BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Trenggalek merupakan daerah pesisir Selatan Jawa Timur yang sangat luar biasa potensinya, dengan luas wilayah 1.261,40 km² berbagai potensi terdapat di Kabupaten Trenggalek yang terdiri dari pariwisata, kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, kelautan dan perikanan. Terutama potensi kelautan Kabupaten Trenggalek sangat besar, memiliki luas wilayah laut ± 35.558 km², panjang pantai + 96 km, jumlah pulau-pulau kecil 57 buah, kawasan terumbu karang 165 ha, maka mendukung aktifitas perikanan. Potensi kelautan dan perikanan yang baik tentu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan, terbukti Kabupaten Trenggalek memiliki pelabuhan ikan terbesar pada wilayah pulau Selatan di pulau Jawa setelah pelabuhan ikan Cilacap. Pantai Selatan Kabupaten Trenggalek berbentuk tiga teluk yang terdiri Teluk Panggul, Teluk Munjungan dan yang paling besar adalah Teluk Prigi (Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek, 2017). Kekayaan potensi sumberdaya di wilayah pesisir laut sangat besar, terbukti berbagai tumbuhan dan hewan yang ada, seperti pohon mangrove, pohon pandan, pohon kelapa, terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan, ubur-ubur, kerang, ular laut, tripang, lobster, kepiting dan penyu. Dahuri (2003) dalam Effendy (2009:82) menyimpulkan “bahwa dalam suatu wilayah pesisir dan lautan terdapat satu atau lebih lingkungan ekosistem dan sumber daya”. Dengan wilayah pesisir laut yang luas maka berbagai macam ekosistem dapat ditemukan, dan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Trenggalek merupakan daerah pesisir Selatan Jawa Timur

yang sangat luar biasa potensinya, dengan luas wilayah 1.261,40 km² berbagai

potensi terdapat di Kabupaten Trenggalek yang terdiri dari pariwisata, kehutanan,

perkebunan, pertanian, peternakan, kelautan dan perikanan. Terutama potensi

kelautan Kabupaten Trenggalek sangat besar, memiliki luas wilayah laut ±

35.558 km², panjang pantai + 96 km, jumlah pulau-pulau kecil 57 buah, kawasan

terumbu karang 165 ha, maka mendukung aktifitas perikanan. Potensi kelautan

dan perikanan yang baik tentu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan, terbukti Kabupaten Trenggalek memiliki pelabuhan ikan terbesar pada

wilayah pulau Selatan di pulau Jawa setelah pelabuhan ikan Cilacap. Pantai

Selatan Kabupaten Trenggalek berbentuk tiga teluk yang terdiri Teluk Panggul,

Teluk Munjungan dan yang paling besar adalah Teluk Prigi (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Trenggalek, 2017).

Kekayaan potensi sumberdaya di wilayah pesisir laut sangat besar, terbukti

berbagai tumbuhan dan hewan yang ada, seperti pohon mangrove, pohon pandan,

pohon kelapa, terumbu karang, rumput laut, berbagai jenis ikan, ubur-ubur,

kerang, ular laut, tripang, lobster, kepiting dan penyu. Dahuri (2003) dalam

Effendy (2009:82) menyimpulkan “bahwa dalam suatu wilayah pesisir dan lautan

terdapat satu atau lebih lingkungan ekosistem dan sumber daya”. Dengan wilayah

pesisir laut yang luas maka berbagai macam ekosistem dapat ditemukan, dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

2

lingkungan yang bersih tentu tempat yang sesuai bagi hewan penyu untuk

singgah, berproduksi, dan bertelur.

Penyu adalah hewan laut reptil, dan termasuk hewan purba yang masih

bisa bertahan hidup sampai saat ini. Hewan penyu menyukai lingkungan wilayah

pesisir yang bersih untuk singgah, berproduksi, dan bertelur. Berdasarkan

penelusuran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Trenggalek, penyu masih

bisa ditemukan di Pantai Taman Kili-Kili Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul,

Kabupaten Trenggalek. Pantai Taman Kili-Kili adalah pantai yang membentang

dari barat hingga timur di wilayah Desa Wonocoyo dengan jarak 54 km sebelah

barat Ibu Kota Trenggalek. Pantai Taman Kili-Kili memiliki bermacam-macam

ekosistem dan potensi sumberdaya alam yang tidak diragukan keberadaanya.

