BAB I

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah tingginya kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah. Low Density Lipoprotein (LDL) darah merupakan kolesterol jahat yang jika jumlahnya berlebihan dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan penyakit degeneratif seperti PJK (Siswono, 2001). Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas di negara-negara barat (Chan et al., 2007). Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab kematian terbesar di Amerika Serikat. Ditemukan sekitar 1.500.000 penduduk setiap tahunnya akan mendapatkan serangan jantung dan 50.000 dari mereka akan meninggal dunia. Ini berarti bahwa kematian akibat PJK terjadi setiap 34 detik (Munaf, 2009). Berdasarkan data Departemen Kesehatan 2005, PJK menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang (Proportional Mortality Rate = 2,67%) (Depkes R.I., 2007). Nanggroe Aceh Darussalam

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebabkan oleh berbagai faktor salah

satunya adalah tingginya kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah. Low

Density Lipoprotein (LDL) darah merupakan kolesterol jahat yang jika jumlahnya

berlebihan dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan

membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung sehingga

menyebabkan penyakit degeneratif seperti PJK (Siswono, 2001).

Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit yang mempunyai

prevalensi cukup tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Penyakit jantung koroner

merupakan penyebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas di negara-negara

barat (Chan et al., 2007). Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab

kematian terbesar di Amerika Serikat. Ditemukan sekitar 1.500.000 penduduk

setiap tahunnya akan mendapatkan serangan jantung dan 50.000 dari mereka akan

meninggal dunia. Ini berarti bahwa kematian akibat PJK terjadi setiap 34 detik

(Munaf, 2009).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan 2005, PJK menempati urutan ke-5

sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia

dengan jumlah kematian 2.557 orang (Proportional Mortality Rate = 2,67%)

(Depkes R.I., 2007). Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu dari 16

provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit jantung diatas prevalensi nasional

yaitu sebesar 12,6%. Faktor predisposisi PJK adalah merokok, kolesterol total

meningkat, tekanan darah tinggi, kurang aktivitas fisik dan stres (2)

Konsumsi masyarakat dewasa ini bergeser dari bahan makanan hewani ke

bahan makanan nabati. Hal ini terjadi karena masyarakat berusaha menghindari

kadar kolesterol tinggi karena diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara PJK

dengan kadar kolesterol tinggi dalam darah(3). Masyarakat sekarang cenderung

memanfaatkan pengobatan tradisional atas kesadaran sendiri untuk kembali ke

alam sebagai bagian dari penerapan pola hidup alami. Kekayaan tumbuhan obat

yang tersedia mendukung pemanfaatan pengobatan tradisional (Hembing, 2001).

Page 2: BAB I

Terong ungu (Solanum Melongena L.) sebagai sumber makanan nabati

mempunyai antioksidan alami untuk menurunkan kadar kolesterol LDL darah.

Antioksidan berupa asam fenolik dan flavanoid mampu menurunkan kadar

kolesterol LDL darah dengan cara menghambat aktivitas oksidasi lemak (4). Efek

penurunan kadar kolesterol berasal dari flavanoid yang terdapat pada kulit terong

ungu (Solanum Melongena L.) yang lebih dikenal dengan nama nasunin(5).

Kayamori dan Igarasi (2000) menyatakan bahwa nasunin berpengaruh terhadap

penurunan kadar kolesterol darah tetapi hasilnya belum signifikan karena

pemberian dosis yang kurang. Nasunin didapat dari ekstraksi kulit terong ungu

(Solanum Melongena L.) menggunakan etanol 70%(6).

Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus Norvegicus) karena

metabolismenya mirip dengan motabolisme kolesterol pada manusia. LDL dan

HDL pada tikus putih (Rattus Norvegicus) dan manusia memiliki fungsi yang

sama yaitu untuk memproduksi steroid dan apolipoprotein yang sama(9).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh pemberian ekstrak etanol terong ungu (Solanum Melongena L.) terhadap

penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus Norvegicus) jantan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah dari penelitian

ini adalah apakah pemberian ekstrak etanol terong ungu (Solanum melongena L.)

dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah

mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol terong ungu (Solanum melongena

L.) terhadap penurunan kadar LDL darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Page 3: BAB I

1. Sebagai penambah wacana keilmuan terutama dibidang herbal medicine

tentang khasiat dan manfaat terong ungu (Solanum melongena L.) sebagai

obat penurun kadar LDL darah.

2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai tanaman obat

khususnya terong ungu (Solanum melongena L.) sebagai penurun kadar

LDL darah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi bahan masukan bagi para klinisi bahwa terong ungu (Solanum

melongena L.) dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk menurunkan

kadar LDL darah.

2. Sebagai pedoman bagi masyarakat untuk dapat menggunakan terong ungu

(Solanum melongena L.) sebagai obat alternatif untuk menurunkan kadar

LDL darah.

1.5 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol terong ungu

(Solanum melongena L.) dapat menurunkan kadar LDL darah tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan.