BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I latar belakang
-
Upload
raphita-diorarta -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
description
Transcript of BAB I latar belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu dimensi dasar pembangunan manusia.
Pembangunan kesehatan harus dimulai sejak seseorang dalam kandungan hingga
mencapai usia lanjut agar hidup panjang dan sehat. Salah satu indicator
pencapaian pembangunan kesehatan adalah status gizi anak usia bawah lima
tahun (balita) karena kurang gizi pada anak berkaitan dengan akses yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan. Selain itu, kurang gizi pada anak meningkatkan
resiko kematian, menghambat perkembangan kongnitif, dan mempengaruhi
status kesehatan pada usia remaja dan dewasa. Bukti saat ini menunjukkan
bahwa gizi adalah mendasari penyebab kematian di diperkirakan 45% dari semua
kematian anak-anak di bawah 5 tahun .Gizi yang cukup dan baik merupakan
dasar dari pembangunan, kesehatan, dan kelangsungan hidup generasi sekarang
dan yang akan dating dan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs)
khususnya yang berkaitan dengan pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
ekstrem (MDG 1) dan anak survival (MDG 4). Mengingat efek awal gizi anak-
anak tentang kesehatan dan kognitif pembangunan, meningkatkan gizi juga
dampak. (UNICEF-WHO-The World Bank Joint Child Malnutrition Estimates) .
Gizi yang sehat secara khusus penting bagi perempuan selama hamil dan
menyusui sehingga anak-anak mereka berangkat dari jalur pembangunan yang
sehat baik secara fisik maupun mental.
1
Indonesia menghadapi permasalahan gizi yang cukup serius. Prevalensi
gizi buruk atau kurang, permasalahan gizi kronis dan permasalahan gizi akut
relative tinggi di Indonesia. Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah
kesehatan dan kecenderungannya, dari bayi lahir sampai dewasa. Misalnya,
prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang
fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian
meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Beberapa provinsi, seperti
Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah
menunjukkan kecenderungan menurun. Dua provinsi yang prevalensinya sangat
tinggi (>30%) adalah NTT diikuti Papua Barat, dan dua provinsi yang
prevalensinya 50%) di Nusa Tenggara Timur. Tidak berubahnya prevalensi
status gizi, kemungkinan besar belum meratanya pemantauan pertumbuhan, dan
terlihat kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan
terakhir semakin meningkat dari 25,5 persen (2007) menjadi 34,3 persen (2013).
Salah satu langkah yang cukup strategis untuk menimbulkan motivasi
kearah perbaikan perilaku pengasuhan yang baik sesuai dengan konsep kesehatan
adalah melakukan pemberdayaan keluarga atau masyarakat. Peran ibu sangat
penting dalam menyusun menu untuk hidangan. Seorang ibu yang memiliki
pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan sangat berpengaruh terhadap status
gizi balitanya dan akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk
anaknya dan keluarganya. Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya
asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi kurang pada anak di
usia balita membawa dampak pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan
2
terganggu, hal ini disebabkan karena kurangnya produksi protein dan kurangnya
energi yang diperoleh dari makanan dan pengetahuan juga sikap ibu sangat
penting untuk mencegah terjadinya angka gizi kurang pada balita. Untuk itu
perlu diukur dari pengetahuan dan sikap ibu akan status gizi balita melalui
tahapan wawancara/kuisioner.
Hanya ketika pertumbuhan anak optimal dijamin bagi mayoritas
penduduk, pemerintah akan berhasil dalam upaya-upaya mempercepat
pembangunan ekonomi dengan cara yang berkesinambungan. Status gizi anak
usia dibawah lima tahun merupakan indicator kesehatan publik yang secara
internasional dikenal untuk memonitor kesehatan dan status gizi penduduk. Ada
tiga indicator status gizi anak balita: BB menurut umur, tinggi badan menurut
umur, berat badan menurut tinggi badan. Berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB dan
buku antropometri Badan Kesehatan Dunia (WHO), 2006, ditetapkan status gizi
anak. Berdasarkan indicator BB/U: buruk, kurang baik, dan lebih. Berdasarkan
indicator TB/U: sangat pendek, pendek, normal. Berdasarkan indicator BB/TB;
sangat kurus, kurus, normal, gemuk.
Dengan penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan kejadian gizi kurang
pada balita di Jakarta Timur, karena masih tingginya kejadian gizi kurang pada
balita di Jakarta Timur.
3
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan kejadian gizi kurang
di Jakarta Timur.
