BAB I PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB...

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sarana Transportasi di Jakarta Semakin bertambahnya jumlah penduduk serta semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi tentunya memicu peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat. Peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat tak lepas dari kebutuhan dalam bertransportasi. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain (Kepala Bidang Pembinaan Profesi, Masyarakat Transportasi Indonesia, 2008). Indonesia merupakan negara kepulauan dimana pembangunan sektor transportasi dirancang untuk tiga tujuan yaitu: mendukung gerak perekonomian, stabilitas nasional, dan mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah dengan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/BAB...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Sarana Transportasi di Jakarta

Semakin bertambahnya jumlah penduduk serta semakin

berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi tentunya memicu

peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat. Peningkatan aktifitas ekonomi

masyarakat tak lepas dari kebutuhan dalam bertransportasi. Kebutuhan

transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat

aktivitas ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Dalam kerangka

makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian

nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang

peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara

daerah satu dengan daerah yang lain (Kepala Bidang Pembinaan Profesi,

Masyarakat Transportasi Indonesia, 2008). Indonesia merupakan negara

kepulauan dimana pembangunan sektor transportasi dirancang untuk tiga

tujuan yaitu: mendukung gerak perekonomian, stabilitas nasional, dan

mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah dengan

2

memperluas jangkauan arus distribusi barang dan jasa ke seluruh pelosok

Nusantara (Biro Pusat Statistik, 2013).

Transportasi darat merupakan jenis transportasi yang paling

dominan di Indonesia dibandingkan tranportasi lainnya seperti

transportasi udara dan transportasi laut. Hal ini ditunjukkan dari data

Badan Litbang Kementrian Perhubungan 2001 yang menggambarkan

bahwa ± 95% perjalanan penumpang dan barang menggunakan jenis

transportasi darat. Besarnya persentase tersebut merefleksikan tingginya

ketergantungan penduduk Indonesia terhadap jenis transportasi ini

(Sumber: Astalog.com). Transportasi darat memberikan kontribusi dalam

meningkatkan perekonomian di suatu wilayah. Ini dapat dilihat bahwa

pada umumnya daerah-daerah yang memiliki jaringan angkutan darat,

sebagai sarana yang dapat menghubungkan daerah tersebut dengan daerah

lain, akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan

daerah-daerah yang terisolir. Transportasi darat di Indonesia dibagi

menjadi dua yaitu transportasi darat menggunakan kendaraan (mobil,

sepeda motor, bus, truk) dan kereta api. Perkembangan produksi

transportasi darat menggunakan kereta api mengalami penurunan setiap

tahunnya sebesar 3,89% per tahun (Badan Pusat Statistik, 2013).

Kendaraan pribadi telah menjadi salah satu kebutuhan penting yang

tak terpisahkan bagi masyarakat urban yang aktif dan memiliki mobilitas

cukup tinggi di perkotaan. Tingkat kertergantungan mobilitas penduduk

Jakarta terhadap mobil pribadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

3

kota-kota besar lainnya di Asia-Pasifik dan global. Hal tersebut

dibuktikan dari hasil survei Frost & Sullivan, 2014 yang merupakan

salah satu lembaga survei dari Singapura. (Lihat Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Penggunaan Sarana Transportasi

Sumber: Frost & Sullivan (2014)

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Jakarta sangat bergantung kepada transportasi pribadi. Diperkirakan 62

persen penduduk Jakarta bergantung pada kendaraan pribadi, hanya 14

persen yang mengandalkan transportasi umum dapat dilihat pada Gambar

1.1. Hal tersebut dikemukakan oleh Vivek Vaidya, Vice President Frost

& Sullivan pada seminar “Prediksi Industri Otomotif Indonesia 2014”.

Sedangkan 19 persen masyarakat menggunakan mobil pribadi dan

transportasi publik dan sisanya 4 persen, tidak menggunakan kendaraan

bermotor sama sekali. Beliau juga menjelaskan bahwa dari hasil survei

yang dilakukan, mayoritas masyarakat enggan untuk menggunakan

transportasi umum dikarenakan beberapa hal antara lain tingkat

kriminalitas yang tinggi terjadi di transportasi umum, serta transportasi

4

umum yang tersedia cenderung kurang nyaman bahkan seringkali penuh

dan harus berdesak-desakan. Jaminan akan keselamatan angkutan umum

sangatlah rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya kasus kecelakaan

yang terjadi. Sehingga kondisi ini semakin menghambat untuk

mendorong minat masyarakat beralih memanfaatkan angkutan umum

sebagai pengganti dari kendaraan pribadi.

