BAB I

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit Infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usia harapan hidup menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih banyak (Mangunegoro, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999) Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor- faktor lingkungan yang lain, terjadilah perubahan anatomik- fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan. Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik- fisiologik dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa

description

penyakit pernafasan lansia

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang Apabila tarafhidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit Infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usia harapan hidup menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih banyak (Mangunegoro, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan.Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut (Mangunegoro, I992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai gangguan sistem respirasi pada usia lanjut, meliputi penyakit sistem pernafasan yang biasanya menyerang usia lanjut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa penyakit yang sering dihadapi lansia ?2. Apa epidemologi penyakit tersebut pada lansia ?

1.3 Tujuan penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mencapai pemahaman penulis dan pembaca terhadap penyakit sistem pernafasan yang sering dijumpai pada lansia. 1.4 Manfaat penulisan 1.4.1 Bagi penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.1.4.2 Bagi Pembaca Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit sistem pernafasan yang sering dijumpai pada lansia.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Konsep Dasar Lansia 1. Pengertian Lansia Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari siapapun. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. (Hurlock, 2000)Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan ( potensial) maupun karena sesuatu hal yang tidak mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial) Wheeler, mengungkapkan usia tua tidak hanya dilihat dari perhitungan kronologis atau berdasarkakan kalender saja, tetapi juga menurut kondisi kesehatan seseorang ( health age ). Sehingga umur sesungguh nya dari seseorang merupakan gabungan dari ketiga - tiganya (Haryanto 2005).Jadi usia lanjut menurut kelompok kami adalah seseorang yang berusia diatas 60 tahun baik laki laki maupun perempuan, sehat ataupun tidak sehat.

2. Batasan Usia Lanjut Menurut Setyonegoro, dalam Nugroho ( 2000), pengelompokkan usia lanjut adalah sebagai berikut :a. Usia dewasa muda ( Elderly adulhood), 18 atau 20 25 tahun.b. Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas, 25 60 atau 65 tahun.c. Lanjut usia ( geriatric age ), lebih dari 65 atau70 tahun. Terbagi untuk umur 70 75 tahun ( young old), 75 80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun ( very old ).

2.2 Penyakit Pernafasan Pada Usia Lanjut Pada proses menua terjadi penurunan compliance dinding dada, tekanan maksimalinspirasi dan ekspirasi menurun dan elastisistas jaringan paru juga menurun. Pada pengukuranterlihat FEV1, FVC menurun, PaO2 menurun, V/Q naik. Penurunan ventilasi alveolar, merupakanrisiko untuk terjadinya gagal napas. Selain itu terjadi perubahan berupa (Lukman, 2009):a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasiberkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensialterjadi penumpukan sekret.c. Penurunan aktivitas paru ( inspirasi & ekspirasi ) sehingga jumlah udara pernafasan yangmasuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.d. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50m), menyebabkan terganggunya prose difusi.e. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi darihemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.f. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yanglama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.g. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari salurannafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.Penyebab kegawatan napas pada lansia meliputi obstruksi jalan napas atas, hipoksi karenapenyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumotoraks, pneumonia aspirasi, rasa nyeri, bronkopneumonia, emboli paru, dan asidosis metabolik. Akan tetapi penyakit respirasi yang sering terjadi pada lansia adalah pneumonia, tuberkulosis paru, sesak napas, nyeri dada.1. Pneumoniaa) Definisi Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia memiliki tanda klasik berupa demam, batuk, sesak. Tetapi pada usia lanjut usia, gejalanya menjadi atipikal, yaitu suhu normal, takada batuk, status mental terganggu, nafsu makan menurun, aktivitas berkurang. Pemeriksaan fisikdidapatkan ronki, bronkofoni, suara napas menurun. Leukosit naik, dan pada rontgen thoraksterlihat infiltrat (Lukman, 2009).Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitasdan fungsi paru meliputi:a) Peningkatan diameter anteroposterior dadab) Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kostac) Penurunan efisiensi otot pernapasanPeningkatan rigiditas paru d) Penurunan luas permukaan alveoli.

