BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Jawa lekat dengan mitos yang berkembang. Mitos dituturkan masyarakat Jawa secara turun temurun. Mitos berkembang di masyarakat Jawa merupakan hasil dari sisa-sisa kepercayaan terhadap animisme dan dinamisme di masyarakat Jawa sebelum mengenal kepercayaan terhadap Tuhan. Hal tersebut ditandai dengan kepercayaan masyarakat percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda hidup dan benda mati. Masyarakat Jawa memiliki benda-benda yang dikeramatkan, dan tempat- tempat seperti makam (pesarean, petilasan), serta kepercayaan masyarakat Jawa terhadap hari-hari tertentu dianggap sebagai hari baik dan hari kesialan. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang bahasa ibunya menggunakan bahasa Jawa. Masyarakat Jawa adalah penduduk asli dibagian tengah dan timur pulau Jawa dengan bahasa Jawa. Kebudayaan Jawa dibedakan antara penduduk pesisir utara dimana hubungan pedagang, nelayan dan pengaruh Islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa yang khas, yaitu kebudayaan pesisir, dan daerah Jawa pedalaman sering disebut kejawen”. Cara hidup masyarakat Jawa ditentukan oleh tradisi Jawa Pra- Islam dan juga cara hidup menurut ajaran Islam. (Suseno, 1984: 20) Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap mitos melahirkan beragam ritual di masyarakat. Wilayah di Jawa memiliki mitos-mitos yang diyakini. Mitos tersebut telah dijadikan kiblat hidup, ditaati, dipuja, dan diberikan tempat istimewa.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Jawa lekat dengan mitos yang berkembang. Mitos

dituturkan masyarakat Jawa secara turun temurun. Mitos berkembang di

masyarakat Jawa merupakan hasil dari sisa-sisa kepercayaan terhadap

animisme dan dinamisme di masyarakat Jawa sebelum mengenal kepercayaan

terhadap Tuhan. Hal tersebut ditandai dengan kepercayaan masyarakat

percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda hidup dan benda mati.

Masyarakat Jawa memiliki benda-benda yang dikeramatkan, dan tempat-

tempat seperti makam (pesarean, petilasan), serta kepercayaan masyarakat

Jawa terhadap hari-hari tertentu dianggap sebagai hari baik dan hari kesialan.

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang bahasa ibunya

menggunakan bahasa Jawa. Masyarakat Jawa adalah penduduk asli dibagian

tengah dan timur pulau Jawa dengan bahasa Jawa. Kebudayaan Jawa

dibedakan antara penduduk pesisir utara dimana hubungan pedagang, nelayan

dan pengaruh Islam lebih kuat menghasilkan bentuk kebudayaan Jawa yang

khas, yaitu kebudayaan pesisir, dan daerah Jawa pedalaman sering disebut

“kejawen”. Cara hidup masyarakat Jawa ditentukan oleh tradisi Jawa Pra-

Islam dan juga cara hidup menurut ajaran Islam. (Suseno,

1984: 20)

Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap mitos melahirkan beragam ritual di

masyarakat. Wilayah di Jawa memiliki mitos-mitos yang diyakini. Mitos

tersebut telah dijadikan kiblat hidup, ditaati, dipuja, dan diberikan tempat

istimewa.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

2

Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap mitos terjadi sebelum

mengenal adanya Tuhan. Pengenalan Tuhan dengan pemujaan terhadap roh

yang disebut animisme. Pemujaan terhadap roh di masyarakat Jawa terjadi

sampai saat ini, yaitu dengan adanya ritual-ritual dan sesaji. Ritual dan sesaji

di masyarakat Jawa merupakan bentuk negosiasi supernatural, agar kekuatan

adikodrati mau di ajak kerjasama. Wujud nyata pemujaan roh di masyarakat

Jawa untuk mendapatkan keberuntungan dan rejeki. Kepercayaan masyarakat

Jawa terhadap roh dapat dibagi menjadi dua yaitu fetisme dan spiritualisme.

