BAB I edit

68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmaseutik yang berupa padat. Sifatnya praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan tidak terjadi reaksi hidrolisis. Cara pembuatan tablet antara lain adalah dengan granulasi basah. Tujuan granulasi ini adalah memperbaiki sifat alir ke mesin tablet dan untuk memperbaiki komprebilitas. Granulasi basah ini menggunakan air atau zat cair lain apabila zat aktif tidak stabil terhadap air. Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering.

description

bab 1

Transcript of BAB I edit

Page 1: BAB I edit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmaseutik yang berupa padat.

Sifatnya praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan

tidak terjadi reaksi hidrolisis. Cara pembuatan tablet antara lain adalah dengan

granulasi basah. Tujuan granulasi ini adalah memperbaiki sifat alir ke mesin tablet

dan untuk memperbaiki komprebilitas. Granulasi basah ini menggunakan air atau

zat cair lain apabila zat aktif tidak stabil terhadap air.

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet

dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin

yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan

berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari

berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat

serta produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan

tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet

ke  dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari

cetakan dan dibiarkan sampai kering.

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam

industri farmasi dibandingkan dengan bentuk sediaan yang lain, seperti; kapsul,

granul, dan pil. Menurut Lachman, 1994, hal ini dikarenakan tablet memiliki

beberapa keuntungan antara lain:

a. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan

pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

b. Mengandung zat aktif yang tepat.

c. Sediaan tablet adalah kering sehingga zat aktif lebih stabil.

d. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah yang besar dengan volume

yang kecil.

e. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut air.

f. Pelepasan zat aktif dapat diatur.

Page 2: BAB I edit

g. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat akti, menutup rasa dan bau yang

tidak enak.

h. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana dan cepat sehingga biaya

produksinya lebih rendah.

i. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.

Pada umumnya metode pembuatan tablet dengan cara

granulasi. Granulasi merupakan suatu proses membesarkan ukuran partikel-

partikel kecil serbuk yang terikat satu sama lain menjadi besar yang dapat

mengalir bebas. Tujuan granulasi adalah membuat massa mengalir bebas,

memadatkan campuran bahan, membuat campuran seragam yang tidak memisah,

memperbaiki karakteristik kompresibilitas dari zat aktif, mengendalikan

kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan, mebgurangi debu dan meningkatkan

penampilan tablet (Lachman, 1994).

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien

menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam

jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode

ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.

Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan

kompresibilitasnya tidak baik. (Ansel,1989).

Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet

dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu

pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. (Ansel,1989).

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,

suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam

campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan

memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di

antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling

penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan

Page 3: BAB I edit

pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan

meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan

granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang

digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Ansel,1989).

Keuntungan metode granulasi basah :

Terbentuknya granul memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas, proses

kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk permukaan

baru yang lebih aktif

Obat-obat dosis tinggi yg mempunyai sifat alir dan kompresibilitas jelek

maka dengan proses granulasi basah hanya perlu sedikit bahan pengikat

Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi lebih

baik dan menjamin keseragaman isi zat aktif

Granulasi basah mencegah segregasi komponen-komponen campuran yang

sudah homogen

Memperbaiki dissolusi obat yang bersifat hidrofob (Wade,1994).

Kekurangan metode granulasi basah:

Proses lebih panjang dibanding dgn 2 metode lainnya sehingga secara

ekonomis lebih mahal

Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis lebih

banyak pula personnel yang diperlukan

Tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang sensitif thd kelembaban dan

pemanasan

Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak

homogenan sehingga tablet berbintik-bintik

Incompabilitas antar komponen di dalam formulasi akan diperbesar,

terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin, dll) (Wade,1994).

Page 4: BAB I edit

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana cara membuat tablet parasetamol dengan pengikat mucilago

amili 10 % dengan metode granulasi basah?

2. Bagaimana kajian preformulasi dan kajian formulasi dari sediaan tablet

parasetamol?

3. Menganalisis sifat fisikokimia, khasiat, stabilitas dari zat aktif parasetamol

yang digunakan?

4. Bagaimana evaluasi dari sediaan tablet parasetamol?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1 Mengetahui cara membuat tablet parasetamol dengan pengikat mucilago

amili 10 % dengan metode granulasi basah.

2 Mengetahui kajian preformulasi dan kajian formulasi dari sediaan tablet

parasetamol.

3 Mengetahui sifat fisikokimia, khasiat, stabilitas dari zat aktif parasetamol

yang digunakan.

4 Menegtahui cara evaluasi dari sediaan tablet parasetamol.

1.4 Manfaat

Manfaat dari percobaan ini dapat mampu membuat sediaan tablet

paracetamol dengan metode granulasi basah dan mengetahui sifat

fisikokimia dan khasiat dari parasetamol serta dapat mengevaluasi sediaan

tablet parasetamol

Page 5: BAB I edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat

tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,

zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok ( menurut FI III).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak

dan tablet kempa (Depkes RI, 1994).

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet

dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin

yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan

berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari

berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat

serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan

tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke

dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari

cetakan dan dibiarkan sampai kering. (Wade,1994)

2.2 Bentuk dan Penggolongan Tablet

Berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian obat dan

bentuk serta metode pembuatannya, tablet dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Tablet Oral untuk Dimakan

Tablet Kempa (Compressed Tablets/CT)

Tablet Kempa Lapis Ganda (Multiple Compressed Tablet/MCT)

Tablet Berlapis

Tablet kempa yang bersalut

Tablet dengan reaksi berulang-ulang

Tablet salut gula dan tablet salut coklat

Page 6: BAB I edit

2. Tablet salut lapisan tipis

Tablet Kunyah

3.Tablet yang Digunakan dalam Rongga Mulut

Tablet Buccal

Tablet Sublingual

Troche atau Lozenges

4.Tablet yang Diberikan dengan Rute Lain

Tablet Implantasi

Tablet Vaginal

5.Tablet yang Digunakan Untuk Membuat Larutan

Tablet Effervescent

Tablet Hipodermik

Tablet Triturat (tablet yang diremukan) (Wade,1994).

2.3 Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

2.4 Keuntungan Dan Kerugian Tablet

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,

yaitu:

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;

2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

Page 7: BAB I edit

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil

sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan,

dan penyimpanan;

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah /

diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai

keuntungan, antara lain :

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk

sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan

pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif

yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk

sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang

paling rendah;

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang

kecil;

4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;

6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;

7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;

tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan

permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;

8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah /

hancurnya tablet tidak segera terjadi;

9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas

terkendali);

10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau

yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);

11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya

produksinya lebih rendah;

12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;

Page 8: BAB I edit

13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan

Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa

kerugian, antara lain :

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan);

2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya

cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran

cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi

(harus diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak

disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan

kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa.

Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh

lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak

dijumpai di perdagangan.

2.5 Metode Pembuatan Tablet

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi

basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan

sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan

dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,

kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Secara skematis proses

pembuatan tablet dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 9: BAB I edit

1. Granulasi Basah

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien

menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam

jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode

ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.

Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan

kompresibilitasnya tidak baik. (Ansel,1989).

Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet

dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu

pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. (Ansel,1989).

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,

suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam

campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan

memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di

antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling

penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan

pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka

Page 10: BAB I edit

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan

meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan

granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang

digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Ansel,1989).

Keuntungan metode granulasi basah :

Terbentuknya granul memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas, proses

kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk permukaan

baru yang lebih aktif

Obat-obat dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas jelek

maka dengan proses granulasi basah hanya perlu sedikit bahan pengikat

Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi lebih

baik dan menjamin keseragaman isi zat aktif

Granulasi basah mencegah segregasi komponen-komponen campuran

yang sudah homogen

Memperbaiki dissolusi obat yang bersifat hidrofob (Wade,1994).

Kekurangan metode granulasi basah:

a. Proses lebih panjang dibanding dengan 2 metode lainnya sehingga secara

ekonomis lebih mahal

b. Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis lebih

banyak pula personnel yang diperlukan

c. Tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban

dan pemanasan

d. Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan ketidak

homogenan sehingga tablet berbintik-bintik

e. Incompabilitas antar komponen di dalam formulasi akan diperbesar,

terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin, dll) (Wade,1994).

2.6 Masalah Dalam Pembuatan Tablet

1. Capping

Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang

disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang

Page 11: BAB I edit

terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines,

pemasangan punch dan dies yang tidak pas. (Wade,1994).

2. Lamination

Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi

segera setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya

adalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama

kompressi atau overlubrikasi dengan stearat. (Wade,1994).

3. Sticking

Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga

punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang

bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi. (Wade,1994).

4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada

permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup,

jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi berminyak/lengket.

(Wade,1994).

5. Filming

Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan

bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch

kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang

bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga

mengurangi penempelan. (Wade,1994).

Page 12: BAB I edit

6. Chipping dan Cracking

Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian

atas karena tekanan yang berlebih. (Wade,1994).

7. Binding

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.

(Wade,1994).

8. Molting

Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah

migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah

masih basah). (Wade,1994)

2.7 Formulasi

Tablet Parasetamol

Kandungan parasetamol per tablet 250 mg

Bobot tablet 350 mg

Jumlah tablet yang dibuat 300 tablet

Formula A (pengikat mucilago amili 10%)

Fase dalam (92%)

Parasetamol 250 mg

Amprotab 10%

Mucilago amili 10%

Laktosa q.s

Fase luar (8%)

Mg. stearate 1%

Talk 2%

Amprotab 5%

Page 13: BAB I edit

2.8 Monografi Zat Aktif dan Zat Tambahan

1. Zat aktif : Paracetamolum, Acetaminophen

Nama Kimia N-Asetil-ρ-Aminofenol

Struktur Kimia

Rumus Molekul C8H9NO2

Berat Molekul 151,16

Kemurnian Paracetamol mengandung tidak kurang dari

98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,

dihitung terhadap zat anhidrat.

Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas,

7 bagian etanol P, 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol, dan dalam 9 bagian

propilenglikol

Titik Lebur 1630c – 1720c

Pka 9,5

Higroskopisitas Paracetamol menyerap uap air dalam jumlah

yang tidak signifikan pada suhu 26ºc, pada

kelembapan relative meningkat sekitar 90%

(codex,638)

Sifat Alir Jelek, karena paracetamol memiliki kelarutan

yang jelek dan permeabilitas rendah

Polimorfisme Tiga bentuk meta stabil dari asetaminofen yaitu:

orthorombik acetamol untuk pembuatan tablet

dan monoklinik acetaminophen dengan ukuran

lebih kecil dan termodinamik yang stabil.

Stabilitas

1. Stabilitas Bahan Padat

Terhadap Suhu Stabil pada suhu 45ºc

Page 14: BAB I edit

Terhadap Cahaya

Terhadap

Kelembaban

2. Stabilitas Larutan

Terhadap Pelarut

Terhadap Oksigen

Terhadap Ph

Terhadap Cahaya

Stabil

Stabil

Sangat stabil dalam air.

Relative stabil terhadap oksidasi kecuali bila

terhidrolisis menjadi p-aminofeol sebagai

kontaminan, dan bila terpapar kondisi lembab p-

aminofenol terdegradasi menjadi quinonimine

dan akan berwarna merah muda, coklat, hitam.

Hidrolisis minimum terjadi pada ph 5-7 pada

suhu 26ºc, t1/2 paracetamol pada ph 2,5 ; 6,9

adalah 0,73 ; 19,8 ; 21,8 ; 22,8 tahun.

Tidak stabil (FI IV, 650)

2. Zat Tambahan

a. Amprotab

Nama dan sinonim Amprotab, amilum manihot, pati singkong

Pemerian Granul atau serbuk, berwarna putih, tidak

berasa, tidak berbau.

Ukuran partikel Diameter 5-35 µm (Rowe, 2006)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam

etanol

Stabilitas Stabil dalam keadaan kering jika dilindungi

dari   kelembaban tinggi

Penyimpanan Wadah tertutup (Depkes RI, 1979)

Ph 4,5 – 7,0 (rowe, 2006)

Daya alir 10.8–11.7 g/s (Rowe, 2006)

Khasiat Zat tambahan (disintegran) (Rowe, 2006)

Page 15: BAB I edit

b. Amilum

Pemerian Serbuk sangat halus, putih

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam

etanol

Stabilitas Amilum kering stabil jika dilindungi dan

kelembaban tinggi

Inkompatibilitas Pati inkompatibilitas dengan zat pengoksida kuat

Titik Lebur 283o

Khasiat Pengisi

c. Laktosa

Nama Dan Sinonim Laktosa, saccharum lactis

Pemerian Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak

manis (Depkes RI, 1979).

Ukuran Partikel 100 µm (perbesaran 200x) (Rowe, 2006)

Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian

air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P,

praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam

eter P (Depkes RI, 1979).

