BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49568/2/BAB I baru.pdf · gadget, istilah...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/49568/2/BAB I baru.pdf · gadget, istilah...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat kita saat ini, maraknya
budaya global dan gaya hidup (life style). Fenomena ini terjadi akibat adanya
globalisasi, dan jugayang sering dipahami pula sebagai suatu bentuk
penyeragaman, dominasi,dan bahkan hegemoni negara-negara maju(Barat)
terhadap negara-negara terbelakang atau bangsa yang sedang berkembang.
Salah satu fenomena penting proses globalisasi telah melahirkan generasi
gadget, istilah yang digunakan untuk menandai munculnya generasi
millennial.Gadget sebenarnya lebih pas diartikan dengan peralatan, sehingga
generasi gadget dimaksudkan dengan generasi yang dalam kehidupannya selalu
bersinggungan dengan yang namanya peralatan yang mengandung unsur
teknologi informasi. Jadi seolah-olah berbagai peralatan tersebut telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Seolah - olah berbagai alat
high-technology telah menjadi bagian penting dalam kehidupannya. (Heru,
2015:35).
Generasi millennial memiliki karakteristik menjadikan teknologi sebagai
gaya hidup (life style)mereka multi talented, multi language, lebih ekspresif dan
eksploratif. Pandangan terhadap hakekat hidup, selalu yakin, optimistik, percaya
diri, menginginkan kesimplean, dan segala sesuatunya serba instan. Yang mana
generasi milennial ketika mereka berkeluarga tentunnya penerapan nilai – nilai
sosial dalam keluarganya tentunya berbeda dengan keluarga generasi x.
2
Keluarga menjadi salah satu hal yang mutlak dalam keberadaan seorang
anak. Mereka menjadi pihak pertama yang dilihat anak dan contoh dari segala
perilaku anak. Bimbingan dari keluarga inilah yang akan menentukan bagaimana
masa depan anak-anaknya. Dalam keluarga terdapat nilai-nilai dan norma-norma
yang diterapkan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Penerapan nilai dan
norma ini nantinya akan menjadi salah satu fungsi dari adanya keluarga, yaitu
keluarga sebagai media sosialisasi pertama kali. Keluarga mempunyai tanggung
jawab dalam pembentukan kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan
kehidupan di dalam masyarakat pada umumnya dan kehidupan di keluarganya
sendiri pada khususnya.
Dalam kehidupan di masyarakat seorang individu akan menerima
sosialisasi dan kemudian menginternalisasikannya di dalam dirinya sendiri.
Sehingga nantinya kepribadian muncul dari seseorang sebagai hasil dari
sosialisasi yang pernah ia dapatkan.
Hampir semua manusia lahir dan dibesarkan dalam suatu wadah yang
disebut keluarga. Kemudian dikelilingi manusia lainnya yang disebut masyarakat
dan dalam setiap masyarakat pasti selalu ada nilai-nilai, norma-norma, dan aturan
atauran yang harus dipatuhi oleh anggota-anggotanya. Walaupun manusia terlahir
dengan membawa bakat - bakat yang terkandung dalam gennya untuk
mengembangkan perasaaan, hasrat dan nafsu serta emosi dalam kepribadian setiap
individu, tapi untuk meningkatkan dari sisi kepribadiannya sangat dipengaruhi
oleh stimuli yang ada dilingkungan sekitarnya seperti lingkungan alam dan sosial
budaya.
3
Akhir-akhir ini, telah muncul gejala-gejala kurang baik yang menimbulkan
masalah atau kegoncangan dalam kehidupan keluarga, salah satunya adalah
kenakalan anak. Sebagai sistem sosial terkecil, keluarga memiliki pengaruh luar
biasa dalam hal pembentukan karakter suatu individu. Keluarga menjalankan
peranannya sebagai suatu sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta
moral seorang anak dengan cara menanamkan nilai- nilai/norma yang baik pada
anak. Keluarga tidak hanya sebuah wadah tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan
anak. Sebuah keluarga sesungguhnya lebih dari itu. Keluarga merupakan tempat
ternyaman bagi anak. Berawal dari Kemampuan untuk bersosialisasi
mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku yang menyimpang.
