Bab i, Bab II, Bab III

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Bumigora merupakan salah satu perguruan tinggi atau instansi di Mataram yang akan terus berusaha untuk menghasilkan mahasiswa – mahasiswi yang ahli dalam bidang Teknologi Informasi (IT). Dimana diharapkan kepada alumni – alumni STMIK Bumigora agar kedepannya mampu bersaing didalam dunia kerja dan dapat menciptakan lapangan kerja baik untuk dirinya dan masyarakat sekitarnya. Atas dasar tujuan inilah maka STMIK Bumigora Mataram mengadakan mata kuliah KKP ( Kuliah Kerja Praktek ), dimana mahasiswa/i yang dapat mengambil mata kuliah ini diberi kesempatan untuk terjun langsung ke lapangan yakni dalam dunia kerja dan mengamati kegiatan kerja secara langsung. 1

Transcript of Bab i, Bab II, Bab III

Page 1: Bab i, Bab II, Bab III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)

Bumigora merupakan salah satu perguruan tinggi atau instansi di Mataram

yang akan terus berusaha untuk menghasilkan mahasiswa – mahasiswi yang

ahli dalam bidang Teknologi Informasi (IT). Dimana diharapkan kepada

alumni – alumni STMIK Bumigora agar kedepannya mampu bersaing

didalam dunia kerja dan dapat menciptakan lapangan kerja baik untuk dirinya

dan masyarakat sekitarnya. Atas dasar tujuan inilah maka STMIK Bumigora

Mataram mengadakan mata kuliah KKP ( Kuliah Kerja Praktek ), dimana

mahasiswa/i yang dapat mengambil mata kuliah ini diberi kesempatan untuk

terjun langsung ke lapangan yakni dalam dunia kerja dan mengamati kegiatan

kerja secara langsung.

Dalam penerapannya, STMIK Bumigora memberikan kesempatan

kepada mahasiswa/i untuk menentukan sendiri tempat KKP mereka sesuai

dengan keinginan mahasiswa/i dan tentunya sesuai dengan jurusan atau

kopetensi setiap mahasiswa/i . Dalam hal ini saya sebagai mahasiswa memilih

PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) Area Mataram Jln.

Yos Sudarso No. 2 Mataram. Hal ini disebabkan karena PT.PLN (Persero)

merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah lama berdiri dan

1

Page 2: Bab i, Bab II, Bab III

merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia. Selain itu PT.PLN

(Persero) sebagai satu-satunya perusahaan penyedia listrik dan merupakan

salah satu perusahaan yang paling berpengaruh dan tetap bertahan di

Indonesia.

Pada saat ini PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram masih

memiliki kekurangan dalam manajemen jaringan komputer seperti, sistem

pengalamatan jaringan yang belum terstruktur.

Dari penjelasan diatas penulis mencoba memberikan alternatif solusi

“Desain Pengalamatan Jaringan Komputer pada PT. PLN (PERSERO)

WILAYAH NTB AREA MATARAM Menggunakan Teknik VLSM”.

1.2 Definisi Kuliah Kerja Praktek (KKP)

KKP merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh

perguruan tinggi baik swasta maupun negeri yang bertujuan untuk

memberikan pengalaman kepada mahasiswa. Pengalaman yang dimaksud

mencakup bagaimana mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh di

bangku kuliah untuk dipergunakan dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Peserta KKP dituntut memiliki kemandirian, disiplin, bertanggung jawab serta

menyelesaikan tugas – tugas yang diberikan secara benar dan tepat. Hal ini

dimaksudkan agar mahasiswa mampu menjadi sumber daya manausia yang

berkualitas di tengah persanigan dunia kerja yang semakin ketat. KKP juga

menjadi sarana belajar yang efektif untuk menambah wawasan dan

2

Page 3: Bab i, Bab II, Bab III

keterampilan mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasai masing –

masing.

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan KKP adalah mengetahui

proses kegiatan kerja bagian Transaksi Energi Listrik (TEL) dibidang jaringan

pada PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Area Mataram.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari KKP ini adalah :

a. Bagi Mahasiswa

- Menerapkan mata kuliah teori serta praktek yang diperoleh selama

perkuliahan

- Menambah wawasan dan pengalaman serta ilmu pengetahuan

penulis.

- Dengan KKP ini mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman kerja

sehingga menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja nantinya.

b. Bagi PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Area Mataram

Mahasiswa bisa membantu instansi dalam melaksanakan tugas

maupun pekerjaan yang diminta serta dapat membantu pada bidang

pekerjaan lain terutama pekerjaan yang terkait dengan pelanggan

ataupun tugas yang menyangkut dengan komputer.

3

Page 4: Bab i, Bab II, Bab III

1.5 Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP)

Kegiatan KKP dilaksanakan selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 18

Desember 2013 sampai tanggal 18 Januari 2014. Dimana pelaksanaan

kegiatan KKP merupakan syarat wajib yang harus diikuti oleh mahasiswi

maupun mahasiswi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

(STMIK) dalam memenuhi persyaratan mata kuliah.

1.6 Tempat Kuliah Kerja Praktek (KKP)

Kegiatan KKP dilaksanakan pada Kantor PT PLN (Persero) Wilayah

Nusa Tenggara Barat Area Mataram. Dalam melaksanakan KKP penulis

ditempatkan pada bagian Transaksi Energi Listrik (TEL) dibidang jaringan

selama 1 (satu) bulan.

4

Page 5: Bab i, Bab II, Bab III

BAB II

PROFIL PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram

2.1 Sejarah PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram

Industri kelistrikan di Mataram dimulai pada tahun 1933 yang ditandai

dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) pemerintah

Belanda. PLTD pertama ini berlokasi di Kampung Melayu, Ampenan. Merk

mesin pembangkit yang dipasang adalah MAN sebanyak 2 unit. Kemudian

diikuti dengan pembangunan gardu – gardu distribusi di 5 lokasi,yaitu :

1. Gardu No.1 berlokasi di depan PLTD Ampenan ( sekarang Gudang

Ampenan, Kampung Melayu).

2. Gardu No.2 berlokasi di depan Pertamanan Ampenan ( bekas

terminal Ampenan, Jln. Yos Sudarso).

3. Gardu No.3 berlokasi di Kampung Kapitan.

4. Gardu No.4 berlokasi di depan Pendopo Gubernur - Mataram.

5. Gardu No.5 berlokasi di Cakranegara.

Wilayah kelistrikan pada saat itu meliputi kota Ampenan dan

Cakranegara. Kota Ampenan sebagai kota perdagangan memiliki pelabuhan

laut ( dikenal dengan nama Pelabuhan Ampenan ) sebagai penghubung anta

propinsi, yang sekarang menjadi obyek wisata Pelabuhan Lama. Setelah

pembangunan beberapa infrastruktur tersebut, ketenagalistrikan di Mataram

masih dikuasai oleh pihak asing, seperti Rusia, Belanda dan Perancis.

5

Page 6: Bab i, Bab II, Bab III

NO Nama Pimpinan Kebangsaan Tahun

1. Nicolay Rusia 1939-1945

2. Guldenar Belanda 1945-1948

3. Lava Leftte Perancis 1948-1952

4. Vanlar Belanda 1952-1955

Selain mataram, 2 kota lain di pulau Lombok, yaitu Praya dan Selong,

diserahterimakan pemerintah Belanda ke pemerintah Indonesia pada tahun

1958. Jadi sejak saat itu, kelistrikan di pulau Lombok sepenuhnya oleh

pemerintah Indonesia.

Pada tahun 1955, sector ketenagalistrikan di wilayah Ampenan mulai

dipegang oleh warga Indonesia, yaitu Suranadi, namanya berubah menjadi

PLN cabang Mataram.

2.2 Identitas PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area Mataram

Nama Perusahaan : PT PLN (Persero) Wilayah NTB Area

Mataram

Alamat Instansi : Jln. Yos Sudarso No. 2 Mataram

Kode Pos : 83114

Telepon : (0370) 622793, 632346, 636802, 636804

Website : http://www.pln.co.id/ntb/

6

Page 7: Bab i, Bab II, Bab III

Facsimile : (0370) 632029

E-mail : [email protected]

2.3 Visi dan Misi

2.3.1 Visi

Visi dari PT. PLN (Persero) adalah “Diakui sebagai

Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh-kembang,Unggul dan

Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi insani”.

