BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Trenggalek merupakan daerah pesisir Selatan Jawa Timur
yang sangat luar biasa potensinya, dengan luas wilayah 1.261,40 km² berbagai
potensi terdapat di Kabupaten Trenggalek yang terdiri dari pariwisata, kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, kelautan dan perikanan. Terutama potensi
kelautan Kabupaten Trenggalek sangat besar, memiliki luas wilayah laut ±
35.558 km², panjang pantai + 96 km, jumlah pulau-pulau kecil 57 buah, kawasan
terumbu karang 165 ha, maka mendukung aktifitas perikanan. Potensi kelautan
dan perikanan yang baik tentu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan, terbukti Kabupaten Trenggalek memiliki pelabuhan ikan terbesar pada
wilayah pulau Selatan di pulau Jawa setelah pelabuhan ikan Cilacap. Pantai
Selatan Kabupaten Trenggalek berbentuk tiga teluk yang terdiri Teluk Panggul,
Teluk Munjungan dan yang paling besar adalah Teluk Prigi (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Trenggalek, 2017).
Kekayaan potensi sumberdaya di wilayah pesisir laut sangat besar, terbukti
berbagai tumbuhan dan hewan yang ada, seperti pohon mangrove, pohon pandan,
pohon kelapa, terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan, ubur-ubur,
kerang, ular laut, tripang, lobster, kepiting dan penyu. Dahuri (2003) dalam
Effendy (2009:82) menyimpulkan “bahwa dalam suatu wilayah pesisir dan lautan
terdapat satu atau lebih lingkungan ekosistem dan sumber daya”. Dengan wilayah
pesisir laut yang luas maka berbagai macam ekosistem dapat ditemukan, dan
2
lingkungan yang bersih tentu tempat yang sesuai bagi hewan penyu untuk
singgah, berproduksi, dan bertelur.
Penyu adalah hewan laut reptil, dan termasuk hewan purba yang masih
bisa bertahan hidup sampai saat ini. Hewan penyu menyukai lingkungan wilayah
pesisir yang bersih untuk singgah, berproduksi, dan bertelur. Berdasarkan
penelusuran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Trenggalek, penyu masih
bisa ditemukan di Pantai Taman Kili-Kili Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul,
Kabupaten Trenggalek. Pantai Taman Kili-Kili adalah pantai yang membentang
dari barat hingga timur di wilayah Desa Wonocoyo dengan jarak 54 km sebelah
barat Ibu Kota Trenggalek. Pantai Taman Kili-Kili memiliki bermacam-macam
ekosistem dan potensi sumberdaya alam yang tidak diragukan keberadaanya.
Pantai Taman Kili-Kili berpotensi sebagai tempat yang nyaman untuk
penyu bertelur, dikarenakan kondisi lingkungan pantai ini masih alami, terbukti
dengan banyaknya tanaman vegetasi dan lingkungan yang masih bersih serta
terjaga kelestarianya, seperti belum ada bangunan (warung makan, rumah, dan
TPI), merupakan penarik bagi hewan penyu untuk bertelur (wawancara dengan
Bapak Sigit, 03-11-2018 pukul 10:25). Ackerman (1997) dalam Manurung, dkk
(2015:206) menyimpulkan bahwa “pantai dan lingkungan yang bersih tempat
peneluran penyu sebagai inkubator alami yang sesuai bagi perkembangan embrio
penyu”. Maka penyu sangat menyukai lingkungan yang bersih, dan mempunyai
sifat memilih tempat untuk membuat sarang untuk bertelur.
3
Namun terdapat persoalan yang serius terkait dengan habitat penyu di
Pantai Taman Kili-Kili, populasi penyu mulai menurun pada tahun 2000 – 2010,
dikarenakan adanya pembantaian dan penangkapan hewan penyu yang terus
dilakukan oleh masyarakat lokal yang tidak jauh dari wilayah pantai Taman Kili-
Kili yaitu, Dusun Bendogolor, pembantaian dan penangakapan yang dilakukan
seperti mengambil daging penyu dan telurnya untuk dikonsumsi dan dijual.
