BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian 1.2 Baja Sebagai Bahan...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian 1.2 Baja Sebagai Bahan...
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan batang-
batang baja yang membentuk kumpulan segitiga, dimana setiap pertemuan beberapa
batang disambung pada alat pertemuan/simpul dengan menggunakan alat
penyambung (bout,paku keeling dan las lumer).
1.2 Baja Sebagai Bahan Struktur
Berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan, dan sifat baja, pemakaian baja
sebagai bahan struktur sering dijumpai pada berbagai bangunan seperti gedung
bertingkat, bangunan air, dan bangunan jembatan. Keuntungan yang diperoleh dari
baja sebagai bahan struktur adalah:
1. Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi dan merata. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja, umumnya mempunyai ukuran
tampang relatif kecil, sehingga struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja
tinggi.
2. Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup
canggih dengan jumlah tenaga manusia relatif sedikit, sehingga pengawasan
mudah dilaksanakan dengan seksama dan mutu dapat dipertanggungjawabkan.
3. Struktur baja mudah dibongkar pasang, sehingga elemen struktur baja dapat
dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk struktur.
4. Struktur dari baja dapat bertahan cukup lama.
Baja sebagai bahan struktur mempunyai beberapa kelemahan/kekurangan,
antara lain :
Pemeliharaan memerlukan biaya yang banyak.
Kekuatan baja dipengaruhi temperatur.
Bahaya tekuk ( buckling ) mudah terjadi.
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 2
1.3 Penggunaan Konstruksi Rangka Baja
Penggunaan konstruksi rangka baja untuk b\angunan sangat luas sekali, antara lain:
Kuda-kuda ( kap spant )
Ikatan angin
Jembatan rangka
Tiang transmisi ( untuk jaringan listrik tegangan tinggi )
Menara air.
1.4 Sifat Metalurgi Baja
Sifat metalurgi baja berkaitan erat dengan fungsi dari unsur-unsur atau
komponen kimia dalam baja. Baja struktur yang biasa dipakai untuk struktur rangka
bangunan adalah baja karbon (carbon steel) dengan kuat tarik sebesar 400 MPa,
sedang baja struktur dengan kuat tarik lebih dari 500 Mpa sampai 1000 Mpa disebut
baja kekuatan tinggi (high strength steel).
Sifat–sifat baja yaitu kekakuan baja dalam berbagai macam keadaan pembebanan
atau muatan bergantung dari :
Cara peleburannya.
Jenis dan banyaknya logam campuran.
Proses yang digunakan dalam pembuatan.
Berikut ini beberapa dalil yang menyangkut sifat-sifat baja :
Dalil I
Besi murni tidak mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan untuk dipergunakan
sebagai bahan penanggung konstruksi.
Dalil II
Peningkatan nilai dari sifat-sifat tertentu, lazim dengan tidak dapat dihindarkan
senantiasa mengakibatkan pengurangan dari nilai sifat-sifat lain, misalnya baja
dengan keteguhan tinggi, istimewa lazimnya kurang kenyal.
1.5 Bentuk-bentuk Baja dalam Perdagangan
Bahan baja yang dipergunakan untuk bangunan berupa bahan batangan dan
plat.Penampang dari bahan baja biasanya disebut profil. Macam-macam profil yang
terdapat di pasaran antara lain :
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 3
1) Profil baja tunggal
Baja siku-siku sama kaki
Baja siku-siku tidak sama kaki (baja T)
Baja siku-siku tidak sama kaki (baja L)
Baja I
Baja canal
2) Profil gabungan
Dua baja L sama kaki
Dua baja L tidak sama kaki
Dua baja I
3) Profil susun
Dua baja I atau lebih
1.6 Macam-Macam Bentuk Kuda-Kuda Baja
1. Pratt Truss
Kemiringan atap = tg , dimana h = tinggi kuda-kuda
L = bentang kuda-kuda
2. Hows Truss
3. Pink Truss
4. Modified Pink Truss
5. Mansarde Truss
6. Modified Pratt Truss
7. Crescent Truss
1.7 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Konstruksi Baja
Dibandingkan dengan konstruksi lain seperti beton atau kayu pemakaian baja
sebagai bahan konstruksi mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu:
Keuntungan :
Bila dibandingkan dengan beton baja lebih ringan
Baja lebih mudah untuk dibongkar atau dipindahkan
Konstruksi baja dapat dipergunakan lagi
Pemasangannya relative mudah
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 4
Baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik
Kerugian :
Bila konstyruksinya tervbaikar maka kekuatannya berkurang
Baja dapat terkena karat sehingga membutuhkan perawatan
Memerlukan biaya yang cukup besar dalam pengangkutan
Dalam pengerjaannya diperlukan tenaga ahli dalam hal knstruksi baja
1.8 Jenis-jenis Alat Penyambung Baja
Alat penyambung baja dapat berupa:
Bout
Pemakaian bout diperluakn bila:
Tidak cukup tempat untuk pekerjaan paku keeling
Jumlah plat yang disambung >5d (diameter bout )
Konstruksi yang dapat dibongkar pasang
Paku keling
Sambungan paku digunakan pada konstruksi yang tetap, jumlah tebal plat
tidak boleh > 6d ( diameter paku keeling )
Las
Menurut bentuknya las ada 2 macam yaitu las tumpul dan las sudut
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 5
BAB II
RANCANGAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA
Gambar 1. Rangka Kuda-kuda
Ketentuan-Ketentuan :
Type konstruksi atap = B
Bahan penutup atap = Asbes
Bentang kap (L) = 14,00 m
Kemiringan atap = 350
Jarak kuda-kuda = 4 m
Beban angin kiri = 40 Kg/m2
Beban angin kanan = 50 Kg/m2
Beban plafon = 8,46 Kg/m
Beban berguna = 100 Kg/m
Alat sambungan = Paku keling
Tegangan baja yang diijinkan = 1400 Kg/cm2
Perletakan = Kiri – Rol, Kanan – Sendi
Berdasarkan pembagian fungsi dari masing-masing bagian konstruksi kuda-kuda,
dalam penyelesaian perencanaan perhitungan dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
1. Perhitungan dimensi gording
2. Perhitungan dimensi batang tarik ( trackstang )
3. Perhitungan dimensi ikatan angin
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 6
4. Perhitungan dimensi kuda-kuda
5. Perhitungan kontruksi perletakan
6. Penggambaran
2.1 Macam-Macam Pembebanan
Pembebanan yang digunakan pada konstruksi rangka baja (pembebanan pada
kuda-kuda), terdiri dari :
a. Beban Mati
Beban penutup atap dan gording ( tanpa tekanan angin )
Beban berguna P = 100 kg
Berat sendiri kuda-kuda
b. Beban Angin
Beban angin kanan
Beban angin kiri
c. Beban Plafond
2.2 Perhitungan Dimensi Gording
Gording diletakan diatas beberapa kuda-kuda yang fungsinya menahan beban atap
dan perkayuannya, dan kemudian beban tersebut disalurkan pada kuda-kuda.
Pembebanan pada gording berat sendiri gording dan penutup atap
Dimana : a = jarak gording L = jarak kuda-kuda
G = 1 1
2 2a a
x L (meter) x berat per m² penutup atap per m² gording
= a x berat penutup atap per m² catatan: Berat penutup atap tergantung dari jenis penutup atap
Berat jenis gording diperoleh dengan menaksirkan dimensi gording, biasanya
gording menggunakan profil I, C (tabel profil) dan di dapat berat per m gording.
