Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka
Transcript of Bab i, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab v, Bab Vi, Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang sembilan tahun kondisi suhu udara di wilayah Bogor menjadi lebih
panas. Dari tahun ke tahun suhu udara rata-rata pertahun terus meningkat. Suhu
udara rata-rata tahunan telah bertambah sekitar 0,07 oC sejak tahun 2001 hingga
tahun 2009. Pada tahun 2003 merupakan tahun terpanas selama sembilan tahun
terakhir, suhu udara rata-rata pertahunnya mencapai 26,10 oC. Sedangkan suhu
udara maksimum rata-rata pertahun yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009,
dengan suhu mencapai 31,97 oC yang pada tahun sebelumnya hanya 31,28 oC.
Artinya terjadi peningkatan suhu sampai 0,69 oC.
Pemanasan ini terjadi akibat menipisnya lapizan ozon di atmosfer terutama di
wilayah kutub (Bratasida, 2002). Tercatat pula dari hasil pengukuran badan
Antartika AS (NASA) lubang ozon pada tahun 2003, 2005, dan 2006 di atas
Antartika telah mencapai luas hingga 29 juta km2. Lapisan ozon berfungsi
sebagai pelindung radiasi langsung dari sinar matahari ke bumi sehingga
kehidupan di bumi dapat berlangsung. Keberadaan bahan-bahan kimia khususnya
yang dihasilkan oleh konsumsi manusia seperti Chloro Fluoro Carbon (CFC),
Halon, dll ternyata merupakan penyebab rusaknya lapisan ozon di atmosfer.
Dengan menipisnya lapisan ozon, maka radiasi gelombang pendek matahari akan
lolos ke lapisan atmosfir bumi, sehingga mengakibatkan meningkatnya suhu
bumi.
Menipisnya lapisan ozon sedikit berpengaruh terhadap perubahan curah hujan
atau perubahan distribusi curah hujan di Wilayah Bogor. Dari data klimatologi
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Balai II Ciputat tercatat terjadi kenaikan
jumlah curah hujan sejak tahun 2001 sampai tahun 2009. Jumlah curah hujan rata-
rata pertahun yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005. Jumlah curah hujan rata-
rata meningkat jadi 410,47 mm dari tahun sebelumnya yang hanya 351,75 mm.
2
Pola curah hujan di wilayah Bogor juga dipengaruhi oleh letak geografisnya.
Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian
timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang
dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah
Jawa Barat (termasuk Bogor). Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai
330 m dari permukaan laut. Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15% dan
sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30%.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
apakah perubahan suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan,
untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Suhu Udara Rata-Rata Terhadap Jumlah Curah Hujan di Wilayah Bogor Tahun
2001 – 2009.”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya peningkatan suhu udara rata-rata di wilayah Bogor.
2. Kenaikan suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan di
wilayah Bogor.
3. Menipisnya lapisan ozon di wilayah Antartika tidak terlalu mempengaruhi
perubahan suhu udara rata-rata di wilayah Bogor.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta adanya keterbatasan peneliti dalam
hal waktu dan kemampuan, maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Suhu udara rata-rata selama sembilan tahun (2001 – 2009)
2. Jumlah curah hujan rata-rata selama sembilan tahun (2001 – 2009)
3. Ukuran lubang ozon selama sembilan tahun (2001 – 2009)
3
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan, yaitu:
1. Adakah pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah curah
hujan di wilayah Bogor?
2. Seberapa besar pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah
curah hujan di wilayah Bogor?
3. Seberapa besar pengaruh meningkatnya ukuran lubang ozon dengan
meningkatnya suhu udara rata-rata di wilayah Bogor?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk:
1. Mengetahui pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata terhadap jumlah
curah hujan di wilayah Bogor.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh meningkatnya suhu udara rata-rata
dengan jumlah curah hujan di wilayah Bogor.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh meningkatnya ukuran lubang ozon
dengan meningkatnya suhu di wilayah Bogor.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi
pemerintah kota Bogor untuk merencanakan program pemerintah dalam
rektrurisasi lingkungan di wilayah sehingga suhu udara kembali stabil dan
tidak terjadi perubahan pola curah hujan yang terlalu signifikan.
2. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan
masukan bagi masyarakat kota Bogor, agar dapat merubah pola kehidupan
yang dapat menyebabkan pola curah hujan di wilayah berubah, seperti terlalu
banyak menggunakan bahan-bahan kimia Cholor Fluoro Carbon (CFC),
halon dll.
4
G. Sistematika Laporan Penelitian
Bab I. Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, dan
sistematika laporan penelitian.
Bab II. Tinjauan Pustaka: berisi teori suhu udara, teori hujan, teori lapisan ozon.
Bab III. BMG Wilayah II Ciputat: sejarah BMG, tugas dan fungsi BMG, dan
struktur organisasi BBMG.
Bab IV. Metode Penelitian: berisi tempat dan waktu penelitian, data penelitian
(sumber) dan metode pengumpulan data, metode penelitian, metode dan analisis
data, dan teknik pengolahan data.
Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan: berisi hasil penelitian, dan pembahasan
(suhu udara, curah hujan, lubang ozon).
Bab VI. Penutup : berisi kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-
molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima
panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang
kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.1
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Sedangkan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu-suhu tinggi disebut Pyrometer,
contohnya Pyrometer radiasi, yang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda
yang panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur
suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama-
tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu
benda tertentu. Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut
di bagi-bagi dalam skala-skala, yang menunjukan derajat-derajat suhu. Skala-
skala tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu.
Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat
Celcius ke sepuluh.
1 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu Udara”, artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm
6
Gambar 2.1 Termometer dalam sangkar meteorologi
Matahari merupakan kendali iklim yang sangat penting dan sebagai sumber
utama di bumi yang menggerakan udara arus laut. Diameter matahari 1,42 x 106
km dan suhu permukaan ± 6.000 K.2
Setiap saat atmosfer pada setiap bagian mempunyai suhu yang berbeda. Hal
tersebut disebabkan oleh jumlah sinar matahari yang diterima pada setiap daerah.
Jadi tinggi rendahnya suhu udara pada setiap daerah berbeda, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah:
1. Lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur.
Semakin miring sinar matahari semakin berkurang panasnya. Semakin tinggi
tempat semakin rendah suhunya. Keadaan tanah, tanah yang licin dan putih
banyak memantulkan panas. Tanah yang hitam dan kasar banyak menyerap panas.
Daratan cepat menerima dan melepaskan panas dibandingkan lautan.
2. Sudut datang sinar matahari.
2 Tjasyono, Bayong. Klimatologi. Bandung: IPB, 2004.
7
Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari,
sedangkan sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut
datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan suatu
bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar matahari, maka
semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring
datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi semakin rendah.
3. Relief permukaan bumi
Dalam arah datar di dekat permukaan bumi suhu udara berkurang mengikuti
ketinggian tempat. Besarnya pengurangan bergantung kepada keadaan
lingkungan.3
Dengan:
Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan
Tho = suhu pada ketinggian ho.
4. Banyak sedikitnya awan
Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di atmosfir. Ia terlihat seperti
asap berwarna putih atau kelabu di langit. Udara selalu mengandung uap air.
Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin
besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik
bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu
akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.4
5. Angin dan arus laut
3 Yusuf Djajadihardja. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam Deputi Bidang TPSA, BPP Teknologi. (Ciputat: Badan Meterologi dan Geofisika, 2005).
4 Rizal, Fachmi, “Pengertian Awan” artikel diakses pada tanggal 12 Juli 2010 dari http://mfachmirizal.blogspot.com/2009/04/pengertian-awan.html
8
Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara.
Misalnya angin arus dari daerah dingin, akan menyebabkan daerah yang
dilaluinya menjadi dingin.
B. Teori Hujan
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti
embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh
ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena
sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut
sebagai virga.5
Hujan sangat berperan dalam siklus hidrologi. Ketika air laut menguap, ia
berubah menjadi awan, lalu terkumpul menjadi awan mendung lalu turun kembali
ke bumi dalam bentuk tetes-tetes air, dan akhirnya kembali ke laut
melalui sungai dan anak sungai untuk mengulang daur dari awal lagi.
Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan adalah Pluviometer
atau penakar hujan (rain gage), yang dinyatakan sebagai kedalaman air yang
terkumpul pada permukaan yang datar, dan diukur kurang lebih 0,25 mm. Satuan
Internasional (SI) yang digunakan untuk curah hujan adalah “millimeter” yang
merupakan singkatan dari liter per meter persegi.
5 Wikipedia, “Hujan” artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan
9
Gambar 2.2 Pluviometer
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Butir air yang dapat keluar dari awan mencapai bumi sekurang-kurangnya
bergaris tengah 200 mikrometer; bila kurang dari 200 mikrometer, butir-butir air
tersebut sudah habis menguap sebelum mencapai bumi (1 mikrometer = 0,001
cm). Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya air hujan yang jatuh pada setiap
permukaan seluas 1 m2 setinggi 1mm, dengan tidak menguap, meresap atau
mengalir. Atau Sejumlah air hujan yang jatuh sebanyak 1 liter pada setiap luasan
1 m2. 6
Contoh :
6 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu Udara”, artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm.
10
- Curah hujan 15 mm pada luasan 100 m2 = 1500 liter air
= 1,5 meter kubik air
- Curah hujan 150 mm pada luasan 1 Km2 = 150 juta liter air
= 15 ribu meter kubik air
1. Klasifikasi Curah Hujan7
a. Hujan Harian
Tabel 2.1 Klasifikasi Curah Hujan Harian
Curah Hujan Hitungan
< 5 mm/24 jam Sangat ringan
5 – 20 mm/24 jam Ringan
21 – 50 mm/24 jam Sedang
51 – 100 mm/24 jam Lebat
> 100 mm/24 jam Sangat lebat
b. Hujan Per Jam
Tabel 2.2 Klasifikasi Curah Hujan Per Jam
Curah Hujan Hitungan
< 1 mm/jam Sangat ringan
1 – 5 mm/jam Ringan
5 – 10 mm/jam Sedang
10 – 20 mm/jam Lebat
> 20 mm/jam Sangat lebat
c. Klasifikasi Besar Hujan Sebulan pada Musim Hujan
Tabel 2.3 Klasifikasi Hujan Sebulan pada Musim Hujan
Klasifikasi Hujan Harian Hari Hujan Estimasi Kumulatif CH 7 Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika, Stasiun Ahmad Yani Semarang, ibid.
11
Jumlah CH Sebulan
a. Sangat ringan (< 5
mm/24 jam)
b. Ringan (5 – 20 mm/24
jam)
c. Sedang (21 – 50 mm/24
jam)
d. Lebat (51 – 100 mm/24
jam)
e. Sangat lebat (> 100
mm/24 jam)
5 -6 Hari
6 – 7 Hari
6 – 7 Hari
2 – 4 Hari
1 – 2 Hari
10 – 15 mm
60 – 70 mm
180 – 210
mm
150 – 250
mm
110 – 300
mm
10 – 15 mm
70 – 85 mm
250 – 295 mm
400 – 545 mm
510 – 845 mm
2. Jenis-jenis Hujan8
Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya,
ukuran butirannya, atau curah hujannya.
a. Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya
1) Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik
disertai dengan angin berputar.
2) Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,
akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara.
Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan
di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
3) Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang
mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju
pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi.
Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
8 Wikipedia, “Hujan” artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan.
12
4) Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin
bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua
massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin
lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan
lebat yang disebut hujan frontal.
5) Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin
Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya angin muson adalah karena
adanya pergerakan semu tahunan matahari antara Garis Balik
Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi
bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi
bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan
adanya musim penghujan dan musim kemarau.
b. Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya
1) Hujan gerimis (drizzle), diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.
Umumnya berasal dari awan Stratus atau Altostratus.
2) Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah
0° Celcius.
3) Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan
yang suhunya dibawah 0° Celcius. Umumnya berasal dari awan
Culumunimbus (Cb) yang tinggi.
4) Hujan deras atau rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu
diatas 0° Celsius dengan diameter ± 7 mm. Umunya berasal dari
Altostratus tebal atau Nimbostratus.
c. Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)
1) hujan sedang, 20 – 50 mm per hari
2) hujan lebat, 50 – 100 mm per hari
13
3) hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak
geografis. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia
bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT
yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak
adalah Jawa Barat. Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada
di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Luasnya 21,56 km², terletak pada
ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas permukaan laut dengan
jumlah curah hujan 325,38 mm/tahun.
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0 – 15% dan sebagian kecil
daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 – 30%. Bogor terletak pada kaki
Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin
laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik
secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan
menjadi hujan.
3. Poses Pembentukan Hujan9
a. Ukuran Partiken Awan dan Pertumbuhan
Ukuran Partiken Awan
Tetes air terbentuk pada inti-inti kondensasi dari berbagai tipe dan ukuran.
Partikel awan (tetes air) yang ada di dalam atmosfer dibedakan dalam tiga
golongan berdasarkan ukurannya,yaitu:
1) Inti biasa, dengan garis tengah < 0,1 μ
2) Inti besar, dengan garis tengah 0,1 – 1,0 μ
3) Inti besar besar, dengan garis tengah > 1,0 μ
9 Djajadihardja, Yusuf. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumber
Daya Alam Deputi Bidang TPSA, BPP Teknolog. (Ciputat: Badan Meterologi dan Geofisika,
2005).
14
Pertumbuhan Partikel Awan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan awan, diantaranya adalah
kelembapan udara di sekitarnya, tegangan suhu permukaan, sifat inti
kondensasinya, dan cepatnya perpindahan panas laten ke dalam udara di
sekitarnya.
Gambar 2.3 Proses Pembentukan Hujan
(sumber: http://ga.water.usgs.gov/edu/graphics/watercyclehigh.jpg , 2010)
Pada saat permulaan, proses kondensasi pada inti-inti berlangsung sangat
cepat sampai pada suatu ukuran yang dapat dilihat dalam sekejap mata, kemudian
proses selanjutnya akan berlangsung secara perlahan. Dari hasil proses kondensasi
sendiri, tidak akan menghasilkan tetes-tetes air yang garis tengahnya bisa melebihi
30 μ.
