Bab I. Pendahuluan
-
Upload
samun-ismaya -
Category
Documents
-
view
190 -
download
2
description
Transcript of Bab I. Pendahuluan
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN ISLAM
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh
para pemeluknya melainkan kata Islam pada kenyataannya dicantumkan
dalam Quran, yaitu:
1. Wa radhitu lakum al-Islama dinan artinya Dan Allah mengakui
bagimu Islam sebagai Agama.1
2. Inna ddina inda ilahi al Islam artinya Sesungguhnya agama disisi
Allah adalah Islam.2
Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama
Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama
hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut. Penyebutan Islam
dengan Muhammadanisme, Mohammedan Law, Muhammadaansch Recht
atau sejenisnya tidak tepat dan dapat membawa kekeliruan arti, karena
islam ialah wahyu dari Allah bukan ciptaan Muhammad.3
Menurut kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan
dengan istilah lain selain Islam. Peristilahan ini timbul karena pada
umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada nama
pendirinya. Di Persia ada agama Zoroaster yang disandarkan pada nama
pendirinya, Zarathustra (Wafat 583 SM). Agama Budha dinisbahkan pada
tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha (Lahir 560 SM) juga agama
Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews) yang berasal
dari Negara Juda (Jedea) atau Yahuda. Penyebutan islam dengan nama
lain sangat lah keliru dan merupakan kesalahan besar karena
mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan
terhadap Muhammad. Islam merupakan agama wahyu yang bersumber
dari Allah swt bukan berasal dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi
1 Lebih lanjut lihat Quran S (3). Al Ma-idah ayat 3. Pada hakekatnya harus dibedakan antara pemahanan istilah Agama dengan Dinul Islam, dimana manusia diharapkan bisa melanjutkan tugas Allah sebagai kalifah di muka bumi sesuai dengan kodrat dan iradatNya.2 Lebih lanjut lihat Quran S (5). Al-Imran ayat 19.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
2
Nabi Muhammad diakui sebagai orang yang diutus untuk menyampaikan
wahyu kepada seluruh umat manusia. Keterlibatan Nabi dalam dalam
memberikan keterangan, penjelasan, uraian dan tata cara ibadah tidak
terlepas dari bimbingan wahyu illahi.
Ada beberapa pengertian Islam, yaitu:
1. Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
2. Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri
dan kepatuhan.
3. Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu
berasal dari kata kerja. Kata kerja asalnya ialah:4
a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia
dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan
kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan.
Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud
menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan
tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada
artinya.
b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan
yaitu menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain
baik dari kata-kata maupun perbuatannya.
c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan
mengamankan diri sendiri
4. Menurut Prof. Muhammad Adnan, arti kata Islam ialah:
a. Islam jika diambil dari urutan asal kata SALIMA, artinya selamat.
b. Islam jika diambil dari urutan asal kata SALI, artinya damai,
rukun, bersatu.
c. Islam jika diambil dari urutan asal kata ISTASLAMA, artinya
tunduk, dan taat kepada perintah Allah dengan memakai dasar
petunjuk-petunjuk serta bimbingan ajaran Rasul Muhammad SAW.
3 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 5.4 Sumiyati, 1981, Asas-asas Hukum Islam, Shinta Yogyakarta, Hal. 7-8.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
3
d. Islam jika diambil dari urutan asal kata ISTLASAMA, artinya tulus
dan ikhlas.
e. Islam jika diambil dari urutan asal kata SULLAMI, artinya tangga
untuk mencapai keluhuran derajat lahir dan batin.
Pengertian Islam dalam dilihat dari dua sudut pandang:
1. Aspek bahasa (etimologi)
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai.
Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama
yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab
itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt
disebut sebagai orang Muslim. Dari uraian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa kata Islam mengandung arti patuh, taat, dan
berserah diri kepada Allah swt dalam upaya mencari
keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Hal
ini dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan
paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari
fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan
menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.
2. Aspek Istilah
Dari segi istilah Islam adalah nama agama yang berasal dari
Allah swt. Nama Islam berbeda dengan nama agama-agama lain
yang tidak memiliki hubungan dengan orang tertentu, golongan
tertentu, atau negeri tertentu. Nama Islam merupakan
pemberian Allah yang bias dilihat dari petunjuk ayat-ayat
Quran yang diturunkan_Nya.