Sepanjang lima tahun terakhir, 2010 - 2014, jumlah angkutan umum

yang terlibat kecelakaan mencapai sebanyak 4.962 unit. Artinya, rata-rata

setiap hari hampir 1.000 angkutan umum terlibat kecelakaan di jalan

(Ditlantas Polda Metro Jaya, 2014). Menurut kriminolog Adrianus E.

Meliala, kejahatan di Jakarta sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Penggunaan senjata api dan kekerasan seksual di transportasi publik telah

membuat masyarakat resah. Data di Bidhumas Polda Metro Jaya

menyebutkan, sepanjang tahun 2012 terjadi 31 kasus kejahatan di

angkutam umum. Yang paling sering terjadi di angkutan kota dan taksi.

Dari 31 kasus, 16 kasus dialami penumpang perempuan. Bukan hanya

tingkat kriminalitas yang tinggi di Indonesia tetapi juga, usia kendaraan

umum yang sudah tidak layak pakai di Indonesia membuat masyarakat

merasa tidak aman dan nyaman.

Pemerintah DKI Jakarta mengesahkan Perda Nomor 5/2014 tentang

Transportasi yang mengatur batas usia maksimal kendaraan umum dan

kendaraan barang adalah 10 tahun. Pembatasan usia 10 tahun ini berlaku

untuk jenis bus besar, sedang, kecil, serta angkutan barang. Khusus

5

angkutan jenis taksi, maksimal batas umur yang diberikan adalah 7 tahun.

Berdasarkan data dewan Transportasi Kota Provinsi DKI Jakarta, 65%

angkutan umum dan angkutan barang sudah tidak layak atau sudah

berusia lebih dari 10 tahun. Dari 98.529 unit kendaraan, sebanyak 63.913

unit kendaraan sudah tidak dapat beroperasi. Jenis kendaraan yang tidak

layak pakai ini terdiri dari bus besar, bus kecil, taksi bajaj, truk barang,

hingga bus antar kota antar provinsi. Tak dapat dipungkiri masyarakat

cenderung merasa lebih aman jika menggunakan transportasi pribadi jika

dibandingkan dengan transportasi umum.

Dalam survei yang dilakukan oleh TNS Sofres, 2015 menyebutkan

bahwa untuk aktivitas mobilitas sehari – hari, masyarakat cenderung lebih

menyukai transportasi pribadi mereka dengan menggunakan mobil (Lihat

gambar 1.2). Saat menggunakan transportasi pribadi, masyarakat

cenderung merasa lebih nyaman, cepat, praktis dan aman.

Gambar 1.2 Pemilihan Sarana Tranportasi Masyarakat

Sumber : TNS Daily for OICA on the image for reputation of the

automotive industry 2015

6

Sektor industri otomotif di Indonesia berkembang dengan pesat

menurut Kementerian Perindustrian Saleh Husein (2015), selain itu

industri otomotif juga berperan penting dalam perekonomian nasional.

Data Kementrian Perindustrian menunjukkan bahwa industri otomotif

menyerap tenaga kerja hingga 1,3 juta orang, mencakup industry

perakitan, komponen, showroom, dan bengkel. Saat ini Indonesia menjadi

negara produsen otomotif kedua terbesar di ASEAN setelah Thailand.

Thailand pada 2014 memproduksi sekitar 1,9 juta kendaraan per tahun,

dan 50 persennya diekspor. Indonesia memiliki kemampuan produksi

sekitar 1,3 juta unit per tahun dan masih berorientasi pasar dalam negeri

(Lihat Gambar 1.3).

Gambar 1.3 ASEAN Domestic Automarket & Production Tahun

2014

Sumber: ASEAN Automotive Federation (2014)

Potensi pasar domestik kendaraan roda empat sangat ditopang oleh

jumlah penduduk kelas menengah. Berdasarkan data AC Nielsen pada

7

2013, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah di ASEAN

pada 2012-2020 sebesar 110,5 persen. Indonesia bahkan mencapai 174

persen, tertinggi di antara seluruh negara ASEAN. Hal ini menunjukkan,

permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan terus meningkat.

