BAB I
-
Upload
gina-ibrahim-anggraeni -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of BAB I
![Page 1: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 1948 menyatakan “Health is a fundamental right” yang mengandung
suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta
meningkatkan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai
hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. (www. Depkes. go. id /..... /
rancangan _ RPJPK _ 2005 – 2025. pdf -, dikutip 16 Mei 2014).
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan
mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu (Depkes RI, 2010)
Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. WHO
memperkirakan sepertiga populasi dunia telah terinfeksi kuman TB. Setiap
tahun didapatkan delapan sampai sepuluh juta kasus baru, 80% mengenai usia
produktif. Penyakit ini membunuh 8000 orang setiap hari, atau dua sampai
tiga juta orang setiap tahun (Wirawan dan I Ketut, 2008). Menurut WHO Bila
1
![Page 2: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/2.jpg)
2
tak dikendalikan, dalam 20 tahun mendatang TB akan membunuh 35 juta
orang. Melihat kondisi tersebut, World Health Organization (WHO)
menyatakan TB sebagai kedaruratan global sejak tahun 1993
(www://eprints.uns.ac.id/8366/1/132130608201011501.pdf. Di akses, Maret
2010)
Penyakit Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan
kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman ini diperkirakan telah
mennginfeksi sepertiga penduduk dunia. Sampai saat ini penyakit
Tuberculosis masih menjadi problema kesehatan di seluruh dunia dan
merupakan penyebab kematian utama yang disebabkan oleh penyakit
infeksi.. (Depkes RI,2008).
Salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit TB paru
adalah karena pasien tidak patuh dalam pengobatan, terutama dalam hal
kepatuhan dan keteraturan minum obat. Leg dan Spelman (1967) dan Ley
(1988) dalam Niven (2002) menyatakan bahwa 48,7% pasien gagal
meminum antibiotik mereka,37,5% gagal meminum obat-obatan
antituberculosis bahkan diantara pasien-pasien yang berusaha untuk
mematuhi instruksi yang diberikan pada mereka, 25-75% mungkin meminum
dosis yang salah dan lebih dari 30% membuat kesalahan yang potensial
berakibat fatal.
WHO menerapkan Strategi Directly Observed Therapy Short
Course (DOTS) atau pengobatan dengan pengawas langsung. DOTS terdiri
dari 5 komponen yang tidak dapat dipisahkan yaitu : (1). Komitmen politis,
![Page 3: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/3.jpg)
3
berupa dukungan dana jajaran pemerintah/pengambilan keputusan terhadap
penanggulangan TB atau dukungan dana operasional. (2). Penemuan
penderita dalam pemeriksaan dahak dengan mikroskopis langsung.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti rontgen dan kultur dapat dilaksanakan
pada unit pelayanan kesehatan yang memilikinya. (3). pengadaan dan
distribusi obat yang cukup dan tidak terputus. Tersedianya obat
antituberculosis (OAT) yang cukup dan tidak terputus bagi penderita. (4).
Pengawasan menelan obat. Untuk memastikan keteraturan penderita minum
OAT, dibutuhkan seorang pengawas minum obat (PMO), khususnya pada
dua bulan pertama dimana penderita minum obat setiap hari. (5). Sistim
pencatatan dan pelaporan data-data perkembangan penyakit TB Paru yang
baku (Aditama, 2002).
Salah satu dari strategi DOTS yaitu Pengawas Menelan Obat
(PMO), yang bertugas untuk mendampingi pasien dalam menjalani
pengobatan sampai tuntas. Seorang anggota keluarga atau petugas kesehatan
yang mudah terjangkau oleh pasien TB Paru dapat mamainkan peranan
sebagai PMO. Dengan didampingi PMO dalam setiap minum obat
diharapkan angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru Basil Tahan
Asam (BTA) Positif. (Yayasan Spiritia, 2006, HIV dan TBC,
1,http://www.spirita.or.id/cst/HIVTB.hpp diakes tanggal 13 maret 2012).
Jumlah penderita penyakit tuberkulosis (TB) di Indonesia masih
terbilang tinggi. Bahkan, saat ini jumlah penderita TB di Indonesia
menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia."Indonesia peringkat
![Page 4: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/4.jpg)
4
empat terbanyak untuk penderita TB setelah China, India, dan Afrika Selatan.