Selanjutnya dilihat dari misi ajarannya, Islam adalah agama
sepanjang sejarah manusia. Agama islam merupakan agama para
nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah swt pada berbagai
kelompok manusia dan bangsa yang ada di dunia. Hal ini dapat
dilihat dalam Al-Quran (Ali imran 3:19,85)
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
4
Sesungguhnya agama disisi Allah (hanyalah) Islam
Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka
selaki-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya.
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, barang siapa beriman kepada
Allah, hari kemudian dan beramal saleh mereka akan menerima
pahala disisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan bagi mereka, dan
tidak (pula) mereka berduka cita. (Al Baqarah 2:62)
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
adanya 3 aspek, yaitu:
1. Aspek vertikal
Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia
dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada
Allah.
2. Aspek horisontal
Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan,
menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
3. Aspek batiniah
Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya
dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan
rohani dan mental.
Hukum-hukum Tuhan di dunia Barat disebut dengan istilah natural
law atau hukum alam.5 Di dalam ajaran Islam apa yang disebut dengan
natural law di dunia barat itu dinamakan sunnatullah. Sunnatulah adalah
ketentuan atau hukum-hukum Allah yang berlaku untuk alam semesta.
Di dalam Islam tidak mengenal konsep sekuler. Islam mengajarkan
suatu jalan hidup yang menyeluruh, yang tidak mengecualikan apa pun
juga.6 Sekularisme merupakan nama dari suatu sistem etika dan filsafat
5 Nasr, 1981, Islam dalam Cita dan Fakta, Leppenas, Jakarta, Hal. 19.6 Ibid., Hal 14.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
5
yang bertujuan untuk memberi interpretasi atau pengaturan terhadap
kehidupan manusia tanpa kepercayaan kepada Tuhan, tidak mempercayai
kitab-kitab suci dan tidak percaya pada haris akhir atau kiamat.7
Sekularisasi ialah proses pembebasan manusia, pertama dari agama
dan kedua dari metafisika yaitu ilmu yang mempelajari berbagai masalah
fundamental tentang pengetahuan dan kenyataan, diantaranya adalah
masalah eksistensi sesuatu yang disebut ketuhanan.8 Ini berarti bahwa
sekulerisme ialah faham atau aliran dalam filsafat yang secara sadar
menolak peranan Tuhan dan wahyu atau agama dalam mengatur hidup
dan kehidupan manusia dan memusatkan perhatian semata-mata pada
masalah dunia.9
Bentuk sekulerisasi sekarang ada dua, yaitu:
a. Secara formal masih tetap mengakui adanya Tuhan, tetapi Hukum-
hukum Tuhan atau moral yang berasal dari agama tidak boleh
dipergunakan untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia dan
masyarakat. Yang dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat hanyalah akal manusia.
b. Faham yang mengingkari adanya Tuhan. Kalau Tuhan tidak diakui
ajaran-Nya pun tidak boleh sama sekali mengatur hidup dan
kehidupan manusia.
Seorang orientalis terkemuka Cristian Snouk Hurgronje mengatakan
Islam is a religion of law in the full meaning of the word (Islam adalah
agama hukum dalam arti kata yang sebenarnya). Ini berarti bahwa:
Selain dari agama islam mengandung norma-norma hukum baik
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
maupun kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lain dan benda dalam kehidupan masyarakat yang
memerlukan bantuan penyelenggara negara untuk dapat dilaksanakan
oleh pemeluk agama Islam dengan sempurna.
Agama Islam dengan Hukum Islam tidak dapat dipisahkan
7 Rasjidi, 1972, Kuliah Hukum Islam I, Bulan Bintang, Jakarta, Hal. 21.8 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 21
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
6
Posisi Hukum islam sebagai bagian dari agama adalah digunakan
sebagai sumber hukum atau hukum yang dicita-citakan (ius
constituendum) yang kemudian diaplikasikan dalam masyarakat.10
B. PENGERTIAN HUKUM ISLAM (SYARIAT ISLAM)
Hukum syara menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari yang
bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau
diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan
menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab
syari dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah.11
Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti
hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh
seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, Islam menurut istilah adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat
manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai rasul. Islam pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran dari berbagai segi dari kehidupan
manusia.
Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang
diciptakan oleh Allah supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di
dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim
dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam
seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.
Menurut Muhammad Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf
Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian syariah mencakup seluruh
9 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 2110 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 13.11 Abdul Wahhab Khalaf, 1994, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Keempat, Hal. 154.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
7
ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah
(kemasyarakatan). Syariah disebut juga syara, millah dan diin.12
Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah
Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim.
