) Percakapan

    c) Menyampaikan cerita

    d) Menyampaikan berita

    e) Menyamaikan pengumuman

    f) Bertelepon dan memberi petunjuk

    2) Jenis – jenis (kegiatan) berbicara formal meliputi :

    a) Ceramah

    b) Perencanaan dan penelitian

    c) Interview

    d) Prosedur parlementer, dan

    e) Bercerita

    4. Indikator Keberhasilan dalam Berbicara

    Sebelum menentukan indikator keberhasilan dalam berbicara,

    berikut adalah karakteristik perkembangan bahasa anak pada usia

    sekolah dasar.

  • 15

    a. Bahasa Anak Sekolah Usia 6 - 8 tahun

    ciri – ciri perkembangan bahasa anak- anak pada usia dan

    tahap perkembangan ini :

    1) Perkembangan bahasa anak-anak berlangsung dan meningkat

    terus, banyak kata-kata baru masuk kedalam perbendaharaan

    kata atau kosakata mereka.

    2) Kebanyakan anak-anak telah menggunakan kalimat - kalimat

    kompleks dengan klausa-klausa adjectival dan kondisional

    yang mulai dengan kalau, jika, seandainya, dan sejenisnya.

    Panjang rata- rata kalimat lisan mereka adalah 7- 8 kata.

    3) Penggunaan akhiran yang kadang – kadang tidak tepat.

    b. Bahasa Anak Sekolah Usia 8 - 10 tahun

    Ciri - ciri bahasa anak- anak sekolah yang berusia antara 8 - 10

    tahun yakni :

    1) Anak - anak mulai menghubungkan konsep-konsep dengan

    ide-ide atau gagasan umum. Mereka menggunakan kata- kata

    penghubung seperti sementara itu, dari pada itu, dan kecuali

    kalau, dsb.

  • 16

    2) Kata penghubung atau kata sambung walaupun, sekalipun

    dipakai secara tepat oleh 50% dari anak- anak. Jumlah rata-

    rata penggunaan kata- kata dalam kalimat adalah 9 kata.

    3) Mampu melakukan percakapan yang panjang mengenai topik –

    topik konkret.8

    c. Bahasa Anak Sekolah 10 - 12 tahun

    Ciri-ciri bahasa anak - anak sekolah usia 10 - 12 tahun yakni:

    1) Anak-anak menggunakan kalimat-kalimat kompleks dengan

    klausa-klausa atau anak-anak kalimat konsesi yang dinyatakan

    dengan penggunaan namun demikian, meskipun demikian,

    meskipun begitu, dsb. Juga seringkali terlihat pemakaian kata

    kerja bantu seperti boleh, mungkin, dapat, bisa, dsb.

    2) Pengetahuan sekitar 50.000 kata.

    3) Munculnya kemampuan melakukan percakapan panjang

    mengenai topik – topik abstrak.

    Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya.

    Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru

    oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan

    penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.

    8 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan (Jakarta :Erlangga,2008),71

  • 17

    Anak yang dikatakan terampil berbicara adalah jika dia berani

    berbicara di depan orang banyak, berbicara dengan kalimat yang

    runtut, pemilihan kata yang tepat, intonasi yang tepat dan juga dalam

    hal bercerita, cerita yang dia ceritakan berdasarkan urutan cerita yang

    runtut.

    Henry Guntur tarigan mengungkapkan bahwasanya bahasa

    mempunyai kompetensi komunikatif, yakni kemampuan untuk

    menerapkan kaidah – kaidah gramatikal suatu bahasa untuk

    membentuk kalimat – kalimat yang benar secara gramatikal dan untuk

    mengetahui apabila dan dimana menggunakan kalimat – kalimat

    tersebut dan keada siapa. Kompetensi komunikatif ini meliputi:

    a) Pengetahuan mengenai tata bahasa dan kosakata bahasa yang

    bersangkutan.

    b) Pengetahuan mengenai kaidah – kaidah berbicara (yaitu

    mengetahui bagaimana memulai dan mengakhiri percakapan –

    percakapan, mengetahui topik – topik apa yang mungkin

    dibicarakan. Dalam berbagai tipe peristiwa bicara, mengetahui

    bentuk – bentuk sapaan yang seharusnya dipakai kepada orang –

    orang, teman kita berbicara dan dalam berbagai situasi).

    c) Mengetahui bagaimana cara menggunakan dan memberi responsi

    terhada berbagai tipe tidak tutur, seperti meminta, memohon,

  • 18

    meminta maaf, mengucapkan terima kasih dan mengundang

    orang.

    d) Mengetahui bagaimana cara menggunakan bahasa secara tepat

    dan memuaskan.