Tujuan khusus
1. Menganalisis tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian makan balita di
Jakarta Timur
2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian gizi kurang pada
balita.
3. Menganalisis sikap ibu terhadap pemberian makan pada balita di Jakarta Timur
4. Menganalisis status gizi pada balita di Jakarta Timur
5. Mengetahuin hubungan tingkat pengetahuan dan ibu dengan status gizi kurang
pada balita di Jakarta Timur
Manfaat :
1. Bagi dinas kesehatan Jakarta
Dengan penelitian ini, dinas kesehatan dapat membuat program untuk
penanggulangan masalah gizi kurang energi protein dan dilakukannya upaya
pencegahan terjadinya gizi kurang.
2. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini dapat dipakai sebagai pengalaman belajar dalam
menerapkan ilmu metodologi penelitian dengan cara penelitian langsung. Dan
juga sebagai penerapan ilmu gizi pada kehidupan peneliti.
4
3. Bagi institusi
Sebagai bahan dasar penelitian selanjutnya dan sumber informasi mengenai
kejadian gizi kurang pada balita.
Ruang lingkup :
Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dan
sikap ibu dengan kejadian gizi kurang pada balita di puskesmas - Jakarta Timur. Waktu
pelaksanaan pada bulan Juli – Agustus 2015 di puskesmas Jakarta Timur. Responden
pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang. Penelitian
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masih banyak gizi kurang pada balita di
Jakarta Timur. Penelitian ini bersifat kuantitatif studi deskriptif kolerasi, pendekatan
dilakukan dengan cara cross sectional degan menggunakan alat ukur kuisoner.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STATUS GIZI
1. DEFINISI
Status gizi merupakan cerminan kuantitas (jumlah) dan kualitas (ragam)
pasokan zat gizi makanan yang dikonsumsi dan kemampuan tubuh untuk
memanfaatkannya secara optmal. (Aritonang & Endah , 2006)
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan tubuh berkat asupan zat gizi
melalui makanan dan makanan yang dihubungkan dengan kebutuhan. (Sutomo &
Dwi, 2010)
Status Gizi Balita
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi
badan. Berat badan anak di timbang dengan timbangan digital yang memiliki
presisi 0,1 Kg. Panjang badan diukur dengan length-boarddengan presisi 0,1 cm
dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm.
Variabel BB dan TB anak disajikan dalam bentuk tiga indikator
antropometri ,yaitu BB menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). (Riskesdas, 2009)
6
Asupan Gizi Balita
Makanan – makanan yang dihidangkan untuk balita harus mengandung
zat – zat gizi yang dibutuhkan. Selain itu susunan makanan tambahan untuk
tumbuh kembang balita harus terdiri atas 3 golongan dengan istilah triguna
makanan :
a. Zat gizi penghasil energi (karbohidrat dan lemak)
b. Zat gizi pembangun sel (terutama diperoleh dari protein)
c. Zat gizi pengatur (kelompok ini termasuk vitamin dan mineral)
(Febry & Zulfitro, 2008)
1.1 Karbohidrat
Karbohidrat dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas
karbohidrat sederhana atau gula sederhana. Karbohidrat kompleks
mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana didalam satu molekul.
Karbohidrat sederhana terdiri atas:
a. Monosakarida : pada umumnya terasa manis. Didalam monosakarida
terdapat glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa atau dekstrosa terdapat
didalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan didalam madu.
Gluukosa memiliki peranan sangat penting dan merupakan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, maltose, dan laktosa pada manusia dan hewan.
Dalam metabolism, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar
didalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energy. Fruktosa,
dinamakan juga levulosa terdapat didalam madu bersama glukosa, dalam
7
buah, nectar bunga dan juga didalam sayur. Fruktosa merupakan hasil
pencernaan sukrosa. Galaktosa terdapat didalam tubuh sebagai hasil
pencernaan laktosa.
b. Disakarida
- sukrosa : 99% mengandung gula pasir melalui proses penyulingan
dan kritalisasasi. Bila dicernakan atau dihidrolisasi sukrosa akan
pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa.
- maltose : tidak terdapat bebas dialam. Maltose terbentuk pada setiap
pemecahan pati. Pati pecah menjadi maltose untuk kemudian
diuraikan menjadi unit-unit glukosa tunggal. Bila dicernakan atau
dihidrolisasi maltose akan pecah menjadi dua unit glukosa.
- laktosa (gula susu) hanya terdapat didalam susu dan hanya terdiri
dari satu nunit glukosa dan satu unit galaktosa. Kadar laktosa pada
susu sapi adalah 6,8 gram per 100 ml, sedangkan pada air susu ibu
4,8 gram per 100 ml. laktosa adalah gula yg tidak memiliki rasa
manis dan bisa larut daripada disakarida lain.
- trehalosa: terdiri atas 2 molekul glukosa dan dikenal sebagai gula
jamur.
c. Gula alcohol: ada empat jenis gula alcohol yaitu sorbitol, manitol,
dulsitol dan inositol.
- sorbitol terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara kormesial
dibuat dari glukosa. Tingkat kemanisan sorbitol hanya 60% bila di
bandingkan dengan sukrosa, diabsrobsi lebih lambat dan diubah
8
didalam hati menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula
darah lebih kecil daripada sukrosa. Sorbitol tidak mudah
dimetabolisme oleh bakteri dalam mulut sehingga tidak mudah
menimbulkan karies gigi.
- manitol dan dulsitol adalah alcohol yang dibuat dari
monoskaridamanosa dan galaktosa. Manitol terdapat didalam
didalam nanas, aspagraus, ubi jalar dan wortel.
- inositol merupakan alcohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol
terdapat dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam
serealia. Bentuk esternya dengan asam fitat menghambat absorbs
kalsium dan zat besi dalam usus halus.
- oligosakarida. Termasuk jenis ini adalah rafinosa, stakiosa, dan
verbasoka. Ketiga jenis olisakarida ini terdapat di dalam biji
tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan serta tidak dapat dipecah
oleh enzim-enzim pencernaan. Oligosakarida didalm usus besar
mengalami fermentasi.
1.1.1 Karbohidrat kompleks terdiri dari :
a. Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting adalah pati, dekstrin,
glikogen. Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-
tumbuhan dan merupkan karbohidrat utama. Pati terdapat dalam padi-
padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Molekul pati terdiri atas amilosa
dan amilopektin. Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan
pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Dekstrin merupakan
9
sumber utama karbohidrat dalam makanan lewat pila (tube feeding).
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk
simpanan karbohidrat didalam tubuh manusia dan hewan, yang
terutama terdapat didalam hati dan otot. Tubuh mempunyai kapasitas
terbatas untuk menyimpan glikogen yaitu hanya sebanyak 350 gram.
Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan dalam otot dan sebagian
didalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk
keprluan energi didalam otot tersebut, glikogen dalam hati dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk semua kebutuhan sel tubuh.
b. Polisakarida nonpati/serat. Ada dua golongan serat yaitu yang tidak
dapat larut dan dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air
adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air
adalah pectin, gum, mukilase, gluka, dan algal.
1.1.2 Karbohidrat mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai berikut:
a. Sumber energi, fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi
tubuh. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kakalori.
b. Pemberi rasa manis pada makanan, khususnya monosakarida dan
disakarida.
c. Penghemat protein. Bila karbohidrat makanan tidak mencukupi,
maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi,
dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangunn.
Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama
akan digunakan sebagai zat pembangun.
10
d. Pengaturan metabolism lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya
oksidasilemak yang tidak sempurna.
1.2 Lemak
Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia. Berdasarkan bentuknya
lemak dapat digolongkan dalam lemak padat (mentega, lemak hewan) dan
lemak cair ( minyak kelapa, minyak kelapa sawit). Dengan demikian, lemak
dapat digolongkan sebagai berikut:
1.2.1 Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein ( mengandung trigliderida
fosfolipid dan kolesterol) yang bergabung dengan protein; dihasilkan
di hati dan mukosa usus untuk mengangkut lemak yang tidak larut.
Jenis yang terdapat didalam tubuh adalah HDL (High Density
Lipoprotein), LDL ( Low Density Lipoprotein), VLDL (Very Low
Density Lipoprotein), glikolopid.
1.2.2 Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh
tubuh yaitu:
a. Trigliserida banyak ditemukan pada pangan hewani maupun
nabati, disebut lemak netral, dengan struktur dasar meliputi satu
molekul gliserol dan tiga buah molekul asam lemak.
b. Asam lemak jenuh yaitu lemak yang tidak dapat mengikat
hydrogen lagi, seperti asam palmitat, asam stearate yang banyak
ditemukan pada lemak hewani, keju,mentega, minyak kelapa dan
coklat.