Dari definisi tersebut syariat meliputi:
1. Ilmu Aqoid (keimanan)
2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)
3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan)
C. BIDANG-BIDANG HUKUM ISLAM
1. Lapangan Ibadah
Tata hubungan hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan tuhan. Lapangan ibadah meliputi: Thoharoh, sholat, zakat,
haji, qurban, dll.
2. Lapangan Muammalah
Tata hubungan antara manusia dengan manusia yang lain. Lapangan
muammalah meliputi berbagai lapangan hukum yang meliputi:
a) Hukum perdata
a. Hukum keluarga
b. Hukum waris
c. Hukum waqaf
d. Hukum perikatan
e. Hukum wasiat
f. Hukum jual beli
g. Hukum sewa-menyewa
h. Hukum gadai
i. Hukum hibah
j. Hukum hutang piutang
k. Hukum jaminan
l. Hukum perwakilan
12 Ahmad Azhar Basjir, 1990, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), Perpustakaan Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, Hal 1.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
8
b) Hukum dagang
c) Hukum pidana
Dalam aplikasinya sistem hukum pidana nasional diperlukan
penafsiran yang luas atas nas atau ayat-ayat yang semula
ditafsirkan secara literer. Seperti dalam menafsirkan memotong
tangan atas pencurian dalam ayat al-sariq wa al-sariqah faqtau
aidiyahuma. Kata faqtau diartikan memotong bukan dalam arti
harfiah, melainkan makna memotong itu sendiri berarti
memutuskan berbagai daya dan kemampuan si pelaku pidana agar
tidak memungkinkan melakukan pencurian ulang. Praktik-praktik
seperti ini biasanya dilakukan di LP.
d) Hukum acara
e) Hukum tata negara
f) Hukum internasional
D. CIRI-CIRI HUKUM ISLAM
1. Merupakan bagian yang bersumber dari agama Islam
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak terpisahkan dari iman
(akidah) dan kesusilaan (akhlak)
3. Mempunyai dua istilah kunci yaitu:
a) Syariat
Terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi
b) Fikh
Pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syari;at
4. Terdiri dari dua bidang utama yaitu:
a) Ibadah
b) Muammalah
5. Strukturnya berlapis
6. Mendahulukan kewajiban dari pada hak
7. Dapat dibagi menjadi:
a) Hukum Taklifi
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
9
Yaitu lima pengolongan hukum (wajib, haram, sunnah, makruh,
jaiz)
b) Hukum WadhI
Mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya
hubungan hukum.
E. TUJUAN HUKUM ISLAM
Tujuan hukum Islam sejalan dengan tujuan hidup manusia serta potensi
yang ada dalam diri manusia dan potensi yang datang dari luar dirinya
(akal dan wahyu), yakni kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Kebahagiaan hidup hanya mungkin dengan cara menginduksi benda-
benda yang menyenagkan dan bermanfaat dan menghindarkan diri dari
segala hal yang merusak. Berdasarkan tujuan inilah tujuan Hukum Islam
yang utama ialah jalb al masalih wa daf al-madar (mengambil segala
yang bermaslahat serta menolak segala yang merusak) dalam rangka
menuju keridhoan Allah ssuai dengan prinsip tauhid.13
Menurut Abu Ishaq al Shatibi, tujuan hukum islam ialah memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kelima tujuan hukum islam
tersebut dalam kepustakaan disebut al-maqasid al-khamsah atau al-
maqasid al-shariah (tujuan-tujuan hukum islam).
Pemeliharaan agama islam adalah hal yang paling esensial dari
diturunkannya syariah. Tegaknya agama islam secara sempurna adalah
merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang
bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Memelihara dan
menjamin jiwa adalah memelihara hak untuk hidup secara terhormat dan
menjamin tidak terjadinya penganiayaan dan pembunuhan. Rusaknya akal
merupakan rusaknya manusia secara keseluruhan karena dengan adanya
akal sebagai sarana untuk membedakan baik dan buruk adalah anugerah
yang tidak dijumpai pada selain manusia. Islam menjamin kebebasan
berkarya, berfikir dan berpendapat. Menurut Abu Zahrah pentingnya
13 Hukum Islam Di Indonesia Pemikiran dan Praktek, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 273.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
10
pemeliharaan akal ditinjau beberapa segi, yaitu: pertama, bahwa akal
tidak dapat diklaim sebagai hak murni pribadi namun memiliki fungsi
sosial; kedua, orang yang membiarkan akalnya dalam bahaya akan
menjadi beban yang harus dipikul masyarakat; ketiga orang yang akalnya
terkena bahaya menimbulkan kerawanan sosial.