Stabiltas Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada konsisi

lembab (80% RH dan di atas). Laktosa dapat

mengembangkan warna cokelat pada

penyimpanan, reaksi dipercepat oleh kondisi

hangat yang lembab (Rowe, 2006)

Ph Ph larutan 10% b/v 4-6,5 (Depkes RI, 1979)

Kompresibiitas 18,95-19,10 KN/cm2 (Rowe, 2006)

Penyimpanan Wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

Khasiat Zat tambahan (filler) (Rowe, 2006)

Page 16: BAB I edit

d. Magnesium Stearat

Nama Dan Sinonim Magnesium stearat, Magnesii stearas

Pemerian Bentuk seperti granul atau bubuk, mudah

mengendap, warna putih, rasa khas seperti asam

stearat, bau sperti asam stearat atau bau lemah

Ukuran Partikel 20 µm (perbesaran 600x)

Struktur [CH3(CH2)16COO]2MG

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%)

P, dan dalam eter P (Depkes RI, 1979)

Stabilitas Stabil (rowe, 2006)

Daya Alir Dalam bentuk bubuk daya alir buruk, kohesif

(Rowe, 2006)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

 

e. Talk

Sinonim Magnesi osmanthus; powdered talc; purified

French chalk.

Rumus Empiris Mg6(Si2O5)4(OH)4

Pemerian Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah

melekat pada kulit, bebas butiran, warna putih

tau putih kelabu.

Kelarutan Tidak larut dalam hampir semua pelarut

pH 7-10 untuk 20% b/v

OTT Dengan ammonium

Kekerasan 1,0 – 1,5

Stabilitas Stabil dan dapat disterilkan pada suhu 1600C

Inkompatibilitas Ammonium kwartener

Kegunaan Pelicin

Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, tempat yang dingin

dan kering.

Page 17: BAB I edit

2.9 Analisa Formula

1. Mg stearat

Magnesium stearat secara luas digunakan dalam kosmetik, makanan, dan

formulasi farmasi. Hal ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam kapsul dan

pada pembuatan tablet dengan konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b / b.

Magnesium stearat bersifat hidrofobik dan dapat memperlambat pelepasan obat

dari bentuk sediaan padat; karena itu pada konsentrasi terendah digunakan dalam

formulasi tersebut. Peningkatan koefisien variasi pencampuran dan penurunan

laju disolusi telah diamati berikut cara mencampur magnesium stearat pada saat

granulasi tablet. Laju disolusi tablet dan menghancurkan kekuatan menurun saat

pencampuran meningkat; dan magnesium stearat juga dapat meningkatkan

kerapuhan tablet. Pada saat pencampuran dengan magnesium stearat karena itu

harus dikontrol dengan hati-hati.

2. Lactosa

Laktosa anhidrat secara luas digunakan dalam aplikasi kompresi tablet

langsung dan sebagai pengisi dan pengikat pada tablet dan kapsul. Laktosa

anhidrat dapat digunakan dengan obat yang mempunyai kelembaban sensitif

karena kadar air rendah.

Hal ini memungkinkan pemilihan bahan yang paling cocok untuk aplikasi

tertentu. Biasanya, laktosa digunakan dalam penyusunan tablet dengan metode

granulasi basah atau ketika penggilingan selama pemrosesan dilakukan, karena

ukuran yang baik pencampuran dengan bahan formulasi lain dan menggunakan

pengikat lebih efisien. Aplikasi lain dari laktosa termasuk digunakan dalam

produk liofilisasi, dimana laktosa ditambahkan ke larutan untuk meningkatkan

ukuran plug and bantuan kohesi.

3. Amprotab

Amprotab adalah pati yang diubah atau digunakan dalam formulasi kapsul

dan tablet sebagai pengikat, pengencer, dan disintegran. Dibandingkan dengan

pati, nilai amprotab dapat dihasilkan dengan meningkatkan aliran dan kompresi

karakteristik seperti yang bahan pregelatinized dapat digunakan sebagai pengikat

tablet kompresi kering atau proses kompresi langsung. dalam proses tersebut,

amprotab sebagai pelincir. Namun, bila digunakan dengan eksipien lain mungkin

Page 18: BAB I edit

perlu untuk menambahkan pelicin untuk formulasi. Meskipun magnesium stearat

0,25% b / b umumnya digunakan untuk tujuan ini, konsentrasi yang lebih besar

dari ini mungkin memiliki efek buruk pada kekuatan tablet dan pelepasannya.

Amprotab juga dapat digunakan dalam proses granulasi basah. Pada granulasi

basah konsentrasi amprotab yang digunakan antara 5-20%.

4. Talk

Talk banyak digunakan dalam formulasi sediaan padat sebagai pelincir dan

pengencer. Namun, secara luas digunakan sebagai penghambat pelepasan dalam

pengembangan produk controlled-release. Talk juga digunakan sebagai pelincir

dalam formulasi tablet, dalam powder coating baru untuk extended-release pelet,

dan sebagai adsorben. Untuk tablet sebagai glidan dan lubrican konsentrasi talk

yang digunakan adalah 1-10%.

5. Mucilago amilli

Mucilago amili memiliki dua kegunaan, digunakan sebagai pengikat

sekaligus penghancur. Mucilago amili bersifat pengikat ketika proses pencetakan

tablet, sedangkan bersifat penghancur ketika amilum bersentuhan dengan cairan

saluran pencernaan.

Page 19: BAB I edit

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

Gelas kimia Batang pengaduk Gelas ukur Alat pencetak tablet Oven Mesh Neraca analitik

Bahan :

Paracetamol Amprotab Laktosa Mg. Stearat Talk Aquadest

3.2 Prosedur Kerja Pembuatan Tablet

Pengikat ditambahkan dengan cara kering

1. Parasetamol, amprotab, dan laktosa dicampur sampai homogen, kemudian

tambahkan mucilago amili sedikit demi sedikit hingga diperoleh masa yang

basah.

2. Masa basah kemudian diayak dengan ayakan mesh 10 atau 12.

3. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC atau diangin-angin

diudara terbuka sampai kandungan lembab kurang dari 3%.

4. Granul yang telah kering diayak dengan mesh 14 atau 16.

5. Granul yang telah kering kemudian ditimbang dan dievaluasi.

6. Granul yang telah memenuhi syarat dapat dicampur dengan fasa luar (talk

dan amprotab) aduk sekitar 10 menit hingga homogen, kemudian

tambahkan tambahkan Mg stearat, aduk selama 2 menit.

Page 20: BAB I edit

7. Masa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi dengan menggunakan

punch diamter 13 mm dengan bobot yang telah ditentukan (dari hasil

perolehan granul).