Gambar 1.4 Pertumbuhan Domestik Market dan Produksi Mobil

Januari – Agustus 2015

Sumber: GAIKINDO, 2015

Penjualan kendaraan roda empat diprediksi akan mengalami

pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2016. Menurut Ketua Umum

Gaikindo, angka penjualan pada industry otomotif dapat mencapai angka

lebih dari 1.2 juta unit bahkan dapat mencapai angka 1.3 juta unit pada

tahun 2016 dibanding pada tahun 2014 yang hanya mencapai angka 1.115

8

juta sampai 1.2 juta unit. Dan pada tahun 2015, data domestik market dan

produksi mobil dari Januari sampai Agustus 2015 mengalami peningkatan

secara signifikan. Hal ini berarti pertumbuhan industri otomotif Indonesia

terus menerus berkembang dari segi pemintaan barang dan produksi

mobil (Lihat pada gambar 1.4).

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Dirinci

Menurut Kepulauan Tahun 2009-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Menurut data dari Badan Pusat Statistik pertumbuhan jumlah

kendaraan bermotor meningkat setiap tahunnya. Tercatat sebanyak

54.353.720 kendaraan berada di Jawa, yang menduduki peringkat

tertinggi dengan jumlah kendaraan terbanyak di Indonesia. Peningkatan

kendaraan bermotor di Jakarta cukup signifikan dengan tingkat kenaikan

11-12% setiap tahunnya. (Lihat Tabel 1.1)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Lalu Lintas

Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya

9

bertambah sebanyak 5.500 hingga 6.000 unit kendaraan per hari. Jumlah

unit kendaraan bermotor hingga akhir 2014 di Jakarta sebanyak

17.523.967 unit yang didominasi oleh kendaraan roda dua dengan jumlah

13.084.372 unit. Diikuti dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit,

mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus

137.859 unit.

1.1.2 Perilaku Masyarakat Terhadap Kendaraan

Pada jaman dahulu, masyarakat kelas menengah menilai bahwa

mobil merupakan sebuah kendaraan yang sangat sulit dijangkau atau

direalisasikan, tetapi saat ini memiliki mobil bukan suatu hal yang sulit

diwujudkan. Berdasarkan hasil survei Nielsen (2015) yang dilakukan

secara online yang melibatkan 503 pengguna internet 66% pria dan

sisanya wanita mengatakan bahwa masyarakat kelas menengah jika

memiliki kesempatan pasti mereka akan membeli mobil baru,

mengupgrade mobil yang sudah lama atau menambah mobil yang mereka

miliki. Hal tersebut didukung pula dengan data yang didapat dari TNS

Forces (2015). Pada survei yang dilakukan pada 18 Negara dengan

14.000 responden, selain sebagai sarana transportasi, kepemilikan mobil

juga menjadi sebuah kebutuhan emosional.

10

Gambar 1.5 Persentase Ketergantungan Masyarakat Terhadap

Mobil

Sumber: TNS Daily for OICA 2015

Tingkat kepercayaan konsumen Indonesia termasuk yang tinggi di

dunia yaitu di angka 124 dengan batas standard psikologis adalah 100.

Batas standard psikologis ini menentukan perilaku optimis dan pesimis

konsumen Indonesia. Jika tingkat kepercayaan konsumen berada dibawah

100, maka perilaku konsumen tergolong pesimis terhadap ekonomi

outlook mereka. Ekonomi outlook disini meliputi keyakinan konsumen

terhadap job market, status keuangan mereka, dan seberapa besar

pengeluaran mereka (Marketeers.com, 2015). Walaupun saat ini

perekonomian Indonesia masih tidak stabil dengan harga nilai tukar

Rupiah yang masih tinggi terhadap mata uang Dollar, hal ini tidak

mempengaruhi permintaan konsumen terhadap kendaraan beroda empat

dan dapat dikatakan bahwa penjualan mobil dari tahun ke tahun akan

meningkat selama penawaran harga yang diberikan tergolong affordable.

11

1.1.3 Servis Kendaraan Pribadi

Melihat tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi sebagai

alternatif utama masyarakat Jakarta menuju ke tempat kerja, tentunya

kendaraan pribadi menjadi hal yang sangat penting bagi mereka dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan paparan kepala dinas perhubungan

provisi DKI Jakarta menyebutkan bahwa jumlah kendaraan di Jakarta

mecapai 8.37 juta (diantaranya 2.73 juta merupakan kendaraan roda >3)

dan pertambahan kendaraan sebesar 1.284 kendaraan (216 mobil dan

1.068 motor). Hal ini mengakibatkan kemacetan yang semakin hari

semakin parah yang disebabkan oleh pertumbuhan jalan yang tidak dapat

mengimbangi pertumbuhan kendaraan. Pertumbuhan jalan hanya

berkembang 0,01% setiap tahunnya sedangkan pertumbuhan kendaraan

meningkat 11% per tahunnya. Seperti yang dikatakan oleh Direktur

Jenderal Bina Marga (2014), kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan

ini menyebabkan pemborosan akibat inefisiensi transportasi sebesar Rp

5,5 triliun per tahun dan dampak kesehatan akibat polusi udara sebesar Rp

2,8 triliun per tahun.