Keluarga merupakan payung kehidupan bagi seorang anak. Keluarga
merupakan tempat ternyaman bagi seorang anak. Dalam setiap masyarakat, ayah
dan ibu merupakan pranata sosial yang sangat penting artinya bagi kehidupan
sosial. Seseorang anak menghabiskan paling banyak waktunya dalam ayah dan
ibu dibandingkan dengan ditempat-tempat lain, dan ayah dan ibu adalah wadah di
mana sejak dini seorang anak dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat
melakukan peranan-peranannya dalam dunia orang dewasa.
Orang tua (ayah dan ibu) mempunyai peranan sebagai teladan pertama
bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku
ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
pemikiran dan perilaku anak karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-
lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan ayah dan ibu.
Ayah dan ibu berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.
4
Banyak anak yang mengalami krisis moral dan etika, maka sebagai orang
tua kita harus mencari dan mengetahui sejauh mana mereka jatuh kedalam dunia
kenakalan orang tua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap diri si anak perilaku
anak merupakan implementasi dari moral yang dimiliki anak baik-buruknya
prilaku atau etika tersebut dipengaruhi faktor pemahaman moral yang ada pada
dirinya. Sejauh mana ia mencari jati diri yang sesungguhnya yaitu manusia yang
bertanggung jawab dan bermartabat juga karena faktor pengetahuan moral
tersebut.
Baik dan buruknya moral anak tergantung bagaimana orang tua mendidik
anak tersebut. Dalam hal ini bila mana si anak tumbuh menjadi manusia yang
tidak bermoral maka semua itu dikarenakan kelemahan orang tua dalam mendidik
anak. Sebaliknya bila anak tumbuh menjadi manusia yang berbudi luhur semua
dikarenakan peran serta orangtua sebagai penempah yang bijak. Interaksi anak
diluar lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perilaku dan moralnya misalnya
disekolah, anak tersebut akan bergaul dan berinteraksi dengan berbagai macam
perilaku dan jiwa yang berbeda-beda namun semua hal ini dapat dihindari apabila
pondasi yang dibangun orang tua telah kokoh dan matang diterima anak, godaan
sebesar apapun yang datang tidak akan mempengaruhi moral anak(Azmi,
2006:43).
Peran orang tua dalam pendidikan mempunyai peranan besar terhadap
masa depan anak. Sehingga demi mendapatkan pendidikan yang terbaik, maka
sebagai orang tua harus berusaha untuk dapat menyekolahkan anak sampai ke
jenjang pendidikan yang paling tinggi adalah salah satu cara agar anak mampu
mandiri secara finansial nantinya. Sebagai orangtua harus sedini mungkin
5
merencanakan masa depan anak-anak agar mereka tidak merana. Masa anak-anak
merupakan masa transisi dan berkelanjutan dalam menuju tingkat kematangan
sebagai persiapan untuk mencapai keremajaan.
Dalam pandangan agama islam anak memiliki posisi yang istimewa.
Selain sebagai cahaya mata ayah dan ibu, anak juga merupakan pelestari pahala
bagi kedua orang tuanya. Bagi sebuah ayah dan ibu anak adalah penerus nasab
(garis keturunan). Anak-anak shalih/shaliha akan senantiasa mengalirkan pahala
bagi kedua orang tuanya, dengan demikian selayaknyaorang tua muslim
memperhatikan pendidikan anak-anaknya agar mereka menjadi shaleh dan
shaleha.
Kesadaran terhadap pentingnya mendidik anak shalih akan memotivasi
setiap orangtua muslim untuk memperhatikan pendidikan dan pembinaan anak-
anaknya agar menjadi pribadi yang mulia. Jangan sampai anak keturunannya
tergelincir ke jalan yang sesat disebabkan oleh ketidak pahaman terhadap islam
dan hukum-hukumnya. Maka dari itu orang tua harus menanamkan nilai-nilai
keagamaan bagi anaknya seperti akhlak atau perilaku yang baik, Aqidah,
kejujuran, tanggung jawab, percaya diri dan lain sebagainya.
