BAB I

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyatakan “Health is a fundamental right” yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. (www. Depkes. go. id /..... / rancangan _ RPJPK _ 2005 – 2025. pdf -, dikutip 16 Mei 2014). Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam 1

description

hjk

Transcript of BAB I

Page 1: BAB    I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

tahun 1948 menyatakan “Health is a fundamental right” yang mengandung

suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta

meningkatkan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai

hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. (www. Depkes. go. id /..... /

rancangan _ RPJPK _ 2005 – 2025. pdf -, dikutip 16 Mei 2014).

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan

mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan

secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu (Depkes RI, 2010)

Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular

yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. WHO

memperkirakan sepertiga populasi dunia telah terinfeksi kuman TB. Setiap

tahun didapatkan delapan sampai sepuluh juta kasus baru, 80% mengenai usia

produktif. Penyakit ini membunuh 8000 orang setiap hari, atau dua sampai

tiga juta orang setiap tahun (Wirawan dan I Ketut, 2008). Menurut WHO Bila

1

Page 2: BAB    I

2

tak dikendalikan, dalam 20 tahun mendatang TB akan membunuh 35 juta

orang. Melihat kondisi tersebut, World Health Organization (WHO)

menyatakan TB sebagai kedaruratan global sejak tahun 1993

(www://eprints.uns.ac.id/8366/1/132130608201011501.pdf. Di akses, Maret

2010)

Penyakit Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan

kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman ini diperkirakan telah

mennginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sampai saat ini penyakit

Tuberculosis masih menjadi problema kesehatan di seluruh dunia dan

merupakan penyebab kematian utama yang disebabkan oleh penyakit

infeksi.. (Depkes RI,2008).

Salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit TB paru

adalah karena pasien tidak patuh dalam pengobatan, terutama dalam hal

kepatuhan dan keteraturan minum obat. Leg dan Spelman (1967) dan Ley

(1988) dalam Niven (2002) menyatakan bahwa 48,7% pasien gagal

meminum antibiotik mereka,37,5% gagal meminum obat-obatan

antituberculosis bahkan diantara pasien-pasien yang berusaha untuk

mematuhi instruksi yang diberikan pada mereka, 25-75% mungkin meminum

dosis yang salah dan lebih dari 30% membuat kesalahan yang potensial

berakibat fatal.

WHO menerapkan Strategi Directly Observed Therapy Short

Course (DOTS) atau pengobatan dengan pengawas langsung. DOTS terdiri

dari 5 komponen yang tidak dapat dipisahkan yaitu : (1). Komitmen politis,

Page 3: BAB    I

3

berupa dukungan dana jajaran pemerintah/pengambilan keputusan terhadap

penanggulangan TB atau dukungan dana operasional. (2). Penemuan

penderita dalam pemeriksaan dahak dengan mikroskopis langsung.

Pemeriksaan penunjang lainnya seperti rontgen dan kultur dapat dilaksanakan

pada unit pelayanan kesehatan yang memilikinya. (3). pengadaan dan

distribusi obat yang cukup dan tidak terputus. Tersedianya obat

antituberculosis (OAT) yang cukup dan tidak terputus bagi penderita. (4).

Pengawasan menelan obat. Untuk memastikan keteraturan penderita minum

OAT, dibutuhkan seorang pengawas minum obat (PMO), khususnya pada

dua bulan pertama dimana penderita minum obat setiap hari. (5). Sistim

pencatatan dan pelaporan data-data perkembangan penyakit TB Paru yang

baku (Aditama, 2002).

Salah satu dari strategi DOTS yaitu Pengawas Menelan Obat

(PMO), yang bertugas untuk mendampingi pasien dalam menjalani

pengobatan sampai tuntas. Seorang anggota keluarga atau petugas kesehatan

yang mudah terjangkau oleh pasien TB Paru dapat mamainkan peranan

sebagai PMO. Dengan didampingi PMO dalam setiap minum obat

diharapkan angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru Basil Tahan

Asam (BTA) Positif. (Yayasan Spiritia, 2006, HIV dan TBC,

1,http://www.spirita.or.id/cst/HIVTB.hpp diakes tanggal 13 maret 2012).

 Jumlah penderita penyakit tuberkulosis (TB) di Indonesia masih

terbilang tinggi. Bahkan, saat ini jumlah penderita TB di Indonesia

menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia."Indonesia peringkat

Page 4: BAB    I

4

empat terbanyak untuk penderita TB setelah China, India, dan Afrika Selatan.

