BAB I

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis dari beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan masalah yang memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah kelompok usaha kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam kepentingan, bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha kerja merupakan salah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahteraan kesehatannya. Bidang yang mencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut Occupation Health Nurses (OHN) atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK). Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan Masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dll) dan 1

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis dari

beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan masalah yang

memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah kelompok usaha

kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam kepentingan,

bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha kerja merupakan

salah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahteraan kesehatannya. Bidang yang

mencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut Occupation Health Nurses (OHN)

atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK).

Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan

Masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu

kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun

ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat

kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas

kerja.. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja merupakan aplikasi

kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dll) dan yang

menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar

perusahaan tersebut. Dasar Hukum untuk kesehatan kerja ini terdapat dalam UU 23/1992

pasal 23 dan pasal 10 tentang kesehatan kerja dan upaya kesehatan kerja.

Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja berfokus pada upaya promosi, preventif dan

rehabilitasi kesehatan dalam konteks keselamatan dan keamanan lingkungan kerja. Aplikasi

praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di

tatanan industri kecil, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas, dan lain-lain. Di

dalam menjalankan fungsinya, perawat kesehatan kerja memiliki tugas antara lain mampu

menilai secara sistematis status kesehatan kerja, mampu melakukan analisa data yang

dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan, mampu mengidentifikasi tujuan

spesifik keperawatan yang diharapkan, mampu mengembangkan rencana keperawatan yang

1

komprehensif dan memformulasikan tindakan intervensi yang dilakukan pada setiap tingkat

pencegahan serta terapinya, mampu melaksanakan promosi kesehatan untuk pencegahan

penyakit kecelakaan serta pemulihan sesuai renpra dan yang terakhir mampu melakukan

evaluasi berkesinambungan terhadap respon pekerja dan kemajuan yang dicapai

Di dalam kesehatan kerja pedomannya ialah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat

dicegah, sehingga upaya pokok kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja,

dan pokok yang kedua adalah promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam

rangka peningkatan produktivitas kerja. Sedangkan pengertian dari Upaya Kesehatan Kerja

(UKK) itu sendiri adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan

kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara maksimal tanpa membahayakan dirinya sendiri

maupun lingkungan, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Pelaksanaan UKK

bukan saja merupakan pemenuhan hak asasi pekerja, tetapi juga berperanan besar dalam

investasi atau pembangunan suatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep kesehatan dan keselamatan kerja?

b. Bagaimana asuhan keperawatan teori komunitas?

c. Bagaimana contoh kasus asuhan keperawatan komunitas pada kelompok kerja?

1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui konsep kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori komunitas.

c. Untuk mengetahui contoh kasus asuhan keperawatan komunitas pada kelompok kerja.

2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.1.1 Prinsip Kerja Kesehatan Kerja

Upaya kesehatn kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan

kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri

maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UUK

tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi

permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.

2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerjaan dan lingkungan

kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi

pekerjaan yang bertujuan untuk :

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua

lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan

oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.

Memberikan pekerjaan dan perlindungan pekerja di dalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yang membahayakan

kesehatan.

Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan

kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.1.3 Kapasitas, Beban dan Lingkungan Kerja

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen dalam kesehatan

kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan

menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status

kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar

seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan

3

pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat

perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat

kerja, gizi kerja dan lain-lain.

Beban kerja meliputi beban fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau

kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita

gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia, dan lain-lain) dapat

menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri

atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh factor yang berhubungan

dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh

bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh factor-faktor

pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja, serta factor lainnya.

2.1.4 Lingkungan Kerja dan Penyakit akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit akibat kerja dan/ atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh

pemajanan di lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah

tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk

mencegahnya. Misalnya, antara penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah dan

pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang) atau perlindungan bagi para pekerja rumah

sakit yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung. Untuk

mengatasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah pengenalan atau

identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian dilakukan pengendalian.

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh

tiga langkah utama sebagai berikut.

Pengendalian lingkungan kerja. Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan

dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah

dasar yang pertama kali dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

4

Evaluasi lingkungan kerja. Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya

potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk

menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.