11
c. Asam lemak tidak jenuh, yang mempunyai satu titik terbuka untuk
mengikat hydrogen disebut asam lemak tak jenuh tunggal seperti
asam olet yang ditemukan pada minyak kacang tanah. Asam
lemak tak jenuh ganda mempunyai beberapa titik terbuka untuk
mnegikat hydrogen seperti asam linoleat, linolenat, archidonat.
d. Fosfolipid, merupakan senyawa lipid yaitu gliseroldan asam
lemak bergabungdengan karbohidrat, fosfat dan atau nitrogen.
Lemak ini merupakan lemak tak kentara dalam pangan nabati
maupun hewani dan secara kormesial digunakan sebagai aditif
untuk membantu emulsifikasi.
e. Kolesterol, semacam lemak dengan struktur cincin yangkompleks
yang disebut sterol. Kolesterol dapat ditemukan pada makanan
seperti telur, daging, lemak, susus. Hati dan usus dapat
mensintesiskan semua kolesterol yang diperlukan tubuh tanpa
mengkonsumsi kolesterol dari luar.
i. Fungsi lemak:
a. Sumber energi
b. Sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh
c. Pelindung kehilangan panas tubuh
d. Sebagai penghasil asam lemak esensial
e. Sebagai pelarut vitamin A, D, E, K
f. Sebagai pelumas diantara persendian
g. Sebagai agen pengemulsi yang akan mempermudah transport
substansi lemak keluar masuk melalui membrane sel
12
h. Sebagai perkusor dan prostagaldin yang berperan mengatur
tekanan dara, denyut jantung dan lipolisis
1.3 Protein
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh.
Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup. Hampir setengah jumlah
protein terdapat didalam otot, seperlima terdapat di tulang atau tulang rawan,
sepersepuluh terdapat di kulit, sisanya terdapat didalam jaringan lain dan
cairan tubuh. Semua enzim merupakan protein. Banyak hormone yang
merupakan protein atau tururnan protein. Hanya urin dan empedu dalam
kondisi normal yang tidak mengandung protein. Protein terdapat dalam
bentuk serabut (fibrous), globular dan konjungasi. Protein dibagi kedalam
beberapa jenis diantaranya:
a. Protein serabut (berbentuk batang)
- Kolagen: merupakan protein jaringan ikat, tidak larut air, mudah
berubah menjadi gelatin bila direbus dengan air, asam encer atau
alkali, tidak mengandung triptofan tetapi banyak mengandung
hidroksiprolin dan hidroksilisin, 30% protein total manusia adalah
kolagen.
- Elastin: terdapat dalam urat, otot, arteri, dan jaringan alastis lain,
tidak dapat diubah menjadi gelatin
- Myosin: merupakan protein utama serat otot
13
- Keratin: protein rambut dan kuku, mengandung banyak sulfur dalam
bentuk sistein.
b. Protein globular (berbentuk bola)
- Albumin: terdapat dalam telur, susu, plasma dan hemoglobin, larut
dalam air dan mengalami koagulasi bila dipanaskan
- Globulin: terdapat dalam otot, serum, kuning telur, dan biji tumbuh-
tumbuhan. Tidak larut dalam air, tetapiu larut dalam larutan
garamencer dan garam dapur. Mengalami koagulasi bila dipanaskan.
- Histon: terdapat dalam jaringan-jaringan kelenjar tertentu seperti
timus dan pancreas. Histon didalam sel terikat dengan asam nukleat.
- Protamine: dihubungkan dengan asam nukleat
c. Protein konjugasi (protein sederhana)
- Nucleoprotein: terdapat dalam inti sel, merupakan bagian penting
DNA dan RNA. Tidak mudah didenaturasi oleh panas.
- Rdapat Lipoprotein: protein larut air yang berkonjungasi dengan
lipida, seperti lesitin dan kolesterol. Terdapat dalam plasma berfungsi
sebagai pengangkut lipida dalam tubuh
- Fosfoprotein: protein yang terikat melalui ikatan ester dengan asam
fosfat seperti pada kasein dalam susu
- Metaloprotein: protein yang terikat dengan mineral, seperti ferritin
dan hemosiderin, mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng
i. Fungsi protein adalah sebagai berikut:
14
a. Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan tubuh
b. Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan
yang aus, rusak atau mati
c. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim
pencernaan dan metabolism serta antibody yang diperlukan
d. Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen
yaitu ekstraselular, intraselular dan intravaskuler
e. Mempertahankan kenetralan (asam basa) tubuh
1.4 VITAMIN
Vitamin adalah zat-zat organic kompleks yang diperlukan tubuh dalm
jumlah kecil, dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh tetapi
penting untuk melakukan fungsi metabolic. Vitamin termasuk kelompok zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai
koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Vitamin dibagi kedalam dua kelas
besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak (vit. A, D, E, K) dan vitamin
yang larut dalam air (Vit. C, vit B-kompleks yaitu B1, B2, B6, B12 dan
beberapa vitamin lainnya). Secara umum fungsi vitamin adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai bagian dari suatu enzim atau co-enzim yang mengatur
berbagai proses metabolisme.
b. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan
c. Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel baru
15
d. Membantu pembuatan zat tertentu dalam tubuh
1.4.1 Beberapa fungsi vitamin berdasarkan jenis dapat dibedakakan sebagai
berikut:
a. Vitamin larut lemak
- Vitamin A: proses pengelihatan, reproduksi, perkembangan
tulang, kekebalan, mempertahankan jaringan epitel, mengurangi
angka keskitan dan kematian anak.
- Vitamin D: menaikkan penyerapan cad an P dari usus,
mempengaruhi pemeliharaan P oleh ginjal, bentuk aktifnya 1,25
dihidroksi kolekalsiferol
- Vitamin E: antioksidan untuk melindungi vitamin dalam
makanan, membantu dalam pernapasan jaringan
- Vitamin K: mengkatalisasi reaksi karboksilasi atom karbon
residu asam glutamate pada protein tertentu. Untuk aktivitas
factor antipembekuan darah.
b. Vitamin larut air
- Vitamin C: pembentukan kolagen, gigi, metabolism tirosin,
sintesis neurotransmitter, utilisasi Fe, Ca, folat, mencegah kanker
- Vitamin B6: penting untuk transulfurasi dan dalam perubahan
triptofan menjadi niasin; juga sebagai koensim dalam
transminasi. Berperan dalam metabolism asam lemak esensial.
Penting dalam sintesis porfirin.
16
- Vitamin B12: berperan dalam metabolism purin dan piramidin,
sintesis asam nukleat (DNA), pematangan sel darah merah,
metabolism metionin, dan transmetilasi.
1.5 MINERAL
Secara umum fungsi mineral dalam tubuh adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan mineral
pembentuk asam (klorin, fosfor, belerang) dan mineral pembentukan basa
(kapur, besi, magnesium, kalium, natrium)
b. Mengkatalisasi reaksi yang berkaitan dengan pemecahan karbohidrat,
lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
c. Sebagai hormone dan enzim tubuh
d. Membantu memelihara keseimbangan air tubuh
e. Menolong dalam pengiriman isyarat ke seluruh tubuh (kalsium, kalium,
natrium)
f. Sebagai bagian cairan usus ( kalsium, magnesium, kalium, dan natrium)
g. Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi, dan jaringan
tubuh lainnya. (Yuniastuti, 2008)
Pemberian makanan bergizi dalam jumlah yang cukup pada masa balita
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius agar anak tidak jatuh ke
keadaan kurang gizi. Apalagi dalam masa itu terjadi penyapihan yaitu peralihan
antara penyusuan dan makanan dewasa sebagai sumber energi dan zat gizi
utama. Pada masa penyapihan biasanya pemberian ASI mulai dikurangi atau
17
konsumsi ASI berkurang dengan sendirinya sehingga untuk mencukupi
kebutuhan gizi anak perlu diberi makanan tambahan. Makanan yang dikonsumsi
dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak khususnya energi dan protein
(Sulaeman dan Muchtadi, 2003) . Setelah anak umur dua tahun kecukupan zat
gizi baik kecukupan energi maupun protein harus dipenuhi dari makanan sehari,
karena setelah anak berumur 6 bulan pemberian ASI saja sudah tidak mencukupi
yang dibutuhkan oleh anak. Kebutuhan energi untuk bayi 7 – 12 bulan adalah
650 kkal dengan protein 16 g dan anak umur 1 – 3 tahun kebutuhan energinya
adalah 1000 kkal dan protein 25 g (Hardinsyah, 2004).
status gizi menurut pengukuran antropometri.
2. MASALAH – MASALAH GIZI
2.1 Gizi Kurang
Tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup
lama.
18
2.2 Gizi Lebih
Seseorang dikatakan gizi lebih disebabkan oleh konsumsi makanan yang
melebihi dari kebutuhan, terutama konsumsi lemak yang tinggi dan
makanan dari gula murni.