Pantai Taman Kili-Kili berpotensi sebagai tempat yang nyaman untuk

penyu bertelur, dikarenakan kondisi lingkungan pantai ini masih alami, terbukti

dengan banyaknya tanaman vegetasi dan lingkungan yang masih bersih serta

terjaga kelestarianya, seperti belum ada bangunan (warung makan, rumah, dan

TPI), merupakan penarik bagi hewan penyu untuk bertelur (wawancara dengan

Bapak Sigit, 03-11-2018 pukul 10:25). Ackerman (1997) dalam Manurung, dkk

(2015:206) menyimpulkan bahwa “pantai dan lingkungan yang bersih tempat

peneluran penyu sebagai inkubator alami yang sesuai bagi perkembangan embrio

penyu”. Maka penyu sangat menyukai lingkungan yang bersih, dan mempunyai

sifat memilih tempat untuk membuat sarang untuk bertelur.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

3

Namun terdapat persoalan yang serius terkait dengan habitat penyu di

Pantai Taman Kili-Kili, populasi penyu mulai menurun pada tahun 2000 – 2010,

dikarenakan adanya pembantaian dan penangkapan hewan penyu yang terus

dilakukan oleh masyarakat lokal yang tidak jauh dari wilayah pantai Taman Kili-

Kili yaitu, Dusun Bendogolor, pembantaian dan penangakapan yang dilakukan

seperti mengambil daging penyu dan telurnya untuk dikonsumsi dan dijual.

Kurangnya pemahaman dan informasi kebijakan yang berlaku mengenai

penyu termasuk hewan yang dilindungi maka masyarakat lokal setiap tahunnya

mengambil daging penyu, dan telur penyu tidak kurang dari 40 sarang, dan setiap

sarang terdapat kurang lebih 100 butir telur untuk di konsumsi dan dijual. Ada 4

jenis penyu yang dulu sering ditemukan di Pantai Taman Kili-Kili, yaitu penyu

hijau (green turtle), penyu sisik (hawksbill turtle), penyu belimbing (leatherback

turtle), dan penyu abu-abu (lepidochelys olivacea). Namun dari 4 jenis penyu

semenjak tahun 2000 – 2010, hanya penyu abu-abu (lepidochelys olivacea) yang

satu-satunya bisa ditemukan. Hal ini menandakan bahwa pembantaian dan

penangkapan hewan penyu untuk dikonsumsi dan dijual daging beserta telurnya,

membuat populasi hewan penyu di Pantai Taman Kili-Kili menurun (wawancara

dengan Bapak Ari Gunawan 29-08-18 pukul 17:15).

Kurangnya pemahaman masyarakat lokal khususnya Dusun Bendogolor,

mengenai penyu termasuk hewan yang dilindungi, maka pada bulan Mei sampai

Agustus masyarakat lokal Dusun Bendogolor yang berada di wilayah lingkungan

Pantai Taman Kili-Kili melakukan pembantaian dan penangkapan penyu untuk

diambil daging, dan telur penyu, pembantaian dan penangkapan secara terus-

menerus menjadi sebuah tradisi setiap tahunnya. Menurut masyarakat lokal Dusun

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

4

Bendogolor yang berada di wilayah lingkungan Pantai Taman Kili-Kili

penangkapan terhadap habitat penyu adalah hal biasa, karena sudah turun-temurun

dilakukan.

Faktor ekonomi mendukung masyarakat lokal Dusun Bendogolor, Desa

Wonocoyo melakukan pembantaian penyu, dikarenakan ekonomi yang rendah

menyebabkan masyarakat lokal beralasan untuk menjual telur penyu, menjual

daging penyu, dan mengkonsumsi, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

menambah pendapatan perekonomian masyarakat Dusun Bendogolor. Masyarakat

lokal Dusun Bendogolor yang berada tidak jauh dari wilayah lingkungan Pantai

Taman Kili-Kili merupakan masyarakat dengan perekonomian yang paling rendah

dibanding Dusun lainya di Desa Wonocoyo, seperti Wonocoyo Utara, Wonocoyo

Selatan dan Karang. Karena pendidikan di masyarakat Dusun Bendogolor

termasuk rendah, maka mereka tidak punya kemampuan (skill) yang membantu

perekonomian mereka, dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan buruh,

maka mereka beralasan untuk berburu hewan penyu yang diharapkan bisa

menambah perekonomian mereka.