Pengendalian lingkungan kerja. Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan

pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan

sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja

yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian ynag adekuat untuk

mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.

o Pengendalian lingkungan (environmental control measures)

Desain dan tata letak yang adekuat.

Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.

o Pengendalian perorangan (personal control measures)

Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternative lain untuk

melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan

harus sesuai dan adekuat. Pembatasan waktu selama pekerja terpajan zat tertentu

yang berbahaya dapat menurunkan resiko terkenanya bahaya kesehatan di

lingkungan kerja. Kebersihan perorangan dan pakaiannya merupakan hal yang

penting terutama untuk pekerja yangdalam pekerjaannya berhubungan dengan

kimia serta partikel lain.

2.1.5 Tujuan Penerapan Kesehatan Kerja

Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang

sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman,1990)

o Agar tenaga kesehatan dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam

keadaan sehat dan selamat.

o Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancer tanpa adanya hambatan.

2.1.6 Kecelakaan Kerja

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03/MEN/1998 tentang tata cara

pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah

5

suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan

korban manusia dan atau harta benda.

2.1.7 Penyebab Kecelakaan Kerja

Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab dasar (basic

causes) dan penyebab langsung (immediate causes).

o Penyebab dasar

Factor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental

dan psikologis; kurang taau lemahnya pengetahuan dan keterampilan; stress dan

motivasi yang tidak cukup atau salah.

Factor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakkecukupan kemampuan

kepemimpinan dan/atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau

pengadaan barang, perawatan (maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-

barang atau bahan-bahan, standard-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang

terjadi di lingkungan kerja.

o Penyebab langsung

Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standard-unsafe condition), yaitu tindakan

yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengaman, pelindung, atau

rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang

rusak; terlalu sesak atau sempit; system-sistem tanda peringatan yang kurang

memadai; bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan; kerapian atau tata letak (house

keeping) yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan

lainnya); bising; paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B.

Sugeng, 2003).

Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standard-unsafe act), yaitu tingkah laku,

tindak tanduk, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya

mengoperasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk member peringatan dan

pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah; menyebabkan alat-alat

keselamatan tak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat

6

yang rusak; menggunakan alat dengan cara yang salah; serta kegagalan memakai alat

pelindung atau keselamatan diri secara benar (B. Sugeng, 2003).

2.1.8 Penyakit Akibat Kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981tentang

kewajiban melapor penyakit akibat kerja bahwa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja

(PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Beberapa cirri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi kerja. Beberapa cirri

penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja; disebabkan oleh penyebab

yang spesifik; ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja; ada atau tidaknya kompensasi.

Contohnya adalah keracunan timbale (Pb), asbestosis, dan silikosis (B. Sugeng, 2003).

Jenis penyakit akibat kerja

Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor : PER-01/MEN/1981

dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada keputusan Presiden RI Nomor 22/1993

tentang penyakit yang timbul karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama

dengan tambahan penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Jenis-jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah berikut ini.

o Pneumoconiosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis,

antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan factor

utama penyebab cacat atau kematian.

o Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu

logam keras

o Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkopulmoner) atau byssinosis yang disebabkan

oleh debu kapas, vlas, henep ( serat yang diperoleh dari batang tanaman cannabis sativa ),

dan sisal (serat yang diperoleh dari tumbuhan Agave sisalan, biasanya dibuat tali).

7

o Asma akibat keraj yang disebabkan oleh penyebab dan zat perangsang yang dikenal yang

berada dalam proses pekerjaan.

o Alveolitis allergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat penghirupan

debu organic.

o Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya yang beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh cadmium (Cd) atau persenyawaannya yang beracun.

o Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannnya yang beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannnya yang beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannnya yang beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh arsenic (As) atau persenyawaannnya yang beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau persenyawaannnya yang

beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plumbum (Pb) atau persenyawaannnya yang

beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F) atau persenyawaannnya yang beracun

o Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida

o Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik

atau aromatic yang beracun.

o Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun.

o Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau homolognya

yang beracun.

o Penyakit yang disebabkan oleh nitrologliserin atau ester asam nitrat lainnya.

o Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.

o Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti

karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfide atau derivatnya yang beracun,

amoniak, seng, braso dan nikel.

o Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan

o Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang

persendian, dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

o Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi.

