BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Maka dari itu praktisi dan peneliti di bidang auditing...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang · Maka dari itu praktisi dan peneliti di bidang auditing...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era Globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dunia bisnis
bertambah ketat. Pertumbuhan lingkungan bisnis yang semakin cepat dan kritis
membuat perusahaan harus meningkatkan kualitas perusahaan. Demi
kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan harus melakukan
pembenahan internal kondisi perekonomian disuatu Negara bahkan sampai
melakukan kerjasama internasional. Insonesia merupakan salah satu Negara yang
banyak memiliki perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bersifat
terbuka, maka dari itu profesi akuntan publik sangat dibutuhkan.
Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercaya oleh
masyarakat dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik,
masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dari salah saji dan tidak
memihak terhadap manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Di USA
untuk menjadi akuntan publik harus mengantongi sertifikat yang disebut Certified
Public Accountant (CPA).
Laporan keuangan merupakan proses akuntansi yang digunakan sebagai
alat komunikasi antara data keuangan perusahaan dengan pihak internal maupun
eksternal yang memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan untuk
mempertimbangakan dan membuat keputusan yang tepat bagi pemakai informasi
tersebut baik pihak internal maupun eksternal. Laporan keuangan haruslah
menyajikan laporan yang wajar, dapat dipercaya dan tidak menyesatkan. Ada dua
karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan
(relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut
sangatlah sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa
pihak ketiga yaitu auditor independen. Untuk meyakinkan pihak luar akan
kehandalan laporan keuangan tersebut (Singgih dan Bawono,2010). Laporan
keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik, kewajarannya lebih dapat
dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit.
2
Dewasa ini peran auditor telah menjadi pusat penelitian mengingat
pentingnya peran auditor. Auditor dalam melaksanakan tugasnya harus
berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Auditor kerap kali dianggap sebagai penyebab kegagalan recovery ekonomi
global. Maka dari itu praktisi dan peneliti di bidang auditing terus berusaha dalam
meningkatkan kinerja auditor. Agar tidak terjadi penyimpangan yang membuat
masyarakat semakin meragukan keberadaan auditor.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya akuntan publik yang
melakukan kewajibannya tidak sesuai dengan standar yang ada. Sehingga
menghasilkan kualitas audit yang mereka hasilkan dipertanyakan oleh para
pemakai keuangan baik pihak internal maupun eksternal.
Berbagai fenomena yang terjadi membuat masyarakat meragukan profesi
akuntan publik baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu kasus yang sangat
menggemparkan dunia yaitu skandal Enron yang melibatkan Kantor akuntan
publik Arthur Anderson (AA). Hampir semua kalangan masyarakat yang
menganggap auditor sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam
masalah ini. Enron Corporation merupakan perusahaan energi terbesar di
Amerika berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat yang bergerak pada industri
energi. Namun pada akhir 2001 Enron menjadi sorotan masyarakat luas karena
telah melakukan penipuan akuntansi yang sistmatis. Kasus ini merupakan
kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat (AS). Independensi
audiotor merupakan salah satu pemicu dari permasalahan tersebut.. Karena
Arthur Anderson (AA) telah melakukan tugasnya selama 20 tahun. Hal ini
memunculkan dugaan bahwa tugas audit yang terlalu lama yang dilakukan
seorang auditor akan terikat secara emosional dan menurunkan
independensinya. Terdapat beberapa kasus yang melibatkan Kantor akuntan
publik di Indonesia, diantaranya tersaji dalam Tabel 1.1
3
TABEL 1.1
Daftar kasus yang melibatkan profesi akuntan publik di Indonesia
No Pihak yang Terlibat Tahun Kasus
1. Akuntan Publik Selamat
Sinuraya dan Irawati Kusumadi
2004 AP dan KAP tersebut telah
melanggar ketentuan Pasal
24 pasal tersebut dimaksud
mewajibkan AP dan KAP
mematuhi standar
profesional AP, kode etik
dan Standar audit kinerja,"
2. Drs. Ketut Gunarsa 2007 Sanksi pembekuan izin
diberikan karena AP
tersebut melakukan
pelanggaran terhadap
Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP)
dalam pelaksanaan audit
atas laporan keuangan
Balihai Resort and Spa
untuk tahun buku 2004 yang
berpotensi berpengaruh
signifikan terhadap Laporan
Auditor Independen.
3. Akuntan Publik bernama
Suhartati Suharso, Amir Hadyi
Nasution dan Lauddin Purba
2008 Ketiga AP itu telah
melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan pasal
40 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 yang
berpotensi berpengaruh
cukup signifikan terhadap
laporan auditor independen.
4
4. Akuntan Publik bernama Biasa
Manepu
2010 Hasil pemeriksaan
keterangan tersangka
dengan saksi Biasa Sitepu
terungkap ada kesalahan
dalam laporan keuangan
perusahaan Raden Motor
dalam mengajukan
pinjaman ke BRI. Biasa
Manepu diduga terlibat
dalam kasus korupsi kredit
macet.
(www.kompas.com), (www.finance.detik.com) dan (www.bpkp.go.id)
Dari berbagai kasus tersebut membuat turunnya eksistensi profesi
akuntan publik. Kualitas audit pun mulai dipertanyakan , apakah laporan
keuangan yang sudah diaudit oleh seorang auditor sudah dapat diyakini
kehandalannya atau belum.
Jasa audit menurut (Mulyadi,2002 : 5-6) mencangkup pemerolehan dan
penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang
berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan publik yang
memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yang
dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor
menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan
hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam
menghasilkan jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif atas asersi
yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis.
Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor
pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran
yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan
keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor
berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan
(Elfarini, 2007). Jadi untuk mendapatkan kualitas audit yang baik diperlukan
5
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti akuntabilitas, independensi, dan
due professional care. kualitas audit merupakan probabilitas auditor untuk
menemukan kesalahan yang ada pada laporan keuangan klien dan
melaporkannya dalam laporan auditan. Kualitas audit perlu ditingkatkan supaya
laporan keuangan yang telah diaudit diharapkan lebih berkualitas sehingga
kepercayaan para pengguna laporan keuangan dan masyarakat pun meningkat
(Burhanudin,2016). kualitas audit adalah kemungkinan seorang auditor dapat
melihat kesalahan dan kecurangan yang terjadi dalam sistem akuntansi kliennya
dan kualitas audit bisa diukur dengan tingkat kepatuhan auditor terhadap
standar atau kriteria yang berlaku. Berbagai hal yang dapat menunjang
kualitas audit adalah profesionalisme, independensi, adanya regulasi, ukuran
KAP, serta faktor psikologis lainnya yang dapat memotivasi auditor untuk
melakukan pekerjaannya dengan baik seperti akuntabilitas (Bustami, 2013).
Akuntabilitas adalah dorongan psikologi atau kejiwaan yang mana bisa
mempengaruhi individu untuk mempertanggungjawabkan tindakannya serta
dampak yang ditimbulkan akibat tindakannya tersebut kepada lingkungan dimana
individu tersebut melakukan aktivitasnya (Burhanudin,2016). Jadi auditor wajib
untuk menjaga perilaku etis mereka kepada profesi, masyarakat dan pribadi
mereka sendiri untuk bertanggungjawab untuk menjadi objektif dan menjaga
integritasnya menjadi kompeten. Menurut (singgih dan Bawono,210) akuntabilitas
secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang sama juga
terdapat dalam (Bustami,2013) yang menunjukan bahwa variabel akuntabilitas
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Independensi dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independensi di dalam memberikan jasa
professional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance) (Halim, 2008 ; 34). Auditor dalam memberikan opini atas kewajaran
laporan keuanagan, dituntut untuk independen . Auditor harus jujur kepada para
pemakai laporan keuangan baik pihak internal daupun pihak eksternal. (Singgih
dan Bawono,2010). Dan (Bustami:2013) menyatakan Independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit.
6
Selain akuntabilitas dan independensi, Due Professional Care sangatlah
penting untuk mencapai kualitas audit yang diinginkan. Setiap profesi tanpa
terkecuali sangat memperhatikan kualitas audit untuk memenuhi kewajibannya
kepada para pemakai jasanya. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik. Due Professional Care
merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh auditor menurut (Singgih dan Bawono
2010) Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan
seksama. Due professional care berpengaruh signifikan positif terhadap
kualitas audit. Hal ini berarti bahwa auditor yang dapat mengimplementasikan
due professional care dalam pekerjaan auditnya dengan baik, maka hasil
audit yang dihasilkan akan makin berkualitas (Nirmala dan
Cahyonowati,2013). Menurut (Ratha dan Ramantha,2015) Due professional
care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian mengenai kualitas audit mengingat pentingnya bagi
akuntan publik dan auditor. Maka dari itu peneliti menggabungkan beberapa
variabel yang ada untuk mengetahui hasil yang didapat, apakah akan sama
dengan penelitian sebelumnya atau hasilnya akan berbeda. Berdasarkan uraian
diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh
Akuntabilitas, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit
(Studi Pada Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar)”
1.2 Pokok Permasalahan
Sebagai seorang auditor, dalam pekerjaannya melakukan pemeriksaan
keuangan pada sebuah perusahaan harus taat pada standar profesional
akuntan publik (SPAP), maka dalam hal ini auditor juga harus memenuhi
Akuntabilitas, Independensi, dan Due Professional Care agar dapat memberikan
kepuasan informasi kinerja perusahaan kepada pemilik entitas.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti dapat mengidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Denpasar.
7
2. Apakah Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Denpasar.
3. Apakah Due Professional Care berpengaruh terhadap kualitas audit pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar.
4. Apakah Akuntabilitas, Independensi, dan Due Professional Care
berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Denpasar.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel Akuntabilitas terhadap kualitas audit
Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel Independensi terhadap kualitas audit
Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar.
3. Untuk Mengetahui pengaruh variabel Due Professional Care terhadap
kualitas audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar.
4. Untuk Mengetahui pengaruh variabel Akuntabilitas, Independensi, dan
Due Professional Care terhadap kualitas audit Pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Denpasar.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini,
antara lain:
1. Kegunaan Teoritris
a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran,
gambaran wawasan dan memberikan kajian terhadap
perkembangan teori mengenai pengaruh Akuntabilitas,
Independensi, dan Due Professional Care terhadap kualitas audit.
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta
dapat menambah pengetahuan akuntansi khusunya auditing
dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh Akuntabilitas,
8
Independensi, dan Due Professional Care terhadap kualitas
auditnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Kantor
akuntan publik (KAP) di Denpasar terutama untuk mengetahui
pengaruh Akuntabilitas, Independensi, dan Due Professional Care
terhadap kualitas audit. Sehingga kantor akuntan publik dapat
mengevaluasi apa yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat
menghindari perilaku menyimpang auditor di masa yang akan
datang sehingga menciptakan kualitas audit yang lebih baik .
b. Penuilis mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi panduan
dalam menilai dan mengevaluasi kinerja auditor, serta usaha-
usaha yang dilakukan untuk terus mengembangkan profesi
akuntan publik.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan
praktek seperti otoritas pembuat aturan (BAPEPAM) maupun
standard profesi akuntan publik (IAI) sebagai bahan acuan dalam
mengidentifikasi apakah akuntabilitas, independensi dan due
professional care digunakan sebagai alat untuk menjaga kualitas
auditor.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan
pertanggungjawaban antara perusahaan (manajemen) dan para pemiliknya atau
pihak lainnya. Laporan keuangan menggambarkan kondisi dan posisi keuanngan
serta hasil usaha suatu perusahaan pada periode tertentu (Maria, 2017 : 39)
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai
pihak (Halim,2008 :59).
Laporan keuangan adalah catatan keuangan mengenai aktivitas
perusahaan atau organisasi selama kurun waktu tertentu (suatu periode
akuntansi/satu tahun) yang memperlihatkan kondisi pada kurun waktu tersebut
dan dipergunakan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
(Ariefiansyah dan Utami, 2013 :3)
Tujuan laporan keuangan dari pelaporan keuangan menurut (Herry,2013)
adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur dalam
pengambilan keputusan investasi dan kredit.
Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir
untuk mengkomunikasikan suatu informasi tentang posisi keuangan perusahaan
selama kurun waktu tertentu (suatu periode akuntansi/satu tahun) dan
pertanggungjawaban antara perusahaan (manajemen) dan pemiliknya untuk
pengambilan keputusan oleh berbagai pihak.
2.1.2 Pengertian Auditing
Laporan keuangan yang sudah diaudit akan memberikan kepercayaan
lebih dari pihak internal dan eksternal dibandingkan laporan keuangan yang belum
diaudit. Karena jika laporan keuangan sudah diaudit maka akan menyajikan
10
laporan keuangan yang bebas dari salah saji material. Akuntan publik pada
akhirnya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan.
ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan
auditing sebagai : suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi
bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-aseersi tentang berbagai tindakan dan
kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya
kepada para pemakai yang berkepentingan (Halim, 2008 :1)
Menurut (Sukrisno Agoes,2004:3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
lapotran keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan tersebut.
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering
dilakukan auditor independen. Hal ini disebabkan audit laporan keuangan dapat
meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan yang dihasilkan
perusahaan. Laporan keuangan yang berguna bagi pembuatan keputusan adalah
laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan berkualitas bila memenuhi
kriteria relevansi atau keberpatutan (relevance) dan reliabilitas atau keterandalan
(reability). Kriteria reliability bertumpu pada keterujian (verifiability), kenetralan
(neutrality), dan ketepatan penyimbolan (representation faithfulness). Para
pemakai laporan keuangan melihat laporan auditor independen untuk memastikan
bahwa laporan keuangan yang diaudit telah memenuhi kedua kriteria tersebut.
Mereka menjadi lebih yakin terhadap kualitas laporan keuangan suatu perusahaan
yang telah diaudit (Halim,2008 :59).
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan
dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
(Sunarto,2003:16-17).
11
Jadi auditing merupakan pemeriksaan untuk menghimpun dan
mengevaluasi buki-bukti secara obyektif oleh pihak independen dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga
laporan keuangan yang sudah diaudit dapat meningkatkan kepercayaan para
pemakai laporan keuangan dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan tersebut
2.1.3 Tujuan Audit
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Untuk mencapai tujuan ini
auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti
kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor
perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk
setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut,
auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun, dan
bagaimana cara menghimpun bukti tersebut (Halim, 2008 :155)
2.1.4 Jenis-jenis audit
Menurut (Sunarto,2003: 17-19) Auditing pada umumnya dikelompokan
menjadi 3 golongan, yaitu : audit laporan keuangan, audit kesesuaian, dan audit
operasional.
1. Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan Keuangan menentukan apakah keuangan sebagai
keseluruhan yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa dinyatakan
sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria yang
digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum, meskipun audit
lazim juga dilakukan atas laporan keuangan yang diperiksa biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, termasuk
catatan kaki.
Audit Laporan Keuangan adalah laporan yang akan digunakan oleh
berbagai pihak untuk berbagai tujuan. Pemakaian laporan keuanagn
berkeyakinan bahwa audit tidak cukup memberi informasi sesuai
dengan tujuan yang bersangkutan, maka pemakaian bisa mencari
12
informasi tambahan. Contoh, suatu audit umum atas suatu perusahaan
bisa memberi informasi keuangan yang memadai bagi seorang bankir
yang sedang mempertimbangkan pemberian pinjaman pada suatu
perusahaan, tetapi suatu perusahaan yang sedang
mempertimbangkan untuk melakukan merger dengan perusahaan
yang diaudit juga perlu mengetahui tentang harga pengganti aktiva
tetap dan informasi lain yang relevan untuk pengambilan keputusan.
Perusahaan tersebut bisa menggunakan auditornya sendiri untuk
mendapatkan informasi tambahan yang diperlakukannya.
Perusahaan sebagian besar ditekankan pada audit atas laporan
keuangan perusahaan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik,
namun pengertian umum perlu dipahami agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan dimengerti perbedaanya satu sama lain.
2. Audit kesesuaian
Audit kesesuaian adalah menentukan apakah yang diaudit telah
mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang, audit
kesesuaian dapat berupa penentuan apakah karyawan-karyawan di
bidang akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
perusahan, mengkaji ulang tariff upah yang disesuaikan, atau
memeriksa perjanjian yang dibuat dengan pemberi pinjaman, dan
memastikan perusahaan telah mematuhi semua perjanjian.