    5. Hakikat Keterampilan Berbicara

    Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan

    mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan

    kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.

    Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan

    persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi

    suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan

    lagu bicara.

    Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk

    berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan

    menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri,

    ketegangan, berat lidah, dan lain – lain.9 Keterampilan berbicara

    mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam

    bentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat betapapun kecilnya, memiliki

    struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan

    sebuah makna

    9 Iskandarwassid, Strategi pembelajaran Bahasa (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011),241

  • 19

    Secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar

    mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa

    yang mereka pelajari. Secara baik dan wajar mengandung arti

    menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara sosial

    dapat diterima. Namun tentu saja untuk mencapai tahap kepandaian

    berkomunikasi diperlukan aktivitas – aktivitas latihan yang memadai

    dan mendukung.10

    6. Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Krama

    Krama adalah salah satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa.

    Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa.

    Pemakaiannya sangat baik untuk berbicara dengan orang yang

    dihormati atau orang yang lebih tua.

    Berbicara krama adalah kemampuan mengungkapkan bunyi –

    bunyi artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan,

    dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan dengan

    menggunakan bahasa Jawa Krama (bahasa jawa halus)

    Berbicara Krama adalah bahasa yang ukurannya berasal dari kata

    – kata Krama atau halus yang digunakan untuk menghormati yang

    lebih tua (basa kang ukurane dumadi saka tembung – tembung krama

    dene gunane kanggo ngurmati wong kang luweh tuwo).

    10

    Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011),136

  • 20

    Bahasa Krama itu masuk kedalam bahasa halus, yaitu digunakan

    untuk orang – orang yang sedang berbicara menggunakan kata – kata

    “kulo” (saya) dan “sampeyan” (kamu). (basa krama iku kelebu basa

    alus, yaiku kanggo wong – wong kang menowo caturan nganggo

    tembung kulo lan sampeyan).

    penulis menyimpulkan indikator keterampilan berbicara bahasa

    Jawa Krama, yakni :

    a. Siswa mampu melafalkan bahasa Jawa Krama dengan baik

    b. Siswa mampu bermain peran sesuai dengan dialog bahasa Jawa

    Krama

    c. Siswa mampu mengubah bahasa Jawa Ngoko menjadi bahasa

    Jawa Krama

    Dari indikator diatas merupakan titik tolak penentu metode yang

    akan digunakan, sehingga metode yang dipilih sesuai indikator yang

    diharapkan. Selain itu indikator berfungsi sebagai acuan dalam

    pembatas bahasan peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam

    bahasan.

    B. Tinjauan tentang Metode Audiolingual

    1. Metode Pembelajaran Bahasa

    Metode Pembelajaran adalah cara – cara atau teknik – teknik

    penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat

  • 21

    menyajikan bahan pelajaran, baik individual atau secara kelompok.11

    Adapun macam – macam metode pembelajaran bahasa adalah :

    a. Metode Ceramah

    Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara

    lisan. Metode ceramah merupakan salah satu cara yang digunakan

    untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.12

    Dalam metode ceramah ini yang mempunyai peran utama adalah

    guru.

    Kelebihan dari metode ceramah adalah

    1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah

    2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas

    3) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh

    karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang

    memberikan ceramah.

    Disamping itu metode ini juga mempunyai beberapa

    kelemahan. Kekurangan dari metode ceramah adalah

    1) Peserta didik cenderung pasif

    2) Cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir

    11

    Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar (Padang: -,2005),52 12

    Mulyono, Strategi Pembelajaran (Malang : UIN-MALIKI PRESS,2012),82

  • 22

    3) Materi yang dapat dikuasai peserta didik sebagai hasil dari

    ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.

    b. Metode Diskusi

    Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua atau lebih individu

    yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka

    mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara

    tukar – menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau

    pemecahan masalah.

    Kelebihan metode diskusi adalah

    1) Dapat merangsang eserta didik untuk lebih kreatif, khususnya

    dalam memberikan gagasan dan ide – ide.

    2) Melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam

    mengatasi setiap permasalahan.

    3) Melatih peserta didik dalam menghargai endapat orang lain.

    Adapun kekurangan metode diskusi adalah

    1) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang – kadang

    tidak sesuai dengan yang direncanakan.

    2) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat

    emosional yang tidak terkontrol.

    3) Kadang – kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga

    kesimpulan menjadi kabur.

    c. Metode Bermain Peran

  • 23

    Metode bermain peran adalah Bermain peran atau Role Playing

    adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui

    pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa

    dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.13

    Kelebihan dari metode bermain peran adalah

    1) Dapat mengembangkan kreativitas peserta didik.

    2) Dapat memupuk keberanian dan percaya diri peserta didik.

    3) Dapat meningkatkan gairah peserta didik dalam proses

    pembelajaran.

    Adapun kekurangan dari metode bermein peran adalah

    1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat

    dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

    2) Pengelolahan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan

    sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi

    terabaikan.

    3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering

    memengaruhi peserta didik dalam melakukan simulasi.

    2. Metode Audiolingual

    1. Pengertian Metode Audiolingual

    13

    Siti Machsunah.2013-2014.Skripsi : Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Bahasa Jawa Krama dengan Metode Pacelathon pada Siswa kelas III di SD Yamastho Surabaya .Skripsi

    tidak diterbitkan. (Surabaya,IAIN SA.2013-2014). Hlm. 6

  • 24

    Metode Audiolingual adalah suatu metode yang banyak

    melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa

    baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain sebagainya yang mana

    diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik bahasa itu

    sendiri. Metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa

    lewat mendengar dan menirukan, juga dimungkinkan penggunaan

    bahasa ibu untuk penjelasannya.

    2. Kelebihan dan kelemahan Metode Audiolingual

    Beberapa kelebihan dari metode ini adalah:14

    a. Siswa menjadi terampil dalam membuat pola – pola kalimat

    yang sudah di – drill.

    b. Siswa mempunyai lafal yang baik atau benar.

    c. Siswa tidak tinggal diam dalam dialog tetapi harus terus

    menerus memberi respon pada rangsangan yang diberikan guru.

    Selain kelebihan-kelebihan tersebut juga terdapat beberapa

    kelemahan metode Audiolingual, di antaranya adalah:

    a. Siswa sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya.

    b. Siswa tidak diberi latihan dalam makna – makna lain dari

    kalimat yang dilatih berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya

    14

    Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011),191

  • 25

    mereka hanya menguasai satu makna atau arti dari suatu

    kalimat dan komunikasi hanya dapat lancar apabila kalimat –

    kalimat yang digunakan diambil dari kalimat – kalimat yang

    sudah dilatihkan di kelas.

    3. Penerapan Metode Audiolingual

    Langkah – langkah penerapan Metode Audiolingual adalah

    a. Penyajian dialog yang dibacakan oleh guru berulang kali,

    sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teksnya.

    b. Peniruan dan penghafalan dialog dengan teknik meniru setiap

    kalimat secara serentak dan menghafalkannya

    c. Penyajian pola – pola kalimat yang terdapat dalam dialog yang

    dianggap sulit karena terdapat struktur atau ungkapan –

    ungkapan yang sulit. Hal ini bisa dikembangkan dengan drill.

    d. Dramatisasi dari dialog yang sudah dilatihkan. Siswa yang

    sudah hafal disuruh mempergunakannya di muka kelas.15

    15

    Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2011),189-190

  • 26

    BAB III

    PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    A. Metode Penelitian

    Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam

    proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya

    dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memeroleh fakta –

    fakta dan prinsip – prinsip dengan sabar, hati – hati dan sistematis untuk

    mewujudkan kebenaran.16

    Jadi, Metode penelitian adalah suatu rancangan

    pendekatan yang digunakan pada saat penelitian untuk mengumpulkan data

    yang akan digunakan sebagai dasar menyusun kesimpulan

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

    (classroom action research). Penelitian tindakan ini menggunakan mixe

    method, yaitu metode campuran, dimana metode deskriptif dan metode

    kuantitatif digunakan bersama-sama dalam sebuah penelitian, sehingga

    menjadi pendekatan deskritif kuantitatif. Lebih tepatnya, rancangan endekatan

    penelitian deskriptif yang berorientasi pada emecahan masalah, karena sesuai

    dengan aplikasi tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau

    dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.

    26

    16

    Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara,2006),24

  • 27

    Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

    mengumpulkan informasi

    mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa

    adanya pada saat penelitian dilakukan. Sedangkan, pendekatan penelitian ini

    juga bersifat kuantitatif, karena hasil pencapaian pembelajaran yang

    diperlukan untuk mengungkap masalah dalam bentuk skor angka data

    kuantitatif yang selanjutnya diolah dan diuji dengan teknik analisis statistika.

    B. Setting Penelitian Dan Karakteristik Subyek Penelitian

    1. Lokasi Sekolah

    Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Tapelan Madiun

    yang beralamatkan di desa Tapelan 02 Balerejo Madiun.

    2. Subyek Penelitian

    Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III-B di SDN

    Tapelan Balerejo Madiun. Banyaknya siswa yang menjadi subyek

    penelitian ini sebanyak 18 siswa dengan jumlah siswa laki – laki 8 siswa

    dan perempuan 10 siswa.

    3. Mata Pelajaran

  • 28

    Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran yang sesuai dengan

    disiplin ilmu, yaitu mata pelajaran bahasa Jawa aspek keterampilan

    berbicara krama

    4. Karakteristik Sekolah

    Sekolah yang peneliti tempati merupakan sekolah yang bertempat di

    desa Tapelan Balerejo Madiun. Sekolah ini masih berada dalam satu

    komplek dengan Paud Tapelan, TK Tapelan dan Balai desa Tapelan.

    5. Karakteristik siswa

    Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara, kondisi siswa kelas

    III-B di SDN Tapelan Madiun, yakni ada beberapa siswa yang kurang

    memahami bahasa jawa Krama. Karakteristik siswa cenderung kinestetik,

    mereka cenderung untuk bermain di dalam kelas, berjalan bahkan

    berpindah – pindah bangku.

    C. Variabel yang diselidiki

    Variable Input : Siswa kelas III-B SDN Tapelan Madiun

    Variable Proses : Metode Audiolingual

    Variable Output : Peningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan

    Bahasa Jawa Krama Dengan Metode Audiolingual di Kelas III-B SDN

    Tapelan Madiun

  • 29

    D. Rencana Tindakan

    Ada empat macam model penelitian tindakan kelas yaitu model kurt

    lewin, model kemmis, dan model kobhin Mc taggart, model john Elliot, dan

    model Dave. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu jenis model

    Penelitian Tindakan Kelas yaitu model penelitian Kurt Lewin.

    1. Model Kurt Lewin

    Konsep pokok penelitian tindakan Kurt Lewin terdiri dari empat

    komponen, yaitu : a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)

    pengamatan (observing), d) refleksi (reflecting).17

    Hubungan keempat

    komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan pada

    diagram berikut

    17

    Hamzah,dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional (Jakarta : Bumi Aksara,2012),86

  • 30

    dst

    Dari berbagai model PTK, penelitian “Peningkatkan Keterampilan

    Berbicara Menggunakan Bahasa Jawa Krama Dengan Metode

    Audiolingual di Kelas III-B SDN Tapelan Madiun” menggunakan model

    Kurt Lewin. Berikut langkah – langkah model Kurt Lewin :

    1. Perencanaan ( Planning ). Pada tahap ini, kegiatan yang harus

    dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Identifikasi

    masalah

    Perencanaan

    (Planning)

    Refleksi

    (reflecting) tindakan

    (acting)

    pengamatan

    (observing) Siklus

    I

    Perencanaan

    ulang Siklus

    II

  • 31

    (RPP); [2] mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang

    diperlukan di kelas; [3] mempersiapkan instrumen untuk merekam dan

    menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

    2. Tindakan (Acting). Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang

    telah dirumuskan dalam RPP dalm situasi yang aktual, yang meliputi

    kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

    3. Pengamatan (Observing). Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah

    [1] mengambil perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;

    [2] memantau kegiatan diskusi/kerja sama dalam kelompok; [3]

    mengamati pemahaman tiap – tiap anak terhadap penguasaan materi

    pembelajaran yang telah dirancang.

    4. Refleksi (Reflecting). Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah [1]

    mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi hasil observasi; [3]

    menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan – kelemahan

    untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya.