Fetisme adalah pemujaan kepada benda-benda berwujud tampak memiliki

jiwa. Spiritualisme adalah pemujaan terhadap roh leluhur dan mahkluk halus

lain yang terdapat di alam. Kepercayaan terhadap roh leluhur terjadi di

Pesarean Gunung Kawi. Masyarakat Jawa dan Tionghoa percaya terhadap

Pesarean Gunung Kawi sebagai tempat ngalap berkah.

Kepercayaan terhadap ritual ngalap berkah di Pesarean Gunung Kawi

dilakukan dengan ziarah. Masyarakat Tionghoa dan Jawa percaya bahwa roh

yang ada di alam dapat memberikan keberuntungan dengan memberikan

perlakukan khusus yaitu dengan ritual. Ritual ziarah di Pesarean Gunung

Kawi disertai dengan membakar kemenyan, bunga tabur dilakukan di dalam

pesarean. Tujuan ritual di Gunung Kawi yaitu untuk ngalap berkah. Ritual

masyarakat Jawa terhadap roh disertai dengan bacaan matra dibacakan dalam

ritual menggunakan bahasa Jawa. Mantra adalah doa yang diucapkan dengan

diam-diam dengan iringan membakar kemenyan mantra dibacakan oleh

Modin. Mantra yang dibacakan sebagai sarana doa untuk mendapatkan rejeki

dan kesuksesan usaha. Ritual di Pesarean Gunung Kawi disertai dengan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

3

bacaan mantra dan membakar kemenyan di samping makam Eyang Djeogo

dan Raden Imam Soedjono. Mantra ritual di pesarean dibacakan oleh Modin

dengan memakai pakaian khas Jawa.

Ritual adalah tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat

yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Pelaksanaan ritual ditandai

dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu adanya waktu,

tempat-tempat dimana upacara dilakukan, alat-alat dalam upacara, serta orang-

orang yang menjalankan upacara. Pada dasarnya ritual adalah rangkaian kata,

tindakan pemeluk agama dengan menggunakan benda-benda, peralatan dan

perlengkapan tertentu, ditempat tertentu dan memakai pakaian tertentu pula.

Begitu halnya dalam ritual upacara kematian, banyak perlengkapan, benda-

benda yang harus dipersiapkan dan dipakai.

Jenis ritual yaitu material dan non material, ritual non material seperti

ritual slametan. Slametan terungkap nilai mendalam yang dirasakan oleh

masyarakat Jawa yakni, nilai kebersamaan, ketetanggan, dan kerukunan.

Tujuan ritual slametan untuk menemukan keharmonisan dan keyakinan secara

supernatural. Ritual adalah cara pembebasan dari godaan supernatural.

(Endraswara, 2015: 27). Sedangkan tujuan ritual material untuk mendapatkan

keberuntungan dan rejeki yang berupa kekayaan (uang). Ritual atau ritus

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak

dari suatu pekerjaan. Ritual tersebut termasuk mistik Jawa memiliki keunikan

yaitu, sebagai jalan lurus untuk mencapai tujuan dari doa yang diucapkan

kepada leluhur dan Tuhan. Ritual mistik kejawen dilakukan dengan ziarah ke

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

4

pesarean, bertujuan untuk berdoa untuk dimudahkan rejekinya. Hal tersebut

dilakukan di pesarean yang disebut oleh masyarakat sebagai ngalap berkah.

Ritual mistik masyarakat Jawa yaitu semedi dilakukan di tempat-

tempat keramat. Berdasarkan catatan dari Cliford Geertz bahwa masyarakat

Jawa tidak suka dengan hal-hal bersemedi atau ritual-ritual dengan tujuan

yang jahat. Hal tersbut dianggap oleh masyarakat Jawa sebagai hal yang

menakutan. (Suseno, 1984: 180.) Ritual mistik di Gunung Kawi disertai

dengan melakukan semedi di bawah Pohon Dewandaru tujuan untuk

mendapatkan keberuntungan dan rejeki. Pohon Dewandaru yang dipercaya

sebagai pohon keberuntungan. Makna dari semedi di bawah Pohon

Dewandaru bagi siapa yang ingin sukses usaha dan mendapatkan rejeki

melimpah harus dilandasi kesabaran, ketulusan, dan kerja keras.