Hasil audit kesesuaian dilaporkan kepada pihak tertentu yang lebih
tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan
keada pihak-pihak di luar perusahaan. Manajemen merupakan pihak
yang paling berkepentingan atas hasil audit kesesuaian, dibandingkan
dengan pihak-pihak lainnya. Sebagian besar pekerjaan audit semacam
ini dapat dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi yang
bersangkutan. Audit kesesuaian dapat juga dilakukan oleh auditor yang
ditunjuk dari luar organisasi.
3. Audit operasional
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian dari
prosedur dan metode yang ditetapkan suatu organisasi dengan tujuan
untuk mengevaluasi efesiensi dan efektifitas. Hasil akhir dari suatu
13
auditor operasional berupa rekomendasi kepada manajemen untuk
perbaikan operasional.
Mengingat banyaknya bagian yang efektivitas operasionalnya bisa
dievaluasi, maka tidak mungkin untuk merumuskan karakteristik
pelaksanaan audit untuk suatu audit operasional. Auditor mungkin
diperlukan untuk mengevaluasi efesien aliran dokumen dalam
memproses penjualan. Audit operasional, pengkajian tidak hanya
terbatas akuntansi, tapi juga struktur organisasi, operasi komputer,
metode produksi, pemasaran, dan bidang lain.
Efesiensi dan efektivitas jauh sulit untuk dievaluasi secara objektif
bila dibandingkan dengan penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum. Perumusan kriteria untuk
mengevaluasi informasi kuantitatif dalam suatu audit operasioanal
sangat bersifat subjektif. Sehingga audit operasional lebih miring suatu
konsultan manajemen daripada suatu pekerjaan audit.
2.1.5 Standar Auditing
Menurut (Halim, 2008 :47-49) Auditor sangat berkepentingan dengan
kualitas jasa yang diberikan. Untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit maka
diperlukan suatu kriteria. Standar auditing merupakan salah satu ukuran kualitas
pelaksanaan auditing. Ikatan Akuntan Indonesia telah menetapkan dan
mengesahkan standar auditing yang terdiri atas sepuluh standar. Standar auditing
merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai sebagaimana
mestinya. Standar auditing ini harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan
keuangan yang dilakukan auditor independen. Standar ini dapat diterapkan tanpa
memandang ukuran besar-kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis
industri, maupun apakah itu organisasi bisnis yang berorientasi laba mauppun
organisasi nirlaba. Setiap standar dalam standar auditing ini saling berkaitan erat
dan saling tergantung antara yang satu dengan yang lain. Standar tersebut
dengan segala bahasanya dituangkan kedalam sebuah buku yaitu buku Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) Secara lengkap, seperti tercantum dalam
Standart Profesional Akuntan Publik, standar auditing adalah sebagai berikut:
14
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan
jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Laporan audit harus menunjukkan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor harus dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
15
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor yang
dilaksanakan jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
oleh auditor.
2.1.6 Kualitas Audit
Menurut (Sari,2011) Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat
dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit,
bersikap bebas tanpa memihak (Independent), patuh kepada hukum serta
mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah
pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik,
mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental.
Menurut (Agustina, 2016) Kualitas audit diantaranya terjadi apabila auditor
bekerja sesuai standar profesional yang ada. IAPI berwenang menetapkan
standar auditing dan aturan yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota dan
akuntan publik termasuk auditor independen. Dalam pelaksanaan pemeriksaan di
Indonesia IAPI menetapkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). SPAP
adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan
dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. Standar-standar yang
tercakup dalam SPAP adalah standar auditing, standar atestasi, standar jasa
akuntansi dan review, standar jasa konsultan dan standar pengendalian mutu.
Kualitas audit dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar
dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independent),
patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum
pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan
dengan penugasan, independensi dalam sikap mental.
2.1.7 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah dorongan kejiwaan atau psikologi yang bisa
mempengaruhi seseorang untuk mempetanggungjawabkan tindakannya dan
akibat yang ditimbulkannya kepada lingkungan dimana tempat seseorang
tersebut melakukan aktivitasnya(Bustami,2013). Akuntabilitas adalah dorongan
16
psikologi atau kejiwaan yang mana bisa mempengaruhi auditor untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya serta dampak yang ditimbulkan akibat
tindakannya tersebut kepada lingkungan dimana auditor tersebut melakukan
aktivitasnya (Burhanudin,2016). Akuntabilitas diartikan sebagai persyaratan dalam
melakukan pembenaran supaya orang bertanggung jawab terhadap pertimbangan
yang dibuat. Apabila orang disuruh untuk bertanggung jawab atas keputusan yang
dibuatnya, maka orang tersebut bekerja dengan hati0hati sehingga kemungkinan
penagmbilan keputusan bisa menjadi lebih kecil. Sebaliknya apabila tidak
diberikan persyaratan akuntabilitas maka kemungkinan orang ceroboh dalam
mengambil mkeputusan (Ratha dan Ramantha,2015).
(Burhanudin,2016) Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability yang berarti pertanggunganjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggunganjawab.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan dorongan psikolog
yang dapat mempengaruhi auditor untuk mempertanggungjawabkan tindakannya
dan dampak yang ditimbulkannya kepada lingkungan dimana auditor tersebut
melakukannya.
2.1.8 Independensi
(Mulyadi, 2002:26-27) mengemukakan bahwa independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak
tergantung pada orang lain”. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam
diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang
objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen
dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Disamping itu,
audiror harus pula menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan
masyarakat meragukan independensinya. Akuntan publik yang independen
haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh oleh berbagai kekuatan yang
berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya
dalam pemeriksaan.