Mekanisme Proses Penggabungan
15
Tetes-tetes awan terangkat oleh arus udara naik akan terjatuh kembali sedikit
ke bawah. Pada kejadian ini, maka tetes-tetes awan yang lebih besar akan jatuh
menimpa tetes-tetes awan yang lebuh kecil di sekitarnya. Tetes air ini baru dapat
berbenturan antara satu dengan yang lainnya apabila garis tengahnya sudah lebih
dari sekitar 18 μ.
Proses benturan dan penggabungan ini sangat perlu untuk perkembangan
hujan dari awan-awan panas yang suhunya di atas 0o C dan seluruhnya terdiri dari
tetes-tetes air. Tetes air juga didapati (terjadi) dalam awan dingin yang suhunya
kurang dari 0o C dan terdiri dari tetes-tetes air super dingin. Tetes air super dingin
ini dapat pula berkembang besar dalam proses benturan dan penggabungan.
Beberapa awan dingin dapat juga mengandung Kristal-kristal es.
C. Teori Lapisan Ozon
1. Ozon
Pada pertengahan abad ke-19 ozon ditemukan oleh C.F Schobein. Penamaan
ozon diambil dari bahasa Yunani yakni “ozein” yang berarti bau atau smell. Ozon
dikenal sebagai gas yang tidak memiliki warna.
Ozon adalah salah satu daripada gas-gas yang membentuk atmosfer. Molekul
dwi atom oksigen (O2) yang kita bernafas membentuk hampir-hampir 20%
atmosfer. Ozon secara alami terdapat di dalam atmosfir. Masing-masing molekul
ozon terdiri dari tiga buah atom oksigen dan dinyatakan sebagai O3. Ozon bisa
dijumpai di dua wilayah atmosfer. Sekitar 10% ozon berada di lapisan troposfir,
yaitu wilayah atmosfir yang paling dekat dengan permukaan bumi dari permukaan
bumi hingga ketinggian 10 – 16 kilometer.10
Meskipun ozon bisa ditemukan dalam jumlah yang kecil di semua lapisan
atmosfer, namun karena adanya proses kimia dan radiasi, keberadaannya tidak
terlalu signifikan. Hampir sekitar 90 % dari jumlah ozon yang ada di atmosfer
berada pada lapisan teratas yang dikenal dengan nama stratosfer, yang lokasinya
10 Birusoft Cipta Informatika, “Ozon Indonesia” artikel diakses pada tanggal 12 Juli 2010 dari http://www.ozon-indonesia.org/index.php?table=ozon&view=true&no=2.
16
sekitar 15 – 50 km di atas permukaan bumi. Wilayah yang berisikan konsentrasi
terbesar dari ozon ini dinamakan sebagai lapisan ozon.
2. Lapisan ozon
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30
mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon.
Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh
sinar ultraviolet matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah
terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul
nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.11
3. Kepentingan Ozon
Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinaran UV pada jarak gelombang
242 nanometer dan disingkirkan dengan foto-pengasingan dari sinaran bagi jarak
gelombang yang besar daripada 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama
sinaran UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-proses ini adalah
efektif dalam mengekalkan kemalaran bilangan ozon dalam lapisan dan
penyerapan 90% sinaran UV.
4. Fungsi Lapisan Ozon Bagi Kehidupan di Bumi
Ozon di stratosfir menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet matahari yang
sangat berbahaya. Oleh karena peran inilah maka ozon stratosfir sering kali di
sebut sebagai good ozone. Sebaliknya, ozon troposfir yang terbentuk akibat
pencemaran disebut bad ozone karena dapat membahayakan kehidupan manusia,
tanaman dan hewan.
5. Kerusakan Lapisan Ozon
11 Wikipedia, “Ozon” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ozon.
17
Kerusakan Lapisan ozon terdeteksi pertama kali pada pertengahan tahun
1974, ketika para ahli dan peneliti dari Inggris mengumumkan, lapisan ozon di
atas Hally Bay, antartika menunjukkan adanya penipisan yang drastis. Antara
tahun 1950 sampai dengan tahun 1970 terukur rata-rata lapisan ozon sebesar 300
DU (Dobson Unit). Akan tetapi dalam kurun waktu Oktober 1978 sampai Oktober
1984, lapisan ozon terukur mencapai titik terendah sebesar 125 DU (100 DU
setara dengan ketebalan 1mm gas ozon mampat).
Gambar 2.4 Lubang Ozon
(sumber: http://www.sciencedaily.com, 2010)
Penipisan yang drastis ini sering disebut dengan istilah “lubang ozon” (lihat
gambar 2.4). Dalam citra satelit, kadar ozon yang rendah tersebut menyerupai
sebuah lubang.
Pada akhir tahun 2002, majalah terkemuka The Straits Times melansir hasil
penelitian para ilmuwan mengenai lubang ozon. Para ilmuwan menemukan,
lubang ozon semakin menganga lebar. Di belahan Antartika misalnya, lubang di
lapisan ozon bertambah menjadi 23 juta km persegi (setara lebih luas Amerika
18
Utara). Padahal pada periode yang sama pada tahun 1998 lubang ozon masih
kecil.
Salah satu zat utama yang bertanggung jawab terhadap kerusakan lapisan
ozon adalah unsur Klorin (Cl). Unsur ini secara luas digunakan sebagai cairan
pendingin (refrigerant) pada freezer, kulkas, AC ruangan, dan mesi pendingin
lainnya, serta dikenal sebagai zat CFC (Chlorofluorocarbon) (lihat gambar 2.5).
Gambar 2.5 Proses Kerusakan Ozon Oleh Zat CFC
(sumber: Dini, Shifa. 2010. http://shifadini.wordpress.com/)
Secara ilmiah, reaksi pembentukan dan penguraian ozon terjadi secara
seimbang terus menerus selama berabad-abad. Bertambahnya zat perusak ozon
atau Ozone Depleting Subtances (ODS) semisal Cl mengubah kesetimbangan
reaksi yang terjadi, sehingga laju penguraian ozon lebih cepat dibandingkan laju
pembentukannya. Hal ini menyebabkan menurunnya konsentrasi lapisan ozon di
atmosfer.
Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000
senyawa ozon dan bertahan sampai 50 tahun di atmosfer. Zat-zat perusak ozon
19
(ODS) utama yang bertanggung jawab terhadap perusakan ozon antara lain CFC,
Halon (digunakan dalam cairan pemadam kebakaran), dan Dinitrogen dioksida.
Peristiwa kerusakan lapisan ozon ini menyebabkan suhu permukaan bumi dan
trofosfir meningkat (lihat gambar 2.6).
Gambar 2.6 Proses Kerusakan Ozon
(sumber: http://school-press.com/sman3sukabumi/files/2010/01/efek-rumah-
kaca.jpg)
BAB III
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA (BMG) WILAYAH II
CIPUTAT
A. Sejarah BMG
20
Riset cuaca dan geofisika pada tahun 1866 diresmikan oleh pemerintah
Hindia Belanda menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en
Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
yang dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879, sebanyak 74 stasiun pengamatan jaringan penakar hujan
dibangun di Jawa. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan
pemasangan komponen horizontal Seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan
pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala
Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of
Indonesia with WMO. Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika
diubah menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan, pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun
1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika,
kedudukannya tetap dibawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II
dibawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikan
menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, tetap berada dibawah Departemen Perhubungan. Terakhir pada tahun
2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur
organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
B. Tugas dan Fungsi BMG
Berdasarkan keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor:
KEP 001 Tahun 2004 tanggal 5 Oktober 2004, tugas dan fungsi BMG adalah
sebagai beikut :
21
1. Tugas
Melaksanakan tugas kepemerintahan dibidang Meteorologi dan Geofisika,
klimatologi dan kualitas udara, serta geofisika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Fungsi
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang Meteorologi,
Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
b. Koordinasi kegiatan fungsional dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika.
c. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta
dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
d. Penyelengaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan
analisis serta pelayanan dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara
dan Geofisika.
e. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama dibidang Meteorologi, Klimatologi,
Kualitas Udara dan Geofisika.