Ritual semedi di bawah Dewandaru dilakukan oleh Raden Imam

Soedjono dalam mengajarkan ilmu ajaran Islam kepada pengikutnya. Para

pengikutnya diminta berdiam diri dengan sabar, ikalas, dan tulus makan akan

kejatuhan salah satu dari batang, buah dan daunya, jika di simpan akan

membantu melancarkan rejeki sehingga melahirkan persepsi masyarakat

bahwa semedi di bawah Pohon Dewandaru sebagai salah satu ritual mistik.

Makna tersebut dijelaskan bahwa siapa yang ingin mendapatkan rejeki yang

melimpah melalui berbagai usaha harus dilakukan seperti, kerja keras

solidaritas, ketulusan dan keiklasan dalam menunggu rejeki yang datang.

Pesarean Gunung Kawi merupakan makam dari Eyang Djeogo dan

Raden Iman Soedjono. Mereka merupakan orang yang menyebarkan agama

Islam di wilayah Wonosari dan babat alas lereng Gunung Kawi menjadi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

5

desa, semasa hidupnya berpesan jika kelak meninggal untuk di makamkan di

lereng Gunung Kawi sekarang menjadi pesarean. Ritual di Pesarean Gunung

Kawi sebagai instrumen untuk di mudahkan rejeki dan kelancara usaha oleh

Tuhan melalui roh. Eyang Djeogo dan Raden Imam Soedjono dipercaya

sebagai danyang desa. Danyang desa yaitu sosok pendiri atau pembuka desa,

mereka merupakan hantu yang tidak tampak, dipercaya sudah ada di desa

tersebut sebelum desa di buka oleh manusia dan tinggal dekat dengan desa itu

atau sekitarnya. Danyang desa dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai

sumber dari semua keselamatan yang dinikmati oleh seluruh masyarakat desa.

Danyang desa merupakan roh dari jasad orang yang meninggal yang dianggap

oleh masyarakat Jawa bahwa roh tersebut masih hidup dan menjaga desa dan

bisa memberikan kesuksesan dan keberuntungan. (Suyono, 2009: 120.)

Ritual sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan duniawi selain

dengan sembahyang dan bekerja. Ritual yang dilakukan adalah ritual ngalap

berkah (mencari keberuntungan dan rejeki). Kunci kemudahan rejeki dan

kesuksesan usaha bukan hasil dari ritual. Kunci kesuksesan hasil dari kerja

keras, kesabaran, ketulusan. Ritual hanya sebagai instrumen untuk

menyampaikan doa kepada Tuhan dengan perantaran roh leluhurnya. Banyak

orang sukses setelah melakukan ritual salah satunya setelah ritual di Pesarean

Gunung Kawi merasakan rejeki dan usahanya lancar.

Ritual Pesarean Gunung Kawi dilakukan pada Kamis Kliwon malam

Jumat Legi merupakan hari di makamkannya Eyang Djeogo dan hari Minggu

Legi malam Senin Pahing merupakan hari meninggalnya. Ritual di Gunung

Kawi ramai pada tanggal Satu Selo dan dua belas Suro (kalender Dzulhijah).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

6

Ritual diakukan dengan memakai pakaian adat Jawa serta dengan membawa

berbagai sesajen berupa masakan sudah matang, disertai dengan membakar

kemenyan di dalam pesarean, ritual diikuti oleh seluruh masyarakat desa dan

pelaku ritual ngalap berkah.

