BAB I
-
Upload
zulfida-nurainiyah -
Category
Documents
-
view
48 -
download
0
Transcript of BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis dari
beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan masalah yang
memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah kelompok usaha
kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam kepentingan,
bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha kerja merupakan
salah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahteraan kesehatannya. Bidang yang
mencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut Occupation Health Nurses (OHN)
atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK).
Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan
Masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu
kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun
ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat
kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja.. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dll) dan yang
menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan tersebut. Dasar Hukum untuk kesehatan kerja ini terdapat dalam UU 23/1992
pasal 23 dan pasal 10 tentang kesehatan kerja dan upaya kesehatan kerja.
Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja berfokus pada upaya promosi, preventif dan
rehabilitasi kesehatan dalam konteks keselamatan dan keamanan lingkungan kerja. Aplikasi
praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di
tatanan industri kecil, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas, dan lain-lain. Di
dalam menjalankan fungsinya, perawat kesehatan kerja memiliki tugas antara lain mampu
menilai secara sistematis status kesehatan kerja, mampu melakukan analisa data yang
dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan, mampu mengidentifikasi tujuan
spesifik keperawatan yang diharapkan, mampu mengembangkan rencana keperawatan yang
1
komprehensif dan memformulasikan tindakan intervensi yang dilakukan pada setiap tingkat
pencegahan serta terapinya, mampu melaksanakan promosi kesehatan untuk pencegahan
penyakit kecelakaan serta pemulihan sesuai renpra dan yang terakhir mampu melakukan
evaluasi berkesinambungan terhadap respon pekerja dan kemajuan yang dicapai
Di dalam kesehatan kerja pedomannya ialah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah, sehingga upaya pokok kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja,
dan pokok yang kedua adalah promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam
rangka peningkatan produktivitas kerja. Sedangkan pengertian dari Upaya Kesehatan Kerja
(UKK) itu sendiri adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara maksimal tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun lingkungan, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Pelaksanaan UKK
bukan saja merupakan pemenuhan hak asasi pekerja, tetapi juga berperanan besar dalam
investasi atau pembangunan suatu bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep kesehatan dan keselamatan kerja?
b. Bagaimana asuhan keperawatan teori komunitas?
c. Bagaimana contoh kasus asuhan keperawatan komunitas pada kelompok kerja?
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui konsep kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori komunitas.
c. Untuk mengetahui contoh kasus asuhan keperawatan komunitas pada kelompok kerja.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.1.1 Prinsip Kerja Kesehatan Kerja
Upaya kesehatn kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UUK
tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi
pekerjaan yang bertujuan untuk :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.
Memberikan pekerjaan dan perlindungan pekerja di dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
2.1.3 Kapasitas, Beban dan Lingkungan Kerja
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen dalam kesehatan
kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan
menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status
kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar
seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan
3
pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat
perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat
kerja, gizi kerja dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia, dan lain-lain) dapat
menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri
atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh factor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh
bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh factor-faktor
pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja, serta factor lainnya.
2.1.4 Lingkungan Kerja dan Penyakit akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit akibat kerja dan/ atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan di lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah
tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk
mencegahnya. Misalnya, antara penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah dan
pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang) atau perlindungan bagi para pekerja rumah
sakit yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung. Untuk
mengatasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah pengenalan atau
identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian dilakukan pengendalian.
Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh
tiga langkah utama sebagai berikut.
Pengendalian lingkungan kerja. Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan
dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah
dasar yang pertama kali dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
4
Evaluasi lingkungan kerja. Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya
potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk
menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.
Pengendalian lingkungan kerja. Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan
pemajanan terhadap zat atau bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan
sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja
yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian ynag adekuat untuk
mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.
o Pengendalian lingkungan (environmental control measures)
Desain dan tata letak yang adekuat.
Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.
o Pengendalian perorangan (personal control measures)
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternative lain untuk
melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan
harus sesuai dan adekuat. Pembatasan waktu selama pekerja terpajan zat tertentu
yang berbahaya dapat menurunkan resiko terkenanya bahaya kesehatan di
lingkungan kerja. Kebersihan perorangan dan pakaiannya merupakan hal yang
penting terutama untuk pekerja yangdalam pekerjaannya berhubungan dengan
kimia serta partikel lain.
2.1.5 Tujuan Penerapan Kesehatan Kerja
Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman,1990)
o Agar tenaga kesehatan dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
o Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancer tanpa adanya hambatan.