2.3 Gizi Buruk
Bila kondisi kurang gizi berlansung dalam waktu lama, hal ini akan
mengakibatkan terjadinya pemecahan lemak yang berlansung secara terus
– menerus sehingga tubuh terlihat tinggal kulit saja. (Adiningsih, 2010)
B. PENGETAHUAN ( KNOWLEDGE)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
malakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa,
dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni (Notoatmojo,S.2007)
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
19
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain :menyebutkan,menguraikan,mendefinisikan, menyatakan, dsb.
Contoh: Dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein
pada anak balita.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
20
(problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yag diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannyasatu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dsb.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : Dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dsb, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yng ditentukan sendiri, menggunakan kriteria-
21
kriteria yang telah ada. Misalnya : dapat membandingkan antara anak-
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat,dapat menafsirkan
sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB,dsb.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui atau
kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
C. SIKAP (ATTITUDE)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas , akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Efendi & Makhfudli, 2009)
22
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. (Notoatmojo,S.2007)
Sikap terdiri dariderbagai tingkatan,yakni (Notoatmojo,S.2007) :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itubterhadap ceramah-
ceramah.
b. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima
ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.
Misalnya, seorang ibu mengajak ibu lain (tetangganya, saudaranya, dsb),
untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
23
d. Bertanggung-jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu
mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua
atau orang tuanya sendiri.
D. Hasil Penelitian Terkait
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 159 responden terdapat 82
(51,6%) orang yang memiliki sikap kurang dan 77 (48,4%) orang yang memiliki
sikap baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 159 responden terdapat 100 (62,9%)
balita
yang memiliki status gizi kurang dan 59 (37,1%) balita yang memiliki status gizi
baik. Hasil penelitian Sari pada Jurnal (Astut & Taurina, 2012) menunjukan
adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi balita. Pengetahuan
yang baik akan mempengaruhi pola konsumsi makanan sehingga akan terjadi
status gizi yang baik.
Pengetahuan gizi ibu berhubungan nyata positif dengan sikap gizi ibu di
pedesaan maupun perkotaan. Faktor yang berhubungan nyata dengan
pengetahuan gizi ibu di pedesaan adalah usia ibu, status kerja, dan pengalaman
menyusui sebelumnya. Faktor yang berhubungan nyata dengan sikap gizi ibu di
pedesaan adalah status kerja. Di perkotaan, hanya tingkat pendidikan ibu yang
berhubungan nyata dengan tingkat pengetahuan serta sikap gizi ibu. Tidak
24
terdapat faktor yang berhubungan nyata dengan praktek. (Rachmadewi & Ali,
2009)
Hasil penelitian penelitian terdapat 100 (46,9%) yang memiliki status gizi
kurang, 59 (37,1%) siswa dengan status gizi baik, 87 (54,7%) responden yang
pengetahuan kurang, 72 (45,3%) responden dengan baik, 82 (51,6%) responden
yang memiliki sikap kurang, 77 (48,4%) responden dengan sikap baik.
(Nainggolan & Remi, 2012)
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah uraian hubungan antara variable-variabel yang
terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan kerangka teori atau
kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman penelitian (Supardi
& Rustika, 2013)
Keterangan:
Area yang diteliti
26
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Tingkat Pengetahuan
2. Sikap Gizi Kurang Pada Balita
Dari kerangka konsep penelitian diatas, digambarkan:
1. Variabel Independen
Variabel yang variasi nilainya dapat mempengaruhi variabel terikat. Yagn
bisa disebut variabel pengaruh, variabel peyebab atau variabel perlakuan.
(Supardi & Rustika, 2013)
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Tingkat Pengetahuan
dan Sikap.
2. Variabael Dependen
Variabel yang variasi nilainya diakibatkan oleh satu atau lebih variabel
bebas. Variabel ini disebut juga variabel terpengaruh atau variabel akibat.
(Supardi & Rustika, 2013)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian gizi kurang pada
balita di Jakarta Timur.
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata “hypo” (= dibawah) dan thesis (=kaidah) adalah suatu
pernyataan sementara yang harus dibuktikan kebenaran dengan menggunakan uji
statistik yang sesuai. Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan hubungan antara
2variabel atau lebih yang disusun berdasarkan kerangka konsep penelitian.
Hipotesis diperlukan untuk penelitian eksperimen dan analitik. (Supardi &
Rustika, 2013)
Hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
berkenan dengan penelitian ini adalah
27
Ha1: adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian gizi kurang pada
balita.