(Kovinna dan Bettri, 2014) Independensi dalam kenyataan adalah sikap
auditor yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit. Dalam hal ini, auditor
17
diharuskan untuk objektif dan tidak berprasangka dalam memberikan
pendapatnya. Independen dalam penampilan dapat diartikan sebagai hasil
interpretasi pihak lain terhadap independensi auditor. Auditor akan dianggap
tidak independen apabila memiliki hubungan tertentu dengan klien yang dapat
menimbulkan persepsi dari pihak lain bahwa dirinya tidak independen dalam
menjalankan tugasnya.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor
dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi akuntan
publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
menilai mutu jasa audit (Bustami,2013)
(Burhanudin,2016) Independensi Auditor adalah sikap yang terdapat pada
diri auditor yang bebas dari pengaruh dan tekanan dari dalam maupun luar ketika
mengambil suatu keputusan ,dimana dalam pengambilan keputusan tersebut
harus berdasarkan fakta yang ada dan secara obyektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan syarat penting
bagi auditor dalam menilai kewajaran laporan keuangan dan auditor dipercaya
sebagai pihak independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan
tersebut bebas dari salah saji material. Auditor akan dianggap tidak independen
apabila memiliki hubungan tertentu dengan klien yang dapat menimbulkan
persepsi dari pihak lain bahwa dirinya tidak independen dalam menjalankan
tugasnya.
2.1.9 Due Professional Care
Menurut (Singgih dan Bawono,2010) Due professional care merupakan hal
yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due
professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan
keyakinan yang memadai.
18
Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor
untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Auditor
yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa due professional care merupakan kemahiran
profesional yang cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu untuk mempertimbangkan penelitian ini akan
dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti,
diantaranya:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan proposal penelitian
1. Burhanudin (2016)
Pengaruh Akuntabilitas Auditor dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit
Terdapat pengaruh positif dan signifikan Akuntabilitas Auditor dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit secara simultan.
Penulis menambahkan variabel Due Professional Care
2. Ratha dan Ramantha (2015)
Pengaruh Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara due professional care dan akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. sedangkan Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure tidak berpengaruh.
Penulis menambahkan variabel Independensi
19
3. Bustami (2013)
Pengaruh Independensi, Akuntabilitas, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara Independensi, akuntabilitas, dan profesionalisme terhadap kualitas audit
Penulis menambahkan variabel Due Professional Care
4. Ashari (2011)
Pengaruh keahlian, Independensi, dan etika terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara keahlian, Independensi, dan etika terhadap kualitas audit secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.
Penulis menambahkan variabel Akuntabilitas dan Due Professional Care
5. Alim,dkk(2007)
pengaruh antara Independensi, kompetemsi terhadap kualitas audit
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara Independensi, kompetemsi terhadap kualitas audit secara simultan
Penulis menambahkan variabel Akuntabilitas dan Due Professional Care
Sumber : Jurnal dan skripsi
2.3 Kerangka Pemikiran
Kualitas audit merupakan hal yang sangat penting, semakin bagus kualitas
audit maka diharapkan laporan keuangan yang telah diaudit menghasilkan kualitas
yang memeberikan kepuasan baik dari pihak internal maupun eksternal.
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variable bebas yaitu independensi, fee
audit dan etika auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di
Provinsi Bali. Maka dari itu kerangka pemikiran seperti yang terlihat pada Gambar
2.1
20
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1 H2 H3
H4
Kerangka pemikiran pengaruh akuntabilitas,independensi, dan due professional
care terhadap kualitas audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar)
Keterangan :
: pengaruh variabel secara parsial
: pengaruh variabel secara simultan (bersama)
Sumber data : data sekunder, diolah sendiri, 2017.
Akuntabilitas
(X1)
Independensi
(X2)
Due Professional
Care
(X3)
Kualitas Audit
(Y)
21
2.4 Hipotesi Penelitian
Hipotesis merupakan sebuah dugaan, asumsi, ide atau keyakinan tentang
suatu fenomena, hubungan atau situasi, atau tentang realita yang belum diketahui
kebenarannya (Asra,dkk, 2014:53)
2.4.1 Pengaruh Akuntbilitas Terhadap Kualitas Audit
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi yang membuat seorang
mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada
lingkungannya sedangkan independensi merupakan sikap pikiran seseorang
yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektif tugas profesional. Dengan
akuntabilitas dan independensi yang dimiliki auditor maka kualitas audit menjadi
terjamin (Burhanudin,2016).
Seorang auditor yang memiliki akuntabilitas yang tinggi maka akan
menghasilkan kualitas audit yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
laporan keuangan yang diaudit dan laporan hasil audit yang dihasilkan
memberikan kepercayaan dan keandalan bagi pengguna laporan keuangan
dalam mengambil keputusan. Dari penjelasan tersebut maka hipotesis yang
dibangun adalah:
H1 : Terdapat pengaruh Akuntabilitas terhadap kualitas audit
2.4.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Independensi merupakan sikap mental auditor yang tidak terpengaruh dari
pihak manapun dan berkewajiban bersikap jujur tidak hanya terhadap manajemen
dan pemilik, tetapi juga pihak lain pemakai laporan keuangan yang mempercayai
hasil pekerjaannya.
Menurut (Sari,2011) Seluruh auditor harus independen terhadap klien
ketika melaksanakan tugas. Selain itu, auditor harus mengambil keputusan yang
konsisten dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan. Dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin menghadapi
tekanan dan atau konflik dari objek yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan,
dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi independensi auditor. Dalam
menghadapi tekanan atau konflik tersebut, auditor harus profesional, berdasarkan
22
fakta, dan tidak berpihak. Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas
yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan. Oleh sebab itu,
independensi diperlukan agar auditor dapat mengemukakan pendapat, simpulan,
pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak
memihak kepada pihak mana pun. Dari penjelasan tersebut maka hipotesis yang
dibangun adalah:
H2: Terdapat pengaruh independensi terhadap kualitas audit
2.4.3 Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit
Menurut (Singgih dan Bawono,2010) Due professional care merupakan hal
yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due
professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan
keyakinan yang memadai.