Tapi, itu karena sesuai dengan jumlah penduduknya yang juga banyak," kata
Direktur Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama di sela-sela acara Forum
Stop TB Partnership Kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Mediterania
Timur, Senin (3/3/2014), di Jakarta, Tjandra mengatakan, prevalensi TB di
Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru
setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga
2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus
(www//health.kompas.com/read/2014/03/03/1415171/
Indonesia.Peringkat.4.Pasien.TB.Terbanyak.di.Dunia, Senin, 3 Maret 2014 |
14:15 WIB)
Bila dilihat berdasarkan provinsi, Jawa Barat TB paru menempati
urutan pertama dengan 61.010 (20%) kasus menular dari 302.861 penderita,
dengan 32.649 (53%) merupakan kasus BTA (+) dan 414 (0.7%) orang
diantaranya meninggal dunia. (Profil Kesehatan Indonesia 2010, Lampiran
3.13, 3.16 ).
Berdasarkan data angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) menurut
Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 dapat
dilihat tabel 1.1 di bawah ini :
![Page 5: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Tabel 1.1 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
NO KABUPATEN/KOTA
JUMLAH PERKIRAAN
KASUS BARU
TB PARU
KLINIS BTA (+)
ANGKA PENEMUAN
KASUSU (CDR)L+P L+P L+P L+P
1 2 3 4 5 61 KAB. BOGOR 5301 26852 4180 78.85 %2 KAB. SUKABUMI 2601 23591 2303 88.54 %3 KAB. CIANJUR 2412 16816 1863 77.24 %4 KAB. BANDUNG 3531 17452 2491 70.55 %5 KAB. GARUT 2671 14697 1800 67.39 %
sumber : profil kesehatan provinsi jawa barat tahun 2012
Dari data tabel diatas terdapat angka penemuan kasus TB Paru BTA
(+) menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat paling
banyak yakni di Kabupaten Bogor jumlah perkiraan kasus TB Paru sebanyak
78.85% penderita penyakit TB paru. Yang ke-2 angka kejadian TB paru
tertinggi berasal di wilayah Kabupaten Sukabumi sebanyak (88.54 %)
penderita TB paru. Dan yang ke-3 angka kejadian TB paru berasal dari
Cianjur sebanyak (77.24 %) penderita TB paru, ke empat Kabupaten
Bandung sebanyak (70.55%) dan yang ke lima Kabupaten Garut sebanyak
(67.39%)
(www.depkes.go.id/resources/download/profil/
PROFIL_KES_PROVINSI_2012/12_Profil_Kes.Prov.JawaBarat_2012.pdf).
![Page 6: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Berdasarkan data angka cakupan Kasus Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Enam Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dapat dilihat
tabel 1.2 di bawah ini :
Tabel 1.2 Cakupan Kasus Tuberkulosis Paru Di Wilayah Enam Puskesmas Kabupaten Sukabumi Tahun 2014
No Puskesmas Jumlah Susfek CDR Target Pencapaian Prosentase Target Pencapaian Prosentase
1 Ciemas 18210 190 160 84.21 19 11 56.452 Taman Jaya 33497 360 360 100 36 36 100.443 Ciracap 51076 550 537 97.64 55 48 87.834 Waluran 27907 300 265 88.33 30 23 77.025 Surade 41122 440 415 94.32 44 36 81.826 Buniwangi 36396 390 126 32.31 39 4 10.277 Cibitung 26957 290 329 113.45 29 30 104.018 Jampangkulon 44517 480 478 99.58 48 47 98.679 Cimanggu 23771 250 246 98.4 25 22 86.5
10 Kalibunder 29224 310 187 60.32 31 13 41.5Sumber : Dinkes Kabupaten Sukabumi 2014
Dari data tabel diatas terdapat angka jumlah cakupan Kasus
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Enam Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 yang
paling tinggi jumlah penderita yakni di wilayah kerja Puskesmas Ciracap
yakni sebanyak 51.076 orang, dan yang paling sedikit di Puskesmas Ciemas
sebanyak 18.210 orang. (Dinkes Kabupaten Sukabumi 2014)
Berdasarkan data angka Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dapat
dilihat tabel 1.3 di bawah ini :
![Page 7: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/7.jpg)
7
Tabel 1.3 Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru Di Wilayah KerjaPuskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2014
No Desa Jumlah Penderita Jumlah
Penduduk
Presentase
1 Ciracap 95 41.184 0,23%
2 Purwasedar 86 28.226 0,30%
3 Pasirpanjang 63 23.012 0,27%
4 Mekar sari 58 13.639 0,42%
5 Desa Cikangkung 53 13.630 0,38%
6 Desa Gunung batu 50 16.932 0,29%
7 Desa Pangumbahan 47 24.320 0,19%
