BAB I Gagal Ginjal

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia. Penyakit ginjal sering tanpa keluhan sama sekali, tidak jarang seseorang kehilangan 90 persen fungsi ginjalnya sebelum mulai merasakan keluhan. Pasien sebaiknya waspada jika mengalami gejala-gejala seperti: tekanan darah tinggi, perubahan jumlah kencing, ada darah dalam air kencing, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa mual dan muntah. Setiap orang dapat terkena penyakit ginjal, namun mereka yang disarankan melakukan pemeriksaan dini adalah orang yang memilik faktor risiko tinggi, yakni mereka yang memiliki riwayat darah tinggi di keluarga, 1

Transcript of BAB I Gagal Ginjal

Page 1: BAB I Gagal Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal

mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan

cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi

urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita

penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu

sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa,

terlebih pada kaum lanjut usia.

Penyakit ginjal sering tanpa keluhan sama sekali, tidak jarang seseorang

kehilangan 90 persen fungsi ginjalnya sebelum mulai merasakan keluhan. Pasien

sebaiknya waspada jika mengalami gejala-gejala seperti: tekanan darah tinggi,

perubahan jumlah kencing, ada darah dalam air kencing, bengkak pada kaki dan

pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak, dan merasa

mual dan muntah.

Setiap orang dapat terkena penyakit ginjal, namun mereka yang disarankan

melakukan pemeriksaan dini adalah orang yang memilik faktor risiko tinggi,

yakni mereka yang memiliki riwayat darah tinggi di keluarga, diabetes, penyakit

jantung, serta ada anggota keluarga yang dinyatakan dokter sakit ginjal. Ada

beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi ginjal kita.

Yang paling umum adalah pemeriksaan urin. Adanya protein atau darah dalam

kencing menunjukkan kelainan dari ginjal. Selain itu, kita juga bisa melakukan

pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kreatinin dan urea dalam darah. Jika

ginjal tidak bekerja, kadar kedua zat itu akan meningkat dalam darah.

Pemeriksaan lanjutan untuk mengenali kelainan berupa pemeriksaan radiologis

dan biopsi ginjal. Biasanya pemeriksaan ini atas indikasi tertentu dan sesuai saran

dokter.

1

Page 2: BAB I Gagal Ginjal

Gangguan ginjal bisa dicegah dengan berbagai cara, terutama dengan

menerapkan gaya hidup sehat. Berhenti merokok, memperhatikan kadar

kolesterol, kendalikan berat badan, menghindari kekurangan cairan dengan cukup

minum air putih tidak lebih dari 2 liter setiap hari. Selain gaya hidup sehat,

lakukan pemeriksaan kesehatan tahunan pada dokter. Yang tak kalah penting,

berhati-hatilah dalam menggunakan obat anti nyeri khususnya jenis obat anti

inflamasi non steroid.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apakah Pengertian Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.2 Apa Sajakah Etiologi Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.3 Baagaimana Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.4 Apa Sajakah Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.5 Apa Sajakah Komplikasi yang disebabkan oleh Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.6 Apa Saajakah Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.8 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik ?

1.2.9 Bagaimana Laporan Kasus Pada Kasus Gagal ginjal Kronis ?

1.3 Tujuan1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Gagal Ginjal Kronik

1.3.2 Untuk Mengetahui Apa Sajakah Etiologi Gagal Ginjal Kronik

1.3.3 Untuk Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

1.3.4 Untuk Mengetahui Apa Sajakah Manifestasi Klinis Gagal Ginjal

Kronik

1.3.5 Untuk Mengetahui Apa Sajakah Komplikasi yang disebabkan oleh

Gagal Ginjal Kronik

1.3.6 Untuk Mengetahui Apa Sajakah Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal

Kronik

1.3.7 Untuk Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

1.3.8 Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Gagal

Ginjal Kronik

1.3.9 Untuk Mengetahui Bagaimana Laporan Kasus Pada Kasus Gagal ginjal

Kronik

2

Page 3: BAB I Gagal Ginjal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan oleh

beberapa ahli meliputi yaitu :

Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang

berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang

mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak

dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak &

Gallo, 1996).

Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik adalah ginjal

sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten

dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai .

Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang

umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif

dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson,

1995: 812).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis

adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang

menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan

internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan

lambat yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga

mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak

dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon

sakit.

Fisiologi Ginjal Normal

Langkah pertama yang berlangsung dalam ginjal yaitu proses pembentukan

urine yang dikenal sebagai ultrafiltrasi darah atau plasma dalam kapiler

glomerulus berupa air dan kristaloid. Selanjutnya dalam tubuli ginjal

pembentukan urine disempurnakan dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial

3

Page 4: BAB I Gagal Ginjal

dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam darah dan proses sekresi zat-zat

untuk dikeluarkan ke dalam urine.

Fisiologi Ginjal dalam proses Filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi selama 24 jam.

Senyawa Normal Reabsorpsi Ekskresi Sekresi Satuan

Na + 26.000 25.850 150 - m Eq

K+ 600 566 90 50 m Eq

Cl- 18.000 17.850 150 - m Eq

HCO3 4.900 4.900 0 - m Eq

Urea 870 460 410 - m Mol

Kreatinin 12 1 12 1 m Mol

Asam urat 50 49 5 4 m Mol

Glukosa 800 800 0 - m Mol

Solut total 54.000 53.400 700 100 m Osl

Air 180.000 179.000 1.000 - ml

2.2 Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Penyebab dari gagal ginjal kronik antara lain :

Infeksi, Penyakit peradangan, Penyakit vaskuler hipersensitif, Gangguan jaringan

penyambung, Gangguan kongenital dan herediter, Gangguan metabolisme,

Nefropatik toksik, Nefropati obstruksi

Faktor-faktor predisposisi timbulnya infeksi traktus urinarius:

Obstruksi aliran urine

Seks/usia

Kehamilan

Refleks vesikoureteral

Instrumentasi (kateter yang dibiarkan di dalam)

Penyakit ginjal

Gangguan metabolisme.

Penyebab lain dari gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :

1. Penyakit sistemik

Diabetes mellitus

Glomerulonefritis kronis

4

Page 5: BAB I Gagal Ginjal

Pyelonefritis

Hipertensi yang tak terkontrol

Obstruksi traktus urinarius

2. Lesi herediter

Penyakit ginjal polikistik

Gangguan vaskuler

Infeksi

Medikasi

Agens toksik

3. Lingkungan dan agens berbahaya

Timah

Kadamium

Merkuri

Kromium

2.3 Patofisiologi

Gagal ginjal kronik terjadi setelah sejumlah keadaan yang menghancurkan

masa nefron ginjal. Keadaan ini mencakup penyakit parenkim ginjal difus

bilateral, juga lesi obstruksi pada traktus urinarius.