C. Stuktur Organisasi BBMG Wilayah II
BBMG Wilayah II adalah salah satu pembagian wilayah dari Badan
Meteorologi dan Geofisika. Adapun struktur organisasi BBMG wilayah II terdiri
dari seorang kepala yang membawahi Bidang Observasi, Bidang Data dan
Informasi, dan kelompok jabatan fungsional, serta bagian tata usaha. Secara
keseluruhan struktur organisasi BBMG wilayah II dapat dilihat pada gambar 3.1
dibawah ini :
22
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BBMG Wilayah II
( Sumber: Data Primer)
Keterangan :
23
1. BBMG Wilayah II bertanggung jawab kepada BMG pusat.
2. BBMG Wilayah II terdiri dari tiga bidang, antara lain Bagian Tata Usaha,
Bidang Observasi, Bidang Data dan Informasi, dan satu Kelompok Jabatan
fungsional.
3. Bagian Tata Usaha terdiri dari Subbagian Keuangan dan Perlengkapan, dan
Subbagian Persuratan dan Kepegawaian. Masing-masing subbagian
bertanggung jawab kepada bagian Tata Usaha.
4. Bidang Observasi terdiri dari Subbidang Pengumpulan dan Penyebaran, dan
Subbidang Instrumentasi dan Kalibrasi. Masing-masing subbidang
bertanggung jawab kepada Bidang Observasi.
5. Bidang Data dan Informasi terdiri dari Subbidang Manajemen Data dan
Subbidang Pelayanan Jasa. Masing-masing subbidang bertanggung jawab
kepada Bidang Data dan Informasi.
6. Kelompok Jabatan Fungsional bertanggung jawab kepada kepala BBMG
Wilayah II.
BAB IV
24
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) dalam penulis ini adalah
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah II Ciputat, yang beralamat di
Jl. H. Abdulgani No. 5 Kp. Bulak, Cempaka Putih, Ciputat, kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 5 – 30 Juli 2010.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah studi literatur dengan
menganalisis data suhu udara rata-rata dan jumlah curah hujan di wilayah Bogor
selama periode sembilan tahun (2001 – 2009). Data tersebut diperoleh dari
laporan klimatologi kota Bogor Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
Ciputat.
C. Data Penelitian (Sumber) dan Metode Pengumpulan Data
1. Data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Data suhu udara wilayah Bogor selama sembilan tahun (2001 – 2009)
b. Data curah hujan wilayah Bogor selama sembilan tahun (2001 – 2009)
c. Data monitoring cuaca wilayang Bogor
d. Data lain yang mendukung penelitian ini.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian ini antara lain:
a. Metode Studi Pustaka
Dengan metode studi pustaka penulis mengumpulkan, memilih dan
menganalisis beberapa sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah suhu
udara dan curah hujan.
b. Metode Dokumentasi
25
Dengan metode dokumentasi penulis mengumpulkan data dari data
Klimatologi stasiun Darmaga Bogor Balai Besar Meteorologi dan Geofisika
Wilayah II Ciputat. Adapun data yang diambil adalah suhu udara dan curah
hujan bulanan dari tahun 2001 sampai tahun 2009.
D. Metode Analisis Data
Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu
penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis data digunakan untuk mengetahui korelasi antara suhu udara dan pola
curah hujan di wilayah Bogor.
a. Suhu Udara
Suhu udara yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu udara rata-rata,
rata-rata maksimum, dan rata-rata minimum setiap tahunnya di wilayah Bogor
selama sembilan tahun (2001 – 2009). Suhu udara (rata-rata, maksimum, dan
minimum) pertahun dan dibuat grafik untuk mengetahui kecendrungan apakah
setiap tahun suhu udara (rata-rata, maksimum, dan minimum) mengalami
peningkatan atau penurunan, dibandingkan dengan jumlah dan ukuran lubang
ozon pertahun, ini untuk mengetahui apakah ukuran lubang ozon berpengaruh
terhadap meningkatnya suhu udara di wilayah Bogor.
b. Jumlah curah hujan
Curah hujan yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah curah hujan
rata-rata pertahun selama sembillan tahun terahir (2001 – 2009). Jumlah curah
hujan setiap tahunnya dijumlahkan dan dibuat grafik untuk melihat
kecendrungannya. Kemudian dibandingkan dengan suhu udara untuk melihat
apakah ada korelasi antara suhu udara dengan pola curah hujan.
E. Prosedur Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data pada penelitan ini dengan menggunakan dengan
menggunakan program Microsoft office exel.
Suhu udara setiap tahunnya dicari nilai rata-rata, dengan rumus:
26
T rt=∑ T rb
N
Keterangan:
Trt = suhu udara rata-rata pertahun
∑ Trb = jumlah suhu udara rata-rata perbulan dalam 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
Kemudian dibuat diagram untuk mengetahui mengetahui perubahan suhu
udara rata-rata pertahunnya. Curah hujan setiap tahunnya dijumlah dan dicari nilai
rata-rata, dengan rumus:
Rrt=∑ R rb
N
Keterangan:
Rrt = jumlah rata-rata curah hujan pertahun
∑ Rrb = jumlah rata-rata curah hujan sebulan selama 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
Setelah nilainya didapat, dibuat diagram pengaruh suhu udara rata-rata
terhadap jumlah curah hujan, untuk mengetahui pengaruh suhu udara rata-rata
terhadap jumlah curah hujan, dan seberapa besar pengaruhnya.
BAB V
27
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini, diuraikan secara rinci hasil penelitian sebagai jawaban atas
rumusan masalah yang tertera pada bab I. Beberapa hal yang akan diuraikan
meliputi: (1) data suhu udara rata-rata, suhu maksimum, (2) data curah hujan
pertahun, (3) data ukuran lubang ozon, (4) data pengaruh suhu udara rata-rata
terhadap jumlah curah hujan pertahun, dan (5) data pengaruh lubang ozon
terhadap suhu udara rata-rata selama periode sembilan tahun (2001 – 2009).
Untuk mengetahui apakah suhu udara mempengaruhi pola curah hujan di
wilayah Bogor, terlebih dahulu data suhu udara rata-rata perbulan selama satu
tahun dijumlahkan dan dicari rata-ratanya pertahun.
T rt=∑ T rb
N
Keterangan:
Trt = suhu udara rata-rata pertahun
∑ Trb = jumlah suhu udara rata-rata perbulan dalam 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
Setelah diketahui suhu udara rata-rata pertahun, kemudian dibuat diagram
suhu udara rata-rata setiap tahunnya untuk melihat perbedaan antara satu tahun
dengan tahun lainnya, juga untuk mengetahui pada tahun manakah suhu udara
paling tinggi atau paling rendah dan pada tahun berapa suhu udara mengalami
kenaikan paling tinggi atau sebaliknya.