12

Gambar 1.6. Laju Pertumbuhan Jalan dengan Laju Pertumbuhan

Kendaraan

Sumber : Dinas Perhubungan DKI Jakarta (2013)

Berdasarkan Global Competitiveness Report 2013 yang dibuat oleh

World Economic Forum, menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur

Indonesia berada pada posisi yang sangat rendah, jauh dibandingkan

negara tetangga Singapore, Malaysia, dan bahkan Thailand. Indonesia

menduduki peringkat ke 92 dari negara-negara di dunia (Lihat Gambar

1.7). Sedangkan jika dikhususkan sesuai infrastruktur jalan, Berdasar

World Economic Forum 2013-2014, competitiveness index kualitas

infrastruktur jalan di Indonesia menduduki peringkat 61 dari 148 negara

(Lihat Gambar 1.7). Hal tersebut dikarenakan nilai pembiayaan

infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari

tahun 2005 hingga tahun 2013 tidak mengalami kenaikan yang signifikan.

Pembiayaan infrastruktur rata-rata 1,66 % dari PDB dan hanya setelah

13

tahun 2012 berada di atas 2% sementara di negara lain seperti di India

sejak 2009 nilai investasi infrastruktur mencapai 7 % PDB. Sementara di

Tiongkok, sejak 2005 nilai investasi infrastruktur 9-11 % PDB.

Gambar 1.7 Peringkat Kualitas Infrastuktur Dunia

Sumber: Global Competitiveness Report (2013)

Selain itu, tingginya tingkat kerusakan jalan yang belum teratasi

merupakan faktor yang menyebabkan kerusakan pada kendaraan. Kepala

Bidang Pemeliharaan Dinas Bina Marga DKI Suko Wibowo mengatakan,

hingga Mei 2015, jumlah kerusakan jalan berdasarkan pengaduan

masyarakat ada 2.998 titik. PT. Toyota Astra Motor (2014) dalam website

nya menjelaskan mengenai tingginya potensi mobil yang sering

menghantam lubang di jalanan akan mengakibatkan berbagai kerusakan

antara lain ban, pelek, lower arm, ball joint, shock-absorder, bushing

arm, bearing roda dan lain-lain. Data kondisi jalan di Indonesia (BPS,

2013) menunjukkan bahwa kondisi jalan di Indonesia 41,97% berada

dalan kondisi baik, 22,89% berada dalam kondisi sedang, 20,03% berada

dalam keadaan rusak, dan 15,11% berada dalam kondisi rusak berat.

(Lihat gambar 1.8)

14

Gambar 1.8. Distribusi Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan

2013

Sumber : BPS, 2013

Kondisi jalan yang berada dalam kondisi sedang pun

memungkinkan terjadi kerusakan kendaraan saat melintasi jalan tersebut.

Hal ini berarti kondisi jalan yang baik di Indonesia hanya 41,97% dan

kondisi jalan yang rusak (sudah termasuk kondisi jalan sedang, rusak, dan

rusak berat) sebersar 58,03%. Berdasarkan hasil In Dept Interview yang

dilakukan kepada 9 orang dengan ciri-ciri yaitu:

Umur 22 – 50 tahun,

Bekerja kantoran

Memiliki kendaraan pribadi

Mobilitas Tinggi

In Depth Interview yang dilaksanakan pada 9-12 Oktober 2015

tersebut dilakukan bertujuan untuk salah satunya mengetahui perilaku

yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya menjaga kondisi

15

kendaraannya agar selalu prima. Mayoritas responden melakukan servis

berkala untuk menjaga kondisi kendaraannya dan untuk menghindari

kerusakan lebih parah. Seperti yang dikatakan oleh responden berikut ini:

“Ya lakukan perawatan berkala lah misalkan ya yang sepantasnya

ya..ganti oli tepat waktu sesuai dengan waktunya, ya isi air radiator ya kita

check ya kalo bisa ya 2 hari sekali tiga hari sekali, trus keadaan kondisi

ban, spooring dan balancing” (Shanty, Karyawan Swasta, 44 tahun)

“Ya dijaga Bu, caranya kita memakai olinya kita teratur ya jadi uda

berapa ribu kilometer kita harus ganti, supaya komponen – komponen

filter udara filter oli itu harus selalu kita ganti Bu”. (Winson, Karyawan

Swasta, 26 tahun).