Mula-mula terjadi beberapa serangan penyakit ginjal terutama menyerang

glomerulus (Glumerolunepritis), yang menyerang tubulus gijal (Pyelonepritis atau

penakit polikistik) dan yang mengganggu perfusi fungsi darah pada parenkim

ginjal (nefrosklerosis).

Kegagalan ginjal ini bisa terjadi karena serangan penyakit dengan stadium yang

berbeda-beda, diantaranya :

Stadium I

Penurunan cadangan ginjal.

Selama stadium ini kreatinine serum dan kadar BUN normal dan pasien

asimtomatik. Homeostsis terpelihara. Tidak ada keluhan. Cadangan ginjal

residu 40 % dari normal.

Stadium II

5

Page 6: BAB I Gagal Ginjal

Insufisiensi Ginjal

Penurunan kemampuan memelihara homeotasis, Azotemia ringan, anemi.

Tidak mampu memekatkan urine dan menyimpan air, Fungsi ginjal residu

15-40 % dari normal, GFR menurun menjadi 20 ml/menit. (normal : 100-

120 ml/menit). Lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR

besarnya 25% dari normal), kadar BUN meningkat, kreatinine serum

meningkat melebihi kadar normal. Dan gejala yang timbul nokturia dan

poliuria (akibat kegagalan pemekatan urine)

Stadium III

Payah ginjal stadium akhir. Kerusakan massa nefron sekitar 90% (nilai

GFR 10% dari normal). BUN meningkat, klieren kreatinin 5- 10 ml/menit.

Pasien oliguria. Gejala lebih parah karena ginjal tak sanggup lagi

mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Azotemia

dan anemia lebih berat, Nokturia, Gangguan cairan dan elektrolit,

kesulitan dalam beraktivitas.

Stadium IV

Tidak terjadi homeotasis, Keluhan pada semua sistem, Fungsi ginjal residu

kurang dari 5 % dari normal.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada GGK dapat disebabkan oleh penyakit yang mendasari

maupun akibat dari GGK sendiri yaitu : (1,2,5,6,7,8)

1. Kegagalan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit

2. Penumpukan metabolit toksik atau toksin uremik

3. Kekurangan hormon yang diproduksi di ginjal yaitu eritropoietin dan vit.

D3 aktif

4. Respon abnormal dari end organ terhadap hormon pertumbuhan.

Gejala yang timbul pada gagal ginjal kronis erat hubungannya dengan

penurunan fungsi ginjal, yaitu:

6

Page 7: BAB I Gagal Ginjal

1. Kegagalan fungsi ekskresi, penurunan GFR, gangguan resorbsi dan sekresi di

tubulus. Akibatnya akan terjadi penmpukan toksin uremik dan gangguan

keseimbangan cairan, elektrolit serta asam-basa tubuh.

2. Kegagalan fungsi hormonal

Penurunan eritropoetin

Penurunan vitamin D3 aktif

Gangguan sekresi rennin

Keluhan dan gejala klinis yang timbul pada gagal ginjal kronis hamper mengenai

seluruh system, yaitu:

Umum : lemah, malaise, gangguan pertumbuhan dan

debilitas, edema

Kulit : pucat, rapuh, gatal, bruising

Kepala dan leher : foetor uremi

Mata : fundus hipertensi, mata merah

Jantung dan vaskuler: hipertensi, sindroma overload, payah jantung,

perikarditis uremik, tamponade

Respirasi : efusi pleura, edema paru, nafas kusmaul, pleuritis

uremik

Gastrointestinal :anoreksia, mual, muntah, gastritis, ulkus, colitis

uremik, perdarahan saluran cerna

Ginjal : nokturia, poliuria, haus, proteinuria, hematuria

Reproduksi : penurunan libido, impotensi, amenorrhea,

infertilitas ginekomasti

Syaraf : letargi, malaise, anoreksia, drowsiness, tremor,

mioklonus, asteriksis, kejang, penurunan kesadaran, koma

Tulang : ROD, kalsifikasi di jaringan lunak

Sendi : gout, pseudogout, kalsifikasi

Darah : anemia, kecenderungan berdarah akibat penurunan

fungsi trombosit, defisiensi imun akibat penurunan fungsi imunologis dan

fagositosis

7

Page 8: BAB I Gagal Ginjal

Endokrin :intoleransi glukosa, resistensi insulin,

hiperlipidemia, penurunan kadar testosterone dan esterogen

Farmakologi : penurunan ekskresi lewat ginjal

2.5 Komplikasi yang disebabkan oleh GGK

1. Ketidakseimbangan cairan

Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu memekatkan

urine (hipothenuria) dan kehilangan cairan yang berlebihan (poliuria).

Hipothenuria tidak disebabkan atau berhubungan dengan penurunan jumlah

nefron, tetapi oleh peningkatan beban zat tiap nefron. Hal ini terjadi karena

keutuhan nefron yang membawa zat tersebut dan kelebihan air untuk nefron-

nefron tersebut tidak dapat berfungsi lama. Terjadi osmotik diuretik,

menyebabkan seseorang menjadi dehidrasi.

Jika jumlah nefron yang tidak berfungsi meningkat maka ginjal tidak

mampu menyaring urine (isothenuria). Pada tahap ini glomerulus menjadi

kaku dan plasma tidak dapat difilter dengan mudah melalui tubulus. Maka

akan terjadi kelebihan cairan dengan retensi air dan natrium.

2. Ketidaseimbangan Natrium

Ketidaseimbangan natrium merupakan masalah yang serium dimana ginjal

dapat mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau dapat

meningkat sampai 200 mEq perhari. Variasi kehilangan natrium berhubungan

dengan “intact nephron theory”. Dengan kata lain, bila terjadi kerusakan

nefron maka tidak terjadi pertukaran natrium. Nefron menerima kelebihan

natrium sehingga menyebabkan GFR menurun dan dehidrasi.

Kehilangan natrium lebih meningkat pada gangguan gastrointstinal,

terutama muntah dan diare. Keadaan ini memperburuk hiponatremia dan

dehidrasi. Pada CRF yang berat keseimbangan natrium dapat dipertahankan

meskipun terjadi kehilangan yang fleksibel nilai natrium. Orang sehat dapat

pula meningkat di atas 500 mEq/hari. Bila GFR menurun di bawah 25-30

ml/menit, maka ekskresi natrium kurang lebih 25 mEq/hari, maksimal

ekskresinya 150-200 mEq/hari. Pada keadaan ini natrium dalam diet dibatasi

1-1,5 gram/hari.