Berat sendiri gording = g2 kg/m Berat mati = b.s penutup atap + b.s gording = (g1 + g2) kg/m
Gording di letakkan tegak lurus bidang penutup atap, beban mati (g) bekerja
vertikal.
gx = g cos
gy = g sin
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 7
Gording diletakkan diatas beberapa kuda-kuda, jadi merupakan balik penerus
diatas beberapa balok tumpuan (continuous bean). Untuk memudahkan perhitungan
dapat dianggap sebagai balok diatas dua tumpuan statis tertentu dengan mereduksi
momen lentur.
akibat gx Mgl = 0,80 (1/8 gx l2)
= 0,80 (1/8 sin l2)
akibat gy Myl = 0,8 (1/8 gy l2)
= 0,80 (1/8 g cos l2)
a. Beban Berguna
Beban berguna P = 100 kg bekerja di tengah-tengah gording
Mmax = 80 % ( ¼ PL)
Akibat Px Mx2 = 0,80 ( ¼ PxL )
= 0,80 ( ¼ P sin L )
Akibat Py My2 = 0,80 ( ¼ Py L )
= 0,80 ( ¼ P cos L )
b. Beban Angin (W)
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal/aksial tarik saja. Cara kerjanya,
apabila yang satu bekerja sebagai batang tarik maka yang lainnya tidak menahan apa-
apa dan sebaliknya. Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
Beban angin yang di tahan gording
W = a . x tekanan angin per meter (kg/m2)
Mmax = 80 % ( 1/8 WL2 ) = 0,80 ( 1/8 WL2 )
Akibat Wx Mx3 = 0
Akibat Wy My3 = 0,80 ( 1/8 WyL2 ) = 0,80 ( 1/8 W L2 )
c. Kombinasi Pembebanan
I Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2
II Beban mati + Beban berguna + Beban angin
Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2 + My3
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 8
d. Kontrol tegangan
Kombinasi I
21600 /Mxtotal Mytotal
kg cmWy Wx
catatan : jika , maka dimensi
gording diperbesar
Kombinasi II
1,25Mxtotal Mytotal
Wy Wx catatan: jika 1, 25 , maka
dimensi gording di perbesar
Kombinasi III
1,25Mxtotal Mytotal
Wy Wx catatan: jika 1, 25 , maka
dimensi gording di perbesar
e. Kontol lendutan
Akibat beban mati:
cmEI
LqF
y
x
xl384
5 4
cmEI
LqF
x
y
384
5 4
Akibat beban berguna
cmEI
LPF
x
x
x48
3
2 cmEI
LWF
y
y
y48
5 3
2
Akibat beban angin
3xF 0 cm cmEI
LWF
x
y
y384
5 4
3
Fx total = (Fx1+Fx2) F
Fy total = (Fy1+Fy2+Fy3) F
fffF yx 22
1 catatan : jika F > F maka dimensi gording di
perbesar
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 9
2.3 Perhitungan Dimensi Trackstang (Batang Tarik)
Batang tarik berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada arah sumbu x
(kemiringan atap dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur pada arah sumbu x).
Batang tarik menahan gaya tarik Gx dan Px, maka :
Gx = berat sendiri gording + penutup atap arah sumbu x
Px = beban berguna arah sumbu x
Pbs = Gx + Px
Karena batang tarik di pasang dua buah, per batang tarik :
2
PxGxPts
ambilFn
F →
22
PxGxFn
Fn
PxGx
Fbr =125 % Fn Fbr = ¼ п d2
dimana : Fn = luas netto
Fbr = luas brutto
A = diameter batang tarik (diperoleh dari tabel baja)
a. Batang Tarik
Fn =
p Dimana: Fn = Luas penampang netto
Fbr = Fn + ∆ F Fbr = 125% P = Gaya batang
= Tegangan yang diijinkan
b. Batang Tekan
Imin = 1,69 P.Lk² Dimana: Imin = momen inersia minimum (cm4)
P = gaya batang tekan (Kg)
Lk = panjang tekuk (cm)
Setelah diperoleh Imin lihat tabel propil maka diperoleh dimensi/ukuran propil.
Kontrol: - terhadap sumbu bahan
- terhadap sumbu bebas bahan
2.4 Perhitungan Gaya-gaya Batang
Besarnya gaya batang tidak dapat langsung dicari dengan cara cremona, karena
ada momen lentur pada kolom. Perhitungan dapat diselesaikan dengan membuat batang-
batang tambahan (fiktif). Selanjutnya, dapat diselesaikan dengan cara cremona.
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 10
Ada dua cara untuk mencari besarnya gaya batang yaitu dengan cara :
1. Grafis, yaitu dengan cara cremona dan car cullman
2. Analistis, yaitu dengan cara ritter, cara Henenberg, cara keseimbangan titik kumpul.
Untuk mencari gaya batang pada konstuksi kuda-kuda, biasanya dipakai dengan
cara cremona kemudian di kontrol dengan cara ritter. Selisih kesalahan cara cremona
ddan cara ritter maksimum 3 % jika lebih maka perhitungan harus diulang.
Asumsi yang di ambil dalam penyelesaian konsrtuksi rangka batang, terutama
untuk mencari besarnya gaya batang, yaitu :
1. Titik simpul dianggap sebagai sendi (M = 0).
2. Tiap batang hanya memikul gaya normal atau aksial tarik atau tekan.
3. Beban dianggap bekerja pada titik simpul.
a. Beban mati, dianggap bekerja vertikal pada tiap-tiap titik simpul batang
tepi atas.
b. Beban angin, dianggap bekerja tegak lurus bidang atap pada tiap-tiap
simpul batang tepi atas.
c. Bahan plafon, dianggap bekerja vertikal pada tiap-tiap titik simpul batang
tepi bawah.
4. Gaya batang tekan arahnya mendekati titik simpul dan gaya batang tarik
arahnya menjauhi titik simpul.
a. Cara Cremona (Cara Grafis)
Dalam menyelesaiannya perlu diperhatikan:
1. Ditetapkan segala gaya ,yaitu dari satuan Kg/ton menjadi satuan cm.
2. Penggambaran gaya batang dimulai dari titik simpul yang hanya memiliki
maksimum dua gaya batang yang belum diketahui.
3. Urutan penggambaran dapat searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
Keduanya jangan dikombinasikan.
4. Akhir dari penggambaran gaya batang harus kembali pada titik dimulai
penggambaran gaya batang.
Prosedur penyelesaian cara cremona:
1. Gambar bentuk kuda-kuda rencana dengan skala yang benar, lengkap dengan
ukuran gaya-gaya yang bekerja.
2. Tetapkan skala gaya dari Kg atau ton menjadi cm.
3. Cari besar resultan dari gaya yang bekerja.
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 11
4. Cari besar arah dan titik tangkap dari reaksi perletakan.
5. Tetapkan perjanjian arah urutan penggambarandari masing-masing gaya batang
pada titik simpul (searah atau berlawanan jarum jam).
6. Gambar masing-masing gaya batang sesuai ketentuan pada patokan yang berlaku.
7. Ukuran panjang gaya batang, tarik (+), atau tekan (-).
8. Besarnya gaya yang dicari adalah panjang gaya batang dikalikan skala gaya.
b. Cara Ritter ( Analisis )
Mencari gaya-gaya dengan cara ritter bersifat analitis dan perlu diperhatikan
ketentuan berikut:
a. Membuat garis potong yang memotong beberapa batang yang akan dicari.
b. Batang yang terpotong diasumsikan sebagai batang tarik. Arah gaya menjauhi titik
simpul.
Catatan : Sebaikanya ditinjau bagian konstruksi yang terdapat gaya lebih sedikit,
hal ini untuk mempercepat perhitungan.
Urutan cara penggambaran:
1. Gambar bentuk konstruksi rangka batang yang akan dicari, gaya batang lengkap
dengan ukuran dan gaya-gaya yang bekerja.
2. Cari besar reaksi perletakan
3. Buat garis potong yang memotong batang yang akan dicari gaya batangnya.
4. Tinjau bagian konstruksi yang terpotong tersebut dimana terdapat gaya-gaya yang
lebih sedikit.
5. Tandai arah gaya dari batang yang terpotong tersebut dimana terdapat gaya yang
lebih sedikit.
6. Cari jarak gaya terhadap titik yang ditinjau.
7. Selanjutnya didapat gaya batang yang dicari.
2.5 Perhitungan Sambungan
Dalam kontruksi baja ada beberapa sambungan yang biasanya digunakan. Pada
perhitungan disini yang dipergunakan adalah sambungan baut. Karena pada baut
terdapat ulir yang menahan geser dan tumpu, maka hanya diperhitungkan bagian
galinya (kran). Akibat pembebanan (tarik/tekan), pada baut bekerja gaya dalam berupa
gaya geser dan gaya normal. Gaya normal menimbulkan tegangan tumpu pada baut,
sedangkan gaya geser menimbulkan tegangan geser pada baut. Untuk perhitungan
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 12
sambungan dengan baut perlu diketahui besarnya daya pikul 1 baut terhadap geser dan
tumpu.