8

o Penyakit yang disebabkan olehradiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.

o Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologis.

o Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,

antrasena, atau persenyawaan, produk, dan residu dari zat-zat tersebut.

o Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses.

o Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam

suatu pekerjaan yang dimiliki risiko kontaminasi khusus.

o Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas, radiasi, atau kelembapan

udara yang tinggi.

o Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

2.1.9 Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja

Secara teknis penegakan diagnosi dilakukan dengan cara berikut ini (B.Sugeng. 2003).

Anamnesis (wawancara ) meliputi identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit dan

keluhan yang dialami saat ini.

Riwayat pekerjan (kunci awal diagnosis)

Sejak pertama kali bekerja.

Kapan, bialamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahan yang

ada, kejadian sama dengah pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara

melakukan pekerjaaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan

kebiasaan lian (merokok, alcohol).

Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.

Membadingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja.

Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat

tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang.

Perhatikan juga kemungkinan pemanjaan di luar temapt kerja.

Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit di

perusahaan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan

Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.

Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostic klinis.

9

Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan

laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.

Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis

Seperti pemeriksaan spirometri dan rotgen paru (pnemokoniosis-pembacaan

standar ILO).

Pemeriksaan audiometri.

Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.

Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan yang

memerlukan :

Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan.

Kemampuan mengevaluasi factor fsisik dan kimia berdasarkan daya yang ada.

Pengenalan secara langsung system kerja, intensitas, dan lama pemajanan.

Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain

Sering kali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis,

kemudian dicari factor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui

pengamatan )penelitian) yang relative lebih lama.

Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasihat 9kaitan dengan

kompensasi).

2.1.10 Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan pada penyakit akibat kerja

Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five leved of

prevention diseases ) pada penyakit akibat kerja.

Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya : pendidikan kesehatan,

meningkatan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan

memadai, rekreasi, lingkunga kerja yang memedai, penyuluhan perkawinan dan

pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodic.

Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya : imunisasi, hygiene perorangan,

sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.

Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatmen ).

Misalnya : diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-

titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

10

Membatasi kemungkinan cacat ( disability limitation). Misalnya : memeriksa dan

mengobati tenaga kerja secara komprehensif ,mengobati tenaga kerja secara

sempurna ,dan pendidikan kesehatan.

Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya : rehabilitasi dan memperkerjakan

kembali para pekerja yang menderita cacat.sedapat mungkin perusahaan mencoba

menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.

2.1.11 Fungsi dan Tugas Perawat Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industry

adalah sebagai berikut (nasrul effendi,1998).

a. Fungsi perawat

Mengkaji masalah kesehatan

Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja

Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja

Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

b. Tugas perawat

Mengawasi lingkungan pekerja

Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan

Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja

Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja

Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah

kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan

Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja

Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja

Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan

keluarganya

Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja

11

Mengoordinasi dan mengawasi pelaksaan K3

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Asuhan Keperawatan Teori Komunitas

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak,

2005):

Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap

mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada

fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.

a. Pengumpulan Data

Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :

1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas

usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,

keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:

Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya

karena dapat menjadi stresor bagi penduduk

Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat

tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering

mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin

Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang,

sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai

bidang termasuk kesehatan

Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan

yang terjadi

Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan

merawat atau memantau gangguan yang terjadi

12

Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan

penyakit

Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,

apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi

(UMR) atau sebaliknya

Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya

dapat dijangkau masyarakat

b. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif

(Mubarak, 2005):

1) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh

individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung

melalui lisan.

2) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran

c. Sumber Data

1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,

masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan,

catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

3) Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab

b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra

c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu

4) Pengelolaan Data

a. Klasifikasi data atau kategorisasi data

13

b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data

5) Analisa Data

Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan

kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan

atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau

masalah keperawatan.

6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah

kesehatan.

7) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H

Maslow:

Keadaan yang mengancam kehidupan

Keadaan yang mengancam kesehatan

Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan

baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan

gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang

mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap

stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah

(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)

(Mubarak, 2005).

Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang

seharusnya terjadi.

Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan

arah terhadap intervensi keperawatan.

14

Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

Perencanaan/ Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan

yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan

intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang

muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):

a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit

b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit

c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit

d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat

e. Lakukan olahraga secara rutin

f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki

lingkungan komunitas

g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

Pelaksanaan/Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah

disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan

angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan

anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:

a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit

b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan

melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit

d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

Penilaian/Evaluasi

15

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan

pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat

dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah

ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam

melakukan evaluasi adalah:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi

b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata

c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

BAB III

TINJAUAN KASUS

Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh manager HRD PT. Sumber Bahagia Indonesia

sebagai berikut : jumlah pekerja + 500 pekerja, dari hasil wawancara dengan pimpinan di

perusahaan tersebut mengatakan bahwa sering terjadi kecelakaan kerja yang meliputi

terpotongnya tangan oleh mesin cutting, terlindas dan ada pula penyakit saluran pernafasan salah

satunya adalah ISPA, kurangnya kesadaran pekerja untuk menggunakan masker. Dari hasil

winshield survey, didapatkan 20 pekerja yang sedang menderita penyakit saluran pernafasan

yaitu ISPA dan 1 orang yang mengalami kecelakaan kerja yaitu jari tangan yang terpotong oleh

mesin cutting.

3.1 Pengkajian

Pengkajian pada pekerja industri menggunakan pendekatan community as partner meliputi

data inti komunitas dan subsystem.

3.1.1 Data Inti Komunitas

a. Demografi : Jumlah pekerja pabrik keseluruhan menurut data Monografi dari

manager HRD + 500 pekerja, jumlah pekerja menurut jenis kelamin dan golongan

umur tergambar pada grafik di bawah ini.

Diagram 1 : Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di PT.

Sumber Bahagia Indonesia.

16

b. Status Perkawinan : sebanyak 60 % pekerja sudah menikah dan 40% pekerja

belum menikah.

c. Nilai, Kepercayaan dan Agama : agama yang dianut oleh pekerja tergambar pada

diagram dibawah ini

Diagram 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Agama di PT. Sumber Bahagia

Indonesia

17

Islam

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan fasilitas ibadah

yang tersedia dari 1 masjid dan 1 mushola, terdapat majelis ta’lim yang biasanya

mengurus dan membersihkan serta menjaga masjid, terdapat satu klinik yang didalamnya

ada 1 dokter dan 2 pembantu perawat dan tidak ditemukan perawat occupasional di

perusahaan tersebut. Sedangkan dari hasil wawancara dengan pmpinan di perusahaan

tersebut mengatakan bahwa sering terjadi kecelakaan kerja yang meliputi terpotongnya

tangan oleh mesin cutting, terlindas dan ada pula penyakit saluran pernafasan salah

satunya adalah ISPA, kurangnya kesadaran pekerja untuk menggunakan masker. Dari

hasil winshield survey, didapatkan 20 pekerja yang sedang menderita penyakit saluran

pernafasan yaitu ISPA dan 1 orang yang mengalami kecelakaan kerja yaitu jari tangan

yang terpotong oleh mesin cutting.

3.1.2 Data Subsistem Komunitas

Delapan subsitem yang dikaji adalah sebagai berikut :

a. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Lokasi perusahanan dekat dengan perumahan penduduk, luas perusahaan

cukup besar, dan lingkungan cukup bersih, pembuang limbah tidak tersedia dan

hanya di alirkan ke sungai setempat, tiap – tiap mesin tidak diberi pengaman, terdapat

kantin yang makanannya cukup terjaga kebersihannya, udara lingkungan sekitar

tercium bau seperti besi dan sangat menyengat.

Auskultasi : Dari hasil wawancara dengan pekerja setempat ditemukan bahwa

lingkungan sekitar perusahaan kurang sehat karena adanya limbah gas yang belum

tertangani pembuangannya secara baik. Menerut para pekerja, pekerja sering

mengalami sakit ISPA dikarenakan limbah gas yang beredar di lingkungan

perusahaan dan kurangnya kesadaran pekerja dalam menggunakan masker untuk

mencegah limbah gas tersebut masuk ke saluran pernafasan.