8

Page 9: BAB I Gagal Ginjal

3. Ketidakseimbangan Kalium

Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolik terkontrol maka

hiperkalemia jarang terjadi sebelum stadium IV. Keseimbangan kalium

berhubungan dengan sekresi aldosteron. Selama output urine dipertahankan

kadar kalium biasanya terpelihara. Hiperkaliemia terjadi karena pemasukan

kalium yang berlebihan, dampak pengobatan, hiperkatabolik (infeksi), atau

hiponatremia. Hiperkalemia juga merupakan karakteristik dari tahap uremia.

Hipokalemia terjadi pada keadaan muntah atau diare berat, pada penyakit

tubuler ginjal, nefron ginjal, meresorbsi kalium sehingga ekskresi kalium

meningkat. Jika hipokalemia persisten, kemungkinan GFR menurun dan

produksi NH3 meningkat. HCO3 menurun dan natrium bertahan.

4. Ketidaseimbangan asam basa

Asidosis metabolik terjadi karena ginjal tidak mampu mengekskresikan ion

Hirdogen untuk menjaga pH darah normal. Disfungsi renal tubuler

mengakibatkan ketidamampuan pengeluaran ioh H. Dan pada umumnya

penurunan ekskresi H + sebanding dengan penurunan GFR. Asam yang secara

terus-menerus dibentuk oleh metabolisme dalam tubuh tidak difiltrasi secara

efektif melewati GBM, NH3 menurun dan sel tubuler tidak berfungsi.

Kegagalan pembentukan bikarbonat memperberat ketidakseimbangan.

Sebagian kelebihan hidrogen dibuffer oleh mineral tulang. Akibatnya asidosis

metabolik memungkinkan terjadinya osteodistrophy.

5. Ketidakseimbangan Magnesium

Magnesium pada tahap awal CRF adalah normal, tetapi menurun secara

progresif dalam ekskresi urine menyebabkan akumulasi. Kombinasi

penurunan ekskresi dan intake yang berlebihan mengakibatkan henti napas

dan jantung.

6. Ketidakseimbangan Calsium dan Fospor

Secara normal calsium dan pospor dipertahankan oleh parathyroid hormon

yang menyebabkan ginjal mereabsorbsi kalsium, mobilisasi calsium dari

tulang dan depresi resorbsi tubuler dari pospor. Bila fungsi ginjal menurun 20-

25 % dari normal, hiperpospatemia dan hipocalsemia terjadi sehingga timbul

hiperparathyroidisme sekunder. Metabolisme vitamin D terganggu. Dan bila

9

Page 10: BAB I Gagal Ginjal

hiperparathyroidisme berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan

osteorenal dystrophy.

7. Anemia

Penurunan Hb disebabkan oleh:

Masa hidup sel darah merah pendek karena perubahan plasma.

Peningkatan kehilangan sel darah merah karena ulserasi

gastrointestinal, dialisis, dan pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium.

Defisiensi folat

Defisiensi iron/zat besi

Peningkatan hormon paratiroid merangsang jaringan fibrosa atau

osteitis fibrosis, mengambil produksi sum-sum menurun.

8. Ureum kreatinin

Urea yang merupakan hasil metabolik protein meningkat (terakumulasi).

Kadar BUN bukan indikator yang tepat dari penyakit ginjal sebab peningkatan

BUN dapat terjadi pada penurunan GFR dan peningkatan intake protein.

Tetapi kreatinin serum adalah indikator yang lebih baik pada gagal ginjal

sebab kreatinin diekskresikan sama dengan jumlah yang diproduksi tubuh

2.7 Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis

Penyakit Contoh jenis-jenis terbanyak

Penyakit ginjal diabetic Diabetes tipe 1 dan 2

Penyakit ginjal non diabetic Penyakit glomerulus (penyakit autoimun, infeksi sistemik, obat-obatan, kegansan)

Penyakit pembuluh darah (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati)

Penyakit tubulointerstisiel (ISK, batu, obstruksi, keracunan obat)

Penyakit kista (penyakit polikistik)

10

Page 11: BAB I Gagal Ginjal

Penyakit pada tranplantasi Rejeksi kronik Toksisitas obat (siklosporin atau

takrolimus) Penyakit rekuren (penyakit

glomerulus) Glomerulopati transplant

Pembagian gagal ginjal kronik berdasarkan LFG

Massa ginjal yang masih berfungsi(%)

LFG

ml/menit/1.73m2

Gejala-gejala

Gagal ginjal ringan

50 – 25 80 – 50 Asimptomatik

Gagal ginjal sedang

25 – 15 50 – 30 Gangguan metabolik dan pertumbuhan

Gagal ginjal berat

15 – 5 30 – 10

Gagal ginjal terminal

< 5 ≤ 10 Membutuhkan terapi pengganti ginjal

Dikutip dari Rigden SPA. The management of chronic and end stage renal failure in children.  In  Webb N, Postlethwaite Eds. Clinical paediatric nephrology 3rd ed. Oxford University Press New York., 2003 : 428

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Penilaian CRF dengan ganguan yang serius dapat dilakukan dengan

pemerikasaan laboratorium, seperti : Kadar serum sodium/natrium dan

potassium/kalium, pH, kadar serum phospor, kadar Hb, hematokrit, kadar urea

nitrogen dalam darah (BUN), serum dan konsentrasi kreatinin urin, urinalisis.

Pada stadium yang cepat pada insufisiesi ginjal, analisa urine dapat

menunjang dan sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi ginjal. Batas

kreatinin urin rata-rata dari urine tampung selama 24 jam. Analisa urine rutin

dapat dilakukan pada stadium gagal ginjal yang mana dijumpai produksi urin

yang tidak normal. Dengan urin analisa juga dapat menunjukkan kadar

protein, glukosa, RBCs/eritrosit, dan WBCs/leukosit serta penurunan

11

Page 12: BAB I Gagal Ginjal

osmolaritas urin. Pada gagal ginjal yang progresif dapat terjadi output urin

yang kurang dan frekuensi urin menurun.

Monitor kadar BUN dan kadar creatinin sangat penting bagi pasien dengan

gagal ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein serta

urea yang harus dikeluarkan oleh ginjal. Normal kadar BUN dan kreatinin

sekitar 20 : 1. Bila ada peningkatan BUN selalu diindikasikan adanya

dehidrasi dan kelebihan intake protein.

2. Pemeriksaan Radiologi

Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunanakan utntuk

mengetahui gangguan fungsi ginjal antara lain:

Flat-Plat radiografy/Radiographic keadaan ginjal, uereter dan vesika

urinaria untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi, dan kalsifikasi

dari ginjal. Pada gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil

yang mungkin disebabkan karena adanya proses infeksi.