8. Tablet dievaluasi menurut persyaratan berlaku.

3.3 Prosedur Kerja Evaluasi Granul

1. Kecepatan aliran

a. Metode corong

1. Sejumlah 100 g granul dimasukkan kedalam corong dengan ukuran

tertentu.

2. Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang

corong.

3. Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar

dari corong.

4. Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100 g) dengan

waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong (g/detik).

Penafsiran hasil:

Aliran granul baik jika waktu7 yang diperlukan untuk mengalirkan 100 g

granul ≤ 10 detik.

b. Metode sudut istirahat

1. Timbang sejumlah granul, masukkan kedalam corong.

2. Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder dan

ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan.

3. Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng granul

dengan bidang datar).

Penafsiran hasil :

Jika α = 25-30o : granul sangat mudah mengalir

α = 30-38o : granul mudah mengalir

α > 38o : granul kurang mengalir

2. Kelembaban

1. Timbang granul sebanyak 5 atau 10 gram.

2. Masukkan dalam alat moisture analyzer, kemudian alat ditara.

Page 21: BAB I edit

3. Panaskan granul pada suhu 60-70o sampai skala pada alat tidak berubah

(stabil).

4. Baca kadar air yang tertera pada skala (%).

Atau bisa dilakukan dengan cara gravimetri.

Penafsiran hasil :

Kadar air yang baik 1-2%.

3. Bobot Jenis/Kerapatan

a. BJ nyata

Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur. Catat

volumenya.

b. BJ mampat

1. Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu catat

volumenya (Vo).

2. Gelas ukur diketuk sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya

(V10 dan V500).

c. BJ sejati

a = bobot piknometer kosong

b = bobot piknometer kosong + 1 g granul

c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin cair)

d = bobot piknometer + cairan pendispersi

d. Kadar pemampatan

Prosedur : sama dengan BJ mampat.

e. Perbandingan Haussner

Prosedur : sama dengan pada prosedur BJ mampat

f. Persen Kompresibilitas (%K)

Prosedur : sama pada prosedur BJ mampat dan BJ nyata.

3.4 Prosedur Kerja Evaluasi Tablet (Produk Akhir)

1. Visual/ organoleptik

a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet

lebih jelas terlihat

b. Bau

Page 22: BAB I edit

c. Rasa

2. Sifat fisika kimia

a. Keseragaman ukuran

Keseragaman tebal

Keseragaman diameter

Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya

menggunakan jangka sorong. Menurut FIII diameter tablet tidak lebih

dari 3 kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.

b. Kekerasan

Alat : Hardness tester

Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak.

Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan

menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/cm2. Ditentukan

kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.

Syarat : tablet besar 7-10 kg/cm2, tablet kecil 4 kg/cm2

c. Friabilitas

Alat : Friabilator

Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250 mg) atau

40 tablet (jika bobot < 250 mg) yang diambil secara acak. Dibersihkan

satu persatu dengan sikat halus lalu ditimbang (a). Masukkan semua

tablet kedalam alat, lalu putar sebanyak 100 putaran. Lalu tablet

dibersihkan lagi dan ditimbang (b).

f = a−b

a x 100%

f = friabilitas

a = bobot tablet sebelum uji

b = bobot tablet setelah uji

Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%

d. Keseragaman bobot

Diambil 20 tablet secara acak, lalu ditimbang masing-masing tablet.

Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Tidak

boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata

lebih besar dari harga yang diterapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada

Page 23: BAB I edit

satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga

pada kolom B.

Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata (%)

A B

< 25 mg 15 30

26 mg – 150 mg 10 20

151 mg – 300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 10

e. Uji waktu hancur

Alat : Disintegration tester

Prosedur : bejana diisi dengan HCl 0,1 N. Volume diatur pada kedudukan

tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada

kedudukan terendah mulut tabung tetap diatas permukaan. Suhu pelarut

36-38oC. 6 tablet dimasukkan satu persatu kedalam masing-masing

tabung, kemudian alat dinyalakan dan atur naik turun keranjang 30 kali

tiap menit. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal

diatas kasa, kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu. Waktu hancur

dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak ada bagian tablet

yang tertinggal diatas kasa.

Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak

lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.

f. Uji Disolusi

Prosedur :

Media disolusi : 900 ml Larutan dapar posfat pH = 5,8

Kecepatan : 50 rpm

Waktu : 30 menit

Siapkan alat dan bahan

Isi chamber dengan dapar fosfat sebanyak 900 ml

Pasang termostat pada temperatur 37oC

Atur dengan rpm 50

Page 24: BAB I edit

Apabila temperatur dan rpm nya sudah tercapai, masukkan tablet

Paracetamol generik dan paten kedalam chamber yang berbeda.

Turunkan dayung secara bersamaan

Ambil 10 ml larutan yang ada dalam chamber dalam selang waktu

5 menit sampai 30 menit, setelah pengambilan sampel segera

diganti dengan 10 ml dapar fosfat.

Tentukan abs dengan cara menggunakan spektrofotometer

3.5 Perhitungan dan Penimbangan

Formula APengikat mucilago amili 10%

Fase Dalam (92%) = 92

100x350 mg x300=96,6 g

Parasetamol 250 mg → 250 x 300 = 75 g

Amprotab 10 % → 10

100x350=35 g x300=10,5g

Mucilago amili 10 % → 10% (1/3 FD)

10% (1/3 96,6)

10% (32,2) = 3,22 g

Laktosa qs → 96,6 – (75 + 10,5 + 3,22)

= 96,6 – 88,72

= 7,88 g

Fase Luar (8%)

Mg Stearat 1% → 1

92x 83,25=0,90 g

Talk 2% → 2

92x 83,25=1,81 g

Amprotab 5% → 5

92x 83,25=4,52g

= 80

96,6x 300=258,54

Bobot tablet yang diperoleh = 83,25+0,90+1,81+4,52

258,54

Page 25: BAB I edit

= 90,48

258,54

= 0,350 g

3.6 Perhitungan Evaluasi Granul

1. Kecepatan Alir

a. Metode corong

10 gram → 4 detik

2. Kelembaban

Berat krus konstan = 32,9726 gram

Berat krus + sampel = 34,9755 gram

Berat krus setelah di oven = 34,9133 gram

Berat sampel = 34,9755 – 32,9726

Kadar air =

(berat krus+sampel)−beratkrus setelahdi oven¿ ¿berat sampel

x100 %

= 34,9755−34,9138

2,0029x100 %

= 3,0 %

3. Bobot Jenis/kerapatan

a. BJ nyata

Bobt granul (w) = 10,0317

Volume granul tanpa pemampatan (v) = 23 ml

BJ nyata = ρmv=10,0317

23=0,4362 g/ml

b. BJ mampat

Bobot granul (w) = 10,0317 g

V10 = 21 ml

ρ 10=10,0317 g21 ml

=0,4777 g /ml

V500 = 20 ml

ρ 500=10,0317 g20 ml

= 0,5016 g/ ml

c. BJ sejati

Page 26: BAB I edit

Diketahui :

a = bobot piknometer kosong = 15,777 gram

b = bobot piknometer kosong + 1 g granul = 16,761 gram

c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin

cair) = 25,1648 gram

d = bobot piknometer + cairan pendispersi = 24,835 gram

Ditanyakan : ρ ....... ?