Menurut buku Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan (2013),

servis berkala adalah istilah yang sama pengertiannya dengan Perawatan

Berkala atau Pemeliharaan Berkala. Untuk servis besar pada motor

(engine) biasanya orang menyebut Tune-up Motor. Manfaat yang didapat

ketika mobil diservis secara teratur antara lain:

a. Kondisi kendaraan akan selalu dalam performa yang maksimal.

Seiring dengan pemakaian yang rutin tentunya komponen-

komponen dalam mobil akan mengalami perubahan dan keausan.

Contohnya adalah kampas rem yang kian menipis seiring dengan

pemaikan yang terus menerus, busi yang menjadi aus, dan juga

saringan udara yang lama kelamaan akan menjadi semakin kotor.

Pada saat dilakukan perawaran berkala, makan komponen-

16

komponen dalam mobil akan dibersihkan dan dilakukan control

kualitas. Jika ada salah satu bagian yang sudah tidak dapat

digunakan tentunya akan dilakukan penggantian. Oleh karena itu

performa dari kendaraan pribadi akan selalu terjaga.

b. Berkendara akan menjadi lebih nyaman dan aman. Sebagai contoh

jika pengendara melakukan servis berkala secara rutin, mereka tidak

akah khawatir terhadap kualitas dari masing-masing bagian dalam

mobil tersebut sehingga pengendara dapat berkedara dengan

nyaman dan tenang tanpa mengkhawatirkan akan terjadi kecelakaan

yang dapat seharusnya dapat dihindari seperti rem yang tidak

bekerja dengan baik.

c. Dapat mengurangi pembebanan biaya yang lebih besar. Saat servis

berkala, dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh mengenai kondisi

kendaraan. Apabila ditemukan ada komponen yang sudah rusak dan

harus segera dilakukan penggantian, maka biasanya pihak bengkel

akan memberikan informasi dan permintaan persetujuan. Hal ini

adalah deteksi awal sebelum kerusakan menjadi lebih besar dan

lebih banyak dikarenakan masing-masing komponen dalam mobil

merupakan sebuah perangkat yang saling berhubungan.

d. Dapat mengurangi resiko kendaraan mogok diperjalanan. Ketika

kondisi kendaraan tidak dalam keadaan prima, hal yang seringkali

terjadi adalah kendaraan tersebut mogok di tengah jalan. Yang

tentunya akan sangat merugikan pengendara karena harus

17

mendereknya ke bengkel sehingga membutuhkan tenaga, waktu,

dan biaya yang tidak sedikit. Ada banyak hal yang menyebabkan

kendaraan tiba-tiba tidak bisa dijalankan seperti kondisi aki sudah

lemah, sistem pengisian tidak normal, plat kopling sudah habis,

aliran bahan bakar tidak lancar dan sebagainya. Jika mobil diservis

secara berkala, tentunya resiko mogok akan lebih kecil dan dapat

diminimalisir.

e. Dengan melakukan servis berkala secara rutin umur kendaraan akan

menjadi lebih lama dan jika nantinya akan dijualpun nilai dari

kendaraan tersebut akan lebih tinggi.

Adapun daftar – daftar pekerjaan servis berkala yang penting untuk

dilakukan menurut majalah online Hobimoto (2015) antara lain:

a. Penggantian oli mesin dan filter.

Oli mesin perlu diganti setiap 5.000 km, tetapi ada beberapa mobil

baru saat ini yang merekomendasikan pada jarak 10.000km untuk

interval penggantian oli mesinnya.Oli bekerja lebih berat di saat

kita sedang berkendara di tengah kemacetan lalu lintas. Untuk Filter

oli diganti setiap 10.000 km.

b. Pengganti Oli Komponen Penggerak (Drive Train).

Pada mobil terdapat komponen penggerak selain mesin, yaitu

diferensial yang umumnya disebut gardan dan ada transmisi yang

18

berfungsi untuk meningkatkan kecepatan tanpa memaksakan mesin.