Demikian pula dengan jumlah curah hujan rata-rata, setelah diperoleh jumlah
curah hujan rata-rata per tahun, dengan cara menjumlahkan curah hujan rata-rata
perbulan selama satu tahun dibagi dengan jumlah bulan selama satu tahun,
Rrt=∑ R rb
N
28
Keterangan:
Rrt = jumlah rata-rata curah hujan pertahun
∑ Rrb = jumlah rata-rata curah hujan sebulan selama 1 tahun
N = jumlah bulan 1 tahun
Kemudian dibuat diagram untuk mengetahui perbedaan jumlah rata-rata
curah hujan per tahun dan untuk mengetahui pada tahun berapa jumlah rata-rata
curah hujan paling tinggi atau sebaliknya.
Diagram pengaruh suhu udara terhadap pola curah hujan di wilayah Bogor
dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kenaikan suhu udara terhadap
kenaikan jumlah curah hujan. Data ukuran lubang ozon juga diperlukan untuk
mengetahui apakah menipisnya lapisan ozon mempengaruhi suhu udara di
wilayah Bogor.
Tabel 5.1 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2001
29
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 786.4 940.9 708.9 382.6Rata² 25.4 30.2 22.9
2 FebruariJumlah 694.7 811.9 630.3 352.1Rata² 24.8 28.8 22.5
3 MaretJumlah 788.5 924.1 706.2 276.3Rata² 25.4 30.6 22.8
4 AprilJumlah 770.6 951.7 690.6 363.9Rata² 25.7 31.6 23
5 MeiJumlah 812.6 986.4 717.7 334.5Rata² 26.2 31.7 23.2
6 JuniJumlah 757.8 935.5 663.7 340.4Rata² 25.3 31 22.1
7 JuliJumlah 777.6 967.9 684.2 365.8Rata² 25.1 31.1 22.1
8 AgustusJumlah 795.2 993.8 680.2 142.3Rata² 25.7 31.9 21.9
9 SeptemberJumlah 770.9 961.7 671.8 444.7Rata² 25.7 31.9 22.4
10 OktoberJumlah 797.9 967 708.7 307.2Rata² 25.7 31 22.9
11 NovemberJumlah 770.5 926.4 690.4 304.1Rata² 25.7 30.7 23
12 DesemberJumlah 800.7 970.8 686.8 69.6Rata² 25.8 31.3 22.2
Suhu Rata² Per Tahun: 25.54
Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 30.98 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.58 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 306.96
Tabel 5.2 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2002
No Bulan Jumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
30
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 785.4 916.7 718.1 628.9Rata² 25.3 29.4 23.2
2 FebruariJumlah 695.9 794.9 636.5 475.3Rata² 24.9 28.4 22.7
3 MaretJumlah 799.8 976.8 719 414.2Rata² 25.8 31.3 23.2
4 AprilJumlah 756.9 894.5 729 331.2Rata² 25.2 29.8 24.3
5 MeiJumlah 815.7 983.8 720.3 247.2Rata² 26.3 31.7 23.2
6 JuniJumlah 772.7 947.9 674.9 345.4Rata² 25.8 31.6 22.5
7 JuliJumlah 774.1 969.8 696.4 312.5Rata² 26 31.3 22.5
8 AgustusJumlah 789.7 992.7 665.6 128.2Rata² 25.5 32 21.5
9 SeptemberJumlah 781.3 991.9 659.9 118.4Rata² 26 33.1 22
10 OktoberJumlah 813.1 1033.9 685.8 297.7Rata² 26.2 33.4 22.1
11 NovemberJumlah 786.7 969.9 694.9 415.7Rata² 26.2 32.3 23.2
12 DesemberJumlah 797.4 997.7 697.8 346.8Rata² 25.7 32.2 22.5
Suhu Rata² Per Tahun: 25.75 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.38 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.74 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 338.46
Tabel 5.3 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2003
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 41 Januari Jumlah 807.1 987 669.9 211.7
31
Rata² 26 31.8 21.6
2 FebruariJumlah 707.7 837.6 637.6 555.5Rata² 25.3 29.9 22.8
3 MaretJumlah 797.3 965.2 716.5 470.8Rata² 25.7 31.1 23.1
4 AprilJumlah 791.2 962.8 703.1 308.7Rata² 26.4 32.1 23.4
5 MeiJumlah 810.8 991.2 710.6 500.9Rata² 26.2 32 22.9
6 JuniJumlah 772.1 948.5 650.1 179.6Rata² 25.7 31.6 21.7
7 JuliJumlah 805.3 1016 768.4 245.9Rata² 26.8 33.9 25.6
8 AgustusJumlah 805.5 1017.3 659.5 91.3Rata² 28 32.6 21.6
9 SeptemberJumlah 773.7 963.6 652 270Rata² 25.8 32.1 21.7
10 OktoberJumlah 800.4 989.7 695.8 552.3Rata² 25.8 31.9 22.4
11 NovemberJumlah 781.8 949.4 681.9 326.1Rata² 26.1 31.6 22.7
12 DesemberJumlah 786.2 929.7 694.4 397.9Rata² 25.4 30 22.4
Suhu Rata² Per Tahun: 26.10
Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.71 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.66 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 342.56
Tabel 5.4 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2004
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 795.1 957.4 697 403.7Rata² 25.6 30.9 22.5
2 Februari Jumlah 732.8 877.5 664.4 327.2
32
Rata² 25.3 30.3 22.9
3 MaretJumlah 800 986.7 713.9 431.5Rata² 25.8 31.8 23
4 AprilJumlah 789.5 978.8 695.32 639.8Rata² 26.3 32.6 23.2
5 MeiJumlah 807.6 1004.1 716.9 373.6Rata² 26.1 32.4 23.1
6 JuniJumlah 761.6 956.4 649.8 169.3Rata² 25.4 31.9 21.7
7 JuliJumlah 791.4 982.4 688.2 208.6Rata² 25.5 31.7 22.2
8 AgustusJumlah 797.9 974.1 664.9 166Rata² 25.7 32.5 21.4
9 SeptemberJumlah 774 975.2 6698.2 391.5Rata² 25.8 32.5 22.3
10 OktoberJumlah 814 1026.7 694.3 277.3Rata² 26.3 33.1 22.4
11 NovemberJumlah 784.4 960.9 782.8 400.8Rata² 26.1 32 26.1
12 DesemberJumlah 799.4 953 715.2 431.7Rata² 25.8 30.7 23.1
Suhu Rata² Per Tahun: 25.81 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.87 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.83 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 351.75
Tabel 5.5 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2005
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 781.9 921.8 711.6 536.5Rata² 25.2 29.7 23
2 FebruariJumlah 711.1 863.7 644 580.4Rata² 25.4 308 23
3 Maret Jumlah 806.1 970.9 720 679.6
33
Rata² 26 31.3 23.2
4 AprilJumlah 785.2 957.1 673.5 307.7Rata² 26.2 31.9 23.2