Setiap manusia pasti akan hidup berkeluarga dan bermasyarakat dan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari tentunya tidak terlepas dari kegiatan
berinteraksi karena interaksi itu merupakan bagian yang fundamental dalam
kehidupan manusia. Predikat manusia sebagai mahkluk sosial sudah sepantasnya
melakukan interaksi dalam berbagai bentuk seperti, berbicara, tukar menukar
gagasan, mengirim dan menerimainformasi, membagi pengalaman, bekerjasama
6
dengan orang lain sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan hidup anggota keluarga tentu sangat diperlukan adanya interaksi yang
baik dan intensif di antara individu- individu dalam keluarga.
Begitu juga sebaliknya orang tua selalu berinteraksi dan
mengkomunikasikan pesan - pesan kepada anak-anak maupun anggota keluarga
lainnya yang bersifat mendidik,sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai
keharmonisan dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat. Mengingat interaksi
itu merupakan salah satu bentuk hubungan yang wajib dilaksanakan oleh manusia
sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk individu, baik kehidupan
keluarga maupun bermasyarakat (Santosa, 1999:153).
Harold Bethel dalam Santosa (1999:140). Hilangnya interaksi dalam
kehidupan keluarga merupakan suatu pertanda hilangnya hakekat manusia sebagai
makhluk sosial,karena setiap anggota keluarga dalam kehidupan sehari-harinya
harus berkomunikasi satu dengan yang lainnya sebagai upaya mempertahankan
keharmonisan keluarga. Dalam perspektif sosiologis, keluarga itu merupakan
lingkungan sosial yang pertamadiperkenalkan kepada anak-anak sebagai anggota
baru, yang dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial itu
pertama-tama di dalam lingkugan keluarga. Interaksi antara anggota keluarga
yang satu dengan yang lain menyebabkan seorang anak menyadari akan dirinya
bahwa mereka dapat berperan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Keluarga millennial hidup dalam jaman yang sudah berteknologi tinggi
yang mana keseharian hidupnya tak luput dengan teknologi entah dalam
kebutuhan primer maupun sekunder melihat realitas sekarang keluarga millennial
7
ketika sudah menjadi orang tua bertanggung jawab mendidik anaknya serta
kebutuhan hidup lainnya yang mana tentunya menjadi contoh oleh anaknya
gadget hampir semua memiliki benda ini tentunya kita dapat mendapat hal – hal
baik maupun buruk dari benda tersebut tergantung bagaimana orang tua
menerapkan kepada anaknya. Berbicara mengenai internalisasi/ penanaman nilai
kedapa anak tentunya berbeda anatara keluarga milennial dengan keluarga
tradisional yang mana keluarga millennial lebih mengutakan teknologi untuk
dapat membantu dalam menanamka nilai – nilai kepada anak sedangkan keluarga
tradisional cenderunga atas dasar mengalaman keluaraga sebelumnya atau orang
tua mereka dahulu.
Teknologi membawa dampak yang sangatlah kuar biasa hingga saat ini,
bahkan anak yang duduk di bangku sekolah dasar juga mulai aktif dalam
penggunaan teknologi terutama media sosial yang mana tak jarang para orang tua
mendukung anaknya memiliki gadget seperti yang banyak dilakukan pada
keluarga keluarga modern saat ini. Pada dasarnya hidup dalam keluraga millennial
dapat menunjang berbagai hal kedepannya bagi kehidupan anak, bahkan keluarga
itu sendiri. Dampak teknologi sangat membawa pengaruh banyak bagi kehidupan
saat ini, kita telah dimudahkan oleh teknologi dengan bermacam hal sehingga
membuat kehidupan kita saat ini begitu instan dan cepat. Ini merupakan salah satu
contoh baiknya dalam keluarga millennial, akan tetapi semua itu semakin
membuta kehidupan kita terlena dengan keisntanan tersebut, peran keluarga
khususnya orang tua dulu sangat berbeda dengan peran orang tua zaman sekarang
atau yang lebih dikenal dengan zaman now.
8
Keluarga millennial diberikan kemudahan dalam segala pekerjaan dengan
berbagai teknologi yang ada, justru menjadikan seseorang semakin sedikita
bergerak, aktifitas fisik semakin berkurang, tentunya dalam hal mengasuh anak
pula tak jarang mereka meninggalkan anak mereka bermain dengan disuguhi
dengan teknologi/ gadget. Yang mana tidak didasari oleh keluarga millennial
teknologi dapat bersifat adiktif (kecanduan) dan sulit untuk merubah apabila tidak
dilakukan penanganan khusus dan serius. Selain itu bahaya pancaran sinar ponsel
dan penggunaaan ponsel berlebihan di malam hari akan mengganggu jam tidur
hingga mengurangi waktu istirahat yang pada akhirnya menjadi gangguan
kesehatan. (Wawan Setiawan. 2017: 1-3)
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terdapat
perbedaan cara orangtua mendidik anaknya mengenai nilai-nilai sosial. Orangtua
konvensional dahulu kebanyakan hanya memberikan pendidikan kepada anaknya
pada lembaga sekolah hanya sampai SMP/SMA saja, bahkan tidak banyak juga
dari mereka yang menyekolahkan anaknya hanya sampai tamatan SD saja. Hal ini
disebabkan karena pemikiran orang tua zaman dahulu bahwa menghasilkan uang
itu lebih penting daripada menghabiskan uang, selain itu bagi anak perempuan
mereka nantinya juga pasti akan kembali ke belakang atau mengurus rumah
tangga mereka kelak, sehingga dari pemikiran tersebut membuat orang tua enggan
untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Berbeda
dengan orang tua kini yang sudah mengubah pemikirannya bahwa sekolah atau
pendidikan itu penting karena hal itu dapat meningkatkan kedudukan mereka,
sehingga banya dari orang tua masa kini yang menyekolahkan anaknya sampai
sarjana agar menjadi orang yang sukses dan berpenghasilan banyak. Karena
9
dengan memiliki ijazah yang stratanya lebih tinggi daripada SD, SMP, maupun
SMA dapat membantu anak mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang
diinginkan degan penghasilan yang cukup besar pula.
Agama adalah landasan utama yang harus ditanamkan orang tua pada
anak-anaknya. Agama merupakan panutan bagi seseorang untuk berbuat baik dan
benar. Hal macam itu telah diajarkan orang tua dulu kepada anaknya, untuk rajin
beribadah seperti rajin sholat, dahulu ayah saya selalu diajak pergi ke mushola
dekat rumahnya untuk melaksanakan sholat berjamaah. Hal itu dilakukan oleh
orangtua dahulu untuk memperkuat iman anaknya serta untuk memberikan
petunjuk dan pedoman untuk berperilaku. Seperti halnya anak yang lainnya, yang
dilakukan oleh orang tua dahulu yaitu mengajarkan mengaji di rumah guru
mengaji dengan tujuan agar anaknya dapat menjaga dirinya dengan batasan-
batasan yang ada dalam agama selain itu untuk dapat memahami nilai-nilai agama
Jujur merupakan nilai yang penting bagi kehidupan. Keluarga konservatif
sejak dulu mengajarkan untuk bersifat jujur, tidak suka berbohong, apabila
ketahuan berbohong maka orangtua dahulu akan menghukum anaknya, hal itu
dilakukan dengan tujuan agar anak tersebut saya jera dan tidak berani berbohong
lagi. Hukuman yang diberikan pun berbeda, kalau dahulu hukuman lebih kepada
segi fisik kalau sekarang pada segi materi.
Tanggung jawab tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan saja,
namun juga perlu ditanamkan kepada anak. Keluarga konservatif dahulu
mengajarkan anaknya untuk bertanggung jawab dengan cara seperti ketika diberi
pekerjaan harus diselesaikan dengan tuntas dan tidak boleh meninggalkannya
10
begitu saja, apabila tidak menyelesaikannya maka tidak boleh makan. Yang
terjadi pada anak dahulu apabila selesai makan harus mencuci piring sendiri,
karena apabila tidak dilakukan maka akan dipukul dengan kayu. Berbeda dengan
zaman saya sekarang, sikap tanggung jawab diajarkan hanya sekedarnya saja
apabila kita melihat realitas saat ini misalnya anak sekarang tidak melakukannya
orang tua hanya memerahi saja dan tidak menggunakan kekerasan fisik atau
menyiksa diri anaknya seperti yang dilakukan oleh keluarga konservatif dulu.
Perbedaannya pada sikap penanamannya saja yang membedakan bahwa dulu
dilakukan dengan cara kasar sedangkan sekarang dilakukan dengan cara tanpa
kekerasan.
Jika melihat anak pada era 90an yang mana sering kali kita dapati anak –
anak tersebut bermain dengan teman sebayanya apa yang mereka mainkan
tentunya permainan seperti petak umpet, kelereng, layang – layang, congklak
dansebagainya. Yang mana disitu ada interaksi dengan teman mereka yang juga
menimbukan soslidaritas lebih erat. Anak – anak dari keluarga millennial tak
banyak pula yang tidak tau akan permainan tradisional tersebut namun mereke
sekarang ini cenderung lebih memilih permainan baru contohnya Play station,
Warnet, PSP. Walaupun terkadang orang tua dari anak – anak tersebut membatasi
permainan tersebut. Namun yang lebih buruknya anak – anak tak jarang sengaja
diberikan alat elektronik oleh orang tuanya.
Bukan itu saja terkadang orang tua yang keduanya bekerja tidak bisa
secara aktif berinteraksi dengan keluarga inti. Bisa jadi anak – anak yang kita
tinggalkan di rumah lebih banyak interaksinya dengan para baby sitter karena
lebih dari 9 jam di dekatnya. Tak sedikit para orang tua lebih dari separuh hari
11
melakukan interaksi berkualitas dengan tim kerjanya, dengan teman sosial
lainnya, karena sesampainya di rumah sudah letih dan waktunya banyak untuk
beristirahat.
Karakter seperti itulah yang saat ini tertanam dalam keluarga millennial,
kehidupan yang berbeda dengan keluarga kontemporer yang mana keluarga
millennial dalam menididik anaknya diselingi dengan teknoligi juga.namun dalam
realitasnya sangatlah berbeda meskipun tidak semua keluarga seperti itu tapi
kebanyakan dalam generasi millennial saat ini hal – hal seperti itulah yang sering
terjadi interaksi orang tua dialihkan dengan teknologi yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik dengan fenomena
danp ermasalahan yang tampak terjadi di Desa Wonokerto Kecamatan Pegelaran
Kabupaten Malang dan mengangkatnya ke dalam penelitian dengan judul
“Internalisasi nilai – nilai sosial terhadap anak pada keluarga generasi milennial”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah :
Bagaimana Internalisasi nilai – nilai sosial terhadap anak pada
keluarga generasi milennial?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Internalisasi nilai – nilai
sosial terhadap anak pada keluarga generasi millennial
12
1.4 Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian akan lebih sempurna jika penelitian tersebut
memiliki manfaat baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun
manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian ini dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan
pengetahuan dan pengetahuan keilmuan Sosiologi terutama dalam kajian
kajian Sosiologi Keluarga yang berkaitan dengan teori sosialisasi George
Herbert Mead mengatakan sosialisasi merupakan sebuah proses
penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi
ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.Penyesuaian
diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan
pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan
norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tempat dia berada.
Yang dapat juga dicontohkan dengan Internalisasi nilai – nilai sosial
terhadap anak pada keluarga generasi millennial.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang referensi
keilmuan maupun juga dapat memberikan solusi dan menyelesaikan
permasalahan Internalisasi nilai – nilai sosial pada keluarga millennial.