Computer Tomograohy (CT) Scan yang digunakan untuk melihat

secara jelas sturktur anatomi ginjal yang penggunaanya dengan

memakai kontras atau tanpa kontras.

Intervenous Pyelography (IVP) digunakan untuk mengevaluasi

keadaan fungsi ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa digunakan

pada kasus gangguan ginjal yang disebabkan oleh trauma,

pembedahan, anomali kongental, kelainan prostat, calculi ginjal,

abses / batu ginjal, serta obstruksi saluran kencing.

Aortorenal Angiography digunakan untum mengetahui sistem aretri,

vena, dan kepiler pada ginjal dengan menggunakan kontras .

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada kasus renal arteri stenosis,

aneurisma ginjal, arterovenous fistula, serta beberapa gangguan bentuk

vaskuler.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi

kasus yang disebabkan oleh obstruksi uropathi, ARF, proses infeksi

pada ginjal serta post transplantasi ginjal.

12

Page 13: BAB I Gagal Ginjal

3. Biopsi Ginjal

Untuk mengdiagnosa kelainann ginjal dengan mengambil jaringan ginjal lalu

dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada kasus golomerulonepritis, neprotik

sindom, penyakit ginjal bawaan, ARF, dan perencanaan transplantasi ginjal.

2.7 Penatalaksanaan

Pada umunya keadaan sudah sedemikian rupa sehingga etiologi tidak dapat

diobati lagi. Usaha harus ditujukan untuk mengurangi gejala, mencegah

kerusakan/pemburukan faal ginjal yang terdiri :

1. Pengaturan minum

Pengaturan minum dasarnya adalah memberikan cairan sedemikian rupa

sehingga dicapai diurisis maksimal. Bila cairan tidak dapat diberikan per oral

maka diberikan perparenteral. Pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan

penumpukan di dalam rongga badan dan dapat membahayakan seperti

hipervolemia yang sangat sulit diatasi.

2. Pengendalian hipertensi

Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan. Pendapat bahwa

penurunan tekanan darah selalu memperburuk faal ginjal, tidak benar. Dengan

obat tertentu tekanan darah dapat diturunkan tanpa mengurangi faal ginjal,

misalnya dengan beta bloker, alpa metildopa, vasodilator. Mengurangi intake

garam dalam rangka ini harus hati-hati karena tidak semua renal failure

disertai retensi Natrium.

3. Pengendalian K dalam darah

Mengendalikan K darah sangat penting, karena peninggian K dapat

menimbulkan kematian mendadak. Yang pertama harus diingat ialah jangan

menimbulkan hiperkalemia karena tindakan kita sendiri seperti obat-obatan,

diet buah,dan lain-lain. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga

dapat didiagnosa dengan EEG, dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia maka

pengobatannya dengan mengurangi intake K, pemberian Na Bikarbonat, dan

pemberian infus glukosa.

4. Penanggulangan Anemia

13

Page 14: BAB I Gagal Ginjal

Anemia merupakan masalah yang sulit ditanggulangi pada CRF. Usaha

pertama harus ditujukan mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari

apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal

pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat

diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner.

5. Penanggulangan asidosis

Pada umumnya asidosis baru bergejala pada taraf lebih lanjut. Sebelum

memberi pengobatan yang khusus faktor lain harus diatasi dulu, khususnya

dehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.

Natrium bikarbonat dapat diberikan per oral atau parenteral. Pada permulaan

100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan. kalau perlu

diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.

6. Pengobatan dan pencegahan infeksi

Ginjal yang sakit lebih mudah mengalami infeksi dari pada biasanya. Pasien

CRF dapat ditumpangi pyelonefritis di atas penyakit dasarnya. Adanya

pyelonepritis ini tentu memperburuk lagi faal ginjal. Obat-obat anti mikroba

diberi bila ada bakteriuria dengan perhatian khusus karena banyak diantara

obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau keluar melalui ginjal. Tindakan

yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi sedapat mungkin

harus dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung dapat pula

menimbulkan permasalahan yang sama dan pengurangan faal ginjal.

7. Pengurangan protein dalam makanan

Protein dalam makanan harus diatur. Pada dasarnya jumlah protein dalam

makanan dikurangi, tetapi tindakan ini jauh lebih menolong juga bila protein

tersebut dipilih.

Diet dengan rendah protein yang mengandung asam amino esensial, sangat

menolong bahkan dapat dipergunakan pada pasien CRF terminal untuk

mengurangi jumlah dialisis.

8. Pengobatan neuropati

Neuropati timbul pada keadaan yang lebih lanjut. Biasanya neuropati ini

sukar diatasi dan merupakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada pasien

yang sudah dialisispun neuropati masih dapat timbul.

14

Page 15: BAB I Gagal Ginjal

9. Dialisis

Dasar dialisis adalah adanya darah yang mengalir dibatasi selaput semi

permiabel dengan suatu cairan (cairan dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa

sehingga komposisi elektrolitnya sama dengan darah normal. Dengan

demikian diharapkan bahwa zat-zat yang tidak diinginkan dari dalam darah

akan berpindah ke cairan dialisis dan kalau perlu air juga dapat ditarik

kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada dua macam yaitu hemodialisis dan

peritoneal dialisis yang merupakan tindakan pengganti fungsi faal ginjal

sementara yaitu faal pengeluaran/sekresi, sedangkan fungsi endokrinnya tidak

ditanggulangi.

10. Transplantasi

Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pembuluh darah pasien CRF

maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru. Ginjal yang sesuai

harus memenuhi beberapa persaratan, dan persyaratan yang utama adalah

bahwa ginjal tersebut diambil dari orang/mayat yang ditinjau dari segi

imunologik sama dengan pasien. Pemilihan dari segi imunologik ini terutama

dengan pemeriksaan HLA.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik

1. Pengkajian

2. Biodata

Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda,

dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

3. Keluhan utama

Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi),

mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal

pada kulit.

4. Riwayat penyakit

a. Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,

renjatan kardiogenik.

b. Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,

payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat

nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.

15

Page 16: BAB I Gagal Ginjal

c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).

5. Tanda vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi,

nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.

6. Body Systems :

a. Pernafasan (B 1 : Breathing)

Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk

dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,

Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif

dengan / tanpa sputum.

b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau

angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.

Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,

telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi

ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,

kuning.kecendrungan perdarahan.

c. Persyarafan (B 3 : Brain)

Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai

koma.

d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)

Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan

pekat, tidak dapat kencing.

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)

abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria

atau anuria.

e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva

dan Diare.

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk

16

Page 17: BAB I Gagal Ginjal

saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.

Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada

kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan

lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.