Hasil ritual ngalap berkah di Pesarean Gunung Kawi yaitu kembang

layon. Kembang layon memiliki makna seperti, kembang layon (bunga layu)

memiliki khasiat untuk pengobatan pembawa keberuntungan/rejeki.

Masyarakat Jawa dan Etnis Tionghoa, menyimpan kembang layon (bunga

layu) didalam kantong kain berwarna merah dan kuning berlambangkan pakua

dan bertuliskan huruf Tionghoa. Ada semacam keyakinan kembang layon

(bunga layu) di tempatkan di kantong warna merah cocok untuk diletakkan di

tempat usaha. kembang layon (bunga layu) yang disimpan di kantong warna

kuning di gantung di rumah. (Pujileksino, 2015: 120). Kemashuran Gunung

Kawi sebagai tempat ritual ngalap berkah untuk mencari keberuntungan dan

rejeki telah melahirkan banyak cerita dan kisah kesuksesan dari orang yang

datang ke Gunung Kawi ada yang mendapatkan kesuksesan atau

keberuntungan rejeki dan penederitaan setelah melakukan ritual di Gunung

Kawi. (Pujileksino, 2009: 94).

Keistimewaan Gunung Kawi terdapat pesarean dua tokoh terkenal

yaitu Eyang Djeogo dan Raden Iman Soedjono. Pesaraen Gunung Kawi pada

malam hari terasa hening dan sakral layaknya sebagai tempat mencari

keberuntungan dan rejeki, yang dilakukan oleh peziarah yang melakukan

ritual semalam suntuk. Tujuan melakukan ritual di Gunung Kawi untuk

ngalap berkah. Berdasarkan penjelasan tersebut fokus penelitian pada

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

7

kepercayaan masyarakat terhadap ritual di Pesarean Gunung Kawi (studi:

pada pelaku ritual di Pesarean Gunung Kawi ).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah:

Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap ritual di Pesarean

Gunung Kawi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitiannya adalah untuk

mengetahui kepercayaan masyarakat terhadap ritual di Pesarean Gunung

Kawi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan Sosiologi agama tentang Kepercayaan Jawa berkaitan

ritual di Pesarean Gunung Kawi yang terletak di Dusun Wonosari Desa

Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Jurusan Sosiologi

Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan tambahan referensi

untuk mahasiswa dalam penelitian tentang kepercayaan Jawa

berkaitan dengan ritual ngalap berkah.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

8

b. Bagi Pemerintah Kabupaten Malang

Memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kabupaten Malang dalam

mengembangkan wisata ritual Gunung Kawi yang terletak di Dusun

Wonosari Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.

1.5 Definisi Konsep

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan sekumpulan jawaban yang didasarkan

atas ilmu kebutuhan atau penafsiran atas kekuatan gaib terhadap berbagai

pertanyaan yang ditimbulkan oleh akar pikiran manusia. (Moreno, 1985:

122)

2. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”

atau dalam istilah alamiah disebut “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia

dapat mempunyai prasarana agar warganya saling berinteraksi.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama. (Koentjaraningrat, 2009: 116)

3. Ritual

Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan

keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Yang ditandai

dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu adanya waktu,

tempat-tempat dimana upacara dilakukan, alat-alat dalam upacara, serta

orang-orang yang menjalankan upacara. Ritual atau ritus dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

9

suatu pekerjaan. Seperti upacara menolak balak dan upacara karena

perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia seperti kelahiran,

pernikahan dan kematian. (Ms Ghozali, 2014).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara

sistematis, mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan metode yang

tepat, dimana data yang dikumpulkan harus ada relevansinya dengan masalah

yang dihadapi. Metode adalah suatu cara yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan suatu pekerjaan. Metode penelitian mempunyai peran yang

penting dalam pengumpulan data, merumuskan masalah, analisis dan

interpretasi data, sedangkan metode penelitian dalam penulisan penelitian

adalah :

1.6.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini

maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,

dimana data yang dihasilkan bersifat deskriptif atau penelitian kualitatif

berusaha mengerti dan mengungkapkan makna suatu kejadian atau

peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam

situasi atau fenomena yang sedang dikaji. Penelitian kualitatif adalah

suatu aktivitas berlokasi yang menempatkan penelitianya di dunia.