Jawab :

ρ = (b−a ) x BJ cairan pendispersi

(b+d )−(a+c)

¿(16,761−15,777 ) x0,79811

(16,761+24,835 )−(15,777+25,1648)

= 0,984 x 0,79811

41,596−40,9418

= 0,785

0,6542 = 1,2 g/ml

d. Kadar pemampatan

Diketahui : VO = Volume granul sebelum pemampatan = 23 ml

V200 = Volume granul pada 200 kali ketukan = 20 ml

Ditanyakan : Kp ...... ?

Jawab :

Kp = Vo−V 500

Vo x 100%

= 23−20

23 x 100%

= 13,0435%

Granul memenuhi syarat Kp ≤ 20%

e. Perbandingan Haussner

Diketahui : BJ setelah pemampatan = 0,476 g/ml

BJ sebelum pemampatan = 0,454 g/ml

Ditanyakan : Angka Haussner ... ?

Jawab :

Angka Haussner = BJ setelah pemampatan

BJ sebelum pemampatan

Page 27: BAB I edit

= 0,476 g/ml0,4 54 g/ml

= 1,14 g/ml

Granul memenuhi syarat, karena Angka Haussner = 1

f. Persen Kompresibilitas (%K)

Diketahui : BJ mampat = 0,5016 g/ml

BJ nyata = 0,4362 g/ml

Ditanyakan : %K ....... ?

Jawab :

% K = BJ mampat−BJ nyata

BJ mampat x 100%

= 0,5016−0,4362

0,5016 x 100%

= 13,03%

Jadi aliran sangat baik.

3.7 Perhitungan Evaluasi Tablet

1. Visual/organoleptik

a. Rupa : tidak rata semua

b. Bau : bau khas obat

c. Rasa : Agak pahit

2. Sifat fisika kimia

a. Keseragaman ukuran

Keseragaman tebal

0,360 cm 0,365 cm 0,36 cm 0,36 cm

0,360 cm 0,36 cm 0,35 cm 0,365 cm

0,360 cm 0,33 cm 0,37 cm 0,365 cm

0,365 cm 0,4 cm 0,36 cm 0,36 cm

0,365 cm 0,36 cm 0,36 cm 0,36 cm

Rata-rata : 0,3435 cm

Keseragaman diameter

0,610 cm 0,615 cm 0,61 cm 0,615 cm

Page 28: BAB I edit

0,610 cm 0,615 cm 0,61 cm 0,61 cm

0,615 cm 0,615 cm 0,62 cm 0,615 cm

0,610 cm 0,61 cm 0,61 cm 0,61 cm

0,615 cm 0,62 cm 0,61 cm 0,61 cm

Rata-rata : 0,612 cm

Tidak boleh lebih dari : 3 x 0,3435 = 1,0305 cm

Tidak boleh kurang dari : 1 1/3 x 0,3435 = 0,44655 cm

Syarat : Menurut FI III diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali

dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

Kesimpulan: tablet memenuhi syarat, karena diameter tablet (0,612

cm).

b. Kekerasan

No. Kekerasan No. Kekerasan

1 6 kg/cm2 11 6 kg/cm2

2 7 kg/cm2 12 7 kg/cm2

3 6 kg/cm2 13 6 kg/cm2

4 5 kg/cm2 14 8 kg/cm2

5 1 kg/cm2 15 7 kg/cm2

6 7 kg/cm2 16 6 kg/cm2

7 6 kg/cm2 17 5 kg/cm2

8 4 kg/cm2 18 5 kg/cm2

9 4 kg/cm2 19 6 kg/cm2

10 5 kg/cm2 20 6 kg/cm2

X = 11320

= 5,65 kg/cm2

Syarat : Tablet besar 7-10 kg/cm2 & tablet kecil 4lg/cm2

Kesimpulan : tablet tidak memenuhi syarat karena pada uji

kekerasan ini diperoleh kekerasan sebesar 5,65 kg/cm2 dengan

kriteria tablet besar dengan bobot > 250 mg.

Page 29: BAB I edit

3. Friabilitas

F = a−b

a x 100%

= 5802,1mg−5109,2 gram

5802,1 mg x 100%

= 11 %

Syarat : Tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%

Kesimpulan: Tablet tidak memenuhi syarat (jelek) karena lebih besar

dari 1% yaitu 11%.