    Berikut adalah perencanaan pra siklus ( tindakan sebelum melakukan

    siklus I dan siklus II):

    1. Melakukan kunjungan ke lembaga sekolah terkait.

    2. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.

    3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

  • 32

    4. Menyiapkan instrumen penelitian seperti format observasi guru dan

    siswa.

    5. Membuat materi dan kunci jawaban untuk pelaksanaan pembelajaran

    pada siklus I

    Siklus I

    1. Perencanaan Tindakan

    Perencanaan pada siklus I berdasarkan identifikasi penyebab

    masalah pada pembelajaran pra siklus guru, kegiatan tersebut yaitu:

    a. Menentukan pokok bahasan

    b. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    c. Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar

    dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

    pembelajaran.

    d. Membuat dan menyiapkan dialog yang akan digunakan dalam

    kegiatan pembelajaran.

    e. Menyusun pertanyaan untuk mengetahui kemampuan belajar

    siswa sehingga dapat mengumpulkan data dari hasil tes lisan

    tersebut.

    f. Membuat alat pedoman observasi untuk mengetahui kinerja

    peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari

    pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dijelaskan

  • 33

    dan menetapkan indikator ketercapaian serta menyusun

    instrumen pengumpulan data.

    g. Penyusunan evaluasi belajar peserta didik.

    Perencanaan diatas adalah untuk pemecahan sebuah masalah

    yang terjadi di kelas.

    2. Implementasi Tindakan

    Implementasi tindakan yaitu jabaran tindakan yang akan

    dilaksanakan, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur

    tindakan yang akan ditetapkan.

    Implementasi juga merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari

    skenario pembelajaran yang telah direncanakan, artinya tindakan

    yang dilakukan relevan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) yang telah dibuat.

    Pada siklus I, penerapan metode Audiolingual

    diimplementasikan ada kegiatan inti. Guru membacakan secara

    berkali – kali dialog yang telah dibuatnya dan siswa menyimaknya

    tanpa melihat pada teksnya, kemudian siswa diminta untuk

    mengucapkan setiap kalimat secara serentak. Melakukan tanya jawab

    terhadap kata atau kalimat yang siswa anggap sulit, kemudian guru

    membentuk siswa menjadi 3 kelompok, meminta mereka untuk

    membuat dialog dan melakukan dramatisasi dari dialog tersebut dan

    diperagakan di depan kelas.

  • 34

    3. Observasi

    Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara

    sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,

    baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan

    untuk mencapai tujuan tertentu.18

    Agar mendapatkan data dan hasil

    yang sesuai dalam observasi tersebut, hal – hal yang dapat guru

    adalah

    1. Mengecek teks dialog apakah sesuai digunakan dalam

    pembelajaran.

    2. Mengenalkan terlebih dahulu pembelajaran bahasa jawa Krama

    melalui teks dialog tersebut.

    3. Melaksanakan perbaikan pengajaran sesuai dengan RPP yang

    telah dirancang.

    4. Mengamati proses pembelajaran, memberikan tes kepada peserta

    didik serta menilainya sehingga dapat diketahui hasil kemampuan

    masing – masing siswa. Dari hasil tersebut dapat digunakan untuk

    merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

    4. Refleksi

    Hasil observasi dan evaluasi akan dianalisis dengan kualitatif

    untuk memperoleh gambaran pencapaian masing – masing indikator

    yang telah ditetapkan. Hasil analisis ini dan catatan – catatan

    18

    Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2013),153

  • 35

    deskriptif dari pengamat selama Proses Belajar Mengajar (PBM)

    akan direfleksi secara bersama antara guru dan dosen. Selama

    kegiatan refleksi didiskusikan kelebihan dan kekurangannya dalam

    melaksanakan tindakan.

    Siklus II

    1. Rencana Tindakan

    Perencanaan pada siklus II merupakan perbaikan berdasarkan

    identifikasi masalah pada embelajaran siklus I, kegiatan dalam siklus

    II yaitu :

    a. Menentukan pokok bahasan

    b. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    c. Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar

    dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

    pembelajaran.

    d. Membuat alat pedoman observasi untuk mengetahui kinerja

    peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari

    pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dijelaskan

    dan menetapkan indikator ketercapaian serta menyusun

    instrumen pengumpulan data.

    e. Penyusunan evaluasi belajar peserta didik.