Penelitian kualitatif terdiri dari serangkaian penafsiran material.

Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan penggunaan kerangka

penafsiran/teoritis yang membentuk dan mempengaruhi studi tentang

permasalahan riset yang terkait dengan makna yang dikenal oleh

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

10

individu atau kelompok pada suatu permasalahan sosial. Creswell,

2013: 58).

Penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian

peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam

situasi/fenomena tersebut. Kualitatif merupakan tata cara penelitian

yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan

secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, teliti dan

dipelajari sebagai suasana yang utuh, jadi penelitian deskriptif kualitatif

studi kasusnya mengarah kepada pendeskripsian secara rinci dan

pendalaman mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya

terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. (Yusuf, 2014: 328).

1.6.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah fenomenologi.

Fenomenologi untuk mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah

individu terhadap berbagai pengalaman hidup terkait pengalaman dan

konsep. Tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi

pengalaman individu pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi

atau intisari universal. Tujuan peneliti kualitatif untuk mendeskripsikan

fenomena pengalaman hidup manusia. Fenomenologi memiliki

komponen filosofis yang kuat. Asumsi filosofis berpijak pada studi

tentang pengalaman hidup bahwa pengalaman bersifat sadar. (Creswell,

2013: 105).

Fenomenologi berusaha menangkap dan memahami suatu

fenomena berserta konteks yang khas dan unik dipahami oleh individu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

11

hingga tataran keyakinan individu yang bersangkutan. Fenomenologi

memfokuskan pada konsep suatu fenomena untuk memahami suatu arti

dari suatu pengalaman individual yang berkaitan dengan suatu

fenomena tertentu. (Chony, Djunaidi, M, dan Almanshur, Fauzan,

2012: 57). Fenomenologi sosial menurut Scutz, dunia kehidupan

merupakan sesuatu yang terbagi, merupakan dunia budaya yang sama.

Kepercayaan dunia kehidupan berdasarkan tifikasi, asumsi, dan

penegatahuan yang diterima begitu saja melalui interpretasi dan

klasifikasi seseorang terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

individu yang melukiskan pengalaman untuk memahami orang lain

dalam dunia kehidupan.Bagi Scutz dunia kehidupan merupakan sebuah

dunia yang berbeda dengan apa yang biasanya diketahui oleh ilmuan.

Dunia kehidupan kita sehari-hari tidak akan dijumpai dalam buku

ilmiah.

Bagi Scutz setiap interaksi melibatkan proses pengiriman sinyal

kepada orang lain dan hal itu tidak akan dipertanyakan mengenai

asumsi bahwa masing-masing yang berinteraksi mempunyai pandangan

yang sama terhadap realitas yang terjadi. Scutz menekan pada

interpretasi tindakan yang unik bagi setiap orang tetapi tergantung pada

kategori kolektif yang disebut sebagai tipifikasi. Orang yang

berkomunikasi hanya dengan perpijak pada asumsi bahwa dirinya

memiliki makna yang sama dan kemudian mengasosiasikan untuk

mendapatkan saling pengertian dan persetujuan kompehensif. Scutz

juga membedakan dua motif yaitu, motif dalam kerangka untuk yang

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

12

berkaitang dengan alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan

sebagai usaha menciptakan situasi dan kondisi yang diharapkan dimasa

yang akan datang, dan motif karena, yang merupakan pandangan

restropektif terhadap faktor yang menyebabkan seseorang melakukan

tindakan tertentu. (Haryono, 2013: 145).

Tujuan fenomenologi adalah mendorong kita untuk menyadari

dan mempelajari serta mengontrol apa yang sedang dilakukan dan

membentuk kehidupan sosial. Sekalipun manusia tidak memiliki

kontrol sosial akan tetapi sanggup dalam memilih proyek hidupnya.