b) Epidemologi Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai teman pada usia lanjut. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 2544 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68114 per 1000 orang.Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%.Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia: The Forgotten Killer of Children, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).2. TB Parua) Definisi Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basilmikobakterium tuberkulosa tipe humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). TB Paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (harrison, 2002)b) EpidemologiTuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobaclerium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru, kemudian menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian lainnya. Tuberkulosis paru pada manusia dapat dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu: a) Tuberkulosis primer: bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali; b) Tuberkulosis paska primer: bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang terkena infeksi dan sembuh. Tuberkulosis paru ini merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Dengan ditemukannya kuman dalam dahak, penderita adalah sumber penularan (Notoatmodjo, 2007). Kuman Mycobacterium tuberculosa ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Hasil penemuan ini diumumkan di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882 dan tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Tuberkulosis (Notoatmodjo, 2007). Kuman Mycobacterium tuberculosis mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Kuman Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia dan zat fisik, serta tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman (dapat tertidur lama) dan aerob (Depkes RI, 2002). Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap bisa berbulan-bulan namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2008) Penularan penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacteriun tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas. Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis paru BTA positif, bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur kemudian terhisap ke dalam paru orang sehat, serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan (Widoyono, 2008). Lingkungan yang tidak sehat (kumuh) sebagai salah satu reservoir atau tempat baik dalam menularkan penyakit menular seperti penyakit tuberkulosis. Menurut Azwar (1990), peranan faktor lingkungan sebagai predisposing artinya berperan dalam menunjang terjadinya penyakit pada manusia, misalnya sebuah keluarga yang berdiam dalam suatu rumah yang berhawa lembab di daerah endemispenyakit tuberkulosis. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan tempat percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Menurut Depkes RI (2008), risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan risiko penularan lebih besar dari pasien tuberkulosis paru dengan BTA negatif. Risiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi tuberkulosis selama satu tahun. Di Indonesia angka risiko penularan bervariasi antara 1 dan 3%. Infeksi tuberkulosis dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif. Pada daerah dengan ARTI 1%, diperkirakan di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 kasus tuberkulosis dan 10% di antaranya akan menjadi penderita tuberkulosis setiap tahunnya dan sekitar 50 di antaranya adalah pasien tuberkulosis BTA positif (Depkes RI, 2008). Menurut Depkes RI (2008) riwayat alamiah pasien tuberkulosis yang tidak diobati, setelah 5 tahun sebesar 50% akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular.3. PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguanfungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkanoleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalamiperubahan dalam masa observasi beberapa waktu (Mangunegoro, 1992.,Didalam bukuR.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002.,Didalam bukuR.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.Termasuk dalam kelompok PPOM adalah bronkitis kronis, emfisemaparu dan penyakit saluran nafas perifer.A. Bronkitis Kronisa) DefinisiBronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).Istilah bronkitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari luar bronchus maupun dari bronchus itu sendiri, merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dengan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk lebih dari 2 tahun secara berturut-turut.b) Epidemiologi Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronkitis akut pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika Serikat. Di dunia bronkitis merupakan masalah dunia. Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita. Data epidemiologis di Indonesia sangat minim.B. Bronkiektasisa) Definisi Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe.(Bruner & Suddarth).Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus(Soeparman &Sarwono, 1999)).Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa (mis.Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (hudak &Gallo,1997).Bronkiektasis adalah dilatasi permanent abnormal dari salah satu atau lebih cabang-cabang bronkus yang besar (Barbara E, 1998).b) EpidemiologiDi negeri-negeri barat, kekerapan bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3 % di antara populasi. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti sesudah dapat ditekannya frekuensi kasus-kasus infeksi paru dengan pengobatan memakai antibiotik. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini.Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak-anak, bahkan dapat merupakan kelainan kongenital.C. Efisema a) DefinisiEmfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002).Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruksi jaringan (WHO).b) EpidemiologiDi Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita emfisema.Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas (3). Emfisema terdapat pada 65 % laki-laki dan 15 % wanita (2).Data epidemiologis di Indonesia sangat kurang. Nawas dkk melakukan penelitian di poliklinik paru RS Persahabatan Jakarta dan mendapatkan prevalensi PPOK sebanyak 26 %, kedua terbanyak setelah tuberkulosis paru (65 %). Di Indonesia belum ada data mengenai emfisema paru (2).4. Asma a) Definisi Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI, 2006; GINA, 2009). Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI, 2007), pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.b) Epidemologi Asma merupakan penyakit kronik yang paling umum di dunia, dimana terdapat 300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Asma dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa, dengan prevalensi yang lebih besar terjadi pada anak-anak (GINA, 2003).Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia, pada tahun 1986 asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu pada SKRT 1995, dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006). Dari hasil penelitian Riskesdas, prevalensi penderita asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Menurut Sastrawan, dkk (2008), angka ini konsisten dan prevalensi asma bronkial sebesar 515%.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanUsia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih yang pasti akan dialami oleh semua orang dan tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada lansia mengalami penurunan anatomi dan fisiologi tubuh, tidak terkecuali pada sistem pernapasan lansia. Banyak pada lansia mengalami gangguan pada sistem pernapasan dengan keluhan sulit untuk bernapas dan karena terserang berbagai macam penyakit yang kebanyakan menyerang paru paru pada lansia.Hal tersebut bisa terjadi karena disebabkan beberapa faktor selama lansia menjalani kebiasaan kehidupan dari usia muda sampai dia sudah lansia seperti faktor merokok,imobilisasi, obesitas, dan lain lain. Banyak penyakit yang dapat menyerang sistem pernapasan pada lansia seperti : pneomonia, emboli paru, tb paru dan masih banyak penyakit lain nya.Oleh karena itu maka diperlukan penanganan penanganan khusus untuk penanganan hal tersebut, supaya lansia bisa merasa nyaman dalam menjalankan aktifitas sehari hari.3.2 Saran