Musim penyu bertelur pada bulan Mei sampai dengan Agustus adalah hal

yang dinanti-nanti oleh masyarakat lokal Dusun Bendogolor, dikarenakan

pembantaian dan penangkapan penyu untuk diambil daging serta telurnya dan

dikonsumsi maupun dijual, adalah salah satu mata pencaharaian alternatif bagi

masyarakat lokal Dusun Bendogolor, karena mata pencaharian utama mereka

adalah petani dan buruh. Maka dengan menjual daging dan telur penyu

masyarakat lokal Dusun Bendogolor bisa menambah perekonomian mereka,

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

5

perkilonya telur penyu bisa dijual sebesar Rp 600.000 (wawancara dengan Bapak

Ari Gunawan 29-08-18 pukul 17:15).

Padahal keberadaan penyu sangat penting untuk penyeimbang ekosistem

laut dan memberikan banyak manfaat untuk manusia. Wilson (2010) dalam

Samanya (2015:5) menyatakan bahwa “ penyu mempunyai peran penting dalam

menjaga ekosistem laut yang sehat, laut yang sehat akan menjadi habitat ikan

sebagai sumber protein penting bagi manusia”. Manfaat tersebut mencangkup

berbagai aspek yang meliputi peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui sektor

perikanan, menjaga keseimbangan mata rantai ekosistem laut, menjaga biota laut,

pengembangan ekowisata, dan menjadi sarana bagi peningkatan ilmu pengetahuan

manusia melalui penelitian dan pengembangan (Nur Buana 2014, diakses pada

07-11-2018 pukul 17:22).

Menanggapi kondisi di atas dengan persoalan yang mengancam

kelestarian habitat penyu, maka keberadaan penyu dilindungi oleh pemerintah

pada tingkat nasional dan internasional. Bahwa semua jenis penyu laut di

Indoneisa telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun

1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Demi keselamatan dan

pelestarian populasi penyu terjaga maka peran masyarakat sangat penting.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Republik Indonesia, No: P. 18/MenLHK-II/2015 tentang “Organisasi Dan Tata

Kerja Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan”, pada pasal 1087

“Subdirektorat Bina Komunitas Penyelamatan Sumber Daya Alam mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan

teknis, dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis, serta supervisi atas

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

6

pelaksanaan urusan pembinaan komunitas penyelamatan sumber daya alam”.

Maka untuk menjaga dan melestarikan habitat penyu yang mulai menurun

populasinya di Pantai Taman Kili-Kili, maka masyarakat Desa Wonocoyo

membentuk sebuah organiasi yang bertujuan melestarikan hewan penyu beserta

melindungi wilayah lingkungan konservasi penyu pantai Taman Kili-Kili.

Masyarakat yang dibantu oleh Pemerintah Desa Wonocoyo dan Dinas

Kelautan Perikanan Kabupaten Trenggalek, membentuk organisasi kelompok

masyarakat pengawas (POKMASWAS) pada 2 Mei 2011. POKMASWAS

merupakan pelaksana penyadaran sekaligus pengawasan terhadap pemanfaatan

sumberdaya perikanan dan kelautan di tingkat lapangan yang terdiri dari unsur

tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, LSM, nelayan, pembudidaya ikan,

pengusaha serta masyarakat perikanan lainya (Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Trenggalek 2018). Didukung oleh Undang - Undang No. 27 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (pasal 26)

“Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian

Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”.

Koentjaraningrat (2009:138) menyatakan “peran adalah tingkah laku

individu dalam kelompok yang mementaskan suatu kedudukan tertentu, apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya sesui dengan kedudukannya, maka

dia menjalankan suatu peran”. Dengan peran yang dilakukan oleh POKMASWAS

berbagai kegiatan dilakukan untuk menjamin keberlangsungan kelestarian penyu.

Sebagian anggota POKMASWAS antara lain adalah masyarakat Dusun

Bendogolor, yang dulunya pembantai penyu beserta telurnya, maka perlahan

masyarakat mulai ikut berperan serta dalam keberlangsungan kelestarian habitat

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

7

penyu. Kedudukan POKMASWAS sangat berpengaruh terhadapat masyarakat

Desa Wonocoyo terutama Dususn Bendogolor, dan bertanggung jawab atas

penegakan dan tugas yang sudah disepakati bersama.