7. Pola aktivitas sehari-hari

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata

laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif

terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur

pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya

penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

b. Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit

pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah.

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan

metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.

Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan

(malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut

(amonia)

Penggunaan diuretik.

Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,

kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,

kejang, rambut tipis, kuku rapuh.

c. Pola Eliminasi

Eliminasi uri :

Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan

pekat, tidak dapat kencing.

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap

lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)

oliguria atau anuria.

Eliminasi alvi : Diare.

17

Page 18: BAB I Gagal Ginjal

d. Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.

e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas

menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari

secara maksimal.

Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

f. Pola hubungan dan peran.

Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,

mempertahankan fungsi peran).

g. Pola sensori dan kognitif.

Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati

rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien

mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami

disorientasi/ tidak.

h. Pola persepsi dan konsep diri.

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan

penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,

banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien

mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

i. Pola seksual dan reproduksi.

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi

sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas

maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta

orgasme.

Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor

stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa

marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

konstruktif / adaptif.

18

Page 19: BAB I Gagal Ginjal

Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada

kekuatan,

Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan

kepribadian.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta

gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah

maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

8. Pemeriksan fisik :

a. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.

b. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.

c. Perut: Adanya edema anasarka (ascites).

d. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.

e. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun

.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :

1. Gangguan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nepron

sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme

Data Subyektif : None

Data Obyektif : Oliguria, Anuria, acidosis dengan peningkatan serum

hydrogen dan kalium, penurunan pH dan bicarbonat,

Anemia , Peningkatan : BUN, serum kreatinin, Penurunan

Calcium dan peningkatan phosfat serta magnesium.

2. Kelebihan volume cairan sehubungan dengan ketidakmampuan ginjal

mengeskkresi air dan natrium

Data Subyektif : None

Data Obyektif : Hypertensi , Ascites, oedema presacral dan pretibial,

gangguan bunyi napas (Cracles), tachicardi, penambahan

BB, orthopneu, Peningkatan tekanan vena sentral dan

PAWP, Distensi vena jugular, Positif refleks

hepatojugular

19

Page 20: BAB I Gagal Ginjal

3. Gangguan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan

pembatasan intake (Diit) dan effect uremia yang mengakibatkan malnutrisi

protein – calori.

Data Subyektif : Pasien melaporkan : Anorexsia, Nausea, lemah, lelah,

metalck taste,

Data Obyektif : Muntah, Diare, hematemesis, Napas bau ureum, stomatitis,

gingivitis, kehilangan BB.

4. Potensial Infeksi sehubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.

Data Subyektif : None

Data Obyektif : Adanya tanda – yanda infeksi, Demam, mengigil,

peningkatan WBC, Culture urine, darah dan sputum

positif adanya agent infeksi .

5. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan dengan efek

uremia.

Data Subyektif : Pasien mengeluh gatal – gatal.

Data Obyektif : Excrosiasi pada kulit, petechie, purpura, kulit kering .

6. Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses pikir

sehubungan dengan abnormalitasnya zat – zat kimia dalam tubuh yang

dihubungakan dengan uremia.

Data Subyektif : Pasien melaporkan kesulitan untuk berkonsentrasi, sering

lupa, gangguan tidur dan emosi yang labil (mudah

tersinggung)

Data Obyektif : Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang, perubahan

perilaku, apathy, marah, gangguan pola tidur, perubahan

tingkat kesadaran.

7. Ketidakmampuan merawat diri sendiri sehubungan kelemahan fisik.

Data Subyektif : Pasien mengeluh lemah, letih dan lesuh

Data Obyektif : Penampilan secara umum menurun.

8. Resiko tinggi dytsfungsi seksual sehubungan dengan efek uremia

Data Subyektif : Pasien melaporkan adanya penurunan libdo, impotensi dan

kesulitan untuk ereksi

20

Page 21: BAB I Gagal Ginjal

Data Obyektif : Gangguan menstrusi, gynecomastia

9. Resiko gangguan gambaran diri sehubungan dengan permanentnya gangguan

fungsi ginjal.

Data Subyektif : Ekspresi tidak percaya, Cemas, mudah tersinggung

Data Obyektif : Perubahan interaksi social, perlaku marah / agresif

3. Intervensi dan Implementasi

1. Gangguan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan nepron

sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme

1) Kaji Perubahan EKG, Respirasi (Kecepatan dan kedalamannya)

serta tanda – tanda chvostek”s dan Trousseau”s.

Rasional : Tingginya gelombang T, Panjangnya interval PR dan

Lebarnya kompleks QRS dihubungkan dengan serum

Kalium ; Pernapasan kusmaul dihubungkan dengan

acidosis, kejang yang mungkin terjadi dihubungkan

dengan rendahnya calsium.

2) Monitor data-data laboratorium : Serum pH, Hidrogen, Potasium,

bicarbonat, calsium magnesium, Hb, HT, BUN dan serum

kreatinin.

Rasional : Nilai laboratorium merupakan indikasi kegagalan

ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolit dan

kemunduran fungsi sekretori ginjal.

3) Jangan berikan obat – obat Nephrothoxic.

Rasional : Obat – obat nephrotoxic akan memperburuk keadaan

ginjal

4) Berikan pengobatan sesuai pesanan / permintaan dokter dan kaji

respon terhadap pengobatan.

Rasional : Dosis obat mungkin berkurang dan intervalnya menjadi

lebih lama. Monitor respon terhadap pengobatan untuk

menentukan efektivitas obat yang diberikan dan

kemungkinan timbulnya efek samping obat.

21

Page 22: BAB I Gagal Ginjal

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal

mengeskkresi air dan natrium

1) Timbang berat badan pasien setiap hari, Ukur intake dan output tiap 24

jam, Ukur tekanan darah (posisi duduk dan berdiri), kaji nadi dan

pernapasan (Termasuk bunyi napas) tiap 6-8 jam, Kaji status mental,

Monitor oedema, distensi vena jugularis, refleks hepato jugular, Ukur CVP

dan PAWP.

Rasional : Untuk mengidentifikasi status gangguan cairan dan elektrolit.

2) Monitor data laboratorium : Serum Natrium, Kalium, Clorida dan

bicarbonat.

Rasional : Untuk mengidentifikasikan acumulasinya elektrolit.

3) Monitor ECG

Rasional : Peningkatan atau penurunan Kalium dihubungkan dengan

disthrithmia. Hipokalemia bisa terjadi akibat pemberian

diuretic.

4) Berikan cairan sesuai indikasi

Rasional : Untuk mencegah kemungkinan terjadinya dehidrasi sel.

5) Berikan Diuretic sesuai pesanan dan monitor terhadap responnya.