5 MeiJumlah 819.3 988.3 704 428.9Rata² 26.4 31.9 23.5
6 JuniJumlah 776 941.5 689.4 682Rata² 25.9 31.4 23
7 JuliJumlah 795.1 971.9 671.5 215.4Rata² 25.6 31.4 21.7
8 AgustusJumlah 796.2 979.4 663.5 153.2Rata² 25.7 31.6 21.4
9 SeptemberJumlah 783.7 969.4 658.9 319.9Rata² 26.1 32.3 22
10 OktoberJumlah 807.3 997.6 703.2 350.9Rata² 26.4 32.2 22.7
11 NovemberJumlah 774.9 949.2 686.3 422.9Rata² 25.8 31.6 22.9
12 DesemberJumlah 790.9 943.2 708.6 251.5Rata² 25.5 30.4 22.9
Suhu Rata² Per Tahun: 25.85 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.38 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.71 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 410.74
Tabel 5.6 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2006
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 779.9 924.4 710.3 639.8Rata² 25.2 29.8 22.9
2 FebruariJumlah 713 865 639 434.2Rata² 25.5 30.9 22.8
3 MaretJumlah 801 958.4 710.7 138.3Rata² 25.8 30.9 22.9
4 April Jumlah 775.3 947.4 690.1 163.9
34
Rata² 25.8 31.6 23
5 MeiJumlah 806.2 976.6 701 323.7Rata² 26 31.5 22.6
6 JuniJumlah 770.5 946 660.6 173.1Rata² 25.7 31.5 22
7 JuliJumlah 807.7 991.4 688.6 31.2Rata² 26.1 32 22.2
8 AgustusJumlah 782.5 993.3 639.8 191.2Rata² 25.2 32 20.6 \
9 SeptemberJumlah 776 1008 623.9 25.7Rata² 25.9 33.6 20.8
10 OktoberJumlah 826.6 1058 684.3 152Rata² 26.7 34.1 22.1
11 NovemberJumlah 792.3 990.8 684 355.1Rata² 26.4 33 22.8
12 DesemberJumlah 808.6 976.5 720.1 362.5Rata² 26.1 31.5 23.2
Suhu Rata² Per Tahun: 25.87 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.87 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.33 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 249.23
Tabel 5.7 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2007
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 811.6 983.4 693.7 372.8Rata² 26.2 31.7 22.4
2 FebruariJumlah 701.6 832.4 633 438.2Rata² 29.7 29.7 22.6
3 MaretJumlah 794.7 950.5 710.1 276.4Rata² 25.6 30.7 22.9
4 AprilJumlah 772.7 946.5 688.1 472.7Rata² 25.8 31.6 22.9
5 Mei Jumlah 805 985.5 709.6 198.3
35
Rata² 26 31.8 22.9
6 JuniJumlah 767.8 941 668.9 273.5Rata² 25.6 31.4 22.3
7 JuliJumlah 794.1 984 674.6 133.9Rata² 25.6 31.7 21.8
8 AgustusJumlah 787.3 990 661.7 247.9Rata² 25.4 31.9 21.3
9 SeptemberJumlah 778.9 979.1 646.8 205.9Rata² 26 31.6 21.6
10 OktoberJumlah 804.9 1013.6 690.4 235.5Rata² 26 32.7 22.3
11 NovemberJumlah 776.3 960.4 664.1 444Rata² 25.9 32 22.1
12 DesemberJumlah 783.9 929.4 694.1 476Rata² 25.3 30 22.4
Suhu Rata² Per Tahun: 26.09 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.40 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 31.40 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 314.59
Tabel 5.8 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2008
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 795.5 962.9 684.1 250.8Rata² 25.7 31.1 22.1
2 FebruariJumlah 708.8 814.7 640.8 376.9Rata² 24.4 28.1 22.1
3 MaretJumlah 776.8 957.7 684.1 672.6Rata² 25.1 30.9 22
4 AprilJumlah 766.5 943.8 667.4 527Rata² 25.6 31.5 22.2
5 MeiJumlah 800.5 984.1 679.8 277.1Rata² 25.8 31.7 21.9
6 Juni Jumlah 767.3 943.9 652.9 171.5
36
Rata² 25.6 31.5 21.8
7 JuliJumlah 782.5 991.7 684.1 250.8Rata² 25.2 32 20.6
8 AgustusJumlah 792.2 982.2 651.9 195.7Rata² 25.6 31.7 21.7
9 SeptemberJumlah 778.4 982.6 649.6 343Rata² 25.9 32.8 21.7
10 OktoberJumlah 799.4 996.7 682.5 311.3Rata² 25.8 32.2 22
11 NovemberJumlah 774.4 939.7 675.6 509Rata² 25.8 31.3 22.5
12 DesemberJumlah 790.3 945.3 684.4 254.7Rata² 25.5 30.5 22.4
Suhu Rata² Per Tahun: 25.50 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.28 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 21.92 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 345.03
Tabel 5.9 Data Klimatologi Darmaga Bogor Tahun 2009
No BulanJumlah & Rata²
Suhu °C Curah Hujan (RR)Rata² Max Min Mm
1 2 3 4
1 JanuariJumlah 776.0 906.8 683.0 360Rata² 25.0 29.3 22.0
2 FebruariJumlah 703.4 827.6 620.1 305.3Rata² 26.6 31.8 23.6
3 MaretJumlah 800.4 992.4 674.4 261Rata² 25.8 32.0 21.8
4 AprilJumlah 786.7 963.2 679.4 259.9Rata² 26.2 32.1 22.6
5 MeiJumlah 807.8 984.1 707.4 507.6Rata² 26.1 31.7 22.8
6 JuniJumlah 782.5 955.3 684.8 338.1Rata² 26.1 31.8 22.8
7 Juli Jumlah 800.3 995.7 687.9 131.1
37
Rata² 25.8 32.1 21.9
8 AgustusJumlah 813.8 1018.5 682.9 33.1Rata² 26.3 32.9 22.0
9 SeptemberJumlah 799.3 1011.2 676.7 156.8Rata² 26.6 33.7 22.6
10 OktoberJumlah 807.3 1011.2 704.1 415.8Rata² 26 32.6 22.7
11 NovemberJumlah 787.6 953.4 695.7 407Rata² 26.3 31.8 23.2
12 DesemberJumlah 807.9 986.8 709.8 258.2Rata² 26.1 31.8 22.9
Suhu Rata² Per Tahun: 26.08 Suhu Udara Maksimum Rata² Per Tahun: 31.97 Suhu Udara Minimum Rata² Per Tahun: 22.58 Rata² Jumlah Curah Hujan Per Tahun: 286.17
Diagram 5.1 Suhu Udara Rata-rata Per Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 200925.00
25.20
25.40
25.60
25.80
26.00
26.20
25.5425.75
26.10
25.81 25.85 25.8726.09
25.50
26.08
Suhu Udara Rata-rata Per Tahun
Tahun
Suhu
Uda
ra R
ata-
rata
(°C
)
38
Selama periode tiga tahun (2001 – 2003), suhu udara mengalami peningkatan.
Tahun 2003 suhu udara rata-rata mencapai 26,10 oC, sekaligus menjadi tahun
yang memiliki suhu udara rata-rata paling tinggi. Tahun 2008 adalah tahun yang
memiliki suhu udara rata-rata terendah diantara tahun-tahun yang lain. Menurun
dari tahun sebelumnya 26,09 oC menjadi 25,50 oC. Keadaan suhu udara rata-rata
ini hampir sama pada tahun 2001 yaitu 25,54 oC hanya berbeda 0,04 oC.