  • 36

    Perencanaan diatas adalah untuk pemecahan sebuah masalah

    yang terjadi di kelas.

    2. Implementasi tindakan

    a. Guru memberikan salam kepada siswa

    b. Siswa berbicara bahasa Jawa Krama selama mata pelajaran

    bahasa Jawa berlangsung.

    c. Kegiatan inti : Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok.

    Masing – masing kelompok diberi gambar tentang suatu

    kegiatan. Tugas masing – masing kelompok adalah membuat

    dialog bahasa jawa Krama sesuai dengan kegiatan yang ada pada

    gambar. Kemudian masing – masing kelompok memperagakan

    dialog di depan kelas.

    d. Guru memberi pertanyaan kemudian siswa menjawab secara

    lisan tentang materi menyalin bahasa Jawa ngoko kedalam

    bahasa Jawa Krama.

    3. Observasi

    Peneliti kembali di siklus II, untuk meneliti apakah ada

    peningkatan keterampilan berbicara bahasa jawa Krama ketika ada

    pergantian metode.

    4. Refleksi

  • 37

    Keberhasilan dari observasi dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi

    peserta didik yang dapat memperoleh nilai diatas KKM (Ketentuan

    Ketuntasan Minimal). KKM (Ketentuan Ketuntasan Minimal) pada

    mata pelajaran bahasa Jawa adalah 70.

    E. Data dan Cara Pengumpulannya

    1. Jenis Data dan Sumber Data

    a. Jenis Data

    1. Data Kualitatif

    Data kualitatif dalam penelitian ini adalah :

    a. Mata pelajaran bahasa Jawa adalah materi yang diajarkan

    dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas

    b. Teks dialog disampaikan ketika pelaksanaan tindakan kelas

    c. Keadaan siswa ketika pelaksanaan pembelajaran dikelas

    d. Keadaan guru ketika pelaksanaan pembelajaran

    2. Data kuantitatif

    Data kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dan

    dihitung secara langsung atau data yang berupa angka.

    Dalam penelitian ini data kuantitatif berupa data nilai siswa

    pada setiap siklus, nilai standart KKM, dan nilai peningkatan hasil

    belajar siswa.

  • 38

    b. Sumber data dalam PTK ini adalah :

    1. Siswa

    Untuk mendapatkan data selama kegiatan belajar mengajar.

    2. Guru

    Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode

    Audiolingual terhadap kegiatan proses belajar.

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap

    sebagai berikut :

    1. Teknik Observasi

    Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek

    dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam observasi

    melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal

    sebagai observer dan obyek yang diobservasi yang dikenal sebagai

    observee.

    Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

    peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala –

    gejala alam dan bila responden yang diamati terlalu besar.

    Teknik observasi pada tahap pertama sebelum disusunnya rencana

    atau judul penentuan. Dengan observasi dapat diketahui langsung

    gambaran yang utuh tentang pelaksanaan metode pengajaran bahasa

    Jawa di SDN Tapelan Madiun, kemampuan guru dalam mengelola

  • 39

    kelas dan aktifitas selama proses pembelajaran dengan metode

    Audiolingual. Pada metode ini observer mengamati langkah – langkah

    yang dilakukan guru, pengelolaan guru terhadap kelas, dan termasuk

    pengelolahan waktu. Sebelum melakukan observasi, peneliti harus

    mempersiapkan instrumen penelitian, instrumen observasi penelitian

    tindakan ini memuat indikator yang diharapkan dapat menggambarkan

    keberhasilan dan kekurangan keseluruhan tindakan dalam upaya

    meningkatkan kemampuan berbicara menggunakan bahasa Jawa

    Krama dengan metode Audiolingual.

    2. Dokumentasi

    Dokumentasi berasal dari kata dokumen, artinya barang – barang

    tertulis. Dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan

    mencatat data – data yang sudah ada. Teknik dokumentasi dalam

    penelitian ini meliputi jumlah guru, jumlah siswa, daftar nilai siswa

    dalam materi bahasa jawa, dan foto – foto selama proses penelitian

    tindakan kelas berlangsung.

    Dalam dokumentasi ini, peneliti menggunakan foto nilai hasil

    belajar siswa, serta data – data tabel lembaga sekolah SDN Tapelan

    Madiun.