Ha2: adanya hubungan antara sikap dengan kejadian gizi kurang pada balita.
Ha3: adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan kejadian gizi
kurang pada balita.
C. Definisi Operasional
Suatu definisi ketika variabel – variabel penelitian menjadi bersifat operasional. (Karyuni &
Monica, 2008)
No Variabel Definisi konsep Definisi
operasion
al
Cara
ukur
Alat ukur Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1. Pengetahuan Pengetahuan
merupakan
hasil dari tahu,
dan ini terjadi
setelah
seseorang
malakukan
pengindraan
terhadap objek
tertentu.
Merupaka
n hasil
dari tahu
terhadap
objek
melalui
penginder
aan
seseorang
.
Respond
en
menjaw
ab dari
kuisoner
pada
bagian
pengeta
huan .
jawaban
Kuisioner
, Pulpen
Kertas
1. Tau
2. Tidak
tau
Nominal
28
Pengindraan
terjadi melalui
panca indra
manusia, yakni
indra
penglihatan,
pendengaran,
penghidu,
perasa, dan
peraba. Tetapi
sebagian besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui mata
dan telinga.
(Efendi &
Makhfudli,
2009)
yang
salah
akan
diberi
nilai 1
dan
jwaban
yang
salah
diberi
nilai 0.
2. Sikap Sikap
merupakan
reaksi atau
respon yang
Reaksi
atau
respon
dari
Survey /
Cross
Sectiona
l
Melihat,
catatan
kecil
1. Baik
2. Tidak
baik
Nominal
29
masih tertutup
dari seseorang
terhadap suatu
stimulus atau
objek. Sikap
secara nyata
menunjukan
konotasi adanya
kesesuaian
reaksi terhadap
stimulus
tertentu yang
dalam
kehidupan
sehari-hari
merupakan
reaksi yang
bersifat
emosional
terhadap
stimulus sosial.
(Efendi &
Makhfudli,
2009)
sesorang
terhadap
kejadian
gizi
kurang
pada
balita.
30
3. Gizi Kurang Tingkat sedang
yang disebabkan
oleh rendahnya
konsumsi energi
dan protein dari
makanan sehari-
hari dan terjadi
dalam waktu
yang cukup
lama. (Ahli Gizi ,
2009)
Status gizi
kurang
pada
balita
ketika
penelitian
dilakukan
Menimb
ang
berat
dan
menguk
ur
panjang
atau
tinggi
badan
balita.
Timbang
an dan
meteran
Baik,
Kurang
dan
Buruk
Ordinal
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pontong lintang (cross sectional)
dimana pengukuran variabel dependen dengan variabel independen diambil pada
waktu yang bersamaan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
dan sikap dengan kejadian gizi kurang pada balita di puskesmas pratama jakarta
timur. Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasi deskriptif.
B. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dirumuskan
sebagai populasi finite(terbatas) dan populasi infinite (tidak terbatas). (Efendi &
Makhfudli, 2009). Populasi target (sample frame) pada penelitian ini adalah para
ibu yang memiliki balita yang memiliki bayi dengan status gizi kurang dengan
jumlah 100orang.
C. Sampel dan Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara
– cara tertentu. (Efendi & Makhfudli, 2009)
Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh ibu yang memiliki
balita dengan status gizi kurang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100
ibu. Adapun kriteria yang menjadi sampel sebagai berikut :
1. Bisa membaca dan menulis
32
2. Memiliki balita dengan status gizi kurang
3. Bersedia menjadi responden
(Monica, 2014)
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pratama Jakarta Timur. Waktu
pelaksanaan pada bulan Juli – Agustus 2015.
E. Etika Penelitian
Prinsip dasar etik penelitian:
1. Prinsip menghormati martabat manusia (respect for person), dengan
tujuan menghormati otonomi untuk mengambil keputusan dan
melindungi manusia yang otonominya terganggu dari perlakuan dan
penyalahgunaan.