Diagram 5.2 Suhu Udara Maksimum Rata-rata Per Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 200930.40
30.60
30.80
31.00
31.20
31.40
31.60
31.80
32.00
30.98
31.3831.71
31.87
31.38
31.87
31.40 31.28
31.97
Suhu Udara Maksimum Rata-rata Per Tahun
Temperatur Udara Maksimum Rata-rata Per Tahun
Tahun
Suhu
Mak
sim
um R
ata-
rata
(°C
)
39
Selama periode sembilan tahun (2001 – 2009) dapat dilihat suhu maksimum
rata-rata dari tahun 2001 hingga tahun 2004 suhu udara terus meningkat. Dari
tahun 2001 suhu udara maksimum rata-ratanya adalah 30,98 oC, dan pada tahun
2004 suhu udara rata-ratanya adalah 31,87 oC. Pada tahun 2005 suhu udaranya
31,38 oC, menurun 0,49 oC dari tahun sebelumnya, dan tahun 2006 kembali
meningkat lagi, yaitu 31,87.
Suhu udara maksimum rata-rata pada tahun 2004 dan tahun 2006 mempunyai
nilai yang sama, yaitu 31,87 oC. Dan pada tahun 2009 adalah tahun yang
memilliki suhu maksimum rata-rata yang paling tinggi, yaitu 31,97 oC dimana
pada tahun sebelumnya hanya mencapai 31,28 oC.
Diagram 5.3 Jumlah Curah Hujan Per Tahun
40
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
0.0050.00
100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00
306.96338.46
325.50
351.75410.74
249.23 314.59 345.03286.17
Jumlah Curah Hujan Per Tahun
Jumlah Curah Hujan Per Tahun
Tahun
Jum
lah
Cur
ah H
ujan
(mm
)
Berdasarkan klasifikasi hujan (tabel 2.3 hal 11), dapat didefinisikan jumlah
curah hujan rata-rata pada tahun 2001 hingga tahun 2004, curah hujan termasuk
sedang. Pada tahun 2005 jumlah curah hujan rata-rata mencapai 410,74 mm
merupakan curah hujan yang lebat.
Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah curah hujan rata-rata yang cukup
drastis, menurun sebesar 161,51 mm dari tahun sebelumnya, yaitu 249,23 mm.
Tahun ini adalah tahun yang memiliki jumlah curah hujan rata-ratanya paling
rendah dibandingkan tahun yang lain, dan termasuk klasifikasi hujan ringan
karena masih kurang dari 250 mm.
Diagram 5.4 Pengaruh Kenaikan Suhu Udara Rata-rata Terhadap Jumlah Curah
Hujan
41
249.23 286.17 306.96 314.59 342.56 338.46 345.03 351.75 410.74
25.1
25.3
25.5
25.7
25.9
26.125.87
26.08
25.54
26.09 26.10
25.75
25.50
25.81 25.85
Pengaruh kenaikan suhu rata-rata terhadap jumlah curah hujan
Pengaruh kenaikan suhu terhadap perubahan curah hujan
Jumlah Curah Hujan (mm)
Suhu
Uda
ra R
ata-
rata
Per
Tah
un (°
C)
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa kenaikan suhu udara rata-rata
mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Bogor, walaupun pengaruh
kenaikan suhu udara rata-rata ini tidak terlalu signifikan.
Jumlah curah hujan yang paling tinggi adalah 410,74 mm dengan suhu udara
rata-rata 25,85 oC, yaitu pada tahun 2005. Dan jumlah curah hujan yang paling
rendah adalah 249,23 mm dengan suhu udara rata-rata 25,87 oC yaitu pada tahun
2006.
Pada tahun 2008, jumlah curah hujan tidak terlalu dipengaruhi oleh kenaikan
suhu udara rata-rata. Jumlah curah hujan 345,03 mm sedangkan suhu udara rata-
rata hanya 25,50 oC.
Tabel 5.10 Ukuran Lubang Ozon dan Suhu Udara Rata-rata Per Tahun
42
TahunUkuran Lubang Ozon (Juta Km²)
Suhu Udara Rata-rata Per Tahun
2001 28.3 25.54
2002 23 25.75
2003 29 26.10
2004 28 25.81
2005 29 25.85
2006 29 25.87
2007 25 26.09
2008 27 25.50
2009 24.3 26.08
Diagram 5.5 Ukuran Lubang Ozon Per Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090
5
10
15
20
25
30
28.323
29 28 29 2925 27
24.3
Ukuran Lubang Ozon Per Tahun
Ukuran Lubang Ozon Per Tahun
Tahun
Uku
ran
Lub
ang
Ozo
n (J
uta
km²)
Dilihat dari diagram, ukuran lubang ozon dalam kurun waktu sembilan tahun
(2001 – 2009) tahun 2002 merupakan tahun yang memiliki ukuran lubang ozon
yang paling kecil. Tahun 2003, 2005, dan 2006 memiliki ukuran lubang ozon
yang sama yaitu 29 juta km2. Pada tahun 2005 ukuran lubang ozon menyempit
hingga ukuran 25 juta km2, dan pada tahun selanjutnya ukuran lubang ozon meluas
lagi.
43
Tahun 2003, 2005, dan 2006 adalah tahun yang memiliki ukuran lubang ozon
yang paling besar selama periode sembilan tahun (2001 – 2009) dengan ukuran
yang sama yaitu 29 juta km2.
Diagram 5.6 Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara Rata-rata
23 24.3 25 27 28 28.3 29 29 2925.125.225.325.425.525.625.725.825.9
2626.1
25.75
26.08 26.09
25.5
25.81
25.54
26.1
25.87 25.85
Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara Rata-rata
Pengaruh Menipisnya Lapisan Ozon Terhadap Suhu Udara
Ukuran Lubang Ozon Pertahun (Juta km²)
Suhu
Uda
ra R
ata-
raa
Per
tahu
n (°
C)
Diagram pengaruh menipisnya lapisan ozon terhadap suhu udara rata-rata,
menunjukan bahwa lubang ozon tidak terlalu mempengaruhi suhu udara rata-rata
yang ada di wilayah Bogor. Ini dapat dilihat ukuran lubang ozon pada tahun 2003,
2005 dan 2006, dengan ukuran lubang ozon yang sama, yaitu 29 juta km2 tetapi
suhunya berbeda. Pada tahun 2003 suhu udara rata-ratanya 26,10 oC, tahun 2005
suhu udara rata-ratanya 25,85 oC, dan pada tahun 2006 suhu udara rata-ratanya
25,87 oC.
B. Pembahasan
44
Pada pembahasan ini akan dijelaskan hasil dari penelitian melalui tabel dan
diagram di atas
1. Suhu Udara
Dari tabel dan diagram di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2001
mencapai 25,54 0C. Sedangkan pada tahun 2002 suhu udara mencapai kenaikan
sebesar 0,16 0C. Suhu udara rata-rata paling tinggi periode sembilan tahun (2001
– 2009) pada tahun 2003 yaitu mencapai 26,10 0C.