2.1.6 Kecelakaan Kerja
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03/MEN/1998 tentang tata cara
pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah
5
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda.
2.1.7 Penyebab Kecelakaan Kerja
Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab dasar (basic
causes) dan penyebab langsung (immediate causes).
o Penyebab dasar
Factor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental
dan psikologis; kurang taau lemahnya pengetahuan dan keterampilan; stress dan
motivasi yang tidak cukup atau salah.
Factor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakkecukupan kemampuan
kepemimpinan dan/atau pengawasan, rekayasa (engineering), pembelian atau
pengadaan barang, perawatan (maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-
barang atau bahan-bahan, standard-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang
terjadi di lingkungan kerja.
o Penyebab langsung
Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standard-unsafe condition), yaitu tindakan
yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengaman, pelindung, atau
rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang
rusak; terlalu sesak atau sempit; system-sistem tanda peringatan yang kurang
memadai; bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan; kerapian atau tata letak (house
keeping) yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan
lainnya); bising; paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B.
Sugeng, 2003).
Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standard-unsafe act), yaitu tingkah laku,
tindak tanduk, atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya
mengoperasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk member peringatan dan
pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah; menyebabkan alat-alat
keselamatan tak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat
6
yang rusak; menggunakan alat dengan cara yang salah; serta kegagalan memakai alat
pelindung atau keselamatan diri secara benar (B. Sugeng, 2003).
2.1.8 Penyakit Akibat Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981tentang
kewajiban melapor penyakit akibat kerja bahwa yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja
(PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Beberapa cirri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi kerja. Beberapa cirri
penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja; disebabkan oleh penyebab
yang spesifik; ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja; ada atau tidaknya kompensasi.
Contohnya adalah keracunan timbale (Pb), asbestosis, dan silikosis (B. Sugeng, 2003).
Jenis penyakit akibat kerja
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor : PER-01/MEN/1981
dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada keputusan Presiden RI Nomor 22/1993
tentang penyakit yang timbul karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama
dengan tambahan penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Jenis-jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah berikut ini.
o Pneumoconiosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis,
antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan factor
utama penyebab cacat atau kematian.
o Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras
o Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkopulmoner) atau byssinosis yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep ( serat yang diperoleh dari batang tanaman cannabis sativa ),
dan sisal (serat yang diperoleh dari tumbuhan Agave sisalan, biasanya dibuat tali).
7
o Asma akibat keraj yang disebabkan oleh penyebab dan zat perangsang yang dikenal yang
berada dalam proses pekerjaan.
o Alveolitis allergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat penghirupan
debu organic.
o Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya yang beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh cadmium (Cd) atau persenyawaannya yang beracun.
o Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannnya yang beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannnya yang beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannnya yang beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh arsenic (As) atau persenyawaannnya yang beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau persenyawaannnya yang
beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plumbum (Pb) atau persenyawaannnya yang
beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F) atau persenyawaannnya yang beracun
o Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida
o Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatic yang beracun.
o Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun.
o Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau homolognya
yang beracun.
o Penyakit yang disebabkan oleh nitrologliserin atau ester asam nitrat lainnya.
o Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.
o Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfide atau derivatnya yang beracun,
amoniak, seng, braso dan nikel.
o Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
o Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang
persendian, dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
o Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi.
8
o Penyakit yang disebabkan olehradiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
o Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologis.
o Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena, atau persenyawaan, produk, dan residu dari zat-zat tersebut.
o Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses.
o Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang dimiliki risiko kontaminasi khusus.
o Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas, radiasi, atau kelembapan
udara yang tinggi.
o Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
2.1.9 Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
Secara teknis penegakan diagnosi dilakukan dengan cara berikut ini (B.Sugeng. 2003).
Anamnesis (wawancara ) meliputi identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit dan
keluhan yang dialami saat ini.
Riwayat pekerjan (kunci awal diagnosis)
Sejak pertama kali bekerja.
Kapan, bialamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahan yang
ada, kejadian sama dengah pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara
melakukan pekerjaaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan
kebiasaan lian (merokok, alcohol).
Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan.
Membadingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja.
Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat
tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang.
Perhatikan juga kemungkinan pemanjaan di luar temapt kerja.
Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit di
perusahaan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostic klinis.
9
Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
Seperti pemeriksaan spirometri dan rotgen paru (pnemokoniosis-pembacaan
standar ILO).
Pemeriksaan audiometri.
Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan yang
memerlukan :
Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan.
Kemampuan mengevaluasi factor fsisik dan kimia berdasarkan daya yang ada.
Pengenalan secara langsung system kerja, intensitas, dan lama pemajanan.
Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
Sering kali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis,
kemudian dicari factor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui
pengamatan )penelitian) yang relative lebih lama.
Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasihat 9kaitan dengan
kompensasi).
2.1.10 Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan pada penyakit akibat kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five leved of
prevention diseases ) pada penyakit akibat kerja.
Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya : pendidikan kesehatan,
meningkatan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan
memadai, rekreasi, lingkunga kerja yang memedai, penyuluhan perkawinan dan
pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodic.
Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya : imunisasi, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatmen ).
Misalnya : diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-
titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
10
Membatasi kemungkinan cacat ( disability limitation). Misalnya : memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif ,mengobati tenaga kerja secara
sempurna ,dan pendidikan kesehatan.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya : rehabilitasi dan memperkerjakan
kembali para pekerja yang menderita cacat.sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.
2.1.11 Fungsi dan Tugas Perawat Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industry
adalah sebagai berikut (nasrul effendi,1998).
a. Fungsi perawat
Mengkaji masalah kesehatan
Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
b. Tugas perawat
Mengawasi lingkungan pekerja
Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah
kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan
Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
11
Mengoordinasi dan mengawasi pelaksaan K3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Asuhan Keperawatan Teori Komunitas
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak,
2005):
Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada
fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
a. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
1) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas
usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya
karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat
tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag sering
mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang,
sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan
yang terjadi
Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan
merawat atau memantau gangguan yang terjadi
12
Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan
penyakit
Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi
(UMR) atau sebaliknya
Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya
dapat dijangkau masyarakat
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif
(Mubarak, 2005):
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung
melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
4) Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
13
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan
atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan.
6) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah
kesehatan.
7) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H
Maslow:
Keadaan yang mengancam kehidupan
Keadaan yang mengancam kesehatan
Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan
gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang
mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah
(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)
(Mubarak, 2005).
Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan
arah terhadap intervensi keperawatan.
14
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan
yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan
intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki
lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan
angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas
Penilaian/Evaluasi
15
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh manager HRD PT. Sumber Bahagia Indonesia
sebagai berikut : jumlah pekerja + 500 pekerja, dari hasil wawancara dengan pimpinan di
perusahaan tersebut mengatakan bahwa sering terjadi kecelakaan kerja yang meliputi
terpotongnya tangan oleh mesin cutting, terlindas dan ada pula penyakit saluran pernafasan salah
satunya adalah ISPA, kurangnya kesadaran pekerja untuk menggunakan masker. Dari hasil
winshield survey, didapatkan 20 pekerja yang sedang menderita penyakit saluran pernafasan
yaitu ISPA dan 1 orang yang mengalami kecelakaan kerja yaitu jari tangan yang terpotong oleh
mesin cutting.
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada pekerja industri menggunakan pendekatan community as partner meliputi
data inti komunitas dan subsystem.
3.1.1 Data Inti Komunitas
a. Demografi : Jumlah pekerja pabrik keseluruhan menurut data Monografi dari
manager HRD + 500 pekerja, jumlah pekerja menurut jenis kelamin dan golongan
umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di PT.
Sumber Bahagia Indonesia.
16
b. Status Perkawinan : sebanyak 60 % pekerja sudah menikah dan 40% pekerja
belum menikah.
c. Nilai, Kepercayaan dan Agama : agama yang dianut oleh pekerja tergambar pada
diagram dibawah ini
Diagram 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Agama di PT. Sumber Bahagia
Indonesia
17
Islam
Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan fasilitas ibadah
yang tersedia dari 1 masjid dan 1 mushola, terdapat majelis ta’lim yang biasanya
mengurus dan membersihkan serta menjaga masjid, terdapat satu klinik yang didalamnya
ada 1 dokter dan 2 pembantu perawat dan tidak ditemukan perawat occupasional di
perusahaan tersebut. Sedangkan dari hasil wawancara dengan pmpinan di perusahaan
tersebut mengatakan bahwa sering terjadi kecelakaan kerja yang meliputi terpotongnya
tangan oleh mesin cutting, terlindas dan ada pula penyakit saluran pernafasan salah
satunya adalah ISPA, kurangnya kesadaran pekerja untuk menggunakan masker. Dari
hasil winshield survey, didapatkan 20 pekerja yang sedang menderita penyakit saluran
pernafasan yaitu ISPA dan 1 orang yang mengalami kecelakaan kerja yaitu jari tangan
yang terpotong oleh mesin cutting.