Keturunan dalam islam merupakan hal yang mendapatkan perhatian yang
serius. Rusaknya generasi akan mengakibatkan rusaknya manusia
seutuhnya, untuk itu islam mensyariahkan lembaga pernikahan sebagai
satu-satunya sarana yang sah untuk terpeliharanya keturunan dan
kehormatan manusia.
Hukum islam mengatur dan menilai harta sejak perolehan hingga
pembelanjaannya, disamping itu islam juga sangat melindungi harta yang
ada pada seseorang.14
Tujuan Hukum Islam dapat dibagi menjadi dua segi:
1. Dari segi pembuat Hukum Islam
Tujuan hukum islam adalah:
a) Untuk memenuhi keperluan hidup manusia
b) Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari
c) Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar,
manusia wajib meningkatkan kemampuan untuk memahami hukum
Islam dengan mempelajari usul al figh.
2. Dari segi pelaku & pelaksanan Hukum Islam
Tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang
berbahagia dan mempertahankan hidup itu. Caranya adalah
dengan mengambil yang bermanfaat, mencegah atau menolak
mudarat bagi kehidupan. Dengan kata lain tujuan hukum islam
ialah kemaslahatan hidup manusia.
14 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 34.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
11
F. KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM:
1. Akidah
Secara etimologis berarti ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis
makna akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup
setiap pemeluk agama Islam.
Ilmu yang membahas tentang akidah disebut ilmu kalam yakni ilmu
yang membahas dan menjelaskan tentang kalam illahi, atau ilmu
tauhid karena membahas tentang keesaan Allah atau ussuludin karena
membahas dan memperjelas asas-asas ajaran Islam.
2. Syariah
Dalam pengertian etimologis berarti jalam yang harus ditempuh.
Dalam arti teknis, syariah adalah seperangkat norma illahi yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia
dengan manusia yang lain dalam kehidupan sosial, hubungan antara
manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya.
Norma yang mengatur hubungan itu berupa:
a. Kaidah ibadah
Mengatur cara dan upacara hubungan langsung manusia dengan
Tuhan. Pembahasan menganai ibadah berkisar sekitar bersuci
(taharah) dan rukun islam atau arkanul islam.
Kaidah ibadah yakni norma yang mengatur tata dan cara manusia
berhubungan langsung dengan Tuhan, tidaj boleh ditambah-
tambah atau dikurangi. Sebabnya adalah karena tata hubungan
dengan Tuhan itu tetap, tidak boleh diubah-ubah. Karena sifatnya
yang tertutup itu, dalam bidang ibadah berlaku asas umum yakni
pada dasarnya semua perbuatan ibadah dilarang untuk dilakukan
kecuali kalau perbuatan itu telah ada patokan yang telah
ditetapkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Kaidah asal
ibadah adalah larangan atau haram.
b. Kaidah muamalah
Mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda
dalam masyarakat.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
12
3. Akhlak
Sikap terhadap sesama manusia.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa antara syariat dengan fiqh
itu memiliki pengertian yang sama. Pendapat ini pada kenyataannya
kurang benar karena pengertian syariat dengan fiqh itu tidaklah sama.
Syariat menurut sebagian besar ulama ialah semua peraturan yang
diadakan oleh Allah untuk umatnya yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
kepercayaan maupun yang berhubungan dengan amalan dan
perbuatan lahir.15
Fikih ialah faham atau pengertian, kalau dihubungkan dengan ilmu,
maka ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan
menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan-ketentuan umum
yang terdapat dalam Quran dan Sunnah untuk diterapkan kepada
perbuatan manusia yang telah dewasa yang berkewajiban
melaksanakan hukum Islam.
Perbedaan syariat dengan fikh ialah:
a) Syariat terdapat dalam Quran dan Hadist
Fikih terdapat dalam kitab-kitab fikih
b) Syariat bersifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang
lebih luas karena kedalamannya.
Fikih bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum
yang mengatur perbuatan manusia.
c) Syariat adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul
Fikih adalah hasil karya manusia
d) Syariat hanya satu sedangkan fikih mungkin lebih dari Satu.
e) Syariat menunjukkan kesatuan sedang fikih menunjukkan
keragaman.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
a) Ruang lingkup syariat adalah lebiih luas dari pada fiqh dengan kata
lain fiqh merupakan bagian dari syariat.