Tapi, itu karena sesuai dengan jumlah penduduknya yang juga banyak," kata

Direktur Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL)

Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama di sela-sela acara Forum

Stop TB Partnership Kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Mediterania

Timur, Senin (3/3/2014), di Jakarta, Tjandra mengatakan, prevalensi TB di

Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru

setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga

2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus

(www//health.kompas.com/read/2014/03/03/1415171/

Indonesia.Peringkat.4.Pasien.TB.Terbanyak.di.Dunia, Senin, 3 Maret 2014 |

14:15 WIB)

Bila dilihat berdasarkan provinsi, Jawa Barat TB paru menempati

urutan pertama dengan 61.010 (20%) kasus menular dari 302.861 penderita,

dengan 32.649 (53%) merupakan kasus BTA (+) dan 414 (0.7%) orang

diantaranya meninggal dunia. (Profil Kesehatan Indonesia 2010, Lampiran

3.13, 3.16 ).

Berdasarkan data angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) menurut

Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 dapat

dilihat tabel 1.1 di bawah ini :

Page 5: BAB    I

5

Tabel 1.1 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

NO KABUPATEN/KOTA

JUMLAH PERKIRAAN

KASUS BARU

TB PARU

KLINIS BTA (+)

ANGKA PENEMUAN

KASUSU (CDR)L+P L+P L+P L+P

1 2 3 4 5 61 KAB. BOGOR 5301 26852 4180 78.85 %2 KAB. SUKABUMI 2601 23591 2303 88.54 %3 KAB. CIANJUR 2412 16816 1863 77.24 %4 KAB. BANDUNG 3531 17452 2491 70.55 %5 KAB. GARUT 2671 14697 1800 67.39 %

sumber : profil kesehatan provinsi jawa barat tahun 2012

Dari data tabel diatas terdapat angka penemuan kasus TB Paru BTA

(+) menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat paling

banyak yakni di Kabupaten Bogor jumlah perkiraan kasus TB Paru sebanyak

78.85% penderita penyakit TB paru. Yang ke-2 angka kejadian TB paru

tertinggi berasal di wilayah Kabupaten Sukabumi sebanyak (88.54 %)

penderita TB paru. Dan yang ke-3 angka kejadian TB paru berasal dari

Cianjur sebanyak (77.24 %) penderita TB paru, ke empat Kabupaten

Bandung sebanyak (70.55%) dan yang ke lima Kabupaten Garut sebanyak

(67.39%)

(www.depkes.go.id/resources/download/profil/

PROFIL_KES_PROVINSI_2012/12_Profil_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf).

Page 6: BAB    I

6

Berdasarkan data angka cakupan Kasus Tuberkulosis Paru Di

Wilayah Enam Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dapat dilihat

tabel 1.2 di bawah ini :

Tabel 1.2 Cakupan Kasus Tuberkulosis Paru Di Wilayah Enam Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2014

No Puskesmas Jumlah Susfek CDR   Target Pencapaian Prosentase Target Pencapaian Prosentase

1 Ciemas 18210 190 160 84.21 19 11 56.452 Taman Jaya 33497 360 360 100 36 36 100.443 Ciracap 51076 550 537 97.64 55 48 87.834 Waluran 27907 300 265 88.33 30 23 77.025 Surade 41122 440 415 94.32 44 36 81.826 Buniwangi 36396 390 126 32.31 39 4 10.277 Cibitung 26957 290 329 113.45 29 30 104.018 Jampangkulon 44517 480 478 99.58 48 47 98.679 Cimanggu 23771 250 246 98.4 25 22 86.5

10 Kalibunder 29224 310 187 60.32 31 13 41.5Sumber : Dinkes Kabupaten Sukabumi 2014

Dari data tabel diatas terdapat angka jumlah cakupan Kasus

Tuberkulosis Paru Di Wilayah Enam Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 yang

paling tinggi jumlah penderita yakni di wilayah kerja Puskesmas Ciracap

yakni sebanyak 51.076 orang, dan yang paling sedikit di Puskesmas Ciemas

sebanyak 18.210 orang. (Dinkes Kabupaten Sukabumi 2014)

Berdasarkan data angka Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru Di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dapat

dilihat tabel 1.3 di bawah ini :

Page 7: BAB    I

7

Tabel 1.3 Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru Di Wilayah KerjaPuskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2014