Kurangnya pemahaman dan informasi kebijakan yang berlaku mengenai
penyu termasuk hewan yang dilindungi maka masyarakat lokal setiap tahunnya
mengambil daging penyu, dan telur penyu tidak kurang dari 40 sarang, dan setiap
sarang terdapat kurang lebih 100 butir telur untuk di konsumsi dan dijual. Ada 4
jenis penyu yang dulu sering ditemukan di Pantai Taman Kili-Kili, yaitu penyu
hijau (green turtle), penyu sisik (hawksbill turtle), penyu belimbing (leatherback
turtle), dan penyu abu-abu (lepidochelys olivacea). Namun dari 4 jenis penyu
semenjak tahun 2000 – 2010, hanya penyu abu-abu (lepidochelys olivacea) yang
satu-satunya bisa ditemukan. Hal ini menandakan bahwa pembantaian dan
penangkapan hewan penyu untuk dikonsumsi dan dijual daging beserta telurnya,
membuat populasi hewan penyu di Pantai Taman Kili-Kili menurun (wawancara
dengan Bapak Ari Gunawan 29-08-18 pukul 17:15).
Kurangnya pemahaman masyarakat lokal khususnya Dusun Bendogolor,
mengenai penyu termasuk hewan yang dilindungi, maka pada bulan Mei sampai
Agustus masyarakat lokal Dusun Bendogolor yang berada di wilayah lingkungan
Pantai Taman Kili-Kili melakukan pembantaian dan penangkapan penyu untuk
diambil daging, dan telur penyu, pembantaian dan penangkapan secara terus-
menerus menjadi sebuah tradisi setiap tahunnya. Menurut masyarakat lokal Dusun
4
Bendogolor yang berada di wilayah lingkungan Pantai Taman Kili-Kili
penangkapan terhadap habitat penyu adalah hal biasa, karena sudah turun-temurun
dilakukan.
Faktor ekonomi mendukung masyarakat lokal Dusun Bendogolor, Desa
Wonocoyo melakukan pembantaian penyu, dikarenakan ekonomi yang rendah
menyebabkan masyarakat lokal beralasan untuk menjual telur penyu, menjual
daging penyu, dan mengkonsumsi, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
menambah pendapatan perekonomian masyarakat Dusun Bendogolor. Masyarakat
lokal Dusun Bendogolor yang berada tidak jauh dari wilayah lingkungan Pantai
Taman Kili-Kili merupakan masyarakat dengan perekonomian yang paling rendah
dibanding Dusun lainya di Desa Wonocoyo, seperti Wonocoyo Utara, Wonocoyo
Selatan dan Karang. Karena pendidikan di masyarakat Dusun Bendogolor
termasuk rendah, maka mereka tidak punya kemampuan (skill) yang membantu
perekonomian mereka, dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan buruh,
maka mereka beralasan untuk berburu hewan penyu yang diharapkan bisa
menambah perekonomian mereka.
Musim penyu bertelur pada bulan Mei sampai dengan Agustus adalah hal
yang dinanti-nanti oleh masyarakat lokal Dusun Bendogolor, dikarenakan
pembantaian dan penangkapan penyu untuk diambil daging serta telurnya dan
dikonsumsi maupun dijual, adalah salah satu mata pencaharaian alternatif bagi
masyarakat lokal Dusun Bendogolor, karena mata pencaharian utama mereka
adalah petani dan buruh. Maka dengan menjual daging dan telur penyu
masyarakat lokal Dusun Bendogolor bisa menambah perekonomian mereka,
5
perkilonya telur penyu bisa dijual sebesar Rp 600.000 (wawancara dengan Bapak
Ari Gunawan 29-08-18 pukul 17:15).