Karena setiap individu memiliki stock of knowladge. Maka

fenomenologi harus dapat memisahkan kehidupan sehari-hari dengan

objeknya yang diteliti. Banyak gagasan Scutz yang menyingung

penjelasan tentang kehidupan sehari-hari (comon sense). Comon sense

merupakan lambang yang terorganisasi dari pengetahuan yang diterima

begitu saja dari aktivitas kita yang mempertanyakanya. (Susilo, 2008:

156). Terdapat ciri yang khas dalam studi fenomenologi yang didasari

pada ilmu humoria diantaranya:

a. Penekanan pada fenomena yang hendak dieksploitasi

berdasarkan sudut pandang konsep atau ide tunggal.

b. Eksplorasi fenomena pada kelompok individu yang semuanya

telah mengalami fenomena tersebut.

c. Pembahasan filosofis tentang ide dasar yang dilibatkan dalam

studi fenomenologi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

13

d. Pada sebagian bentuk fenomenologi, peneliti menggurung

dirinya diluar dari studi tersebut dengan membahas

pengalaman pribadi dengan fenomena tersebut.

e. Prosedur pengumpulan data secara khas melibatkan wawancara

terhadap individu yang telah mengalami fenomena tersebut.

f. Analisa data yang megikuti prosedur sistematika yang bergerak

dari satuan analisis yang sempit menuju satuan yang luas

kemudian menuju deskripsi yang detail merangkum unsur

“apa” yang dialami oleh individu dan bagaimana mereka

mengalaminya”.

g. Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskripsi yang

membahas esensi dari pengalaman yang dialami oleh individu

tersebut dengan melibatkan “apa” yang telah mereka alami dan

“bagaimana” mereka mengalaminya. Esensi atau intisari adalah

aspek puncak dari studi fenomenologi. (Creswell, 2013: 106).

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pesarean Gunung Kawi yang berada

di Dusun Wonosari Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten

Malang. Alasan peneliti memilih lokasi ini, karena ritual ngalap

berkah dilakukan di Pesarean Gunung Kawi.

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. (Arikunto, 2010: 183).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

14

Peneliti harus mengambil sampel berdasarkan tujuan tertentu, dengan

syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat,

karakteristik tertentu.

b. Subjek yang dipilih harus sesuai dengan ciri-ciri.

Subjek penelitian yang dipilih adalah pelaku ritual di Pesarean

Gunung dengan kararteristik dipilih berdasarkan:

1. Jenis Pekerjaan

2. Jenis Kelamin

3. Suku Jawa

4. Etnis Tionghoa

5. Pelaku ritual Gunung Kawi

Alasan peneliti mengambil subjek tersebut untuk mendapatkan data

tentang kepercayaan dan ritual di Pesarean Gunung Kawi. Subjek

penelitian berjumlah 6 (enam) orang. Terdiri dari 2 Orang Suku Jawa,

1 Orang Suku Madura, dan 3 Orang Etnis Tionghoa.

1.6.5 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian diperoleh secara langsung

sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer merupakan data

dari sumber yang asli dikumpulkan secara khusus untuk menjawab

penelitian. Data primer yang didapat dengan melakukan

observasi/pengamatan terus menerus serta terlibat sebagai pelaku

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

15

ritual di Pesarean Gunung Kawi. Data primer juga didapatkan

melalui hasil wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

oleh peneliti secara tidak langsung atau meliputi media perantara.

Data sekunder dapat berupa catatan-caratan penunjang, literatur,

buku-buku perpustakaan, jurnal, dokumen resmi. Data sekunder

penelitian ini menggunakan literatur buku, jurnal ilmiah, dan

penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian

kepercayaan masyarakat terhadap ritual di Pesarean Gunung

Kawi. Data sekunder hasil catatan-catatan sejarah Gunung Kawi.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala yang diteliti. Observasi teknik penelitian yang

sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan, dan dicatat secara

sistematis. (Usaman, Husaini & Akbar Setyadi Purnomo, 2000:

52). Observasi dilakukan secara terus menerus untuk

mendapatkan data tentang ritual di Gunung Kawi.