Fgs = ¼ . . d2
Ftp = d. Smin
Dimana : Fgs = Luas bidang geser
Ftp = Luas bidang tumpu
Smin = Tebal plat minimum
d = diameter baut
Catatan:
Untuk sambungan tunggal (single skear)
Ngs = ¼ . . d2
Untuk sambungan ganda (double skear)
Ngs = ¼ . . d2. C
Ntp = d. Smin . σtp
jika tumpu menunjukkan tegangan tumpu yang diijinkan, maka harus
diperhitungkan harga terkecil antara Pmaks tumpu dan Pmaks geser. Jadi banyaknya baut
adalah
p
maks
tN
Pn
.min
s
maks
gN
Pn
.min
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 13
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN KUDA-KUDA
Gambar 2. Rangka Kuda-kuda
3.1 Perhitungan Panjang Batang
a. Perhitungan Batang Atas (A)
Persyaratan : jarak antar gording ≠ 2, m
Jarak antar gording (A) =
1
8 𝑋 𝐿
𝐶𝑜𝑠 𝑎 =
1
8 𝑋 14
𝐶𝑜𝑠 35 =
1,75
0,82
= 2,13
A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6 = A7 = A8 = 2,13 m
b. Perhitungan Batang Tepi Bawah (B)
Batang bawah (B) = 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑝 (𝐿)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ =
𝐿
8 =
14
8 = 1,75
B1 = B2 = B3 = B4 = B5 = B6 = B7 = B8 = 1,75 m
c. Perhitungan Batang Vertikal (V)
V1 = V7 => A1 Sin 35 = 2,13 X 0,57 = 1,21 m
V2 = V6 => (A1 + A2) Sin 35 = 4,28 X 0,57 = 2,42 m
V3 = V5 => (A1 + A2 + A3) Sin 35 = 6,39 X 0,57 = 3,64 m
V4 => (A1 + A2 + A3 + A4) Sin 35 = 8,52 X 0,57 = 4,85 m
d. Perhitungan Batang Diagonal (D)
D1 = D2 => √𝑉12 + 𝐵1
2 = √1,212 + 1,752
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 14
= √1,46 + 3,06
= 2,12 m
D2 = D5 => √𝑉22 + 𝐵2
2 = √2,422 + 1,752
= √5,85 + 3,06
= 2,98 m
D3 = D4 => √𝑉32 + 𝐵3
2 = √3,642 + 1,752
= √13,24 + 3,06
= 4,03 m
DAFTAR PANJANG BATANG
Tabel 1. Daftar panjang batang
NAMA BATANG
PANJANG BATANG
BTG ATAS (A)
BTG BAWAH (B)
BTG VERTIKAL (V)
BTG DIAGONAL (D)
A1 2,13 m
A2 2,13 m
A3 2,13 m
A4 2,13 m
A5 2,13 m
A6 2,13 m
A7 2,13 m
A8 2,13 m
B1 1,75 m
B2 1,75 m
B3 1,75 m
B4 1,75 m
B5 1,75 m
B6 1,75 m
B7 1,75 m
B8 1,75 m
V1 1,21 m
V2 2,42 m
V3 3,64 m
V4 4,84 m
V5 3,64 m
V6 2,42 m
V7 1,21 m
D1 2,12 m
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 15
D2 2,98 m
D3 4,03 m
D4 4,03 m
D5 2,98 m
D6 2,12 m
3.2 Perhitungan Dimensi Gording
Gording Dipengaruhi oleh
Muatan mati, yaitu: -berat sendiri gording (kg/m)
-berat sendiri penutup atap (kg/m2)
Muatan hidup, yaitu berat orang dengan berat P = 100 Kg
Muatan angin (kg/m2)
Ketentuan :
Jarak antara gording : 2,13 m
Sudut kemiringan : 350
Jarak antar kuda - kuda : 4 m
Berat penutup atap asbes : 11 Kg/m2
a. Perhitungan Dimensi Gording
Beban yang dilakukan gording akibat berat sendiri atap dan berat sendiri gording :
Karena satuannya tidak sama maka disamakan dahulu dengan jarak
gording.
Berat yang didukung gording : 2,13 x 11 = 23,43 Kg/m
Berat sendiri gording ditaksir : C - 8 = 8,64 Kg/m +
q total = 32,07 kg/m
Gording ditempatkan tegak lurus bidang penutup atap dan beban mati Px bekerja
vertical, P diuraikan pada sumbu X dan sumbu Y, sehingga diperoleh:
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 16
Gambar 3. Gording
Dengan jarak gading-gading 2,13 m dan kemiringan sudut 350
qx = q sin a qy = q cos a
= 32,07 sin 350 = 32,07 cos 350
= 18,394 Kg/m = 26,270 Kg/m
Momen akibat Beban mati
Karena dianggap sebagai balok menerus di atas beberapa tumpuan (continous
beam) maka untuk memperoleh perhitungan dapat diasumsikan sebagai berat
bertumpuan di ujung.
Mx = 1/8 . qx .(𝐿
2)
2
. 80% My = 1/8 . qy .(𝑙)2. 80%
= 1/8 . 18,394. (4
2)
2
.0,8 = 1/8 . 26,27 . (4)2.0,8
= 7,357 Kg.m = 42,032 Kg.m
b. Perhitungan Beban Berguna
Beban berguna atau beban hidup adalah beban terpusat yang bekerja di tengah-
tengah bentang gording, beban ini diperhitungkan kalau ada orang yang bekerja di
atas gording. Diambil beban orang P = 100 Kg
Px = P sin a Py = Po cos a
= 100 . Sin 35 = 100 . Cos 35
= 57,357 Kg = 81,915 Kg
Momen yang timbul akibat beban terpusat dianggap Continous Beam.
Momen akibat beban hidup
Mx = ¼ . Px . 𝑙
2 . 80 % My = ¼ . Py .Ɩ. 80 %
= ¼ . 57,357 . 4
2 .0,8 = ¼ . 81,915 . 4 . 0,8
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 17
= 22,942 Kg.m = 65,532 Kg.m
c. Perhitungan Muatan Angin
Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
Gambar 4. Sketsa penempatan gording
Ketentuan :
Koefisien angin tekan ( c ) = (0,02 . a - 0,4)
Koefisien angin hisap ( c’ ) = - 0,4
Beban angin kiri (q1) = 40 Kg/m2
Beban angin kanan (q2) = 50 Kg/m2
Kemiringan atap (a) = 350
Koefisien Angin
Angin tekan ( c ) = (0,02 . a - 0,4)
= (0,02 . 350 - 0,4)
= 0,3
Angin hisap ( c1) = -0,4
1 Angin kiri
Tekan (w) = c . q1 . 1 (jarak gording)
= 0,3 . 40 . (2,13)
= 75,56 Kg/m
Hisap (w1) = c’ . q2 . 1 (jarak gording)
= -0,4 . 40 . (2,13)
= -34,08 Kg/m
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 18
2 Angin kanan
Tekan (w) = c . q2 . l (jarak gording)
= 0,3 . 50 . (2,13)
= 31,95 Kg/m
Hisap (w1) = c’ . q . l (jarak gording)
= -0,4 . 50 . (2,13) = - 42,6 Kg/m
Dalam perhitungan diambil harga w (tekan terbesar)
W maks = 31,95 Kg/m
Jadi momen akibat beban angin adalah :
MWx = 1/8 . Wx . (𝑙
2)
2
. 80 % MWy = 1/8 . Wy . (𝑙)2. 80 %