Padahal keberadaan penyu sangat penting untuk penyeimbang ekosistem
laut dan memberikan banyak manfaat untuk manusia. Wilson (2010) dalam
Samanya (2015:5) menyatakan bahwa “ penyu mempunyai peran penting dalam
menjaga ekosistem laut yang sehat, laut yang sehat akan menjadi habitat ikan
sebagai sumber protein penting bagi manusia”. Manfaat tersebut mencangkup
berbagai aspek yang meliputi peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui sektor
perikanan, menjaga keseimbangan mata rantai ekosistem laut, menjaga biota laut,
pengembangan ekowisata, dan menjadi sarana bagi peningkatan ilmu pengetahuan
manusia melalui penelitian dan pengembangan (Nur Buana 2014, diakses pada
07-11-2018 pukul 17:22).
Menanggapi kondisi di atas dengan persoalan yang mengancam
kelestarian habitat penyu, maka keberadaan penyu dilindungi oleh pemerintah
pada tingkat nasional dan internasional. Bahwa semua jenis penyu laut di
Indoneisa telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Demi keselamatan dan
pelestarian populasi penyu terjaga maka peran masyarakat sangat penting.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia, No: P. 18/MenLHK-II/2015 tentang “Organisasi Dan Tata
Kerja Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan”, pada pasal 1087
“Subdirektorat Bina Komunitas Penyelamatan Sumber Daya Alam mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan
teknis, dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis, serta supervisi atas
6
pelaksanaan urusan pembinaan komunitas penyelamatan sumber daya alam”.
Maka untuk menjaga dan melestarikan habitat penyu yang mulai menurun
populasinya di Pantai Taman Kili-Kili, maka masyarakat Desa Wonocoyo
membentuk sebuah organiasi yang bertujuan melestarikan hewan penyu beserta
melindungi wilayah lingkungan konservasi penyu pantai Taman Kili-Kili.
Masyarakat yang dibantu oleh Pemerintah Desa Wonocoyo dan Dinas
Kelautan Perikanan Kabupaten Trenggalek, membentuk organisasi kelompok
masyarakat pengawas (POKMASWAS) pada 2 Mei 2011. POKMASWAS
merupakan pelaksana penyadaran sekaligus pengawasan terhadap pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan kelautan di tingkat lapangan yang terdiri dari unsur
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, LSM, nelayan, pembudidaya ikan,
pengusaha serta masyarakat perikanan lainya (Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Trenggalek 2018). Didukung oleh Undang - Undang No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (pasal 26)
“Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian
Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”.
Koentjaraningrat (2009:138) menyatakan “peran adalah tingkah laku
individu dalam kelompok yang mementaskan suatu kedudukan tertentu, apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya sesui dengan kedudukannya, maka
dia menjalankan suatu peran”. Dengan peran yang dilakukan oleh POKMASWAS
berbagai kegiatan dilakukan untuk menjamin keberlangsungan kelestarian penyu.
Sebagian anggota POKMASWAS antara lain adalah masyarakat Dusun
Bendogolor, yang dulunya pembantai penyu beserta telurnya, maka perlahan
masyarakat mulai ikut berperan serta dalam keberlangsungan kelestarian habitat
7
penyu. Kedudukan POKMASWAS sangat berpengaruh terhadapat masyarakat
Desa Wonocoyo terutama Dususn Bendogolor, dan bertanggung jawab atas
penegakan dan tugas yang sudah disepakati bersama.
Peran POKMASWAS dalam melaksanakan tugasnya yaitu, dalam bentuk
penyadaran dengan pelestarian lingkungan khususnya untuk keberlangsungan
habitat penyu maka melaksanakannya dengan berbagai kegiatan dalam konservasi
yang ditunjukan kepada masyarakat lokal. Orbasli (2008) dalam Syaputri (2017:5)
menyimpulkan “fokus konservasi meliputi aspek sejarah, masa kini dan masa
yang akan datang kesejahteraan dengan mempertimbangkan: bukti sejarah,
kebutuhan saat ini, dan keberlanjutan untuk masa yang akan datang, demi
kebaikan bersama. Seperti tertuang Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NO
PER.04/MEN/2006 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di
Bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Dengan adanya
konservasi maka akan mendukung keberlangsungan kegiatan dalam peran
POKMASWAS untuk pelestarian habitat penyu.
Kepedulian organisasi yang dibentuk dengan penguatan swadaya
masyarakat yang bersifat relawan adalah sebagai pelaksana penyadaran
konservasi penyu yang menjadikan kawasan konservasi penyu Pantai Taman
Kili-Kili sebagai kawasan yang aman untuk penyu mendarat dan bertelur serta
menjadi pusat edukasi tentang penyu, dan menjaga serta melindungi ekosistem
baik biota yang ada di sekitar kawasan konservasi penyu Pantai Taman Kili-Kili
ataupun keseluruhan, sehingga menghindari dari kepunahan biota, dan
memanfaatkan kawasan konservasi sebagai pusat edukasi penyu dan bermanfaat
bagi masyarakat luas.
8
Faktor yang melatar belakangi terbentuknya organisasi POKMASWAS
adalah, pertama hewan penyu yang sering diburu mengakibatkan populasi penyu
semakin menurun. Kedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran
POKMASWAS dalam penyadaran konservasi penyu secara maksimal, agar bisa
berkelanjutan dan bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya lingkungan.
Maka dari itu, penelitian ini mefokuskan pada peran POKMASWAS dalam
penyadaran konservasi penyu Taman kili-kili di Desa Wonocoyo, Dusun
Bendogolor. Pentingnya penelitian di konservasi penyu Pantai Taman Kili-Kili
dan lingkungan masyarakat Dusun Bendogolor agar mengetahui masalah-masalah
yang menjadi problema selama ini, bila tidak dilakukan penelitian maka tidak
akan mengetahui masalah-masalah yang menjadi problema di konservasi penyu
Pantai Taman Kili-Kili dan lingkungan masyarakat Dusun Bendogolor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan tersebut, rumusan
masalahnya adalah:
1.2.1 Bagaimana peran kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) dalam penyadaran konservasi penyu di Pantai
Taman Kili-Kili, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo ?
1.2.2 Bagaimana dampak peran kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) melalui penyadaran konservasi penyu di Pantai
Taman Kili-Kili terhadap lingkungan, Dusun Bendogolor,
DesaWonocoyo ?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan
penelitian sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mendeskripsikan peran kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) dalam penyadaran konservasi penyu di Pantai
Taman Kili-Kili, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo.
1.3.2 Untuk menjelaskan dampak peran kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) melalui penyadaran konservasi penyu di Pantai
Taman Kili-Kili terhadap lingkungan, Dusun Bendogolor, Desa
Wonocoyo.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan sosiologi lingkungan
berdasarkan teori Peran Organisasi, yang dimana keterkaitan
tentang peran kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS)
dalam penyadaran konservasi penyu yang telah melakukan tindakan
sesuai dengan perannya untuk terwujudnya lingkungan yang
seimbang. Dengan Konservasi diharapkan bisa menjamin
keberlangsungan SDA, dan pengelolaan konservasi yang baik akan
menghasilkan dampak yang positif bagi ekosistem SDA.
10
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Pengambil kebijakan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
pemerintah dalam pengambilan kebijakan di bidang
perikanan dan kelautan berbasis konservasi penyu serta
dapat menjadi acuan pengelola untuk mengembangkan dan
rancangan konservasi penyu lebih baik.
1.4.2.2 Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi lebih lanjut
untuk penelitian tentang peran organisasi dengan
mencangkup konservasi penyu dan diharapkan untuk
menambah pengetahuan serta pengalaman tentang
pelestarian konservasi penyu.
1.4.2.3 Jurusan
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, dan
wawasan serta pengetahuan bagi jurusan sosiologi
khususnya studi sosiologi lingkungan.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Peran
Merton dalam Samsuri (2016:286) menyimpulkan “peran sebagai
pola tingkah laku atau perbuatan yang dijalankan oleh suatu kelompok
atau organisasi untuk menjalankan hak dan kewajiban yang diharapkan
dalam masyarakat dari kedudukan atau status tertentu”.
11
1.5.2 Penyadaran
Chen (2011:95) menyimpulkan “penyadaran suatu proses
mengubah seseorang dari situasi tidak siap belajar atau tidak mengerti
menjadi siap belajar dan mengerti”. Freire (2008) dalam Ahmad
(2016:100) menyatakan “penyadaran diartikan sebagai proses belajar
memahami kontradiksi sosial, politik dan ekonomi, serta mengambil
tindakan untuk melawan unsur-unsur yang menindas dari rialitas
tersebut”.
1.5.3 Konservasi
Kusmana (2016:98) menyimpulkan “konservasi adalah
pengelolaan sumberdaya alam, yang berada di luas darat maupun luas
laut, yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya, dengan memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya”.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sugiyono
(2014:7-9) menyimpulkan bahwa “yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berorientasi pada gejala-
gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya bersifat naturalistik.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang pasti yang
merupakan suatu nilai di balik data yang tampak”.
12
Berdasarkan penggunaan metode kualitatif Peneliti memfokuskan
penelitian dalam pola perilaku, aktivitas pelaku konservasi penyu dan
ingin memperoleh pemahaman lebih dalam dari kasus pembantaian penyu
sehingga terbentuknya peran kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) dalam penyadaran Konservasi Penyu Taman Kili-Kili
Desa Wonocoyo.
1.6.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan menggunakan
pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi merupakan pekerjaan
mendeskripsikan suatu kebudayaan dari sekelompok orang, artinya
memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.
Menurut Malinowski dalam Windiani dan Nurul (2016:89) “di mana
tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli,
hubungannya dengan kehidupan, dan untuk mendapatkan pandangannya
mengenai dunianya”.
Pendekatan etnografi ini mencangkup tentang tradisi masyarakat
lokal (Dusun Bendogolor), bahwa setiap bulan Mei sampai Agustus
masyarakat lokal tersebut melakukan pembantaian dan penangkapan
terhadap hewan penyu, untuk diambil daging dan telurnya baik
dikonsumsi maupun dijual. Masyarakat lokal percaya bahwa daging dan
telur penyu bermanfaat sebagai obat tradisional dan kecantikan, yaitu bisa
menyembuhkan pegal-pegal, meningkatkan sumber stamina tubuh dan
membuat kulit lembut. Selain itu masyarakat lokal mempercayai bahwa
daging penyu memiliki beragam 7 rasa daging. Sebelum disembelih hewan
13
penyu dilentangkan selama satu hari sehingga mendapatkan beragam 7
rasa daging. Maka nilai jualnya daging dan telur penyu cukup tinggi
(wawancara dengan Bapak Yudi Sudarmanto, 16-12-2012 pukul 14:44).
1.6.3 Unit Analisis
Peneliti mefokuskan fenomena dalam analisis meso. Dalam analisis
meso mengarah ke kelompok dan organisasi. Karena peneliti
memfokuskan organisasi yang di bentuk oleh swadaya masyarakat bersifat
relawan yang mngerucut pada peran kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) dalam penyadaran Konservasi Penyu Taman Kili-Kili.
1.6.4 Lokasi Peneitian
Adapun lokasi penelitian ini berlokasi di Dusun Bendogolor, Desa
Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Akses masuk menuju kawasan Konservasi Penyu Taman Kili-Kili
dapat dilalui dengan melewati 3 Kabupaten Kota yakni Ponorogo,
Trenggalek, dan Pacitan. Untuk masuk kelokasi penelitian di Konservasi
Penyu Taman Kili-Kili, hanya bisa menggunakan kendaraan roda 2,
sedangkan kendaraan roda 4 tidak bisa masuk karena akses jalan yang tidak
memadai untuk sampai kelokasi.
14
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti dalam meneliti ini menggunakan penelitian kualitatif,
adapun metode pengumpulan data sebagai berikut:
1.6.5.1 Observasi
Menurut Nasutio (1988) dalam Sugiyono (2014:226)
“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Lebih jelas observasi
adalah metode atau cara pengumpulan data dengan melihat
langsung fakta dimasyarakat, dengan melakukan pengamatan yang
dijadikan lokasi peneliti guna mendapatkan data yang diperlukan”.
Objek observasi penelitian ini adalah kelompok masyarakat
pengawas (POKMASWAS), yang berpartisipasi dalam
penyelamatan penyu dari kepunahan dengan perwujudan konservasi
penyu Pantai Taman Kili-Kili, dalam observasi peneliti terjun
langsung di lapangan guna melihat langsung fakta yang terjadi.
Peneliti melakukan observasi pada tanggal 30 Mei 2018, di
Konservasi Penyu, dan melakukan pengamatan terhadap
POKMASWAS sebagi pelaku peran dalam penyadaran. Kemudian
peneliti mengamati sejauh mana POKMASWAS dalam perannya
terhadap penyadaran di dalam masyarakat.
15
1.6.5.2 Wawancara
Menurut Stainback (1988) dalam Sugiyono (2014:232)
menyimpulkan bahwa “dengan wawancara, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam
mengiterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi”. Wawancara
dilakukan kepada pihak organisasi POKMASWAS, Pemerintah
Desa, masyarakat lokal Dusun Bendogolor, dan pengunjung sebagi
sumber data.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan setelah
terjun lapangan atau observasi secara langsung, kemudian peneliti
melakukan rancangan wawancara kepada target narasumber yang
akan diwawancarai guna untuk mendapatkan data. Peneliti
melakukan wawancara kepada 9 narasumber yaitu, 4 narasumber
dari pihak POKMASWAS, 2 narasumber dari masyarakat lokal, 2
narasumber dari Pemerintah Desa, dan 1 narasumber dari
pengunjung. Peneliti melakukan wawancara terkait dengan
tindakan POKMASWAS yang melaukan penyadaran melalui
konservasi penyu.
1.6.5.3 Dokumentasi
Sugiyono (2014:240) menyimpulkan bahwa “dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
16
Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni yang dapat
berupa gambar, patung, flm dan lain-lain”.
Peneliti dalam mengumpulkan data dokumentasi dengan
cara pengambilan foto dan data tulisan aktivitas POKMASWAS
pada tahun 2011-2018, dan dari foto pribadi yang dilakukan oleh
peneliti. Cara peneliti untuk mendapatkan dokumentasi yang
diperlukan adalah dengan datang secara langsung ke lokasi
penelitian. Pengambilan dokumentasi peneliti menggunakan
kamera, dan mencatat data yang diperlukan guna untuk menambah
serta mendukung kelengkapan data.
1.6.6 Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2014:215) menyimpulkan bahwa “sampel adalah
sebagian dari populasi, misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah
pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah
tertentu dan sebagainya”. Penelitian ini dilakukan dengan cara purposive
sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden
adalah aktor atau pengguna kepentingan di kawasan (stakeholders) terdiri
dari lembaga pemerintah dan masyarakat.
Target subjek peneliti dilakukan dengan cara sengaja dan dipilih
tidak jauh dari ruang lingkup penelitian. Peneliti dalam pengambilan
sampel dengan cara melakukan rancangan target subjek terlebih dahulu,
yaitu pihak Pemerintah Desa, POKMASWAS, masyarakat lokal, dan
pengunjung guna untuk melengkapi data penelitian.
17
1.6.7 Sumber Data
Sebuah penelitian, untuk mendapatkan sebuah hasil penelitian
tentunya sangatlah dibutuhkan adanya sumber data penelitian . Sumber data
dapat dibedakan menjadi 2, yakni sumber data primer dan sumber data
sekunder. Data yang diperoleh yaitu dari 2 sumber:
1.6.7.1 Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh dari subjek
yang diteliti dengan cara wawancara dan observasi langsung di
lapangan. Wawancara dilakukan kepada 9 narasumber yaitu,
pihak organisasi POKMASWAS (4 narasumber), Pemerintah
Desa (2 narasumber), masyarakat lokal Dusun Bendogor (2
narasumber), pengunjung (1 narasumber), diantaranya:
Tabel 1. Data Narasumber Wawancara No. Narasumber Keterangan Tanggal / Waktu dan
Tempat
1. Ari Gunawan Selaku Ketua
POKMASWAS
PNS
Laki-laki (usia 45)
Alamat rumah RT 07 / RW
03
29-08-18 pukul
17:15
Di Rumah Bapak
Ari Gunawan
2. Sigit Anggota POKMASWAS
Petani
Laki-laki (usia 54)
Alamat rumah RT 38 / RW
11
03-11-2018 pukul
10:25
Di Konservasi
Penyu Pantai
Taman Kili-Kili
3. Jalimanto Anggota POKMASWAS
Petani
Laki-laki (usia 50)
Alamat rumah RT 38 / RW
11
11-2018 pukul
11:10
Di Konsevasi
Penyu Pantai
Taman Kili-Kili
4. Eka Agustina Anggota POKMASWAS
(Pendamping)
Swasta
Perempuan (usia 30)
Alamat rumah RT 38 / RW
12
26-11-2018 pukul
09:20 dan 21-03-
2019 pukul 14:30.
Di Konservasi
Penyu Pantai
Taman Kili-Kili
dan Via Telefon
18
5. Yudi
Sudarmanto
Masyarakat Lokal Dusun
Bendogolor
Petani
Laki-laki (usia 47)
Alamat rumah RT 38 / RW
11
16-02-2019 pukul
14:44
Di rumah Bapak
Yudi Sudarmanto
6. Bu Karomah Masyarakat Lokal Dusun
Bendogolor
Ibu Rumah Tangga
Perempuan
(usia 57)
Alamat rumah RT 38 / RW
12
16-02-2019 pukul
15:22
Di rumah Ibu
Karomah
7. Mufida Pengunjung
Mahasiswa UT Trenggalek
Perempuan
(usia 20)
Alamat rumah Desa
Kertosono RT 27 / RW 04
17-02-2019) pukul
09:27
Di Konservasi
Penyu Pantai
Taman Kili-Kili
8. Didik
Herkunadi
Kepala Desa Woncoyo
(Penasehat)
Laki-laki (usia 52)
Alamat rumah RT 07 / RW
03
22-02-2019 pukul
10:25
Di Kantor Desa
Wonocoyo
9. Eko Margono Sekretaris
Laki-laki (usia 45)
Alamat rumah RT 04 /
RW02
21-03-2019 pukul
10:00
Via Telefon
1.6.7.2 Data Sekunder, yaitu sumber data dari internet, jurnal dan
buku.
1.6.8 Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2014:246-
252) “bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data yaitu:
1.6.8.1 Reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya .
19
1.6.8.2 Penyajian data, setelah data direduksi, selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Maka
data tersebut akan terorganisasikan, tersusun, dalam pola,
hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.
1.6.8.3 Menarik kesimpulan dan verifikasi, ini dilakukan sejak awal
data yang diperoleh, tetapi kesimpulanya masih kabur.
Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian masih
berlangsun
1.6.9 Teknik Validitas Data
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang valid adalah data “yang tidak
berbeda” antara data yang diperokan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek peneliti (Sugiyono, 2012:267). Menurut
William Wiersma (1986) trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagaipengecekan data dari berbagai narasumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu (Sugiyono,
2012:273).
Perencanaan penelitian ini, memakai triangulasi teknik
pengumpulan data dari observasi, wawancara, dan kusioner/dokumen
yang terus disesuaikan satu sama lain untuk mendapatkan data yang valid
tentang peran POKMASWAS dam penyadaran di Dusun Bendogolor.