Rasional : Untuk menentukkan efek dari pengobatan dan observasi

tehadap efek samping yang mungkin timbul seperti :

Hipokalemia dll.

3. Gangguan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan

pembatasan intake (Diit) dan effect uremia yang mengakibatkan malnutrisi

protein – calori.

1) Kaji terhadap adanya Mual, muntah dan anorexia.

Rasional : Keadaan – keadaan seperti ini akan meningkat kehilangan

kebutuhan nutrisi.

2) Monitor intake makanan dan perubahan berat badan ; Monitor data

laboratorium : Serum protein, Lemak, Kalium dan natrium.

Rasional : Untuk menentukkan diet yang tepat bagi pasien.

22

Page 23: BAB I Gagal Ginjal

3) Berikan makanan sesuai diet yang dianjurkan dan modifikasi sesuai

kesukaan Klien.

Rasional : Meningkatkan kebuthan Nutrisi klien sesuai diet .

4) Bantu atau anjurkan pasien untuk melakukan oral hygiene sebelum

makan.

Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dalam mulut sebelum makan.

5) Berikan antiemetik dan monitor responya.

Rasional : Untuk mengevaluasi kemungkinan efek sampingnya.

6) Kolaborasi denga ahli diet untuk pemberian diit yang tepat bagi pasien.

Rasional : Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil kerja

yang baik. Pasien dengan GGK butuh diit yang tepat untuk perbaikan

keadaan dan fungsi ginjalnya.

4. Potensial Infeksi sehubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.

1) Kaji terhadap adanya tanda- tanda infeksi.

Rasional : Untuk mendeteksi lebih awal adanya infeksi.

2) Monitor temperatur tiap 4 – 6 jam : Monitor data laboratorium : WBC :

Darah, Urine, culture sputum. Monitor serum Kalium.

Rasional : Uremia mungkin terselubung dan biasanya diikuti dengan

peningkatan temperatur dicurigai adanya infeksi. Status

hipermetabolisme seperti adanya infeksi dapat

menyebabkan peningkatan serum kalsium.

3) Pertahankan tekhnik antiseptik selama perawatan dan patulah selalu

universal precaution.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.

4) Pertahankan kebersihan diri, status nutrisi yang adekuat dan istirahat

yang cukup.

Rasional : Kebiasaan hidup yang sehat membantu mencegah infeksi.

5. Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan dengan efek

uremia.

1) Kaji terhadap kekeringan kulit, Pruritis, Excoriations dan infeksi.

23

Page 24: BAB I Gagal Ginjal

Rasional : Perubahan mungkin disebabkan oleh penurunan aktivitas

kelenjar keringat atau pengumpulan kalsius dan phospat pada

lapiran cutaneus.

2) Kaji terhadap adanya petechie dan purpura.

Rasional : Perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan

penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia.

3) Monitor Lipatan kulit dan area yang oedema.

Rasional : Area- area ini sangat mudah terjadinya injuri.

4) Lakukan perawat kulit secara benar.

Rasional : Untuk mencegah injuri dan infeksi

5) Berikan pengobatan antipruritis sesuai pesanan.

Rasional : Amengurangi pruritis.

6) Gunting kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih.

Rasional : Untuk mencegah injuri akibat garukan dan infeksi.

6. Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses pikir

sehubungan dengan abnormalitasnya zat – zat kimia dalam tubuh yang

dihubungakan dengan uremia.

1) Kaji status neurologic : Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang :

Pola tidur ; Tingkat kesadaran dan ktivitas motorik (kejang)

Rasional : Perubahan yang terjadi merefleksikan adanya ganggua pada

fungsi saraf sentral dan autonom.

2) Kaji tipe kepribadian

Rasional : Untuk mengidentifikasikan perubahan yang dihubungkan

dengan uremia.

3) Observasi terhadap perubahan perilaku, adanya neuropathi perifer, rasa

terbakar, kram otot dan gejala paresthesia lainnya.

Rasional : Perubahan metabolisme menyebabkan disfungsi cerebral dan

dapat terjadi kerusakan serabut saraf .

4) Orientaskan pasien terhadap kenyataan saat ini.

Rasional : Menurunkan kemungkinan terjadinya disorientasi dan

menginformasikan kepada klien keadaan / issue saat ini.

24

Page 25: BAB I Gagal Ginjal

5) Pertahankan tindakan kenyamanan : Tutup rel tempat tidur, tempat tidur

tidak boleh terlalu tiggi, jaukan barang – barang tajam, letakan bel dekat

pasien.

Rasional : Memberikan kenyamanan lingkungan dan mencegah injuri.

6) Sempatkan waktu anda untuk bersama – sama klien, tanyakan klien

dengan kalimat terbuka.

Rasional : Mencegah kehikangan memori pada pasien

7) Berikan latihan relaksasi sebelum tidur dan brikan periode stirahat.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur karena uremia dapat

mengganggu pola tidur.

7. Kurang mampu merawat diri sehubungan dengan kelemahan fisik.

1) Kaji kelemahan dan kelelahan, dan berikan penjelasan tentang

kebutuhan perawatan diri.

Rasional : untuk menentukan kebutuhan yang akan dilakukan.

2) Jika pasien tidak mampu sama sekali Bantu lakukan perawatan

dipasien dengan melibatkan kelurag.

Rasional: Memandirikan keluarga dalam merawat pasien.

3) Lakukan latihan ambulasi di tempat tidur.

Rasional: Untuk mencegah efek dari bedrest seperti dekubitus

8. Resiko terjadinya diskusi seksual

1) Kaji keadaan pasien secara umum.

Rasional: untuk mengidentifikasikan masalah yang ada.

2) Minta pasien untuk mengungkapkan perasaannya secara terbuka.

Rasional : Informasi dari pasien sangat penting untuk pelaksanaan askep

3) Bantu pasien untuk memecahkan masalah .

Rasional: Meningkatkan penerimaan pasien.

4) Jelaskan pasien tentang permasalahan yang terjadi.

Rasional : Membantu meningkatkan pengetahuan dan mengundang

partisipasi klien.

25

Page 26: BAB I Gagal Ginjal

5) Rujuk pasien kekonseling bila dibutuhkan

Rasional : Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada

9. Gangguan gambaran diri

1) Kaji dan jelaskan kepada pasien tentang keadaan ginjalnya serta alternatif

tindakan lainnya seperti dialysis atau transplantasi

. Rasional: Interfensi awal bias mencegah disstres pada pasien.

2) Libatkan support sistim dalam perawatan pasien.

Rasional: Kehadiran support sistim meningkatkan harga diripasien.

Evaluasi

1. Perfusi jaringan ginjal adekuat. Data pendukung tes fungsi ginjal

dalam keadaan normal.