Oli diferensial perlu diganti setiap 10.000 km. Untuk oli transmisi

manual, oli perlu diganti setiap 10.000 km. Spesifikasi oli yang

digunakan berbeda untuk tiap transmisi dapat dilihat dari tingkat

kekentalannya. Untuk mobil dengan transmisi otomatis, kuras dan

gantilah oli setiap 25.000 km.

c. Penggantian Air Radiator

Air pada radiator adalah media supaya mesin dapat melepaskan

panasnya. Air radiator perlu diganti setiap 20.000 km, Fungsi

penggantian Air Radiator adalah melindungi radiator dan mesin dari

korosi.

d. Penggantian minyak rem

Agar komponen rem awet dan terbebas dari karat, maka kuras dan

gantilah minyak rem setiap 20.000 km. Komponen ini merupakan

komponen penting dalam mobil yaitu sebagai penghenti laju mobil

karena itu penggantian minyak rem harus sangat diperhatikan.

e. Penggantian filter udara dan filter bahan bakar

Penggantian filter udara dan bahan bakar digantgi setiap 20.000km

agar performa mobil tetap terjaga. Filter bahan bakar dan udara

yang kotor akan dengan mudah mengurangi kemampuan mobil kita.

f. Penggantian timing belt dan drive belt

Bagi mobil yang menggunakan timing belt, timing belt diganti

setiap 50.000 km. Apabila sampai putus saat mesin bekerja, kita

19

akan mengeluarkan biaya besar untuk memperbaiki kerusakan

mesin yang ditimbulkan. Untuk drive belt atau tali kipas, diganti

tiap 30.000 km atau sesuai kondisi, sabuk penggerak ini memutar

banyak hal seperti power steering, alternator, pompa air dan kipas

mesin.

g. Pengecekan terhadap komponen mesin sesuai dengan masa

pemakaian kendaraan seperti karet wiper, shock absorber, tierod,

long tierod, ball joint dan link stabilizer. Jika salah satu dari

komponen ini sudah rusak, aus atau lemah maka akan membuat

pengendalian kurang baik dan membuat suara-suara yang

mengganggu dari kolong mobil.

h. Penyetelan terhadap komponen mesin sesuai dengan standar yang

berlaku untuk kendaraan.

i. Pembersihan pada sistem pembakaran dan pengapian.

1.1.4 Perkembangan Mal di Jakarta

Jakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia mempunyai luas

area kurang lebih 740.3 km. Pertumbuhan penduduk membuat luas

Jakarta semakin sempit ditambah lagi dengan pertumbuhan jumlah mall

yang semakin banyak selama lima tahun terakhir. Dari hasil penelitian

Lamudi sebagai platform property global menemukan bahwa lebih dari

170 mal di Jakarta. Pencapaian ini menghantarkan Jakrta sebagai ibukota

20

Indonesia yang masuk dalan daftar kota besar dengan jumlah pusat

perbelanjaan terbanyak di dunia. Menurut Global Cities Retail Guide

tahun 2013/2014 dari Cushman & Wakefield, lahan ritel di Jakarta

tumbuh lebih dari 17% atau dapat dikatakan mencapai angka 4 juta meter

persegi yang hampir sama dengan 9 kali luas kota Vatikan (Gambar 1.9)

Gambar 1.9 Fakta Tentang Mal di Jakarta

Sumber : Global Cities Retail Guide, 2014

Economic excitement akan dirasakan saat berkunjung ke mal.

Dengan masuknya label ternama ditambah restoran dan toko dari luar

negeri memicu konsumen untuk mendapatkan retail therapy. Pendapatan

per kapita yang tinggi, kelas menengah yang dominan, dan meningkatnya

daya beli adalah alasan utama dibalik lonjakan permintaan ritel di Jakarta.

Pusat perbelanjaan di Jakarta memberikan konsep yang sama untuk

21

menarik perhatian pengunjung. Terdapat lima mal terbesar di Jakarta

yaitu (Gambar 1.10):

- Mall Kelapa Gading

- Grand Indonesia

- Kota Kasablanka

- Gandaria City

- Central Park

Gambar 1.10 Lima Mal Terbesar di Jakarta

Sumber : Global Cities Retail Guide, 2014

22

1.1.5 Perilaku Masyarakat Terhadap Mall

Ketergantungan masyarakat Indonesia khususnya Jakarta terhadap

pusat perbelanjaan tentunya sudah tidak diragukan lagi. Mayoritas orang

– orang berpergian ke mal bukan sebagai tujuan utama untuk berbelanja

melainkan mereka ke mal hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional

mereka seperti bergaya, memakai baju dan menggunakan perhiasan yang

bagus (Seminar APPBI, 2014).

Berdasarkan survei MARS Indonesia 2015, mayoritas masyarakat

Indonesia menghabiskan berkunjung ke mal sebanyak 3-4 kali dalam

sebulan. Hal tersebut terjadi karena pusat perbelanjaan atau mal yang ada

di Indonesia pada umumnya memiliki berbagai macam fungsi sebagai

tempat dimana semua kalangan mulai dari anak-anak hingga kalangan

dewasa dapat menghabiskan waktu selama berjam-jam pada saat

weekdays maupun weekend bersama keluarga, kerabat hingga kolega

bisnis. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja, melainkan juga

sebuah tempat untuk berkuliner, meeting, menonton film, rekreasi, pergi

ke salon, dan lain-lain.