Due Professional Care merupakan hal yang sangat penting dalam
melaksanakan tugas sebagai auditor guna mencapai kualitas audit yang
memadai. Penggunaan kemahiran dan seksama dapat miningkatkan keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan yang disajikan bebas dari salah saji
material. Dari penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah:
H3 : Terdapat pengaruh Due Professional Care terhadap kualitas audit
2.4.4 Pengaruh Akuntabilitas, Independensi, dan Due Professional Care
Terhadap Kualitas Audit
Akuntabilitas sangat penting dalam diri seorang auditor, karena akuntabilitas
merupakan dorongan psikolog yang membuat seseorang berusaha
memepertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil dalam
menjalankan tugasnya sebagai auditor. Sehingga jika auditor memilki akuntabilitas
yang tinggi maka kualitas audit pun akan semakin bagus. Independensi juga taka
kalah pentingnya dalam diri seorang auditor karena jika auditor memiliki
independensi yang tinggi maka kualitsas audit semakin bagus. Dan due
professional care merupakan faktor yang sangat penting agar para pemakai
laporan keungan memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan
23
yang disajikan bebas dari salah saji material. Dari penjelasan tersebut maka
hipotesis yang dibangun adalah:
H4 : Terdapat pengaruh Akuntabilitas, Independensi, dan Due
Professional Care terhadap Kualitas Audit
2.5 Definisi Operasional
Independent variable dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas (X1),
Independensi (X2), Due Professional Care (X3), Sedangkan dependent variable
adalah Kualitas Audit (Y).
1. Akuntabilitas (X1)
Akuntabilitas adalah dorongan psikologi yang membuat seseorang
berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang
diambil kepada lingkungannya. Dalam penelitian ini akuntabilitas diukur
dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh (Bustami,2013)
ada 3 (tiga) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas
yaitu seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut, seberapa besar keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan
diperiksa oleh atasan, seberapa besar usaha atau daya pikir yang diberikan
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Semua item pertanyaan diukur
dengan menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang
didapat akan dibuat skor yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3)
netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
2. Independensi (X2)
(Agustina,2016) mengemukakan bahwa independensi merupakan dasar
dari profesi auditing. Hal itu berarti bahwa auditor akan bersikap netral
terhadap entitas, dan oleh karena itu ia akan bersikap objektif. Publik
dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak serta
mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil.
Dalam penelitian ini akuntabilitas diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh (Burhanudin,2016) ada 4 (empat) indikator yaitu
Lama hubungan dengan klien, Tekanan dari klien, Telaah dari rekan auditor
24
dan pemberian jasa non audit. Semua item pertanyaan diukur dengan
menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat
akan dibuat skor yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)
setuju, dan (5) sangat setuju.
3. Due Professional Care (X3)
Due Professional Care merupakan hal yang sangat penting dalam
melaksanakan tugas sebagai auditor guna mencapai kualitas audit yang
memadai. Penggunaan kemahiran dan seksama dapat miningkatkan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang disajikan bebas dari
salah saji material. Menurut Due professional care merupakan hal yang
penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due
professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional
dan keyakinan yang memadai.
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh (Singgih dan Bawono,2010) ada 2 (dua) indikator yaitu
aspek struktrural dan aspek sikap Semua item pertanyaan diukur dengan
menggunakan skala Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat
akan dibuat skor yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)
setuju, dan (5) sangat setuju.
4. Kualitas Audit (Y)
Kualitas audit merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan
kepercayaan mengenai hasil audit. Dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh (Putra,2012) ada 2 (2) yaitu
kesesuaian pemeriksaan dengan standar akuntansi audit dan kualitas laporan
hasil audit. Semua item pertanyaan diukur dengan menggunakan skala
Interval (likert), 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor yaitu:
(1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat
setuju.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik yang ada di Denpasar
tahun 2017 yang telah terdaftar di Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Kantor
Akuntan Publik yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah sebanyak
Sembilan kantor, yang dirinci pada Tabel 3.1 dibawah ini
Tabel 3.1
Nama Kantor Akuntan Publik di Denpasar
No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat
1. KAP ARNAYA & DARMAYASA Jl. Cargo Indah III A Denpasar
2. KAP BUDHANANDA MUNIDEWI Jln Tukad Irawadi no 18 a, lantai 2 & 3
3.