Angket : Diketahui penggunaan masker dilingkungan perusahaan yang tidak

dimanfaatkan dengan baik meskipun perusahaan telah menyediakannya secara gratis

bagi seluruh warga perusahaan dan pekerja masih banyak yang belum mengetahui

dampak dari limbah gas serta manfaat penggunaan dari masker tersebut.

18

b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan social

Pelayanan kesehatan yang memadai dan terstandar belum ada, hanya tersedia klinik

yang berukuran kecil dan hanya dapat digunakan sebagai pengobatan biasa saja tanpa

ada pendidikan kesehatan yang terjadwal setiap bulannya.

c. Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara pekerja yang bekerja diperusahaan tersebut rata – rata

berpenghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari akan tetapi beberapa

pekerja masih ada yang mengeluhkan bahwa dengan gaji pokok tersebut masih belum

bias memenuhi kebutuhan sehari – harinya jika salah satu anggota keluarga ada yang

sakit, rincian gaji atau upah karyawan ada pada table dibawah ini :

Menurut hasil wawancara dengan bagian keuangan di PT. Sumber Bahagia Indonesia

untuk kelas 8 sampai dengan kelas 11 bisa mengambil jam lembur dengan upah

10.000 tiap jamnya. Di PT. Sumber Bahagia Indonesia juga menyediakan tunjangan

untuk transportasi, bahasa, dll.

d. Keamanan dan Transportasi

1) Keamanan :

19

Dari hasil angket yang telah disebarkan pada 500 pekerja didapatkan 200 pekerja

yang tidak menggunakan masker di lingkungan perusahaan.

Tabel 1 : Alasan pekerja tidak menggunakan masker di PT. Sumber Bahagia

Indonesia

Dari tabel di atas terlihat bahwa alasan pekerja tidak menggunakan masker

adalah malas menggunakan masker, hal tersebut merupakan kurangnya

kesadaaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) dari para pekerja dan

merupakan perilaku pekerja yang perlu untuk diperbaiki untuk mendapatkan

kualitas hidup yang lebih baik lagi.

Tabel 2 : Pengetahuan pekerja tentang pentingnya penggunaan masker di PT.

Sumber Bahagia Indonesia

20

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian pekerja mengetahui

pentingnya penggunaan masker dilingkuangan perusahaan guna menjaga

kesehatan pekerja akan tetapi pekerja malas dan menyepelehkan penggunaan dari

masker tersebut sehingga pekerja sering mengalami penyakit ISPA.

2) Transportasi :

Jenis transportasi yang dapat digunakan pekerja di dalm perusahaan

berdasarkan inspeksi dan wawancara adalah sepeda motor.

e. Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi pekerja industri adalah

keikutsertaan pekerja industri dalam organisasi didalam perusahaan yang terkait

dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Para pekerja industri tergabung dalam

asuransi kesehatan yang diberikan oleh PT. Sumber Bahagia kepada seluruh

karyawannya yaitu melalui jasa asuransi kesehatan pekerja PT. Jamsostek.

f. Komunikasi

1) Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh pekerja industri untuk

memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja

adalah melalui website, televisi dan masyarakat di lingkungan pekerja industri.

2) Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan pekerja industry meliputi data

tentang kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia dalam

menyelesaikan dan mencegah masalah kesehatan dan keselamatan kerja dan

keterlibatan perusahaan.

Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

Diagram 3 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara pekerja dengan petinggi

perusahaan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

21

Dari diagram diatas 50 % pekerja jarang sekali melakukan komunikasi

dengan pihak perusahaan tentang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pihak

perusahaan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana keadaan

kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja industry oleh sebab itu perusahaan

kurang mendapatkan masukan yang berguna meningkatkan kesehatan dan

keselamatan kerja bagi seluruh pekerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia.

Diagram 4 : Perlunya keterlibatan perusahaan dalam peningkatan kesehatan dan

keselamatan kerja para pekerja industry.