Ciri Perusahaan Kelas Dunia :

1. Merupakan barometer standar kualitas pelayanan dunia.

2. Memiliki cakrawala pemikiran yang mutakhir

3. Terdepan dalam pemanfaatan teknologi.

4. Haus akan kesempurnaan kerja dan perilaku.

5. Merupakan perusahaan idaman bagi pencari kerja.

Tumbuh Kembang :

1. Mampu mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan

usaha.

2. Konsisten dalam pengembangan standar kerja.

7

Page 8: Bab i, Bab II, Bab III

Unggul :

1. Terbaik, terkemuka dan mutakhir dalam bisnis kelistrikan.

2. Fokus dalam usaha mengoptimalkan potensi insane.

3. Peningkatan kualitas input, proses dan output produk dan

jasa pelayanan secara berkesinambungan.

Terpercaya :

1. Memegang teguh etika bisnis.

2. Konsisten memenuhi standar layanan yang dijanjikan.

3. Menjadi perusahaan favorit para pihak yang

berkepentingan.

Potensi Insani :

1. Berorientasi pada pemenuhan standar etika dan kualitas.

2. Kompeten, professional dan berpengalaman.

2.3.2 Misi

A. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan

dan pemegang saham.

B. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

8

Page 9: Bab i, Bab II, Bab III

C. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong

kegiatan ekonomi.

D. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

9

Page 10: Bab i, Bab II, Bab III

BAB III

DESKRIPSI TUGAS

3.1 Uraian Kegiatan

Sejak mulai Kuliah Kerja Praktek (KKP) tehitung mulai tanggal 18

Desember 2013 sampai dengan tanggal 18 Januari 2014 , jadi kegiatan

kuliah kerja praktek dilaksanakan selama 4 minggu dengan 5 hari kerja, 2 hari

libur dan hari-hari libur nasional. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama

KKP bervariasi dari :

Tabel 3.1 Uraian Kegiatan

No Tanggal Uraian kegiatan

1. Rabu, 18 Desember 2013 Registrasi pembuatan absensi finger

print pegawai PT. PLN (Persero)

Wilayah NTB Area Mataram Rayon

Cakra menggunakan tool Time Tech

T88.

2. Kamis,19 Desember 2013 Rekapitulasi data daftar pelanggan

tagihan pasang baru CV. Hamun Abadi

3. Jumat, 20 Desember 2013 Analisa troubleshoot jaringan antara PT.

PLN (Persero) Wilayah NTB Area

Mataram dengan PT. PLN (Persero)

Wilayah NTB Area Mataram Rayon

10

Page 11: Bab i, Bab II, Bab III

Cakra.

4. Senin, 23 Desember 2013 Mengatasi troubleshoot koneksi

jaringan yang terputus pada gudang PT.

PLN (Persero) Wilayah NTB Area

Mataram Rayon Ampenan.

5. Selasa, 24 Desember 2013 Pelatihan CISCO I di Hotel Santika

Membahas tentang kelas IP dan teknik

VLSM

6. Jumat, 27 Desember2013 Pelatihan CISCO II di Hotel Santika

Membahas tentang IP Routing dan

Access Control Lists.

07. Senin, 30 Desember 2013 Membuat Kabel Straight dan kabel

Crossover.

08. Selasa, 31 Desember 2013 Rekapitulasi data daftar pelanggan

tagihan Pasang Baru CV TUNAS

MUDA ELEKTRIK.

09. Kamis, 2 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal

Computer (PC) dan Installasi Sistem

Operasi Windows 7.

10. Jumat, 3 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal

Computer (PC) dan Installasi Sistem

11

Page 12: Bab i, Bab II, Bab III

Operasi Windows 7.

11. Senin, 6 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Jaringan antara

PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Area

Mataram dengan PT. PLN (Persero)

Wilayah NTB Area Mataram Rayon

Ampenan.

12. Selasa, 7 Januari 2014 Mengatasi troubleshoot koneksi

jaringan yang terputus pada PT. PLN

(Persero)Wilayah NTB Area Mataram

Rayon Cakra.

13. Rabu, 8 Januari 2014 Rekapitulasi data daftar pelanggan

tagihan Pasang Baru CV. WINATA

MANDIRI Pringgabaya.

14. Kamis, 9 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal

Computer (PC) dan Installasi Sistem

Operasi Windows 7.

15. Jumat, 10 Januari 2014 Rekapitulasi data daftar pelanggan

tagihan Pasang Baru CV. ADITAMA

TEKHNIK.