Peran POKMASWAS dalam melaksanakan tugasnya yaitu, dalam bentuk

penyadaran dengan pelestarian lingkungan khususnya untuk keberlangsungan

habitat penyu maka melaksanakannya dengan berbagai kegiatan dalam konservasi

yang ditunjukan kepada masyarakat lokal. Orbasli (2008) dalam Syaputri (2017:5)

menyimpulkan “fokus konservasi meliputi aspek sejarah, masa kini dan masa

yang akan datang kesejahteraan dengan mempertimbangkan: bukti sejarah,

kebutuhan saat ini, dan keberlanjutan untuk masa yang akan datang, demi

kebaikan bersama. Seperti tertuang Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NO

PER.04/MEN/2006 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di

Bidang Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Dengan adanya

konservasi maka akan mendukung keberlangsungan kegiatan dalam peran

POKMASWAS untuk pelestarian habitat penyu.

Kepedulian organisasi yang dibentuk dengan penguatan swadaya

masyarakat yang bersifat relawan adalah sebagai pelaksana penyadaran

konservasi penyu yang menjadikan kawasan konservasi penyu Pantai Taman

Kili-Kili sebagai kawasan yang aman untuk penyu mendarat dan bertelur serta

menjadi pusat edukasi tentang penyu, dan menjaga serta melindungi ekosistem

baik biota yang ada di sekitar kawasan konservasi penyu Pantai Taman Kili-Kili

ataupun keseluruhan, sehingga menghindari dari kepunahan biota, dan

memanfaatkan kawasan konservasi sebagai pusat edukasi penyu dan bermanfaat

bagi masyarakat luas.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

8

Faktor yang melatar belakangi terbentuknya organisasi POKMASWAS

adalah, pertama hewan penyu yang sering diburu mengakibatkan populasi penyu

semakin menurun. Kedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

POKMASWAS dalam penyadaran konservasi penyu secara maksimal, agar bisa

berkelanjutan dan bisa menyadarkan masyarakat akan pentingnya lingkungan.

Maka dari itu, penelitian ini mefokuskan pada peran POKMASWAS dalam

penyadaran konservasi penyu Taman kili-kili di Desa Wonocoyo, Dusun

Bendogolor. Pentingnya penelitian di konservasi penyu Pantai Taman Kili-Kili

dan lingkungan masyarakat Dusun Bendogolor agar mengetahui masalah-masalah

yang menjadi problema selama ini, bila tidak dilakukan penelitian maka tidak

akan mengetahui masalah-masalah yang menjadi problema di konservasi penyu

Pantai Taman Kili-Kili dan lingkungan masyarakat Dusun Bendogolor.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan tersebut, rumusan

masalahnya adalah:

1.2.1 Bagaimana peran kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) dalam penyadaran konservasi penyu di Pantai

Taman Kili-Kili, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo ?

1.2.2 Bagaimana dampak peran kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) melalui penyadaran konservasi penyu di Pantai

Taman Kili-Kili terhadap lingkungan, Dusun Bendogolor,

DesaWonocoyo ?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan

penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mendeskripsikan peran kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) dalam penyadaran konservasi penyu di Pantai

Taman Kili-Kili, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo.

1.3.2 Untuk menjelaskan dampak peran kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) melalui penyadaran konservasi penyu di Pantai

Taman Kili-Kili terhadap lingkungan, Dusun Bendogolor, Desa

Wonocoyo.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah ilmu pengetahuan sosiologi lingkungan

berdasarkan teori Peran Organisasi, yang dimana keterkaitan

tentang peran kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS)

dalam penyadaran konservasi penyu yang telah melakukan tindakan

sesuai dengan perannya untuk terwujudnya lingkungan yang

seimbang. Dengan Konservasi diharapkan bisa menjamin

keberlangsungan SDA, dan pengelolaan konservasi yang baik akan

menghasilkan dampak yang positif bagi ekosistem SDA.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

10

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Pengambil kebijakan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi

pemerintah dalam pengambilan kebijakan di bidang

perikanan dan kelautan berbasis konservasi penyu serta

dapat menjadi acuan pengelola untuk mengembangkan dan

rancangan konservasi penyu lebih baik.