Observasi yang dipilih dalam penelitian ini ialah observasi

partisipan dengan cara mengamati langsung tatacara melakukan

ritual dan peneliti terlibat sebagai pelaku ritual. Observasi dimulai

dari pertama kali dilakukan untuk mengetahui tatacara ritual di

Gunung Kawi dan untuk mendapatkan data berkaitan dengan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

16

jenis ritual apa saja yang dilakukan di Gunung Kawi. Observasi

dilakukan untuk mengetahui kondisi wilayah disekitar lokasi

penelitian di Pesarean Gunung Kawi. Observasi pada tanggal 20

Oktober 2016 ke Pesarean Gunung Kawi bertemu dengan

pengusaha Maspion dari Etnis Cina yang sedang memesan

masakan untuk slametan hari Minggu Kliwon malam Senin

Pahing, hal ini dapat menguatkan bahwa kepercayaan masyarakat

terhadap ritual Gunung Kawi dilakukan oleh Etnis Tionghoa dan

Jawa. Observasi dilakukan untuk mengetahui ritual yang dilkukan

di Pesarean Gunung Kawi serta seluruh rangkaian proses ritual di

Gunung Kawi.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

diperoleh dari kutipan langsung dari orang-orang tentang

pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuannya. Kemudian

wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dengan

metode wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan subjek penelitian dan terlibat dalam kehidupan sosial

yang relatif sama. Dengan demikian, kekhasan wawancara

mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan sosial.

(Suyanton, Bagong dan Sutinah, 2005: 186).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

17

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ialah

mewawancarai pelaku ritual di Pesarean Gunung Kawi yang

dipilih yaitu, Suku Jawa, Etnis Tionghoa dan Juru Kunci sebagai

pemandu ritual.Wawancara dilakukan tidak terstruktur dan

pertanyaan mengalir sesuai dengan topik pembicaraan yang

dilakukan. Tujuan wawancara untuk mendapatkan informasi

tentang kepercayaan masyarakat Jawa dan Tionghoa terhadap

ritual. Wawancara dilakukan dengan Juru Kunci, pelaku di

Gunung Kawi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah beralu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, catatan harian, gambar foto, dan

sejarah kehidupan. (Sugiono, 2012: 193). Dalam penelitian

dokementasi diperoleh dari hasil berupa foto ritual, video dan

rekaman suara, gambar desa dan peta lokasi Pesarean Gunung

Kawi. Dokumen dalam penelitian kualitatif didapatkan melalui

beberapa cara diantaranya:

1. Menulis catatan lapangan selama riset.

2. Meminta seorang partisipan untuk memelihara jurnal atau

diary selama studi riset tersebut.

3. Mengumpulkan surat pribadi dari partisipan.

4. Menganalisis dokumen publik.

5. Mempelajari biografi dan auto biografi.

6. Meminta partisipan untuk membuat foto atau vidio.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

18

7. Melaksanakan audit atau tabel.

8. Meninjau rekaman medis. (Creswell, 2013: 222).

Dokumentasi penelitian tentang kepercayaan masyarakat terhadap

ritual di Pesarean Gunung Kawi dokumentasi dari hasil penelitian

peneliti sendiri yang didapatkan melalui foto yang di dapatkan

selama melakukan observasi terhadap ritual yang dilakukan di

Gunung Kawi. Foto hasil peneliti sendiri merupakan foto yang

betul-betul dibuat oleh peneliti sendiri sewaktu berada di lokasi

penelitian. Foto didapatkan melalui kamera yang dapat

menghasilkan foto objek yang diteliti atau fenomena peristiwa

yang terjadi. (Ghony dan Aimanshur, 2012: 270).

1.6.7 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

sehingga mudah dipahami dan ditemukan mudah dipahami dan hasil

temuanya dapat di informasikan kepada orang lain. Data yang

diperoleh dilapangan nantinya akan diproses dan diolah sehingga akan

didapatkan sebuah kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang mudah dibaca dan dipahami. Analisa data menggunakan

model Interaktif Miles dan Herberman yang terdiri dari tahapan:

1. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang

diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

19

perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan

data ini peneliti mengumpulkan data yang terkait dengan judul

penelitian. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak

memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang

penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat

dilakukan. Pengumpulan data tentang kepercayaan masyarakat

terhadap ritual Gunung Kawi.

Aktivitas-aktivitas Pengumpulan Data

Sumber: Creswell, W, John, hlm 207

Aktivitas-aktivitas pengumpulan data dengan menggunakan

pendekatan fenomenologi diantaranya:

a. Mempelajari beragam individu yang mengalami beragam

fenomena.

b. Menemukan persoalan yang ada di masyarakat yang

mengalaminya.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

20

c. Informasi dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada

5-25 orang.

d. Wawancara dilakukan dengan individu yang sama.

e. Pengumpulan data dilakukan dengan pengurungan pengalaman

peneliti logistik wawancara.

f. Informasi yang didapatkan disimpan dalam transkrip file

komputer. (Creswell, 2013: 210).

2. Reduksi Data

Redukasi data menunjuk pada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, pemisahan, dan pentransformasian data

“mentah”. Redukasi data adalah bentuk analisa yang

mempertajam, memilih, memfokus akhir dapat digunakan dan di

verifikasikan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih bagian

data untuk dikode, dipakai dan yang diringkas serta dimasukkan

dalam kategori yang diteliti. Reduksi data dilakukan secara terus

menerus selama penelitian dilakukan. Data yang direduksi dari

hasil Observasi tentang ritual dan wawancara mendalam tentang

kepercayaan.

3. Data Display

Kumpulan informasi yang telah tersusun yang membolehkan

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data

dalam bentuk teks naratif dan kejadian atau peristiwa itu terjadi

di masa lampau. Display disajikan dalam sub-bab berkaitan

dengan data hasil wawancara tentang kepercayaan dan ritual.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

21

4. Kesimpulan/ Verifikasi

Penarikan kesimpulan dalam penelitian bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Proses

penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk menganalisis, mencari

makna dari data sehingga dapat ditemukan tema pola hubungan.

Dalam reduasi data ini tidak diperbolehkan validitas dari

penelitian tersebut dengan cara membandingkan sumber data

yang digunakan dalam penelitian itu sendiri. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah

menyajikan data tentang kepercayaan masyarakat dan ritual.

(Sugiono, 2010: 245)

Komponen-komponen Analisis Data Interaktif Miles dan

Huberman

1.6.8 Uji Keabsahan Data

Pembuktian validitas data penelitian ini ditentukan oleh

kredibilitas temuan dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan

dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/44189/2/jiptummpp-gdl-gisriwati2-46926-2-babi.pdf · percaya terhadap benda-benda keramat seperti, benda

22

dan disetujui oleh subyek penelitian. Kondisi di atas dapat dipenuhi

dengan cara memperpanjang observasi, pengamatan yang terus-

menerus, triangulasi, dan membicarakan hasil temuan dengan orang

lain, dan menggunakan bahan referensi. Sedangkan reabilitas dapat

dilakukan dengan pengamatan sistematis, berulang, dan dalam situasi

yang berbeda. Penelitian ini digunakan triangulasi sumber yang

artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,

orang pemerintahan. Membandingkan hasil wawancara dengan

isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2005: 330).

Uji keabsahan data di mulai dari hasil observasi awal tentang ritual yang

dilakukan. Uji keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi

membandingkan Jawaban informan satu dengan Informan yang lainya.