KAP I WAYAN RAMANTHA Jl. Rampai No.1 A Lantai 3 Denpasar
4. KAP DRS. IDA BAGUS DJAGERA Jl. Hasanuddin No.1 Denpasar
5. KAP JOHAN MALONDA MUSTIKA & REKAN (CABANG)
Jl. Muding Indah I No.5 Kuta Utara, Kerobokan
6. KAP K. GUNARSA Jl. Tukad Banyusari Gang II No.5 Panjer, Denpasar
7. KAP Drs. KETUT BUDIARTHA, MS Jl. Gunung Agung- Perumahan Padang Pesona Graha Adhi Blok A 6 Denpasar Barat
8. KAP DRS. KETUT MULIARTHA RM & REKAN
Jl. Drupadi No.25, Renon
9. KAP RAMA WENDRA (CABANG) Jl. PB. Sudirman, Denpasar
10. KAP DRS. SRI MARMO DJOGOSARKORO & REKAN
Jl. Gunung Muria No.4 Monang-Maning, Denpasar
11. KAP Drs. WAYAN SUNASDYANA Jl. Pura Demak I Gang I.B No.8 Teuku Umar Barat, Pemecutan Kelod,Denpasar
Directory IAPI wilayah Denpasar tahun 2017
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2016: 148) populsi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas : obyek /subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang
26
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel
pada penelitian menggunakan Sampling Jenuh adalah seluruh auditor yang
bekerja pada KAP yang ada di wilayah Denpasar tahun 2017. Sampling jenuh atau
sensus menurut (Kurniawan,2014:83) adalah pengumpulan sampel bila semua
anggota populasi dijadikan sampel. Sering dilakukan pada kasus dimana jumlah
populasi relative kecil. Oleh karena itu, obyek atau subyek dalam penelitian ini
adalah individu yaitu auditor. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi yang
disajikan pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian
No Nama Kantor Akuntan Publik Jumlah Auditor
1. KAP ARNAYA & DARMAYASA 8
2. KAP BUDHANANDA MUNIDEWI 7
3. KAP I Wayan Ramantha 4
4. KAP DRS. IDA BAGUS DJAGERA 0
5. KAP JOHAN MALONDA MUSTIKA & REKAN (CABANG)
5
6. KAP K. GUNARSA 3
7. KAP Drs. KETUT BUDIARTHA, MS 6
8. KAP DRS. KETUT MULIARTHA RM & REKAN
10
9. KAP RAMA WENDRA (CABANG) 0
10. KAP DRS. SRI MARMO DJOGOSARKORO & REKAN
20
11. KAP Drs. WAYAN SUNASDYANA 10
Total 73
Sumber : Data Primer Diolah 2017
3.3 Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Data Kuantitatif menurut (Sugiyono, 2016, 35) Kuantitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat, positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa hasil skor jawaban kuisioner dari responden
pada KAP yang ada di Denpasar tahun.
27
2. Data Kualitatif menurut (Sugiyono, 2016, 38) Kualitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat,
positivism/enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
penelitian sebagai insttrumen kunvci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara tranggulasi (gabungan) analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi. Data yang digunakan dalam penelitian
ini berupa data informasi mengenai daftar KAP dan jumlah auditor
yang ada di Denpasar.
3.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama, biasanya data yang belum diolah dan dicatat untuk pertama
kalinya. Data primer dalam penelitian ini berupa jumlah auditor yang
ada pada setiap Kantor Akuntan Publik dan pernyataan responden
dalam menjawab kuesioner pada KAP yang terdaftar di Denpasar
2016.
2. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung seperti buku-buku, jurnal, skripsi dan sumber bacaan
lainnya yang memiliki relevansi dengan obyek yang diteliti. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah daftar nama-nama KAP yang
berada di Denpasar, gambaran umum , serta literature pada
berbagai perpustakaan di dalam dan di luar kampus maupun pada
took-toko buku, jurnal, skripsi ,maupun website.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang relevan, dapat
dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan skripsi ini,
peneliti memperoleh langsung dari auditor pada Kantor Akuntan Publik di
Denpasar yang akan diteliti. Data tersebut diperoleh dengan memberikan
kuesioner yang bersifat tertutup dengan menggunakan Skala Likert. Skala likert
28
menurut (Sugiyono, 2016 :168) digunakan untuk mengukur sikap , pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah penelitian lapangan yang merupakan cara untuk memperoleh data primer
yang secara langsung melibatkan pihak responden yang dijadikan untuk
memperoleh informasi dari responden adalah dengan memberikan kuesioner.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 teknik, yaitu:
1. Teknik wawancara (Asra, dkk,2014 :107) adalah cara umum untuk
mengumpulkan informasi dari orang . Dilihat dari tingkat fleksibilitas
untuk menyampaikan pertanyaan dan wawancara. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan teknik wawancara dalam mengumpulkan
jumlah auditor yang terdapat di masing-masing KAP.
2. Kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup, yaitu
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya. Kuesioner penelitian
ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisikan sejumlah
pertanyaan yang bersifat umum. Bagian kedua berisikan sejumlah
pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu
Akuntabilitas, Independensi, Due Professional Care, dan Kualitas
Audit. Kuesioner yang dikirimkan disertai dengan surat permohonan
serta penjelasan tentang tujuan penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data yang digunakan adalah a five point scale
kuesioner.
3.6 Instrumen Penelitian dan Pengujian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan menguukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian (Sugiyono, 2016 :178) . Sedangkan menurut (Kurniawan,2014
:27) Instrumen Penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Responden diminta untuk melakukan rangking persepsi atas setiap item
pertanyaan atau pernyataan. Pernyataan tersebut dalam penelitian ini disajaikan
dalam sebuah kuesioner.
29
Penelitian ini menggunakan skala likert , menurut (Asra,dkk, 2014 : 137-138)
Skala Likert adalah salah satu skala yang digunkaan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu suatu
fenomena sosial. Skala likert ini mempunyai gradasi atau tingkatan jawaban dari
sangat positif sampai sangat negative atau sebaliknya, yang dapat berupa kata-
kata antara lain:
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Berdasarkan jawaban dari daftar pernyataan tersebut, maka dapat diketahui
mengenai tingkat Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Denpasar.