2. Balance cairan normal. Data pendukung tidak ada tanda - tanda

oedema.

3. Status nutrisi pasien diperbaiki dan dipertahankan. Data

pendukung: Intake makanan dan minuman dalam batas normal

sesuai diit yang dianjurkan.

4. Tidak ada infeksi. Data pendukung tidak ada tanda infeksi yang

didapat.

5. Kulit utuh. Data pendukung tidak ada kerusakan pada kulit.

6. Respon terhadap rangsangan persepsi / sensorida dalam batas

normal. Proses piker normal. Data pendukung orientasi terhadap

waktu, tempat, orang baik gangguan sensasi tidak ada

perkembangan, pola tidur normal.

7. kebutuhan sel fcare terpenuhi.

8. Pasien menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

9. Pasien menerima perubahan yang terjadi pada dirinya

Pendidikan pasien

1. Jelaskan tentang GGK

2. Jelaskan pengobatan dan efeksampingnya yang mungkin timbul

3. Jelaskan tentang diit.

26

Page 27: BAB I Gagal Ginjal

4. Ajarkan pasien cara – cara pengukuran tekanan darah, intake dan out put,

monitor brat badan serta cara mencatatnya.

5. Jelaskan tentang pentingnya mencegah infeksi.

6. Jelaskan tentang pentingnya memeriksaklan diri kedokter.

7. Jelaskan tentang dialysis dan transplantasi.

2.9 LAPORAN KASUS ( PROSES KEPERAWATAN )

1. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn Suhardi No. Register : 10183985.

Umur : 62 Tahun.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Status Marieta : Kawin

Pekerjaan : Pensiun POLRI

Pendidikan : SMP

Bahasa : Indonesia

Alamat : Sepanjang

Kiriman dari : Rumah Sakit Tuban

Tanggal MRS : 6 Mei 2002.

Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo

Surabaya

Diagnosa Medis : Gagal ginjal kronik.- Terminal

Alasan Dirawat : Ingin menjalani Hemodialisa Tiba-Tiba sesak

nafas

disertai peningkatan suhu yang tinggi

Keluhan Utama : Sesak Nafas

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1) Riwayat Penyakit Dahulu

27

Page 28: BAB I Gagal Ginjal

Pada masa sebelumnya ketika klien berkerja klien mengetahui bahwa

dirinya mempunyai penyakit hipertensi. Sejak klien memulai pensiun

pada tahun 1998 klien pernah masuk RS akibat penyakit batu ginjal

yang mengenai ginjal kirinya sehingga dilakukan operasi tetapi efek

batu tersebut telah lanjut mengakibatkan kepada gagal ginjal sampai

klien harus menjalani hemodilisa setiap minggunya..

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke Instalasi rawat darurat RSUD Dr. Soetomo dengan

keluhan sesak nafas terlebih pada posisi terlentang disertai

peningkatan suhu tubuh 38,5 O C dan kadang-kadang muntah-muntah

hilangnya nafsu makan yang sudah dirasakan sejak 4 jam sebelum

klien ke IRD

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit

seperti yang diderita klien saat ini. bapak dari klien mempunyai

riwayat Hipertensi dan ibu memiliki penyakit Diabetes Militus.

GENOGRAM :

Keterangan :

28

Page 29: BAB I Gagal Ginjal

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

: klien yang sakit

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan

Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup

bersih.

C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum :

Penampilan klien cukup rapi, klien tampak kurus dibandingkan

dengan gambar fotonya sebelum klien menjalani hemodilisa setiap

minggunya

2) Tanda-tanda vital

Suhu : 37 0C

Nadi : 100 X/menit. lemah dan teratur

Tekanan darah : 180/80 mmHg.

Respirasi : 28 x/menit

Hasil laboratoorium :

Pemeriksaan Hasil Hasil normal

Analisa gas darahPHPCO2PO2HCO3BE

7,40646,953,528,8+4,1

(7,35-7,45)35-4580-104(21-25)(L – 2,9 + 2,3)(P -3,3+1,2)

Haemoglobin 7,4 (13,4 - 17,7)Leukosit 15,1 x 109 4,3-10,3Trombosit 252 x 109 150 – 350Glukosa darah 178 mg/dl < 200

29

Page 30: BAB I Gagal Ginjal

SGOT 18 <25BUN 43 (10 -20)Kreatinin serum 10,67 L:1,5 ; P: 1,2Kalium 3,8 – 5,0Natrium 136 – 149

3) Body Systems

(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)

Inspeksi : Pernafasan cepat dan dalam (kusmaul) . Frekuensi 28

x/menit, Irama teratur, nafas berbau (ureum), tidak terlihat

gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis pada sekitar

bibir, mulut dan dasar kuku, tidak terdengar suara nafas

tambahan ronkhi, bentuk dada simetris, batuk-batuk produktif

dan kering.

Palpasi : pada seluruh permukaan dinding dada adanya vokal

fremitus, Perkusi : adanya suara pekak,

Auskultasi : terdengar adanya suara ronchi suara rendah dan

sangat kasar.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut jantung pada

ictus cordis.

Palpasi : frekuensi Nadi 100 X/menit lemah dan teratur,

tekanan darah 180/80 mmHg, Suhu 37 0C, perfusi hangat.

Perkusi : terdengar suara pekak.

Auskultasi : Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur

tidak ada.

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)

Tingkat kesadaran (GCS) :

Membuka mata : Spontan pada saat sesudah disentuh (4)

Verbal : Orientasi baik, penuh mampu orientasi waktu, tempat,

orang, siapa dirinya, berada dimana, tanggal, hari. (5)

Motorik : mampu menurut perintah, mengangkat tangan,

menunjukkan jari dan angka yang ditunjukkan pemeriksa (6)

Compos Mentis : Pasien sadar baik.

30

Page 31: BAB I Gagal Ginjal

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)

Inspeksi : Jumlah urine 400 ml/ 8 jam, warna urine

kuning.gangguan perkemihan tidak ada. Pemeriksaan genetalia

eksternal tidak ada infeksi, jamur, ulkus, lesi dan keganasan

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar inguinalis, nyeri tekan.

Hasil USG sebelumnya menurut klien

Kesimpulan : batu ginjal dan gagal ginjal.

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Mulut dan tenggorokan terasa kering, Abdomen normal tidak

ada keluhan nyeri, gangguan pencernaan tidak ada, klien makan

cukup baik Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat

obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1 X/hari.

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Kemampuan pergerakan sendi range of mation baik, bebas.