16. Senin, 13 Januari 2014 Mengatasi Troubleshoot Personal

Computer (PC) dan Installasi Sistem

Operasi Windows 7.

17. Rabu, 15 Januari 2014 Analisa troubleshoot jaringan pada

12

Page 13: Bab i, Bab II, Bab III

sektor

PT. PLN (Persero) Wilayah NTB Area

Mataram.

18. Kamis,16 Januari 2014 Setting konfigurasi Speedy pada PT.

PLN (Persero) Wilayah NTB Area

Mataram.

19. Jumat, 17 Januari 2014 Membuat kabel straight dan mengatasi

troubleshoot personal computer (PC)

pada PT. CUMP.

BAB IV

Representasi IPv4

13

Page 14: Bab i, Bab II, Bab III

IP Address versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik

(dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet

berukuran 8-bit. Format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet

berukuran 8bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255.

Table 1.1 Konversi Binary-decimal

Contoh: 192.168.10.2

Binary Decimal11000000 19210101000 16800001010 1000000010 2

Table 1.2 Notasi IP Address dalam Desimal. Ekspresi Desimal

(Decimal)

192 . 168 . 10 . 2

Table 1.3 Notasi IP addreas dalam biner Ekspresi Biner (Binary)

11000000 . 10101000 . 000001010 . 00000010

Kelas-kelas IP Address

IP Address terdiri atas dua bagian yaitu; Network ID dan Host ID, yaitu

Network ID menentukan alamat jaringan, sedangkan Host ID

menentukan alamat host atau komputer. Oleh sebab itu, IP Address

memberikan alamat lengkap suatu komputer berupa alamat jaringan dan

alamat host.

Untuk dapat membedakan kelas satu dengan kelas yang lain, maka

dibuat beberapa peraturan sebagai berikut:

1. Oktat pertama kelas A harus dimulai dengan angka binary 0

14

Page 15: Bab i, Bab II, Bab III

2. Oktat pertama kelas B harus dimulai dengan angka binary 10

3. Oktat pertama kelas C harus dimulai dengan angka binary 110

4. Oktat pertama kelas D harus dimulai dengan angka

binary 1110

5. Oktat pertama kelas E harus dimulai dengan angka binary 1111

Oleh sebab itu, IP address masing-masing kelas harus di mulai

dengan angka desimal atau binary pada oktat pertama.

Tabel1.1 Kelompok Oktat pertama dari IP Addreas

Kelas

Kelompok oktat

pertama berupa

Kelompok oktat

pertama berupa

A 1 – 126 00000001 - 01111110B 128 – 191 10000000 - 10111111C 192 – 223 11000000 - 11011111D 224 – 239 11100000 - 11101111E 240 – 247 11110000 - 11110111

1. IP Address Kelas A

IP Address kelas A memiliki range network address 0 – 127,seperti

contoh pada tabel 2.5.

Contoh: Tabel1.2 contoh ip address kelas A

123.12.10.3

Oktet pertama IP Address, yaitu bernilai “123”. Nilai masuk pada range

0-127 sehingga 123.12.10.3 merupakan IP Address kelas A.

Catatan: Address yang dimulai dengan “127” merupakan Loopback

Address, dimana kita tidak disarankan melakukan addressing host normal.

Oleh karena itu, pada network kelas A hanya memiliki kesempatan memberi

nilai antara 0 – 126.

Jumlah host yang bisa dibentuk kelas A seperti pada tabel2.6:

15

Page 16: Bab i, Bab II, Bab III

Tabel1.3 Jumlah host dari IP address Kelas A

224 – 2 = 16.777.214

2. IP Address Kelas B

IP Address kelas B memiliki range network address 128– 91,seperti

pada tabel 2.7 sedang untuk mengetahui berapa host dr kelas B dapat

dilhat pada tabel 2.8:

Contoh: Tabel1.4 contoh ip adress kelas B.