Berikut kisi-kisi dari instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrument Penelitian
No Variabel Indikator No Item
1 Akuntabilitas (Bustami,2013)
1 Besarnya motivasi menyelesaikan pekerjaan
1,2,3
2 Keyakinan bhwa pekerjaan akan diperiksa atasan
4,5,6
3 Usaha atau daya pikir untuk menyelesaikan pekerjaan
7,8,9,10
2 Independensi (Burhanudin, 2016)
1. Hubungan dengan klien 1,
2. Tekanan dari klien 2,3
3. Telaah dari rekan auditor 4,5,6
4. Pemberian Jasa Non Audit
7,8
3 Due Profesional Care (Singgih dan Bawono)
1. Aspek Struktrural 1,2
2. Aspek sikap 3,4,5,
4 Kualitas Audit (Putra,2012)
1.Kesesuaian pemeriksaan dengan standar akuntansi audit
1,2,3,4,5
2. Kualitas laporan hasil audit
6,7,8,9
30
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji kualitas data
yang terdiri dari uji validitas dan realibilitas.
1. Uji Validasi
(Menurut Sugiyono,2007:124) Pengujian validasi tiap butir digunakan
analisis item, yaitu mengkoreksi skor tiap butir dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor. Jadi validasi digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Item yang mempunyai korelasi positif
dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukan bahwa
item tersebut mempunyai validasi yang tinggi pula. Untuk menguji validasi
data dalam penelitian ini, digunakan uji korelasi Pearson correlation
dengan ketentuan jika nilai rhitung > nilai rtabel maka item pernyataan
dinyatakan valid (Kurniawan,2014:102).
2. Uji Reliabilitas
(Kurniawan,2014:102) Uji reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan
untuk memberikan hasil pengukuran relative konsisten dari waktu
kewaktu . Pengujian reliabilitas setiap variabel menggunakan teknik
cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2008 : 42).
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis kuantitaf menurut (Kurniawan,2014:110) pengujian analisis
berkaitan dengan angka, uji statistik, dan uji statistik tersebut disesuaikan
dengan rumusan atau identifikasi yang diteliti.
Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan
tabel statistik deskriptif responden yang diukur dengan skala ukur interval yang
menjelaskan besarnya frekuensi absolute dan persentase jenis kelamin, umur,
posisi terakhir, pendidikan terakhir, dan lama bekerja. sedangkan untuk
memberikan deskriptif mengenai variabel independen penelitian yaitu
Akuntabilitas, independensi dan Due Professional Care, dan variabel dependen
penelitian yaitu kualitas audit.
31
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
(Kurniawan,2014: 156-164) Metode ini digunakan untuk melihat
apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji
normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada
nilai residualnya. Dalam ghozali untuk mendeteksi normalitas data dapat
juga dengan uji Kolmogorof Smirnov dilihat dari nilai residual. Dalam
penelitian ini, uji normalitas yang digunakan yaitu uji Kolmogorof Smirnov
test (K-S). Adapun dasar Uji Kolmogorof Smirnov:
1. Angka signifikansi (sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.
2. Angka signifikansi (sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
(Kurniawan,2014:157-167) Uji Multikolinearitas bertujuan untuk
melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel
bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang
tinggi antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menghindari kebiasaan
dalam pengambilan kesimpulan menenai pengaruh pada uji parsial
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria
untuk mendeteksi multikolinearitas pada suatu model yaitu jika Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang
dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas multikolinearitas. Semakin
tinggi VIF, maka semakin rendah Tolerance.
3. Uji Heterosdastisitas
(Kurniawan,2014:158-171) Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah terdapat ketidaksamaan variasi dari residual satu ke
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi memenuhi
persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap atau disebut homoskedastisitas.
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan yaitu uji Glejser. Jika koefisien
parameter setiap variabel bebas tidak ada yang signifikan secara statistik
32
dengan tingkat kesalahan (a) sebesar 5% atau 0,05 maka persamaan
regresi terbabas dari Heterosdastisitas.
3.7.2 Uji Regresi Linear Beganda
(Kurniawan,2014:194-197) Dalam penelitian ini model yang
digunakan adalah analisis Regresi Linear berganda dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Package for Social Science). Tujuannya untuk
mengetahui pengaruh Akuntabilitas, Independensi, dan Due Professional
Care terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Denpasar. Persamaan Regresi yang digunakan adalah :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan :
Y = Kualitas Audit
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Akuntabilitas
X2 = Independensi
X3 = Due Professional Care
e = Error
3.7.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar variabel independen yaitu akuntabilitas, independensi, dan due
profesional care terhadap variabel dependen yaitu kualitas audit. Dalam ouput
SPSS, koefesien determinasi terletak pada tabel model summaryb dan tertulis
Adjusted R2 Square. (Nanik,2016)Adjusted R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1.
Hal ini berarti bila Adjusted R2 =0 menunjukan tidak adanya pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen, bila Adjusted R2 semakin besar
mendekati, menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabelk independen
terhadap variabel dependen dan bila Adjusted R2 semakin kecil mendekati 0,
maka dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
33
3.7.4 Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Untuk menguji hipotesis akan dilakukan dua uji, yaitu uji
hipotesis secara parsial untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji-
t. Uji yang kedua adalah ujian hipotesis secara simultan untuk mengetahui
hubungan variabel-variabel independen dengan variabel dependen secara
serempak. Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Pengujian Koefesien Regresi Parsial (Uji-t)
Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual menerangkan variasi variabel terikat
Uji t disebut juga sebagai uji signifikasi individual.
Bentuk pengujiannya yaitu :
Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan (Kurniawan,2014:212) yaitu:
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak,
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.
2. Pengujian Koefesien Regresi Serentak (Uji-F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersma-sama
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan (Kurniawan,2014:210) yaitu
Jika probilitas / sig < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak,
Jika probilitas / sig > 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.