Sementara itu hasil survei menjelaskan bahwa kegiatan yang

dilakukan selama di pusat perbelanjaan/mal, responden menyatakan

sekadar melihat-lihat/ window shopping sebesar 81,6%. Disusul belanja di

supermarket (57,9%), belanja pakaian (51,5%), makan di foodcourt/

restoran (48,8%), bermain di arena permainan (18,5%), belanja footwear

23

(18,0%), nonton di bioskop (15,3%), makan di café (10,7%), belanja buku

(10,6%), dan belanja elektronik (8,7%).

Perubahan perilaku konsumen saat ini cenderung bersifat impulsive

dimana mereka tidak memiliki rencana dalam berbelanja. Berdasarkan

hasil data survei Nielsen Shopper Trends yang dilakukan kepada 1.804

orang yang dipilih melalui rumah tangga dengan criteria usia 16 – 65

tahun dan pengeluaran bulanan lebih dari Rp 1.5 juta rupiah, ditemukan

bahwa perilaku konsumen berbelanja secara impulsive meningkat

sebanyak 21% dan sebanyak 39 persen konsumen mengatakan, meskipun

mereka biasanya merencanakan apa yang akan dibeli, mereka selalu

membeli barang tambahan.

1.2 Identifikasi Masalah

Menurut hasil In Depth Interview (Lampiran 1) yang telah dilakukan,

mayoritas responden merasa merasa malas saat harus membawa mobilnya

untuk servis berkala ke bengkel. Selain dikarenakan antrian yang panjang,

mereka juga merasa bosan saat harus menunggu berjam-jam di bengkel. Seperti

yang dikatakan oleh responden berikut ini:

“Biasa untuk bawa ke bengkel sih kendalanya waktu ya. Kadang-kadang

kita ga ada waktu buat bawa ke bengkel.” (Shanty, Karyawan Swasta, 44 tahun)

“Khusus satu harian ke bengkel aja, dari pagi sampai sore, soalnya kalo

servis itu lama dan yang mau servis itu banyak juga jadi kalau datangnya

24

kesiangan pasti ditolak sama bengkelnya alasannya udah ga cukup waktunya.”

(Nadia, Karyawan Swasta, 25 tahun)

“Lama biasanya karena ngantri. Terus pelanggan itu kan gimana bisa

butuh cepet gitu. Bisa tidak bengkel itu tidak menunggu antrian. Itu yang harus

dirubah. Tidak menunggu antrian itu lebih diminati”. (Dharma, Karyawan

Swasta, 40 tahun)

Berdasarkan hasil insight yang didapat, mayoritas responden merasa akan

sangat membuang waktu dan tenaga saat mereka harus menghabiskan waktu

menunggu di bengkel untuk melakukan servis berkala. Sehingga banyak

diantara mereka yang melakukan servis hanya berdasarkan adanya waktu yang

tersedia atau harus mengorbankan waktu berakhir pekannya untuk menunggu di

bengkel. Padahal mereka ingin beristirahat dan refreshing pada saat hari Sabtu

dan Minggu tiba. Seperti yang di katakana responden berikut ini:

“Hari biasa uda jelas ga mungkin ke bengkel karena pagi sampai sore

kerja malemnya kuliah, kalau sabtu minggu bisa nunggu sampai berjam-jam

sampai ketiduran di bengkel. Padahal sabtu minggu pengennya jalan-jalan kalau

gak istrirahat di rumah”. (Winda, Karyawan Swasta, 24 tahun)

1.3 Ide Bisnis

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, ide bisnis disusun

dengan menggunakan pendekatan 5W1H (What, Who, Why, Where, When, dan

How). Berikut rincian ide bisnis berdasarkan 5W1H di atas:

25

- What

Sebuah usaha perbengkelan yang menawarkan kemudahan dalam

akses nya dengan bantuan e-comerce. Bengkel tersebut berada di dalam

area pusat perbelanjaan sehingga pelanggan tidak perlu bosan menunggu

karena mereka dapat mengabiskan waktunya berada di dalam mal

tersebut. Kami juga menawarkan pick-up service untuk area sekitar bagi

pelanggan yang tidak sempat untuk datang berkunjung secara langsung.