4. Keseragaman bobot

292,0 295,5 286,9 287,3

291,7 288,0 297,8 289,6

295,7 286,5 298,3 292,4

288,4 291,3 295,4 289,7

298,5 303,5 284,1 297,3

Rata-rata : 290,195

Penyimnpangan Kolom A Kolom B

0,62 % Tidak ada

menyimpang dari

kolom A

Memenuhi syarat

kolom A karena <

7,5%

Tidak ada yang

menyimpang secara

keseluruhan karena <

15 %

0,51 %

1,89 %

0,61 %

2,86 %

1,8 %

0,75 %

1,27 %

0,38 %

4,58 %

1,135 %

2,5 %

2,0 %

Page 30: BAB I edit

1,09 %

2,1 %

0,99 %

0,305 %

0,05 %

0,10 %

2,44 %

Penyimpangan 1 = 290,195−292,0

290,195 x 100% = 0,62 %

Penyimpangan 2 = 290,195−291,7

290,195 x 100% = 0,51 %

Penyimpangan 3 = 290,195−295,7

290,195 x 100% = 1,89 %

Penyimpangan 4= 290,195−288,4

290,195 x 100% = 0,61 %

Penyimpangan 5 = 290,195−298,5

290,195 x 100% = 2,86 %

Penyimpangan 6 = 290,195−295,5

290,195 x 100% = 1,8 %

Penyimpangan 7 = 290,195−288,0

290,195 x 100% = 0,75 %

Penyimpangan 8 = 290,195−286,5

290,195 x 100% = 1,27 %

Penyimpangan 9 = 290,195−291,3

290,195 x 100% = 0,38 %

Penyimpangan 10 = 290,195−303,5

290,195 x 100% = 4,58 %

Page 31: BAB I edit

Penyimpangan 11 = 290,195−286,9

290,195 x 100% = 1,135%

Penyimpangan 12 = 290,195−297,8

290,195 x 100% =2,5 %

Penyimpangan 13 = 290,195−298,3

290,195 x 100% = 2,0 %

Penyimpangan 14 = 290,195−295,4

290,195 x 100% = 1,09 %

Penyimpangan 15 = 290,195−284,1

290,195 x 100% = 2,1 %

Penyimpangan 16 = 290,195−287,3

290,195 x 100% = 0,99 %

Penyimpangan 17 = 290,195−289,6

290,195 x 100% = 0,305 %

Penyimpangan 18 = 290,195−292,4

290,195 x 100% = 0,05 %

Penyimpangan 19 = 290,195−289,7

290,195 x 100% = 0,10 %

Penyimpangan 20 = 290,195−297,3

290,195 x 100% = 2,44 %

Syarat : Tidak boleh ada dua tablet yang masing-masing menyimpang dari

bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan

tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih

dari harga pada kolom B.

Page 32: BAB I edit

Kesimpulan : Dari 20 tablet tidak ada tablet yang menyimpang lebih

besar dari harga ditetapkan pada kolom A, dan tidak ada satupun tablet

yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.

5. Waktu hancur

30 detik

Syarat : Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet

tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.

Kesimpulan: Waktu hancur tablet baik karena kurang dari 15 menit.

6. Uji Kadar Zat Aktif

Konsentrasi tablet

ppm Absorbansi5 0.2217 0.3609 0.37211 0.42013 0.54615 0.620

Page 33: BAB I edit

4 6 8 10 12 14 160

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

f(x) = 0.0371571428571429 x + 0.0515952380952381R² = 0.953858405935882

Kurva Zat Aktif

yLinear (y)

konsentrasi

Abso

rban

si

Dengan persamaan regresi linier dari standar yaitu : y = 0,0372x + 0,0516 R2 = 0,9535

0,427 = 0,0372 x + 0,05160,427-0,0516 = 0,0372 x

X =0,37540,0372

= 10,091 ppm x 100 = 1009,14 mg/1000 mL

100 mL1000 mL

x 1009,14 mg=100,914 mg

% kadar = 100,914 mg107,25 mg

x100 %=94,09 %

7. Uji Disolusi

Konsentrasi tablet

ppm Absorbansi4 0.2116 0.4308 0.57510 0.69512 0.752

Page 34: BAB I edit

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 130

0.10.20.30.40.50.60.70.8

f(x) = 0.06735 x − 0.00619999999999987R² = 0.953641099709242

kurva disolusi

YLinear (Y)

Konsentrasi

Abso

rban

si

Sampel

T (waktu) Absorbansi5 0.23310 0.30815 0.34930 0.684

Dengan persamaan regresi linier dari standar yaitu : y = 0,06735x - 0,0062 R2 = 0,9563

a. Waktu 5 menit, absorbansi = 0.2330,233 = 0,06735x - 0,00620,233 + 0,0062 = 0,06735x

X =0,23920,0675

= 3,5516 ppm x 10 = 35,516 mg/1000 mL

35,516 mg1000 mL

x 900 mL=31,9644 mg

% terdisolusi = 31,9644 mg

250 mgx100 %=12,78 %

b. Waktu 10 menit, absorbansi = 0.3080,308 = 0,06735x - 0,00620,308 + 0,0062 = 0,06735x

Page 35: BAB I edit

X =0,3142

0,06735= 4,6652 ppm x 10 = 46,652 mg/1000 mL

46,652 mg1000 mL

x 900 mL=41,9868+ 10900

x 31,9644 mg

= 41,9868 + 0,35516 mg = 42,34196

% terdisolusi = 42,34296 mg

250 mgx 100 %=16,94 %

c. Waktu 15 menit, absorbansi = 0.3490,349 = 0,06735x - 0,00620,349 + 0,0062 = 0,06735x

X =0,3552

0,06735= 5,2739 ppm x 10 = 52,739 mg/1000 mL

52,739 mg1000 mL

x900 mL=47,4561+ 10900

(31,9644+41,9868)

= 47,4561 + 0,82168 mg = 48,27778 mg

% terdisolusi = 48,27778 mg

250 mgx 100 %=19,31%

d. Waktu 30 menit, absorbansi = 0.6840,684 = 0,06735x - 0,00620,684 + 0,0062 = 0,06735x

X =0,6902

0,06735= 10,2479 ppm x 10 = 102,479 mg/1000 mL

102,479 mg1000 mL

x900=92,2311+ 10900

¿

= 92,2311 + 1,34897 mg = 93,58007 mg

% terdisolusi = 93,58007 mg

250 mgx 100 %=37,43 %

Page 36: BAB I edit

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan tablet dengan cara

granulasi. granulasi adalah proses peningkatan ukuran dimana partikel-partikel

kecil digabungkan menjadi partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk

Page 37: BAB I edit

aglomerat atau granul stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi

dilakukan karena sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara

langsung karena kohesivitasnya rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan

disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.

Zat aktif yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Parasetamol

(Acetaminofen). Parasetamol merupakan derivat p-aminofenol yang mempunyai

sifat antipiretik/analgesik. Pembuatan sediaan tablet parasetamol ini dilakukan

dengan menggunakan metode granulasi basah. Granulasi basah digunakan pada

zat aktif yang memiliki laju alir yang buruk sehingga tidak memungkinkan untuk

digunakan metode kempa langsung. Prinsip dari metode granulasi basah adalah

membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat

tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi.

Parasetamol memiliki sifat tahan terhadap pemanasan, memiliki sifat alir yang

jelek (rat holing) dan kompaktibilitas yang jelek, maka dipilih metode granulasi

basah. Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet paracetamol, sebagai fase

dalam (92%) adalah paracetamol 250 mg (zat aktif), mucilago amili 10%

(pengikat), amprotab 10% (disintegran dan pengisi), dan laktosa q.s (pengisi).

Sebagai fase luar (8%) adalah Mg Stearat 1% (pelicin), talk 1% (pelicin dan

diluent), dan amprotab 5% (disintegran).

