BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri terbesar di dunia, berkembangnya industri pariwisata di sebuah negara akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian negara tersebut. 1 Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. 2 Berdasarkan penghitungan Badan Pusat Statistik tahun 2015, Indonesia memiliki kurang lebih 17.504 pulau. 3 Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentunya memiliki banyak pantai-pantai yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Selain menyimpan potensi alam yang melimpah, Indonesia juga memiliki keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya. Semua potensi- potensi tersebut merupakan modal besar bagi pemerintah dalam usahanya mengembangkan dan meningkatan kepariwisataan di Indonesia. 1 Sesuai dengan pemberitaan di Jakarta.go.id. ______, “Industri Pariwisata”, jakarta.go.id, http://www.jakarta.go.id/v2/news/2014/06/industri-pariwisata, diakses pada tanggal 18 April 2017 pukul 10.24 WIB. 2 Sesuai dengan pemberitaan di Detik Finance. ______, “Cicip Sutardjo: Dunia Akui Indonesia Negara Kepulauan Terbesar”, detikFinance, https://finance.detik.com/ekonomi- bisnis/2009877/cicip-sutardjo-dunia-akui-indonesia-negara-kepulauan-terbesar, diakses pada tanggal 18 April 2017 pukul 11.13 WIB. 3 Sesuai dengan data sensus di website resmi Badan Pusat Statistik. Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi, 2002-2015”, Badan Pusat Statistik, https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366, diakses pada tanggal 18 April 2017 pukul 13.56 WIB.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor industri terbesar di dunia,

berkembangnya industri pariwisata di sebuah negara akan memberikan dampak

yang cukup signifikan terhadap perekonomian negara tersebut.1 Indonesia adalah

salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.2 Berdasarkan penghitungan Badan

Pusat Statistik tahun 2015, Indonesia memiliki kurang lebih 17.504 pulau.3

Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentunya memiliki banyak pantai-pantai

yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Selain menyimpan potensi alam

yang melimpah, Indonesia juga memiliki keanekaragaman flora dan fauna,

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya. Semua potensi-

potensi tersebut merupakan modal besar bagi pemerintah dalam usahanya

mengembangkan dan meningkatan kepariwisataan di Indonesia.

1 Sesuai dengan pemberitaan di Jakarta.go.id. ______, “Industri Pariwisata”, jakarta.go.id,

http://www.jakarta.go.id/v2/news/2014/06/industri-pariwisata, diakses pada tanggal 18 April 2017

pukul 10.24 WIB. 2 Sesuai dengan pemberitaan di Detik Finance. ______, “Cicip Sutardjo: Dunia Akui Indonesia

Negara Kepulauan Terbesar”, detikFinance, https://finance.detik.com/ekonomi-

bisnis/2009877/cicip-sutardjo-dunia-akui-indonesia-negara-kepulauan-terbesar, diakses pada

tanggal 18 April 2017 pukul 11.13 WIB. 3 Sesuai dengan data sensus di website resmi Badan Pusat Statistik. Direktorat Jenderal

Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri, “Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut

Provinsi, 2002-2015”, Badan Pusat Statistik, https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1366,

diakses pada tanggal 18 April 2017 pukul 13.56 WIB.

2

Menurut Media Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia, Indonesia

memiliki panjang garis pantai sekitar 95.181 km.4 Ukuran tersebut merupakan

urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai

terpanjang kedua di dunia.5 Pantai memiliki potensi keindahan maupun kekayaan

alam yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut harus dimanfaatkan

secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional. Dengan meningkatnya

pendapatan nasional diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Indonesia. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan

menjanjikan bagi perekonomian nasional di masa depan sebagai pengganti sektor

migas di masa ini (Kalangi dkk, 2016: 324).

Selama ini Yogyakata dikenal sebagai kota pelajar. Selain itu, Yogyakarta

juga dikenal sebagai kota seni dan budaya. Hal ini tentunya akan menarik minat

wisatawan untuk berkunjung. Melihat kearifan lokal yang ada dan ditambah

dengan masyarakat Yogyakarta yang terkenal dengan keramahannya membuat

wisatawan semakin nyaman berada di Yogyakarta. Hal ini pula yang membuat

Yogyakarta dikenal sebagai kota yang membuat siapapun yang datang pernah

datang selalu rindu ingin kembali. Beberapa tempat yang selalu ramai dengan

wisatawan misalnya, Malioboro, Benteng Vredeburg, Keraton Yogyakarta, Pantai

Parangtritis, dan lain sebagainya. Yogyakarta dipandang sebagai tempat yang

4 Sesuai dengan data di majalah Media Keuangan Kementerian Keuangan Indonesia. Kurniati, Iin

dan Kesuma, Irma. 2015. “Menyoal Fiskal Negeri Bahari”. Media Keuangan. April. Vol. 10 (91):

18-20. https://www.kemenkeu.go.id/emagz/media-keuangan-april-2015, diakses pada tanggal 18

April 2017 pukul 14.23 WIB. 5 Sesuai dengan pemberitaan di DW.COM. ______, “10 Negara dengan Garis Pantai Terpanjang

di Du.nia”, DW.COM, http://www.dw.com/id/10-negara-dengan-garis-pantai-terpanjang-di-

dunia/g-18951508, diakses pada tanggal 18 April 2017 pukul 14.45 WIB.

3

mempunyai keunikan tersendiri dibanding dengan daerah lain, mulai dari wisata

alam hingga wisata religi. Wisata alam yang disuguhkan Yogyakarta meliputi

pegunungan, hutan, embung, dan pantai. Jika dilihat dari satuan fisiografis dan

geologisnya Yogyakarta memang memiliki keadaan geomorfologis dan bentang

lahan yang beragam, mulai dari Gunung Merapi, Pegunungan Selatan,

Pegunungan Kulon Progo, dan Pantai. Dengan panjang garis pantai yang

mencapai 113.000 km,6 Yogyakarta menyimpan banyak pantai surga dunia yang

tersembunyi. Dimulai dari ujung timur Yogyakarta terdapat deretan pantai-pantai

Wonosari dengan daya tariknya berupa pantai pasir putih hingga barat Yogyakarta

yaitu Kulon Progo yang mempunyai data tariknya masing-masing. Namun, di

antara pantai yang terbentang dari Wonosari hingga Kulon Progo tersebut juga

terdapat barisan pantai yang sejuk, teduh tetapi tetap dengan ombaknya yang

besar sebagai kekhasan pantai selatan, yaitu barisan pantai di daerah Bantul.

Barisan pantai di Bantul mempunyai daya tarik yang berbeda dibandingkan

dengan pantai-pantai di daerah lain, yaitu terdapatnya pohon cemara udang yang

rimbun. Hal ini membuat suasana yang teduh dan sejuk, sehingga dapat

memanjakan wisatawan yang berkunjung. Para wisatawan yang datang dapat

bermain dan menikmati keindahan pantai sepanjang hari tanpa khawatir dengan

teriknya matahari.

Pantai Kuwaru adalah salah satu pantai yang menjadi pelopor penanaman

pohon cemara udang di bibir pantai yang telah terbukti mampu mendatangkan

6 Sesuai dengan data di website resmi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, “Aplikasi

Dataku Daerah Istimewa Yogyakarta: Luas Wilayah Panjang Garis Pantai”, Badan Pusat

Statistik, http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/si/data_profil/html2print/441/0/2/2012-2016,

diakses pada tanggal 18 April 2017 pukul 14.14 WIB.

4

banyak wisatawan. Hingga akhirnya cara tersebut diikuti dan dilakukan pada

pantai-pantai yang lain. Ide tentang menanam pohon cemara udang ini timbul dari

para nelayan yang diinisasi oleh Sudaljo yang penasaran dan ingin mencoba

menanam cemara udang di daerah pantai, bibit cemara udang tersebut diperoleh

dari hibah PT Indokor Bangun Desa. Bibit cemara udang yang ditanam tersebut

ternyata mampu tumbuh dengan subur, sehingga para nelayan yang diwakilkan

oleh Punijo mengajukan tambahan bantuan bibit cemara udang kepada

pemerintah. Pengajuan bantuan ini berujung pada diadakannya program

penanaman cemara udang secara massal oleh pemerintah dan masyarakat di

Pantai Kuwaru. Seiring dengan tumbuhnya pohon cemara udang membuat Pantai

Kuwaru semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan karena kenyamanannya.

Menurut hasil wawancara dengan seorang tokoh masyarakat, Sudaljo,

menjelaskan bahwa pohon cemara udang yang semakin tumbuh lebat ternyata

menimbulkan adanya dampak negatif bagi Pantai Kuwaru. Kencangnya angin laut

menuju daratan tidak mampu menembus cemara udang yang semakin lebat dan

berbelok hingga mengakibatkan abrasi. Jumlah pohon cemara udang semakin hari

semakin berkurang. Jalan membatasi antara pantai dan warung/tempat makan

lambat laun mulai menghilang dan rumah makan yang dibangun di Pantai Kuwaru

mulai hancur terkena abrasi.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dinilai efektif dalam

perkembangannya meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal tersebut tidak

terlepas dari perkembangan kebutuhan pariwisata. Masyarakat yang dalam hal ini

dapat dikatakan sebagai seorang pemilik, tentunya masyarakat mempunyai hak

5

dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan produknya. Selain juga

berkewajiban untuk merawat dan menjaganya. Masyarakat harus terlibat langsung

dalam setiap proses pengambilan keputusan terkait kebijakan pengembangan dan

pengelolaan wisata agar terbentuk pariwisata yang berbasis masyarakat.

Suansri (2003: 14) menjelaskan bahwa Community Based Tourism merupakan

pariwisata yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial daan

budaya.

Masyarakat Dusun Kuwaru terus diposisikan sebagai objek sekaligus

subjek daya tarik wisata. Pengelola Pantai Kuwaru, dalam hal ini masyarakat

Pantai Kuwaru tidak mengijinkan adanya investor yang masuk untuk berinvestasi

atau ikut campur dalam pengelolaan Pantai Kuwaru. Dengan demikian, berbagai

tempat usaha yang dibangun di Pantai Kuwaru baik rumah makan atau fasilitas

pendukung yang lain hanya bisa didirikan oleh masyarakat Desa Kuwaru. Hal ini

sesuai dengan konsep community based tourism. Pariwisata berbasis masyarakat

(community based tourism) merupakan konsep pengembangan kepariwisataan

yang sesuai dengan pariwisata berkelanjutan. Community based tourism

merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Konsep

tersebut mengedepankan peran aktif masyarakat yang bertujuan memberikan

kesejahteraan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, di samping juga

melindungi kehidupan sosial dan budaya. Suansri (2003: 22) menyebutkan

bahwa ada lima dimensi yang merupakan aspek utama pengembangan community

based tourism, yaitu sebagai berikut.

6

1. Dimensi ekonomi, dengan indikator adanya aliran dana yang masuk untuk

pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan yang mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.

2. Dimensi sosial dengan tolok ukur meningkatnya kualitas hidup, pembagian

peran yang adil dan penguatan komunitas.

3. Dimensi budaya dengan indikator adanya dorongan masyarakat untuk saling

menghormati dan menghargai budaya yang berbeda-beda.

4. Dimensi lingkungan, dengan tolok ukur pengelolaan sampah dan menjaga

kebersihan, serta kepedulian terhadap konservasi tempat wisata.

5. Dimensi politik dengan indikator meningkatnya peran serta aktif masyarakat

lokal, peningkatan kekuasaan komunitas dan menjamin hak-hak dalam

pengelolaan sumber daya alam.

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan konsep yang fleksibel.

Penerapan pariwisata berbasis masyarakat bisa disesuaikan dengan karakteristik

dan kondisi dari suatu destinasi wisata, baik secara fisik, politik maupun ekonomi.

Pertimbangan tersebut dilakukan mengingat tiap destinasi wisata selalu memiliki

keunikan tersendiri dibandingkan dengan yang lain. Seperti halnya yang terjadi

dengan salah satu pantai yang ada di Yogyakarta, yaitu Pantai Kuwaru. Pantai

Kuwaru merupakan pantai yang awal mulanya dibangun dan dikembangkan oleh

masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, mulailah muncul berbagai konflik

dalam pengelolaan pantai. Konflik ini mengakibatkan pengembangan pantai yang

kurang maksimal, sehingga menyebabkan penurunan tingkat kunjungan

wisatawan. Hal ini berbeda dengan pantai Bantul lainnya, yang pengelolaannya

7

relatif lebih tertata dan terorganisir, sehingga pengembangan pantai dapat

dilakukan dengan maksimal. Inilah alasan yang membuat peneliti tertarik untuk

meneliti permasalahan yang ada di Pantai Kuwaru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah yang

akan diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana partisipasi masyarakat lokal

dalam pengembangan Pantai Kuwaru dan kontribusi Pantai Kuwaru terhadap

masyarakat lokal.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah meneliti dan mengkaji partisipasi

masyarakat lokal dalam memberikan kontribusi untuk pengembangan Pantai

Kuwaru.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini mampu memberikan manfaat teoritis dan

praktis sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis.

Sebagai bahan tambahan referensi dan wawasan dalam pengembangan

destinasi wisata, khususnya wisata alam yang sangat banyak dan berpotensi

untuk dijual serta bertujuan untuk memberdayakan dan mensejahterakan

masyarakat di lingkungan objek wisata.

2. Manfaat Praktis.

8

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, penelitian ini di harapkan

mampu memberikan informasi dan gambaran mengenai Pantai Kuwaru,

sehingga bisa lebih diperhatikan dan tepat sasaran dalam pegambilan

kebijakan.

b. Bagi masyarakat Pantai Kuwaru, dapat dijadikan sebagai pedoman

dalam pengelolaan Pantai Kuwaru dan perencanaan dalam usaha

meningkatkan keterlibatan masyarakat di lingkungan Pantai Kuwaru.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya sebagai referensi tambahan maupun perbandingan dan kajian.

Penelitian mengenai partisipasi masyarakat berbasis community based tourism

telah banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

partisipasi masyarakat lokal dalam kontribusinya pada pengembangan suatu

destinasi wisata.

Penelitian tentang partisipasi masyarakat berbasis community based

tourism pernah dilakukan Syafi’i dan Suwandoko pada tahun 2015. Syafi’i dan

Suwandoko (2015: 59) dalam penelitiannya tentang perencanaan desa wisata

dengan pendekatan konsep community based tourism (CBT) di Desa Bedono,

Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak menyatakan bahwa perlu adanya

komitmen yang tinggi dari pemerintah desa dan masyarakat untuk pembentukan

desa wisata terhadap desa yang memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan

9

menjadi desa wisata. Keterlibatan masyarakat sebagai pengelola merupakan poin

terpenting dalam pengembangan pariwisata, ditilik dari tujuan adanya pariwisata

adalah untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu,

perlu adanya pelatihan dan pembinaan SDM secara intensif oleh instansi terkait

kepada masyarakat desa, khususnya dalam bidang kepariwisataan.

Damasdino (2015: 155) dalam penelitiannya tentang studi karakteristik

wisatawan dan upaya pengembangan produk wisata tematik di Pantai Goa

Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru Kabupaten Bantul

menyatakan bahwa wisatawan yang datang ke Pantai Kuwaru di dominasi oleh

pelajar/mahasiswa berumur di bawah 22 tahun. Damasdino (2015: 156)

mengatakan bahwa Pantai Kuwaru lebih fokus terhadap wisata berbasis kuliner

selain daya tarik utamanya yang berupa pantai. Selain itu dalam penelitiannya

juga disebutkan bahwa motivasi utama wisatawan berkunjung ke pantai Kuwaru

banyak dipengaruhi oleh motivasi fisik yang menitikberatkan pada aktivitas yang

menyegarkan jiwa, kegiatan rekreasi/senang-senang, berbelanja, dan beraktifitas

olahraga.

Azizi (2014: 121) dalam penelitiannya tentang konsep, penerapan, dan

kendala penataan ruang kawasan pesisir Pantai Kuwaru Kabupaten Bantul,

Yogyakarta menyatakan bahwa penggunaan ruang kawasan pesisir Pantai Kuwaru

masih kurang terorganisir. Ruang lindung dan ruang budidaya yang ada di Pantai

Kuwaru menjadi satu dan tidak terbagi. Hal ini dikarenakan pengurangan lahan

oleh aktivitas alam dan manusia. Kondisi ini diperparah dengan penggunaan

ruang yang digunakan bukan pada fungsi ruangnya, sehingga menjadikan

10

pelaksanaan penataan ruang menjadi buruk. Sedangkan tujuan dari penataan ruang

adalah untuk mencapai keseimbangan alam antara pemanfaatan ruang dan

pengendalian pemanfaatan ruang agar menjadikan lingkungan yang nyaman, asri

dan seimbang. Azizi (2014: 123) menemukan bahwa terdapat permasalahan dalam

perencanaan pemanfaatan ruang kawasan pesisir Pantai Kuwaru. Permasalahan

tersebut, yaitu belum terlaksananya pemanfaatan ruang yang sesuai dengan

perencanaan ruang dalam RTRW daerah maupun dalam konsep DED Pantai

Kuwaru; pengurangan luas daratan dikarenakan pengikisan daratan oleh ombak

atau abrasi pantai yang cukup tinggi; banyaknya penambak udang air payau tanpa

izin; banyaknya pohon cemara udang yang hancur karena tidak kuat menahan

abrasi; hilangnya tempat konservasi penyu karena aktivitas abrasi pantai yang

tinggi; dan buruknya penataan JLS (Jalur Lintas Selatan) yang dekat dengan bibir

pantai disebabkan kemunduran lahan pesisir akibat aktivitas abrasi Pantai

Kuwaru.

Setyawati (2014: 143) dalam penelitiannya yang berjudul Pemberdayaan

Masyarakat sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat Pesisir

Berdasarkan Kearifan Lokal (Studi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Kawasan

Pantai Kuwaru dan Pandansimo, Bantul untuk Mendukung Pengembangan Sektor

Pariwisata) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat pesisir melalui Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP) di Pantai Kuwaru memiliki manfaat bagi masyarakat

setempat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa

lebih dari 60% responden setuju bahwa program PEMP mempunyai manfaat bagi

11

masyarakat setempat. Manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dari

program PEMP ini, antara lain terjadi diversifikasi usaha ekonomi masyarakat

pesisir, tingkat pendapatan masyarakat meningkat dan masyarakat memperoleh

tempat pengembangan diri.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pariwisata

Pariwisata merupakan perjalanan sementara waktu yang dilakukan dari

suatu tempat ke tempat lain, dengan tujuan untuk menikmati perjalanan tamasya

atau rekreasi dan menutupi kebutuhan yang beraneka ragam (Yoeti, 2010: 41).

Pendit (2003), mengemukakan bahwa kepariwisataan dapat memberikan

dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan atau perbaikan sarana

prasarana transportasi, kebersihan, kesehatan, kelestarian lingkungan dan budaya

dan sebagainya. Pada akhirnya kegiatan pariwisata akan mampu mendatangkan

manfaat bagi masyarakat sekitar, khususnya dalam menumbuhkan perekonomian

dan meningkatkan kesejahteraan sosial.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan

pemerintah daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara.

12

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh satu orang atau lebih dari suatu tempat ke tempat lain dalam

jangka pendek dengan tujuan untuk bertamasya atau rekreasi. Hal ini terhitung

sejak pergi dari tempat asal ke tempat tujuan hingga kembali lagi ke tempat asal.

Dengan adanya pariwisata, akan memunculkan adanya potensi-potensi

pembangunan yang dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Potensi

yang dimaksud dapat berupa potensi internal maupun potensi eksternal. Potensi

internal meliputi kondisi fisik objek, kualitas objek dan dukungan bagi

pengembangan. Sedangkan potensi eksternal berupa pengembangan suatu objek

wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap.

Selain itu, pariwisata juga memiliki potensi dalam memberikan kontribusi

terhadap pendapatan asli daerah atau PAD (Sujali, 1989: 52).

1.6.2 4A (Attraction, Accessibility, Amenity, dan Ancilliary)

Daya tarik wisata menurut Cooper dkk (1995: 81), harus memiliki 4

(empat) komponen, yaitu : attraction, accessibility, amenity, dan ancilliary.

1. Attraction (Atraksi)

Attraction merupakan komponen yang dapat menarik kunjungan

wisatawan. Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata jika memiliki

potensi yang mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi

wisata atau yang lebih dikenal sebagai daya tarik wisata. Potensi yang

dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata inilah yang menjadi modal

atau sumber kepariwisataan suatu destinasi wisata. Modal atau sumber

13

kepariwisataan yang dapat menarik kunjungan wisatawan, misalnya

natural resources (atraksi wisata alam), atraksi wisata budaya, dan atraksi

buatan. Keberadaan atraksi inilah yang kemudian menjadi alasan dan

motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata.

2. Accessibility (Aksesbilitas)

Accessibility merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan

pariwisata karena berkaitan dengan akses menuju destinasi wisata.

Accessibility identik kaitannya dengan transferabilitas, yaitu kemudahan

untuk bergerak dari suatu daerah ke daerah lain. Jika suatu daerah tidak

tersedia aksesibilitas yang baik, seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya,

maka tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan

aksesibilitas di daerah tersebut. Oleh karena itu, jika suatu daerah memiliki

potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai

agar daerah tersebut dapat dikunjungi dengan mudah.

3. Amenity (Fasilitas)

Amenity adalah segala bentuk sarana dan prasarana yang

dibutuhkan wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan

prasarana yang dimaksud, misalnya penginapan, rumah makan,

transportasi, dan sebagainya.

4. Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Ancilliary merupakan pelayanan tambahan yang mendukung

adanya kepariwisatawan, seperti lembaga pengelolaan, tourist information,

travel agent dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.

14

1.6.3 Prinsip – prinsip Community Based Tourism

Suansri (2003: 11) mengatakan bahwa community based tourism

merupakan konsep yang terfokus pada dampak pariwisata terhadap masyarakat

dan sumber daya lingkungannya. CBT merupakan strategi pengembangan

masyarakat dengan menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat

kemampuan masyarakat desa dalam berorganisasi mengelola sumber daya

pariwisata. Dalam penerapannya terdapat prinsip-prinsip community based

tourism yang perlu diperhatikan.

a. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam

pariwisata.

b. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata

dalam berbagai aspeknya.

c. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas yang bersangkutan.

d. Meningkatkan kualitas kehidupan.

e. Menjamin keberlanjutan lingkungan.

f. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal.

g. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya.

h. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia.

i. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara

proporsional kepada anggota masyarakat.

j. Memberikan kontribusi dengan persentase tertentu dari pendapatan yang

diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat.

k. Menonjolkan keaslian hubungan masyarakat dengan lingkungan.

15

1.6.4 Kedudukan masyarakat lokal

Masyarakat sebagai pemilik dari suatu destinasi wisata memiliki tanggung

jawab dalam menjaga dan mengelola tempat wisata, sehingga terjaga kelestarian

dan keberlanjutannya. Damanik (2006: 23) menjelaskan bahwa masyarakat lokal

memiliki kedudukan yang penting dalam pengelolaannya. Penduduk asli yang

bermukim di kawasan wisata merupakan pemain kunci dalam pariwisata karena

sebagian besar atraksi disajikan oleh penduduk asli dan sebagai penentu kualitas

produk wisata. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang berkelanjutan agar

masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif demi terwujudnya masyarakat yang

memiliki perhatian dan kepedulian pada kegiatan ekowisata.

Damanik (2006: 106) menyatakan bahwa terdapat beberapa langkah dasar

untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat. Pertama, masyarakat harus diberikan

pemahaman tentang peran mereka terhadap pariwisata. Kedua, masyarakat harus

diberikan dorongan untuk berpartisipasi dengan mengajak pemimpin lokal,

asosiasi lokal, gagasan-gagasan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga,

pembentukan kelompok pemangku kepentingan lokal, sehingga masyarakat dapat

terlibat intensif. Keempat, memadukan manfaat keuntungan dengan kegiatan

konservasi secara langsung dalam peningkatan pendapatan maupun perluasan

kesempatan kerja. Kelima, memastikan keuntungan dinikmati oleh masyarakat

setempat, baik secara perorangan maupun kolektif. Keenam, memastikan

pemimpin informal dan formal masyarakat terlibat di dalam perencanaan dan

pengelolaan pariwisata. Ketujuh, menciptakan perubahan dengan mengajak

organisasi-organisasi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan sosial melalui

16

aktivitas ekonomi, misalnya: koperasi, asosiasi perajin, peternak, dan sebagainya.

Kedelapan, memahami bahwa setiap kawasan memiliki situasi yang khusus.

Struktur otoritas lokal sangat berbeda antara satu daerah dengan daerah lain,

sehingga kesepakatan tercapai, tetapi tidak mengakomodasi kepentingan

kelompok marjinal, seperti perempuan atau kelompok lanjut usia (lansia).

Kesembilan, melakukan pengawasan dan evaluasi dan evaluasi secara berlannjut.

Kontrol tidak terbatas pada pencapaian target-target ekonomi, tetapi juga pada

dampak–dampak non-ekonomi.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Coalter (1999) dalam Rindrasih (2004)

dalam Damanik dkk (2015: 22), metode kuantitatif telah menuai bannyak kritik

dari berbagai pihak karena berbagai kajian yang menggunakan metode penelitian

pendekatan nominal, angka dan kategorisasi data pada ilmu pariwisata hanya

mengulang-ulang data tanpa memberikan pengetahuan baru, sehingga metode

kualitatif dinilai lebih efektif karena mampu memberikan pemahaman yang

mendalam terhadap penelitian. Metode ini bertujuan untuk memperoleh semua

informasi yang berkaitan dengan partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadap

pengelolan Pantai Kuwaru.

1.7.1 Lokasi penelitian

Tempat penelitian adalah Pantai Kuwaru yang terletak di barisan pantai

Bantul, Desa Poncasari, Kecamatan Srandakan, Bantul.

17

1.7.2 Teknik pengumpulan data

Menurut Jusuf (2012: 145), data atau dalam bentuk jamaknya disebut

datum merupakan keterangan atau gambaran yang berisi suatu hal atau fakta.

Menurut subjek perolehannya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Data primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber

atau objek yang diteliti tanpa melalui perantara. Teknik yang digunakan

dalam mengumpulkan data primer pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Observasi.

Pengumpulan data melalui teknik observasi adalah dengan

mengamati objek yang diteliti secara langsung. Tujuan dari pengumpulan

data dengan observasi yaitu untuk membuat deskripsi atas kondisi Pantai

Kuwaru dan keadaan masyarakat serta partisipasi masyarakatnya. Jenis

observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi non-

partisipasi (non-participant observation). Jenis observasi ini dipilih agar

mampu memperoleh data atau informasi yang nyata dan benar, sehingga

tidak menimbulkan bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

b. Wawancara.

Pengumpulan data melalui teknik wawancara merupakan cara

untuk mendapatkan data atau informasi dari narasumber dengan

wawancara secara langsung (face to face). Jenis wawancara yang

dilakukan adalah wawancara tak berstruktur. Wawancara tak berstruktur

18

dipilih dengan alasan wawancara ini lebih terbuka dan bebas dengan

hanya mendasarkan pada pedoman-pedoman atas pertanyaan terhadap

infomasi yang diinginkan. Dalam melakukan wawancara, ada beberapa

kriteria narasumber yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai

berikut.

1) Memiliki wewenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan

Pantai Kuwaru, dan/atau

2) Mempunyai posisi yang penting di dalam masyarakat, dan/atau

3) Masyarakat yang terlibat langsung dengan Pantai Kuwaru.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka narasumber yang dipilih

adalah sebagai berikut.

1) Kepala Dusun Kuwaru;

2) POKGIAT;

3) Pengelola Pantai Kuwaru;

4) Tokoh masyarakat;

5) Pedagang;

6) Wisatawan; dan

7) Masyarakat.

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui perantara atau

bahan kepustakaan seperti dokumen atau publikasi. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Pengumpulan data

dengan studi pustaka bertujuan untuk memperoleh data, buku, artikel, brosur

19

ataupun sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan destinasi wisata.

1.7.3 Analisis data

Data primer yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah agar menjadi

informasi yang mendukung penelitian. Segala Informasi yang berkaitan baik

berupa data masa lalu dan keadaan saat ini selanjutnya akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Teknik penyajian data yang digunakan adalah pengkategorian

data, penyajian foto dan penjelasan secara deskriptif tentang hasil wawancara dan

temuan data lainnya. Tujuan dilakukannya penyajian data adalah untuk

melaporkan tingkat partisipasi masyarakat.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab awal yang berisi Latar Belakang Masalah,

Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Landasan Teori, Metode penelitian dan Sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PANTAI KUWARU

Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang deskripsi lokasi penelitian di

Pantai Kuwaru.

BAB III ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT BERBASIS

COMMUNITY BASED TOURISM

Bab ini menjelaskan pengembangan Pantai Kuwaru berbasis communtiy

based turism di masyarakat dan penguraian segala aktifitas yang ada di Pantai

20

Kuwaru dan seberapa jauh tingkat masyarakat secara tidak sadar telah melakukan

point – point dasar CBT (Community Based Tourism).

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian, berisi

simpulan dari keseluruhan penulisan dan saran dari penulis.