Tonos otot pada ekstrimitas baik dengan nilai (4) kekuatan

kurang dibandingkan sisi lain kanan dan kiri

Ekstrimitas : Tidak ada kelainan

Atas : Tidak ada kelainan

Bawah : Tidak ada kelainan

Tulang Belakang : Tidak ada kelainan

Warna kulit : Tidak ada kelainan

Akral : Hangat

Turgor : Baik

Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

D. Pola aktivitas sehari-hari

(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan

.klien menyadari sepenuhnya

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Adanya perasaan mual - mual dan kadang-kadang sampai

muntah dan rasa kering pada rongga mulut

Intake minum yang kurang karena pembatasan jumlah cairan

yang boleh diminum.

31

Page 32: BAB I Gagal Ginjal

(3) Pola Eliminasi

Jumlah urine 400 ml / 8 jam, warna urine kuning muda dengan

kejernihan : Jenih. Pada eliminasi alvi relatif tidak ada

gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.

(4) Pola tidur.dan Istirahat

Klien mempunyai kebiasaan sehari-hari lebih banyak dilakukan

dirumah, sejak haemodialisa dilakukan klien lebih banyak

istirahat ditempat tidur dan untuk aktifitas lain klien

mengatakan mudah lelah. Untuk pola tidur dari istirahat

dirumah sakit klien mengatakan agak sulit tidur disebabkan

proses batuk yang produktif sehingga menggangu tidur

(5) Pola Aktivitas dan latihan

Untuk aktivitas sehari-hari mengatakan lebih banyak dilakukan

dirumah. Untuk latihan kecendrungan lebih kepada latihan

gerak terbatas mengerakkan tangan dan kakinya sebatasnya

Aktivitas di RS lebih banyak istirahat di Tempat Tidur dan

aktivitas terbatas di Temapat Tidur.

(6) Pola Hubungan dan Peran

Hubungan klien dengan orang lain dan keluarga baik, klien

termasuk orang yang kooperatif dengan sesamanya , selama

sakit klien tidak bisa menjalankan peran sepertinya biasanya.

(7) Pola Sensori dan Kognitif

Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak

mengalami disorientasi.reflek (+)

(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Klien megatakan bahwa kalau jujur klien mengatakan

mengalami gangguan baik konsep dirinya dan gambaran

dirinya yang berhubungan Adanya perubahan fungsi dan

struktur tubuh menyebabkan klien mengalami gangguan pada

gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan klien mengalami

32

Page 33: BAB I Gagal Ginjal

kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

Selain itu klien mengalami cemas karena Kurangnya

pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik

dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9) Pola Seksual dan Reproduksi

Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat melakukan

hubungan seksual seperti biasanya.

Klien mempunyai anak 5 orang perempuan dan 3 laki-laki.hasil

perkawinannya selama ini.

(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping

Dalam menghadapi sakit yang dideritanya sekarang ini klien

mengatakan apa yang sudah terjadi biarlah terjadi dan berlalu

toh engga bisa berubah lagi.klien mengatakan lebih baik

memikirkan bagaimana sekarang bisa lebih sehat, klien tampak

berlapang dada dengan menerima keadaannya berbesar hati

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh

serta gagal ginjal kronik tidak menghambat klien dalam

melaksanakan ibadah walaupun tetap merubah pola ibadah

yang biasanya klien lakukan seperti biasanya.

2. ANALISA DATA

NO D A T A ETIOLOGI MASALAH1 S : Klien mengeluh nafasnya

agak sesak

O :

RR : 28 X/mnt

Edema (+)

Hasil Lab

Adanya cardiomegali dengan

Gagal ginjal

peneurunan ekresi

cairan

penumpukan cairan

diparu

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan O2

33

Page 34: BAB I Gagal Ginjal

udema paru complien paru

gangguan pemenuhan

kebutuhan O2

2 S :

Klien mengeluh kadang-

kadang kepalanya terasa

pusing dan

dadanya/jantungnya terasa

berdebar-debar

O :

TD ; 180 /90 mmHg

HR : 100 x/mnt

Hasil Lab

Ureum/BUN : 61,3 mg/dl

Serum Creatinin : 13,37

mg/dl

Akumulasi

penumpukan urea/

perubahan urea

menjadi amonia

ketidak seimbangan

cairan

pe beban volume

cairan, kerja miokard

dan tahanan vaskuler

meningkat

gangguan hantaran

darah, pe irama

jantung

Resiko tinggi

penurunan curah

jantung

3 S :

Klien mengeluh susah tidur

pada malam hari karena

batuk produktif yang ia alami

O :

Tampak klien batuk-batuk

(produktif)

Mta tampak cekung kurang

tidur

Gagal ginjal

sekresi cairan me

penumpukan cairan

dijaringan paru

pe kelembaban paru

media terbaik

Gangguan pola tidur

berhubungan dengan

pe produktifitas

batuk khususnya

pada malam hari

34

Page 35: BAB I Gagal Ginjal

perkembangan bakteri

batuk meningkat

4 S :

Klien mengatakan bahwa

badannya terasa lemas dan

lemah

O :

Hb : 8 mg/dl

Kulit pucat, sianosis

Membram mukosa kering

Ekstremitas dingin

Gagal ginjal

kerusakan glomorulus

dan tubulus ginjal

kerusakan

produktivitas

eritropoitin

pembentukan eritrosit

terganggu

anemia

Anemia

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan Oksigen berhubungan dengan penumpukan cairan

diparu (odema paru)

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan.peningkatan produktivitas batuk

khususnya pada malam hari.

3. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.

4. resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan akumulasi urea

dijaringan tubuh

35

Page 36: BAB I Gagal Ginjal

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang

berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama dan

menetap , yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik)

sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan

gejala sakit.

Toksik uremik adalah bahan yang dituduh sebagai penyebab sindrom klinik

uremia. Toksik uremik yang telah diterima adalah : H2O, Na, K, H, P anorganik

dan PTH Renin. Sedangkan yang belum diterima adalah : BUN, Kreatinin, asam

Urat, Guanidin, midlle molecule dan sebagainya.

36

Page 37: BAB I Gagal Ginjal

Pada umumnya CRF tidak reversibel lagi, dimana ginjal kehilangan

kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam

keadaan diet makanan dan minuman untuk orang normal.

3.2 Saran

Untuk mencegah kpmplikasi dari gagal ginja kronis maka kita harus

mengobati isiologi dari ginjal yang ada dengan tepat, karena kalau tidak diobati

akan terjadi gangguan vaskuler. Diharapkan makalah ini bisa bermanfat untuk

seluruh pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media

Aeskulapius, FKUI 1982.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Balai Penerbit FKUI 1990.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan

Edisi 6; EGC. Jakarta.

37

Page 38: BAB I Gagal Ginjal

38