15 Sumiyati, 1981, Asas-asas Hukum Islam, Shinta Yogyakarta, Hal. 18.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
13
b) Fiqh adalah hukum-hukum yang diperoleh dengan jalan ijtihad saja
sehingga tidak termasuk di dalamnya hukum-hukum yang sudah
ada dalam Quran dan Sunnah.16
Berdasarkan definisi ushul fikih dari Abdullah bin Umar al-Badawi
sebenarnya usul fikih membahas hal-hal sebagai berikut:
a) Tentang dalil-dalil fikih secara global
b) Tentang cara mengambil atau menarik hukum (isyinbath) dari dalil-
dalilnya
c) Tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang
akan melakukan ijtihad.17
G. KEDUDUKAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA
Hukum Islam diajarakan sebagai mata kuliah tersendiri dan sejajar
dengan mata kuliah lain pada fakultas hukum di seluruh Indonesia, antara
lain:18
1. Alasan Sejarah
Di semua sekolah tinggi fakultas hukum pada jaman HB dahulu
diajarkan hukum islam yang mereka sebut Mohamedaansch Recht.
Tradisi ini dilanjutkan oleh fakultas hukum yang didirikan setelah
Indonesia merdeka.
2. Alasan Penduduk
Alasan ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mayoritas adalah
pemeluk dan penganut agama Islam. Prof. Dr. H.M. Ryasidi dalam
pidato pengukuhan Guru Besar Hukum Islam di UI mengatakan
bahwa: Kebesaran dari pada tugas Guru Besar Hukum dan Lembaga
Islam di UI terletak pada fatwa bahwa Indonesia adalah negara Islam
yang terbesar di dunia.
3. Alasan Yuridis
Hukum Islam berlaku:
16 Sumiyati, 1981, Asas-asas Hukum Islam, Shinta Yogyakarta, Hal. 19.17 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 22.18 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 4.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
14
a. Secara normatif
Bagian dari hukum islam mempunyai sanksi kemasyarakatan
apabila norma-normanya dilanggar.
b. Secara formal yuridis
Bagian hukum islam mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat.
4. Alasan Positif/konstitusional
Dasar bagi berlakunya Hukum Islam di Indonesia setelah Proklamasih
adalah UUD 45 pasal 29 ayat (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa yang menurut Prof. Dr. Hazairin, SH. Merupakan
sebuah garis hukum yang mengandung kewajiban bagi negara untuk
menjalankan hukum agama dan hukuman agama yang bersumber dari
wahyu Illahi.
Tafsiran pasal 29 ayat (1):
a. Dalam negara RI tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah agama bagi para umatnya.
b. Negara RI wajib menjalankan dalam makna menyedikan fasilitas
agar hukum yang berasal dari agama yang dipeluk bangsa
Indonesia dapat terlaksana sepanjang pelaksanaan hukum agama
itu memerlukan bantuan alat kekuasaan atau penyelenggara
negara.
Beberapa bidang tertentu dari Hukum Islam yang berlaku di Indonesia
sebagai hukum positif, artinya diatur dan dicantumkan di dalam tata
hukum Indonesia, serta berlaku dalam masyarakat seperti Hukum
Perkawinan, Hukum Wakaf, Wasiat dll. Meskipun Hukum Islam bersifat
universal, tetapi ada bagian Hukum Islam yang bersifat teritorial.
5. Alasan kriteria hukum
Pembagian materi dalam bidang Hukum Islam pada garis besarnya
sama dengan pembagian materi dalam Ilmu Hukum Modern. Hukum
Islam juga mempunyai ketentuan yang mengatur tentang Hukum
Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Internasional, Hukum Acara,
Hukum Perikatan, dan lain-lain.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
15
6. Alasan Ilmiah
Sebagai bidang ilmu, Hukum Islam telah lama dipelajari secara ilmiah,
bukan saja oleh orang-orang islam sendiri tetapi juga oleh orang-orang
nonmuslim.
H. HUBUNGAN HUKUM ADAT DENGAN HUKUM ISLAM
Sebelum agama Islam datang ke Indonesia, bangsa Indonesia sudah
sejak lama memiliki sistem religi dan budaya sendiri yang merupakan hasil
cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia. oleh karena masyarakat
Indonesia sangat beragam maka sistem religi dan budaya juga ikut
beragam yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Salah satu hasil dari
sistem budaya ialah sistem tatanan atau norma atau kaidah baik dalam
bentuk yang tertulis maupun tidak tertulis. Tatanan dalam bentuk tidak
tertulis biasanya disebut dengan hukum adat. Dalam pengembangan
hukum Islam di Indonesia, hukum Islam akan selalu bersentuhan dengan
hukum adat ini sebagai hukum aslinya bangsa Indonesia.