8 Desa Ujunggenteng 44 14.441 0,30%
Sumber : Puskesmas Ciracap 2014
Dari data tabel diatas terdapat jumlah penemuan kasus Tuberkulosis
tahun 2014 di wilayah kerja Puskesmas Ciracap yang paling tinggi jumlah
penderita yakni di desa Ciracap dengan jumlah penderita 95 orang (0.23%)
dan yang paling sedikit jumlah penderita kasus tuberculosis yakni di desa
Ujung genteng dengan jumlah penemuan kasus 44 orang (30%). (Puskesmas
Ciracap 2014)
Berdasarkan data jumlah penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2012-2014 dapat
dilihat tabel 1.4 di bawah ini :
![Page 8: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/8.jpg)
8
Tabel 1.4 Data jumlah Penderita Tuberkulosis di Wilayah KerjaPuskesmas CIracap Kabupaten Sukabumi dari Tahun2012-2014
Tahun Jumlah penderita
2012 65
2013 51
2014 63
Sumber : Puskesmas Ciracap 2014
Dari data tabel diatas terdapat jumlah penderita Tuberkulosis dari
tahun 2012-2013 terjadi penurunan angka dari asalnya 65 penderita ditahun
2012 menjadi 51 penderita di tahun 2013. Akan tetapi pada tahun berikutnya
yaitu taun 2014 terjadi peningkatan. Dari asalnya 51 penderita menjadi 63
penderita. (Puskesmas Ciracap 2014)
Berdasarkan data penderita Tuber Kulosis Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dapat dilihat tabel 1.4
di bawah ini :
Tabel 1.4 Data Penderita Tuberkulosis di Wilayah KerjaPuskesmas Ciracap Tahun 2014
Desa Jumlah Penderita
TB Paru
(Orang)
Persentase
( % )
Ciracap 38 61%
![Page 9: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Purwasedar
Pasirpanjang 25 39%
Mekarsari
Cikangkung
Gunung batu
Pangumbahan
Ujunggenteng
Jumlah 63 100
Sumber : Puskesmas Ciracap 2014
Dari data tabel diatas terdapat jumlah penemuan penderita
Tuberkulosis tahun 2014 dari 8 Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Ciracap
ada dua Desa yakni yang paling tinggi di Desa Ciracap dengan jumlah
penderita TB paru 38 orang (61%) dan yang ke dua di Desa Pasir Panjang
jumlah penderita 25 orang (39%) berdasarkan data tersebut jumlah penderita
penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi
berjumlah 63 orang (100%). (Puskesmas Ciracap 2014)
Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Ciracap dalam
menanggulangi penyakit tuberculosis adalah Puskesmas telah menjalankan
strategi DOTS dimana Strategi DOTS ini sangat efektif dalam mengatasi
penyakit tuberkulosis paru dengan cara memberikan penyuluhan atau
informasi kesehatan pada keluarga, sehingga keluarga mengerti dan dapat
menjalankan strategi DOTS tersebut. Selain itu Puskesmas Ciracap selalu
memberikan informasi pada penderita tuberkulosis ataupun pada PMO dalam
![Page 10: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/10.jpg)
10
bentuk penyuluhan atau pendidikan kesehatan agar penderita atau keluarga
lebih memahami tentang penyakit tuberkulosis dan menghindari kejadian
default, kambuh dan gagal.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peran perawat di komunitas sangatlah besar dalam mencegah
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang beresiko terhadap
penularan penyakit TB, memberikan suport dan edukasi pada keluarga
bagaimana cara menjadi PMO yang cakap, memberikan informasi pada
keluarga seputar pengetahuan, pencegahan dan perawatan pada pasien TB.
Pelayanan keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui upaya
pencegahan primer, sekunder dan tertier dengan berbagai terapi modalitas
dan rehabilitasi yang dapat diterapkan melalui pemberdayaan masyarakat,
menurut Friedman dkk (2009).
Peran PMO memang sangat dibutuhkan bagi penderita TB paru yang
dapat menghindarkan penderita dari kejadian Default dan dapat
meningkatkan kepatuhan penderita dalam berobat dan meminum obatnya
tanpa terputus sampai penderita dikatakan sembuh. Keriteria sembuh disini
seperti BTA mikroskopis negative dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat, pada foto
![Page 11: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/11.jpg)
11
toraks gambaran radiologi serial tetap sama / perbaikan, bila ada fasilitas
biakan, maka kriteria ditambah biakan negative. (Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia, 2012).