- Who

Target market dari bisnis ini adalah:

1. Para pengunjung mal yang memiliki mobil khususnya mobil dengan

kilometer diatas 40.000 km yang selama ini tidak melakukan servis

berkala secara teratur karena keengganan mereka untuk menunggu

berjam-jam saat melakukan servis berkala di bengkel yang selama

ini mereka kunjungi.

2. Pekerja kantoran yang lokasi kantornya berada dekat dengan lokasi

bengkel kami berada yang selama ini tidak punya waktu untuk

melakukan servis berkala secara rutin dikarenakan kesibukannya.

- Why

Banyaknya masyarakat di kota besar khususnya Jakarta yang malas

untuk pergi ke bengkel dikarenakan kebosanan saat menunggu. Sehingga

berakibat ketidakteraturan mereka dalam melakukan servis berkala yang

tentunya akan mengganggu performa kendaraan mereka. Sehingga perlu

adanya sebuah bengkel dimana lokasinya berada di dalam mal sehingga

26

pelanggan tidak akan bosan saat menunggu mobilnya selesai diservis.

Mereka dapat makan, nonton, meeting, berbelanja, dan lain-lain.

- Where

Lokasi yang dipilih adalah di area parkir pusat perbelanjaan yang

lokasinya dekat dengan area perkantoran.

- When

Waktu layanan akan disesuaikan dengan jam operasional mall, atau

jam 10.00 – 22.00 waktu setempat. Waktu pemesanan melalui telepon

atau aplikasi akan dibatasi minimal 24 jam sebelumnya.

- How

Bengkel yang lokasinya berada di mall tersebut akan dilengkapi

dengan fasilitas aplikasi smartphone dimana pelanggan dapat melakukan

booking terlebih dahulu untuk menghindari antrian yang panjang. Mereka

juga akan diberikan notifikasi jika servis pada mobil mereka telah selesai

dan mobil siap untuk diambil. Pada fitur pick-up service, pelanggan dapat

memantau lokasi kendaraannya dan detail montir yang mengerjakannya

sehingga mereka tidak perlu khawatir akan pencurian yang mungkin

dilakukan. Pada aplikasi tersebut juga akan terdapat riwayat servis mobil

yang telah dilakukan dari masing-masing profil mobil yang dimiliki dan

akan ada notifikasi jika sudah saatnya melakukan servis kembali.

27

1.4 Tujuan

Tujuan dari pengembangan model bisnis Mobile Auto Service ini adalah

sebagai berikut:

- Menangkap peluang bisnis yang ditimbulkan oleh keterbatasan waktu

para pekerja dalam meluangkan waktunya untuk melakukan servis

berkala kendaraan pribadinya.

- Menyusun rencana bisnis untuk merealisasikan ide bisnis Mobile Auto

Service ini dan melihatnya dari berbagai aspek.

- Memperoleh investor yang akan menginvestasikan modal untuk

merealisasikan bisnis Mobile Auto Service ini.

1.5 Manfaat

Manfaat dari pengembangan model bisnis Mobile Auto Service ini adalah

sebagai berikut:

- Bagi Pelanggan:

Membantu menyelesaikan permasalahan pemilik mobil yang terhambat

masalah waktu dan lokasi sehingga mengabaikan kondisi mobil yang

seharusnya perlu dirawat secara berkala.

- Bagi Investor:

Memberikan alternatif investasi bisnis terhadap para investor.

28

1.6 Sistematika Penulisan

Thesis ini berisikan 5 bab yang bertujuan untuk supaya pembaca lebih

memahami ide bisnis yang direncanakan, 5 bab tersebut akan dituliskan dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang yang menyertai

pembuatan dari ide bisnis ini. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai

permasalahan yang ditemukan serta ide bisnis yang akan ditawarkan

sebagai penyelesaian dari masalah yang telah ditemukan tersebut. Pada

bab 1 juga akan disebutkan manfatat, tujuan, dan sistematika penulisan

thesis ini.

BAB 2 BISNIS MODEL

Bab ini akan mendeskripsikan Bisnis Model, idnustri analisis

menggunakan 5 forces, SWOT analysis, STP, serta bisnis model kanvas.

BAB 3 FINAL DESAIN BISNIS MODEL

Bab ini akan lebih menjelaskan secara lebih terperinci mengenai

bisnis model kanvas.

BAB 4 BUSINESS PLAN

Bab ini akan mendiskusikan mengenai rencana bisnis yang akan

dijalankan, serta realisasinya dari berbagai aspek.

29

BAB 5 KESIMPULAN

Bab ini membahas apakah bisnis tersebut feasible untuk dijalankan

atau tidak serta memberikan gambaran kelangsungan hidup dari bisnis

tersebut.