Menurut Prof. Koentjaraningrat, unsur-unsur universal yang merupakan isi
dari semua kebudayaan di dunia ini adalah:
1. Sistem Religi Dan Upacara Keagamaan
2. Sistem Dan Organisasi Kemasyarakatan
3. Sistem Pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem Mata Pencaharian Hidup
7. Sistem Tehnologi Dan Peralatan
Dari ketujuh unsur kebudayaan ini yang paling mudah menimbulkan
perubahan suatu kelompok sosial tertentu justru mulai urutan ketujuh dan
seterusnya sampai urutan pertama secara berurutan. Kalau kebenaran
pendapat ini dikembalikan kepada datangnya kebudayaan dari luar dan
masuk ke dalam kebudayaan Indonesia, pada awal mula datangnya
kebudayaan tersebut yang kemudian terjadi perubahan dari sebagian
unsur kebudayaan Indonesia tentu memerlukan waktu yang sangat lama.
Kalau dilihat dari urutan unsur-unsur universal kebudayaan tersebut
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
16
berarti sistem religi merupakan unsur yang tersulit berubah. Hal ini perlu
dipahami mengingat bahwa bagi penganut suatu religi tertentu memiliki
sifat yang unik, yaitu keyakinan induvidu yang religius. Merubah
keyakinan seseorang yang religius dengan keyakinan yang relegius
lainnya itulah yang tersulit, karena suatu keyakinan terhadap sesuatu
yang bersifat religius itu diterima melalui batin dan bukan melalui akal.
Dogma-dogma yang diterima melalui batin tidak dapat dianalisa secara
empiris melainkan hanya diyakini kebenarannya. Perubahan sebagai unsur
universal kebudayaan yang terjadi di Indonesia khususnya mengenai religi
dan upacara keagamaan dapat dilihat dari banyaknya bangsa Indonesia
sebagai pemeluk agama tertentu. Walaupun demikian belum tentu seluruh
peraturan hukum agama tersebut menguasai pelaksanaan dari
pemeluknya. Misalnya pemeluk agama tertentu kalau melangsungkan
perkawinan supaya sah dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan
agama, tetapi dalam upacara perkawinannya digunakan hukum adat.
Berarti pertemuan dua kebudayaan yang berbeda di Indonesia khususnya
dalam religi yang terjadi hanyalah suatu pembauran, karena sampai
sekarang nampaknya sangat sulit untuk melaksanakan peraturan hukum
agama secara murni.19
Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam tercermin dari ungkapan
dalam bahasa Aceh yang berbunyi: Hukum ngon adat hantom cre, lagee
zat ngon sipeut yang artinya hukum islam dengan hukum adat tidak dapat
dicerai pisahkan karena erat sekali hubungannya seperti zat dengan sifat
sesuatu barang atau benda. Dalam bahasa Minangkabau ada juga
pepatah: adat dan syara sanda menyanda, syara mengato adat memakai
yang artinya hubungan adat dengan hukum islam erat sekali, saling
topang-menopang karena sesungguhnya yang dinamakan adat yang
benar-benar adat adalah syara itu sendiri.20
19 R. Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Madju, Bandung, Hal. 2-3.20 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 201.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
17
Al adatu muhakamat artinya adat dapat dijadikan hukum islam. Yang
dimaksud dengan adat adalah kebiasaan dalam pergaulan hidup sehari-
hari yang tercakup dalam istilah muamalah (kemasyarakatan), bukan
menambah atau mengurangi apa yang telah ditetapkan oleh Allah seperti
yang tertulis dalam Quran dan yang telah diatur dalam Hadist yang
sahih.21
Menurut Sobhi Mahmassani syarat-syarat hukum adat bisa menjadi
hukum islam ialah:
8. Adat itu dapat diterima oleh perasaan dan akal sehat serta diakui oleh
pendapat umum
2. Sudah berulangkali terjadi dan telah pula berlaku umum dalam
masyarakat yang bersangkutan
3. Telah ada pada waktu transaksi berlangsung
4. Tidak ada persetujuan atau pilihan lain antara kedua belah pihak
5. Tidak bertentangan dengan nas.22
I. PERBANDINGAN HUKUM ISLAM DENGAN HUKUM BARAT
Hukum Islam Hukum Barat
a. Hubungan horisontal dan
fertikal
b. Kewajiban lebih diutamakan.