No Desa Jumlah Penderita Jumlah

Penduduk

Presentase

1 Ciracap 95 41.184 0,23%

2 Purwasedar 86 28.226 0,30%

3 Pasirpanjang 63 23.012 0,27%

4 Mekar sari 58 13.639 0,42%

5 Desa Cikangkung 53 13.630 0,38%

6 Desa Gunung batu 50 16.932 0,29%

7 Desa Pangumbahan 47 24.320 0,19%

8 Desa Ujunggenteng 44 14.441 0,30%

Sumber : Puskesmas Ciracap 2014

Dari data tabel diatas terdapat jumlah penemuan kasus Tuberkulosis

tahun 2014 di wilayah kerja Puskesmas Ciracap yang paling tinggi jumlah

penderita yakni di desa Ciracap dengan jumlah penderita 95 orang (0.23%)

dan yang paling sedikit jumlah penderita kasus tuberculosis yakni di desa

Ujung genteng dengan jumlah penemuan kasus 44 orang (30%). (Puskesmas

Ciracap 2014)

Berdasarkan data jumlah penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2012-2014 dapat

dilihat tabel 1.4 di bawah ini :

Page 8: BAB    I

8

Tabel 1.4 Data jumlah Penderita Tuberkulosis di Wilayah KerjaPuskesmas CIracap Kabupaten Sukabumi dari Tahun2012-2014

Tahun Jumlah penderita

2012 65

2013 51

2014 63

Sumber : Puskesmas Ciracap 2014

Dari data tabel diatas terdapat jumlah penderita Tuberkulosis dari

tahun 2012-2013 terjadi penurunan angka dari asalnya 65 penderita ditahun

2012 menjadi 51 penderita di tahun 2013. Akan tetapi pada tahun berikutnya

yaitu taun 2014 terjadi peningkatan. Dari asalnya 51 penderita menjadi 63

penderita. (Puskesmas Ciracap 2014)

Berdasarkan data penderita Tuber Kulosis Paru Di Wilayah Kerja

Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dapat dilihat tabel 1.4

di bawah ini :

Tabel 1.4 Data Penderita Tuberkulosis di Wilayah KerjaPuskesmas Ciracap Tahun 2014

Desa Jumlah Penderita

TB Paru

(Orang)

Persentase

( % )

Ciracap 38 61%

Page 9: BAB    I

9

Purwasedar

Pasirpanjang 25 39%

Mekarsari

Cikangkung

Gunung batu

Pangumbahan

Ujunggenteng

Jumlah 63 100

Sumber : Puskesmas Ciracap 2014

Dari data tabel diatas terdapat jumlah penemuan penderita

Tuberkulosis tahun 2014 dari 8 Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Ciracap

ada dua Desa yakni yang paling tinggi di Desa Ciracap dengan jumlah

penderita TB paru 38 orang (61%) dan yang ke dua di Desa Pasir Panjang

jumlah penderita 25 orang (39%) berdasarkan data tersebut jumlah penderita

penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi

berjumlah 63 orang (100%). (Puskesmas Ciracap 2014)

Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ciracap dalam

menanggulangi penyakit tuberculosis adalah Puskesmas telah menjalankan

strategi DOTS dimana Strategi DOTS ini sangat efektif dalam mengatasi

penyakit tuberkulosis paru dengan cara memberikan penyuluhan atau

informasi kesehatan pada keluarga, sehingga keluarga mengerti dan dapat

menjalankan strategi DOTS tersebut. Selain itu Puskesmas Ciracap selalu

memberikan informasi pada penderita tuberkulosis ataupun pada PMO dalam

Page 10: BAB    I

10

bentuk penyuluhan atau pendidikan kesehatan agar penderita atau keluarga

lebih memahami tentang penyakit tuberkulosis dan menghindari kejadian

default, kambuh dan gagal.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Peran perawat di komunitas sangatlah besar dalam mencegah

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang beresiko terhadap

penularan penyakit TB, memberikan suport dan edukasi pada keluarga

bagaimana cara menjadi PMO yang cakap, memberikan informasi pada

keluarga seputar pengetahuan, pencegahan dan perawatan pada pasien TB.

Pelayanan keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui upaya

pencegahan primer, sekunder dan tertier dengan berbagai terapi modalitas

dan rehabilitasi yang dapat diterapkan melalui pemberdayaan masyarakat,

menurut Friedman dkk (2009).