Pada fase dalam, adanya zat pengikat (binder) seperti mucilage amili

dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dan dapat merekat. Pada formula

ini, amprotab berfungsi sebagai zat pengisi dan disintregan. Amprotab bersifat

pengikat pada keadaan formulasi atau pencetakan (untuk mengikat antar zat dan

menaikkan kohesi bagi tablet) sedangkan bersifat desintegran atau penghancur

pada saat tablet dimasukkan kedalam tubuh (oral) maka obat akan mudah hancur

ketika kontak dengan cairan tubuh. Amprotab merupakan disintregan yang paling

umum digunakan. Mekanisme kerja nya adalah dengan membentuk ikatan

hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat cairan masuk ke

dalam pori-pori tablet (kapiler). Sedangkan laktosa digunakan sebagai pengisi

yang ditambahkan dalam formula tablet, ditunjukan untuk membuat bobot tablet

sesuai dengan yang tercantum dalam formula. Untuk fase luar, Mg stearate

digunakan sebagai glidan (pelicin antara partikel-partikel) yang merupakan

Page 38: BAB I edit

boundary-type lubricant, karena Mg-Stearat berkonsentrasi lebih kecil dibanding

zat lainnya. Talk juga digunakan sebagai pengisi pelincir, untuk melicinkan

sediaan massa siap cetak dengan alat, yang meningkatkan aliran granul sehingga

tersebar ke seluruh tempat cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak

meyumbat di cetakan.

Pada tahapan pembuatan tablet, parasetamol sebagai zat aktif, amprotab,

dan laktosa dicampurkan hingga terbentuk suatu campuran yang homogen.

Amprotab merupakan disintregan yang paling umum digunakan. Mekanisme kerja

nya adalah dengan membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau

mengembang saat cairan masuk ke dalam pori-pori tablet (kapiler). Mucilago

amili yang telah dibuat sebelum nya dicampurkan sedikit demi sedikit hingga

terbentuk suatu massa yang dapat dikepal.

Selanjutnya, massa campuran tadi dilewatkan pada mesh atau ayakan agar

terbentuk suatu granul sehingga luas permukaannya meningkat dan proses

pengeringan berjalan dengan lebih cepat. Ukuran mesh yang digunakan biasanya

mesh no.10/12. Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar

dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain itu

untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi

normal dan diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi seragam.

Granul yang terbentuk, selanjutnya dikeringkan dengan cara dimasukan ke dalam

oven pada suhu 50-60 0C untuk mencegah terjadinya binding dan sticking yang

disebabkan masih adanya kandungan air di dalam granul. Setelah proses

pengeringan selesai, granul diayak kembali dengan menggunakan ayakan yang

ukuran nya lebih kecil, biasa nya digunakan ayakan no.14/16 agar ukuran granul

menjadi lebih homogen.

Pada granul kering yang terbentuk dilakukan evaluasi. Pertama uji

kecepatan aliran. Evaluasi kecepatan alir garnul ini bertujuan untuk menjamin

keseragaman pengisian kedalam cetakan. Apabila granul mudah mengalir, tablet

yang dihasilkan mempunyai keseragaman bobot yang baik. Kecepatan aliran

tablet dilakukan dengan metode corong. Waktu alir dapat digunakan untuk

menentukan sifat alir serbuk atau granul. Waktu alir adalah waktu yang

dibutuhkan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong yang

Page 39: BAB I edit

diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu tertentu. Semakin baik sifat

alirnya maka akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan

sejumlah berat tertentu serbuk atau granul. Diketahui bahwa daya alir yang baik

adalah minimal 10g/ detik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, waktu alir granul 10

g/detik, sehingga dapat diketahui bahwa granul tersebut memiliki daya alir yang

baik.

Kedua, kelembaban. Pada uji ini semakin banyak air yang terkandung

maka akan semakin buruk sediaan yang akan dibuat. Granul dapat dikategorikan

baik apabila kadar air yang terkandung hanya sekitar 1-3% dan dapat

dikategorikan kurang baik apabila kadar airnya <1%. Karena air yang terkandung

pun dapat berfungsi sebagai pengikat sehingga terlalu rendahnya kadar air akan

menyebabkan tablet yang akan dicetak lebih mudah hancur. Kadar air yang terlalu

tinggi akan membuat sulit pencetakan walaupun dapat tercetak, kadar air yang

tinggi pada tablet akan menyebabkan keretakan pada tablet apabila disimpan pada

suhu tinggi karena air dapat menguap dan menyisakan ruang kosong pada tablet

tersebut. Selain itu kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan granul

menempel pada punch sehingga kualitas tablet yang dihasilkan tidak baik. Kadar

air yang dihasilkan yaitu 3 %, yang berarti menunjukan bahwa kwalitas granul

termasuk dalam kategori baik untuk parameter ini.

Ketiga, bobot jenis (BJ) yang bertujuan untuk mengetahui keseragaman

bobot dari granul. Pada perbandingan Haussner, yaitu perbandingan antara BJ

mampat dengan BJ nyata diperoleh 1,14 g/ml. Granul dikatakan memenuhi

syarat, karena Angka Haussner = 1. Dan % kompersibilitas sebesar 13,03 yang

menunjukan aliran sangat baik. Makin meningkat kemampuan untuk dikempa

(BJ rendah), makin kurang daya mengalirnya. Makin berkurang kemampuan

untuk dikempa (BJ tinggi), makin besar daya mengalirnya

Granul kering yang memenuhi syarat kemudian dicampur dengan fasa luar

seperti talkum dan magnesium stearat yang berfungsi sebagai pelincir yang

meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat cetakan pada saat

pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir dapat

memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji

friabilitas, massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan

Page 40: BAB I edit

sebagai fase luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet

dibandingkan ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum

ditambahkan sebanyak 1% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 2%.

Jumlah yang ditambahkan hanya sedikit karena pelincir yang banyak dapat

menyebabkan tablet terlalu keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta sulit

dimetabolisme didalam tubuh. Lubrikan digunakan untuk menghilangkan

gesekan/friksi saat pengempaan dan penarikan kaplet ke luar cetakan. Glidan

digunakan untuk memperbaiki laju alir hasil campuran fase luar dengan granul

(fase dalam) supaya memudahkan pengaliran granul saat pencetakan kaplet.

Kemudian dilakukan pencetakan tablet menggunakan alat single punch

tablet press. Terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan

tablet, antara lain pemilihan eksipien pengisi-pengikat, dimana eksipien yang

dipilih harus sesuai dengan zat aktif, memiliki kemampuan kompresibilitas, daya

alir, dan kemampuan sebagai pelincir yang baik dan sesuai. Faktor lain adalah

homogenitas ukuran serbuk yang akan berpengaruh terhadap proses pencampuran.

Pada proses pencetakan, berat dan kekerasan tablet yang akan dicetak

diperhitungkan dengan mengatur punch atas dan punch bawah dari alat pencetak.