3.1.2 Data Subsistem Komunitas
Delapan subsitem yang dikaji adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lokasi perusahanan dekat dengan perumahan penduduk, luas perusahaan
cukup besar, dan lingkungan cukup bersih, pembuang limbah tidak tersedia dan
hanya di alirkan ke sungai setempat, tiap – tiap mesin tidak diberi pengaman, terdapat
kantin yang makanannya cukup terjaga kebersihannya, udara lingkungan sekitar
tercium bau seperti besi dan sangat menyengat.
Auskultasi : Dari hasil wawancara dengan pekerja setempat ditemukan bahwa
lingkungan sekitar perusahaan kurang sehat karena adanya limbah gas yang belum
tertangani pembuangannya secara baik. Menerut para pekerja, pekerja sering
mengalami sakit ISPA dikarenakan limbah gas yang beredar di lingkungan
perusahaan dan kurangnya kesadaran pekerja dalam menggunakan masker untuk
mencegah limbah gas tersebut masuk ke saluran pernafasan.
Angket : Diketahui penggunaan masker dilingkungan perusahaan yang tidak
dimanfaatkan dengan baik meskipun perusahaan telah menyediakannya secara gratis
bagi seluruh warga perusahaan dan pekerja masih banyak yang belum mengetahui
dampak dari limbah gas serta manfaat penggunaan dari masker tersebut.
18
b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan social
Pelayanan kesehatan yang memadai dan terstandar belum ada, hanya tersedia klinik
yang berukuran kecil dan hanya dapat digunakan sebagai pengobatan biasa saja tanpa
ada pendidikan kesehatan yang terjadwal setiap bulannya.
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara pekerja yang bekerja diperusahaan tersebut rata – rata
berpenghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari akan tetapi beberapa
pekerja masih ada yang mengeluhkan bahwa dengan gaji pokok tersebut masih belum
bias memenuhi kebutuhan sehari – harinya jika salah satu anggota keluarga ada yang
sakit, rincian gaji atau upah karyawan ada pada table dibawah ini :
Menurut hasil wawancara dengan bagian keuangan di PT. Sumber Bahagia Indonesia
untuk kelas 8 sampai dengan kelas 11 bisa mengambil jam lembur dengan upah
10.000 tiap jamnya. Di PT. Sumber Bahagia Indonesia juga menyediakan tunjangan
untuk transportasi, bahasa, dll.
d. Keamanan dan Transportasi
1) Keamanan :
19
Dari hasil angket yang telah disebarkan pada 500 pekerja didapatkan 200 pekerja
yang tidak menggunakan masker di lingkungan perusahaan.
Tabel 1 : Alasan pekerja tidak menggunakan masker di PT. Sumber Bahagia
Indonesia
Dari tabel di atas terlihat bahwa alasan pekerja tidak menggunakan masker
adalah malas menggunakan masker, hal tersebut merupakan kurangnya
kesadaaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) dari para pekerja dan
merupakan perilaku pekerja yang perlu untuk diperbaiki untuk mendapatkan
kualitas hidup yang lebih baik lagi.
Tabel 2 : Pengetahuan pekerja tentang pentingnya penggunaan masker di PT.
Sumber Bahagia Indonesia
20
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian pekerja mengetahui
pentingnya penggunaan masker dilingkuangan perusahaan guna menjaga
kesehatan pekerja akan tetapi pekerja malas dan menyepelehkan penggunaan dari
masker tersebut sehingga pekerja sering mengalami penyakit ISPA.
2) Transportasi :
Jenis transportasi yang dapat digunakan pekerja di dalm perusahaan
berdasarkan inspeksi dan wawancara adalah sepeda motor.
e. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi pekerja industri adalah
keikutsertaan pekerja industri dalam organisasi didalam perusahaan yang terkait
dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Para pekerja industri tergabung dalam
asuransi kesehatan yang diberikan oleh PT. Sumber Bahagia kepada seluruh
karyawannya yaitu melalui jasa asuransi kesehatan pekerja PT. Jamsostek.
f. Komunikasi
1) Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh pekerja industri untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
adalah melalui website, televisi dan masyarakat di lingkungan pekerja industri.
2) Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan pekerja industry meliputi data
tentang kesehatan dan keselamatan kerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah kesehatan dan keselamatan kerja dan
keterlibatan perusahaan.
Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :
Diagram 3 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara pekerja dengan petinggi
perusahaan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
21
Dari diagram diatas 50 % pekerja jarang sekali melakukan komunikasi
dengan pihak perusahaan tentang kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pihak
perusahaan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana keadaan
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja industry oleh sebab itu perusahaan
kurang mendapatkan masukan yang berguna meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi seluruh pekerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia.
Diagram 4 : Perlunya keterlibatan perusahaan dalam peningkatan kesehatan dan
keselamatan kerja para pekerja industry.
22
Perlu
Tidak Perlu
Dari diagram diatas 90 % perlu adanaya keterlibatan perusahaan dalam
menyelesaikan masalah kesehatan dan keselamtatan kerja yang sedang terjadi di
perusahaan tersebut karena pekerja merupakan unit terpenting dalam kemajuan
atau keberhasilan perusahaan oleh karena itu perusahaan berkewajiban
memberikan fasilitas kesehatan dan keselamatan yang bermutu guna menunjang
kebutuhan pekerja khususnya dibidang kesehatan dan keselamatan kerja.
7. Pendidikan
Diagram 5 : Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan di PT. Sumber
Bahagia Indonesia tahun 2011.
Pendidikan responden terbanyak adalah SMA sebanyak 60 %, 20 % orang
berpendidikan SMA, dan 20 % responden adalah SMP.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan pekerja biasanya ke mall dan
daerah pegunungan yang letaknya cukup dekat dengan rumah para pekerja. Setiap
tahunnya perusahaan menyediakan dana untuk mengadakan rekreasi ke tempaat
yang dipilih oleh pekerja itu sendiri, hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan
tujuan agar stressor para pekerja menjadi lebih ringan setelah mendapatkan
hiburan di tempat rekreasi tersebut sehingga pekerjaan para pekerja dapat
terselesaikan dengan baik.
23
3.2 Analisa Data
No Pengelompokkan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
1 Terdapat 20 pekerja
terserang
penyakit ISPA
a. Limbah gas pabrik yang
beredar di lingkungan
perusahaan
b. Pekerja tidak
menggunakan masker
ketika
berada di lingkungan
perusahaan
Terjadinya penyakit
ISPA di
PT. Sumber Bahagia
Indonesia berhubungan
dengan limbah gas
pabrik yang
beredar di lingkungan
perusahaan ditandai
dengan 20
pekerja yang terserang
ISPA.
2 Terdapat seorang pekerja
yang tangannya terpotong
oleh mesin cutting
a. Kurangnya kewaspadaan
pekerja dalam menjalankan
mesin cutting
b. Kurangnya kesadaran
pihak perusahaan dalam
keselamatan dan kesehatan
kerja ( K3 ) sehingga tidak
memasang alat pengaman
pada mesin cutting.
Terjadinya kecelakaan
kerja
pada pekerja di PT.
sumber Bahagia
Indonesia
berhubungan dengan
kurangnya
kewaspadaan pekerja
dalam
menjalankan mesin
cutting
ditandai dengan seorang
pekerja
yang terpotong
tangannya oleh
mesin cutting
3 a. Limbah pabrik yang Kurangnya kesadaran Resiko peningkatan
24
masih belum tertangani
dengan baik
b. Banyaknya mesin –
mesin yang belum
terdapat pengaman bagi
pekerja
pihak
perusahaan dalam
keselamatan
dan kesehatan kerja ( K3 )
kecelakaan
kerja di PT. Sumber
Bahagia Indonesia
berhubungan dengan
kurangnya
kesadaran pihak
perusahaan
dalam keselamatan dan
kesehatan kerja ( K3 )
3.3 Diagnosa Keperawatan
a. Terjadinya penyakit ISPA di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan dengan limbah
gas pabrik yang beredar di lingkungan perusahaan ditandai dengan 20 pekerja yang
terserang ISPA.
b. Terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan
dengan kurangnya kewaspadaan pekerja dalam menjalankan mesin cutting ditandai
dengan seorang pekerja yang terpotong tangannya oleh mesin cutting
c. Resiko peningkatan kecelakaan kerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan
dengan kurangnya kesadaran pihak perusahaan dalam keselamatan dan kesehatan kerja
( K3 )
3.4 Perencanaan
a. Prioritas Masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa
keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah ditemukan.
Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnose keperawatan komunitas
yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat. Prioritas untuk
diagnosa komunitas pada pekerja industri adalah sebagai berikut :
25
Diagnosa keperawatan
pekerja
Industry
Pentingnya
penyelesaian
masalah
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Perubahan
positif untuk
penyelesaian di
komunitas
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Penyelesaian
untuk
Peningkatan
kualitas hidup
0 : tidak ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
Total
Score
Terjadinya penyakit
ISPA di PT.
Sumber Bahagia
Indonesia berhubungan
dengan
limbah gas pabrik yang
beredar di
lingkungan perusahaan
ditandai
dengan 20 pekerja yang
terserang
ISPA.
3 2 2 7
Terjadinya kecelakaan
kerja pada
pekerja di PT. Sumber
Bahagia Indonesia
berhubungan dengan
kurangnya
kewaspadaan pekerja
dalam
menjalankan mesin
cutting
ditandai dengan seorang
2 3 2 6
26
pekerja
yang terpotong
tangannya oleh
mesin cutting
Resiko peningkatan
kecelakaan
kerja di PT. Sumber
Bahagia Indonesia
berhubungan dengan
kurangnya
kesadaran pihak
perusahaan
dalam keselamatan dan
kesehatan
kerja ( K3 )
3 3 3 9
Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah Resiko peningkatan
kecelakaan kerja di PT. Sumber Bahagia Indonesia berhubungan dengan kurangnya
kesadaran pihak perusahaan dalam keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) dan akan
dilakukan implementasi karena dengan kesadaran pihak perusahaan dalam peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja maka diyakini kecelakaan kerja oleh pekerja dapat
diminimalisir dan kesehatan dan keselamatan pekerja lebih terjamin lagi sehingga perusahaan
juga akan meningkat untuk kualitas dari perusahaan itu sendiri serta kualitas hidup dari
seluruh pekerja juga akan meningkat.
b. Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Rencana
Tindakan
Sasaran Metoda Waktu Tempat
Resiko 1. Tujuan 1. Lakukan Kepala Komunika
si
Tanggal 6 Ruang
pertemuan
27
peningkatan
kecelakaan
kerja di
PT. Sumber
Bahagia
Indonesia
berhubungan
dengan
kurangnya
kesadaran
pihak
perusahaan
dalam
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
( K3 )
Umum :
setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
komunitas
selama 1
bulan
kesehatan
dan
keselamatan
kerja para
pekerja di
PT.
Sumber
Bahagia
Indonesia
meningkat.
2. Tujuan
Khusus :
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
komunitas
tiap
minggu
diharapkan :
a. Perusaha
an memiliki
klinik yang
pendekatan
secara
informal
dengan
kepala
bidang K3
di
perusahaaa
n tersebut
2.Diskusik
an
tentang
cara
untuk
meningkat
kan
kesehatan
dan
keselamata
n kerja
warga
perusahaan
3.Diskusik
an
Diadakan
nya
pendidikan
kesehatan
yang
dilakukan
secara
bidang K3
Kepala
bidang K3
Kepala
bidang K3
dan
informasi
Diskusi
Diskusi
Desember
2011 jam
09.00
Tanggal 7
Desember
2011 jam
09.00
Tanggal 7
Desember
2011 jam
09.00
1
Ruang
pertemuan
1
Ruang
pertemuan
1
28
memadai
untuk
tempat
pengobatan.
b. Diaadaka
nnya
pendidikan
kesehatan
secara rutin
bagi pekerja
c. Perusaha
an dapat
meningkatak
an
keamanan
mesin –
mesin
yang
dioperasikan
oleh pekerja
d. Perusaha
an dapat
mengelola
limbah
dengan
baik
rutin
di
perusahaan
tersebut.
4. Lakukan
pendidikan
kesehatan
kepada
para
pekerja
tentang
kesehatan
dan
keselamata
n kerja
5.Diskusik
an tentang
cara
keamanan
mesin
dengan
kepala
bidang
machining.
6.Observa
si
kesehatan
pekerja
setiap
bulannya
Pekerja
Kepala
bidang
machining
Pekerja
Ceramah
dan Tanya
Jawab
Diskusi
Observasi
Tanggal 2
Januari
2012 jam
09.00
Tanggal 7
Januari
2012 jam
09.00
Tanggal
10
Januari
2012 jam
09.00
Aula
Pertemuan
Ruang
pertemuan
1
Klinik
kesehatan
perusaha
an
29