Dari data yang ada jumlah cakupan Kasus Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Enam Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 yang paling tinggi jumlah
cakupan kasus Tuberculosis yakni di wilayah kerja Puskesmas Ciracap
sebanyak 51.076 orang dan jumlah penemuan kasus Tuberkulosis tahun 2014
di wilayah kerja Puskesmas Ciracap yang paling tinggi jumlah penderita
yakni di desa Ciracap dengan jumlah penderita 95 orang, jumlah penderita
Tuberkulosis pada tahun 2014 terjadi peningkatan dari asalnya 51 penderita
menjadi 63 penderita dan jumlah penemuan penderita Tuberkulosis tahun
2014 dari 8 Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Ciracap ada dua Desa yakni
yang paling tinggi di Desa Ciracap dengan jumlah penderita TB paru 38
orang
Berdasarkan uraian tersebut tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO)
dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB paru di Desa Ciracap
Wilayah Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah ” Dalam penelitian ini menghubungkan
antara Peran Keluarga Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) Dengan
![Page 12: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB Paru di Desa Ciracap Wilayah
Kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan peran keluarga sebagai pengawas menelan obat (PMO) dengan
kepatuhan minum obat pada penderita Tb paru di Desa Ciracap wilayah
kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran peran keluarga sebagai pengawas menelan obat
(PMO) dalam mengawasi kepatuhan penderita TB paru di Desa
Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi
Tahun 2015.
b) Mengetahui gambaran kepatuhan penderita TB paru dalam menelan
obat di wilayah Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015
.
c) Hubungan peran keluarga sebagai pengawas menelan obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB paru di Desa
Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi
Tahun 2015.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat :
![Page 13: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/13.jpg)
13
a. Bagi Puskesmas Ciracap
Memberikan informasi tentang besarnya peran PMO bagi
keberhasilan program TB Paru di Puskesmas sehingga dapat d iambil
langkah-langkah dan strategi yang positif bagi pengembangan program
pengobatan kearah yang lebih baik.
b. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan,
menjadi studi literatur dan data untuk pengembangan penelitian lanjutan
khususnya mengenai TB paru.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian dan memberikan
informasi untuk penelitian lebih lanjut khususnya penelitian yang
berkaitan dengan TB Paru.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan
secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat,
2007).
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang sangat berbahaya,
serta penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini perlu sekali
pengobatan pada penderita TB paru agar menghindari kejadian drop out,
![Page 14: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/14.jpg)
14
gagal, kambuh, bahkan meninggal. Untuk menghindari kejaidan tersebut
dibutuhkan peran PMO. Peran keluarga sebagai PMO merupakan hal yang
sangat penting untuk keteraturan penderita meminum obat dan ketuntasan
pengobatan selama jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga peran PMO
sangat erat kaitannya dengan kepatuhan klien TB paru meminum obat, karena
jika ada peran PMO kepatuhan minum obat akan terlaksana. Dari uraian
tersebut maka dapat digambarkan kerangka pemikiran Hubungan Peran
Keluarga Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Kepatuhan Minum
Obat Pada Penderita TB paru Di Desa Ciracap wilayah kerja Puskesmas
Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015, sebagai berikut :
Bagan 1.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Faktor yang diteliti
: Hubungan
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan
atau dengan sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. Setelah melalui pembuktian dan dari hasil penelitian maka hipotesis
ini dapat benar atau salah, diterima atau ditolak (Notoatmodjo,2010).
Kepatuhan minum obat pada penderita Tb paru
Peran keluarga sebagai PMO
![Page 15: BAB I](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022083016/5695d06b1a28ab9b02926317/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Dengan demikian dalam penelitian ini dibuatlah suatu hipotesis yang
merupakan jawaban sementara dari penelitian ini, Hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas menelan obat
(PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru di Desa Ciracap
wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten Sukabumi Tahun 2015
Adapun kriteria hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas minum obat
(PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru Bentuk hipotesis
yang digunakan adalah :
H0 : Tidak ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas
menelan obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita
TB paru di Desa Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap
Kabupaten Sukabumi Tahun 2015
H1 : Ada hubungan antara peran keluarga sebagai pengawas menelan
obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru
di Desa Ciracap wilayah kerja Puskesmas Ciracap Kabupaten
Sukabumi Tahun 2015