    3. Penilaian unjuk kerja

    Penilaian unjuk kerja yang digunakan untuk menilai hasil unjuk

    kerja siswa. Penilaian ini didasarkan atas keterampilan peserta didik

  • 40

    dalam berbicara menggunakan bahasa Jawa Krama pada saat bermain

    peran dengan masing – masing kelompoknya.

    Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukaan dengan

    mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Unjuk

    kerja yang dapat diamati seperti : bermain peran, memainkan alat

    musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan

    laboratorium, dan lain – lain.19

    Ciri – ciri penilaian unjuk kerja adalah

    :

    1. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya

    dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu

    aktifitas (perbuatan).

    2. Performance Assessment lebih penting daripada produknya.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal – hal

    sebagai berikut :

    1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

    menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai

    19

    Hamzah B.Uno, Assessment Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara,2012),19

  • 41

    satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan

    dijabarkan dalam silabus.

    2. Lembar Observasi Siswa

    Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap

    perkembangan siswa menegenai keterampilan berbicara yang menjadi

    patokan dalam pengukuran tingkat kecerdasan bahasa siswa. Berikut

    adalah lembar observasi siswa :

    Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa

    No Indikator / Aspek Yang Diamati

    Pengamat

    Skor Skor Penilaian

    1 2 3

    1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang

    diberikan oleh guru.

    2. Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran

    disampaikan.

    3. Siswa memusatkan perhatian pada materi

    pembelajaran yang dipelajari.

    4. Siswa antusias ketika diperkenalkan dan

    dijelaskan oleh guru tentang bahasa jawa

    Krama

    5. Siswa aktif mengikuti setiap kosakata yang

    diucapkan guru

    6. Siswa mengerjakan dengan tertib lembar kerja

    kelompok.

    7. siswa mendramatisasi dialog bahasa Jawa

    Krama di depan kelas

    8. Siswa memberi tanggapan saat guru mengecek

    pemahaman.

    9. Siswa mengerjakan dengan tertip saat

    dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan

    oleh guru.

    10. Siswa merespon kesimpulan materi

  • 42

    pembelajaran yang disampaikan guru.

    3. Lembar Observasi Guru

    Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari

    proses pembelajaran yang dilakukan guru. Penguasaan terhadap metode

    yang dipakai serta penguasaan khas dalam menerapkan metode. Berikut

    adalah lembar observasi Guru.

    Lembar Pengamatan Aktifitas Guru

    NO Indikator yang diamati

    Skor

    1 2 3 4 5

    I MATERI PEMBELAJARAN

    1. Gagasan utama materi jelas dan spesifik

    2. Tersedia beragam variasi untuk mendukung informasi

    3. Relevansi dengan pokok bahasan jelas

    4. Diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi (aplikasi,

    analisis, sintesis, evaluasi)

    5. Guru menghubungkan gagasan-gagasan dengan pengetahuan

    awal siswa

    6. Definisi-definisi diberikan sebagai kosakata

    II ORGANISASI PEMBELAJARAN

    1. Pengantar yang diberikan menarik perhatian siswa

    2. Pada pengantar diberikan organisasi langkah-langkah

  • 43

    kegiatan pembelajaran

    3. Rencana kegiatan pembelajaran terorganisasi dengan baik

    4. Kesimpulan benar-benar merujuk pada gagasan utama

    pembelajaran

    5. Dilakukan review dengan menghubungkannya materi dengan

    pembelajaran sebelumnya

    III PENGUASAAN MATERI

    1. Kelancaran menjelaskan materi

    2. Kemampuan menjawab pertanyaan siswa

    3. Keragaman pemberian contoh

    IV PENERAPAN METODE

    1. Ketepatan pemilihan metode sesuai materi

    2. Kesesuaian urutan sintaks dengan metode yang digunakan

    3. Mudah di ikuti siswa

    IV PENGGUNAAAN MEDIA

    1. Ketepatan pemilihan media dengan materi

    2. Keterampilan menggunakan media

    3

    .

    Media memperjelas materi

    V PERFORMANCE

    1. Kejelasan suara yang diucapkan

  • 44

    G. Analisis Data

    Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Analisis data kualitatif dan kuantitatif

    Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang

    menerapkan metode Audiolingual dianalisis dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data secara kualitatif dan kuantitatif

    2. Kekomunikatifan guru dengan siswa

    3

    .