22

Perlu

Tidak Perlu

Dari diagram diatas 90 % perlu adanaya keterlibatan perusahaan dalam

menyelesaikan masalah kesehatan dan keselamtatan kerja yang sedang terjadi di

perusahaan tersebut karena pekerja merupakan unit terpenting dalam kemajuan

atau keberhasilan perusahaan oleh karena itu perusahaan berkewajiban

memberikan fasilitas kesehatan dan keselamatan yang bermutu guna menunjang

kebutuhan pekerja khususnya dibidang kesehatan dan keselamatan kerja.

7. Pendidikan

Diagram 5 : Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan di PT. Sumber

Bahagia Indonesia tahun 2011.

Pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 60 %, 20 % orang

berpendidikan SMA, dan 20 % responden adalah SMP.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan pekerja biasanya ke mall dan

daerah pegunungan yang letaknya cukup dekat dengan rumah para pekerja. Setiap

tahunnya perusahaan menyediakan dana untuk mengadakan rekreasi ke tempaat

yang dipilih oleh pekerja itu sendiri, hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan

tujuan agar stressor para pekerja menjadi lebih ringan setelah mendapatkan

hiburan di tempat rekreasi tersebut sehingga pekerjaan para pekerja dapat

terselesaikan dengan baik.

23

3.2 Analisa Data

No Pengelompokkan Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1 Terdapat 20 pekerja

terserang

penyakit ISPA

a. Limbah gas pabrik yang

beredar di lingkungan

perusahaan

b. Pekerja tidak

menggunakan masker

ketika

berada di lingkungan

perusahaan

Terjadinya penyakit

ISPA di

PT. Sumber Bahagia

Indonesia berhubungan

dengan limbah gas

pabrik yang

beredar di lingkungan

perusahaan ditandai

dengan 20

pekerja yang terserang

ISPA.

2 Terdapat seorang pekerja

yang tangannya terpotong

oleh mesin cutting

a. Kurangnya kewaspadaan

pekerja dalam menjalankan

mesin cutting

b. Kurangnya kesadaran

pihak perusahaan dalam

keselamatan dan kesehatan

kerja ( K3 ) sehingga tidak

memasang alat pengaman

pada mesin cutting.

Terjadinya kecelakaan

kerja

pada pekerja di PT.

sumber Bahagia

Indonesia

berhubungan dengan

kurangnya

kewaspadaan pekerja

dalam

menjalankan mesin

cutting

ditandai dengan seorang

pekerja

yang terpotong

tangannya oleh

mesin cutting

3 a. Limbah pabrik yang Kurangnya kesadaran Resiko peningkatan

24

masih belum tertangani

dengan baik

b. Banyaknya mesin –

mesin yang belum

terdapat pengaman bagi

pekerja

pihak

perusahaan dalam

keselamatan

dan kesehatan kerja ( K3 )

kecelakaan

kerja di PT. Sumber

Bahagia Indonesia

berhubungan dengan

kurangnya

kesadaran pihak

perusahaan

dalam keselamatan dan

kesehatan kerja ( K3 )

3.3 Diagnosa Keperawatan

a. Terjadinya penyakit ISPA di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan dengan limbah

gas pabrik yang beredar di lingkungan perusahaan ditandai dengan 20 pekerja yang

terserang ISPA.

b. Terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan

dengan kurangnya kewaspadaan pekerja dalam menjalankan mesin cutting ditandai

dengan seorang pekerja yang terpotong tangannya oleh mesin cutting

c. Resiko peningkatan kecelakaan kerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan

dengan kurangnya kesadaran pihak perusahaan dalam keselamatan dan kesehatan kerja

( K3 )

3.4 Perencanaan

a. Prioritas Masalah

Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa

keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah ditemukan.

Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnose keperawatan komunitas

yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat. Prioritas untuk

diagnosa komunitas pada pekerja industri adalah sebagai berikut :

25

Diagnosa keperawatan

pekerja

Industry

Pentingnya

penyelesaian

masalah

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Perubahan

positif untuk

penyelesaian di

komunitas

0 : tidak ada

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Penyelesaian

untuk

Peningkatan

kualitas hidup

0 : tidak ada

1 : rendah

2 : sedang

3 : tinggi

Total

Score

Terjadinya penyakit

ISPA di PT.

Sumber Bahagia

Indonesia berhubungan

dengan

limbah gas pabrik yang

beredar di

lingkungan perusahaan

ditandai

dengan 20 pekerja yang

terserang

ISPA.

3 2 2 7

Terjadinya kecelakaan

kerja pada

pekerja di PT. Sumber

Bahagia Indonesia

berhubungan dengan

kurangnya

kewaspadaan pekerja

dalam

menjalankan mesin

cutting

ditandai dengan seorang

2 3 2 6

26

pekerja

yang terpotong

tangannya oleh

mesin cutting

Resiko peningkatan

kecelakaan

kerja di PT. Sumber

Bahagia Indonesia

berhubungan dengan

kurangnya

kesadaran pihak

perusahaan

dalam keselamatan dan

kesehatan

kerja ( K3 )

3 3 3 9

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah Resiko peningkatan

kecelakaan kerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan dengan kurangnya

kesadaran pihak perusahaan dalam keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) dan akan

dilakukan implementasi karena dengan kesadaran pihak perusahaan dalam peningkatan

keselamatan dan kesehatan kerja maka diyakini kecelakaan kerja oleh pekerja dapat

diminimalisir dan kesehatan dan keselamatan pekerja lebih terjamin lagi sehingga perusahaan

juga akan meningkat untuk kualitas dari perusahaan itu sendiri serta kualitas hidup dari

seluruh pekerja juga akan meningkat.

b. Perencanaan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana

Tindakan

Sasaran Metoda Waktu Tempat

Resiko 1. Tujuan 1. Lakukan Kepala Komunika

si

Tanggal 6 Ruang

pertemuan

27

peningkatan

kecelakaan

kerja di

PT. Sumber

Bahagia

Indonesia

berhubungan

dengan

kurangnya

kesadaran

pihak

perusahaan

dalam

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

( K3 )

Umum :

setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

komunitas

selama 1

bulan

kesehatan

dan

keselamatan

kerja para

pekerja di

PT.

Sumber

Bahagia

Indonesia

meningkat.

2. Tujuan

Khusus :

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

komunitas

tiap

minggu

diharapkan :

a. Perusaha

an memiliki

klinik yang

pendekatan

secara

informal

dengan

kepala

bidang K3

di

perusahaaa

n tersebut

2.Diskusik

an

tentang

cara

untuk

meningkat

kan

kesehatan

dan

keselamata

n kerja

warga

perusahaan

3.Diskusik

an

Diadakan

nya

pendidikan

kesehatan

yang

dilakukan

secara

bidang K3

Kepala

bidang K3

Kepala

bidang K3

dan

informasi

Diskusi

Diskusi

Desember

2011 jam

09.00

Tanggal 7

Desember

2011 jam

09.00

Tanggal 7

Desember

2011 jam

09.00

1

Ruang

pertemuan

1

Ruang

pertemuan

1

28

memadai

untuk

tempat

pengobatan.

b. Diaadaka

nnya

pendidikan

kesehatan

secara rutin

bagi pekerja

c. Perusaha

an dapat

meningkatak

an

keamanan

mesin –

mesin

yang

dioperasikan

oleh pekerja

d. Perusaha

an dapat

mengelola

limbah

dengan

baik

rutin

di

perusahaan

tersebut.

4. Lakukan

pendidikan

kesehatan

kepada

para

pekerja

tentang

kesehatan

dan

keselamata

n kerja

5.Diskusik

an tentang

cara

keamanan

mesin

dengan

kepala

bidang

machining.

6.Observa

si

kesehatan

pekerja

setiap

bulannya

Pekerja

Kepala

bidang

machining

Pekerja

Ceramah

dan Tanya

Jawab

Diskusi

Observasi

Tanggal 2

Januari

2012 jam

09.00

Tanggal 7

Januari

2012 jam

09.00

Tanggal

10

Januari

2012 jam

09.00

Aula

Pertemuan

Ruang

pertemuan

1

Klinik

kesehatan

perusaha

an

29

30