= 1/8 . 0 . (4
2)
2
.0,8 = 1/8 . 31,95 . (4)2. 0.8 %
= 0 Kg.m = 51,12 Kg.m
d. perhitungan akibat beban air hujan :
q air = 40 - (0,8 . a) ( jarak gording)
= 40 - (0,8 . 350 ) ( 2,13 )
= 25,56 kg/m
qx = q . sin a qy = q . cos a
= 25,56 sin 35 = 25,56 cos 35
= 14,66 kg/m = 20,93 kg/m
Momen akibat beban air hujan :
Mqx = 1/8 . qx . (𝑙
2)
2
. 80 % Mqy = 1/8 . qy . (𝑙)2 . 80 %
= 1/8 . 14,66 . (4
2)
2
.0,8 = 1/8 . 20,93 . (4)2. 0,8
= 5,864 Kg.m = 33,488 Kg.m
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 19
Tabel 2.Daftar pembebanan pada batang kuda-kuda
Q, P dan M
Atap +
Gording
Beban Orang
Angin
Air Hujan
(Beban Mati)
(Beban Hidup)
P
-
100 Kg
- -
Q, Wmax
37,07 Kg/m
-
40 kg/m2 & 50 kg/m2 -
Qx, px, wx
18,394 Kg/m
57,357 Kg
0 14,96 kg/m
Qy, py, wy
26,270 kg/ m
81,915 Kg/ m
51,12 kg/m 25,91 kg/m
Mx
7,357 Kg.m
22,942 Kg.m
0 3,83 kg.m
My
42,032 Kg.m
65,532 Kg.m
51,12 kg.m 26,53 kg.m
d. Kontrol Gording
Kontrol gording terhadap tegangan
Dari tebel profil baja dapat diketahui bahwa C – 8
Wx = 26,5 cm3
Wy = 6,36 cm3
Kombinasi 1
Mx total = beban mati + beban hidup
= 7,357 Kg m + 22,942 Kg m
= 30,299 Kg.m = 3029,9 Kg.cm
My total = beban mati + beban hidup
= 42,032 Kg.m + 65,532 Kg.m
= 107,564 Kg.m = 1075,64 Kg.cm
=
𝑀𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑊𝑦+
My Total
𝑊𝑥
=3029,9
6,36+
1075 ,64
26,5 = 516,9 Kg/cm2
Sehingga didapat = 516,9 Kg/cm2 ≤ = 1400 Kg/cm2………Ok
Kombinasi 2
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 20
Mx total = (beban mati + beban hidup )+ Beban angin
= (30,299) + 0
= 30,299 Kg.m = 3029,9 Kg.cm
My total = (beban mati + beban hidup) + beban angin
= (107,564) + (51,12)
= 158,684 Kg.m = 15868,4 Kg.cm
=𝑀𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑊𝑦+
My Total
𝑊𝑥
=3029,9
6,36+
15868 ,4
26,5
= 1075,117 Kg/cm2
Sehingga didapat = 1075,117 Kg/cm2 ≤ = 1400 Kg/cm2………Ok
Kombinasi 3
Mx total = (beban mati + beban hidup + Beban angin) + beban air hujan
= (30,299) + 5,864
= 36,163 Kg.m = 3616,3 Kg.cm
My total = (beban mati + beban hidup + beban angin) + beban air hujan
= (158,684) + 33,488
= 192,172 Kg.m = 19217,2 Kg.cm
=𝑀𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑊𝑦+
My Total
𝑊𝑥
=3616 ,3
6,36+
19217 ,2
26,5
= 1293,777 Kg/cm2
Sehingga didapat = 1293,777 Kg/cm2 ≤ = 1400 Kg/cm2………Ok
e. Kontrol Terhadap Beban Lendutan
Diketahui :
E = 2,1 . 106 Kg/cm2
l = 4 m = 400 cm
Ix = 106 cm4
Iy = 19,4 cm4
Syarat lendutan yang diizinkan akibat berat sendiri dan muatan hidup adalah :
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 21
f = 1 /250 . l = 1 / 250 x 400 cm = 1,6 cm
1. Kontrol terhadap beban atap dan beban gording
px = 18,394 Kg / m = 0,18394 Kg /cm
Py = 26,270 Kg / m = 0,26270 Kg /cm
Fx1 = 5.𝑞𝑥.𝑙/24
384 .𝐸.𝐼𝑦 =
5 . 0,18394 . (400/2)4
384 . 2,1𝑥 106 . 19,4 = 0,09406 cm
Fy1 = 5.𝑞𝑥.𝑙4
384 .𝐸.𝐼𝑥 =
5. 0,26270 . (400)4
384 . 2,1𝑥106 . 106 = 0,39338 cm
2. Kontrol terhadap beban berguna
Px = 57,357 Kg / m = 0,57357 Kg /cm
Py = 81,915 Kg / m = 0,81915 Kg /cm
Fx2 = 𝑝𝑥.(𝑙/2)3
48.𝐸.𝐼𝑥 =
0,57357 . (400/2)3
48 . 2,1𝑥106 . 19,4 = 0,00234 cm
Fy2 = 𝑝𝑥.𝑙3
48.𝐸.𝐼𝑦 =
0,81915 . (400)3
48 . 2,1𝑥 106 . 106 = 0,00490 cm
3. Kontrol terhadap beban angin
Wx = 0
Wy = 51,12 Kg /m = 0,5112 kg /cm
Fx3 = 0
Fy3 = 5.𝑤𝑦.𝑙4
384 .𝐸.𝐼𝑥 =
5 . 0,5112 . (400)4
384 .2,1𝑥106 . 106 = 0,76549 cm
4. Kontrol terhadap beban air hujan
qx = 14,66 Kg / m = 0,1466 Kg /cm
qy = 20,93 Kg / m = 0,2093 Kg /cm
Fx4 = 5.𝑞𝑥.𝑙4
384 .𝐸.𝐼𝑥 =
5 . 0,1466 . (400/2)4
384 . 2,1𝑥106 . 106 = 0,01372 cm
Fy4 = 5.𝑞𝑥.𝑙4
384 .𝐸.𝐼𝑦 =
5 . 0,2093 . (400)4
384 . 2,1𝑥 106 . 106 = 0,31341 cm
Jadi pelenturan adalah sebagai berikut :
Fx total = Fx1 + Fx2 + Fx3+ Fx4
= 0,0,09406 + 0,00234 + 0 + 0,01372
= 0,11012 cm < F = 1,6 cm …………..Ok
Fy total = Fy1 + Fy2 + Fy3+Fy4
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 22
= 0,39338 + 0,00490 + 0,76549 + 0,31341
= 1,47720 cm < F = 1,6 cm …………..Ok
F1 = 22FyFx < 1,6
= √(0,011012)² + (1,47720)²
= 1,48130 cm < F = 1,6 cm …………..Ok
3.3 Perhitungan Trackstang
Trakstang berfungsi untuk menahan atau mengurangi lendutan pada gording
arah x dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur yang timbul pada arah
sumbu x batang trakstang dipasang dua buah.
Akibat penutup atap = qx.l
qx = 18,394 kg/m . 4 m = 73,576 kg
px = 57,357 kg
Pts = 73,576
2 + 57,357
= 94,145 kg
σ = 𝑃𝑡𝑠
𝑓𝑛 ≤ σ = 1400 kg/cm2 fn =
𝑃𝑡𝑠
σ =
94,145
1400 = 0.06724 cm2
Fbr = 125 % . Fn
= 1,25 x 0,06724
= 0,08405 cm2
Fbr = ¼ π . d2
d2 = 𝐹𝑏𝑟
¼ π =
0,084058
¼ .3,14 = 0,10708
d = √10708 = 0,327231111 cm ………………= 3,27231111 mm
Karena dalam tabel nilai d yang paling kecil adalah d = 6 mm, maka dimbil d = 6
mm.
3.4 Perhitungan Ikatan Angin
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal atau gaya axial tarik saja. Cara
kerjanya kalau yang satu bekerjanya sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 23
menahan apa-apa. Sebaliknya kalau arah anginya berubah, maka secara berganti-
ganti batang tersebut bekerja sebagai batang tarik.
Perubahan pada ikatan angin ini datang dari arah depan atau belakang kuda-kuda.