1.4.2.2 Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi lebih lanjut

untuk penelitian tentang peran organisasi dengan

mencangkup konservasi penyu dan diharapkan untuk

menambah pengetahuan serta pengalaman tentang

pelestarian konservasi penyu.

1.4.2.3 Jurusan

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, dan

wawasan serta pengetahuan bagi jurusan sosiologi

khususnya studi sosiologi lingkungan.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Peran

Merton dalam Samsuri (2016:286) menyimpulkan “peran sebagai

pola tingkah laku atau perbuatan yang dijalankan oleh suatu kelompok

atau organisasi untuk menjalankan hak dan kewajiban yang diharapkan

dalam masyarakat dari kedudukan atau status tertentu”.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

11

1.5.2 Penyadaran

Chen (2011:95) menyimpulkan “penyadaran suatu proses

mengubah seseorang dari situasi tidak siap belajar atau tidak mengerti

menjadi siap belajar dan mengerti”. Freire (2008) dalam Ahmad

(2016:100) menyatakan “penyadaran diartikan sebagai proses belajar

memahami kontradiksi sosial, politik dan ekonomi, serta mengambil

tindakan untuk melawan unsur-unsur yang menindas dari rialitas

tersebut”.

1.5.3 Konservasi

Kusmana (2016:98) menyimpulkan “konservasi adalah

pengelolaan sumberdaya alam, yang berada di luas darat maupun luas

laut, yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin

kesinambungan persediaannya, dengan memelihara dan meningkatkan

kualitas keanekaragaman dan nilainya”.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sugiyono

(2014:7-9) menyimpulkan bahwa “yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berorientasi pada gejala-

gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya bersifat naturalistik.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,

suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang pasti yang

merupakan suatu nilai di balik data yang tampak”.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

12

Berdasarkan penggunaan metode kualitatif Peneliti memfokuskan

penelitian dalam pola perilaku, aktivitas pelaku konservasi penyu dan

ingin memperoleh pemahaman lebih dalam dari kasus pembantaian penyu

sehingga terbentuknya peran kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) dalam penyadaran Konservasi Penyu Taman Kili-Kili

Desa Wonocoyo.

1.6.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan menggunakan

pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi merupakan pekerjaan

mendeskripsikan suatu kebudayaan dari sekelompok orang, artinya

memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli.

Menurut Malinowski dalam Windiani dan Nurul (2016:89) “di mana

tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli,

hubungannya dengan kehidupan, dan untuk mendapatkan pandangannya

mengenai dunianya”.

Pendekatan etnografi ini mencangkup tentang tradisi masyarakat

lokal (Dusun Bendogolor), bahwa setiap bulan Mei sampai Agustus

masyarakat lokal tersebut melakukan pembantaian dan penangkapan

terhadap hewan penyu, untuk diambil daging dan telurnya baik

dikonsumsi maupun dijual. Masyarakat lokal percaya bahwa daging dan

telur penyu bermanfaat sebagai obat tradisional dan kecantikan, yaitu bisa

menyembuhkan pegal-pegal, meningkatkan sumber stamina tubuh dan

membuat kulit lembut. Selain itu masyarakat lokal mempercayai bahwa

daging penyu memiliki beragam 7 rasa daging. Sebelum disembelih hewan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

13

penyu dilentangkan selama satu hari sehingga mendapatkan beragam 7

rasa daging. Maka nilai jualnya daging dan telur penyu cukup tinggi

(wawancara dengan Bapak Yudi Sudarmanto, 16-12-2012 pukul 14:44).

1.6.3 Unit Analisis

Peneliti mefokuskan fenomena dalam analisis meso. Dalam analisis

meso mengarah ke kelompok dan organisasi. Karena peneliti

memfokuskan organisasi yang di bentuk oleh swadaya masyarakat bersifat

relawan yang mngerucut pada peran kelompok masyarakat pengawas

(POKMASWAS) dalam penyadaran Konservasi Penyu Taman Kili-Kili.

1.6.4 Lokasi Peneitian

Adapun lokasi penelitian ini berlokasi di Dusun Bendogolor, Desa

Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.