143.12.10.3

Jumlah host yang bisa dibentuk kelas B adalah:

Tabel 1.5 Jumlah dari IP Address kelas B

216 – 2 = 65.534

3. IP Address Kelas C

IP Address kelas C memiliki range network address 192–223,seperti

dapat kita lihat pada tabel 2.9,dimana kita juga bisa mengetahui berapa

jumlah host dalam kelas C bisa dilihat pada tabel 2.10:

Contoh: Tabel1.6 Contoh IP Addreas kelas C

198.12.10.3

Jumlah host yang bisa dibentuk kelas C adalah:

Tabel1.7 Jumlah Host dari IP address kelas C

28 – 2 = 254

IP Address Kelas Khusus

1. IP Address Private

Beberapa IP address tertentu di kelompokan sebagai ip address privat

16

Page 17: Bab i, Bab II, Bab III

(private IP address),dimana mereka tidak dirutekan melintasi Internet.seperti

dapat kita lihat pada tabel

2.11.

Tabel 1.8 IP Address Private

Kelas A 10.0.0.0 - 10.255.255.255Kelas B 172.16.0.0 - 172.31.255.255Kelas C 192.168.0.0 - 192.168.255.255

2. IP Address Localhost

Komputer memiliki sebuah card interface (adapter) jaringan

atau tidak, mereka pada dasarnya sudah memiliki IP address builtin,

IP address builtin memungkinkan aplikasi yang membutuhkan

konektivitas jaringan dapat berkomunikasi satu dengan lain.

IP address builtin pada umumnya berupa 127.0.0.1 dan dikenal IP

address localhost.

b. IP Subnet

Mengingat tak terkendalinya pertumbuhan Internet, penerapan IP

Address ‘tradisional’ menjadi sangat tidak fleksibel, terutama saat menghadapi

perubahan pada konfigurasi network.Perubahan ini biasanya timbul manakala:

1. Terdapat physical network baru yang baru diinstal pada sebuah

lokasi.

2. Perluasan host yang mensyaratkan pemecahan network local

menjadi bagian-bagian kecil yang berbeda.

Sebagai solusi untuk menangani berbagai kasus diatas, maka

diperkenalkanlah konsep subnet yang dapat mengantisipasi

penambahan address baru dalam network.

Dalam konteks subnet, nomor Host yang menjadi bagian dari IP Address

dipecah menjadi sebuah nomor Network dan nomor Host. Network

kedua ini disebut subnetwork (disingkat subnet) sedangkan

langkahnya disebut subnetting.

17

Page 18: Bab i, Bab II, Bab III

Subnet dibuat dengan meminjam bit porsi host dan menjadikannya

sebagai subnet. Jumlah bit yang dipinjam bervariasi, tergantung pada nilai

subnet mask.

Representasi Subnet Mask

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan

subnet mask, yakni:

1. Notasi Desimal Bertitik

2. Notasi Panjang Prefiks Jaringan

1. Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal

bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit

diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32 bit

tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa

meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask

bukanlah sebuah alamat IP.

Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan

digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa

subnet,yang dapat dilihat pada tabel

2.12.

Tabel 1.9 Daftar Subnet Mask default

Kelas Subnet Mask (Biner)

Subnet

Mask

Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0

Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0

Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0

18

Page 19: Bab i, Bab II, Bab III

Nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat

melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai

contoh, alamat 192.168.10.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas C yang

telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8bit. Kedelapan bit

tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan

network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah

total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk

mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang

telah disubnetkan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan

ditampilkan dengan menggunakan notasi pada tabel 2.13.

Tabel 1.10 Contoh Subnet mask bertitik

192.168.10.0, 255.255.255.0

2. panjang prefiks (prefix length)

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet

mask. Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam

sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada

sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah

subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network

identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi

network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi

network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-

Domain Routing (CIDR). Formatnya dapat dilihat pada tabel 2.14 dan

contoh daftar subnet mask dengan notasi prefix length dapat dilihat pada

tabel 2.15.

Tabel 1.11Format Notasi Prefix Length

/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>

Tabel 1.12 Daftar Subnet mask dengan prefix Length

19

Page 20: Bab i, Bab II, Bab III

Kelas Subnet Mask (Biner) Subnet mask Prefix

Length

Kelas A 1

1111111.00000000.00000000.00000000

255.0.0.0 /8

Kelas B 1

1111111.11111111.00000000.00000000

255.255.0.0 /16

Kelas C 1

1111111.11111111.11111111.00000000

255.255.255.0 /24

Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang

memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi

prefix length sebagai 138.96.0.0/16.

Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan

network identifier yang sama,maka semua host yang berada di dalam jaringan yang

sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh

subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah

sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di

dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range

alamat IP yang valid mulai dar 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan

network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid

mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Subnetting

1. Subnetting IP Address kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP

dengan network identifier kelas A,seperti pada tabel 2.16

20

Page 21: Bab i, Bab II, Bab III

Tabel 1.13 Daftar subnetting dengan IP address kelas A

Jumlah Subnet Jumlah

Subnet

Bit

Subnet Mask Jumlah

host tiap

subnet

Dotted

Decimal

Prefix

Length

1-2 1 255.128.0.0 /9 8388606

3-4 2 255.192.0.0 /10 4194302

5-8 3 255.224.0.0 /11 2097150

9-16 4 255.240.0.0 /12 1048574

17-32 5 255.248.0.0 /13 524286

33-64 6 255.252.0.0 /14 262142

65-128 7 255.254.0.0 /15 131070

129-256 8 255.255.0.0 /16 65534

257-512 9 255.255.128.0 /17 32766

513-1024 10 255.255.192.0 /18 16382

1025-2048 11 255.255.224.0 /19 8190

2049-4096 12 255.255.240.0 /20 4094

4097-8192 13 255.255.248.0 /21 2046

8193-16384 14 255.255.252.0 /22 1022

16385-32768 15 255.255.254.0 /23 510

32769-65536 16 255.255.255.0 /24 254

65537-131072 17 2

55.255.255.128

/25 126

131073-262144 18 2

55.255.255.192

/26 62

262145-524288 19 2

55.255.255.224

/27 30

524289-1048576 20 2

55.255.255.240

/28 14

1048577- 21 2 /29 6

21

Page 22: Bab i, Bab II, Bab III

2097152 55.255.255.248

2097153-

4194304

22 2

55.255.255.252

/30 2

2. Subnetting IP Address kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP

dengan network identifier kelas B,seperti pada table 2.17.

Tabel 1.14 Daftar subnetting dengan IP address kelas B

Jumlah Subnet Jumlah

Subnet

Bit

Subnet Mask Jumlah

host tiap

subnet

Dotted

Decimal

Prefix

Length

1-2 1 255.255.128.0 /17 32766

3-4 2 255.255.192.0 /18 16382

5-8 3 255.255.224.0 /19 8190

9-16 4 255.255.240.0 /20 4094

17-32 5 255.255.248.0 /21 2046

33-64 6 255.255.252.0 /22 1022

65-128 7 255.255.254.0 /23 510

129-256 8 255.255.255.0 /24 254

257-512 9 255.255.255.128 /25 126

513-1024 10 255.255.255.192 /26 62

1025-2048 11 255.255.255.224 /27 30

2049-4096 12 255.255.255.240 /28 14

4097-8192 13 255.255.255.248 /29 6

8193-16384 14 255.255.255.252 /30 2

3. Subnetting IP Address kelas C

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP

22

Page 23: Bab i, Bab II, Bab III

dengan network identifier kelas C.seperti terlihat pada

tabel 2.18.

Tabel 1.15 Daftar Subnetting dengan IP address kelas C

Jumlah Subnet Jumlah

Subnet

Bit

Subnet Mask Jumlah

host tiap

subnet

Dotted

Decimal

Prefix

Length

1-2 1 2

55.255.255.128

/25 126

3-4 2 2

55.255.255.192

/26 62

5-8 3 2

55.255.255.224

/27 30

9-16 4 2

55.255.255.240

/28 14

17-32 5 2

55.255.255.248

/29 6

33-64 6 2

55.255.255.252

/30 2

Variable-length Subnet Mask (VLSM)

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang

memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan

menghasilkan beberapa sub jaringan dengan jumlah host yang sama.

Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti

itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP

dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan

lebih sedikit alamat IP.

23

Page 24: Bab i, Bab II, Bab III

Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa sub jaringan

dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di

dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak

digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam

kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen

jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk

memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun

diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa sub jaringan

dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang

sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.

Subjaringan-subjaringa yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet

mask yang disebut sebagai Variable- length Subnet Mask (VLSM).

Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang

sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan, rute yang ditujukan ke

subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network

identifier yang asli. Teknik variable-length subnetting harus dilakukan

secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan

menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet

lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-

hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen

jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan

dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting

dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah

disubnetkan, disubnetkan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network

identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan

mengambil sisa dari bit-bit host.

24