2. Prinsip etik berbuat baik (beneficence), yang menyangkut upaya manfaat
maksimal dan kerugian minimal yaitu:
- Resiko penelitian wajar dibandingkan manfaat yang diharapkan
- Desain penelitian memenuhi syarat penelitian
- Peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan menjaga
kesejahteraan subjek
- Tidak merugikan subjek peneliti
3. Prinsip etik keadilan (justice), yaitu keadilan antara beban dan manfaat
yang diperoleh subjek dan keikutsertaannya dalam penelitian
33
Menghormati martabat manusia
1. Menghargai otonominya
2. Melindungi orang yang otonominya terganggu
3. Meminta persetujuan setelah penjelasan (PSP) disebut juga informed
consent
Manfaat
1. Mamaksimalkan manfaat
2. Meminimalkan resiko
3. “ non-mal eficence” ( do no harm)
4. Menjaga kesejahteraan subjek
5. Manfaat untuk kepentingan individu dan masyarakat
6. Pembagian beban dan manfaat secara sama
7. Keikutsertaan kelompok yang akan mendapatkan manfaat
Etik dan tanggung jawab peneliti
1. Peneliti tidak boleh melakukan plagiariseme
Plagiat adalah pengambilan tulisan/ pendapat/ dsb milik orang lain dan
menjadikannya seolah-olah tulisan /pendapat milik sendiri (tanpa
menyembutkan sumbernya).
2. Peneliti tidak boleh melakukan falsification
34
Falsifikasi adalah melihat dari sudut pandang teori kesalahan. Misalnya
menganggap hasil sementara itu salah, maka dilakukan segala upaya,
termasuk merubah, menambahkan , menghilangkan data secara sengaja, atau
mengulangi penelitian sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.
Etika peneliti dalam perilaku:
1. Peneliti mengelolah jalannya penelitian secara jujur, bernurani dan
berkeadilan terhadap lingkungan dan penelitiannya
2. Peneliti menghormati subyek penelitian/manusia tanpa diskriminasi dan
merendahkan martabat makhluk ciptaan Tuhan
3. Peneliti membuka diri dari pendapat, kritik dan saran terhadap hasil
penelitian, saling menghormati melalui diskusi dan pertukaran informasi
ilmiah yang objektif
Etika peneliti dalam kepengaranagn :
1. Peneliti mengelolah, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian secara
bertanggung jawab, cermat, dan seksama
2. Peneliti menyebarluaskan tulisan hasil penelitiannya sekali dan tanpa
duplikasi
3. Peneliti memberi pengakuan melalui pencantuman penulis pendamping,
penguntipan tulisan orang lain, dan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membuat pelaksanaan penelitiannya.
35
F. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuisoner yang
isinya beberapa pertanyaan dari peneliti. Kuisioner yang digunakan berupa
pertanyaan yang telah disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan
kerangka konsep penelitian dan literatur pustaka yang ada, baik dari buku
maupun dari penelitia sebelumnya. Instrumen menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh responden sesuai dengan keadaan tempat penelitian.
Cara pengisian pertanyaan denag memberi tanda silang (x) pada kolom
yang dianggap sesuai. Alat yang digunakan ini diuji coba pada 15orang. Tujuan
uji coba adalah menguji tingkat validitas dan realibilitas kuisioner yang
digunakan sebagai alat pengumpulan data.
G. Mekanisme Pengumpulan Data
Urutan pengolahan data dengan komputer :
a. Editing adalah pemeriksaan kembali jawaban responden pada kuisoner yang
mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, keseragaman ukuran, dans
sebagainya sebelum diberi kode.
b. Coding adaalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf pada kuesioner
tertutup atau semitertutup menurut macamnya menjadi bentuk angka untuk
pengolahan data komputer.
36
c. Data file adalah pembuatan program pengolahan data komputer.
d. Entry data adalah pengetikan kode jawaban responden pada koesioner ke dalam
program pengolahan data.
e. Cleaning data adalah pembesrihan data hasil entry data agar terhindar dari
ketidaksesuaian koding jawaban responden pada kuesioner.
H. Tekhnik Analisi Data
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat bertujuan untuk mendapatkan gambaran kualitas dan jenis
data dengan cara membentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi variabel
independen maupun variabel dependen yang diteliti.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependen. Uji yang digunakan adalah dengan
melalui uji Chi-square, dengan menggunakan derajat kemaknaan 95%. Bila nilai
P≥0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna dan bila p≥ 0,05 hasil
perhitungan statistik bermakna.
Rumus uji statistik :
X2 = ∑ ( O – E) 2
37
E
Keterangan X2 = Statistik Chi-Square
O = Observasi atau nilai yang diperoleh pada penelitian
E = Frekuensi / hasil yang diharapkan
setelah didapatkan X2, kemudian X2 tabel dengan derajat uji kebebasan :
Keterangan : b = jumlah baris dalam tabel silang
k = jumlah kolom dalam tabel silang
dengan uji ini dapat diketahui kemaknaan hubungan antara varabel independen dan variabel dependen.
38
Df = (b-1) (k-1)