Akses masuk menuju kawasan Konservasi Penyu Taman Kili-Kili

dapat dilalui dengan melewati 3 Kabupaten Kota yakni Ponorogo,

Trenggalek, dan Pacitan. Untuk masuk kelokasi penelitian di Konservasi

Penyu Taman Kili-Kili, hanya bisa menggunakan kendaraan roda 2,

sedangkan kendaraan roda 4 tidak bisa masuk karena akses jalan yang tidak

memadai untuk sampai kelokasi.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

14

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam meneliti ini menggunakan penelitian kualitatif,

adapun metode pengumpulan data sebagai berikut:

1.6.5.1 Observasi

Menurut Nasutio (1988) dalam Sugiyono (2014:226)

“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Lebih jelas observasi

adalah metode atau cara pengumpulan data dengan melihat

langsung fakta dimasyarakat, dengan melakukan pengamatan yang

dijadikan lokasi peneliti guna mendapatkan data yang diperlukan”.

Objek observasi penelitian ini adalah kelompok masyarakat

pengawas (POKMASWAS), yang berpartisipasi dalam

penyelamatan penyu dari kepunahan dengan perwujudan konservasi

penyu Pantai Taman Kili-Kili, dalam observasi peneliti terjun

langsung di lapangan guna melihat langsung fakta yang terjadi.

Peneliti melakukan observasi pada tanggal 30 Mei 2018, di

Konservasi Penyu, dan melakukan pengamatan terhadap

POKMASWAS sebagi pelaku peran dalam penyadaran. Kemudian

peneliti mengamati sejauh mana POKMASWAS dalam perannya

terhadap penyadaran di dalam masyarakat.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

15

1.6.5.2 Wawancara

Menurut Stainback (1988) dalam Sugiyono (2014:232)

menyimpulkan bahwa “dengan wawancara, maka peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

mengiterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi”. Wawancara

dilakukan kepada pihak organisasi POKMASWAS, Pemerintah

Desa, masyarakat lokal Dusun Bendogolor, dan pengunjung sebagi

sumber data.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan setelah

terjun lapangan atau observasi secara langsung, kemudian peneliti

melakukan rancangan wawancara kepada target narasumber yang

akan diwawancarai guna untuk mendapatkan data. Peneliti

melakukan wawancara kepada 9 narasumber yaitu, 4 narasumber

dari pihak POKMASWAS, 2 narasumber dari masyarakat lokal, 2

narasumber dari Pemerintah Desa, dan 1 narasumber dari

pengunjung. Peneliti melakukan wawancara terkait dengan

tindakan POKMASWAS yang melaukan penyadaran melalui

konservasi penyu.

1.6.5.3 Dokumentasi

Sugiyono (2014:240) menyimpulkan bahwa “dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

16

Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni yang dapat

berupa gambar, patung, flm dan lain-lain”.

Peneliti dalam mengumpulkan data dokumentasi dengan

cara pengambilan foto dan data tulisan aktivitas POKMASWAS

pada tahun 2011-2018, dan dari foto pribadi yang dilakukan oleh

peneliti. Cara peneliti untuk mendapatkan dokumentasi yang

diperlukan adalah dengan datang secara langsung ke lokasi

penelitian. Pengambilan dokumentasi peneliti menggunakan

kamera, dan mencatat data yang diperlukan guna untuk menambah

serta mendukung kelengkapan data.

1.6.6 Teknik Pengambilan Sampel

Sugiyono (2014:215) menyimpulkan bahwa “sampel adalah

sebagian dari populasi, misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah

pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah

tertentu dan sebagainya”. Penelitian ini dilakukan dengan cara purposive

sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden

adalah aktor atau pengguna kepentingan di kawasan (stakeholders) terdiri

dari lembaga pemerintah dan masyarakat.

Target subjek peneliti dilakukan dengan cara sengaja dan dipilih

tidak jauh dari ruang lingkup penelitian. Peneliti dalam pengambilan

sampel dengan cara melakukan rancangan target subjek terlebih dahulu,

yaitu pihak Pemerintah Desa, POKMASWAS, masyarakat lokal, dan

pengunjung guna untuk melengkapi data penelitian.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

17

1.6.7 Sumber Data

Sebuah penelitian, untuk mendapatkan sebuah hasil penelitian

tentunya sangatlah dibutuhkan adanya sumber data penelitian . Sumber data

dapat dibedakan menjadi 2, yakni sumber data primer dan sumber data

sekunder. Data yang diperoleh yaitu dari 2 sumber:

1.6.7.1 Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh dari subjek

yang diteliti dengan cara wawancara dan observasi langsung di

lapangan. Wawancara dilakukan kepada 9 narasumber yaitu,

pihak organisasi POKMASWAS (4 narasumber), Pemerintah

Desa (2 narasumber), masyarakat lokal Dusun Bendogor (2

narasumber), pengunjung (1 narasumber), diantaranya:

Tabel 1. Data Narasumber Wawancara No. Narasumber Keterangan Tanggal / Waktu dan

Tempat

1. Ari Gunawan Selaku Ketua

POKMASWAS

PNS

Laki-laki (usia 45)

Alamat rumah RT 07 / RW

03

29-08-18 pukul

17:15

Di Rumah Bapak

Ari Gunawan

2. Sigit Anggota POKMASWAS

Petani

Laki-laki (usia 54)

Alamat rumah RT 38 / RW

11

03-11-2018 pukul

10:25

Di Konservasi

Penyu Pantai

Taman Kili-Kili

3. Jalimanto Anggota POKMASWAS

Petani

Laki-laki (usia 50)

Alamat rumah RT 38 / RW

11

11-2018 pukul

11:10

Di Konsevasi

Penyu Pantai

Taman Kili-Kili

4. Eka Agustina Anggota POKMASWAS

(Pendamping)

Swasta

Perempuan (usia 30)

Alamat rumah RT 38 / RW

12

26-11-2018 pukul

09:20 dan 21-03-

2019 pukul 14:30.

Di Konservasi

Penyu Pantai

Taman Kili-Kili

dan Via Telefon

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

18

5. Yudi

Sudarmanto

Masyarakat Lokal Dusun

Bendogolor

Petani

Laki-laki (usia 47)

Alamat rumah RT 38 / RW

11

16-02-2019 pukul

14:44

Di rumah Bapak

Yudi Sudarmanto

6. Bu Karomah Masyarakat Lokal Dusun

Bendogolor

Ibu Rumah Tangga

Perempuan

(usia 57)

Alamat rumah RT 38 / RW

12

16-02-2019 pukul

15:22

Di rumah Ibu

Karomah

7. Mufida Pengunjung

Mahasiswa UT Trenggalek

Perempuan

(usia 20)

Alamat rumah Desa

Kertosono RT 27 / RW 04

17-02-2019) pukul

09:27

Di Konservasi

Penyu Pantai

Taman Kili-Kili

8. Didik

Herkunadi

Kepala Desa Woncoyo

(Penasehat)

Laki-laki (usia 52)

Alamat rumah RT 07 / RW

03

22-02-2019 pukul

10:25

Di Kantor Desa

Wonocoyo

9. Eko Margono Sekretaris

Laki-laki (usia 45)

Alamat rumah RT 04 /

RW02

21-03-2019 pukul

10:00

Via Telefon

1.6.7.2 Data Sekunder, yaitu sumber data dari internet, jurnal dan

buku.

1.6.8 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2014:246-

252) “bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data yaitu:

1.6.8.1 Reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya .

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46938/2/BAB I.pdfKedua kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Berawal dari latar belakang ini maka diperlukan peran

19

1.6.8.2 Penyajian data, setelah data direduksi, selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk

tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Maka

data tersebut akan terorganisasikan, tersusun, dalam pola,

hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

1.6.8.3 Menarik kesimpulan dan verifikasi, ini dilakukan sejak awal

data yang diperoleh, tetapi kesimpulanya masih kabur.

Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian masih

berlangsun

1.6.9 Teknik Validitas Data

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi

pada objek penelitian dengan data yang valid adalah data “yang tidak

berbeda” antara data yang diperokan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek peneliti (Sugiyono, 2012:267). Menurut

William Wiersma (1986) trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini

diartikan sebagaipengecekan data dari berbagai narasumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu (Sugiyono,

2012:273).

Perencanaan penelitian ini, memakai triangulasi teknik

pengumpulan data dari observasi, wawancara, dan kusioner/dokumen

yang terus disesuaikan satu sama lain untuk mendapatkan data yang valid

tentang peran POKMASWAS dam penyadaran di Dusun Bendogolor.