Untuk menentukan berat tablet yang akan dicetak, diatur dengan punch bawah.

Sedangkan untuk mengatur kekerasan tablet, digunakan punch atas. Volume

bahan yang diisikan yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus disesuaikan

dengan beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak. Penyesuaian ini

diperlukan karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan dibuat.

Selama pencetakan, beberapa tablet yang dicetak diambil untuk

pengontrolan berat dan kekerasan tablet. Jika berat atau kekerasannya berada

diluar rentang yang diinginkan, alat pencetak dapat diatur kembali. Setelah

seluruh serbuk dicetak, kemudian dilakukan evaluasi tablet.

Dilakukan pula evaluasi pada tablet yang dibuat. Beberapa parameter uji/

evaluasi sediaan tablet diantaranya adalah uji organoleptic, sifat fisika kimia, dan

uji waktu hancur, uji disolusi, dan penentuan kadar zat aktif dalam tablet.

Evaluasi tablet yang pertama yaitu visual atau organoleptik yang meliputi

rupa, bau dan rasa. Sediaan pada kelompok kami memiliki warna putih, dengan

permukaan agak kasar dan bau obat yang khas. Yang kedua keseragaman ukuran,

Page 41: BAB I edit

keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu

keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan

untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih

zat aktif. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul

lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih

yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan

keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat

steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah

dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah

akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini. Pengujian ini ada dua tahap

yaitu keseragaman tebal dan keseragaman diameter, dari hasil yang didapat bahwa

diameter tablet lebih dari 3 kali dan tebal tablet kurang dari 113

sehingga tablet

tidak memenuhi syarat keseragaman ukuran. Setelah dilakukan pengujian ini,

didapatkan hasil bahwa diameter tidak lebih dari 3 kali diameter di dapatkan hasil

sebesar 1,0305 cm dan tidak kurang dari 1 1/3 yaitu hasilnya 0,44655 cm. Tablet

memenuhi syarat, karena diameter tablet (0,612 cm). Yang ketiga kekerasan, uji

kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang

mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi

tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan

kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada

saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan

adalah hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan

ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan

terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.

Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Alat yang dapat

digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer

tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.

Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar

tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada

umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar

hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada

Page 42: BAB I edit

umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg.

Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau

lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima

dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi

biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih

sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet

lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan

waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Uji

kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 20 tablet secara acak,

yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.

Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2. Uji

kekerasan tablet untuk mengetahui kekerasannya supaya tablet tidak terlalu rapuh

atau terlalu keras. Hasil yang didapat dari uji kekerasan bahwa ada hasil yang

menyimpang kurang dari 7-10 kg/cm. Yang keempat friabilitas, Kerapuhan

merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan

tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.

Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang

hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.

Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per

menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Tablet yang akan diuji sebanyak

20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan

seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan

diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25

putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu

dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot

sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih

dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang

terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka

semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan

mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet

dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya

kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih

Page 43: BAB I edit

terdapat dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas

adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau

terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil

pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus

diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang

telah dilakukan. Hasil pada sediaan kelompok kami yaitu 11 %, yang dimana

Tablet tidak memenuhi syarat (jelek) karena lebih besar dari 1% yaitu 11%.

Yang kelima keseragaman bobot, hasilnya bahwa ada tidak ada tablet yang

menyimpang dari kolom A bahwa Memenuhi syarat kolom A karena < 7,5% dan

untuk kolom B Tidak ada yang menyimpang secara keseluruhan karena < 15%.

Yang enam adalah uji waktu hancur, waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan

sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu

melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang

digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6

tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan

ayakan/screen no.10 mesh. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu

sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap

granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan

porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet

akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga

memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet

bersalut tidak > 15 menit. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan

dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut

dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan

mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur

dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur

untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan

salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak

boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur

dalam medium basa.

Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-

masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan

Page 44: BAB I edit

dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,

masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air

bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain

dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera

dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus

hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi

pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus

hancur sempurna.

Pada kelompok kami tablet hancur pada waktu 30 detik. Sehingga tablet u

memiliki waktu hancur yang baik karena tablet memenuhi persyaratan uji waktu

hancur untuk tablet tidak bersalut dikarenakan kurang dari 15 menit. Yang ketujuh

uji disolusi. Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan

disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan

kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis

alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol

digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian

alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator

Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan

disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang

yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang

bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH

5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan

mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol

BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm.

Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah

yang tertera pada etiket.Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif

dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat

penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan

zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.

Hasil disolusi tablet selama 5 menit di dapatkan hasil yaitu 12,78 %, 10 menit

sebesar 16,94 %, 15 menit sebesar 19,31 % dan 30 menit sebesar 37,43 %. Hasil

Page 45: BAB I edit

disolusi kelompok kami dinyatakan kurang baik, karena persentasenya tidak sama

dengan persentase zat aktif.

BAB VI

KESIMPULAN

- Metode pembuatan tablet yang kami pilih untuk zat aktif parasetamol adalah

metode granulasi basah, karena berdasarkan literatur, zat aktif yang kami

gunakan stabil dalam larutan dan tahan terhadap pemanasan

Page 46: BAB I edit

- Pada evaluasi granul memiliki kompresibilitasnya tablet yang kami dapat

sebesar 13,03 %, kompresibilitas granul dengan nilai tersebut tergolong baik

karena standar kompresibilitas granul yang baik adalah < 20%.

- Pada evalusi tablet terdiri dari keseragaman ukuran dan keseragaman bobot

memiliki tablet dengan ukuran dan bobot yang memenuhi syarat.

- Pada uji kekerasan tablet tidak memenuhu syarat karena diperoleh hasil 5,65

kg/cm2 dengan kriteria tablet besar dengan bobot > 250 mg.

- Dalam evaluasi pembuatan tablet, tablet yang kami hasilkan memiliki waktu

hancur yang relatif cepat, dengan friabilitas yang buruk karena > 1%.

- Hasil disolusi pada 30 menit sebesar 37,43 %. Hasil disolusi kelompok kami

dinyatakan kurang baik, karena persentasenya tidak sama dengan persentase

zat aktif yaitu 94,06%.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta

Page 47: BAB I edit

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UI-

Press. Jakarta

Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta

Martindale The Extra Pharmacopoeia, Twenty-Eight Edition. 1982. The

Pharmaceutical Press. London

Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical

excipients, Ed II. The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical

Sciences. London