Peran PMO memang sangat dibutuhkan bagi penderita TB paru yang

dapat menghindarkan penderita dari kejadian Default dan dapat

meningkatkan kepatuhan penderita dalam berobat dan meminum obatnya

tanpa terputus sampai penderita dikatakan sembuh. Keriteria sembuh disini

seperti BTA mikroskopis negative dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir

pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat, pada foto

Page 11: BAB    I

11

toraks gambaran radiologi serial tetap sama / perbaikan, bila ada fasilitas

biakan, maka kriteria ditambah biakan negative. (Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia, 2012).

Dari data yang ada jumlah cakupan Kasus Tuberkulosis Paru Di

Wilayah Enam Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 yang paling tinggi jumlah

cakupan kasus Tuberculosis yakni di wilayah kerja Puskesmas Ciracap

sebanyak 51.076 orang dan jumlah penemuan kasus Tuberkulosis tahun 2014

di wilayah kerja Puskesmas Ciracap yang paling tinggi jumlah penderita

yakni di desa Ciracap dengan jumlah penderita 95 orang, jumlah penderita

Tuberkulosis pada tahun 2014 terjadi peningkatan dari asalnya 51 penderita

menjadi 63 penderita dan jumlah penemuan penderita Tuberkulosis tahun

2014 dari 8 Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Ciracap ada dua Desa yakni

yang paling tinggi di Desa Ciracap dengan jumlah penderita TB paru 38

orang

Berdasarkan uraian tersebut tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO)

dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB paru di Desa Ciracap

Wilayah Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah ” Dalam penelitian ini menghubungkan

antara Peran Keluarga Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) Dengan

Page 12: BAB    I

12

Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB Paru di Desa Ciracap Wilayah

Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan peran keluarga sebagai pengawas menelan obat (PMO) dengan

kepatuhan minum obat pada penderita Tb paru di Desa Ciracap wilayah

kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran peran keluarga sebagai pengawas menelan obat

(PMO) dalam mengawasi kepatuhan penderita TB paru di Desa

Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi

Tahun 2015.

b) Mengetahui gambaran kepatuhan penderita TB paru dalam menelan

obat di wilayah Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015

.

c) Hubungan peran keluarga sebagai pengawas menelan obat (PMO)

dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB paru di Desa

Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi

Tahun 2015.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat :

Page 13: BAB    I

13

a. Bagi Puskesmas Ciracap

Memberikan informasi tentang besarnya peran PMO bagi

keberhasilan program TB Paru di Puskesmas sehingga dapat d iambil

langkah-langkah dan strategi yang positif bagi pengembangan program

pengobatan kearah yang lebih baik.

b. Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan,

menjadi studi literatur dan data untuk pengembangan penelitian lanjutan

khususnya mengenai TB paru.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan

dan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian dan memberikan

informasi untuk penelitian lebih lanjut khususnya penelitian yang

berkaitan dengan TB Paru.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat,

2007).

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang sangat berbahaya,

serta penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini perlu sekali

pengobatan pada penderita TB paru agar menghindari kejadian drop out,

Page 14: BAB    I

14

gagal, kambuh, bahkan meninggal. Untuk menghindari kejaidan tersebut

dibutuhkan peran PMO. Peran keluarga sebagai PMO merupakan hal yang

sangat penting untuk keteraturan penderita meminum obat dan ketuntasan

pengobatan selama jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga peran PMO

sangat erat kaitannya dengan kepatuhan klien TB paru meminum obat, karena

jika ada peran PMO kepatuhan minum obat akan terlaksana. Dari uraian

tersebut maka dapat digambarkan kerangka pemikiran Hubungan Peran

Keluarga Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Kepatuhan Minum

Obat Pada Penderita TB paru Di Desa Ciracap wilayah kerja Puskesmas

Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015, sebagai berikut :

Bagan 1.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Faktor yang diteliti

: Hubungan

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan

atau dengan sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dan dari hasil penelitian maka hipotesis

ini dapat benar atau salah, diterima atau ditolak (Notoatmodjo,2010).

Kepatuhan minum obat pada penderita Tb paru

Peran keluarga sebagai PMO

Page 15: BAB    I

15

Dengan demikian dalam penelitian ini dibuatlah suatu hipotesis yang

merupakan jawaban sementara dari penelitian ini, Hipotesis dalam penelitian ini

adalah ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas menelan obat

(PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru di Desa Ciracap

wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015

Adapun kriteria hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas minum obat

(PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru Bentuk hipotesis

yang digunakan adalah :

H0 : Tidak ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas

menelan obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita

TB paru di Desa Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap

Kabupaten Sukabumi Tahun 2015

H1 : Ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas menelan

obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru

di Desa Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten

Sukabumi Tahun 2015