Manfaat secara praktis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
13
a. Bagi peneliti, diharapkan dengan adanya penelitian ini mahasiswa
memiliki pengetahuan yang baru untuk dapat menambah wawasan
ilmu mengenai fenomena – fenomena yang ada dalam bidang
Sosiologi. Khususnya pada Sosiologi Keluarga.
b. Bagi masayarakat Penelitian ini dapat memberikan tambahan
informasi bagi pembaca untuk mengetahui mengenai Internalisasi nilai
– nilai sosial terhadap anak yang mana tentunya berbeda kontruksi
yang dilakukan antara keluarga kontemporer dan keluarga millennial.
c. Bagi orang tua dan anak, hasil penelitian tentang internalisasi nilai –
nilai sosial terhadap anak pada keluarga generasi millennial diharapkan
dapat dijadikan rujukan maupun pertimbangan bagi pengetahuan orang
tua dalam internalisasi nilai sosial pada anak.
1.5 Definisi Konsep
1. Internalisasi
Internalisasi merupakan proses dimana manusia mengalami sosialisasi
pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya
dalam melihat makna dalam realitas pengalaman. Nilai – nilai tersebut
bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial dan lain –
lain (Margaret, 2010:304)
2. Nilai
Nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti
atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan
pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah
14
perilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai – nilai sosial dapat disebut
sebagai ketentuan – ketentuan atau cita – cita dari apa yang dinilai baik
atau benar oleh masyarakat luas. Nilai yang sudah merupakan ketetapan
umum adalah alternatif yang cenderung dianggap lebih menguntungkan
dari pada atas dasar keyakinan sendiri.(Soerjono, 2009:71).
3. Sosial
Sosial adalah suatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs
komunitas. Dengan kata lain sosial merupakan suatu cara tentang
bagaimana para individu atau kelompok saling berhubungan satu sama
lain (Bagong,2004:6)
4. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianutoleh suatu masyarakat, mengenai
apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat.(Keontjaraingrat,2009:67)
5. Generasi Millennial
Generasi millennial atau generasi Y adalah generasi yang lahir setelah
generasi X, generasi millennial lahir antara tahun 1980-an sampai dengan
2000-an. Teori pengelompokan generasi ini dicetuskan pada tahun 1923
oleh Karl Mannheim. Millennial pada umumnya sangat akrab dengan
perkembangan teknologi yang serba cepat.(David Stillman, 2018:3)
15
6. Keluarga Millennial
Keluarga millennial adalah suatu bentuk keluarga yang mengikuti
trend peradaban terbaru sebagai akibat dari penyesuaian-penyesuaian
terhadap gejala-gejala baru yang disebabkan oleh semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi.(Hasanuddin, 2017:57)
Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan peneliti untuk meneliti yaitu
menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam
Sugiono mengatakan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian
yang menghailkan data deskriptif berupa kata yang tertylis dari orang dan
perilaku yang diamati (Moleong, 2000:3) metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik kerena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah Natural Setting(Sugiono 2014:8).
Menurut krik dan miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif merupakan sebuah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang bergantung pada suatu pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang – orang tersebut
dalam bahasa – bahasa (Moleong, 2000:3).
Metode penelitian kualitatif menunjuk untuk penelitian yang
mempunyai sifat mengamati kasus dengan demikian proses dari
pengumpulan data dan analisis itu mempunyai sifat yang khusus. Dalam
16
Ahmadi menyebutkan bahwa penedekatan kualitatif disebut juga dengan
case studyatau bisa juga disebut dengan qualitative,yaitu merupakan
penelitian yang mendalam dan sangat tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subyek – subyek penelitian tersebut (Ahmadi,
1992:34).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Karena
dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci
mengenai fenomena sosial tertentu. Penelitian deskriptif adalah suatu
model penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena –
fenomena yang ada dan juga yang berlangsung pada saat ini atau pada
saat lampau (Nazir, 2004:54).
