BAB I fik

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak akibat kecelakaan lalu lintas pada umumnya berupa “multiple system disorders”, sehingga penanganannya harus secara holistik. Angka kematian dan kesakitan akibat cedera otak ini tentunya akan membawa dampak besar pada program kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pemahaman menyangkut variabilitas cedera otak membutuhkan kajian yang cermat dan mendalam untuk mengungkapkan hubungan antara beratnya cedera awal dan akhir, serta pemahaman bahwa cedera otak merupakan awal dari suatu proses yang bersifat dinamis (Shohami et al., 2000). Pada kasus cedera otak berat sering sekali disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial. Edema otak sering menyertai cedera otak, dapat terlokalisasi atau menyeluruh, dan dapat terjadi secara primer maupun 1

description

ook

Transcript of BAB I fik

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangCedera otak akibat kecelakaan lalu lintas pada umumnya berupa multiple system disorders, sehingga penanganannya harus secara holistik. Angka kematian dan kesakitan akibat cedera otak ini tentunya akan membawa dampak besar pada program kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pemahaman menyangkut variabilitas cedera otak membutuhkan kajian yang cermat dan mendalam untuk mengungkapkan hubungan antara beratnya cedera awal dan akhir, serta pemahaman bahwa cedera otak merupakan awal dari suatu proses yang bersifat dinamis (Shohami et al., 2000).Pada kasus cedera otak berat sering sekali disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial. Edema otak sering menyertai cedera otak, dapat terlokalisasi atau menyeluruh, dan dapat terjadi secara primer maupun sekunder. Lebih lanjut lagi edema otak dapat menyebabkan terjadinya peningkatan volume intrakranial. Oleh karena, meningkatnya jumlah cairan pada jaringan otak dan menyebabkan kematian pada batang otak (Beaumont A et al., 2000; Iskandar J et al., 2004 dan Narayan RK et al., 1996).Pada kasus trauma lebih sering terjadi edema vasogenik oleh karena peningkatan permeabilitas kapiler. Sedangkan edema sitotoksik lebih sering terjadi pada pasien dengan keadaan hipoksia jaringan saraf oleh karena gagalnya pompa natrium ATP pada membran sel, sehingga terjadi penumpukan natrium intraselular (Setti RS et al., 2005; Julian YR , 1996).Penderita cedera otak, terutama cedera otak berat, nampaknya mengalami dua masalah utama yakni kerusakan otak sendiri dan gangguan sistemik yang bersifat tidak langsung. Hipermetabolisme yang terjadi berkaitan erat dengan berat ringannya cedera otak. Kenaikan tekanan intrakranial atau peradangan otak mempunyai hubungan erat dengan kenaikan metabolisme. Demikian pula dengan kenaikan kadar sitokin (TNF, IL-1) akan meningkatkan metabolisme dan mempunyai pengaruh terhadap cedera otak sekunder (Shohami E. Et al., 1999; Knoblach, SM. Et al., 1998).Inflamasi, seperti halnya organ lain juga merupakan bagian terpenting dari patofisiologi cedera otak traumatika. Sitokin yang dilepaskan segera setelah cedera otak akan menimbulkan balans nitrogen negatif dan terjadi hiperglikemi. Pada suatu kejadian cedera otak perlu terjadi keseimbangan antara sitokin yang menimbulkan reaksi inflamasi, dengan tujuan untuk membatasi dan memulihkan kerusakan yang terjadi, serta sitokin anti inflamasi (IL-10) yang membatasi kerja dari sitokin inflamasi ini tidak berlebihan, yang bila terjadi akan menimbulkan efek merugikan. Respon proliferatif dari sel B dan T sangat erat hubungannya dengan besarnya morbiditas dan mortalitas penderita cedera otak (DSTC, 2008).GFAP didapatkan hanya pada sel glial dan juga astrosit, meningkat pada cedera otak dan berhubungan dengan beratnya kejadian neuro degeneratif (kerusakan sel otak). Sehingga GFAP serum merupakan biomarker yang spesifik untuk kerusakan sel-sel otak, karena pada penderita dengan multitrauma tanpa cedera otak GFAP tidak ditemukan dalam darah (Hergenroeder GW et al., 2008; Pelinka L. E et al., 2004)

Berdasarkan fakta tersebut diatas, penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan sejauh manakah proses inflamasi (TNF-) dan proses anti inflamasi (IL-10), menguntungkan atau merugikan pada pasien cedera otak berat, dan sejauh mana peran intervensi IL-10 mempengaruhi proses inflamasi ?B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh intervensi IL-10 sebagai anti inflamasi terhadap proses inflamasi (keseimbangan pro dan anti inflamasi) pada cedera otak traumatika ?2. Bagaimana pengaruh intervensi IL-10 terhadap kerusakan jaringan otak, khususnya kadar GFAP sebagai pertanda kerusakan jaringan sel glia dan astrosit ?C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Tujuan umum adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi IL-10 terhadap proses inflamasi (keseimbangan pro dan anti inflamasi) dan kerusakan jaringan otak pada cedera otak traumatika.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh intervensi IL-10 terhadap kadar TNF- serum 1 jam dan 3 jam pasca cedera otak traumatika pada hewan coba.b. Mengetahui pengaruh intervensi IL-10 terhadap kadar IL-10 serum 1 jam dan 3 jam pasca cedera otak traumatika pada hewan coba.c. Mengetahui pengaruh intervensi IL-10 terhadap kadar GFAP serum 1 jam , 3 jam, dan 24 jam pasca cedera otak traumatika pada hewan coba.D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Dari Aspek Pengembangan IlmuUntuk melengkapi bukti empiris bahwa proses inflamasi merupakan salah satu mekanisme terjadinya cedera otak sekunder pada cedera otak traumatika.Memberi informasi mengenai pengaruh pemberian rekombinan IL-10 terhadap proses inflamasi dan kerusakan jaringan otak pada cedera otak traumatika.2. Manfaat Dari Aspek AplikasiApabila pemberian rekombinan IL-10 dapat menekan proses inflamasi dan menurunkan tingkat kerusakan jaringan otak pada penelitian ini terbukti, maka pemberian rekombinan IL-10 pada penanganan cedera otak traumatika pada manusia dapat dipertimbangkan, mengingat pemberian rekombinan IL-10 sudah dipakai pada kasus lain seperti pada kasus transplantasi, rheumatoid arthritis, psoriasis dan lain-lain.

5