Beban angin yang diperhitungkan adalah beban angin terbesar yang disini adalah
angin sebelah kanan yaitu:50 Kg/ m2
Gambar 5.Sketsa ikatan angin
P = Gaya / Tekan angin
N = Dicari dengan syarat keseimbangan
ΣH = 0
Nx = P
tan β = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑝𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝑗𝑘
tan β = 8,54542
4
tan β = 2,13635 β = 64,91632o
Luas kuda-kuda = ½ . L . h
= ½ . 14 . 4,85
= 33,95 m2
Jumlah titk simpul (n) = 9 buah
P = 𝑃1 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎
𝑛−1
= 50 𝑥 33,95
9−1 = 212,1875 kg
σ = 𝑝
𝑓𝑛 < σ = 1400 kg/cm2 Fn =
𝑝
σ
212 ,1875
1400 = 0,1515625 cm2
Fbr = 125% . Fn
= 1,25 x 0,1515625 = 0,18cm2
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 24
Fbr = ¼ π . d2
d2 = 0,18
1/4 . 3,14 = 0,229299363
d = √0,229299363 = 0,478852130 ………………= 4,78852130 mm
Karena dalam tabel nilai d yang paling kecil adalah d = 6 mm, maka dimbil ikatan
angin
d = 6 mm
3.5 Perhitungan Konstruksi Rangka Batang
a. Akibat Berat Sendiri
Gaya-gaya berat sendiri bekerja pada titik simpul batang tepi atas berat sendiri itu
diakibatkan oleh:
1. Berat Sendiri Penutup Atap + berat gording
Diketahui :
Penutup atap Asbes = 11 Kg /m
Jarak gording (A) = 2,13 m
Jarak kuda - kuda ( jk ) = 4 m
1. Berat sendiri Penutup atap
Pa = A . Berat Atap . Jarak kuda-kuda
= 2,`13 . 11 . 4
= 93,72 kg
2. Berat akibat beban berguna (beban hidup)
Berat sendiri orang (Po) =100 Kg
3. Berat sendiri gording
Dari tabel profil baja berat C - 8 adalah 8,64 kg/m
Pq = jarak kuda-kuda . berat gording
= 4 . 8,64
= 34,56 kg
4. Berat sendiri kuda-kuda
Panjang kuda-kuda = 14 meter
Jumlah titik simpul tepi atas (n) = 9
Gk = (L – 2) . l s/d (L + 4)
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 25
gk = (𝐿−2)𝑙
(𝐿+4)𝑙
gk1 = ( L - 2).l
= ( 14 – 2) 4
= 48 Kg /m
gk2 = (L+4).l
= ( 14 + 4). 4
= 72 kg/m
Gk = 48 + 72
2
= 60 Kg /m
Dikarenakan bentangnya 14 m, jumlah titik simpul pada batang tepi atas 9
(buah), maka berat total kuda-kuda adalah 14 x 60 = 840 Kg / m. sedangkan
pada titik simpul adalah
Gk = 19
kudakudatotalberat
= 840
8
= 105 Kg
5. Akibat Beban Angin
a. Beban Angin Kiri (Pki) = 40 kg/m2
b. Beban Angin Kanan (Pka) = 50 kg/m2
c. Kemiringan atap (𝛼) = 35o
d. Jarak gording terbesar (A)= 2,13 m
e. Jarak kuda-kuda = 4 m
Koefisien Angin
Koefisien angin tekan (c)
C = (0,02 . α -0,4 )
= (0,02 . 35 – 0,4 )
= 0,3
Koefisien angin hisap
C’ = -0,4
Beban angin pada kuda-kuda pertitik simpul batang tepi atas
Beban angin kiri
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 26
Tekan (W) = C. P kiri . A. L
= 0,3 . 40 . 2,13 . 4
= 102,24 kg/m
Hisap (W’) = C’ . P kiri . A. L
= -0,4 . 40 . 2,13 . 4
= -136,32 kg/m
Beban angin kanan
Tekan (W) = C. P kanan A. l
= 0,3 . 50 . 2,13 . 4
= 127,8 kg/m
Hisap (W’) = C’ . P kanan . A. L
= -0,4 . 50 . 2,13 . 4
= -170,4 kg/m
6. Beban air hujan
q air hujan = (Q) . jarak antar gording . jarak kuda-kuda
= (40 - 90,8 . 35) . 2,13 m . 4 m
= 217,77 kg
7. Berat Bracing
Pbr = 25%. Berat sendiri kuda-kuda
= 0,25. 105 kg
= 26,25 kg
Jadi berat total pada titik simpul adalah :
G = Pa + Pq + PGk + Qair + brancing
= 93,72 + 34,56 + 105 + 217,77 + 26,25
= 477,3 Kg
8. Akibat berat plafon
Diketahui :
Berat sendiri Plafon eternit = 8,47 Kg / m
Jarak gading-gading kap (l) = 4 m
(angka kelangsingan) / B = 1,75 m
Gaya pada titik simpul adalah :
Pf1 = λ . l . qf
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 27
= 1,75 . 4 . 8,47
= 59,22 kg
3.6 Perhitungan Gaya-gaya Batang
a. Perhitungan gaya-gaya batang cara cremona dan SAP akibat beban mati
Gambar 6. Rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban mati
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 28
SAP
Gambar 7. Gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban mati
Cremona
Gambar 8.Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban mati
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 29
Tabel Gaya Batang dan Kontrol
Tabel 3.Tabel gaya batang akibat beban mati
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+) TEKAN (-)
D1 419.04
D2 588.61
D3 794.5
D4 794.5
D5 588.61
D6 418.04
V1 0
V2 238.65
V3 477.3
V4 1431.9
V5 477.3
V6 238.65
V7 0
b. Perhitungan gaya-gaya batang cara cremona dan SAP akibat beban hidup
Gambar 9.rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban hidup
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
A1
TEKAN (-)
A2 2933.28
A3 2514.24
A4 2095.2
A5 1676.16
A6 1676.16
A7 2095.2
A8 2514.24
B1 2411.1 2933.28
B2 2411.1
B3 2066.66
B4 1722.22
B5 1722.22
B6 2066.66
B7 2411.1
B8 2411.1
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 30
SAP
Gambar 10.gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban hidup
Cremona
Gambar 11.gaya tiap batang menggunakan Cremona akibat beban hidup
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 31
Tabel Gaya Batang dan Kontrol
Tabel 4.Tabel gaya batang akibat beban hidup
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
D1 TEKAN (-)
D2 418.47
D3 587.81
D4 793.42
D5 749.34
D6 522.5
V1 0 278.98
V2 238.33
V3 476.65
V4 1390.24
V5 423.69
V6 158.88
V7 0
c. Perhitungan Gaya-Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Beban Plafon
Gambar 12. Rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban plafond
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
A1 TEKAN (-)
A2 2894.45
A3 2475.97
A4 2057.5
A5 1639.02
A6 1639.02
A7 2057.5
A8 2475.97
B1 2379.18 2894.45
B2 2379.18
B3 2035.2
B4 1691.22
B5 1672.11
B6 1977.87
B7 2207.19
B8 2207.19
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 32
SAP
Gambar 13.Gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban plafond
Cremona
Gambar 14.Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban plafond
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 33
Tabel Gaya Batang dan Kontrol
Tabel 5.Tabel gaya batang akibat beban plafond
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
D1 TEKAN (-)
D2 51.99
D3 73.03
D4 98.58
D5 115.00
D6 97.37
V1 59.22 103.98
V2 88.83
V3 118.44
V4 251.69
V5 138.18
V6 118.44
V7 118.44
d. Perhitungan Gaya-Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Angin Kiri
Gambar 15. Rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban angin kiri
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
A1 TEKAN (-)
A2 376.94
A3 324.95
A4 272.96
A5 220.96
A6 220.96
A7 281.62
A8 350.94
B1 309.84 454.93
B2 309.84
B3 267.1
B4 224.36
B5 231.49
B6 288.47
B7 373.94
B8 373.94
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 34
SAP
Gambar 16.Gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban angina kiri
Cremona
Gambar 17. Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban angina kiri
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 35
Tabel Gaya Batang
Tabel 6.Tabel gaya batang akibat beban angin kiri
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
D1 TEKAN (-)
D2 109.28
D3 153.39
D4 276.06 207.04
D5 204.52
D6 145.6
V1 0
V2 62.19
V3 124.38
V4
V5 62.19
V6 165.84
V7 0 82.92
e. Perhitungan Gaya-Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Beban Angin
Kanan
Gambar 18. Rangka kuda-kuda dan gaya gaya yang bekerja akibat beban angina kanan
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
A1 TEKAN (-)
A2 31.49 6.87
A3 69.86
A4 108.22
A5 25.58
A6 76.73
A7 127.88
A8 179.03
B1
B2 23.47
B3 23.47
B4 113.23
B5 202.99
B6 412.43
B7 532.11
B8 651.79
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 36
SAP
Gambar 19.Gaya tiap batang menggunakan Software SAP 2000 akibat beban angin kanan
Cremona
Gambar 20.Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban angina kanan
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 37
Tabel Gaya Batang
Tabel 7.Cara gaya batang akibat beban angin kanan
f. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi 1
= beban mati + Beban hidup + beban plafon
Kombinasi 2
= kombinasi 1 + angin kiri
Kombinasi 3
= kombinasi 1 + angin kanan
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
D1 182 TEKAN (-)
D2 255.65
D3 345.07
D4
D5 258.8
D6 191.74
V1 0 136.5
V2
V3 103.65
V4 207.3
V5 155.48 77.74
V6 77.74
V7 0
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
A1 223.78 TEKAN (-)
A2 159.84
A3 95.91
A4 31.97
A5 135.27
A6 87.32
A7 39.37
A8
B1 8.59
B2 135.42
B3 14.18 135.42
B4 163.78
B5 425.58
B6 537.78
B7 649.98
B8 649.98
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 38
Tabel 8. Tabel gaya-gaya batang rencana
3.7 Dimensionering Batang Kuda-kuda
Daftar Gaya Batang Maksimum
Tabel 9. Tabel gaya batang maksimum.
Batang atas (A) 6461.69 kg (tekan)
Batang Bawah (B) 5642.21 kg (tarik)
Batang Diagonal (D) 1917.64 kg (tekan )
Batang Vertikal (V) 3073.83 kg (tarik)
NA
MA
BATA
NG
TARI
K (+
)TE
KA
N (-
)TA
RIK
(+)
TEK
AN
(-)TA
RIK
(+)TE
KA
N (-
)TARI
K (+
)TEK
AN
(-)TA
RIK
(+)T
EKA
N (-
)TA
RIK
(+)TE
KA
N (-
)TARI
K (+
)TEK
AN
(-)TA
RIK
(+)T
EKA
N (-
)
A1
2933
.28
2894
.45
376.
946.
8722
3.78
6204
.67
6211
.54
223.
7862
04.6
7
A2
2514
.24
2475
.97
324.
9531
.49
159.
8453
15.1
631
.49
5346
.65
159.
8453
15.1
6
A3
2095
.220
57.5
272.
9669
.86
95.9
144
25.6
669
.86
4495
.52
95.9
144
25.6
6
A4
1676
.16
1639
.02
220.
9610
8.22
31.9
735
36.1
410
8.22
3644
.36
31.9
735
36.1
4
A5
1676
.16
1639
.02
220.
9625
.58
135.
2735
36.1
425
.58
3561
.72
135.
2735
36.1
4
A6
2095
.220
57.5
281.
6276
.73
87.3
244
34.3
276
.73
4511
.05
87.3
244
34.3
2
A7
2514
.24
2475
.97
350.
9412
7.88
39.3
753
41.1
512
7.88
5469
.03
39.3
753
41.1
5
A8
2933
.28
2894
.45
454.
9317
9.03
8.59
6282
.66
179.
0364
61.6
962
91.2
5
B124
11.1
2379
.18
309.
8423
.47
135.
4251
00.1
251
00.1
223
.47
5100
.12
135.
42
B224
11.1
2379
.18
309.
8423
.47
135.
4251
00.1
251
00.1
223
.47
5100
.12
135.
42
B320
66.6
620
35.2
267.
111
3.23
14.1
843
68.9
643
68.9
611
3.23
4383
.14
B417
22.2
216
91.2
222
4.36
202.
9916
3.78
3637
.836
37.8
202.
9938
01.5
8
B517
22.2
216
72.1
123
1.49
412.
4342
5.58
3625
.82
3625
.82
412.
4340
51.4
B620
66.6
619
77.8
728
8.47
532.
1153
7.78
4333
4333
532.
1148
70.7
8
B724
11.1
2207
.19
373.
9465
1.79
649.
9849
92.2
349
92.2
365
1.79
5642
.21
B824
11.1
2207
.19
373.
9465
1.79
649.
9849
92.2
349
92.2
365
1.79
5642
.21
D1
419.
0441
8.47
51.9
910
9.28
182
889.
599
8.78
182
889.
5
D2
588.
6158
7.81
73.0
315
3.39
255.
6512
49.4
514
02.8
425
5.65
1249
.45
D3
794.
579
3.42
98.5
820
7.04
345.
0716
86.5
1893
.54
345.
0716
86.5
D4
794.
574
9.34
115.
0027
6.06
258.
816
58.8
427
6.06
1658
.84
1917
.64
D5
588.
6152
2.5
97.3
720
4.52
191.
7412
08.4
820
4.52
1208
.48
1400
.22
D6
418.
0427
8.98
103.
9814
5.6
136.
580
114
5.6
801
937.
5
V1
00
59.2
20
059
.22
59.2
259
.22
V2
238.
6523
8.33
88.8
362
.19
103.
6556
5.81
628
565.
8110
3.65
V3
477.
347
6.65
118.
4412
4.38
207.
310
72.3
911
96.7
710
72.3
920
7.3
V4
1431
.913
90.2
425
1.69
62.1
977
.74
3073
.83
3073
.83
62.1
930
73.8
377
.74
V5
477.
342
3.69
138.
1816
5.84
155.
4810
39.1
710
39.1
716
5.84
1194
.65
V6
238.
6515
8.88
118.
4482
.92
77.7
451
5.97
515.
9782
.92
593.
71
V7
00
118.
440
011
8.44
118.
4411
8.44
Kom
binas
i 1
GAY
A B
ATA
NG
Kom
binas
i 2
GAY
A B
ATA
NG
Beba
n A
ngin
Kiri
GAY
A B
ATA
NG
Beba
n A
ngin
Kan
an
GAY
A B
ATA
NG
Beba
n M
ati
GAY
A B
ATA
NG
Beba
n Pl
afon
d
GAY
A B
ATA
NG
Kom
binas
i 3
GAY
A B
ATA
NG
Beba
n H
idup
GAY
A B
ATA
NG
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 39
A. Dimensi batang atas (A)
a. Batang terdiri dari batang A1 sampai dengan batang A8
b. Diketahui :
Gaya batang maksimum = 6461,7 kg = 6,4617 ton
Panjang batang = 2,13 m = 213 cm
Tegangan ijin (τ) = 1400 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
c. perhitungan
Imin = 1,69.P.lk2
= 1,69 .6,4617 ( 2,13 )2
= 49,544 cm4
Batang A merupakan batang tekan ; dipakai profil rangkap.
I Profil = 2
Imin 49,544
2 = 24,772 cm4
Dari table profil diambil ∟ 70 – 70 – 11
Iη = 26,0 cm4 = I min
Ix = Iy = 61,8 cm4
ix=iy = 2,08 cm4
F = 14,3 cm2
e = 2,13 cm
iη = 1,35 cm
Iξ = 97,6 cm
iξ = 2,61 cm
Kontrol :
1. Terhadap sumbu bahan (x)
λx = 𝐿𝐾
𝑖𝑥=
213
2,08 = 102,403 Tabel ѿ = 2,090
σ = 𝜛.𝑃
𝐹𝑝𝑟𝑜𝑓=
2,090 . 6461 ,7
2 . 14,3 = 472,2011 kg/cm2
= 472,2011 kg/cm2 ≤ = 1400 kg/cm2
2. Terhadap sumbu bebas bahan (Y)
Dipasang 4 plat kopling
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 40
Gambar 21.pemasangan plat kopling
L = 𝐿𝐾
𝑛−1 =
213
4−1= 71 kg/cm2
Potongan I-I tebal pelat kopling t = 10 mm =1 cm
e0= e + ½. t
= 2,13 + ½ .1
= 2,63 cm
Iy = (∑iy + ∑F. eo2)
∑Iy = 2 x Iy
= 2 x (61,8 + 5,86 x (2,63)2)
= 102,333 cm4
Jadi
cmxF
II
tot
y
y 891,13,142
333,102
λy = 𝐿𝐾
𝑖𝑦=
2,13
2,08 = 102,403 cm Tabel = 2,118
Syarat pemasangan kopling:
.
.34
21
F
Pl
y
x
71 ≤ ½ . 102,403. (4 − 32,118 .6461,7
2 .14,3 .1400 )
71 ≤ 152,303 cm
152,303 ≥ 71 cm memenuhi syarat........................Ok!!!
B. Dimensi batang bawah ( B )
a. Batang terdiri dari batang B1 sampai dengan batang B8
b. Diketahui :
Gaya batang maksimum (P) = 5642,2 kg = 5,6422 ton
Panjang batang = 2,13 m = 213 cm
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 41
Tegangan ijin (τ) = 1400 kg/cm2
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
c. perhitungan
= Fn
P = 1400 kg/cm2 Fn =
P
Fn = 𝑃
𝜎=
5642,2
1400 = 4,030 kg/cm2
80% Fbr = Fn
Fbr = Fn . 100
80
= 5,0375 cm2
Batang B merupakan batang tarik
digunakan profil rangkap
Fbr = 5,0375
2 = 2,5188 cm2
Tabel Profil ∟ 35 – 35 – 4 F = 2,67 cm2
Karena Profil minimum yang diijinkan untuk konstruksi ringan adalah ∟ 45 –
45 – 5
Jadi dimensi Profil yang didapat F table = 4,30 cm2 > Fbr = 2,5188 cm2, jadi
konstruksi yang digunakan adalah ∟ 45 – 45 – 5
Fn = Fbr / 1,25
Fn = 4,30 / 1,25
Fn = 3,44 cm2
= Fn
P = 1400 kg/cm2
= 5642,2
3,44 = 1239,49912 kg/cm2
= 1239,49912 kg/cm2 ≤ = 1400 kg/cm2........................Ok!!!
C. Dimensi batang diagonal ( D )
a. batang terdiri dari batang D1 sampai dengan batang D7
b. diketahui
Gaya batang maksimum = 3073,8 kg = 3,0738 ton
Panjang batang maks = 2,13 = 213 cm
Tegangan ijin (τ) = 1400 kg/cm2
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 42
Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
c. perhitungan
Imin = 1,69.P.lk2
= 1,69 . 3,0738 . ( 2,13 )2
= 23,568 cm4
Batang D merupakan batang tekan ; dipakai profil rangkap.
Dipakai profil rangkap profil = 23,568
2 = 11,784 cm4
Dari table profil diambil ∟ 80 – 80 – 8
Iη = 29,6 cm4
Ix = Iy = 72,3 cm4
ix=iy = 2,42 cm4
F = 12,3 cm2
e = 2,26 cm
iη = 1,55 cm
Kontrol :
1. Terhadap sumbu bahan (x)
λx = 𝑙𝑘
𝑖𝑥 =
213
2,42 = 88,016 Tabel = 1,761
σ = 𝜛𝑥.𝑃
𝐹𝑡𝑜𝑡=
7,720 . 3073 ,8
2 . 12,3 = 883,655 kg/cm2 ≤ 1400 .... ok
2. Terhadap sumbu bebas bahan (Y)
Dipasang 4 plat kopling
Gambar 22.pemasangan plat kopling
L = 213
4−1 = 71 kg/cm2
Potongan I-I tebal pelat kopling t = 10 mm =1 cm
e0 = e + ½. t
= 2,26 + ½ .1
= 2,76 cm
lytotal = ∑ly + ∑F. eo2
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 43
= (2 . (72,3)) + (2 . (12,3) (2,762))
= 331,993 cm4
Jadi :
cmxFbr
II
y
y 6736,33,122
331,993
761,10165,8842,2
213
cm
cm
i
lk
y
y
Syarat pemasangan kopling:
Syarat pemasangan kopling:
.
.34
21
F
Pl
y
x
71 ≤ ½ . 88,0165 . (4 − 31,761 . 3073 ,8
2 . 12,3 . 1400 )
71 ≤ 155,282 cm
155,282 cm ≥ 71 cm memenuhi syarat........................Ok!!!
D. Dimensi batang Vertikal ( V )
Pmaksimum 3073,8 kg = 3,0738 ton
Panjang Batang terbesar (lk/ls) = 4,85 m
Tegangan izin 1400 kg/cm2
Digunakan Profil rangkap baja siku sama kaki
Perhitungan
Fn = 𝑃
𝜎 =
3073,8
1400 = 2,1955 cm
Fbr = Fn . 1,25
= 2,1955 . 1,25
= 2,744
Dipakai profil rangkap profil = 2,744
2 = 1,3722 cm4
Dari tabel profil baja diambil ∟ 35 – 35 – 6
Fbr = 3,87
Fn = 𝐹𝑏𝑟
1,25 =
3,87
1,25 = 3,096 cm2
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 44
= 𝑃
𝐹𝑛 ≤
= 3073,8
3,096 = 992,829 kg/cm2 ≤ 1400 kg/cm2 ........................Ok!!!
DAFTAR DIMENSI BATANG
Tabel 10.Daftar dimensi batang kuda-kuda
NO NAMA BATANG DIMENSI BATANG KETERANGAN
1. A1- A8 ∟ 70 . 70 . 11 Tekan (+)
2. B1- B8 ∟ 45 . 45 . 5 Tarik (-)
3. D1-D6 ∟ 80 . 80 . 8 Tekan (+)
4 V1-V7 ∟ 35 . 35 . 6 Tarik (-)
3.8 Perhitungan Sambungan paku keling
3.8.1 Perhitungan
Profil maksimal seluruh kuda-kuda ∟ 80 . 80 . 8 2/1400 cmkg
σ = 0,8 . 1400 = 1120 kg/cm2
tp = 2 . = 2. 1400 = 2800
Digunakan paku keling 2,3 mm disambung secara doubel
Ngs = 2.𝑛𝑑2
4 =
2 . 3,14 . (2,3)2 . 1120
4
= 5081,776 kg Tebal plat diambil 10 mm = 1cm
Ntp = dsmin . tp
= 2,3 . 1. 2800
= 6400 kg
Kekuatan sebuah paku keling adalah 6400 kg (kekuatan 1 paku keling untuk Prof ┴ 80 . 80 . 8)
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 45
Gambar 23. Rangka batang kuda-kuda
Keterangan : n = jumlah paku keling Pn = Gaya
Ntp = daya dukung paku Nmin = Ngs
Pada pemasangan sambungan jumlah minimal paku keling adalah 2 buah
1. Jumlah paku keling pada titik simpul 1
Batang Titik A1
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
6211,54
6400= 0,970 ≈ 2 buah PK
Batang Titik B9
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5100 ,12
6400 = 0,796 ≈ 2 buah
2. Jumlah paku keling pada titik simpul 2
Batang Titik A1 dan A2
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
6211 ,54 + 5346 ,65
6400 = 1,8069 ≈ 2 buah
Batang Titik D24
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
998,78
6400 = 00,156 ≈ 2 buah
Titik V17
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
59,22
6400 = 0,00925 ≈ 2 buah
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 46
3. Jumlah paku keling pada titik simpul 3
Batang titik A2 dan A3
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5346 ,65 +4495 ,52
6400 = 1,537 ≈ 2 buah
Batang titik D25
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1402 ,84
6400 = 0,219 ≈ 2 buah
Batang titik V18
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
628
6400 = 0,098 ≈ 2 buah
4. Jumlah paku keling pada titik simpul 4
Batang titik A3 dan A4
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
4495 ,52 + 3644,36
6400 = 1,271 ≈ 2 buah
Batang titik D26
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1893 ,54
6400 = 0,295 ≈ 2 buah
Batang titik V19
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1196 ,77
6400 = 0,186≈ 2 buah
5. Jumlah paku keling pada titik simpul 5 Batang titik A4
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
3644 ,36
6400 = 0,569 ≈ 2 buah
Batang titik A5
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
3561,72
6400 = 0,556 ≈ 2 buah
Batang titik V20
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
3073 ,83
6400 = 0,480 ≈ 2 buah
6. Jumlah paku keling pada titik simpul 6
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 47
Batang titik A5 dan A6
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
3561 ,72 + 4511,05
6400 = 1,261 ≈ 2 buah
Batang titik V21
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1194 ,65
6400 = 0,186 ≈ 2 buah
Batang titik D27
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1917 ,64
6400 = 0,299 ≈ 2 buah
7. Jumlah paku keling pada titik simpul 7
Batang titik A6 dan A7
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
4511 ,05 + 5469,03
6400 = 1,559 ≈ 2 buah
Batang titik V22
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
593,71
6400 = 0,092 ≈ 2 buah
Batang titik D28
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1400 ,22
6400 = 0,218 ≈ 2 buah
8. Jumlah paku keling pada titik simpul 8
Batang titik A7 dan A8
n =𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5469 ,03 + 6461,69
6400 = 1,864 ≈ 2 buah
Batang titik D29
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
937,5
6400 = 0,146 ≈ 2 buah
Batang titik V23
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
118,44
6400 = 0,018 ≈ 2 buah
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 48
9. Jumlah paku keling pada titik simpul 9
Batang titik A8
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
6461 ,7
6400 = 1,009 ≈ 2 buah
Batang titik B16
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5642 ,21
6400 = 0,881 ≈ 2 buah
10. Jumlah paku keling pada titik simpul 10
Batang titik B16 dan B15
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5642 ,21 +5642,21
6400 = 1,763 ≈ 2 buah
Batang titik V23
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
118,44
6400 = 0,018 ≈ 2 buah
11. Jumlah paku keling pada titik simpul 11
Batang titik B15 dan B14
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5642 ,21 + 4870 ,78
6400 = 1,642 ≈ 2 buah
Batang titik D29
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
937,5
6400 = 0,146 ≈ 2 buah
Batang titik V22
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
593,71
6400 = 0,092 ≈ 2 buah
12. Jumlah paku keling pada titik simpul 12
Batang titik B14 dan B13
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
4870 ,78 + 4051,4
6400 = 1,394 ≈ 2 buah
Batang titik D28
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 49
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1400 ,22
6400 = 0,218 ≈ 2 buah
Batang titik V21
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1194 ,65
6400 = 0,186 ≈ 2 buah
13. Jumlah paku keling pada titik simpul 13
Batang titik B13 dan B12
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
4051 ,4 + 3801 ,58
6400 = `1,227 ≈ 2 buah
Batang titik D27
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1917 ,64
6400 = 0,299 ≈ 2 buah
Batang titik V20
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
3073 ,83
6400 = 0,480 ≈ 2 buah
Batang titik D26
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1893 ,54
6400 = 0,295 ≈ 2 buah
14. Jumlah paku keling pada titik simpul 14
Batang titik B12 dan B11
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
3801 ,58 + 4383,14
6400 = 1,278 ≈ 2 buah
Batang titik D25
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1402 ,84
6400 = 0,219 ≈ 2 buah
Batang titik V19
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
1196 ,77
6400 = 0,186 ≈ 2 buah
15. Jumlah paku keling pada titik simpul 15
Batang titik B11 dan B10
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
4383 ,14 + 5100,12
6400 = 1,481 ≈ 2 buah
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 50
Batang titik V18
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
565,81
6400 = 0,088 ≈ 2 buah
Batang titik D24
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
998,78
6400 = 0,156 ≈ 2 buah
16. Jumlah paku keling pada titik simpul 16
Batang titik B10 dan B9
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
5100 ,12 + 5100,12
6400 = 1,593 ≈ 2 buah
Batang titik V17
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 =
59,22
6400 = 0,00925 ≈ 2 buah
Tabel jumlah paku keeling yang digunakan
Tabel 11.Tabel panjang sambungan paku keling
No. NAMA
BATANG
JUMLAH
PAKU
KELING
DIAMETER
PAKU KELING
1 A1 2 Buah 20 mm
2 A2 2 Buah 20 mm
3 A3 2 Buah 20 mm
4 A4 2 Buah 20 mm
5 A5 2 Buah 20 mm
6 A6 2 Buah 20 mm
7 A7 2 Buah 20 mm
8 A8 2 Buah 20 mm
9 B1 2 Buah 14 mm
10 B2 2 Buah 14 mm
11 B3 2 Buah 14 mm
12 B4 2 Buah 14 mm
13 B5 2 Buah 14 mm
14 B6 2 Buah 14 mm
15 B7 2 Buah 14 mm
16 B8 2 Buah 14 mm
17 D1 2 Buah 23 mm
18 D2 2 Buah 23 mm
19 D3 2 Buah 23 mm
20 D4 2 Buah 23 mm
21 D5 2 Buah 23 mm
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 51
22 D6 2 Buah 23 mm
23 D7 2 Buah 23 mm
24 V1 2 Buah 14 mm
25 V2 2 Buah 14 mm
26 V3 2 Buah 14 mm
27 V4 2 Buah 14 mm
28 V5 2 Buah 14 mm
29 V6 2 Buah 14 mm
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan.
Berdasarkan hasil perhitungan, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis
ungkapkan mengenai perencanaan dan perhitungan konstruksi kuda-kuda rangka baja.
Kesimpulan itu antara lain :
Penentuan spesifikasi dan klasifikasi konstruksi sangat menentukan kemudahan
perhitungan dan pengerjaan konstruksi.
Pada perhitungan balok gording, besarnya dimensi balok selain dipengaruhi
oleh gaya yang bekerja pada penampang juga dipengaruhi oleh jarak antar kuda-
kuda pada konstruksi atap.
Pada perhitungan pembebanan yang diakibatkan oleh angin, besar kecilnya
kemiringan suatu atap akan menentukan besar kecilnya gaya angin yang
diterima. Dengan kata lain semakin besar sudut kemiringan atap semakin besar
pula gaya yang diterima oleh atap yang disebabkan oleh angin.
Pada perhitungan gaya batang pada tiap batang kuda-kuda. Perhitungan gaya
batang bisa dilaksanakan dengan cara manual (grafis dan analitis) ataupun
dengan bantuan program. Kedua cara tersebut terdapat kelemahan sehingga
perlu dikontrol antara satu cara dengan cara yang lainnya.
Penentuan dimensi batang tekan harus diperhitungkan terhadap panjang batang
yang diperhitungkan. Sedangkan untuk batang tarik hanya diperhitungkan
terhadap gaya dan jumlah perlemahan yang disebabkan oleh jenis dan
banyaknya alat sambung.
Penentuan jarak dan letak alat sambung pada perhitungan sambungan tidak
boleh sembarangan, karena perletakkan yang salah akan mempengaruhi
kekuatan sambungan.
Pada perencanaan konstruksi atap pasti memerlukan gording untuk menjadi
penahan penutup atap, dalam laporan ini penutup atap memakai seng. Dapat
diperkirakan untuk bebannya 10 Kg/cm2, maka dari itu digunakan profil baja C – 8
untuk mengontrol tegangan serta lendutan.
Penulis juga menghitung gaya setiap batang memakai cara grafis dan komputasi,
dalam cara grafis penulis memakai cara Cremona dan komputasi penulis memakai
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 53
software SAP 2000. Agar dapat melihat gaya yang mempengaruhi setiap batang atas,
bawah, vertikal dan diagonal.
Dalam laporan ini penulis merencanakan memakai profil siku rangkap L 70 . 70 . 11
untuk batang Atas, L 45 . 45 . 5 untuk batang Bawah, L 80 . 80 . 8 untuk batang
Diagonal, L 45.45.5 untuk batang Vertikal. Profil yang digunakan sangat sesuai dengan
kebutuhan dan perhitungan konstruksi rangka atap baja.
Untuk menyambung antar batang pada konstruksi atap ini menggunakan sambungan
menggunakan paku keling. Sambungan paku keling yang digunakan pun sesuai dengan
kebutuhan dan perhitungan pada perencanaan konstruksi atap ini.
4.2 Saran
Untuk perbaikan tugas perencanaan ini dimasa yang akan datang, pada bagian
ini penulis menyampaikan beberapa saran dan masukan, saran dan masukan itu antara
lain :
Pada perhitungan dimensi gording, disarankan menghitung beberapa percobaan
dimensi, dengan tujuan agar dimensi yang dihasilkan betul-betul sesuai dengan
kebutuhan.
Penentuan gaya batang akan lebih mudah dan cepat dilaksanakan dengan
bantuan program, selain itu faktor kesalahan pada perhitungan relatif kecil.
Perhitungan gaya batang akan lebih mudah dan cepat bila menggunakan cara
grafis.
Penggunaan bahan harus sesui dengan perhitungan yang dilakukan.
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 54
DAFTAR PUSTAKA
Baehaqi, Ahmad. (2011). Perhitungan Konstruksi Rangka Atap Baja. Bandung
Gunawan, Rudy. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta : Kanisius
KH, Sunggono (1995). Buku Teknik Sipil. Bandung : Nova
Salmon, Charles G. (1990). Struktur Baja. Jakarta: Erlangga
Supriyatna, Nandan. (2016). Perhitungan Batang Tarik (Power Point). Bandung :
Pendidikan Teknik Bangunan
Supriyatna, Nandan. (2016). Perhitungan Batang Tekan (Power Point). Bandung :
Pendidikan Teknik Bangunan
Supriyatna, Nandan. (2016). Perhitungan Sambungan (Power Point). Bandung :
Pendidikan Teknik Bangunan
Z. Lambri (1999). Daftar-daftar untuk Konstruksi Baja. Jakarta : Pradya Paramita