Jenis penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis faktual dan akurat tentang fakta – fakta dan sifat – sifat dari
subjek penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian
dilakukan (Arikunto, 2007:234).
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian yang akan dilakukan, lokasi penelitian menjadi
tempat penulis melakukan penelitian berada di Desa Wonokerto
Kabupaten Malang. Alasan dipilihnyaDesa ini adalah sebagai berikut.
Lokasi kampung yang terletak tidak terlalu jauh dari lokasi rumah penulis
17
dan akses menuju kesana juga mudah dalam pelaksanaan penelitian.
Kemudian di dampak dari globalisasi ini yaitu makin berkembanya
teknologi yang mana dapat dijangkau oleh semua kalangan. Pada saat ini
mulai adanya pergeseran kehidupan di pedesaan yang dahulumnya gaya
hidup sedikit tertinggal dengan masyarakat perkotaan sekarang masyarakat
dipedesaan dapat menjangkaunya dengan tekonologi/gadget
4. Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subyek penelitian menjadi salah satu hal yang penting
dan melakukan penelitai. Penentuan subjek penelitian yang tepat,
memungkinkan diperolehnya data dan informasi yang valid serta akurat
karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber data dalam
penelitian kualitatif. Penentuan subjek dalam penelitian ini penggunakan
teknik Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu
pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu tentang apa yang kita harapkan dari informan penelitian kita.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitataif sifatnya dalah
naturalistikbahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat
berbeda dengan penentuan sampel dalam penentuan kualitatif tidak
didasarkan perhitungan statistic. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
mendapatkan informasi yang maksimal
Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
18
a. Pasangan suami istri yang berusia 20 tahun maksimal berusia 39
tahun.
b. Memiliki anak usia diatas 4 tahun.
c. Anak millennial dari keluarga millennial
Alasan dipilihnya keluraga dari tahun tersebut karena subyek penelitian
yang telah ditentukan tersebut memiliki relevansi dan informaasi untuk
mendukung diperolehnya data penelitian secara holistic dan
komperhensif berkaitan dengan penelitian yang diangkat yaitu
“Internalisasi nilai – nilai sosial terhadap anak pada keluarga generasi
millennial”.
1.7 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi menurut S. Margono diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap obyek di
tempat atau berlangsungnya peristiwa. Observasi dapat dilakukan secara
langsung maupun secara tidak langsung (Nurul Zuriah. 2009:173).
Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung dimana
peneliti berada bersama dengan ibyek yang diteliti atau dalam suatu
peristiwa tersebut. Observasi dalam penelitian ini guna untuk melakukan
pengamatan aktivitas yang terjadi dalam ruang lingkup internalisasi
keluarga millennial saat berada didalam rumah atau interaksi keluarga
yang sedang berjalan secara langsung.
19
Observasi berlangsung dengan bertemu dengan beberapa keluarga
millennial guna mengetahui internalisasi terhadap anak berupa (interaksi
sosial, pola asuh dalam keluarga tersebut). Tujuan observasi ini dengan
mempermudah peneliti dalam menganalisis bagaimana Internalisasi nilai –
nilai sosial terhadap anak pada keluarga millennial.
2. Wawancara
Pengambilan data dalam metode wawancara dilakukan dengan cara
melakukan kegiatan pengajuan tanya jawab dengan sejumlah subyek yang
telah ditentukan sesuai dengan kapabilitas mereka agar data yang
diperoleh bersifat kompatibel.Yang mana wawancara dilakukan terhadap
keluarga tersebut baik suami maupun istri masing – maisng mengenai
Internalisasi nilai – nilai sosial terhadap anak pada keluarga millenial.
Wawancara dilakukan dengan mengambil data dari subyek yang berkaitan
dengan tema penulisan. Setelah itu kemungkinan masih ada subjek lagi
yang akan menjadi bahan dan data yang dapat melengkapi hasil penelitian
ini seperti anak dari keluarga tersebut dan juga teman bermain anak
tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bukti – bukti yang diabadikan baik dalam
waktu dekat atau juga dalam waktu lampau. Data ini berkaitan dengan
internalisasi nilai – nilai sosial terhadap anak pada keluarga generasi
millenial, pengambilan dokumentasi pendukung seperti profil keluarga
millenialmaupun data lain yang mendukung tema dan judul penelitian
20
yang dibahas. Menurut Sugiono (2009:240) dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya monumental seseorang.
Cara pendokumentasian yang dilakukan adalah dengan datang
lansung ke lokasi penelitian dan mendapatkan dokumentasi gambar yang
akan didapat melalui foto dengan alat penunjang seperti kamera, dan
tulisan yang mendukung relevansi dengan tema penelitian. Metode ini
digunakan untuk menambah kelengkapan data, mengetahui keadaan yang
sangat komlpeks, mengingat kemampuan kita terbatas, dan mengetahui
keaslian data.
1.8 Teknik Analisis Data
Dalam membahas mengenai analisis data dalam penelitian
kualitatif. Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang
disebutnya sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga
hal utama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin –
menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut
analisis (Arikunto, 2010:247)
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan
sejak awal. Proses pengumpulan data sebagaimana diungkap di mua harus
21
melibatkan informan, aktivitas, latar, atau konteks terjadinya peristiwa
sebagai “alat pengumpul data” peneliti harus pandai pandai mengelola
waktu yang dimiliki, menampilkan diri dan bergaul di tengah tengah
masyarakat yang dijadikan subjek penelitian.
Data penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait dengan kata
– kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian
kualitatif adalah segala sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat , didengar
dan diamati. Dengan demikian data dapat berupa catatan lapangan sebagai
hasil amatan, deskripsi wawancara, catatan harian pribadi, foto,
pengalaman pribadi, jurnal ,cerita sejarah, surat – surat, agenda, atribut
seseorang, simbol – simbol yang melekat dan dimiliki dan banyak hal lain
sebagai hasil amatan dan pendengaran (Idrus, 2009:148-149).
2. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan. Pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis dilapangan reduksi data
berlangsung secara erus menerus sejalan pelaksanaan penelitian
berlangsung. Tahapan reduksi data merupaka bagian kegiatan analisis
sehingga pilihan – pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode,
dibuang, pola – pola mana yang meringkas sejumlah bagian tersebut,
cerita – cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan – pilihan analitis.
Bagi peneliti kualitatif, kegiatan reduksi data menjadi sangat
pentmg karena yang bersangkutan dapat mulai memilah dan memilih data
22
mana dan data dari siapa yang harus lebih dipertajam. Selanjutnya, data
tersebut dapat dimaksukkan dalam kelompok tertentu sehingga menjadi
jembatan bagi dirinya untuk membuat tema – tema dalam laporan
penelitiannya (Idrus,2009;150-151).
3. Display Data
Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah
penyajian data, yang dimaknai oleh Miles & Huberman (1992) sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kegiatan reduksi data dan proses penyajian adalah aktivitas –
aktivitas yang terkait langsung dengan proses analisis data model interaktif
(Idrus,2009:151).
4. Verifikasi atau kesimpulan
Tahap keempat dalam analisis data ialah penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukakan bukti – bukti yang
kut guan mendukung pada tahap pengumpulan data berkutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awa, didukung oleh
bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulakan daata maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan kredibel (Sugiono. 2012:335-345)
23
1.9 Uji Keabsahan Data
Validitas data atau keabsahan data merupakan derajat ketetapan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, maka data yang valid adalah
data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan
data yang sesungguhnya terjadi obyek penelitian. Dalam penelitan
kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti.(Sugiono, 2009:267)
Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas data triangulasi
sumber. Menurut William Wiersma (1986) dalam Sugiono (2009:274),
triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data melalui
beberapa sumber atau subjek yang berbeda, kemudian data yang didapat
dari beberapa sumber yang bebeda tersebut dideskripsikan, dikategorikan,
mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari
beberapa sumber tersebut.