c. Kolektif.
d. Sanksi dunia & akherat
e. Ada 5 katagori hukum
a. Hubungan horisontal
b. Hak lebih diutamakan
c. Bersifat induvidualis.
d. Sanksi dunia.
e. Katagori hukum: Imperare ,
Prohibere dan Permitere
Perbandingan
Hukum Adat, Hukum Islam
Dan Hukum Barat
21 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 207.22 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 208.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
18
A. Pendahuluan
Di dunia dikenal ada 5 sistem hukum yang berlaku, yaitu:
1. Sistem Hukum Common Law
2. Sistem Hukum Civil Law
3. Sistem Hukum Adat
4. Sistem Hukum Islam
5. Sistem Hukum Komunis
B. Perbedaan
1. Keadaannya
Hukum adat merupakan hukum yang tertua yang ada di Indonesia. Hukum islam baru dikenal di Indonesia setelah agama Islam
disebarkan di tanah air kita (kira-kira abad 1 Hijrah atau abad 7
Masehi).
Hukum barat diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan kedatangan orang-orang belanda yang berdagang di Nusantara ini.
Semula hukum badar hanya berlaku bagi orang-orang eropa saja,
tetapi kemudian dengan berbagai jalan melalui upaya peraturan
perundang-undangan (pernyataan berlaku, penundukan diri
dengan sukarela, pemilihan hukum dlsb), hukum barat berlaku
juga bagi pribumi dan orang-orang yang dipersamakan dengan
mereka.
2. Bentuknya.
Hukum adat ialah hukum yang tidak tertulis, dimana ia tumbuh, berkembang dan hilangnya sejalan dengan tumbuh dan
berkembangnya masyarakat.
Hukum islam seperti halnya hukum adat juga merupakan hukum yang tidak tertulis, dalam arti tidak tertulis dalam peraturan
perundang-undangan. Walaupun hukum islam tidak diberi sanksi
oleh penguasa, namun ia dipatuhi oleh masyarakat karena
kesadaran dan keyakinan mereka terutama keyakinan terhadap
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
19
para pemimpin atau ulama Islam bahwa Islam adalah hukum yang
benar.
Hukum barat merupakan hukum yang tertulis.3. Tujuannya
Hukum adat bertujuan untuk menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram dan sejahtera.
Hukum islam bertujuan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Ada yang berpendapat bahwa tujuan Hukum
Islam ialah untuk memelihara Agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta benda.
Hukum barat bertujuan untuk mencapai kepastian dan keadilan hukum.
4. Sumber:
a. Sumber pengenal
Sumber pengenal hukum adat ialah keputusan penguasa adat.
Menurut Prof. M. Koesnoe yang menjadi sumber pengenal hukum
adat ialah apa yang benar-benar terlaksana dalam pergaulan
hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sumber pengenal hukum islam dalam pengertian hukum syariat
ialah Al- Quran dan kitab-kitab Hadist .
Sumber pengenal hukum barat ialah segala peraturan perundang-
undangan sejak zaman kolonial beserta perubahannya yang
dinyatakan dalam Stb atau lembaran negara.
b. Sumber isi
Hukum adat bersumber pada kesadaran hukum yang hidup dalam
masyarakat adat.
Hukum islam bersumber kemauan Allah yang berupa wahyu yang
kini terdapat dalam Quran dan Sunnah.
Hukum barat besumber pada kemauan pembentuk UU.
c. Sumber pengikat
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
20
Yang dimaksud dengan sumber pengikat ialah sumber yang
menjadi kekuatan mengikat orang untuk melaksanakan atau tidak
melanggar hukum tersebut.
Sumber pengikat hukum adat ialah rasa malu yang ditimbulkan
oleh karena berfungsinya sistem nilai dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Sumber pengikat hukum islam ialah iman atau tingkat ketaqwaan
seorang muslim.
Sumber pengikat hukum barat ialah kekuasaan negara yang
membentuk UU Dasar yang kini dilanjutkan oleh alat kekuasaan
Negara RI.
5. Strukturnya
Struktur hukum adat ditentukan menurut teori-teori struktur menurut
pandangan ahli-ahli adat setempat.
Struktur hukum islam terdiri dari Quran, As-Sunnah dan hasil ijtihad
manusia yang memenuhi syarat serta pelaksanaannya dalam konkreto
masyarakat Islam baik yang berupa keputusan-keputusan maupun
berupa amalan-amalan.
Struktur hukum barat ialah: kitab UU yang dibuat oleh lembaga
legislatif, keputusan hakim, kemudian baru amalan-amalan keputusan
tersebut.
6. Lingkup masalah
Hukum Adat dan Hukum Barat pada dasarnya terdapat kesamaan
ruang lingkupnya dimana keduanya hanya mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia serta penguasa dalam masyarakat.
Tetapi Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan antar manusia
saja melainkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
7. Pembidangan
Hukum adat yang mengenal asas-asas kerukunan, kepatutan,
keselarasan dalam pergaulan hidup yang bersifat religio magis tidak
mengenal pembidangan hukum perdata dan hukum publik.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
21
Hukum Islam mengenal pembidangan yang terdiri dari Hukum Ibadah
dan Hukum Muammalah.
Hukum barat mengenal pembidangan hukum privat dengan hukum
publik dimana pembidangan ini ditentukan pada pengaturan
kepentingan perdata atau publik. Hukum barat bersifat induvidualis
dan liberalistis serta terlepas dari ketentuan-ketentuan agama.
8. Norma atau Kaidah Hukum
Dalam Hukum Barat dikenal 3 kaidah hukum yaitu: imperere
(perintah); prohibere (larangan) serta permittere (yang
diperbolehkan).
Sedangkan dalam Hukum Islam dikenal 5 kaidah hukum atau al akham
al khomsa.
Disamping itu ada bebarapa kemungkinan hubungan antara Hukum Islam
dengan Hukum Umum (Commom Law), yaitu:
1. Sistem Hukum Islam merupakan salah satu tiga besar sistem hukum di
dunia yang mempunyai spesifikasi tersendiri yang saling mengisi
sekaligus berkompetisi dalam sebuah sistem hukum yang berkembang.
2. Hukum Islam dapat menjadi sumber hukum bagi hukum positif.
3. Hukum Islam dapat dijadikan sumber hukum tidak tertulis sebagai
pegangan hakim dalam proses putusan hukum.
4. Hukum Islam ada yang mempunyai karakteristik sama dengan hukum
umum yaitu mempunyai sanksi dan lain sebagainya.
5. Hukum Islam merupakan hukum agama dan hukum moral atau
mempunyai nilai moralitas.23
J. SALAH FAHAM TERHADAP ISLAM DAN HUKUM ISLAM:
1. Salah memahami ruang lingkup ajaran islam
23 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 44.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
22
Orang menganggap semua ajaran agama itu sama dan ruang
lingkupnya sama juga yaitu hanya mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhan.
2. Salah menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam
Kerangka dasar ajaran islam digambarkan tidak menyeluruh secara
terpotong-potong atau sebagian-sebagian saja.
3. Salah mempergunakan metode dalam mempelajari Islam
Metode yang dipergunakan ialah menjadikan bagian-bagian bahkan
seluruh ajaran Islam semata-mata sebagai obyek study dan analisa
dengan mempergunakan norma-norma atau ukuran mereka sendiri.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
23
K. PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan
hukum islam:
1. Aspek filosofis
Yang meliputi: dalil-dalil kulli yang menjadi dasar pemikiran hukum
islam; tujuan hukum islam (maqasid al syariah) serta konsep
manusia menurut hukum islam.
2. Aspek metodologis
Aspek-aspek filosofis menuntut metode-metode tertentu. Metode
pengembangan hukum islam selama ini tampaknya lebih menekankan
pendekatan lingiustik. Dalam keadaan demikian perlu kiranya
diimbangi dengan pengembangan jiwa hukum. Dengan demikian
metode hukum islam yang telah dianggap baku (ijtihad) perlu
dikembangkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang menempatkan manusia tidak hanya sebagai subjek
yang kaya akan hak, tetapi memandang manusia sebagai subjek yang
dibebani dengan kewajiban.
3. Aspek aplikatif
Pengembangan dan pengkajian hukum islam dengan menekankan
aspek filosofis dan metodologis di atas akan mendorong dinamika
hukum islam dan menjadikan hukum islam sebagai suatu sistem
hukum yang bersifat aplikatif, manusiawi dan akhlaqi, berlakunya
hukum yang memiliki kemampuan melintas hambatan ruang dan
waktu tanpa kehilangan nilai-nilai samawinya.24
24 Hukum Islam di Indonesia, Pemikiran dan Praktek, 1994, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 260.
-
Modul Perkuliahan Hukum Islam
Samun Ismaya, S.H., MHum.
24