    Keluwesan sikap guru dengan siswa

    4

    .

    Guru berbicara tidak terlalu cepat / lambat

    5

    .

    Volume suara cukup untuk di dengar seluruh siswa

    6

    .

    Melakukan kontak pandang dengan siswa

    VI PEMBERIAN MOTIVASI

    1. Keantusiasan guru dalam mengajar

    2. Kepedulian guru terhadap siswa

    3. Ketepatan pemberian reward dan punishman

  • 45

    yakni berupa penilaian kemampuan siswa baik dalam bentuk data angka

    maupun data deskriptif.

    2. Analisis data aktifitas guru dan siswa

    a. Guru

    Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran

    yang menerapkan metode pembelajaran Audiolingual dianalisis

    dengan pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

    P = F/N x 100%

    Keterangan :

    P = Angka presentase

    F = Jumlah skor dalam tahapan

    N = Jumlah skor ideal tahapan kegiatan pembelajaran tiap siklus

    Jumlah masing – masing tahapan dalam pembelajaran yang

    mampu dilakukan guru diberikan kriteria penilaian dengan skor 1

    (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (baik), 4 (sangat baik).

  • 46

    Tabel I

    Tingkat Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran

    Tingkat Keberhasilan Kriteria

    >90% Sangat baik

    80-89% Baik

    60 – 79 % Cukup

    40 – 59 % Kurang

  • 47

    Analisis data adalah proses pelaksanaan dan pengaturan secara

    sistematik, transkip, observatif, catatan, lapangan, dan bahan – bahan

    tersebut agar dapat dipresentasikan temuan – temuannya kepada orang

    lain. Dalam hal ini kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam

    berbicara bahasa Jawa Krama dari seluruh jumlah siswa di kelas dengan

    jumlah skor nilai rata – rata.

    Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi

    dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata – rata.

    Nilai rata – rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

    X =

    Keterangan :

    X = Nilai rata – rata

    = Jumlah semua nilai siswa

    N = Jumlah siswa

    H. Indikator Kinerja

    Dengan melihat latar belakang permasalahan dan untuk meningkatkan

    kemampuan berbicara bahasa Jawa Krama pokok bahasan bahasa Jawa

    Krama dengan menggunakan metode Audiolingual. Maka diperlukan

    indikator sebagai berikut :

    1. Siswa

  • 48

    a. Siswa mampu bercakap – cakap menggunakan bahasa yang santun

    (bahasa Jawa Krama) dengan menggunakan metode Audiolingual

    dengan skor minimal 70, dan kelas disebut tuntas secara klasikal jika

    kelas tersebut mencapai 13 peserta didik yang telah mencapai nilai

    lebih dari sama dengan 70.

    b. Respon siswa dalam kategori baik (72%) berdasarkan hasil tes

    individu atau tes kelompok.

    Hasil diatas termasuk kedalam penilaian untuk ketuntasan belajar,

    yaitu : secara perorangan dan secara klasikal. Penerapan model

    pembelajaran metode Audiolingual dikatakan berhasil dalam

    meningkatkan keterampilan berbicara siswa jika siswa memenuhi

    ketuntasan belajar yaitu masuk dalam kategori baik atau minimal 70.

    Sedangkan ketuntasan klasikal terpenuhi jika presentasi ketuntasan

    belajar secara klasikal mencapai minimal 70 atau mencapai 72% artinya

    minimal 13 siswa telah masuk dalam kategori baik.

    Analisis ini dilakukan pada tahapan refleksi. Hasil analisis ini

    digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut

    dalam siklus berikutnya. Hasil analisis ini juga dijadikan sebagai bahan

    refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran, bahkan dijadikan

  • 49

    sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang

    tepat.

    2. Guru

    Observasi sama dengan hasil observasi kemampuan guru sebesar 80%

    I. Tim Peneliti dan tugasnya

    1. Peneliti :

    a. Nama : Mira Rodhiyah

    b. NIM : D77211072

    c. Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / PGMI

    d. Tugas

    1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan

    penelitian.

    2. Menyusun RPP, format observasi, dan instrumen penelitian

    3. Terlibat dalam semua jenis kegiatan

    2. Guru kelas

    a. Nama : Ibu Sunarsih S.pd

    b. Jabatan : Guru kelas III-B

    c. Tugas

    1. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan.