BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.ub.ac.id/124521/2/BAB_1_sampai_bab_7.pdf ·...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wanita Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan dan menempati
posisi yang sangat signifikan dalam kehidupan dan pembangunan di
Indonesia. Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas bukan merupakan
sesuatu yang baru, walaupun keterlibatan ini relatife lebih kecil dibandingkan
pria (Armasanti 2011).
Pada tahun 1988, Departemen Kesehatan bekerjasama dengan
Departemen Kehakiman melakukan studi mengenai menu makanan di
beberapa institusi rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga
pemasyarakatan (lapas), memberikan informasi bahwa konsumsi makanan
yang disediakan di rutan dan lapas bagi warga binaan masih kurang
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Selanjutnya, hasil studi tentang
kesehatan warga binaan di rutan dan lapas yang dilakukan Departemen
Kesehatan dan Departemen Kehakiman pada tahun 1990, menunjukkan
bahwa prevalensi penyakit avitaminosis dan kurang gizi adalah 14,3%,
anemia 8,2% dan prevalensi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
gizi mencapai 40,9% (Departemen Kesehatan RI. 2009)
Perlindungan terhadap setiap warga negara termasuk yang berada di
lembaga pemasyarakatan atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu, dengan
meningkatkan kualitas dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi sangat berperan
2
dalam meningkatkan status gizi masyarakat, termasuk Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) di lembaga pemasyarakatan (Departemen
Kesehatan RI. 2009).
Zat gizi adalah senyawa kimia yang diperlukan tubuh untuk dapat
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi
dalam makanan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu zat gizi makro
dan zat gizi mikro sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh dalam
sehari. Zat gizi makro adalah zat gizi yang membentuk bagian utama
makanan yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang lebih banyak, yaitu
karbohidrat, protein, dan lemak. (Almatsier 2006).
Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai kajian pola konsumsi
dan tingkat kecukupan makronutrien serta status gizi narapidana anak di
lembaga pemasyarakatam kelas II A Kupang, menunjukkan bahwa tingkat
kecukupan makronutrien narapidana yaitu energi 83,12 %, Kh 122,12 %,
Protein 77,25 % dan lemak 22,86 %, dimana dapat ditarik kesimpulan
bahwa energi, protein dan lemak tergolong dalam kategori defisit,
sedangkan karbohidrat lebih. Sedangkan untuk status gizinya berdasarkan
indeks BB/U yaitu sebanyak 58,33 % tergolong status gizi baik dan 41,67
% tergolong kategori status gizi kurang. Berdasarkan indeks TB/U, masing-
masing kategori status gizi yaitu normal dan pendek mempunyai
persentase yang sama sebanyak 50%. (H Asmaya, Jutomo L, Lada C. O.
2009). Sedangkan berdasarkan hasil analisis zat gizi makro pada siklus
menu 10 hari di Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang pada
tahun 2010 didapatkan rata-rata energi dari makanan yang disajikan
3
sebesar 2355,02 kkal dengan komposisi 12,41% protein, 11,59% lemak,
75,5 % karbohidrat (Sartika dkk, 2010)
Oleh karena minimnya penelitian mengenai konsumsi pada
narapidana terlebih narapidana wanita yang sangat rentan terjadi
perubahan status kesehatan dan status gizi, Diharapkan, penelitian yang
berjudul “Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro
(Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi (Studi kasus Pada
Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota
Malang)” ini nantinya dapat menjadi masukan untuk penetapan kebijakan
pemerintah yang berhubungan dengan upaya perbaikan gizi, dan evaluasi
menu di lembaga pemasyarakatan agar menu makanan yang disediakan di
lembaga pemasyarakatan khususnya di kota Malang seimbang dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi narapidana wanita disana.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro
(Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana
Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat,
Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana Wanita Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat konsumsi energi narapidana wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas II A di kota Malang
2. Mengetahui tingkat konsumsi zat gizi makro (Karbohidrat, protein, dan
lemak narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas
II A di kota Malang
3. Mengetahui status gizi narapidana wanita di Lembaga
Permasyarakatan Wanita Kelas II A di kota Malang
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Akademisi/Institusi
1. Sebagai bahan masukan bagi institusi tempat penelitian untuk
memperhatikan tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro narapidanya
agar tercapai status gizi yang baik
2. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi masukan bagi
pihakpihak terkait untuk lebih memperhatikan kesejahteraan narapidana
didalam lapas, sehingga tetap mempertahankan kualitas kesehatannya.
1.4.2 Bagi Praktisi Kesehatan
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat
konsumsi energi dan zat gizi makro terhadap status gizi narapidana
wanita sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
penanganan selanjutnya (upaya peningkatan kualitas makan bagi
narapidana)
5
2. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian ilmiah, serta
dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan selama masa
pendidikan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
2.1.1 Definisi
Status gizi adalah ekspresi dari kesinambungan dalam bentuk
variabel-variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari terjadinya zat gizi
dalam seluruh tubuh (Supriasa, 2002 dalam gozali 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang antara lain,
produk pangan, pembagian pangan atau pangan, akseptabilitas (daya trima),
prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, pantangan pada makanan
tertentu, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan ekonomi,
kebiasaan makanan, selera makan, sanitasi makanan, dan pengetahuan gizi
(Krisno, 2004 dalam Gozali 2010).
Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat
yaitu gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas, gizi
baik untuk well nourished, gizi kurang untuk under weight yang mencakup
mild dan moderate PCM (Protein Calori Malnutrition), gizi buruk untuk severe
PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwashiorkor, dan kwashiorkor.
Beberapa istilah yang terkait dengan status gizi antara lain,
malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi) Keadaan patologis akibat kekurangan
atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Kurang
Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh
7
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari - hari dan
atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya
kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO –
NCHS. Kurang energi protein merupakan defisiensi gizi (energi dan protein)
yang paling berat dan meluas terutama pada balita (Supariasa, 2002).
2.1.2 Cara Penentuan Status Gizi
Status gizi dapat ditentukan secara langsung dan secara tidak
langsung (Widardo, 1997). Sedangkan menurut Supariasa (2002), penilaian
status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi lima penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, biofisik, survey konsumsi makanan
2.1.2.1 Antropometri
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2.1.2.2 Klinis
Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata,
8
rambut dan mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseoran
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
2.1.2.3 Biokimia
Penilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan secara faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
2.1.2.4 Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
9
2.1.2.5 Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi dua yaitu,
Statistik Vital yang merupakan cara menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.
Cara yang kedua adalah dengan Faktor Ekologi, Bengoa
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi, dan lain – lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi. Faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi persediaan pangan dan asupan gizi seseorang adalah
lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadi,
2009 dalam Gozali 2010)
Penilaian status gizi secara klinis didapatkan kesukaran dalam
pembakuannya dan sering sangat subyektif. Selain itu cara ini tergolong
10
mahal dari sudut tenaga karena diperlukan keterampilan khusus untuk
melakukannya (Widardo, 1997 dalam Gozali 2010). Di masyarakat, cara
pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri
gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi
anak balita menggunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai
status gizi. Disamping itu dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat
selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa, 2002 dalam Gozali 2010).
Pengukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat
diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara berkembang.
Pengukuran ini merupakan cara pengukuran yang sederhana, sehingga
pelaksanaannya tidak hanya di rumah sakit atau puskesmas, tetapi dapat
dilakukan di posyandu, PKK, atau rumah penduduk (Widardo,1997 dalam
Gozali 2010).
Cara menghitung status gizi :
Klasifikasi Status Gizi untuk orang Asia dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi untuk orang Asia (WHO, 2004)
IMT < 18.5
18.5-22.99
23-27.49
27.5-32.49
32.5-37.49
>37.5
Underweight
Normal
Overweight
Obese class I
Obese class II
Obese class III
IMT kg/m2 = BB (kg) / (Tb (m))
2
11
2.2 Energi
2.2.1 Kecukupan Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme,
pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi
disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek
dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002).
Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat
dan protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemak/gajih
dan minyak, buah berlemak (alpokat), biji berminyak (biji wijen, bunga
matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air
rendah (kacang tanah dan kacang kedele), dan aneka pangan produk
turunnanya. Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat antara lain beras,
jagung, oat, serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah
dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain lain) dan aneka produk
turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging,
ikan, telur, susu dan aneka produk turunannya. Angka kecukupan Energi
berdasarkan AKG 2004 dapat dilihat pada tabel 2.2
12
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Energi Pada Wanita Menurut Umur Berdasarkan
AKG 2004
Kelompok umur
(wanita)
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
Energi (kkal)
10-12 thn 37 145 2050
13-15 th 48 153 2350
16-18 thn 50 154 2200
19-29 thn 52 156 1900
30- 49 thn 55 156 1800
50-64 thn 55 156 1750
60 + thn 55 156 1600
Sumber : AKG 2004
2.2.2 Akibat Kekurangan Energi
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan
energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya. Bila terjadi pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat
badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier, 2004).
2.2.2 akibat Kelebihan Energi
Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi
lemak tubuh, akibatanya terjadi berat badan lebih atau kegemukan.
Kegemukan bisa disebabakan oleh kebanyakan makanan dalam hal
karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak.
Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan
13
risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat memperpendek
harapan hidup (Almatsier, 2004).
2.3 Protein
2.3.1 Kecukupan protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,
separonya ada didalam otot, seperlima dalam tulang, dan tulang rawan,
sepersepuluh di dalam kilut, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan
tubuh. semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matrik intraseluler dan sebagiannya adalah protein. Di samping itu asam
amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekusor sebagai besar
koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk
kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh
zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatsier, 2004).
Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan asam
amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi
terbatas dari karbohidrat dan lemak. Pangan sumber protein hewani meliputi
daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein
nabati maliputi kedele, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti tempe,
tahu, susu kedele (Almatsier, 2004). Angka kecukupan protein berdasarkan
AKG dapat dilihat pada tabel 2.3
14
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Pada Wanita Menurut Umur Berdasarkan
AKG 2004
Kelompok umur
(wanita)
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
Protein (gr)
10-12 thn 37 145 50
13-15 th 48 153 57
16-18 thn 50 154 50
19-29 thn 52 156 50
30- 49 thn 55 156 50
50-64 thn 55 156 50
60 + thn 55 156 50
Sumber : AKG 2004
2.3.2 Akibat Kekurangan Protein
Kekurangan protein banyak terjadi pada masyarakat sosial
ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat
menyebabkan kwasiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun.
Kekurangan protein sering ditemukan bersamaan dengan kekurangan
energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sindroma
gabungan ini dinamakan Kurang Energi Protein (KEP). Sindroma ini
merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia (Almatsier,2004).
2.3.3 Akibat kelebihan Protein
Kelebihan protein disimpan sebagai protein visceral (visceral
protein) dan somatik (somatic protein). Cadangan protein visceral meliputi
protein plasma, hemoglobin, beberapa komponen pembekuan, hormon,
dan antibodi. Cadangan protein somatik meliputi cadangan pada otot
15
rangka dan polos. Cadangan protein sangat esensial untuk berbagai
fungsi fisiologi dasar; sehingga, berkurangnya cadangan protein berakibat
pada berkurangnya fungsi tubuh yang esensial (Almatsier,2004).
Kelebihan Protein secara berlebihan tidak menguntungkan bagi
tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein tidak baik, karena dapat
mengganggu metabolisme protein yang berada di hati. Ginjal pun akan
terganggu tugasnya, karena bertugas membuang hasil metabolisme
protein yang tidak terpakai. Dan jika kadar protein terlalu tinggi akan
menyebabkan kalsium keluar dari tubuh. Hal ini bisa jadi penyebab
osteoporosis, karena protein merupakan makanan pembentuk asam,
kelebihan asupan protein akan meningkatkan kadar keasaman tubuh,
khususnya keasaman darah dan jaringan. Kondisi ini disebut asidosis.
Gangguan pencernaan, seperti kembung, sakit mag, sembelit, merupakan
gejala awal asidosis (Almatsier,2004).
2.4 Karbohidrat
2.4.1 Kecukupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro. Karbohidrat ada
yang dapat dicerna oleh tubuh sehingga menghasilkan glukosa dan energi,
dan ada pula karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang berguna sebagai
serat makanan. Fungsi utama karbohidrat yang dapat dicerna bagi
manusia adalah untuk menyediakan energi bagi sel, termasuk sel-sel otak
yang kerjanya tergantung pada suplai karbohidrat berupa glukosa.
Kekurangan glukosa darah (hipoglikemia) bisa menyebakan pingsan atau
fatal; sementara bila kelebihan glukosa darah menimbulkan hiperglikemia
16
yang bila berlangsung terus meningkatkan risiko penyakit diabetes atau
kencing manis (Mahan K. dan Escott-Stump, 2008).
Bila tidak ada karbohidrat asam amino dan gliserol yang berasl dari
lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan
sstem saraf pusat. Olaeh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan
karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan WHO
(1990) menganjukan agar 55 – 75 % konsumsi energi total berasal dari
karbohidrat komplek dan paling banyak hanya 10 % berasal dari gula
sederhana (Almatsier, 2004)
2.5 Lemak
2.5.1 Kecukupan Lemak
Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel-sel
tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh
(McGuire and Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan
sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan
manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida.
Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping
mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan
cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-
asam lemak esensial (Mahan, LK dan Escott-Stump, S, 2008). Selain itu
juga berfungsi penting dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan
karoteniod, vitamin A, D, E dan K (Boyle and Roth, 2010, Brown, 2011,
Hamazaki & Okuyama, 2000)
17
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990)
menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15 – 30 % kebutuhan energi total
dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuahan akan
asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak.
Di antara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari
energi total bersal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh
ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg sehari.
2.6 Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
2.6.1 Definisi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan yang merawat dan membina narapidana. Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) adalah narapidana, anak didik dan klien
pemasyarakatan. Narapidana adalah seorang yang sedang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di Lapas Tahanan adalah tersangka atau
terdakwa yang ditempatkan di Rutan untuk kepentingan penyelidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan (Departemen
Kesehatan RI. 2009)
Tujuan lembaga pemasyarakatan adalah pembinaan pelanggar
hukum, jadi tidak semata-mata melakukan pembalasan melainkan untuk
pemasyarakatan dengan berupaya memperbaiki (merehabilitasi) dan
mengembalikan (mengintegrasikan) narapidana ke dalam masyarakat ini
merupakan landasan filosofi dari sistem pemasyarakatan (Departemen
Kesehatan RI. 2009)
Sistem pemasyarakatan di samping bertujuan untuk
mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik
18
juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan
diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan pemasyarakatan, serta
merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila (Depkes,2009).
Secara umum Hak – hak narapidana ini telah tertuang dalam
Undang-Undang Nomor : 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan yaitu:
melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya,
mendapat perawatan baik rohani maupun jasmani, mendapatkan
pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan kesehatan dan
makanan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan
bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang,
mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima
kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya,
mendapatkan pengurangan masa pidana, mendapatkan kesempatan
berasimilasi ternasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan
pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas,
mendapatkan hak-hak Narapidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Armasanthi, 2012)
2.6.2 Kedudukan Wanita di LAPAS
Narapidana perempuan menghadirkan tantangan tertentu bagi
pihak yang berwenang atas lapas, lantaran, atau mungkin karena mereka
merupakan kelompok yang sangat kecil dalam populasi lapas. Profil dan
latar belakang perempuan dalam lapas dan alasan mengapa mereka
dipenjarakan berbeda dari narapidana laki-laki yang berada dalam situasi
yang sama. Pengguna Narkoba suntik dan pekerja seks, pada
19
khususnya, lebih banyak jumlahnya. Sekali mereka berada dalam lapas,
kebutuhan psikologis, kebutuhan perawatan dan kesehatan dan
kebutuhan sosial mereka juga akan berbeda. Akibatnya, seluruh fasilitas,
program, dan pelayanan lapas harus disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan khusus pelaku pelanggaran perempuan. Fasilitas, program
dan pelayanan lapas yang ada untuk napi perempuan pada mulanya
dikembangkan untuk napi laki-laki, yang secara historis merupakan
proporsi terbesar dalam populasi lapas. (UNAIDS. 2008.)
Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas bukan merupakan
sesuatu yang baru, walaupun keterlibatan ini relative lebih kecil
dibandingkan pria. Kriminalitas dilakukan kaum wanita dengan segala
aspek yang melingkupi antara lain kondisi yang memaksa untuk
melakukan kriminalitas dan faktor ekonomi yang tidak dapat dihindarinya.
Di mata hukum yang berbuat kriminal dianggap bersalah dan harus
dipidana sesuai dengan tingkat kejahatan dan pelanggaran yang
dilakukan, sehingga harus menjalani proses hukum di suatu tempat
khusus yaitu Lembaga Pemasyarakatan.
Narapidana mempunyai hak-hak yang harus dilindungi dan
diayomi. Hak antara narapidana pria, narapidana wanita dan narapidana
anak berbeda-beda. Dalam hal ini masing-masing narapidana harus ada
yang dikedepankan. Sudah menjadi kodrat wanita mengalami siklus
menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui yang tidak dipunyai oleh
narapidana lain, sehingga sudah menjadi suatu kewajaran bahwa
narapidana wanita mempunyai hak-hak khusus dibandingkan dengan
narapidana lain.
20
2.6.3 ANGKA KECUKUPAN GIZI TAHANAN / NARAPIDANA
Angka kecukupan gizi tahanan / narapidana tidak berbeda dengan
angka kecukupan gizi untuk orang Indonesia pada umumnya, berdasarkan
komposisi umur dan jenis kelamin tahanan / narapidana adalah 2350 kilo
kalori. Secara garis besar kecukupan gizi tahanan / narapidana dibagi
menjadi dua kelompok yaitu, tahanan / narapidana anak dan remaja umur
10-18 tahun dan tahanan / narapidana dewasa umur di atas 18 tahun.
Kecukupan energi rata-rata pada narapidana dewasa dapat dilihat pada
tabel 2.4 (Departemen Kesehatan RI. 2009)
Tabel 2.4 Kecukupan Energi rata-rata ( kilo kalori )
No Umur Laki-laki Wanita
1 19 -29 tahun 2550 1900
2 30 – 49 tahun 2350 1800
3 50 – 56 tahun 2250 1750 (sumber : Pedoman Standarisasi dan Penetapan Gizi Makanan Narapidana dan Tahanan tahun
2004)
2.6.4 STANDAR KECUKUPAN GIZI NARAPIDANA DAN TAHANAN
Sampai dengan saat ini standar pemberian makanan bagi
narapidana dan tahanan masih mengacu pada Surat Edaran Menteri
Kehakiman RI No.M.02.UM.01.06 tahun 1989 tentang petunjuk
pelaksanaan biaya bahan makanan bagi Napi/Tahanan Negara /Anak yang
dapat dilihat pada tabel 2.5 (Departemen Kesehatan RI. 2009)
21
Tabel 2.5 Standar Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan (Berdasarkan Ketentuan
Kementerian Kehakiman)
Macam Konsumen
Surat Edaran Dirjen pemasyarakatan No E.PP.02.05-02 tgl 20-9-2007
Golongan Usia Energi
Pria dan Wanita Dewasa 2.250 Dasar Hukum:SE Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-UM.01.06 tahun 1989 Tentang petunjuk pelaksanaan biaya bama bagi napi/tahanan negara/anak
2.6.5 Penyelenggaraan Makanan di LAPAS
Penyelenggaraan makanan di Lapas dan Rutan dilaksanakan
dimulai dari proses perencanaan anggaran, perencanaan menu,
perhitungan kebutuhan bahan makanan, pemesanan dan pembelian bahan
makanan, penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan bahan
makanan, pendistribusian makanan, monitoring, evaluasi, pencatatan dan
pelaporan.
2.6.6 Standar Menu/Master Menu
Standar Menu atau master menu yaitu susunan menu yang
digunakan untuk penyelenggaraan makanan dengan waktu cukup panjang
antara 3( tiga ) hari, 7 ( tujuh ) hari sampai 10 (sepuluh) hari. Macam
hidangan yang disajikan untuk setiap kali makan biasanya dalam jumlah
dan macam yang terbatas dan tidak banyak berbeda dengan menu
makanan keluarga sehari-hari. Menu standar biasa digunakan dalam
penyelenggaraan makanan di rumah sakit, asrama, panti dan lembaga
pemasyarakatan, menu yang dianggap lazim di semua daerah di Indonesia
umumnya terdiri dari susunan hidangan sebagai berikut.
22
Hidangan makanan pokok yang pada umumnya terdiri dari nasi,
disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh
sebagian besar zat gizi yang diperlukan tubuh. Hidangan lauk pauk, yaitu
masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau
gabungan keduanya. Hidangan berupa sayur mayur, biasanya hidangan ini
berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi
agar mudah ditelan. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, hidangan ini
berfungsi sebagai penghilang rasa yang kurang sedap sehabis makan
sehingga diberi nama pencuci mulut.
Keuntungan –keuntungan yang dapat diperoleh dalam penyusunan
menu untuk 10 ( sepuluh ) hari adalah dapat diketahui kapan sesuatu
macam makanan diberikan, hingga makanan tersebut tidak membosankan
karena terlalu sering dihidangkan. baik. Menu dari hari kehari akan merata,
jadi tidak ada menu yang terlalu sederhana dan tidak ada juga yang terlalu
mewah. Contoh siklus menu pada LAPAS dapat dilihat pada tabel 2.6
23
24
2.6.7 FREKWENSI PENGGUNAAN BAHAN MAKANAN DALAM SIKLUS
Frekuensi penggunaan bahan makanan bagi tahanan dan narapidana
berdasarkan standar perbaikan dapat dilihat pada tabel 2.7 (Depkes, 2009)
Tabel 2.7 Frekuensi Penggunaan Bahan Makanan (Per Siklus Menu 30 Hari)
No Kelompok makanan
Bahan makanan
Frekuensi Keterangan
1 Makanan pokok (30 kali)
Beras 30
2 Lauk hewani (13 kali)
Daging sapi Ikan asin Ikan segar Telur
3 3 2 63
3 Lauk nabati (16x) Tempe Kacang tanah
14 3
4 Sayuran (30 x) Sayuran 30
5 Buah (5x) Pisang ambon 5
6 Snack (10x) Snack (ubi / kc hijau)
10
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
Riwayat
kesehatan
-infeksi
Non infeksi
Pelayanan kesehatan
Menu makanan
sehari-hari
Status Gizi (IMT)
Tingkat
konsumsi
energi
Tingkat
konsumsi
protein
Keterbatasan anggaran - Lingkungan
- geografi
Tingkat
konsumsi
Karbohidrat
Tingkat
konsumsi
lemak
Kecukupan energi untuk
metabolisme tubuh
Aktifitas Fisik
26
Status gizi pada narapidana dipengaruhi oleh riwayat penyakit
narapidana sebelum menjalani hukuman, pelayanan kesehatan yang kurang
memadai didalam Lapas,aktifitas fisik narapidana selama menjalani masa
tahanan serta kualitas dan kuantitas dari makanan yang diberikan kepada
narapidana kurang memenuhi syarat (Nuzula Firdausi, 2010)
Lembaga permasyarakatan merupakan lembaga yang dibiayai oleh
pemerintah, keterbatasan dana yang diberikan dalam penyelenggaraan
makanan menjadi dasar dari penentuan menu makan untuk narapidana,
sehingga apabila narapidana tidak suka dengan makanan yang disajikan
maka akan terjadi penuruan nafsu makan yang akan menyebabkan
penurunan intake energi dan intake zat gizi makro yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh.
3.2 Hipotesis
Ada Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat,
Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana Wanita Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Observasional dengan
rancang bangun cross sectional yaitu semua data variabel yang diteliti
dikumpulkan pada waktu yang sama dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein
dan lemak) terhadap status gizinya
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah subjek atau objek yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah
seluruh narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan kelas Wanita II A
Malang
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah narapidana wanita yang ada di Lapas
kelas II A malang yang masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi
4.2.2.1 Kriteria Inklusi :
1. Wanita yang berstatus narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II
A di kota Malang.
2. Narapidana yang minimal sudah 4 bulan berada di Lembaga
Pemasyarakatan kelas II A di kota Malang sebelum penelitian dilakukan
3. Narapidana wanita sedang tidak hamil
28
4. Narapidana usia 20-45 tahun
5. Narapidana wanita yang bersedia menjadi responden penelitian
4.2.2.2 Kriteria Eksklusi :
1. Sedang Sakit kronis yang mampu mempengaruhi status gizi pada saat
penelitian, contohnya penyakit ginjal kronis, anoreksia, dll.
2. Masa tahanan berakhir/ dipindahkan ke lapas lain sebelum penelitian
selesai.
3. Meninggal saat penelitian.
4. Narapidana wanita yang baru masuk saat penelitian berlangsung.
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, yaitu Peneliti menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang
sangat spesifik, dan sampel dipilih berdasarkan anggota populasi yang
memenuhi kriteria tersebut, hingga jumlahnya terpenuhi.
4.2.4 Besar Sampel
Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan rumus
dengan metode purposive sampling (Zainuddin, 2002: 58)
Keterangan :
n = Besar sampel
= Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 - (1,96)
29
p = Proporsi hal yang diteliti (0,55)
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)
N = Jumlah populasi (356)
Dengan menggunakan rumus di atas, maka perhitungan sampel adalah:
N = 1,962 * 0,55 ( 1- 0,55) 356
0,12 (356 -1 ) + 1,962 * 0,55 ( 1 – 0,55)
N = 336,68
4,49
= 71,3 = 71 orang
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Konsumsi energi
dan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) narapidana wanita
4.3.2 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Status
gizi narapidana wanita
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diakukan di Kota Malang, tepatnya di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita kelas II A Malang. Penelitian ini dilaksanakan
selama 5 bulan dari bulan November hingga Maret.
30
4.5 Bahan dan Alat/ Instrumen Penelitian
Dalam penenlitian ini membutuhkan beberapa alat atau instrument untuk
dapat mengumpulkan data yang diharapkan, antara lain:
1. Timbangan berat badan dengan tingkat ketelitian 0,1 kg
2. Microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm
3. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden (lampiran)
4. Form Food Recall (lampiran)
5. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) 2004 (lampiran)
6. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
7. Program komputer SPSS 15,0 for Windows
8. Alat tulis menulis
4.6 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara
Ukur
Skala
Data
Skor
Tingkat
Konsumsi
Energi
Presentasi energi yang dapat mencukupi kebutuhan dalam tubuh untuk menunjang segala aktivitas sebelum dan selama melakukan penelitian skripsi. Diukur dengan menggunakan recall 24 jam
Form food recall
Cara ukur :
Dilakukan
dengan
wawancara
dengan
narapidana
sebanyak 3x
dalam seminggu
dengan
ketentuan 2x
hari kerja dan 1x
hari libur
Numerik Di atas AKG : ≥
120% AKG
Normal : 90-
119% AKG
Defisit ringan :
80-89% AKG
Defisit Sedang :
70-79%
Defisit Berat : <
70% AKG
(Depkes RI,
1996)
Tingkat
Konsumsi zat
gizi makro
(karbohidrat,
protein dan
lemak)
Presentase zat gizi
makro yang dapat
mencukupi
kebutuhan dalam
tubuh untuk
menunjang segala
Form Food
Recall
Cara ukur :
Dilakukan
dengan
wawancara
Numerik Di atas AKG : ≥
120% AKG
Normal : 90-
119% AKG
Defisit ringan :
80-89% AKG
31
aktivitas sebelum dan
selama melakukan
penelitian skripsi
Diukur dengan
menggunakan recall
24 jam
dengan
narapidana
sebanyak 3x
dalam seminggu
dengan
ketentuan 2x
hari kerja dan 1x
hari libur
Defisit Sedang :
70-79%
Defisit Berat : <
70% AKG
(Depkes RI,
1996)
Status gizi Status gizi adalah
keadaan tubuh
sebagai akibat
konsumsi makanan
dan penggunaan zat
gizi. Status gizi diukur
dengan mengukur
IMT
Alat ukur :
Timbangan
berat badan
dengan
ketelitian 0,1 kg
dan microtoise
dengan
ketelitian 0,1 cm
untuk mengukur
tinggi badan
Cara ukur :
Menimbang
berat badan dan
tinggi badan
narapidana
wanita
Numerik Underweight : <
18,5 kg/m²
Normal : 18,5 –
22,9 kg/m²
Overweight : 23
– 24,9 kg/m²
Obess I : 25 –
29,9 kg/m²
Obess II : ≥ 30
kg/m²
(WHO, 2000)
32
4.7 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data
4.7.1 Alur Penelitian
Narapidana wanita di Lapas
kelas II A malang
Skrining/studi pendahuluan dan menentukan sampel
penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
Melakukan ijin penelitian
Wawancara untuk mengetahui pola dan tingkat
konsumsi energi dan protein pada narapidana
Status gizi baik
Analisis Data
Status gizi kurang
Tanda tangan pada inform concent
Tingkat kecukupan
energi cukup
Tingkat kecukupan
zat gizi makro
rendah
Tingkat
kecukupan energi
rendah
Tingkat kecukupan zat
gizi makro cukup
Pengukuran status gizi
33
Gambar 4.1 Alur Penelitian
4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data
1. Data Identitas Narapidana wanita
Data Identitas narapidana diperoleh dengan cara meminta catatan
petugas Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Malang
2. Data Tingkat Konsumsi Energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein,
dan lemak)
Data Tingkat Konsumsi energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan
lemak) narapidana wanita dikumpulkan dengan metode Food recall yaitu
mencatat asupan makan narapidana 3x dalam seminggu, dengan
ketentuan 2x hari kerja dan 1x hari libur.
3. Data Status Gizi Narapidana wanita
Data Status Gizi Responden didapatkan dengan cara menimbang berat
badan dan mengukur tinggi badan narapidana dengan menggunakan
timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg dan microtoise dengan ketelitian
0,1 cm.
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
1. Data identitas responden meliputi umur, jenis kelamin dan berat badan
dianalisis secara deskriptif
2. Data tingkat konsumsi Energi
Data Tingkat Konsumsi Energi diperoleh melalui metode 24 hour recall
diolah dengan cara mengkonversikan konsumsi protein dengan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang kemudian dibandingkan
34
dengan kebutuhan individu sesuai dengan AKG 2004. Untuk mencari
tingkat konsumsi energi pada narapidana adalah sebagai berikut :
Konsumsi energi narapidana wanita x 100% = ............ % AKG
AKG wanita usia dewasa
Selanjutnya dikategorikan menurut Depkes RI (1996), dengan kriteria
sebagai berikut :
Di atas AKG : ≥ 120% AKG
Normal : 90-119% AKG
Defisit Tingkat Ringan : 80-89% AKG
Defisit Tingkat Sedang : 70-79% AKG
Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG
3. Data Tingkat Konsumsi zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak)
Data Tingkat Konsumsi zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan
lemak)diperoleh melalui metode 24 hour recall diolah dengan cara
mengkonversikan konsumsi protein dengan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM) yang kemudian dibandingkan dengan kebutuhan
individu sesuai dengan AKG 2004. Untuk mencari tingkat konsumsi
protein pada narapidana adalah sebagai berikut :
Konsumsi zat gizi makro narapidana wanita x 100% = ............ % AKG
AKG wanita usia dewasa
35
Selanjutnya dikategorikan menurut Depkes RI (1996), dengan kriteria
sebagai berikut :
Di atas AKG : ≥ 120% AKG
Normal : 90-119% AKG
Defisit Tingkat Ringan : 80-89% AKG
Defisit Tingkat Sedang : 70-79% AKG
Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG
5 Data Hubungan Tingkat Konsumsi Makan terhadap Status Gizi Narapidana
Wanita
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, semua variabel dilakukan uji
normalitas. Data terdistribusi normal maka digunakan uji Korelasi Pearson
menggunakan derajat kepercayaan 95%, α=0,05, bermakna bila p < 0,05
(Azinar,2005)
36
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Deskripsi Lokasi Pelaksanaan Penelitian
5.1.1 Letak geografi dan sejarah berdirinya LP kelas IIA wanita Malang
Lembaga Pemasyarakatan wanita Malang pada awalnya berada di
tengah kota Malang tepatnya di jalan Merdeka Timur Alun-Alun Malang.
Dengan cirri khas bangunan peninggalan colonial Belanda. LP khusus
wanita Malang berubah nama menjadi LP wanita kelas IIA Malang dan
menempati gedung baru yang diresmikan oleh Kepala Kantor
Wilayah pada tanggal 16 Maret 1987 yang berlokasi di jalan Raya
Kebonsari Sukun Malang dengan jarak 5 km dari pusat kota Malang.
Lembaga Pemasyarakatan wanita Malang ini berdiri diatas tanah
seluas 13.780 m2 dan luas bangunan 4107 m2. Lapas wanita kelas IIA
Malang berkapasitas 164 orang, dan penghuni Lapas saat ini rata- rata 300
orang yang terdiri dari narapidana dan tahanan. Saat ini petugas Lapas
wanita kelas IIA Malang berjumlah 67 orang termasuk petugas
pengamanan 32 orang.
5.1.2 Sarana dan Prasarana, serta Kegiatan Pembinaan
a. Pendidikan : Ruang pendidikan dan ruang perpustakaan
Kegiatan : Pembinaan pendidikan melalui kejar paket A, B, dan
C, pembinaan kesadaran hukum, dan perpustakaan.
37
b. Agama : Mushola dan Gereja
Kegiatan : Pembinaan mental spiritual melalui pembinaan agama
baik secara umum maupun konseling.
c. Olahraga :Lapangan volly, lapangan badminton, lapangan
senam, tenis meja,karambol.
Kegiatan : Senam, bola volly, badminton, tenis meja, karambol.
d. Kesenian : Gamelan, Orgen, Seni tari, Kulintang
Kegiatan : Pembinaan seni karawitan, seni tari, kulintang,
latihan orgen
e. Perawatan Kesehatan :Ruang Poliklinik dilengkapi dengan
sarana peralatan gigi, Dokter Umum, Dokter Gigi paruh
waktu,Perawat.
Pelayanan Kesehatan meliputi : Konsultasi kesehatan pemeriksaan
kesehatan tes laboratorium, pengobatan, rawat inap,pemeriksaan gigi,
dan konsultasi psikologi secara insidentil.
f. Perawatan Makanan: Tersedia ruang makan
Pelayanan makan : Dilaksanakan sehari 3 kali dengan sistem
packing dan makan bergantian tiap blok masing-masing bergiliran
makan bersamadi ruang makan, dan minuman tersediaa dimasing-
masing blok.
g. Fasilitas Pembinaan kemandirian : Ruang kegiatan kerja
38
Kegiatan : Meliputi pembuatan kecap, pembuatan tahu,
merajut, menjahit, border, payet, batik halus canting dan batik tulis
dari getah pelepah pisang.
h. Fasilitas lain-lain:
a) Ruang kunjungan
b) Wartel
c) Koperasi
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang ini terdiri dari lima
blok, yaitu:
a) Blok I : Anak dan ibu menyusui, serta WNA Blok ini dihuni oleh semua
narapidana yang memiliki anak atau sedang menyusui, serta WNA (Warga
Negara Asing).
b) Blok II : Khusus narapidana narkoba Sebagian besar penghuni Lapas
ini adalah kasus narkoba sehingga pada blok ini tidak cukup untuk
menampung narapidana narkoba jadi ada sebagian narapidana yang
ditempatkan di blok yang lain.
c) Blok III : Hukuman satu tahun ke atas Pada blok ini ada bermacam-
macam kasus diantaranya kasus pencurian, kasus pemalsuan surat,
kejahatan mata uang, pembunuhan, dan lain sebagainya.
d) Blok IV : Kasus-kasus bukan narkoba
39
Pada blok ini ada bermacam-macam kasus diantaranya kasus
pencurian, penggelapan, trafficking, dan lain sebagainya. Lama masa
hukuman napi di blok ini juga bermacam-macam, ada yang dibawah
satu tahun dan ada yang diatas satu tahun.
e) Blok V : Tahanan dan penghuni baru
Pada blok ini hanya dihuni khusus tahanan dan penghuni baru Lapas.
Pada setiap blok ada tiga sel pengasingan kecuali blok I. sel
pengasingan ini digunakan pada narapidana atau tahanan yang mengalami
hukuman atau bagi narapidana dan tahanan PSK.
5.2 Hasil Pengambilan Data Sekunder
5.2.1 Karakteristik Umum Responden
Sampel penelitian adalah 71 orang yang berstatus narapidana di
lembaga pemasyarakatan wanita kelas IIA kota malang. Adapun karakteristik
sampel dalam penelitian ini yaitu umur dan lama masa tahanan. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa jumlah responden yang berusia 20-30 tahun
sebanyak 33 orang, sedangkan yang berumur 31-40 tahun sebanyak 38
orang. Grafik umur responden dapat dilihat pada grafik 5.1
40
Gambar 5.1 Grafik Umur Responden
Sebaran lama masa tahanan dapat dilihat pada gambar 5.2 .Rata-rata masa
tahanan responden yang paling banyak adalah 2-3 tahun.
Gambar 5.2 Grafik Lama Masa Tahanan Responden
41
5.3 Hasil Pengambilan Data Primer
5.3.1 Status Gizi Responden
Status gizi responden yang paling banyak adalah obesitas 1 sebanyak
30 orang, responden yang memiliki status gizi normal sebanyak 14
orang.
Gambar 5.3 Grafik Status Gizi Responden
5.3.2 Tingkat Konsumsi Energi
Responden yang memiliki kategori kecukupan energi defisit berat
sebanyak 24 orang, sedangkan defisit ringan sebanyak 17 orang.
Gambar 5.4 Grafik kategori kecukupan energi
42
5.3.3 Tingkat Konsumsi Protein
Responden yang memiliki kategori tingkat kecukupan protein yang
paling banyak adalah normal dengan 26 orang, sedangkan kategori
tingkat kecukupan protein yang paling sedikit adalah diatas AKG yaitu 3
orang.
Gambar 5.5 Grafik kategori kecukupan protein
5.3.4 Tingkat Konsumsi Lemak
Responden yang memiliki kategori tingkat kecukupan lemak yang paling
banyak adalah defisit berat sebanyak 65 orang.
Gambar 5.6 Grafik kategori kecukupan lemak
43
5.3.5 Tingkat Konsumsi Karbohidrat
Responden yang memiliki kategori tingkat kecukupan karbohidrat yang
paling banyak adalah kategori normal sebanyak 29 orang, sedangkan
yang paling sedikit adalah kategori diatas AKG yaitu 5 orang.
Gambar 5.7 Grafik kategori kecukupan karbohidrat
5.3.6 Evaluasi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat, Protein dan Lemak)
Pada Siklus Menu 10 Hari Di Lapas
Rata-rata energi dalam siklus menu 10 hari di Lapas adalah
2385.27 kkal, rata-rata protein dalam siklus menu 10 hari di lapas adalah
73.89 gr, rata-rata lemak dalam siklus menu 10 hari di lapas adalah 32.99
gr, rata-rata karbohidrat dalam siklus menu 10 hari di lapas adalah 446.69
gr.
44
Tabel 5.1 evaluasi energi dan zat gizi makro (Karbohidrat,protein, dan
lemak) siklus menu 10 hari
hari Energy Protein Fat Karbohidrat
hari ke 1 2431.9 68.8 33.2 464.8
hari ke 2 2356.2 84.3 36.3 420
hari ke 3 2563.4 78.2 39.1 472.2
hari ke 4 2275.8 62.8 30 437.3
hari ke 5 2469.8 72.3 32 471.9
hari ke 6 2280.3 76.7 29.3 423.1
hari ke 7 2365.4 73.5 24.3 463.9
hari ke 8 2325 67.7 42.4 413.3
hari ke 9 2392.5 76.1 29.2 454.5
hari ke 10 2392.4 78.5 34.1 445.9
rata-rata 2385.27 73.89 32.99 446.69
5.4 Rerata Dan Hasil Korelasi Variabel Status Gizi Dengan Konsumsi Energi
dan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan Karbohidrat)
Data variabel IMT, kecukupan energy dan zat gizi makro (Protein,
Lemak, dan Karbohidrat) terdistribusi normal, oleh karena itu uji yang
digunakan adalah Uji Korelasi Parametrik, yaitu Uji Pearson. Berikut adalah
hasil Uji Korelasi Pearson.
45
Tabel . 5.2 Rerata kecukupan Energi, Zat Gizi Makro dengan Status Gizi
Mean (%) Std. Devistion N
Energi 76.83 20.39 71
Protein 86.03 22.32 71
Karbohidrat 47.31 14.01 71
Lemak 85.15 25.44 71
Imt 27.22 4.51 71
Tabel 5.3 Korelasi antara Status Gizi dengan energi dan Zat Gizi Makro
Variabel (n = 71) P r
Energi vs IMT 0.069 .217
Karbohidrat vs IMT 0.084 .207
Protein vs IMT 0.525 .077
Lemak vs IMT 0.124 .184
Dari hasil data diperoleh nilai signifikan korelasi antara energi, dan
zat gizi makro (Kh,P,dan L) terhadap status gizi adalah korelasi tidak
bermakna. Nilai korelasi pearson menunjukan korelasi negatif dengan
kekuatan korelasi lemah untuk energi dan karbohidrat terhadap status
gizi, kekuatan korelasi sangat lemah untuk lemak terhadap status gizi dan
korelasi kuat untuk protein terhadap status gizi.
46
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah narapidana wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang dengan kriteria rentang usia 20
tahun sampai 45 tahun. Rentang usia ini dipilih oleh peneliti karena
merupakan usia produktif wanita. Usia antara 20 sampai 45 tahun, sering
dihubungkan dengan masa subur atau masa usia produktif. Di usia ini wanita
harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi
prima dan bugar agar terhindar dari berbagai macam penyakit khususnya
untuk persiapan masa tua nantinya (Buana rozi,2011). Sedangkan
responden pada penelitian ini usia yang paling muda adalah 20 tahun dan
usia yang paling tua adalah 40 tahun.
Responden pada penelitian ini telah menjalani minimal 4 bulan masa
tahanan agar diharapkan sudah terjadi perubahan status gizi,dan masa
tahanan responden yang paling awal adalah 5 bulan dan yang paling lama
40 bulan.
6.2 Status Gizi Responden
Status Gizi wanita dewasa dapat dinilai dengan menggunakan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh merupakan alat sederhana yang
dapat digunakan untuk memantau status gizi seseoramg, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.(Almatsier,2009).
47
Sebanyak 42,3% atau 30 responden memiliki IMT obessitas 1,
sebanyak 22,5% atau 16 responden memiliki status gizi obessitas 2,
sebanyak 19,7% 14 responden memiliki status gizi normal, sebanyak 15,5%
atau 11 responden memiliki status gizi overwight. IMT pada responden
paling rendah adalah 18,78 adalah sedangkan IMT responden yang paling
tinggi adalah 38,20. Kegemukan dapat disebabkan oleh kebanyakan makan
dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurangnya
bergerak. (Almatsier,2004). Kegemukan dapat menyebabkan gangguan
dalam fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis,
seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit
kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier,2004)
6.3 Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan
Karbohidrat)
Tingkat konsumsi zat gizi makro (Protein, Lemak, dan Karbohidrat)
adalah perbandingan antara rata-rata konsumsi zat gizi makro dengan
kebutuhan yang seharusnya. (Asmaya h,dkk.2009) Tingkat konsumsi zat gizi
makro narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan dibagi dalam empat
katgori yaitu di atas AKG : ≥ 120% AKG, normal : 90-119% AKG, defisit ringan
: 80-89% AKG, defisit Sedang : 70-79%, defisit Berat : < 70% AKG (Depkes
RI, 1996).
6.3.1 Energi
Berdasarkan hasil recall data konsumsi energi bahwa sebanyak
19 responden berkategori normal, 17 responden berkategori defisit ringan
11 responden berkategori defisit sedang, 24 responden berkategori defisit
48
berat . Menurut peneliti hal ini bisa terjadi karena nilai pembanding dalam
mencari nilai kecukupan energi menggunakan AKG, sedangkan
kebutuhan energi setiap responden berbeda-beda bisa lebih atau kurang
dari AKG. Selain itu sebagian besar responden mengaku jarang makan
makanan yang diberikan dari pihak Lapas.
6.3.2 Protein
Berdasarkan hasil recall data konsumsi protein responden bahwa
Sebanyak 4% atau 3 responden berkategori diatas AKG, 37% 26
responden berkategori normal, 20% atau 14 responden berkategori defisit
sedang, 21% atau 15 berkategori defisit sedang, 18% atau 13 responden
berkategori defisit berat. Menurut peneliti hal ini bisa terjadi karena nilai
pembanding dalam mencari nilai kecukupan protein menggunakan AKG,
sedangkan kebutuhan protein setiap responden berbeda-beda bisa lebih
atau kurang dari AKG. Selain itu beberapa responden hanya
mengkonsumsi protein dalam jumlah yang kurang dari seharusnya.
6.3.3 Karbohidrat
Karbohidrat pada komposisi diet normal merupakan penyumbang
energi terbesar, sekitar setengah dari total kebutuhan energi harian.
Dalam sistem metabolisme sebagai sumber bahan bakar tubuh
karbohidrat secara langsung berhubungan dengan energi. Dengan
demikian konsumsi karbohidrat dalam jumlah cukup biasanya
berhubungan dengan kecukupan asupan energi pula. (Regar evan,Rini
sekartini,2012)
49
Berdasarkan hasil recall data konsumsi karbohidrat responden
bahwa sebanyak 7% atau 5 responden berkategori diatas AKG, 41% atau
29 responden berkategori normal, 17% atau 12 responden berkategori
defisit ringan, 8% atau 6 responden berkategori defisit sedang, 27% atau
19 responden berkategori defisit berat. Menurut peneliti hal ini bisa terjadi
karena nilai pembanding dalam mencari nilai kecukupan energi
menggunakan AKG, sedangkan kebutuhan energi setiap responden
berbeda-beda bisa lebih atau kurang dari AKG. Namun berdasarkan data
recall sebagian besar responden memakan makanan yang mengandung
karbohidrat tinggi dan dalam bentuk karbohidrat sederhana seperti gula,
dan roti putih, sehingga apabila konsumsi karbohidrat sederhana ini
berlangsung lama akan menyebabkan peningktan berat badan jika ditidak
diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik yang memadai.
6.3.4 Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang menghasilkan lebih
dari dua kali energi yang dihasilakan karbohidrat. 1 gram lemak
menghasilkan 9 kkal energi. Selain berasal dari lemak makanan,
kelebihan karbohidrat pada tubuh diubah menjadi lemak dan disimpan
dalam jaringan lemak (adipose). Dengan demikian lemak merupakan
simpanan energi yang penting dalam tubuh. (Regar evan,Rini
sekartini,2012)
Berdasarkan data hasil recall selama 3 hari didapat frekuensi
kategori kecukupan lemak sebanyak 91,5% atau 65 responden memiliki
kecukupan lemak dengan kategori defisit berat, 8,5% atau 6 responden
memiliki kecukupan lemak dengan kategori defisit sedang. Menurut
50
peneliti hal ini terjadi karena sebagian besar memakan makanan yang
tidak digoreng atau dengan minyak yang sedikit.
6.4 Hubungan Konsumsi Energi dan Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan
Karbohidrat) Terhadap Status Gizi Narapidana Wanita
6.4.1 Hubungan Konsumsi Energi Terhadap Status Gizi
Konsumsi energi adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Pada penelitian ini hubungan antara
konsumsi energi dengan status gizi narapidana adalah korelasi tidak
bermakna dengan arah korelasi negatif (nilai p=.069). Hal ini berbeda dengan
penelitian Muchlisa (2013) yang menunjukkan adanya hubungan antara
asupan zat gizi dengan status gizi. Namun sejalan dengan penelitian Deny
Yuliansyah (2007) dalam Muchlisa (2013) yang menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi.
Tidak adanya hubungan ini dikarenakan status gizi menunjukkan
bahwa banyak yang obesitas sedangkan intake responden tidak berlebih,
sehingga adanya kemungkinan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status
gizi responden. Obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian
otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak/olahraga, emosi, faktor
lingkungan, faktor sosial, faktor kompensasi, dan faktor gaya hidup
(Supriyanto,2009). Sama halnya dengan pernyataan Karim (2002) bahwa
aktifitas fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah
kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal. Menurut
51
Rohmawati,2013 mengatakan bahwa stres mempunyai peran yang penting
pada kejadian underweight dan overweight. Stres diketahui juga dapat
menyebabkan gangguan makan, baik berupa nafsu makan berkurang atau
meningkat.
6.4.2 Hubungan Konsumsi Zat Gizi Makro (Protein, Lemak dan
Karbohidrat)Terhadap Status Gizi
Pada penelitian ini hubungan antara konsumsi zat gizi makro
(Protein, lemak dan karbohidrat) terhadap status gizi narapidana adalah
korelasi tidak bermakna dengan arah korelasi negatif. Hal ini berbeda
dengan penelitian Muchlisa (2013) yang menunjukkan adanya hubungan
antara asupan zat gizi dengan status gizi. Namun sejalan dengan
penelitian Deny Yuliansyah (2007) dalam Muchlisa (2013) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan
status gizi. Tidak adanya hubungan ini dikarenakan status gizi
responden menunjukkan obesitas namun intake protein ,lemak,dan
karbohidrat yang berkategori diatas kebutuhan hanya sedikit selebihnya
berkategori normal bahkan cenderung kurang, sehingga adanya
kemungkinan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi
responden.
6.4.3 Evaluasi Siklus Menu 10 Hari
Dari Hasil evaluasi menu 10 hari di Lembaga pemasyarakatan
wanita kelas II A jika dibandingakan dengan standar kecukupan gizi yang
dianjurkan (berdasarkan ketentuan kementerian kehakiman) energi
52
sehari sebesar 2250 kkal maka rata-rata energi siklus menu 10 hari Lapas
wanita di kota malang 106% AKG hal ini tergolong normal. Sedangkan
untuk Protein 119,39% tergolong normal , untuk lemak 54,02% tergolong
defisit berat, untuk karbohidrat 122,12% tergolong diatas AKG
6.4.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitain ini adalah metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu 24 recall hal ini dikarenakan kurang akurat
dalam mengetahui intake responden yang sebenarnya, selain itu
responden pada penelitian ini cenderung kurang focus saat dilakukan
recall dikarenakan jadwal kegiatan di Lapas yang padat sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk recall hanya sebentar.
Selain itu angka pembanding konsumsi untuk kebutuhan energi
dan zat gizi makro disesuaikan dengan AKG sedangkan untuk
kebutuhan setiap individu berbeda-beda sesuai dengan tinggi badan,
berat badan, usia dan aktifitas fisik, sehingga nilai kecukupan energi dan
zat gizi makro bisa kekurangan ataupun kelebihan jika dibandingkan
dengan AKG
53
BAB VII
Kesimpulan Dan Saran
7.1 Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dan zat gizi makro
(protein, karbohidrat, dan lemak) dengan status gizi narapidana wanita di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A kota Malang
2. Konsumsi energi narapidana wanita yang memiliki kategori normal 26,8%,
dan defisit berat 33,8%.
3. Konsumsi zat gizi makro protein narapidana wanita yang memiliki kategori
diatas normal 37%,dan defisit berat 18%. Kecukupan zat gizi makro
karbohidrat narapidana wanita yang memiliki kategori normal 37%,dan
defisit berat 18%.Kecukupan zat gizi makro lemak narapidana wanita
yang memiliki kateori defisit berat sebanyak 92% dan 8% kategori defisit
sedang.
4. Status gizi narapidana wanita yang memiliki IMT obesitas1 sebanyak
42,3%, obesitas2 22,5%, status gizi normal 19,7%, dan overwight 15,5%
7.2 Saran
Disarankan sebaiknya narapidana wanita di Lembaga Pemasyarkatan
Wanita Kelas IIA di kota Malang memakan semua makanan yang disediakan
oleh pihak lapas, karena energi dan zat gizi makro yang disediakan mencukupi
dari kebutuhan sehari.
54
Untuk peneilitian selanjutnya disarankan selain mengkaji asupan energi
dan zat gizi juga diharapkan menggali faktor-faktor lain yang mungkin
berpengaruh pada status gizi narapidana wanita. Untuk pembanding asupan
energy dan zat gizi makro digunakan rata-rata kecukupan energy dan zat gizi
makro seluruh responden menggunakan rumus harris benedict ataupun
menggunakan rumus-rumus lain untuk mnghitung kebutuhan energi dan zat gizi
makro untuk individu kemudian, agar lebih mendekati nilai sebenarnya. Selain
itu metode pengumpulan data asupan makan sebaiknya ditambah dengan
menggunakan plate waste sehingga akan didapatkan hasil yang lebih akurat.
55
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Amarsanthi ni wayan.2012.Perlindungan Hukum Narapidana Wanita Dalam Sistem Pemasyarakatan.Tesis.Program Studi Magister Ilmu
Hukum.Program Pasca Sarjana. Universitas Udayana. Denpasar Azinar Muhammad.2005.Tingkat Konsumsi Energi Dan Konsumsi Protein Serta
Hubungannya Dengan Status Gizi Anak Asuh Usia 10-18 Tahun (Studi
Pada Penyelenggaraan Makanan Di Panti Asuhan Pamardi Putra
Kabupaten Demak).Skripsi.Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas
Negeri Semarang
Boyle MA and Roth SL. ( 2010). Personal Nutrition, Seventh Edition. Wadsworth
Cengage Learning, Belmont.
Brown JE. (2011). Nutrition Through the Life Cycle, Fourth Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont
Buana rozi.2011. Upaya Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Usia Produktif (20-45 Tahun) Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Di
Lembaga Pemasyaraktan Dan Rumah Tahanan Negara. Direktorat
Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Derektorat Bina Gizi Masyarakat.
Jakarta
Fatmawati heni, Satuman,dkk.2008. Jurnal Natur Indonesiapengaruh Likopen
Terhadap Penurunan Aktivitas Mitogen-Activated Protein Kinase
(MAPK) Dan Ekspresi Endothelin-1 (ET-1) Pada Kultur Huvecs Yang
Dipapar Leptin. Fakultas kedokteran. Univeersitas Brawijaya)
Gozali Achmad. 2010.Hubungan Antara Status Gizi Dengan Klasifikasi
Pneomonia Pada Balita Di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari
Surakarta.Skripsi.Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
H Asmaya, Jutomo L, Lada C. O. 2009. Kajian Konsumsi dan Tingkat Kecukupan
Makronutrien Serta Status Gizi Narapidana Anak Di Lembaga
56
Pemasyarakatan Kelas II A Kupang. Jurusan Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana. Kupang
[IOM] Institute of Medicine. (2005). Dietary Reference Intake for Energy,
Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC.
Istiono W, Suryadi H, Haris, Irnizarifka, dkk. 2009. Analisis Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhki Status Gizi Balita. Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK
UGM. Yogyakarta
Karim.2002. Panduan Kesehatan olahraga untuk tenaga kesehatan. Program
Studi Ilmu Kedokteran Olahraga FKUI,PDSKO (Persatuan Dokter
Spesialis Kedokteran Olahraga) Dan PPKORI (Perhimpunan Pembina
Kesehatan Olahraga Republik Indonesia).Jakarta
Mahan K. dan Escott-Stump. (2008). Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company.
Muclhisa, Citrakesumasari, Indriasari.2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2013. Universitas Hasanuddin Makassar
Nadimin. Baharudin A. Zakaria A. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Ibu Menyusui Wilayah Kerja Puskesmas
Moncobalang Kabupaten Gowa. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Pancasakti. Makasar
Pujileksona Sugeng. 2009. Masalah-Masalah Di Penjara Dalam Studi Sosial.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Sosial Program Pascasarjana
Universitas Airlangga Surabaya
Regar evan,Rini Sekartini.2012. Hubungan Kecukupan Asupan Energi Dan Makronutrien Dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rohmawati Ninna.2013.Status Depresi Dan Asupan Makan Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Lansia. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Jember
57
Sartika iriene,dkk. 2010. Laporan Pre-Dietary Intership Rotasi Food Service
Management Lapas Wanita Kelas IIA Malang tanggal 3 Mei 2010.
Jurusan Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya.Malang
Sari Dewi, Suhartini, Utomo Bedjo. 2009. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi
Dan Protein Terhadap Status Gizi Balita Dengan Indek BB/U, TB/U
DAN BB/TB. Dosen Luar Biasa STIKES Isan Unggul. Surabaya.
Suparji Agus. 2011. Pelaksanaan Pembinaan Dan Pemenuhan Hak Narapidana
Wanita Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas Ii B Pangkalan
Bun. Fakultas Hukum Universitas Antakusuma (UNTAMA) Pangkalan
Bun
Supriyanto.2009. Obesitas, Faktor Penyebab dan Bentuk-bentuk Terapinya.
Dosen Pendidikan Kepelatihan FIK UNY
UNAIDS. 2008. Perempuan Dan HIV Dalam Lingkungan Lapas. United Natoins
rOffice Drugs and Crime
WHO.2009. Women’s Health in Prison Correcting Gender Inequity in Prison
Health. United Nations Office on Drugs and Crime
58
Lampiran 1 Formulir Recall 24 jam
Formulir Recall 24 Jam
Petunjuk pengisian:
1. Catat semua makanan, buah, snack yang responden konsumsi (makan) dan minuman yang diminum pada hari kemarin,bila responden berpuasa maka beri keterangan bahwa pada hari kemarin responden berpuasa
2. Kemudian catat jenis bahan makanan yang menyusun masakan/makanan tersebut (contoh: nama masakan sayur sop, bahan makanan penyusun: wortel, kentang, kubis. Nama minuman teh manis, bahan penyusun gula pasir dll).
3. Catat seberapa banyak responden mengkonsumsinya dalam ukuran rumah tangga : sendok, piring, butir, potong, gelas dll (contoh: nasi sebanyak 1 piring, tempe 1 potong, gula 1 sendok makan).
4. Catat secara detail dan lengkap jangan sampai ada yang terlewatkan
Hari Waktu
makan
Nama
masakan dan
minuman
Jenis bahan
makanan
Ukuran
URT Gram
Nama :
59
Lampiran 2 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
1. Saya adalah Widya Adrianingtias dari Jurusan Gizi Kesehatan dengan ini
meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul “Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro
(Karbohidrat, Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana
Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang”
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hubungan tingkat konsumsi energi
dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) terhadap status gizi
narapidana wanita di lembaga pemasyarakatan wanita kelas II A kota
malang
3. Prosedur pengambilan data adalah dengan melakukan antropometri yaitu
pengukuran berat badan dan tinggi badan/panjang badan serta mengisi
form 24 hour recall oleh subyek penelitian
4. Keuntungan yang anda peroleh dengan keikutsertaan dengan penelitian ini
adalah mendapatkan pengetahuan dan wawasan terkait cara pengukuran
berat badan dan tinggi badan/panjang badan yang benar sehingga
diperoleh status gizi balita serta dapat mengetahui asupan dengan form 24
hour recall
5. Seandainya anda tidak menyetujui menjadi subjek penelitian, anda boleh
tidak mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu, anda tidak akan
dikenai sanksi apapun.
6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan
Peneliti
60
Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Untuk Menjadi Responden
Saya yang bertandatangan dibawah ini meyatakan bahwa :
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar
persetujuan diatas dan telah dijelaskan oleh peneliti.
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia) untuk ikut
serta menjadi salah satu subyek penelitian yang berjudul berjudul :
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Makro (Karbohidrat,
Protein Dan Lemak) Terhadap Status Gizi Pada Narapidana Wanita Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Kota Malang
Malang, 2014
Peneliti Yang membuat pernyataan
(......................................) (........................................)
NIM.105070301111006
Saksi 1 Saksi 2
(........................................) (...........................................)
61
Lampiran 4 Form Identitas Responden
FORM IDENTITAS NARAPIDANA WANITA PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA \l. Veteran Malang 171 Malang 65145 telp.(0341) 560491
Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Agama :
4. Suku bangsa :
5. Asal daerah :
7. Tindak pidana :
8. Lama masa hukuman :
9. Lama masa hukuman yang telah dijalani :
10. Berat badan :
11. Tinggi badan :
12. Status gizi :
62
Lampiran 6 Hasil Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kec_napi ke_p_n ke_l_n ke_Kh_n imt
N 71 71 71 71 71
Normal
Parameters(a,b)
Mean 76.8339 86.0330 47.3109 85.1590 27.2287
Std. Deviation 20.39626 22.32043 14.01386 25.44391 4.51562
Most Extreme
Differences
Absolute .085 .082 .059 .083 .108
Positive .065 .082 .059 .081 .108
Negative -.085 -.074 -.048 -.083 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .713 .695 .499 .699 .912
Asymp. Sig. (2-tailed) .690 .720 .965 .713 .376
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
kec_E_napi 76.8339 20.39626 71
ke_p_n 86.0330 22.32043 71
ke_l_n 47.3109 14.01386 71
ke_Kh_n 85.1590 25.44391 71
imt 27.2287 4.51562 71
Correlations
kec_E_napi ke_p_n ke_l_n ke_Kh_n imt
kec_E_napi Pearson Correlation 1 .657(**) .611(**) .981(**) -.217
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .069
N 71 71 71 71 71
ke_p_n Pearson Correlation .657(**) 1 .541(**) .599(**) -.077
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .525
N 71 71 71 71 71
ke_l_n Pearson Correlation .611(**) .541(**) 1 .466(**) -.184
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .124
N 71 71 71 71 71
ke_Kh_n Pearson Correlation .981(**) .599(**) .466(**) 1 -.207
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .084
N 71 71 71 71 71
imt Pearson Correlation -.217 -.077 -.184 -.207 1
Sig. (2-tailed) .069 .525 .124 .084
N 71 71 71 71 71
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
63
kateogori imt
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 14 19.7 19.7 19.7
overwight 11 15.5 15.5 35.2
obess 1 30 42.3 42.3 77.5
obess 2 16 22.5 22.5 100.0
Total 71 100.0 100.0
Statistics
kateogori imt
N Valid 71
Missing 0
Mean 3.6761
Median 4.0000
Std. Deviation 1.03888
kategori energi napi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 19 26.8 26.8 26.8
defisit ringan 17 23.9 23.9 50.7
defisit sedang 11 15.5 15.5 66.2
defisit berat 24 33.8 33.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
64
ketegori protein
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid diatas akg 3 4.2 4.2 4.2
normal 26 36.6 36.6 40.8
defisit ringan 14 19.7 19.7 60.6
defisit sedang 15 21.1 21.1 81.7
defisit berat 13 18.3 18.3 100.0
Total 71 100.0 100.0
ketegori lemak napi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid defisit sedang 6 8.5 8.5 8.5
defisit berat 65 91.5 91.5 100.0
Total 71 100.0 100.0
kategori kh napi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid diatas akg 5 7.0 7.0 7.0
normal 29 40.8 40.8 47.9
defisit ringan 12 16.9 16.9 64.8
defisit sedang 6 8.5 8.5 73.2
defisit berat 19 26.8 26.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
Statistics
kategori
energi napi
ketegori
protein
ketegori
lemak napi
kategori kh
napi
N Valid 71 71 71 71
Missing 0 0 0 0
Mean 3.5634 3.1268 4.9155 3.0704
65
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian
Penjelasan Penelitian Penjelasan Inform Consent Pengisian Inform consent
Koordinasi sebelum dilakukan antropometri
66
Pengukuran Antropometri
67
LAMPIRAN 8 Pernyataan Keaslian Tulisan
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Widya Adrianingtias
NIM : 105070301111006
Program Studi : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya,
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang,
Yang Membuat Pernyataan,
(………………………………..)
NIM. 105070301111006