Suhu udara maksimum rata-rata pertahun selama sembilah tahun mengalami
kenaikan dari tahun 2002 – 2004, suhu udara maksimum rata-ratanya yaitu 31,38 0C, 31,71 0C, dan 31,87 0C.
Sementara itu beranjak pada tahun 2005, suhu udara mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yaitu 31,38 0C. pada tahun 2006 suhu udara maksimum
rata-rata meningkat lagi.
Tahun 2009 merupakan tahun yang mencapai suhu udara maksimum rata-rata
yang paling tinggi selama periode sembilan tahun (2001 – 2009), yaitu 31,97 0C
2. Curah Hujan
Jumlah curah hujan rata-rata pada tahun 2002 juga mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya dari 306,96 mm menjadi 338,46 mm. Sedangkan tahun 2003
jumlah curah hujan rata-rata menurun (lihat diagram 5.3).
Pada tahun 2005 jumlah curah hujan rata-rata mencapai jumlah yang paling
tinggi yaitu 410,74 mm. Beranjak ke tahun 2006 jumlah curah hujan rata-rata
kembali menurun menjadi 249,23 mm, artinya terjadi penurunan sebesar 161,52
mm. Pada tahun 2009 suhu udara juga menurun dari tahun sebelumnya yaitu dari
345,03 mm menjadi 286,17 mm.
Pada diagram 5.4 pengaruh kenaikan suhu udara rata-rata terhadap perubahan
curah hujan, dapat dilihat bahwa ada pengaruh kenaikan suhu udara terhadap pola
curah hujan di wilayah Bogor.
Iklim merupakan salah satu dari komponen ekosistem, dengan variabel suhu,
angin, dan curah hujan. Perubahan iklim terjadi karena terjadinya perubahan pada
variabel dari iklim tersebut (Kwik Kian Gie, 2002). Sehingga meningkatnya suhu
45
bumi atau terjadinya pemanasan secara global akan mengakibatkan terjadinya
perubahan iklim secara global.
Perubahan suhu udara ini menyebabkan terjadinya perubahan curah hujan
atau perubahan distribusi curah hujan. Sehingga dari tahun ke tahun curah hujan
di wilayah Bogor cenderung meningkat.
3. Lubang Ozon
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian NASA, ukuran lubang
ozon dari tahun 2001 mencapai ukuran 28,3 juta km2, sedangkan pada tahun 2002
lubang ozon menyempit ukurannya menjadi 23 juta km2. Selama 4 tahun
berikutnya (2003 – 2006) ukuran lubang ozon rata-rata mencapai 29 juta km2.
Pada tahun 2007 lubang ozon mengalami penurunan sebesar 4 juta km2 dari
tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 lubang ozon melebar lagi hingga ukuran 27
juta km2, artinya meningkat 2 juta km2 dari tahun 2007. Dan pada tahun 2009
ukuran lubang ozon kembali menyempit hingga ukuran 24,3 juta km2 (lihat
diagram 5.5).
Pada tahun 2006 ukuran lubang ozon sama pada tahun 2003 dan 2005, yaitu
29 juta km2 dengan suhu udara rata-rata yang berbeda (2003 = 26,10 0C, 2005 =
25,85 0C, 2006 = 25,87 0C).
Dari data yang kita peroleh, ternyata ukuran lubang ozon tidak terlalu
berpengaruh terhadap suhu udara di wilayah Bogor, namun kenaikan suhu udara
rata-rata berpengaruh terhadap pola curah hujan di wilayah Bogor.
BAB VI
46
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada data suhu udara rata-rata pertahun selama periode sembilan tahun
(2001 – 2009), tahun 2003 menjadi tahun yang memiliki suhu udara rata-
rata paling tinggi yaitu 26,10 0C dengan curah hujan 342,56 mm.
2. Jumlah curah hujan rata-rata yang paling tinggi adalah pada tahun 2005,
yaitu 410,74 mm dengan suhu 25,85 0C.
3. Suhu udara rata-rata berpengaruh terhadap jumlah curah hujan di wilayah
Bogor, sedangkan peningkatnya ukuran lubang ozon tidak terlalu
berpengaruh terhadap kenaikan suhu udara di wilayah Bogor. Ini dapat
dilihat dari ukuran lubang ozon pada tahun 2003, 2005, dan 2006 yang
memiliki ukuran yang sama, yaitu 29 juta km2 tetapi suhu udara rata-
ratanya berbeda.
B. Saran
Perlu adanya perhatian yang lebih untuk masyakat dan pemerintah kota
Bogor terhadap perubahan suhu udara dan curah hujan. Dan sebaiknya pemerintah
kota Bogor menggalakkan program rektrurisasi lingkungan di wilayahnya
sehingga suhu udara kembali stabil dan tidak terjadi kenaikan curah hujan yang
terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
47
Ahmadi, Syiham, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Suhu Udara
(Temperatur)” artikel diakses pada tanggal 6 Agustus 2010 dari
http://www.syiham.co.cc/2010/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.
America.gov, “Understanding the Carbon Cycle” artikel diakses pada tanggal 19
juli 2010 dari
http://www.america.gov/st/energy-english/2009/June/20090604124428adkc
ilerog0.9673578.html?CP.rss=true.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Stasiun Ahmad Yani Semarang, “Suhu
Udara”, artikel diakses pada tanggal 16 juli 2010 dari
http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm.
Birusoft Cipta Informatika, “Ozon Indonesia” artikel diakses pada tanggal 12 Juli
2010 dari http://www.ozon-indonesia.org/index.php?
table=ozon&view=true&no=2.
Djajadihardja, Yusuf. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi
Sumber Daya Alam Deputi Bidang TPSA, BPP Teknologi. Ciputat: Badan
Meterologi dan Geofisika, 2005.
Science Daili, “Scientists Find Antarctic Ozone Hole To Recover Later Than
Expected” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari
http://www.sciencedaily.com/releases/2006/06/060630095235.htm.
Stephen Ornes, “The Hole Story” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari
http://discovermagazine.com/2007/feb/ozone-hole-worsening.
Surya, Yohanes, “Infeksi di lapisan ozon”, artikel diakses pada tanggal 9 juli
2010 dari http://yohanessurya.com/dowload/penilis/teknologi-13.pdf.
TIM BMG. Laporan Monitoring Cuaca Wilayah Jabotabek. Ciputat: Balai Besar
Meteorologi dan Geofisika Wilayah II, 2010.
Tjasyono, Bayong. Klimatologi. Bandung: IPB, 2004.
48
Warta Bumi, “Pemanasan Global Amat Pengaruhi Curah Hujan” artikel diakses
pada tanggal 10 juli 2010 dari
http://www.antaranews.com/berita/1267461408/pemanasan-global-amat-
pengaruhi-curah-hujan.
Wikipedia, “Hujan” diakses pada tanggal 21 Juli 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujan.
Wikipedia, “Ozon” artikel diakses pada tanggal 19 juli 2010 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Ozon.
Wordpress, “Lapisan Ozon Menipis Picu Bencana Global terhadap Lingkungan
dan Kehidupan” artikel diakse pada tanggal 21 Juli 2010 dari
http://dieylla.wordpress.com/2007/10/15/penipisan-lapisan-ozon-dan-
kesannya/.